bahan TUGAS 5

62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menjadi pemenang dalam kompetisi yang tercipta di pasar, pihak manajemen dituntut agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaannya secara efektif dan efisien guna memperoleh laba yang optimal. Laba yang optimal baru berhasil diperoleh jika didukung dengan perencanaan dan pengawasan yang tepat. Perencanaan dan pengawasan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Perencanaan yang baik akan efektif bila selalu diawasi dengan baik pula. Sementara pengawasan tidak akan berarti jika proses perencanaan yang dilakukan tidak tepat. Jika proses perencanaan dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, kemungkinan tujuan perusahaan akan dapat terpenuhi. 1

description

tugas

Transcript of bahan TUGAS 5

BAB I

PAGE 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Untuk menjadi pemenang dalam kompetisi yang tercipta di pasar, pihak manajemen dituntut agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaannya secara efektif dan efisien guna memperoleh laba yang optimal. Laba yang optimal baru berhasil diperoleh jika didukung dengan perencanaan dan pengawasan yang tepat.

Perencanaan dan pengawasan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Perencanaan yang baik akan efektif bila selalu diawasi dengan baik pula. Sementara pengawasan tidak akan berarti jika proses perencanaan yang dilakukan tidak tepat. Jika proses perencanaan dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, kemungkinan tujuan perusahaan akan dapat terpenuhi.

Bagi perusahaan, salah satu yang mempengaruhi tujuan perusahaan adalah pendapatan. Peningkatan pendapatan pada perusahaan sangat penting dan memerlukan perhatian yang khusus untuk mencapainya, efesiensi dan efektifitas tersebut dapat dicapai apabila penerapan pengawasan intern pendapatan dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian masalah pendapatan ini merupakan masalah yang penting. Dalam hal ini manajemen akan dapat menilai berhasil atau tidaknya kegiatan yang telah dilaksanakan, dan selanjutnya manajemen dapat membuat rencana operasi untuk tahun mendatang. Di samping itu para pemilik perusahaan juga ingin mengetahui berapa sebenarnya dari pendapatan yang diterimanya dalam satu periode akuntansi.

Pendapatan umumnya merupakan salah satu komponen penghasilan perusahaan yang didapat dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda oleh setiap perusahaan tergantung kepada aktivitas utama dari perusahaan tersebut. Komponen ini sangat mempengaruhi dalam penentuan laba, laba tersebut akan digunakan perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Dengan sistem pengawasan seperti ini manajer keuangan dapat menganalisa penyimpangan aktual dengan anggaran pendapatan yang disusun. Jika terdapat penyimpangan yang cukup berarti, maka bisa saja pihak manajemen yang kurang tepat dalam menentukan anggaran.

CV. Express Limo Medan adalah objek penelitian penulis, perusahaan ini aktivitas operasinya bergerak di bidang jasa angkutan transportasi merasa perlu untuk melaksanakan perencanaan dan pengawasan pendapatan dalam pencapaian tujuannya. Masalah yang ada di perusahaan adalah penyusunan anggaran pendapatan tidak mempertimbangkan kerusakan armada angkutan, sehingga jumlah realisasi pendapatan selalu di bawah anggaran. Hal ini disebabkan karena dalam penyusunan anggaran, penetapan sasaran tidak didukung dengan pengendalian dan evaluasi kinerja. Dengan kondisi ini menyebabkan anggaran menjadi tidak realistis karena selisih yang tidak menguntungkan dari tahun ke tahun semakin besar. Selisih tidak menguntungkan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. I.1

Target dan Realisasi Pendapatan

Tahun Target Realisasi Selisih %

20044.330.800.0004.313.485.00017.315.0000,40 %

20054.330.800.0004.308.970.00021.830.0000,50 %

20064.330.800.0004.257.730.00073.070.0001,69 %

20074.330.800.0004.191.260.000139.540.0003,22 %

Sumber : PT. Express Limo NusantaraMenurut Mulyadi (2001, hal. 508) bahwa : Proses pengendalian anggaran dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut ini : (1) penetapan sasaran, (2) implementasi, (3) pengendalian dan evaluasi kinerja.

Melihat begitu pentingnya perencanaan dan pengawasan pendapatan bagi perusahaan membuat penulis merasa tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Perencanaan dan Pengawasan Pendapatan Pada PT. Express Limo Medan.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah anggaran pendapatan perusahaan sudah dijadikan sebagai alat pengawasan ?

2. Apakah anggaran pendapatan yang disusun oleh perusahaan sudah efektif dan berfungsi sebagai alat pengendalian ?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai lingkup penelitian yang dilaksanakan, maka penulis membatasi masalah pada perencanaan dan pengawasan pendapatan, khususnya pendapatan operasi pada periode tahun 2004, 2005 dan 2006.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis paparkan dalam penelitian ini adalah Apakah perencanaan dan pengawasan pendapatan yang diterapkan perusahaan sudah baik ?.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana penerapan perencanaan dan pengawasan pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan.

Manfaat Penelitian

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal mendalami perencanaan dan pengawasan pendapatan yang ada dalam perusahaan.b. Sebagai masukan bagi perusahaan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.

c. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang sejenis .BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Uraian Teoritis

1. Pengertian Perencanaan dan Pengawasan

a. Pengertian Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses yang kontiniu untuk menetapkan kejadian dan kegiatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Perencanaan sebagai penetapan apa yang akan dilakukan, kapan akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melaksanakannya.

Menurut Siagian (1990, hal. 41) salah satu definisi klasik tentang perencanaan bahwa : Perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa perencanaan adalah keputusan yang terlebih dahulu ditentukan dan pada nantinya akan dikerjakan pada masa yang akan datang.

Menurut Swastha dan Sukotjo (1993, hal. 93) kegunaan perencanaan :

Mengurangi ketidak pastian serta perubahan pada waktu mendatang.

Mengarahkan perhatian pada tujuan

Memperingan biaya.

Merupakan saran untuk mengadakan pengawasan.

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa betapa pentingnya suatu perencanaan pada perusahaan. Dengan adanya suatu perencanaan akan lebih mengarahkan suatu tujuan yang akan diharapkan serta dapat memperkecil biaya.

b. Pengertian Pengawasan

Kasus yang sering terjadi dalam perusahaan antara lain tidak tertagihnya piutang, tidak ditepatinya waktu penyelesaian, suatu anggaran yang berlebihan dan kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perusahaan merasa perlu untuk melakukan pengawasan.

Perusahaan yang masih dalam ukuran kecil pengawasan bisa dilakukan langsung oleh pemilik atau pimpinan perusahaan, mengingat aktivitas perusahaan masih sederhana dan tidak begitu rumit. Namun karena pertumbuhan yang terus menerus menimbulkan kesulitan bagi pimpinan untuk mengawasi perusahaannya, karena kegiatan usahanya sudah meluas, transaksi yang lebih sering dan menggunakan karyawan yang banyak.

Swastha dan Sukotjo (1993, hal. 122) mengemukakan : Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh organisasi dan membandingkan segala sesuatu yang telah dijalankan dengan rencananya dan melakukan perbaikan-perbaikan jika terjadi penyimpangan.

Dari pernyataaan di atas diketahui bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan dengan melakukan pengamatan dari seluruh rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan cara membandingkan anggaran dengan realisasi sebagai pelaksanaan ukurannya.

2. Pengertian Pendapatan

Pendapatan sering diartikan berbeda-beda menurut para ahli karena satu pandang yang berbeda. Istilah penghasilan digunakan untuk menyatakan pendapatan (revenue) dalam kerangka dasar dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi keuangan bahwa penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).

Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, deviden, royalty dan sewa. Definisi pendapatan yang lebih tradisional adalah bahwa pendapatan merupakan arus masuk aktiva bersih ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau jasa. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pendapatan, penulis mengemukakan beberapa definisi oleh para ahli antara lain :

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK. 23 par. 2) bahwa : Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Selanjutnya Zaki Baridwan, (1999, hal. 30) mengemukakan : Pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utang (kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.

Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk brutto dari manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus brutto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal. Revenue secara luas menitikberatkan kepada keseluruhan aktivitas perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva dan berkurangnya kewajiban dan dapat merobah modal pemilik. Keseluruhan aktivitas perusahaan itu berupa aktivitas utama dan aktivitas lain di luar aktivitas utama. Pemusatan aktivitas perusahaan terutama aktivitas utama yang berakibat kepada kenaikan aktiva atau pengurangan liabilities dan yang dapat merubah modal, disebut revenue dalam arti sempit.

3. Karakteristik Pendapatan

Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi. Pendapatan dapat juga timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan. Dalam perusahaan dagang pendapatan timbul terutama dari penjualan barang dagangan, dan pada perusahaan manufaktur diperoleh dari penjualan produksi selesai, sedangkan untuk perusahaan jasa pendapatan usaha diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain.

Menurut Smith dan Skousen (1997, hal. 40) bahwa : Pendapatan pada umumnya diklasifikasikan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang berasal bukan dari kegiatan perusahaan.

Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan timbul dari hasil kegiatan operasional perusahaan baik dari hasil penjualan barang dagangan maupun jasa dan berhubungan langsung dengan usaha operasi (pokok) perusahaan yang bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal dan terjadi secara berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya.

Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan operasi utama perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional yang sering disebut dengan pendapatan lain-lain. Pendapatan lain-lain yang dimaksud misalnya laba dari penjualan surat berharga, pendapatan bunga, keuntungan penjualan aktiva tetap.

Dari uraian tersebut di atas, juga dapat dikatakan bahwa pendapatan memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses membandingkan.

a. Sumber Pendapatan

Jumlah aktiva perusahaan menjadi bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara mencerminkan pendapatan, bertambahnya jumlah nilai aktiva dalam perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa barang dagangan, seperti aktiva tetap, surat berharga ataupun penjualan anak cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap dan penjualan produk perusahaan. Dari semua transaksi di atas hanya transaksi atas penjualan produk perusahaan saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva lainnya selain produk utama perusahaan.

b. Produk dan Kegiatan Utama Perusahaan

Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan bermacam produk (baik berupa barang atau jasa atau keduanya) yang sangat berlainan jenis. Produk yang dihasilkan secara insidential bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul secara tidak tetap sering dipandang sebagai elemen pendapatan non operasi. Pemberian batasan tentang pendapatan sangat perlu, maka produk perusahaan dapat diartikan meliputi seluruh jenis barang dan jasa yang disediakan/diserahkan kepada konsumen tanpa memandang jumlah rupiah tiap jenis produk tersebut ataupun sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.

c. Jumlah Rupiah Pendapatan dan Proses Membandingkan

Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual persatuan dikali dengan kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan netto.

Pendapatan memiliki berbagai kegunaan menurut berbagai konteks, pendapatan umumnya dianggap sebagai sebagai dasar perpajakan, suatu faktor penentuan kebijaksanaan pembayaran deviden, suatu pedoman dalam pengambilan keputusan, serta faktor yang harus dipertimbangkan dalam produksi.

Adapun kegunaan pendapatan menurut Sofyan Syafri (1993, hal. 39) sebagai berikut :

1.Pendapatan telah mempertimbangkan sebagai suatu dasar perpajakan dan pendistribusian kembali kekayaan diantara individual, karena tugas ini suatu versi pendapatan yang dikenal dengan pendapatan kena pajak yang dihitung sesuai aturan yang ditentukan oleh Undang-undang perpajakan.

2. Pendapatan telah dianggap sebagai petunjuk kebijaksanaan deviden suatu perusahaan. Pendapatan yang diakui merupakan indikator jumlah maksimum yang akan dibagikan sebagi deviden dan ditahan untuk perluasan atau untuk diinvestasikan kembali.

3.Pendapatan dianggap petunjuk investasi dan pengambilan keputusan secara umum. Umumnya dihipotesakan bahwa investor mencoba memaksimumkan keuntungan atas modal yang diinvestasikan yang sepadan dengan tingkat resiko yang dapat dianggap sebagai pengawasan biaya.

4.Pendapatan dianggap alat prediktif, yaitu membantu dalam memprediksikan pendapatan di masa yang akan datang dan kejadian ekonomi di masa yang akan datang.

Informasi pendapatan dalam laporan kinerja tersebut dapat berguna bagi pemakai maka harus disajikan dengan memperhatikan karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, menyajikan informasi yang relevan. Pos pendapatan jasa harus juga menyajikan informasi yang bebas dari pengertian yang menyesatkan agar dapat dihandalkan untuk dipakai.

Dalam penyajian pendapatan dalam laporan keuangan perusahaan harus mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi pendapatan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK 23 par. 9) :

a. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa,

b.Jumlah setiap katagori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari :

(i) Penjualan barang

(ii) Penjualan jasa

(iii) Bunga

(iv) Royalty

(v) deviden.

c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap katagori yang signifikan dari pendapatan,

d.Pendapatan yang ditunda pengakuannya.

Pendapatan dapat disajikan dalam laporan kinerja dengan cara yang berbeda demi suatu penyediaan informasi yang relevan untuk mengambil keputusan ekonomi. Misalnya, pembedaan antara pos penghasilan yang berasal dan tidak berasal dari pelaksanaan aktivitas yang biasa (ordinary) merupakan problem yang lazim. Pembedaan ini dilakukan berdasarkan argumentasi bahwa sumber atau pos adalah relevan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan, misalnya aktivitas insidentil seperti pengalihan investasi jangka panjang tampaknya tidak akan terjadi secara reguler.

4. Perencanaan dan Pengawasan Pendapatan

a. Perencanaan Pendapatan

Apabila perencanaan telah ditetapkan, maka dituangkan dalam bentuk anggaran. Anggaran ini mencakup rencana yang terperinci, yang mencakup semua jenis dan banyaknya barang/jasa yang akan dijual, harga jual yang diharapkan dan laba bruto yang diantisipasikan. Semua tahapan operasi perusahaan harus mencakup di dalam anggaran tersebut sehingga suatu anggaran merupakan perencanaan induk periode yang akan datang.

Munandar (1993, hal. 1), memberikan definisi anggaran : Budget (Anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Anggaran disusun pihak manajemen untuk jangka waktu satu tahun dan membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan dengan sumber daya tertentu yang diharapkan. Proses penyusunan anggaran merupakan proses rencana kerja jangka pendek yang sering juga disebut dengan proses penyusunan rencana laba jangka pendek.

Menurut Blocher, Chen dan Thomas (2000, hal. 356) menyatakan : Proses penganggaran biasanya meliputi pembentukan komite anggaran, menentukan periode anggaran, spesifikasi pedoman anggaran, penyusunan usulan anggaran awal/dasar (initial budget), negosiasi anggaran, review, serta persetujan, dan persetujuan ; revisi anggaran.

Dari pengertian di atas penulis akan merinci satu-persatu unsur-unsur dalam proses penyusunan anggaran tersebut.

1) Komite Anggaran

Komite anggaran merupakan otorisasi tertinggi dalam organisasi dalam segala hal yang berkaitan dengan anggaran. Komite anggaran juga menentukan atau menyetujui tujuan anggaran organisasi dan unit bisnis utama dalam perusahaan secara keseluruhan, mengarahkan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran.

Menurut Mulyadi (2001, hal. 502) bahwa komite anggaran terdiri dari :

Direktur Utama, sebagai ketua merangkap anggota komite.

Direktur pemasaran, sebagai anggota.

Direktur produksi, sebagai anggota.

Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota.

Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa dalam menyusun anggaran biaya diperlukan suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan biaya dari berbagai pusat pertanggung jawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran biaya. Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit organisasi ini dibentuk pada saat proses penyusunan anggaran biaya saja. Jika proses penyusunan anggaran perusahaan telah selesai, komite anggaran menjadi tidak berfungsi dan fungsi pengendalian pelaksanaan anggaran diserahkan kepada unit organik perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001, hal. 503) mengemukakan bahwa tugas komite anggaran adalah :

1. Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun anggaran.

2. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada manajer pusat pertanggung jawaban.

3. Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat pertanggung jawaban.

4. Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggung jawaban mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.

5. Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada dewan komisaris dan rapat umum pemegang saham (RUPS).6. Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan (RUPS).Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dalam penyusunan anggaran harus ada komite anggaran yang bertugas untuk merumuskan sasaran anggaran, rancangan anggaran dan mendiskusikan anggaran tersebut dengan manajer pusat pertanggung jawaban agar anggaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

2) Periode Anggaran

Anggaran biasanya disusun untuk periode satu tahun dan sejalan dengan tahun fiskal perusahaan. Menyelaraskan periode anggaran dengan periode fiskal organisasi membantu perbandingan antara hasil operasi yang sesungguhnya dengan jumlah yang dianggarkan.

3) Pedoman Anggaran

Salah satu tanggung jawab komite anggaran adalah memberikan pedoman anggaran. Titik awal dalam pengembangan pedoman anggaran adalah strategi perusahaan.

4) Usulan Anggaran Awal/Dasar

sebelum ditetapkan anggarang, maka masing-masing pusat pertanggung jawaban menyipakan usulan anggaran. Berdasarkan usulan anggaran awal/dasar, setiap pertanggung jawaban menyiapkan usulan anggaran awal/dasar untuk pusat pertanggung jawaban mereka.

4) Negosiasi Anggaran

Setiap unit anggaran melakukan negosiasi dengan atasan tentang perubahan dalam usulan anggaran. Negosiasi merupakan inti dari proses penganggaran dan menyita sebagian besar dari waktu penyusunan anggaran.

5) Review dan Persetujuan

Komite anggaran mereview dan memberikan persetujuan akhir terhadap anggaran. Komite anggaran memeriksa anggaran yang berkaitan dengan konsistensinya dengan pedoman anggaran, pencapaian tujuan jangka pendek, dan pemenuhan rencana strategi, kemudian memberikan persetujuan anggaran secara keseluruhan dan mengajukan anggaran tersebut kepada dewan direksi.

6) Revisi

Revisi anggaran secara reguler mendorong pusat pertanggungjawaban untuk menyusun anggaran yang sesuai dengan ketentuan. Perusahaan yang menjalankan revisi anggaran secara sistematis perlu meyakinkan bahwa revisi hanya diperbolehkan jika keadaan berubah secara signifikan.

Dari berbagai uraian di atas anggaran pendapatan yang disusun oleh perusahaan merupakan rencana atau rancangan yang diperinci untuk kegiatan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Anggaran pendapatan juga bersifat fomal serta sistematis, artinya disusun secara tertulis, berurutan dan berdasarkan logika. Selain itu anggaran pendapatan merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan pada beberapa asumsi dan penafsiran yang berlaku untuk satu periode tertentu, juga dinyatakan dalam bentuk uang dan angka.

Dalam tahap penyusunan anggaran pendapatan, tiap-tiap rencana diterjemahkan ke dalam satuan uang yang sesuai dengan manajer yang bertanggungjawab atas pelaksanaan seluruh rencana tersebut. Dalam menyusun anggaran pendapatan ini, yang harus dipertimbangkan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.

Menurut Anthony, Dearden dan Norton (1997, hal. 483) anggaran pendapatan mempunyai karakteristik berikut :

1. Anggaran dirancang untuk mengukur efektivitas pemasaran.

Varians yang merugikan terhadap anggaran berarti penjualan atau harga jual rendah dari tingkat yang dianggap wajar oleh manajemem.

2. Manajer pemasaran tidak dapat memikul tanggungjawab penuh atas tercapainya sasaran penjualan, seperti halnya pada anggaran biaya. Banyak sekali ketidak pastian di pasar yang berada di luar kendali manajer pemasaran, khususnya dalam jangka pendek.

Anggaran pendapatan merupakan unsur anggaran laba rugi, juga merupakan unsur yang paling besar ketidak pastiannya. Tingkat ketidak pastian itu berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Perusahaan yang menghadapi pesanan yang berlebihan dari pelanggannya, atau perusahaan yang volume penjualannya dibatasi oleh kapasitas produksi, akan mempunyai ketidak pastian yang lebih rendah dari proyeksi penjualannya, dibandingkan dengan volume penjualannya bergantung pada ketidak pastian pasar.

Menurut Adisaputro dan Asri (1992, hal. 65) bahwa : Anggaran penjualan adalah anggaran yang dapat memberikan gambaran mengenai beberapa pendapatan yang diterima sebagai akibat dilakukannya penjualan-penjualan pada periode yang akan datang.

Anggaran pendapatan untuk perusahaan dagang dan manufaktur merupakan anggaran yang sangat penting dalam penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realitas dan akan menjadi dasar untuk penyusunan anggaran-anggaran yang lain, atau dengan kata lain anggaran-anggaran lainnya disusun dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan.

Menurut M. Munandar (1993, hal. 50) adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun anggaran penjualan, secara garis besar dapat dibedakan dalam 2 kelompok, antara lain:

1. Faktor-faktor intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:

a. Penjualan tahun-tahun yang lalu meliputi baik kualitas, kuntitas, harga, waktu maupun tempat (daerah) penjualannya.

b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan, misalnya tentang pemilihan saluran distribusi, pemilihan media-media promosi, cara (metode) penetapan harga jual.

c. Kapasitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan serta kemungkinan perluasannya diwaktu yang akan datang.

d. Tenaga kerja yang tersedi baik jumlahnya (kuantitatif) maupun keterampilan dan keahlihannya, serta kemungkinan pengembangan-nya diwaktu yang akan datang.

e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan, serta kemungkinan penambahannya diwaktu yang akan datang.

f. Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh perusahaan, serta kemungkinan perluasannya diwaktu yang akan datang.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka batas-batas tertentu perusahaan masih dapat mengatur dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang. Oleh sebab itu faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor-faktor yang controlable (dapat diatur dan diawasi)

2. Faktor-faktor ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat diluar perusahaan tetapi masih mempunyai pengaruh terhadap anggaran penjualan perusahaan.

Faktor-faktor tersebut antara lain berupa :

a. Keadaan persaingan di pasar.

b. Posisi perusahaan dalam persaingan.

c. Tingkat pertumbuhan penduduk.

d. Tingkat penghasilan masyarakat

e. Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan.

f. Agama, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

g. Berbagai kebijakan pemerintah baik dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun kebudayaan

h. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional.

i. Kemajuan teknologi, barang-barang substitusi, selera konsumen dan kemungkinan perubahannya.

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, perusahaan tidak mampu untuk mengatur faktor-faktor ekstern sesuai dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan datang, sehingga perusahaanlah yang harus menyesuaikan diri dengan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor ekstern ini sering juga disebut faktor yang un-controlable (tidak dapat diatur dan diawasi).

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa yang perlu untuk dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penyusunan anggaran penjualan perusahaan, adalah :

a. Rincian jumlah dan jenis produk perusahaan.

Anggaran penjualan hendaknya menyebutkan dengan jelas jenis produk yang akan dijual serta jumlah unit dari masing-masing produk tersebut. Walaupun nantinya seluruh penjualan akan dijumlahkan namun untuk keperluan pengawasan perlu masing-masing jenis produk yang dijual tersebut diketahui jumlahnya.

b. Rincian daerah pemasaran.

Dewasa ini merupakan hal yang umum apabila suatu perusahaan mempunyai daerah pemasaran yang cukup luas. Bagi perusahaan-perusahaan seperti ini didalam penyusunan anggaran penjualannya perlu untuk memperlihatkan kemana saja produk tersebut akan dijual. Hal ini akan membantu para pelaksana penjualan serta memudahkan pengawasan penjualannya.

c. Diskriminasi harga

Di dalam penentuan harga jual produk terdapat beberapa perusahaan yang menetapkan harga yang sama bagi penjualan produknya untuk seluruh daerah pemasaran yang ada. Namun tidak disangkal pula bahwa terdapat beberapa perusahaan yang menerapkan kebijaksanaan diskriminasi harga untuk daerah yang berbeda. Untuk perusahaan-perusahaan semacam ini harga yang ditentukan untuk masing-masing daerah pemasaran tersebut harus jelas sehingga dapat diketahui dan diawasi pelaksanaannya dengan mudah.

d. Potongan harga.

Di dalam pelaksanaan penjualan produk perusahaan sangat sering dijumpai adanya potongan harga. Bagi pembeli atau distributor yang membeli dalam jumlah tertentu atau pembayaran dengan jangka waktu tertentu seringkali mendapatkan perlakuan harga yang berbeda. Untuk memudahkan pengawasan penjualan produk perusahaan ini maka didalam anggaran yang disusun seharusnya disebutkan seberapa banyak potongan yang akan diberikan oleh perusahaan sehubungan pembelian dengan persyaratan-persyaratan khusus tersebut. Pengawasan pemberian potongan pembelian ini akan lebih mudah apabila perusahaan telah mempersiapkan di dalam anggaran yang disusun tersebut.

e. Rincian penjualan bulanan

Pada umumnya anggaran penjualan ini disusun untuk satu periode atau satu tahun. Namun untuk keperluan perencanaan koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan tersebut, selayaknya anggaran penjualan yang disusun ini juga dilengkapi dengan rincian penjualan bulanan. Bahkan beberapa yang mendasarkan penyusunan anggaran penjualan dari para pengecer agen dan distributor tidak jarang disusun perencanaan penjualan produk perusahaan perbulan dahulu baru kemudian dijadikan perencanaan tahunan dengan jalan menjumlahkan seluruh penjualan bulanan yang ada. Dengan mempertimbangkan beberapa hal di atas maka anggaran penjualan produk perusahaan dapat disusun. Semakin jelas anggaran penjualan dalam perusahaan tersebut disajikan maka semakin mudah pula manajemen perusahaan yang bersangkutan melaksanakan koordinasi dan pengawasan kegiatan perusahaan ini.

b. Pengawasan Pendapatan

Melalui anggaran ini akan timbul suatu pengawasan. Pengawasan adalah proses untuk menjamin organisasi dan manajemen agar tercapai anggaran lebih efektif. Perencanaan dan pengawasan merupakan sebagian dari fungsi manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Perencanaan yang baik akan efektif bila selalu diawasi dengan baik pula. Sementara pengawasan tidak akan berarti jika proses perencanaan yang dilakukan tidak tepat, atau tidak adanya suatu perencanaan. Jika proses perencanaan dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, kemungkinan tujuan perusahaan akan dapat terpenuhi.

Menurut Munandar (1993, hal. 10) bahwa :

Budget berfungsi pula sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam budget dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa salah fungsi anggaran adalah sebagai alat pengawasan, yaitu dengan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya akan dapat diketahui penyimpangan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.

Untuk memberikan illustrasi perencanaan pendapatan, maka akan diberikan contoh sebagai berikut : Misalnya PT. X merencanakan penjualannya selama tahun 2002 adalah sebanyak 2.000 unit dengan harga per unit Rp. 12.000,- dimana dari total penjualan 40 % secara kredit dan sisanya secara tunai. Namun pada realisasinya terjadi penyimpangan kuantitas, yaitu yang terjual hanya 1.900 unit. Selain itu penjualan secara kredit sebesar 45 % dari hasil penjualan aktual sedangkan sisanya adalah tunai. Anggaran penjualan dan realisasinya disajikan sebagai berikut :

Uraian AnggaranRealisasiPenyimpangan

Unit

Harga

Total penjualan

Kredit

Tunai 2.000

12.000

24.000.000

9.600.000

14.400.0001.900

12.000

22.800.000

10.260.000

12.540.000100

-

1.200.000

660.000

1.860.000

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terjadi selisih penjualan sebesar Rp, 1.200.000. Kemungkinan akibat dari turunnya hasil penjualan dari anggaran dengan realisasinya adalah laba yang diharapkan tidak dapat tercapai. Dampak lain yang mungkin terjadi adalah persediaan barang dagangan yang dianggarkan akan lebih rendah dari realisasinya karena disebabkan tidak lakunya barang terjual sebesar 100 unit sehingga akan menambah realisasi barang dagangan. Selain itu piutang yang dianggarkan akan lebih rendah dari realisasinya karena terjadi kenaikan piutang dari meningkatnya penjualan kredit. Dan dampak yang mungkin terjadi juga pada anggaran kas, dimana kas yang dianggarkan akan lebih tinggi dari realisasinya karena terjadi penurunan kas akibat dari penurunan penjualan dan penurunan penjualan tunai.

Aktivitas utama dalam proses pengawasan adalah menetapkan apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan usaha. Aktivitas ini dilaksanakan oleh bagian yang berwenang dimana bagian tersebut juga dilihat dalam proses perencanaan. Untuk dapat menentukan adanya penyimpangan perlu diketahui dulu pada tahap perencanaan norma-norma atupun ukuran yang menjadi alasan hasil pelaksanaan yang diharapkan, selain kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.

Pengawasan pendapatan yang merupakan perwujudan dari tujuan perusahaan dilaksanaan sebagai suatu proses yang langsung secara terus menerus oleh masing-masing bagian yang berwenang. Proses pengawasan terhadap pendapatan dimulai dari penyusunan rencana yang merupakan proses pengawasan umpan maju (feed forward). Sedangkan proses penilaian akhir atau evaluasi bertujuan untuk menciptakan umpan balik di masa mendatang (feed back control).

Proses pengawasan biasanya terdiri dari beberapa tahap. Menurut Handoko (1991, hal. 362) mengemukakan tahap-tahap dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut : 1) Standar penetapan pelaksanaan (perencanaan), 2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, 3) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, 4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar, dan 5) pengambilan tindakan koreksi bila perlu.

1) Penetapan Standar

Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.

Menurut Handoko (1991, hal. 363)) tiga bentuk standar umum adalah :

a. Standar-standar fisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.

b. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan dan sejenisnya.

c. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada para bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan.

2) Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.

Menurut Handoko (1991, hal. 364) beberapa pertanyaan yang penting yang dapat digunakan untuk penentuan standar :

Berapa kali (how often) pelaksanaan seharusnya diukur setiap jam, harian, mingguan, bulanan ? Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan akan dilakukan, laporan tertulis, inspeksi visual, melalui telepon ? Siapa (who) yang akan terlibat, manajer, staf departemen ?

Dari pernyataan di atas, sebenarnya lebih menekankan bahwa pengukuran pelaksanaan kegiatan sebaiknya yang mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat diterangkan kepada para karyawan.

3) Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, misalnya dengan pengamatan, laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, metode-metode otomatis, dan infeksi atau pengujian tes atau pengambilan sampel. Selain itu pengukuran pelaksanaan, pada saat sekarang ini banyak dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan intern (internal auditor) sebagai pelaksanaan pengukuran.

4) Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan

Tahap krisis dalam proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan tetapi kompleksitas pada saat menginterprestasikan adanya penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan.

5) Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan

Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, dengan cara standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.

Biasanya suatu proses pengawasan pendapatan yang baik mencakup beberapa hal :

a. Pengukuran pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, rencana-rencana, dan standar-standar yang telah ditetapkan lebih dahulu

b. Penyampaian (pelaporan) hasil-hasil proses pengukuran kepada manajer yang bersangkutan

c. Analisa penyimpangan-penyimpangan dari tujuan-tujuan, rencana-rencana, kebijakan-kebijakan, dan standar-standar untuk dapat menentukan sebabnya.

d. Penimbangan arah tindakan alternatif yang dapat diambil untuk mengkoreksi kekurangan-kekurangan yang dimaksud dan untuk mengambil pelajaran dari keberhasilan-keberhasilan

e. Pemilihan dan pelaksanaan alternatif yang baik.

Salah satu fungsi manajemen yang harus diperhatikan dan analisa seharusnya dilaksanakan adalah fungsi pengawasan. Pengawasan berfungsi menyimpan untuk memastikan apakah pelaksanaan telah berjalan seperti yang telah direncanakan sebelumnya.

Untuk dapat mengawasi aktivitas perusahaan dengan baik melalui anggaran perlu ditetapkan suatu metode baku yang harus berfungsi terus menerus dan dilaksanakan dari tahap awal. Pada dasarnya salah satu fungsi anggaran tersebut adalah pengawasan. Pengawasan anggaran dimulai dari proses perencanaan atau penyusunan anggaran itu sendiri.

Penelitian yang berkaitan dengan perencanaan dan pengawasan pendapatan ini telah dilakukan oleh para peneliti pada berbagai perusahaan dan karakteristik organisasi yang berbeda seperti yang penulis uraikan di bawah ini :

Tabel. 1

Ikhtisar beberapa peneliti terdahulu

No Peneliti Tahun Objek PenelitianAlat AnalisisTemuan Hasil Penelitian

1Endang Safitri 2003Analisa Perencanaan dan Pengawasan Anggaran Penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing MedanUji t Hasil dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa Penerapan anggaran penjualan komoditas kelapa sawit yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara III Medan untuk tahun 1998 s/d 2003 tergolong baik

2Darliani2006Analisis Perencanaan dan Pengawasan Anggaran Pendapatan Pada PT. Tjipta Rimba DjajaStatistik deskriptifHasil penelitian diketahui bahwa perencanaan dan pengawasan anggaran pendapatan sudah baik, hal didukung dari hasil perhitungan mean adalah sebesar 2,6

B. Kerangka Berpikir Dalam pencapaian laba yang optimal harus didukung dengan suatu alat perencanaan dan pengawasan yang tepat. Perencanaan dan pengawasan tersebut biasanya dituangkan pihak manajemen dalam suatu bentuk anggaran.

Salah satu anggaran yang disusun untuk tujuan perusahaan adalah menyusun anggaran pendapatan. Dengan anggaran pendapatan yang disusun pihak manajemen ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai alat perencanaan dan pengawasan pendapatan perusahaan. Pengawasan pendapatan dilakukan dengan cara membandingkan anggaran pendapatan dengan realisasi pendapatan serta merevisi unsur penyimpangan (variance) pendapatan yang terjadi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian dalam rangka menjawab masalah penelitian.B. Definisi Operasional

Tujuan utama pemberian definisi operasional adalah memberikan suatu definisi pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah : Perencanaan dan pengawasan pendapatan adalah suatu proses yang kontiniu untuk menetapkan pendapatan yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan, kemudian diadakan suatu pengamatan dari seluruh pendapatan tersebut untuk menjamin agar semua pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang ditentukan sebelumnya.

Variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan lembar observasi yang berisi terdiri dari 10 pertanyaan diukur dengan skala interval 1-4 dimana dari nilai-nilai tersebut dapat ditarik kesimpulan :

Sangat baik= 4

Baik

= 3

Kurang Baik= 2

Tidak Baik = 1

Sebelum lembar observasi disusun perlu dibuat kisi-kisi lembar observasi maka komponen perencanaan dan pengawasan pendapatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 2

Kisi-kisi alat pengumpul data perencanaan dan pengawasan pendapatan :

NoKomponenNomor ButirTotal

1.Perencanaan pendapatan1,2,3,4,55

2.Pengawasan pendapatan6,7,8,9,105

Total10

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada CV. Express Limo Medan dengan alamat jalan .. Medan.

Dengan waktu penelitian dimulai bulan Januari 2008 sampai dengan selesai :

Tabel. III. 2

Waktu Penelitian

No Kegiatan W a k t u ( B u l a n )Ket

Januari Pebruari Maret April Mei Juni

1Pra riset10Hari

2Penemuan Masalah14 Hari

3Penulisan proposal20Hari

4Seminar Proposal1 Hari

5Penyusunan instrumen14 Hari

6Uji coba instrumen15 Hari

7Pengumpulan data20Hari

8Analisis data20Hari

9Penyusunan laporan45Hari

10Sidang Hasil1 Hari

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, jenis data yang penulis kumpulkan untuk mendukung variabel yang diteliti adalah : data dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian

Adapun sumber data yang penulis peroleh dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil quisioner terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian-pengujian.

b. Data skunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data skunder berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalah :

1. Teknik observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang dipergunakan penulis dari objek penelitian.

2. Teknik wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan, kepala bagian keuangan dan akuntansi serta karyawan yang berkaitan dengan objek penelitian.

F. Teknik Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan penulis adalah teknik statistik deskriptif yaitu frekwensi, tendensi sentral, standar deviasi untuk mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian dalam rangka menjawab rumusan masalah penelitian ini.DAFTAR PUSTAKAAnthony, Robert N, Jhon Dearden, Norton M. Bedford. (1997). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Kelima. Terjemahan Agus Maulana Jakarta : Eerlangga.

Basu Swastha, Ibnu Sukotjo W. (1993). Pengantar Bisnis Modern. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Yogyakarta : Liberty.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Thomas W. Lin. (2000). Manajemen Biaya dengan Tekanan Statejik. Buku Satu. Terjemahan A. Susty Ambarrianni. Jakarta : Salemba Empat.

Darliani. (2006). Skripsi : Analisis Perencanaan dan Pengawasan Anggaran Pendapatan Pada PT. Tjipta Rimba Djaja. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Endang Safitri. (2003). Skripsi : Analisa Perencanaan dan Pengawasan Anggaran Penjualan pada PT. Perkabunan Nusantara III Sei Sikambing Medan. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri. (1992). Anggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Harahap, Sofyan Syafri. (1993). Teori Akuntansi. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

M. Munandar. (1993). Budgeting. Edisi Pertama. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat

Siagian, S. P. (1990). Fungsi-Fungsi Manajerial. Cetakan Pertama. Jakarta : Bina Aksara.

Smith, Jay M. Jr. dan Skousen, F. Fred. (1997). Akuntansi Intermediate. Jilid Satu. Edisi Keenam. Terjemahan Tim Penerjemeh Penerbit Erlangga. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (2002). Metoda Statistik. Edisi Keenam. Bandung : Tarsito.

T. Hani Handoko. (1991). Manajemen. Edisi Keempat. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (1997). Medan : Fakultas Ekonomi Universitas Muhmmadiyah Sumatera Utara.

Zaki Baridwan. (1999). Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Cetakan Keenam. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.

LAMPIRAN

LEMBAR OBSERVASI

Analisis Perencanaan dan Pengawasan Pendapatan Pada

PT. Express Limo Medan

Objek Observasi :Analisis Perencanaan dan Pengawasan Pendapatan

Tempat Observasi :PT. Express Limo Medan

Waktu Observasi :Mei 2008

Observer :

No Klasifikasi Unsur Variabel yang diamatiDok/

Bukti

Lain ObservasiKode

Dokumen

SBBKBTB

1Dalam perencanaan pendapatan perusahaan terlebih dahulu membentuk panitia pelaksananya.

2Dalam perencanaan pendapatan perusahaan didasarkan atas anggaran pendapatan.

3Dalam perencanaan pendapatan perusahaan diselaraskan dengan rencana operasi.

4Dalam perencanaan operasi diselaraskan dengan perencanaan armada angkutan.

5Dalam perencanaan pendapatan perusahaan harus mereview, lalu memberikan persetujuan.

6Pengawasan terhadap pendapatan dimulai dari pengawasan armada sampai proses penerimaan setoran.(

7Pengawasan pendapatan disertai dengan pengawasan terhadap pemeliharaan kenderaan.

8Setiap penyimpangan yang signifikan dari perencanaan selalu diadakan koreksi melalui pengawasan.

9Diberikan tanggung jawab pada pusat pertanggung jawaban atas pengawasan pendapatan

10Analasis varian anggaran pendapatan dan identifikasi factor penyebab varian.

Jumlah

Total

1