Bahan Isi Leukemia

27
A. Definisi Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, 2002). Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002). Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang (Soeparman, 1998). Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tapi yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah yang normal. Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. 1 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Transcript of Bahan Isi Leukemia

Page 1: Bahan Isi Leukemia

A. Definisi

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa

proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan

sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke

jaringan tubuh yang lain (Arief Mansjoer, 2002).

Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam

jaringan pembentuk darah (Suriadi & Rita yuliani, 2001). Leukemia adalah

proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang

menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G,

2002).

Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah yang

bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan  penyakit darah

yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada

sumsum tulang (Soeparman, 1998). Penyakit ini sering disebut kanker darah.

Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tapi

yang di hasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak

pertumbuhan sel darah yang normal.

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang

abnormal dan ganas serta disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat

menyebabkan  terjadinya anemia trombositopenia.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas maka penulis berpendapat

bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi

abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat

pembentuk darah.

B. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui (idiopatik), akan tetapi terdapat faktor

predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen

(T-cell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).

2. Radiasi : prosedur kemoterapi.

1 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 2: Bahan Isi Leukemia

3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.

4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom (Suriadi & Rita Yuliani,

2001)

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.

Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.

Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu

(misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker meningkatkan resiko

terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya

sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

C. Patofisiologi & Web of Caution

Normalnya sumsum tulang (bone marrow) digantikan dengan tumor yang

malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan

platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.

Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan

sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.

Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan

infiltrasi organ, sistem saraf pusat (SSP). Gangguan pada nutrisi dan metabolisme.

Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,

faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.

Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran

hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Suriadi, & Yuliani R, 2001)

2 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 3: Bahan Isi Leukemia

3 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 4: Bahan Isi Leukemia

4 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 5: Bahan Isi Leukemia

D. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah

sebagai berikut :

1. Pilek tidak sembuh-sembuh

2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

3. Demam dan anorexia

4. Berat badan menurun

5. Ptechiae, memar tanpa sebab

6. Nyeri pada tulang dan persendian

7. Nyeri abdomen

8. Lumphedenopathy

9. Hepatosplenomegaly

10. Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

E. Kemungkinan komplikasi yang muncul

Kemungkinan komplikasi yang muncul akibat leukemia adalah sebagai

berikut:

1. Sepsis

2. Perdarahan

3. Gagal organ

4. Iron Deficiency Anemia (IDA)

5. Kematian

F. Klasifikasi

1. Leukemia limfosit akut (ALL/LLA)

LLA subtipe merupakan 60% dari bentuk leukemia anak dengan insidens

puncak pada usia 3-4 tahun. LLA lebih banyak ditemui pada anak laki-laki

dibanding anak perempuan. Laporan tentang leukemia akut berkelompok pada

anak menimbulkan dugaan adanya pengaruh beberapa faktor lingkungan umum,

seperti agen infeksi atau karsinogen kimiawi, tetapi analisis statistik yang diteliti

belum dapat mendukung dugaan ini (Arief Mansjoer, 2002).

5 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 6: Bahan Isi Leukemia

Ciri-ciri sitokimia untuk indentifikasi sel-sel blasn LLA adalah tidak adanya

granula-granula yang positif dengan peroksidase atau sudan B hitam di dalam

sitoplasma, dan seringkali menampakkan gumpalan materi yang positif, limfoblas

tersebut juga bereaksi negatif dengan esterase nonspesifik.

Manifestasi klinis anak-anak dengan LLA umumnya memperlihatkan

gambaran yang agak konsisten. Sekitar dua pertiga telah memperlihatkan gejala

dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat diagnosis ditegakkan, gejala

pertama biasanya tidak khas; dapat memunyai riwayat infeksi saluran napas akibat

virus atau suatu eksentama yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal yang

lazim adalah anoreaksia, iritabilitas dan alergi. Kegagalan fungsi sumsum tulang 

yang progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan dan demam yaitu

gambaran-gambaran yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostik.

2. Leukemia Non-Limfositik Akut (LNLA)

Bentuk leukemia ini ditemukan pada sekitar 20% penderita. Frekuensinya

hampir sama pada tiap kelompok umur dan sebanding pula pada anak laki-laki

dan perempuan. LNLA karakteristik pada beberapa kondisi yang merupakan

predisposisinya, yaitu anemia fanconi dan sindroma bloom dimana terdapat

kerusakan kromosom yang berat (Arief Mansjoer, 2002).

Pembedaan berdasarkan ciri-ciri morfologi sel dengan pewarnaan wright

pada sediaan apus darah dan sumsum tulang. Derajat kemiripan sel predominan

dengan sel normal menentukan pembagian tipe. Bentuk yang paling umum adalah

populasi sel  leukemik yang menyerupai mieloblas atau mielomonoblas. Proporsi

kedua jenis sel tersebut membedakannya menjadi dua tipe leukemia yang

menyusun sekitar 90% dari seluruh LNLA. Meskipun berbeda secara sitologik,

tampilan klinis dan respons terapi dari tipe-tipe subgroup ini hampir sama dengan

satu kekecualian: subgroup dengan predominansi sel mirip promielosit

mempunyai risiko gejala-gejala perdarahan akibat koagulasi intravascular tersebar

yang timbul pada saat respons pengobatan dini. Subtipe ini ditemukan sekitar 5%

dari penderita LNLA.

Manisfestasi klinis. Biasanya gejala dan tanda pada penyakit ini tidak lama

berlangsungnya (pada sekitar 50% penderita kurang dari 6 minggu) hingga saat

6 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 7: Bahan Isi Leukemia

diagnosa ditegakan. Namun, pada beberapa riwayat tanda dan gejala memberikan

petunjuk bahwa  mungkin awitanya telah berlangsung selama lebih dari 12 bulan

sebelum tampilan yang nyata; pada pasien demikian, keluhan  biasanya bersifat

kelelahan dan infeksi berulang. Gejala dan tanda lainya yang mangkin hebat

dalam 2 minggu sebelum didiagnosis dapat berupa pucat, demam, perdarahan

aktif, nyeri tulang, distress, gastrointestinal, atau infeksi berat.

3. Leukemia Molistik Kronik ( LMK )

Bentuk leukemia ini hanya merupakan 3% kasus pada anak-anak. Ada dua

tipe dasar leukemia mielositik kronik. Persamaan keduanya hanya pada ciri-ciri

umum yaitu peningkatan jumlah sel-sel myeloid yang berdiferensasi dalam darah.

Pada bentuk dewasa, kromosom ph1 (Philadelphia) yang patogonomik ditemukan

secara konsisten. Pada juvenile, sel leukemik dapat dengan berbagai pareasi

kromosom aneoploidi tetapi jarang ditemukan kromosom ph1. Bentuk dewasa

LMK lasim ditemukan pada anak-anak besar, namun kadang-kadang ditemukan

pada bayi karena itu pada pasien LMK harus dilakukan analisis kromosom untuk

menentukan bentuk spesifiknya (Arief Mansjoer, 2002).

a. Leukemia Mielositik Kronik Juvenil

Pasien-pasein ini mempunyai ruwam eksematosa, limpadenopati dan infeksi

bakteri rekuren karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulamatosa

kronik. Pada saat diagnosis penderita umumnya pucat dengan purpura serta

pembesaran moderat hati dan limpa.

b. Leokemia Melolistik Kronik Familial

Suatu subgroup LMK merupakan penyakit pamilial. Umur saat awitan 6

bulan hingga 4 tahun  dengan gambaran klinis kelelahan yang meningkat

hambatan pertumbuhan, hepatoplenomegali pasif. Temuan darah mirip dengan

LMK juvenin.

G. Insidensi

Insidensi leukemia limpoblastik Akut (ALL) berkisar 2-3/100.000

penduduk. Lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa

7 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 8: Bahan Isi Leukemia

(18%) dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita (Arief

Mansjoer, 2002).

Leukemia merupakan bentuk kanker yang paling umum pada masa anak-

anak, di Amerika Serikat, hampir mencapai sepertiga dari 7.000 kasus baru kanker

anak setiap tahunnya. Jenis leukemianya sama dengan dewasa, kecuali leukemia

limfositik kronik yang jarang pada anak-anak. 76% merupakan leukemia

limfositik akut, sisanya berupa leukemia nonlimfositik akut, sisanya berupa

leukemia nonlimfositik akut dan leukemia mielositik kronik, masing-masing 21%

dan 3%. Leukemia nonlimfositik kronik lebih umum di temukan pada orang

dewasa.

ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada

anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan

prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai

frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate)

rata-rata yang juga lebih rendah.

ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus

leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang

mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari

ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat

pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami

pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan (Betz, Cecily L.

2002).

H. Pemeriksaan khusus dan penunjang

Pemeriksaan khusus dan penunjang yang dilakukan pada kasus leukemia

adalah sebagai berikut:

1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang

dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah

lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak

sembarang umur.

2. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.

8 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 9: Bahan Isi Leukemia

3. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

4. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.

5. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.

6. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.

7. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan (Betz, Cecily L. 2002).

I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada

trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi

trombosit dan bila terdapat  tanda-tanda DIC (Disseminated Intravascular

Coagulation) dapat diberikan Heparin.

b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah

dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c. Sistostatika. Selain sitostatika yang lama (6-markaptopurin atau 6-mp,

metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih

poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai

nama obat lainnya. Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi

bersama-sama dengan prednison. Pada penberian obat-obatan ini sering

terdapat akibat samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia,

infeksi skunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm

pemberian harus hati-hati.

d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)

e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai

remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan

(mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).

f. Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.

g. Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang

diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase :

induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6

minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan

9 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 10: Bahan Isi Leukemia

remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase

konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital

lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk

memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-

anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik),

asparaginase (menurunkan kadar asparagin), asam amino (untuk pertumbuhan

tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi

remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol,

siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan

sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz, Cecily L. 2002).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain

yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya

kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan

pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara

bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak

hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka

perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya (Smeltzer, S C and Bare, B.G,

2002).

J. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Biodata

Leukemia Limfositik Akut (LLA) paling sering menyerang anak-anak di

bawah umur 15 tahun, dengan puncak insiden antara 3-4 tahun. Penderita

kebanyakan laki-laki dengan rasio 5:4 jika dibandingkan dengan perempuan.

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Utama

Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika

disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.

b. Riwayat Perawatan Sebelumnya

1) Riwayat kelahiran anak :

10 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 11: Bahan Isi Leukemia

a) Prenatal

b) Natal

c) Post natal

2) Riwayat Tumbuh Kembang

Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa

pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.

c. Riwayat keluarga

Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang

terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).

3. Kebutuhan Dasar

a. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan diare

bahkan perdarahan.

b. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi

makanan. Berat badan menurun.

c. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.

d. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh akibat

anemia.

e. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum tampak lemah

Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.

b. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : DBN

Nadi :

Suhu : meningkat jika terjadi infeksi

RR : Dispneu, takhipneu

c. Pemeriksaan Kepala Leher

1) Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau

bakteri), perdarahan gusi

2) Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat

infiltrasi ke SSP.

11 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 12: Bahan Isi Leukemia

d. Pemeriksaan Integumen

Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi

dehidrasi.

e. Pemeriksaan Dada dan Thorax

1) Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.

2) Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret

akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada

3) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)

4) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.

f. Pemeriksaan Abdomen

1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan

vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada

pembesaran hepar dan limpa.

2) Perkusi tanda asites bila ada.

g. Pemeriksaan Ekstremitas

h. Adakah cyanosis kekuatan otot.

5. Informasi Lain

a. Perangkat Diagnostik

1) Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik.

2) Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan

penimbunan sel darah.

b. Penatalaksanaan

1) Kemoterapi dengan banyak obat

2) Antibiotik untuk mencegah infeksi

3) Tranfusi untuk mengatasi anemia

K. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wong, D.L (2004), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:

a. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan tubuh

sekunder

12 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 13: Bahan Isi Leukemia

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum akibat

anemia dan tirah baring

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia dan efek samping kemoterapi

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)

e. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan

anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)

L. Rencana Keperawatan

NANDA

Dx.1. Resiko infeksi dengan faktor resiko menurunnya sistem pertahanan

tubuh sekunder

NOC

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:

1. Tetap terjaga bebas dari tanda infeksi

2. Tanda dari infeksi menjadi suatu kewaspadaan

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Memantau suhu oral atau membran timpani dengan menggunakan termometer

pada anak.

R/ suhu oral ataupun membran timpani mencerminkan dengan akurat suhu tubuh

dan aman bagi anak.

2. Mengkaji warna, turgor, kelenturan serta suhu kulit.

R/ kulit tubuh merupakan pertahan pertama tubuh dalam melawan infeksi.

3. Melakukan kebersihan tangan atau menggunakan alkohol sebelum kontak

dengan anak.

R/ pencegahan serta perlindungan terhadap penularan infeksi dapat dicegah

dengan kebersihan tangan saat kontak dengan anak.

4. Mengevaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti

tempat penusukan jarum intravena.

R/ intervensi dini penanganan infeksi.

13 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 14: Bahan Isi Leukemia

5. Kolaborasi : memberikan antibiotik sesuai ketentuan.

R/ diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

NANDA

Dx.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum

akibat anemia dan tirah baring

NOC

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:

1. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas.

2. Pemahaman tentang perlunya peningkatan aktivitas.

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Menentukan penyebab dari intoleransi aktivitas.

R/ dengan menentukan penyebab, suatu masalah dapat di intervensi secara

langsung.

2. Jika anak dalam keadaan tirah baring, memposisikan anak dalam posisi lebih

tegak sehingga tidak membebani sistem kardiovaskular.

R/ dengan memposisikan anak dalam posisi lebih tegak maka beban sistem

kardiovaskular lebih ringan dalam suplai darah.

3. Mengevaluasi keseharian anak dalam beraktivitas dan setelah prosedur tirah

baring. Melakukan mobilisasi pada anak yang tirah baring.

R/ posisi yang baik membantu menjaga distribusi cairan secara optimal dan

toleransi ortostatik.

4. Jika anak dalam keadaan immobilisasi, menggunakan bed beroda untuk

berpindah

R/ menggunakan bed beroda untuk berpindah dapat membantu anak tidak harus

berpindah dari tempat tidurnya.

5. Jika bersesuaian, meningkatkan kemampuan aktivitas anak, dampingi anak

dalam merubah posisi, berpindah, atau melakukan perawatan diri.

Meningkatkan kemampuan dari duduk di tempat tidur kemudian berdiri dan

selanjutnya berpindah.

14 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 15: Bahan Isi Leukemia

R/ postoral hipotensi sering terjadi dalam hal ini.

6. Melakukan latihan ROM jika anak tidak toleransi terhadap aktivitasnya atau

dalam keadaan immobilisasi.

R/ dengan melakukan ROM baik aktif maupun pasif, resiko terjadinya penekanan

pada daerah tertentu tidak terjadi dan mencegah kontraktur.

NANDA

Dx.3.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia dan efek samping kemoterapi

NOC

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:

1. BB dalam batas normal sesuai dengan umur dan tinggi badan

2. Mendapat nutrisi yang adekuat

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Melihat tanda-tanda malnutrisi seperti lengan dan kaki yang kecil, kondisi

yang buruk dari kulit dan rambut, terlihatnya vertebra dan tulang iga, latergi

ataupun edema.

R/ membantu menentukan jenis malnutrisi yang terjadi pada anak.

2. Menimbang BB, ukur TB pada anak yang berusia 3 tahun

R/ membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila

BB dan pengukuran BMI kurang dari normal.

3. Bekerjasama dengan orang tua untuk meningkatkan pemasukan nutrisi yang

adekuat

R/ bekerjasama dan berdiskusi dengan orang tua akan lebih memberikan

pemahaman akan pentingnya orang tua meningkatkan pemasukan nutrisi yang

adekuat untuk anak mereka.

4. Mengizinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak

meningkat

15 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 16: Bahan Isi Leukemia

R/ memakan semua makanan yang dapat ditoleransi dapat mempertahankan

nutrisi yang optimal

5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

R/ masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi anak

dengan baik

6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

R/ kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk

menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam

mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.

7. Jika anak dengan anemia, tinkatkan makanan yang kaya akan zat besi dan

vitamin B12, vitamin C dan asam folat.

R/ zat besi dalam daging dan ikan dapat diabsorbsi dengan baik. Vitamin C

meningkatkan pembentukan zat besi. Vitamin B12 dan asam folat meningkatkan

eritropoisis.

NANDA

Dx.4.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (leukemia)

NOC

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:

1. Mendiskripsikan bagaimana intervensi nonfarmakologi yang dapat dilakukan

untuk menghilangkan nyeri

2. Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat

diterima anak

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala nyeri yang valid dengan skala antara 0

sampai 10.

R/ langkah pertama dalam pengkajian nyeri untuk menentukan jika klien tidak

dapat mendiskripsikan nyerinya sendiri. Tanyakan kepada klien tentang intensitas

nyerinya kemudian memilih simbol yang sesuai dengan tingkatan nyerinya.

2. Memantau tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan.

16 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 17: Bahan Isi Leukemia

R/ tanda-tanda vital mencerminkan keadaan pasien.

3. Menggunakan intervensi nonfarmakologi seperti distraksi dan relaksasi.

R/ terapi pelengkap seperti distraksi dan relaksasi merupakan salah satu metode

yang dapat menurunkan nyeri yang termasuk dalam intervensi nonfarmakologi.

4. Mengajarkan penggunaan intervensi nonfarmakologi ketika nyeri relatif dapat

dikontrol dengan menggunakan metode farmakologi.

R/ intervensi nonfarmakologi dapat digunakan sebagai tambahan intervensi

farmakologi.

5. Kolaborasi: Berikan obat-obat anti nyeri.

R/ untuk mencegah kambuhnya nyeri.

NANDA

Dx.5.Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pergeserang kekuatan

anggota keluarga (mempunyai anak yang menderita leukemia)

NOC

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan perawatan:

1. Anak atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik

atau terapi

NIC

Rencana intervensi yang akan dilakukan:

1. Menjelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak.

R/ meminimalkan kekhawatiran dengan menjelaskan alasan setiap prosedur yang

akan dilakukan

2. Membantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu

anak menjalani kehidupan yang normal.

R/ meningkatkan perkembangan anak yang optimal.

3. Menyediakan waktu untuk keluarga agar dapat mengespresikan perasaannya

mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan

hidup.

R/ memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara

realistis

17 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia

Page 18: Bahan Isi Leukemia

4. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang

hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi

tambahan.

R/ mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur.

5. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang

ada

R/ mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga.

Daftar Pustaka

Arif, Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2002. Jakarta: Salemba Medika.

Abdoerrachman MH, dkk. Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. 1998. Jakarta: Penerbit

Fakultas Kedokteran UI.

Anna Budi Keliat. Proses Keperawatan. 1994. Jakarta: EGC.

Rosa M Sacharin. Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2. 1996. Jakarta

Soeparman, Sarwono Waspadji. Ilmu Penyakit Dalam, jilid II. 1998. , Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and

Suddarth’s, Ed8. Vol.1. , 2002. Jakarta : EGC

Suriadi, dkk. Askep Pada Anak. 2001. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.

Nanda. 2011. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications.

Johnson, Marion et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :

Mosby.

McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing Intervention

Classification (NIC). USA : Mosby.

Ackley, BJ and Ladwig, GB. Nursing Diagnosis Hanbook: An Evidence-Based

Guide to Planning Care. 2012. USA : Mosby.

18 | Program Pendidikan Ners Keperawatan Anak : Leukemia