Bahan Isi Leukemia
-
Upload
indah-ramadhan -
Category
Documents
-
view
20 -
download
1
Transcript of Bahan Isi Leukemia
A. Definisi
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah
proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002).
Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada
sumsum tulang (Soeparman, 1998). Penyakit ini sering disebut kanker darah.
Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tapi
yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah yang normal.
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka penulis berpendapat
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui (idiopatik), akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T-cell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
2. Radiasi : prosedur kemoterapi.
1 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom (Suriadi & Rita Yuliani,
2001)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu
(misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya
sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
C. Patofisiologi & Web of Caution
Normalnya sumsum tulang (bone marrow) digantikan dengan tumor yang
malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat (SSP). Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.
Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,
faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran
hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Suriadi, & Yuliani R, 2001)
2 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
3 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
4 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah
sebagai berikut :
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Lumphedenopathy
9. Hepatosplenomegaly
10. Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
E. Kemungkinan komplikasi yang muncul
Kemungkinan komplikasi yang muncul akibat leukemia adalah sebagai
berikut:
1. Sepsis
2. Perdarahan
3. Gagal organ
4. Iron Deficiency Anemia (IDA)
5. Kematian
F. Klasifikasi
1. Leukemia limfosit akut (ALL/LLA)
LLA subtipe merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidens
puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Laporan tentang leukemia akut berkelompok pada
anak menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan umum,
seperti agen infeksi atau karsinogen kimiawi, tetapi analisis statistik yang diteliti
belum dapat mendukung dugaan ini (Arief Mansjoer, 2002).
5 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel blasn LLA adalah tidak adanya
granula-granula yang positif dengan peroksidase atau sudan B hitam di dalam
sitoplasma, dan seringkali menampakkan gumpalan materi yang positif, limfoblas
tersebut juga bereaksi negatif dengan esterase nonspesifik.
Manifestasi klinis anak-anak dengan LLA umumnya memperlihatkan
gambaran yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah memperlihatkan gejala
dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat diagnosis ditegakkan, gejala
pertama biasanya tidak khas; dapat memunyai riwayat infeksi saluran napas akibat
virus atau suatu eksentama yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang
lazim adalah anoreaksia, iritabilitas dan alergi. Kegagalan fungsi sumsum tulang
yang progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam yaitu
gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostik.
2. Leukemia Non-Limfositik Akut (LNLA)
Bentuk leukemia ini ditemukan pada sekitar 20% penderita. Frekuensinya
hampir sama pada tiap kelompok umur dan sebanding pula pada anak laki-laki
dan perempuan. LNLA karakteristik pada beberapa kondisi yang merupakan
predisposisinya, yaitu anemia fanconi dan sindroma bloom dimana terdapat
kerusakan kromosom yang berat (Arief Mansjoer, 2002).
Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi sel dengan pewarnaan wright
pada sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat kemiripan sel predominan
dengan sel normal menentukan pembagian tipe. Bentuk yang paling umum adalah
populasi sel leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas. Proporsi
kedua jenis sel tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang
menyusun sekitar 90% dari seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik,
tampilan klinis dan respons terapi dari tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan
satu kekecualian: subgroup dengan predominansi sel mirip promielosit
mempunyai risiko gejala-gejala perdarahan akibat koagulasi intravascular tersebar
yang timbul pada saat respons pengobatan dini. Subtipe ini ditemukan sekitar 5%
dari penderita LNLA.
Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada penyakit ini tidak lama
berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari 6 minggu) hingga saat
6 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
diagnosa ditegakan. Namun, pada beberapa riwayat tanda dan gejala memberikan
petunjuk bahwa mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan
sebelum tampilan yang nyata; pada pasien demikian, keluhan biasanya bersifat
kelelahan dan infeksi berulang. Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat
dalam 2 minggu sebelum didiagnosis dapat berupa pucat, demam, perdarahan
aktif, nyeri tulang, distress, gastrointestinal, atau infeksi berat.
3. Leukemia Molistik Kronik ( LMK )
Bentuk leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua
tipe dasar leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri
umum yaitu peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah.
Pada bentuk dewasa, kromosom ph1 (Philadelphia) yang patogonomik ditemukan
secara konsisten. Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi
kromosom aneoploidi tetapi jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa
LMK lasim ditemukan pada anak-anak besar, namun kadang-kadang ditemukan
pada bayi karena itu pada pasien LMK harus dilakukan analisis kromosom untuk
menentukan bentuk spesifiknya (Arief Mansjoer, 2002).
a. Leukemia Mielositik Kronik Juvenil
Pasien-pasein ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi
bakteri rekuren karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa
kronik. Pada saat diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta
pembesaran moderat hati dan limpa.
b. Leokemia Melolistik Kronik Familial
Suatu subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6
bulan hingga 4 tahun dengan gambaran klinis kelelahan yang meningkat
hambatan pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah mirip dengan
LMK juvenin.
G. Insidensi
Insidensi leukemia limpoblastik Akut (ALL) berkisar 2-3/100.000
penduduk. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa
7 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
(18%) dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita (Arief
Mansjoer, 2002).
Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa anak-
anak, di Amerika Serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker
anak setiap tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia
limfositik kronik yang jarang pada anak-anak. 76% merupakan leukemia
limfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa
leukemia nonlimfositik akut dan leukemia mielositik kronik, masing-masing 21%
dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum di temukan pada orang
dewasa.
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada
anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan
prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai
frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate)
rata-rata yang juga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus
leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang
mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari
ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat
pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami
pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan (Betz, Cecily L.
2002).
H. Pemeriksaan khusus dan penunjang
Pemeriksaan khusus dan penunjang yang dilakukan pada kasus leukemia
adalah sebagai berikut:
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah
lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak
sembarang umur.
2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.
8 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan (Betz, Cecily L. 2002).
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation) dapat diberikan Heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sistostatika. Selain sitostatika yang lama (6-markaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai
nama obat lainnya. Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada penberian obat-obatan ini sering
terdapat akibat samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia,
infeksi skunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm
pemberian harus hati-hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)
e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan
(mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
f. Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.
g. Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase :
induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6
minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan
9 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase
konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital
lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk
memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-
anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik),
asparaginase (menurunkan kadar asparagin), asam amino (untuk pertumbuhan
tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi
remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol,
siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan
sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz, Cecily L. 2002).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara
bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak
hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka
perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya (Smeltzer, S C and Bare, B.G,
2002).
J. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Biodata
Leukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di
bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita
kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.
b. Riwayat Perawatan Sebelumnya
1) Riwayat kelahiran anak :
10 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
a) Prenatal
b) Natal
c) Post natal
2) Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa
pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
c. Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
3. Kebutuhan Dasar
a. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare
bahkan perdarahan.
b. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi
makanan. Berat badan menurun.
c. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.
d. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh akibat
anemia.
e. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : DBN
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan Kepala Leher
1) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau
bakteri), perdarahan gusi
2) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat
infiltrasi ke SSP.
11 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
d. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi
dehidrasi.
e. Pemeriksaan Dada dan Thorax
1) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
2) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
3) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
4) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
f. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan
vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada
pembesaran hepar dan limpa.
2) Perkusi tanda asites bila ada.
g. Pemeriksaan Ekstremitas
h. Adakah cyanosis kekuatan otot.
5. Informasi Lain
a. Perangkat Diagnostik
1) Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik.
2) Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan
penimbunan sel darah.
b. Penatalaksanaan
1) Kemoterapi dengan banyak obat
2) Antibiotik untuk mencegah infeksi
3) Tranfusi untuk mengatasi anemia
K. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong, D.L (2004), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan tubuh
sekunder
12 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum akibat
anemia dan tirah baring
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan efek samping kemoterapi
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)
e. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan
anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)
L. Rencana Keperawatan
NANDA
Dx.1. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan
tubuh sekunder
NOC
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:
1. Tetap terjaga bebas dari tanda infeksi
2. Tanda dari infeksi menjadi suatu kewaspadaan
NIC
Rencana intervensi yang akan dilakukan:
1. Memantau suhu oral atau membran timpani dengan menggunakan termometer
pada anak.
R/ suhu oral ataupun membran timpani mencerminkan dengan akurat suhu tubuh
dan aman bagi anak.
2. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu kulit.
R/ kulit tubuh merupakan pertahan pertama tubuh dalam melawan infeksi.
3. Melakukan kebersihan tangan atau menggunakan alkohol sebelum kontak
dengan anak.
R/ pencegahan serta perlindungan terhadap penularan infeksi dapat dicegah
dengan kebersihan tangan saat kontak dengan anak.
4. Mengevaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum intravena.
R/ intervensi dini penanganan infeksi.
13 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
5. Kolaborasi : memberikan antibiotik sesuai ketentuan.
R/ diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.
NANDA
Dx.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum
akibat anemia dan tirah baring
NOC
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:
1. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
2. Pemahaman tentang perlunya peningkatan aktivitas.
NIC
Rencana intervensi yang akan dilakukan:
1. Menentukan penyebab dari intoleransi aktivitas.
R/ dengan menentukan penyebab, suatu masalah dapat di intervensi secara
langsung.
2. Jika anak dalam keadaan tirah baring, memposisikan anak dalam posisi lebih
tegak sehingga tidak membebani sistem kardiovaskular.
R/ dengan memposisikan anak dalam posisi lebih tegak maka beban sistem
kardiovaskular lebih ringan dalam suplai darah.
3. Mengevaluasi keseharian anak dalam beraktivitas dan setelah prosedur tirah
baring. Melakukan mobilisasi pada anak yang tirah baring.
R/ posisi yang baik membantu menjaga distribusi cairan secara optimal dan
toleransi ortostatik.
4. Jika anak dalam keadaan immobilisasi, menggunakan bed beroda untuk
berpindah
R/ menggunakan bed beroda untuk berpindah dapat membantu anak tidak harus
berpindah dari tempat tidurnya.
5. Jika bersesuaian, meningkatkan kemampuan aktivitas anak, dampingi anak
dalam merubah posisi, berpindah, atau melakukan perawatan diri.
Meningkatkan kemampuan dari duduk di tempat tidur kemudian berdiri dan
selanjutnya berpindah.
14 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
R/ postoral hipotensi sering terjadi dalam hal ini.
6. Melakukan latihan ROM jika anak tidak toleransi terhadap aktivitasnya atau
dalam keadaan immobilisasi.
R/ dengan melakukan ROM baik aktif maupun pasif, resiko terjadinya penekanan
pada daerah tertentu tidak terjadi dan mencegah kontraktur.
NANDA
Dx.3.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan efek samping kemoterapi
NOC
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:
1. BB dalam batas normal sesuai dengan umur dan tinggi badan
2. Mendapat nutrisi yang adekuat
NIC
Rencana intervensi yang akan dilakukan:
1. Melihat tanda-tanda malnutrisi seperti lengan dan kaki yang kecil, kondisi
yang buruk dari kulit dan rambut, terlihatnya vertebra dan tulang iga, latergi
ataupun edema.
R/ membantu menentukan jenis malnutrisi yang terjadi pada anak.
2. Menimbang BB, ukur TB pada anak yang berusia 3 tahun
R/ membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran BMI kurang dari normal.
3. Bekerjasama dengan orang tua untuk meningkatkan pemasukan nutrisi yang
adekuat
R/ bekerjasama dan berdiskusi dengan orang tua akan lebih memberikan
pemahaman akan pentingnya orang tua meningkatkan pemasukan nutrisi yang
adekuat untuk anak mereka.
4. Mengizinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat
15 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
R/ memakan semua makanan yang dapat ditoleransi dapat mempertahankan
nutrisi yang optimal
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
R/ masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi anak
dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
R/ kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
7. Jika anak dengan anemia, tinkatkan makanan yang kaya akan zat besi dan
vitamin B12, vitamin C dan asam folat.
R/ zat besi dalam daging dan ikan dapat diabsorbsi dengan baik. Vitamin C
meningkatkan pembentukan zat besi. Vitamin B12 dan asam folat meningkatkan
eritropoisis.
NANDA
Dx.4.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)
NOC
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:
1. Mendiskripsikan bagaimana intervensi nonfarmakologi yang dapat dilakukan
untuk menghilangkan nyeri
2. Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
NIC
Rencana intervensi yang akan dilakukan:
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala nyeri yang valid dengan skala antara 0
sampai 10.
R/ langkah pertama dalam pengkajian nyeri untuk menentukan jika klien tidak
dapat mendiskripsikan nyerinya sendiri. Tanyakan kepada klien tentang intensitas
nyerinya kemudian memilih simbol yang sesuai dengan tingkatan nyerinya.
2. Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan.
16 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
R/ tanda-tanda vital mencerminkan keadaan pasien.
3. Menggunakan intervensi nonfarmakologi seperti distraksi dan relaksasi.
R/ terapi pelengkap seperti distraksi dan relaksasi merupakan salah satu metode
yang dapat menurunkan nyeri yang termasuk dalam intervensi nonfarmakologi.
4. Mengajarkan penggunaan intervensi nonfarmakologi ketika nyeri relatif dapat
dikontrol dengan menggunakan metode farmakologi.
R/ intervensi nonfarmakologi dapat digunakan sebagai tambahan intervensi
farmakologi.
5. Kolaborasi: Berikan obat-obat anti nyeri.
R/ untuk mencegah kambuhnya nyeri.
NANDA
Dx.5.Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan
anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)
NOC
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:
1. Anak atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik
atau terapi
NIC
Rencana intervensi yang akan dilakukan:
1. Menjelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak.
R/ meminimalkan kekhawatiran dengan menjelaskan alasan setiap prosedur yang
akan dilakukan
2. Membantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
anak menjalani kehidupan yang normal.
R/ meningkatkan perkembangan anak yang optimal.
3. Menyediakan waktu untuk keluarga agar dapat mengespresikan perasaannya
mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan
hidup.
R/ memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
17 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia
4. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan.
R/ mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur.
5. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada
R/ mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga.
Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2002. Jakarta: Salemba Medika.
Abdoerrachman MH, dkk. Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. 1998. Jakarta: Penerbit
Fakultas Kedokteran UI.
Anna Budi Keliat. Proses Keperawatan. 1994. Jakarta: EGC.
Rosa M Sacharin. Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2. 1996. Jakarta
Soeparman, Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. 1998. , Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed8. Vol.1. , 2002. Jakarta : EGC
Suriadi, dkk. Askep Pada Anak. 2001. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.
Nanda. 2011. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications.
Johnson, Marion et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :
Mosby.
McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA : Mosby.
Ackley, BJ and Ladwig, GB. Nursing Diagnosis Hanbook: An Evidence-Based
Guide to Planning Care. 2012. USA : Mosby.
18 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia