bab1

4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pelaksanaan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif masih memperhatikan, data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1! menun"ukkan bah#a ibu$ibu yang memberikan ASI se%ara eksklusif kepada bayinya men%apai &!', sedangkan dalam epelita I ditargetkan *+' (### bsn %o id ) ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI sa"a se"ak lahir sampai umur - bulan .rogram peningkatan penggunaan ASI khususnya ASI eksklusif selama - bulan merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gi/i dan kesehatan ba#ah lima tahun (Depkes I, 0++ ) Modal dasar untuk pembentukan atau memperoleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi dilaksanakan se"ak bayi dalam kandungandan "uga memperhatikan nutrisi yang baik se"ak konsepsi, masa kehamilan dan kelahiran Salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif yang benar (### tempo interaktif %om) ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi Dala ASI terkandung nilai$nilai komponen yang tidak dapat digantikan oleh formula,misalnya perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi (Mellyna 2uliana, 0++ ) Meski demikian tidak semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dengan benar, hal inidipengaruhi oleh pengetahuan dan peker"aan ibu Sebagaimana diperoleh dari akses internet (### kespro info3kia sep3 0++ dapat diketahui bah#a kondisiibu dan anak dalam upaya peningkatan pemberian ASI terhambat karena ibu kembali beker"a setelah %uti bersa Dengan alasan klasik, ibu beker"a mempunyai kebiasaan memberikan susu botol 1

description

fgsxfgbzx

Transcript of bab1

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah pelaksanaan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif masih memperhatikan, data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan dalam Repelita VI ditargetkan 80% (www.bsn.co.id).

ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan. Program peningkatan penggunaan ASI khususnya ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bawah lima tahun (Depkes RI, 2003).

Modal dasar untuk pembentukan atau memperoleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi dilaksanakan sejak bayi dalam kandungan dan juga memperhatikan nutrisi yang baik sejak konsepsi, masa kehamilan dan kelahiran. Salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif yang benar (www.tempointeraktif.com). ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Dalam ASI terkandung nilai-nilai komponen yang tidak dapat digantikan oleh susu formula, misalnya perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi (Mellyna Huliana, 2003). Meski demikian tidak semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dengan benar, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pekerjaan ibu.

Sebagaimana diperoleh dari akses internet (www.kespro.info/kia.sep/ 2002) dapat diketahui bahwa kondisi ibu dan anak dalam upaya peningkatan pemberian ASI terhambat karena ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin. Dengan alasan klasik, ibu bekerja mempunyai kebiasaan memberikan susu botol atau susu formula secara dini. Sehingga menggeser atau menggantikan kedudukan ASI. Karena kurangnya pengetahuan ibu yang tidak memberikan ASInya selama dia bekerja, hal ini dapat menghambat mensukseskan program ASI eksklusif.

Bukti-bukti penurunan ASI dinegara-negara yang telah maju telah banyak dikemukakan antara lain di Amerika. Pada permulaan abad ke-20 sampai sekarang kira-kira 71% bayi mendapat ASI kurang lebih 6 bulan, sedangkan tahun 1971 menurun menjadi 25% (Soetjiningsih,1997). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 1997 menunjukkan pemberian ASI eksklusif sampai 4 bulan baru mencapai 52% (www.tempo interaktif.com) dari target pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% (Utami Roesli, 2000).

Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan tanggal 11 dan 18 Maret 2005 dengan cara wawancara terhadap 30 ibu menyusui yang berkunjung di Bidan Praktek Swasta Ny. Yudi diketahui 60% (18 orang) ibu bekerja dan 40% (12 orang) yang tidak bekerja. Dari 18 orang yang bekerja terdapat 33,3% (6 orang) yang memberikan ASI dan yang tidak memberikan ASI 66,7% (12 orang) saat bekerja. Dan didapatkan bahwa 80% (24 orang) dari 30 ibu-ibu yang menyusui sekaligus sebagai responden belum mengetahui tentang ASI perasan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan di Bidan Praktek Swasta Ny. Yudi Desa Wonorejo Kecamatan Wates-Kediri. Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang cara pemberian ASI eksklusif atau ASI perasan bagi ibu pekerja yang menyusui.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan di Bidan Praktek Swasta Ny. Yudi Desa Wonorejo Kecamatan Wates-Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan di Bidan Praktek Swasta Ny. Yudi Desa Wonorejo Kecamatan Wates-Kediri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi ibu pekerja dalam menerapkan program ASI perasan.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan pada tingkat tahu.

3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan pada tingkat paham.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1.Menambah pengetahuan peneliti tentang ASI perasaan.

2.Menambah pengalaman peneliti dalam hal penerapan riset.

3.Sebagai penerapan dari ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah, terutama mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja yang menyusui.

1.4.2 Bagi Institusi

Pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya dengan masukan ASI perasan dalam mata kuliah yang memberikan tentang ASI eksklusif.

1.4.3 Bagi Profesi

1.Sebagai dasar masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan tentang ASI perasan dalam hal perencanaan usaha memperlancar program ASI ekslusif.

2.Sebagai tambahan pengetahuan bidan dilahan praktik dalam hal menentukan kebijakan.

3.Bahan masukan dalam memperbaiki kebijakan pelayanan kesehatan bagi ibu menyusui.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Memberi gambaran atau informasi pengetahuan masyarakat tentang ASI perasan, sehingga diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan tentang ASI perasan.

1.4.5 Bagi Pembaca

1.Penulis berharap hasil penelitian dapat menambah pengetahuan bagi pembaca terutama mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan.

2.Sebagai data awal yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu pekerja yang menyusui tentang ASI perasan.

PAGE 4