BAB IV.docx
-
Upload
reza-riandy-pratama -
Category
Documents
-
view
12 -
download
2
Transcript of BAB IV.docx
![Page 1: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IVTUGAS KHUSUS
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Judul
Judul tugas khusus dalam kerja praktek ini adalah ”Menghitung dan
Menganalisa Pengaruh Temperatur Terhadap kadar zat terbang pada alat
fluidized carbonizer”.
4.1.2 Latar Belakang Tugas Khusus
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit. Batu bara sangat
banyak manfaat dan kegunaannya, diantaranya dimanfaatkan sebagai bahan bakar
yang di buat menjadi briket.
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan
sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu
menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah, sepeti ; Pengolahan Makanan,
Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan. Bahan baku utama briket batubara adalah
batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk
selama kurang lebih 150 tahun. Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit
dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu
singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan briket batubara sejak tahun
1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat minyak tanah masih
disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih
minyak tanah untuk bahan bakar sehari-hari.
Proses karbonisasi adalah proses pembakaran batubara dengan udara terbatas
untuk menurunkan kandungan volatile matter (zat terbang). Karbonisasi yang
![Page 2: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/2.jpg)
digunakan adalah karbonisasi temperature rendah dengan kisaran suhu 4400-4800C.
Karbonisasi ini dimaksudkan untuk menurunkan gas-gas bawaan batubara seperti
volatile matter (zat terbang) sampai 50%, meningkatkan nilai kalori, sehingga produk
akhirnya tidak berbau.
4.1.3 Tujuan Tugas Khusus
Adapun tujuan khusus dari kerja praktek yang penulis lakukan di Pabrik
Briket PT. Bukit Asam (Persero) adalah untuk menghitung pengaruh suhu
karbonisasi terhadap kadar zat terbang pada alat fluidized carbonizer.
4.1.4 Waktu
Pelaksanaan tugas khusus tersebut adalah di mulai dari tanggal 3 Agustus
2015 sampai dengan 25 September 2015.
4.2 Landasan Teori
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara
yang merupakan bahan bakar alternatif atau pengganti minyak tanah yang paling
murah dan memungkinkan dikembangkan secara massal dalam waktu yang relatif
singkat mengingat teknologi dan juga peralatan yang relatif sederhana.
Batubara yang telah mengalami proses karbonisasi menjadi briket akan lebih
mahal daripada briket tanpa karbonisasi. Hal in dikarenakan adanya biaya tambahan
untuk energi dalam pemprosesannya, juga membutuhkan batubara dalam jumlah
yang banyak. Namun disisi lain, memiliki keuntungan yaitu dapat menggunakan
tungku yang lebih fleksibel bentuknya sehingga lebih mudah untuk digunakan.
Karbonisasi sendiri memiliki pengertian proses pemanasan batubara sampai
suhu dan waktu tertentu pada kondisi sedikit oksigen untuk menghilangkan
kandungan zat terbang dari batubara sehingga dihasilkan padatan berupa arang
dengan hasil sampling yang telah dilakukan pembakaran pada batubara.
Pembakaran briket batubara dilakukan melalui dua proses yaitu proses
pencampuran bahan baku batubara dan proses dari pengolahan briket dengan
![Page 3: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/3.jpg)
menggunakan bahan baku kokas, coalisting soda dan air, pada proses kabonisasi
batubara diolah menjadi coalite dengan memperlakukan sebagai berikut:
1. Proses penggerusan
Proses penggerusan adalah proses yang dilakukan untuk mereduksi ukuran
butir agar campuran yang dihasilkan akan semakin baik dikarenakan pembuatan
briket batubara selalu memerlukan ukuran butir yang halus supaya material bisa
tercampur secara homogen.
2. Pemanasan
Pemansan merupakan salah satu yang tak sangat penting karena disini
campuran briket yang sudah dicampur lalu dipanaskan agar zat terbangnya semakin
kecil untuk membuat briket bertahan lama.
3. Pengayakan
Pengayakan adalah salah satu proses pemisahan material dengan ukuran
tertentu
4. Karbonisasi
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengonversi bahan organik
menjadi arang. Pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang mudah terbakar
seperti CO, CH4, H2, formaldehit, metana, formik, dan acetil acid serta zat yang
tidak terbakar seperti CO2, H2O, dan Tar cair. Gas-gas yang dilepaskan pada proses
ini mempunyai kalor yang tinggi dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kalor pada proses kalor. Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endoterm atau
eksoterm tergantung pada temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi.
Briket batubara karbonisasi adalah briket batubara yang bahan bakunya
(batubara) dikarbonisasi sebelum menjadi briket prosesnya sendiri dimulai dari suhu
200oC–1000oC dimana memerlukan suhu yang tinggi menjadi mengapa dalam
aplikasi pembuatan briket banyak ditinggalkan, terutama skala kecil menengah.
Fungsi utama dari karbonisasi meningkatkan nilai kalori karena menghilangkan
kadar air. Dengan karbonisasi zat terkandung dalam batubara tersebut akan
diturunkan yaitu zat terbang sehingga produk akhirnya tidak berbau dan tidak
berasap, akhirnya biaya produksi meningkat karena pada batubara itu menjadi redum
50%.
![Page 4: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/4.jpg)
Jenis briket batubara karbonisasi mempunyai karakteristik lebih baik
dibandingkan dengan briket non karbonisasi. Hal ini disebabkan sebagian besar
volatile matter-nya sudah hilang atau berubah menjadi senyawa karbon di dalam
briketnya. Apabila dilakukan pembakaran tidak lagi mengeluarkan bau dan asap yang
banyak kecuali dari hasil pembakaran zat pengikatnya. Nilai kalor yang ditimbulkan
lebih tinggi dibanding dengan briket batubara non karbonisasi, karena jumlah karbon
terikatnya cukup besar. Pengolahan awal dengan cara karbonisasi batubara. Untuk
meningkatkan kadar karbonnya dan menghilangkan sejumlah kandungan belerang
sehingga mengurangi polusi dalam penggunaannya. Ruang lingkup dalam proses
pembuatan briket batubara karbonisasi memiliki pedoman yang cukup, jenis, bahan
baku, tipe standar kualitas batubara sebagai bahan baku briket batubara dan bahan
bakar padat berbasis batubara dan prosedur pembuatan briket batubara untuk industri
kecil dan rumah tangga serta karakteristik dan standar kualitas batubara berbagai
jenis briket batubara.
Tujuan dari proses karbonisasi adalah menaikkan kadar karbon padat dan
menghilangkan zat terbang (volatile matter) yang terkandung dalam batubara
serendah mungkin sehingga dihasilkan semi kokas atau kokas dengan kandungan zat
terbang yang ideal 8-15% dengan nilai kalori yang cukup tinggi di atas 6000 kkal/kg.
Kandungan zat terbang berhubungan erat dengan kelas batubara, makin tinggi zat
terbangnya maka makin rendah kelas batubara, karena zat terbang akan mempercepat
pembakaran karbon padatnya. Dengan karbonisasi juga akan menghasilkan produk
akhir yang tidak berbau dan berasap.
Adapun sifat fisik batubara setelah dikarbonisasi adalah sebagai berikut:
1. Free Swelling Index (FSI)
Free Swelling Index (FSI) merupakan suatu parameter seberapa jauh batubara
akan memuai apabila dipanaskan. FSI ditentukan dengan memanaskan batubara yang
telah digerus dan dicetak sampai 800ºC di dalam cawan selama waktu tertentu.
Setelah zat terbang habis kokas yang lebih kecil dari ukuran semula tetap berada
dalam cawan. Penampang sisa kokas dibandingkan dengan penampang baku
bernomor 1-10. Adapun pengaruh nilai FSI pada batu bara adalah sebagai berikut:
![Page 5: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/5.jpg)
a. Bila pemuaian kokas mengakibatkan ia sama dengan ukuran panjang nomor
0-2 ( jadi FSInya 0-2) batubara tersebut bukan batubara kokas yang baik
(pori-porinya terlalu rendah).
b. Bila FSI -nya 8-10 berarti tingkat pemuaiannya terlalu tinggi berarti bila
dijadikan kokas terlalu berpori-pori besar sangat rapuh.
c. Batubara dengan nomor FSI 4-6 adalah ideal untuk diproses menjadi kokas
(batubara ini akan menjadi kokas yang cukup berpori dan kuat menahan
beban).
2. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Hardgrove Grindability Index (HGI) adalah indeks kemampugerusan atau
indeks kekerasan hardgrove, yakni ukuran/tingkat mudah atau sukarnya batubara
digerus menjadi tepung batubara sebagai bahan bakar (khususnya pada PLTU).
Indeks ini terdiri dari angka 0 – 100. Adapun pengaruh nilai HGI pada batubara
adalah sebagai berikut:
a. Batubara dengan indeks hardgove kurang dari 50 adalah keras sehingga sukar
digerus dan memerlukan serangkaian alat penggerus yang mahal.
b. Batubara yang mempunyai indeks hardgrove 50 keatas adalah batubara lunak
sehingga mudah untuk digerus.
3. Specific Heat
Specific Heat merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada
batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen,
nitrogen, dan sulfur. Specific Heat sangat berpengaruh terhadap pengoperasian
pulveriser atau mill, pipa batubara dan windbox serta burner. Adapun pengaruh
Specific Heat pada batubara adalah sebagai berikut:
a. Semakin tinggi Specific Heat maka aliran batubara setiap jam-nya semakin
rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan.
b. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat ketergerusan yang
sama, maka dengan Specific Heat yang tinggi menyebabkan pulveriser akan
beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut desain), atau dengan kata
lainoperating ratio nya menjadi lebih rendah.
![Page 6: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/6.jpg)
4. Size Stability
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal atau
dust coal) dan butirkasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran maksimum
3mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 mm. Pengaruh Specific
Heat pada batubara yaitu semakin kecil ukuran partikel batubara, maka semakin
besar luas permukaanya.
5. Bulk Density
Bulk Density (kepadatan Massal) adalah nilai massa suatu bahan padat yang
dibagi dengan total volume mereka tempati. Total volume meliputi volume partikel,
volume void (kosong) antar-partikel dan Volume internal pori-pori bahan.
Pengaruh Bulk Density terhadap kualitas batubara adalah semakin besar nilai
bulk densitynya maka kualitas batubara itu semakin baik/tinggi , sebab dengan bulk
density yang lebih besar maka jumlah massa batubara dalam volume tersebut lebih
banyak jumlah nya pada total volume yang ditempati bernilai sama. Adapun bulk
kepadatan batubara adalah:
a. Batubara Antrasit: 50 - 58 (lb/ft 3 ), 800 - 929 (kg/m 3 )
b. Batubara Bitumen: 42-57 (lb / ft 3), 673-913 (kg / m 3 )
c. Batubara Lignit: 40 - 54 (lb / ft 3), 641-865 (kg / m 3 )
Bahan pengikat pada proses pembuatan briket batubara karbonisasi dibagi
menjadi 3 macam diantaranya adalah:
1. Bahan pengikat biasa adalah bahan pencampuran pada proses pembuatan
briket batubara yang terdiri dari bahan pengikat organik dan bahan pengikat
anorganik.
2. Bahan pengikat organik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket
batubara karbonisasi atau tanpa karbonisasi yang dapat merembes ke dalam
pemukaan dengan cara terabsorbsi sebagai ke dalam pori – pori atau celah
yang ada antara lain seperti kanji.
3. Bahan pengikat anorganik adalah bahan pencampur pada pembuatan briket
batubara karbonisasi, tanpa karbonisasi dan bio briket. Batubara yang
berfungsi sebagai perekat antara permukaan partikel – partikel batubara yang
![Page 7: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/7.jpg)
tidak relatif dan berfungsi sebagai stabilitasi selama pembakaran antara lain
seperti tanah liat.
Bahan baku utama briket batubara karbonisasi adalah batubara dengan
persentase antara 80 – 90%, sisanya 5 – 15% merupakan bahan pengikat dan bahan
imbuh. Bahan imbuh yang dipergunakan adalah kapur dengan kadar maksimum 5%
yang berupa yang berfungsi untuk menghilangkan bau pada briket batubara dan juga
berfungsi sebagai absorban untuk menangkap SO2.
Apabila briket batubara akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang
diperlukan persyaratan minimal dalam proses pembakarannya tidak mencemari
lingkungan. Beberapa sifat dari briket yang baik diantaranya adalah:
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran
2. Mempunyai daya tekan atau kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah
dalam proses pemindahan dan sebagainya
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap dengan jangka waktu yang relatif
lama antara 2 sampai 10 jam
4. Setelah hasil pembakaran terdapat abu yang tidak menempel pada tungku
sehingga mudah dipindahkan atau dibuang
5. Hasil pembakaran tidak mengandung kandungan karbon monoksida dengan
kadar yang tinggi
Pada proses pengkarbonisasian ini digunakan alat fluidized carbonizer yang
berfungsi untuk mengkarbonisasi batubara ukuran < 5 mm pada temperatur operasi
berkisar antara 440-480oC, dengan metode yang digunakan pada proses karbonisasi
dengan alat fluidized carbonizer ini, yaitu dengan mengalirkan udara ke dalam
carbonizer. Proses pengkarbonisasian berlangsung secara kontinyu yang terjadi pada
alat fluidized carbonizer dengan kontak udara. Pada dinding carbonizer ini
dilengkapi dengan caster fire brick (refractory) yang berfungsi untuk menurunkan
temperature tinggi pada bagian dalam carbonizer, agar temperatur tersebut tidak
merambat kebagian dinding sebelah luar. Adapun gambar alat fluidized carbonizer
dapat dilihat pada gambar 4.1.
![Page 8: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 4.1 Alat Fluidized Carbonizer
Pada gambar diatas merupakan tungku carbonizer, alat ini memiliki prinsip
kerja yaitu umpan masuk melalui dua bangker lalu masuk kedalam alat carbonizer
yang mencakup dua siklon sistem pakan, dan gas alam panaskan burner. Carbonizer
ini dioperasikan pada suhu 440-480 0C dan tekanan 0,1-0,3 bar dengan kapasitas
2x2,2 ton/jam. Pada proses karbonisasi dengan alat Fluidized Carbonizer dimulai
dengan mengalirkan udara kedalam Carbonizer. Proses pengkarbonisasi berlangsung
secara Kontinyu yang terjadi pada alat Fluidized Carbonizer dengan kontak udara.
Setelah proses tersebut telah selesai maka coalite yang telah dikarbonisasi dialirkan
ketempat penampungan yang bernama Coalite Receiver, lalu dialirkan menuju Silo-
Silo penampungan dan disemprotkan air sebelum dialirkan ke Conveyor hal ini
bertujuan untuk menurunkan suhu coalite agar tidak merusak alat conveyor pada saat
pengaliran menuju Coalite Yard.
Karbonisasi batubara adalah proses pembakaran batubara dengan udara terbatas
untuk menurunkan kandungan volatile metter. proses karbonisasi dibedakan atas :
1. Karbonisasi temperatur rendah, T< 700 oC
2. Karbonisasi temperatur menengah, antara 700-900 oC
3. Karbonisasi temperatur tinggi, T>900 oC
![Page 9: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/9.jpg)
Karbonisasi temperatur rendah batubara bituminus akan menghasilkan tar dan
hidrokarbon.
Karbonisasi suhu rendah biasanya digunakan batubara rank rendah seperti
lignit, sub bituminus dan batubara high volatile bituminus, sedangkan karbonisasi
suhu tinggi menggunakan batubara rank tinggi dengan kandungan zat terbang antara
16% sampai dengan 41% digunakan untuk memproduksi semikokas yang tidak
berasap untuk keperluan bahan baku pembuatan briket karbonisasi (super) dan boiler
industri, sedangkan bahan bakar padat dari karbonisasi suhu tinggi digunakan untuk
industri metalurgi. Batubara yang telah dikarbonisasi akan berupa semikokas dengan
spesifikasi kualitas semikokas sebagai berikut yang dapat di lihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Spesifikasi Kualitas Batubara
No Parameter Basis Satuan Kisaran
1
2
3
4
5
6
7
Total Moisture (TM)
Inherent Moisture (IM)
Ash Content (Ash)
Volatile Matter (VM)
Fixed Carbon (FC)
Sulfur (S)
Calorie Value (CV)
ar
(adb)
(adb)
(adb)
(adb)
(adb)
(adb)
%
%
%
%
%
%
kal/gr
21-31
10-20
0,1-11
35-45
33-45
< 0,5
5.000-6.000
Sumber : PBUTE PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
4.3 Pemecahan masalah
4.3.1 Pengumpulan Data
Produk dari proses ini disebut dengan coalite atau semikokas, yang digunakan
sebagai bahan baku briket batubara karbonisasi (super). Batubara yang digunakan
untuk proses karbonisasi adalah batubara jenis Subbituminus atau steam coal. Untuk
menghitung kadar zat terbang pada coalite dilakukan dengan pengambilan data
terlebih dahulu, data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
![Page 10: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/10.jpg)
Tabel 4.2 Pengambilan data mulai tanggal 20 Agustus-21 Agustus 2015
Waktu (t)Temperatur (0C)
460-470 470-480 480-490 490-500
10 462 474 489 493
20 460 476 481 499
30 457 473 489 499
40 461 477 483 495
50 460 479 487 498
60 467 472 486 492
trata-rata 461 475 485 496
4.3.2 Pembahasan
Dari hasil analisa dan perhitungan yang telah ditinjau bahwa kadar zat
terbang merupakan bagian organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada
suhu tertentu dan dapat dilihat pada grafik berikut :
455 460 465 470 475 480 485 490 495 50017
18
19
20 19.665
18.64518.17 17.99
Pengaruh Suhu Karbonisasi Terhadap Kadar Zat Terbang
VM
Suhu(0C)
Vol
atil
mat
ter
(%)
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Suhu Karbonisasi Terhadap Kadar Zat Terbang
Grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada suhu 4610C kandungan zat
terbang pada coalite adalah 19,665%. Pada suhu 4750C kandungan zat terbang Pada
Coalite adalah18,645%, kemudian pada suhu 4850C kandungan coalite adalah
18,17% dan selanjutnya pada suhu 4960C kandungan zat terbang pada coalite adalah
17,99%. Kadar zat terbang sangat berpengaruh pada kuantitas dan kualitas coalite.
Secara umum dan teori dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi suhu karbonisasi
maka kadar zat terbang yang terkandung dicoalite semakin rendah, hal ini pada grafik
![Page 11: BAB IV.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082714/5695cfdf1a28ab9b028feb59/html5/thumbnails/11.jpg)
diatas terbukti. Apabila suhu terlalu tinggi maka coalite yang digunakan pada
pembuatan briket mudah retak dan pada saat pembakaran akan cepat habis. Selain itu
juga faktor yang mempengaruhi kadar zat terbang diantaranya tekanan dan ukuran
butiran. Kadar zat terbang diPabrik Briket Tanjung Enim berkisar . . . . . . .. dan
suhunya . . . . .