bab1-5
-
Upload
devy-bahoy -
Category
Documents
-
view
129 -
download
0
description
Transcript of bab1-5
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 1/45
1
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan masih
tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,
terutama pada balita.1
Radang akut saluran pernapasan atas jauh lebih penting pada bayi dan anak
kecil dibandingkan pada anak yang lebih tua, karena jalan napas yang lebih kecil
cenderung manghadapkan anak kecil pada suatu keadaan penyempitan yang relatif
lebih berat daripada yang ditimbulkan oleh tingkat radang yang sama pada anak yang
lebih tua.
1
ISPA meliputi infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah. Salah satu yang termasuk dalam infeksi saluran pernapasan bagian
atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, laringitis,
bronchitis dan sinusitis sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran
napas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia.1
Laringitis akut merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai
onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Bila laringitis berlangsung lebih dari 3
minggu maka disebut laringitis kronik. Laringitis didefinisikan sebagai proses
inflamasi yang melibatkan laring dan dapat disebabkan oleh berbagai proses baik
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 2/45
2
infeksi maupun non-infeksi. Laringitis sering juga disebut juga dengan ‘croup’.
Dalam proses peradangannya laringitis sering melibatkan saluran pernafasan
dibawahnya yaitu trakea dan bronkus. Bila peradangan melibatkan laring dan trakea
maka diagnosis spesifiknya disebut laringotrakeitis, dan bila peradangan sampai ke
bronkus maka diagnosis spesifiknya disebut laringotrakeobronkitis.2,3,4
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 3/45
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi laringitis
Laringitis didefinisikan sebagai proses inflamasi yang melibatkan laring dan
dapat disebabkan oleh berbagai proses baik infeksi maupun non-infeksi. Laringitis
sering juga disebut juga dengan ‘croup’.3
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh
infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.5,6
2. Epidemiologi laringitis
Dari penelitian di Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia
0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan
didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari
1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per
tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun. Dari
penelitian di Chapel Hill didapatkan data-data perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47,
31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan
perawatan di rumahsakit. Di Tuscon didapatkan angka serangan croup selama tahun
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 4/45
4
pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai
puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah
terserang dibandingkan perempuan, dengan perbandingan laki-laki/perempuan 1.43:1.
Banyak dari kasus-kasus croup timbul pada musim gugur dimana kasus akibat virus
parainfluenza lebih banyak timbul. Pada literatur lain disebutkan croup banyak timbul
pada musim dingin, tetapi dapat timbul sepanjang tahun. Kurang lebih 15% dari para
penderita mempunyai riwayat croup pada keluarganya.2,3,4,7
3. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas Bentuk
laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan
bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring
sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.
8
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang
rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring
adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid
terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher
depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap/alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada
kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada
permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 5/45
5
piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini. mempunyai dua buah
prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.
8
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian
pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis
suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi
laring pada gambar 1. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal
yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago
kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata
dan kuneiformis.8
Gambar 2.1 Struktur anatomi laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 6/45
6
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang
berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid,
m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring
sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis.8
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari
dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian
akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.8
4. Fisiologi laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah
masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat
reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima
glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 7/45
7
mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses
menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas,
menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan
tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang
berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan
tinggi rendahnya nada.8
5. Patofisiologi laringitis
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab
terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium
saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria,
submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit, limfosit,
sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan dan
kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding
lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam,
menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Daerah glotis dan
subglotis pada bayi normalnya sempit, dan pengecilan sedikit saja dari diameternya
akan berakibat peningkatan hambatan saluran nafas yang besar dan penurunan aliran
udara. Seiring dengan membesarnya diameter saluran nafas sesuai dengan
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 8/45
8
pertumbuhan maka akibat dari penyempitan saluran nafas akan berkurang. Sumbatan
aliran udara pada saluran nafas atas akan berakibat terjadinya stridor dan kesulitan
bernafas yang akan menuju pada hipoksia ketika sumbatan yang terjadi berat.
Hipoksia dengan sumbatan yang ringan menandakan keterlibatan saluran nafas bawah
dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi akibat sumbatan dari saluran nafas
bawah atau infeksi parenkim paru atau bahkan adanya cairan.2,3
6. Etiologi Laringitis
Etiologi dari laringitis akut yaitu penggunaan suara berlebihan, gastro
esophago reflux disease (GERD), polusi lingkungan, terpapar dengan bahan
berbahaya, atau bahan infeksius yang membawa kepada infeksi saluran nafas atas.
Bahan infeksius tersebut lebih sering virus tetapi dapat juga bakterial. Jarang
ditemukan radang dari laring disebabkan oleh kondisi autoimun seperti rematoid
artritis, polikondritis berulang, granulomatosis Wagener, atau sarkoidosis.2,4,7,9
Virus yang sering menyebabkan laringitis akut antara lain virus parainfluenza
tipe 1 sampai 3 (75% dari kasus), virus influenza tipe A dan B, ‘respiratory syncytial
virus’ (RSV). Virus yang jarang menyebabkan laringitis akut antara lain adenovirus,
rhinovirus, coxsackievirus, coronavirus, enterovirus, virus herpes simplex, reovirus,
virus morbili (measles), virus mumps.10
Bakteri walaupun jarang tetapi dapat juga menyebabkan laringitis akut, antara
lain Haemophilus influenzae type B, Staphylococcus aureus, Corynebacterium
diphtheriae, Streptococcus group A, Moraxella chatarralis, Escherichia coli,
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 9/45
9
Klebsiella sp., Pseudomonas sp., Chlamydia trachomatis, Mycoplasma pneumoniae,
Bordatella pertussis, dan sangat jarang Coccidioides dan Cryptococcus. C.
diphtheriae harus dicurigai sebagai kuman penyebab terutama bila anak belum
diimmunisasi, karena C. diphtheriae dapat meyebabkan membranous obstructive
laryngitis.7,9
Selain virus dan bakteri laringitis juga dapat disebabkan juga oleh jamur,
antara lain Candida albicans, Aspergilus sp., Histoplasmosis dan Blastomyces.
Histoplasma dan Blastomyces dapat menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari
infeksi sistemik.7,9
7. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Laringitis
Laringitis ditandai dengan suara yang serak, yang disertai dengan puncak
suara (vocal pitch) yang berkurang atau tidak ada suara (aphonia), batuk
menggonggong, dan stridor inspirasi. Dapat terjadi juga demam sampai 39-400
C,
walaupun pada beberapa anak dapat tidak terjadi. Gejala tersebut ditandai khas
dengan perburukan pada malam hari, dan sering berulang dengan intensitas yang
menurun untuk beberapa hari dan sembuh sepenuhnya dalam seminggu. Gelisah dan
menangis sangat memperburuk gejala-gejalanya. Anak mungkin memilih untuk
duduk atau dipegangi tegak. Pada anak yang lebih dewasa penyakitnya tidak begitu
parah. Pada anggota keluarga lainnya mungkin didapatkan penyakit saluran
pernafasan yang ringan. Kebanyakan pasien hanya bergejala stridor dan sesak nafas
ringan sebelum mulai sembuh. Gejala tersebut sering disertai dengan gejala-gejala
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 10/45
10
seperti pilek, hidung tersumbat, batuk dan sakit menelan. Pada kebanyakan pasien
gejala tersebut timbul 1 sampai 3 hari sebelum gejala sumbatan jalan nafas terjadi.
3,7
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza, faring
yang meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta
stridor yang terus menerus, dan anak bisa sampai megap-megap (air hunger). Bila
terjadi sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan hipoksia dan saturasi oksigen
yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah dan tidak dapat
beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan
dan tangisan dari anak dapat memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari
saluran nafas yang tersumbat. Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan
merupakan petunjuk yang paling baik untuk keadaan hipoksemia. Pada auskultasi
suara pernafasan dapat normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor.
Kadang-kadang dapat ditemukan mengi yang menandakan penyempitan yang parah,
bronkitis, atau kemungkinan asma yang sudah ada sebelumnya.3,7,9
Dengan laringoskopi sering didapatkan kemerahan pada laring yang difus
bersama dengan pelebaran pembuluh darah dari pita suara. Pada literatur lain
disebutkan gambaran laringoskopi yang pucat, disertai edema yang berair dari
jaringan subglotik. Kadang dapat ditemukan juga bercak-bercak dari sekresi. Dari
pergerakan pita suara dapat ditemukan asimetris dan tidak periodik. Sebetulnya
pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat
ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis) pada foto AP dan
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 11/45
11
penyempitan subglotis pada foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak
didapatkan. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat
maka dapat dilakukan pemeriksaan gram dan kultur dengan tes sensitivitas. Tetapi
kultur virus positif pada kebanyakan pasien. Dari darah didapatkan lekositosis ringan
dan limfositosis.3,7,9
Gambar 2.2 Gambaran steeple sign pada foto cervikal AP anak yang
menderita laringitis akut7
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 12/45
12
8. Penatalaksanaan laringitis
Pasien dengan laringitis harus ditangani dengan tenang dan dengan sikap yang
menentramkan hati, karena emosi atau marah akan memperburuk keadaan distress
pernafasan anak. Kebanyakan pasien mengalami hipoksemia, sehingga oksigenisasi
harus dilakukan dan diberikan oksigen yang dilembabkan. Oksigenisasi dapat dinilai
pertama-tama dengan cara oximetry pulse noninvasif untuk meminimalkan
ketidaknyamanan dan memaksimalkan ketenangan pasien. Bila distres pernafasan
parah dan tidak responsif terhadap perawatan pertama makan harus diukur tekanan
gas darah arteri untuk menilai hiperkapnia dan asidosis respiratori. Tetapi harus
diingat bahwa PaCO2 normal dapat tidak menggambarkan keparahan penyakit karena
sumbatan dapat terjadi tiba-tiba. Bila terjadi hiperkapnea maka kebanyakan pasien
membutuhkan jalan nafas buatan.2,3,4,7
Pemberian makan pada pasien harus mempertimbangkan keparahan
pernyakitnya. Pada pasien yang keadaannya gawat maka tidak boleh diberikan makan
dan harus diberikan cairan intravena untuk mempertahankan rehidrasi.
Nebulisasi epinefrin rasemic sementara dapat memperbaiki distres pernafasan,
dengan efek dalam ½ jam dari pemberian aerosol dan hilang efeknya setelah 2 jam.
Namun tidak ada bukti bahwa penggunaan epinefrin rasemic merubah dasar penyakit
dari laringiti, tetapi penggunaannya telah memperkecil perlunya saluran nafas buatan.
Epinefrin rasemic dapat diberikan sering, sampai setiap setengah jam bila diperlukan
untuk melegakan distres pernafasan. Epinefrin resemic diberikan dalam dosis 0.25 ml
dari larutan 2.25% untuk setiap 5 kg Berat badan, sampai dosis maksimum 1.5 ml.
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 13/45
13
Epinefrin rasemic ini harus diberikan dengan nebulisasi dalam oksigen, karena dapat
menyebabkan perburukan sementara dari ketidaksesuaian ventilasi dan perfusi dalam
paru-paru. Irama jantung dan nadi harus dimobitor dan obat harus dihentikan bila
terjadi aritmia. Bila tidak terdapat epinefrin rasemic maka dapat digunakan epinefrin
saja dengan dosis 5 ml larutan 1:1000 ternyata manjur setara 0,5 efinefrin rasemic
2.25% yang dilarutkan dengan 4.5 ml normal saline dalam memperbaiki distres
pernafasan pada laringitis. Efeknya juga hilang dalam 2 jam seperti resemic epinefrin.
2,3,4,7
Pengguanaan kortikosteroid dalam terapi laringitis menimbulkan kontroversi.
Pada awalnya penelitian yang menilai kemanjuran steroid menggunakan metodologi
yang salah dan menggunakan dosis yang kecil. Lalu bukti-bukti mucul bahwa dosis
steroid setara dengan 100 mg kortisol atau 0,3 mg/kg dexametason dapat jadi efektif
mengurangi keparahan laringitis dalam 12 dan 24 jam. Penelitian lebih lanjut
menemukan bahwa kemanjuran dari penggunaan dosis tunggal parenteral 0.6 mg/kg
deksametason dalam mengurangi gejala dan mempercepat kesembuhan, juga
mengurangi kebutuhan perawatan intensif dan intubasi endotrakeal. Pada pasien yang
memerlukan intubasi, penggunaan prednisolon 2 mg/kg.hari telah menunjukan
mempercepat extubasi. Dalam sebuah penelitian pada 120 pasien dengan laringitis
yang sedang, penggunaan dexamethasone secara oral dengan dosis 0.15, 0.3 dan 0.6
mg/kg sama efektifnya untuk menghilangkan gejala dan kebutuhan nebulisasi
epinefrin. Malah, pertimbangan untuk menggunakan dexamethasone pada pasien
dengan laringitis yang parah sekarang direkomendasikan oleh ‘Committee of
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 14/45
14
Infectious Disease of the American Academy of Paediatrics’, ‘The Infectious
Diseases and Immunization Comittee of the Canadian Paediatric Society’, dan ‘the
Respiratory Committee of the Paediatric Societ of New Zealand. Penelitian terakhir
lebih difokuskan kepada pengguanaan steroid nebulisasi. Budesonide nebulisasi
dengan dosis 2 mg telah menunjukkan kemanjuran dalam memperbaiki stridor, batuk,
dan berbagai kegawatan 2 jam setelah pengobatan. Onset yang cepat ini menunjukkan
efek steroid pada permeabilitas vaskular dibandingkan dengan efek anti inflamasi
saja. Konsep ini didukung oleh penelitian lebih baru yang menunjukkan nebulisasi 2
mg budesonide sama efektifnya dengan nebulisasi 4 mg epinefrin dalam melegakan
gejala. Lebih lanjut, nebulisasi 2 mg bunesonide secara statistik sama manjurnya
dengan 0.6 mg/kg dexamethasone per oral dalam mengurangi gejala, mengurangi
kebutuhan nebulisasi epinefrin dan mengurangi lama perawatan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada anak yang laringitis harus menerima minimal 0.15 sampai
0.6 mg/kg deksametason dosis tunggal secara peroral, intramuscular, maupun
intravena. Dan bukti sekarang menunjukkan perlunya nebulisasi bunesonide, dengan
dosis 2 mg terutama pada keadaan darurat. Masih tidak diketahui apakah pemberian
kortikosteroid berulang aman dan menguntungkan. Efek samping yang dapat terjadi
pada pemakaian kortikosteroid jangka lama antara lain candidiasis. 2,3,4,7
Penggunaan helium-oksigen telah berhasil meningkatkan aliran udara pada
pasien dengan obstruksi saluran nafas atas. Kepadatan helium yang rendah
mengurangi hambatan aliran udara yang turbulen.11
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 15/45
15
Selain pengobatan kadang pasien memerlukan juga intubasi endotrakeal.
Intubasi harus dilakukan dengan perhatian penuh, sehingga meminimalkan cedera
dan inflamasi saluran nafas. Tube endotrkea harus ½ sampai 1 ukuran lebih kecil dari
ukuran seharusnya berdasarkan usia pasien (atau seukuran dengan jari kelingking
pasien) dan tube dipotong untuk memperpendek panjangnya dan mengurangi
resistensi aliran udara. Setelah diintubasi pasien jarang memerlukan bantuan
ventilator mekanik. Pasien harus diberi oksigen lembab selama diintubasi.
Penghisapan harus diminimalkan untuk mengurangi cedera saluran nafas. Anak
dengan laringitis memerlukan perawatan di rumah sakit untuk 24 jam sampai
seminggu atau lebih, dan kriteria pemulangan pasien harus terjadi perbaikan distres
pernafasan dan tidak diperlukan terapi spesifik dalam 24 jam.7
Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari,
intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi
dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson).3,7,9
9. Anemia defisiensi besi,
Definisi anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan hematokrit per 100 ml darah. Dengan demikian anemia bukanlah
suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang
diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung oleh
pemeriksaan laboratorium.11
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 16/45
16
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.
Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam
tabel di bawah ini.12
Tabel 2.1. Batas normal Kadar Hemoglobin12
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 17/45
17
Klasifikasi anemia dibedakan menurut :11
(1) morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya
(2) etiologi.
Anemia berdasarkan morfologinya dibedakan menjadi anemia normositik
normokromik, makrositik normokromik, dan mikrositik hipokromik. Penentuan
morfologi sel darah merah tersebut dapat dilakukan dengan membuat preparat apusan
darah tepi atau indeks eritrosit. Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi
hemoglobin eritrosit. Indeks eritrosit terdiri dari MCV ( Mean Corpuscular Volume),
MCH ( Mean Corpuscular Hemoglobin), dan MCHC ( Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration).11
Anemia normositik normokromik dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah
merah normal serta mangandung Hb dalam jumlah yang normal (MCV N, MCHC N).
Penyebabnya adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk
infeksi, gangguan endokrin, gagal ginjal, kegagalan sumsum tulang dan penyakit-
penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Anemia makrositik normokromik
dimana ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi konsentrasi Hbnya
normal (MCV ↑, MCHC N). Penyebabnya adalah defisiensi asam folat dan vit B12,
dan dapat juga akibat kemoterapi yang mengganggu metabolisme sel. Anemia
mikrositik hipokromik dimana ukuran sel darah kecil dan jumlah Hb kurang dari
normal (MCV ↓, MCHC ↓), penyebabnya adalah defisiensi Fe, sideroblastik,
kehilangan darah kronik, gangguan sintesis globin pada thalassemia. 11
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 18/45
18
Anemia menurut etiologinya dapat disebabkan oleh (1) meningkatnya
kehilangan sel darah merah dan (2) penurunan/gangguan pembentukan sel.
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat terjadi karena perdarahan (trauma,
tukak, perdarahan kronik karena polip, keganasan, hemoroid atau menstruasi) dan
hemolisis/penghancuran. Hemolisis akibat sel darah merah itu sendiri terganggu,
meliputi : hemoglobinopati, contoh anemia sel sabit, gangguan sintesis globin contoh
thalasemia, gangguan membrane sel darah merah contoh sferositosis herediter, dan
defisiensi enzim G6PD.11,12
Gambar 2.3 Alur diagnosis pada anemia mikrositik 12
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 19/45
19
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb)
berkurang.11,12
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.11,12
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari :
a. Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia.
c. Saluran kemih : hematuria
d. Saluran napas : hemoptoe.
2.
Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas
besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin
C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga
dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai
pada anemia jenis lain, seperti :11,12,13
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 20/45
20
1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.
2. Glositis : iritasi lidah
3. Keilosis : bibir pecah-pecah
4. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai
adalah :11,13
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer
dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV,
MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl hanya didapatkan pada anemia
difisiensi besi dan thalassemia mayor. RDW (red cell distribution width)
meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa
mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin
sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok
karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia
hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit , sel pensil, kadang-
kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan
derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal.
Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis
sering dijumpai eosinofilia.1
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 21/45
21
Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok
normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.2
Kadar besi serum menurun <50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
meningkat >350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.
Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum,
konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya
retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah,
sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi
atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase
akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada
anemia penyakit kronik.
TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.
Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.
Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop,
pemeriksaan ginekologi.
Penatalaksanaan pada kasus anemia defisiensi besi antara alain:
Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe :
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 22/45
22
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-
kacangan)
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 23/45
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Nama penderita : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 8 Bulan
2. Identitas orang tua/wali
AYAH : Nama : Tn R
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Rantauan timur I Banjarmasin
IBU : Nama : Ny N
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Rantauan timur I Banjarmasin
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 24/45
24
ANAMNESIS
Kiriman dari : -
Dengan diagnosis : -
Aloanamnesis dengan : Ibu Kandung Pasien
Tanggal : 30 desember 2012 / 14.55 WITA
1. Keluhan utama : Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Anak mengalami demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
mendadak tinggi. Demam naik turun, demam naik saat malam hari. Demam
turun setelah anak diberi obat penurun panas (parasetamol), kemudian
demam naik lagi, mengigil (-), kejang (-).anak tampak gelisah sebelum
dibawa ke RS Tidak didapatkan gusi berdarah, mimisan, bercak-bercak
merah di kulit, gusi berdarah, BAB hitam. Anak juga mengalami batuk.
Batuk berdahak, namun anak tidak bisa mengeluarkannya. Batuk bertambah
parah saat malam hari. Tidak didapatkan keluhan sesak dan kesulitan
bernafas pada anak. Nafsu makan anak berkurang, tapi anak masih mau
minum, tidak ada muntah, tidakk ada keluhan BAK dan BAB.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kejang (+) 1x kurang dari 15 menit, saat usia 5 bulan, Asma (-).
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
G1P1A0
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 25/45
25
Riwayat antenatal
Ibu rajin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan, pernah keluar
darah pada usia kehamilan 20 minggu, UK = 38 minggu
Riwayat Natal
Spontan / Tidak spontan : Spontan presentasi kepala
Nilai APGAR : Anak lahir langsung menangis
Badan lahir : 3800 gram
Panjang badan lahir : 52 cm
Lingkar kepala : tidak diukur
Penolong : Bidan
Tempat : Rumah bidan
Riwayat Neonatal : Anak tidak ada sakit, kulit tidak berwarna
kuning
Kesimpulan : riwayat antenatal, natal, neonatal baik
5. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 5 bulan
Merangkak : 8 bulan
Duduk : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Saat ini : merangkak
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 26/45
26
Kesimpulan : riwayat perkembangan normal sesuai usia
6. Riwayat Imunisasi :
Nama Dasar
(umur dalam hari/bulan)
Ulangan
(umur dalam bulan)
BCG +0 -
Polio +0 +2 +3 +4 -
Hepatitis B +2 + 3 +4 -
DPT +2 +3 +4 -
Campak -
Kesimpulan : Anak belum mendapatkan imunisasi campak
7. Makanan (Tulis jenis / kualitas, kuantitas dan umur)
0-3 bulan : Hanya minum ASI 10-13x
3 bulan – 7 bulan : susu formula 6 x sehari , 100 cc
Saat ini : Susu formula dan bubur SUN (3xsehari) setiap kali
makan bubur hampir habis dimakan
Kesimpulan : Kuantitas dan kulitas makan anak kurang baik
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 27/45
27
8.Riwayat keluarga
Ikhtisar keturunan : ada riwayat penyakit dari garis Ayah
: asma
9.Riwayat sosial lingkungan
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya. Memakai air ledeng di rumah
susun berukuran ± 5x6 meter2
. rumah memiliki 1 dapur dan WC, tetapi
tidak ada sekat antara ruang tidur dan ruang tamu. Ventilasi Udara
cukup.Penerangan cukup, untuk makan, minum dan mandisehari-hari
mengunakan air PDAM, anak selalu minum dari air matang yang direbus
oleh ibu
Kesimpulan :riwayat sosial lingkungan Cukup baik
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 28/45
28
III. PEMERIKSAAN FISIK
3.
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
GCS : 11
2. Pengukuran
Tanda Vital : Tensi :
Nadi : 139kali/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 38oC
Respirasi : 40 kali/menit.
Berat Badan : 8,6 kg
Panjang/Tinggi Badan : 65 cm
2. Kulit : Warna : kuning langsat
Sianosis : tidak ada
Hemangiom : tidak ada
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Pucat : (-)
Lain-lain : tidak ada
3. Kepala : Bentuk : mesosefali
UUB : menutup
UUK : menutup
Lain-lain : tidak ada
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 29/45
29
Rambut : Warna : hitam
Tebal/tipis : tebal
Jarang/tidak (distribusi) : distribusi merata
Alopesia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Mata : Palpebra : tidak edem
Alis & bulu mata : tidak mudah dicabut
Konjungtiva : tidak anemis, tidak merah
Sklera : tidak ikterik
Produksi air mata : cukup
Pupil : Diameter : 2 mm / 2 mm
Simetris : isokor
Reflek cahaya : +/+
Kornea : jernih
Telinga : Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Serumen : minimal
Nyeri : tidak ada
Hidung : Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : (-)
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 30/45
30
Lain – lain : tidak ada
Mulut : Bentuk : simetris
Bibir : mukosa bibir basah
Gusi : tidak mudah berdarah
Pembengkakan :tidak ada
Gigi-geligi : belum tumbuh
Lain-lain : tidak ada
Lidah: Bentuk : simetris
Pucat / tidak : tidak
Tremor / tidak : tidak
Kotor / tidak : tidak
Warna : tidak
Faring : Hiperemi : minimal
Edem : tidak ada
Membran / pseudomembran : +/- tidak ada
Tonsil : Warna : merah muda
Pembesaran : tidak ada
Abses / tidak : tidak ada
Membran / pseudomembran : -/- tidak ada
5. Leher :
Vena jugularis : Pulsasi : tidak terlihat
Tekanan : tidak meningkat
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 31/45
31
Pembesaran kelenjar leher : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada
Masa : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
6. Toraks :
a. Dinding dada / paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Retraksi : tidak ada
Dispnea : tidak ada
Pernafasan : thorakoabdominal
Palapasi : Fremitus fokal : simetris kanan kiri
Perkusi : sonor kanan kiri
Auskultasi : Suara Nafas Dasar : vesikuler
Suara Nafas Tambahan : Rh (-/-), Wh (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus : tidak terlihat
Palpasi : Apeks : tidak teraba
Thrill + / - : tidak ada
Perkusi : Batas kanan : ICS II-ICS IV LPS kanan
Batas kiri : ICS II LPS kiri-ICS V LMK kiri
Batas atas : ICS II LPS kanan-ICS II LPS kiri
Auskultasi : Frekuensi : 102 kali/menit,reguler, kuat angkat
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 32/45
32
Suara dasar : S1 > S2
7.
Abdomen
Inspeksi : Bentuk : datar
Lain – lain : defans muskular (+)
Palpasi : Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Masa : tidak teraba
Ukuran : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Permukaan : tidak ada
Konsistensi : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Perkusi : Timpani/pekak : timpani
Asites : tidak ada
Auskultasi : bising usus (+)
8. Ekstremitas :
Umum : akral hangat, edem (-/-), parese (-/-)
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 33/45
33
Neurologis :
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - - - -
Refleks fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda meningeal - - - -
9. Susunan Saraf : N.I – N.XII normal
NI : penciuman normal
NII : penglihatan normal
NIII : bola mata atas bawah medial bisa dilakukan
NIV : bola mata gerakan menyamping bisa dilakukan
NV : Oftalmikus : sensorik dahi teraba
Maksilaris : sensorik maxilla teraba
Mandibularis : sensorik mandibulla teraba
NVI : bola mata ke laterlal bisa dilakukan
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 34/45
34
NVII : mengakat alis bisa dilakukan
NVIII : pendengaran normal
N IX : menelan dapat dilakukan
N X : berbicara bisa
NXI : mengangkat bahu bisa dilakukan
NXII : menjulurkan lidah bisa dilakukan
10. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
11. Anus : (+) ada, tidak ada kelainan
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil laboratorium 30 Desember 2011
Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hb 9,0 11 – 15 g/dl
Leukosit 20,0 4 – 10,5 ribu/ul
Eritrosit 5,13 3,9 – 5,5 juta/ul
Hematokrit 25,1 35 – 45 vol%
Trombosit 367 150 – 450 ribu/ul
RDW-CV 20,9 11,5 – 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 49,0 80 – 97 fl
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 35/45
35
MCH 17,5 27 – 32 pg
MCHC 35,8 32 – 38 %
HITUNG JENIS
Gran % 61,8 50-70 %
Limfosit % 25,6 25 – 40 %
MID % 12,6 4-11 %
Gran # 12,4 2,5 – 7 ribu/ul
Limfosit # 5,1 1,25 – 4 ribu/ul
Monosit # 2,5 0,3 – 1 ribu/ul
KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu 120 < 200 mg/ml
V. RESUME
Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 8 bulan
Berat badan : 8,6 kg
Keluhan utama : Demam
Uraian
Kaku sejak 8 hari yang lalu
Riwayat trauma 10 hari yang lalu, luka terkontaminasi
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 36/45
36
Kejang (+) spastik
Demam (+)
Riwayat sakit telinga (-)
Riwayat minum obat (-)
Imunisasi (-)
Pemeriksaan fisik :
Keadaaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis GCS : 4 - 5 - 6
Denyut nadi : 139 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernafasan : 40 kali/menit
Suhu : 38oC
Kulit : Kelembaban cukup, turgor cepat kembali
Kepala : mesosefali, UUK dan UUB datar
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Telinga : sekret tidak ada
Mulut : sianosis (-), bibir tampak basah
Toraks/ paru : retraksi tidak ada, Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung : S1 > S2, bising tidak ada
Abdomen : datar, defans muskular (+), bising usus (+),
hati/lien/massa tidak teraba, timpani
Ekstremitas : akral hangat, edem (-/-), parese (-/-)
Susunan saraf : N.I-N.XII normal
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 37/45
37
Genetalia : perempuan, tidak ada kelainan
Anus : (+) ada, tidak ada kelainan
VI. DIAGNOSIS
a. Diagnosis banding :
o Laringitis
Pnemonia
DBD
Morbili
o Anemia defesiensi besi
Anemia sideroblastik
Thalassemia
b. Diagnosis kerja :
Laringitis + anemia defesiensi besi
c. Status gizi : normal
CDC 2000
8.6/7.1 x 100% =121 % (Obesitas)
CGS
BB/u : 0 sd s/d -1sd : bb normal
PB/u : -1sd s/d -2 sd : normal
BB/PB :diatas 2 : gemuk
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 38/45
38
VIII. USUL PEMERIKSAAN
Foto x-ray laring dan thoraks
Serum iron (SI) dan total iron binding capacity (TIBC)
Morfologi darah tepi
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL : 105 cc/kg/hari
840 cc/hari
9 tetes/menit
Inj. metamizole 3x85 mg
Inj. ceftriaxone 2x250 mg
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad funtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 39/45
39
Follow up
31/12/2011 1/1/2012S Demam (+)
Batuk (+)
Kejang (-)
BAK/BAB (+/-)
Makan/minum (-/+)
Demam (+)
Batuk (+)
Kejang (-)
BAK/BAB (+/+)
Makan/minum (-/+)
OHR = 120 x/menit
RR = 30 x/menit
t = 37,9oC
HR = 124 x/menit
RR = 48 x/menit
t = 37,7oC
A ISPA + Anemia defisiensi besi
P IVFD RL 9 tetes/menit
Inj. metamizole 3x85 mg
Inj. ceftriaxone 3x250 mg
p.o paracetamol 3x60 mg (½ cth)
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 40/45
40
2/1/2012 3/1/2012
S Demam (-)
Batuk (+)
Kejang (-)
BAK/BAB (+/-)
Makan/minum (-/+)
Demam (-)
Batuk (<)
Kejang (-)
BAK/BAB (+/-)
Makan/minum (-/+)
O HR = 115 x/menit
RR = 49 x/menit
t = 36,7oC
HR = 120 x/menit
RR = 48 x/menit
t = 37oC
A Laringitis + Anemia defisiensi besi
P Inj. ceftriaxone 3x250 mg
p.o paracetamol 3x60 mg (½
cth)
Inj. ceftriaxone 3x250 mg
p.o paracetamol 3x60 mg (½
cth)
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 41/45
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, anak didiagnosis mengalami ISPA. Diagnosis ini didasarkan
atas alloanamnesis dan pemeriksaan fisik pada anak, serta pemeriksaan penunjang
yang dilakukan. Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan tanggal 30 Desember
2011.
Pada anamnesis didapatkan data keluhan utama anak berupa demam yang
mendadak tinggi. Demam bersifat intermitten. Selain itu didapatkan adanya keluhan
batuk terutama pada malam hari. Keluhan ini mengarah kepada diagnosis infeksi
saluran napas akut (ISPA). Menurut klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) kasus ini tergolong ISPA bukan pneumonia berdasarkan frekuensi napas
pasien.
Dari pe meriksaan fisik didapatkan suara yang serak, coryza, faring yang
meradang, namun tidak ditemukan frekuensi pernafasan yang meningkat, disertai
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta
stridor yang terus menerus, air hunger . Bila terjadi sumbatan total jalan nafas maka
akan didapatkan hipoksia dan saturasi oksigen yang rendah. Bila hipoksia terjadi,
anak akan menjadi gelisah dan tidak dapat beristirahat, atau dapat menjadi penurunan
kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan dan tangisan dari anak dapat memperburuk
stridor akibat dari penekanan dinamik dari saluran nafas yang tersumbat. Dari
penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan merupakan petunjuk yang paling
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 42/45
42
baik untuk keadaan hipoksemia. Pada auskultasi suara pernafasan dapat normal tanpa
suara tambahan kecuali perambatan dari stridor. Kadang-kadang dapat ditemukan
mengi yang menandakan penyempitan yang parah, bronkitis, atau kemungkinan asma
yang sudah ada sebelumnya.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan leukositosis yang merupakan
penanda infeksi pada pasien ini, sehingga mendukung diagnosis laringitis. Pada
pasien ini tidak dilakukan laringoskopi dan foto cervikal AP. Dengan laringoskopi
sering didapatkan kemerahan pada laring yang difus bersama dengan pelebaran
pembuluh darah dari pita suara. Pada literatur lain disebutkan gambaran laringoskopi
yang pucat, disertai edema yang berair dari jaringan subglotik. Kadang dapat
ditemukan juga bercak-bercak dari sekresi. Dari pergerakan pita suara dapat
ditemukan asimetris dan tidak periodik. Sebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak
berperan dalam penentuan diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran steeple sign
(penyempitan dari supraglotis) pada foto AP dan penyempitan subglotis pada foto
lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan.
Kasus ini didagnosis banding dengan demam berdarah dengue dan morbili.
Keluuhan demam tinggi mendadak sesuai dengan gejala klinis DBD. Namun tidak
didapatkan adanya hemokonsentrasi, penurunan trombosit, dan tanda-tanda
kebocoran plasma. Untuk menyingkirkan diagnosis ini diperlukan pemeriksaan
penunjang hematokrit serial untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hematokrit.
Diagnosis banding morbili berdasarkan keluhan demam tinggi mendadak dan batuk.
Namun, pada kasus tidak didapatkan adanya konjunctivitis dan tipe batuk kering.
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 43/45
43
Selain itu tidak dipatkan eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya
suhu badan, yang mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Selain itu, pada hasil laboratorium ditemukan adanya anemia mikrositik
hipokromik. Anemia berdasarkan morfologinya dibedakan menjadi anemia
normositik normokromik, makrositik normokromik, dan mikrositik hipokromik.
Penentuan morfologi sel darah merah tersebut dapat dilakukan dengan membuat
preparat apusan darah tepi atau indeks eritrosit. Indeks eritrosit adalah batasan untuk
ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Indeks eritrosit terdiri dari MCV ( Mean
Corpuscular Volume), MCH ( Mean Corpuscular Hemoglobin), dan MCHC ( Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration).
Anemia mikrositik hipokromik dimana ukuran sel darah kecil dan jumlah
Hb kurang dari normal (MCV ↓, MCHC ↓), penyebabnya adalah defisiensi Fe,
sideroblastik, kehilangan darah kronik, gangguan sintesis globin pada thalassemia.
Pada kasus ini ditemukan hasil laboratorium yang menunjukkan anemia
mikrositik hipokromik. Etiologi anemia pada kasus ini kemungkinan oleh karena
defesiensi besi. Namun, untuk menegakkan diagnosis ini perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang serum iron (SI) dan total iron binding capacity (TIBC).
Apabila didapatkan penurunan SI dan peningkatan TIBC, maka dapat ditentukan
diagnosis anemia defesiensi besi.
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 44/45
44
Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus ini adalah pemberian antipiretik
(metamizole) dan antibiotik (ceftriaxone). Pemberian nebulisasi dan oksigen tidak
dilakukan karena konisi nafas anak baik.
5/14/2018 bab1-5 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab1-5-55ab4d5650e75 45/45
45
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada anak berusia 8 bulan dengan diagnosis
ISPA dengan larimgitis akut dan anemia defisiensi besi. Pasien dirawat selama 3 hari.
Selama perawatan kondisi pasien mengalami perbaikan. Pasien pulang dengan
keadaan yang mebaik.