BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment...

74
64 BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. Pengembangan Model Penelitian Berdasarkan uraian pada bab tiga sebelumnya, pengembangan model penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama yaitu (gambar IV.1.): Knowledge Management Readiness Assessment, Interpretasi Hasil Readiness Assessment, Penentuan Domain Metode Implementasi KM, Benchmark, dan Penentuan Metodologi Implementasi KM. Fokus area pada penelitian ini adalah tahapan knowledge management readiness assessment, Interpretasi hasil readiness assessment, dan penentuan domain metode implementasi KM. Sedangkan tahapan benchmark dan penentuan metode implementasi KM bukan merupakan fokus utama penelitian ini. Namun hal tersebut dijelaskan secara singkat pada penelitian ini untuk menunjukkan aplikasi instrumen pengukuran dalam persiapan memilih metode implementasi KM yang tepat. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa Knowledge Management Readiness bukan merupakan akhir dari suatu pengukuran, melainkan tahapan awal dalam implementasi KM. Tiap-tiap komponen utama pada gambar IV.1. diatas akan diuraikan secara lebih detail pada sub bab berikut: Gambar IV.1. Pengembangan Model Penelitian

Transcript of BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment...

Page 1: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

64

BAB IV

PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

4.1. Pengembangan Model Penelitian

Berdasarkan uraian pada bab tiga sebelumnya, pengembangan model

penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama yaitu (gambar IV.1.): Knowledge

Management Readiness Assessment, Interpretasi Hasil Readiness Assessment,

Penentuan Domain Metode Implementasi KM, Benchmark, dan Penentuan

Metodologi Implementasi KM. Fokus area pada penelitian ini adalah tahapan

knowledge management readiness assessment, Interpretasi hasil readiness

assessment, dan penentuan domain metode implementasi KM. Sedangkan tahapan

benchmark dan penentuan metode implementasi KM bukan merupakan fokus

utama penelitian ini. Namun hal tersebut dijelaskan secara singkat pada penelitian

ini untuk menunjukkan aplikasi instrumen pengukuran dalam persiapan memilih

metode implementasi KM yang tepat. Selain itu juga untuk menunjukkan bahwa

Knowledge Management Readiness bukan merupakan akhir dari suatu

pengukuran, melainkan tahapan awal dalam implementasi KM. Tiap-tiap

komponen utama pada gambar IV.1. diatas akan diuraikan secara lebih detail pada

sub bab berikut:

Gambar IV.1. Pengembangan Model Penelitian

Page 2: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

65

4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment

Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan

instrumen pengukuran dan penggunaan instrumen pengukuran. Keterangan lebih

lanjut pada tahapan ini digambarkan pada gambar IV.2 dibawah ini. Untuk

perancangan instrumen pengukuran akan dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab 4.2.

Penggunaan instrumen pengukuran terdiri dari beberapa kegiatan yang

harus dilakukan. Kegiatan tersebut terdiri dari identifikasi data pendahuluan yang

terdiri dari latar belakang KM inisiatif dilakukan, tinjauan umum mengenai

inisiatif KM, identifikasi populasi, penentuan metode penarikan sampel,

penentuan target responden (dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab 4.2.1.4). Setelah

data pendahuluan diidentifikasi, Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner peneliti

menentukan teknik penyebaran kuesioner. Setelah kuesioner disebarkan dilakukan

pengumpulan data kuesioner yang didapatkan. Data kuesioner yang diperoleh

selanjutnya dipilih untuk menentukan data tersebut valid atau tidak.

Knowledge ManagementReadiness Assessment

Interpretasi Hasil Readiness Assesment

Penentuan Metodologi Implementasi KM

Start

End

Penentuan Domain Metode Implementasi KM

Benchmark

Penyusunan Instrumen Readiness Assesment

Pengembangan Instrumen Readiness Assesment

Penetapan Sudut Pandang KM

Existing Readiness Assesment

Perancangan Instrumen Pengukuran

Penggunaan Instrumen Pengukuran

Pendekatan Statistik

Identifikasi Data Pendahuluan

Penyebaran Kuesioner

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Gambar IV.2. Knowledge Management Readiness Assessment

Page 3: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

66

4.1.2. Interpretasi Hasil Readiness Assessment

Data kuesioner yang telah didapatkan selanjutnya akan diinterpretasi

dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Hasil dari analisis

tersebut akan memberikan nilai untuk masing-masing karakteristik yang diukur.

Pada tahap ini ditentukan skor ideal untuk masing-masing karakteristik

instrumen pengukuran. Penentuan skor ideal ini dapat ditentukan dengan

menggunakan beragam teknik, antara lain teknik delphi, Analytical Hierarchy

Process, dan lain-lain atau dapat juga dengan justifikasi logis dari peneliti dan

pihak perusahaan. Pada penelitian ini digunakan justifikasi logis dari peneliti

berdasarkan observasi dan wawancara dengan pihak managerial.

Nilai yang didapatkan dari hasil kuesioner tersebut selanjutnya akan

dibandingkan dengan skor ideal. Nilai-nilai tersebut selanjutnya akan

diinterpretasi oleh peneliti dengan menggunakan teknik kualitatif. Kegiatan pada

tahapan ini dijelaskan lebih lanjut pada gambar IV.3. dibawah ini.

Knowledge ManagementReadiness Assessment

Interpretasi Hasil Readiness Assesment

Penentuan Metodologi Implementasi KM

Start

End

Penentuan Domain Metode Implementasi KM

Benchmark

Analisis Kuantitatif

Ananlisis Kualitatif

Penentuan Skor Ideal

Pengolahan Data

Justifikasi Hasil Interpretasi

Gambar IV.3. Interpretasi Hasil Readiness Assessment

Untuk memudahkan dalam interpretasi hasil readiness assessment

dibutuhkan tools sebagai alat bantu yang memudahkan dalam interpretasi hasil

Page 4: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

67

readiness assessment. Tools tersebut berupa diagram yang berfungsi untuk

memetakan nilai kuesioner dengan skor ideal. Penjelasan lebih lanjut dalam

sub-bab 4.1.2.1.

4.1.2.1. Pemilihan Alat Pemetaan

Terdapat berbagai macam diagram yang dapat digunakan sebagai alat

pemetaan yang disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing diagram tersebut.

Dalam penelitian ini fungsi tools yang diinginkan adalah menggambarkan nilai

yang didapatkan dari hasil kuesioner dengan skor ideal yang sudah ditentukan.

Diagram yang mengakomodasi dari kepentingan diatas, memberikan beberapa

alternatif pilihan, dari beberapa alternatif pilihan tersebut dipilih diagram radar.

Pemilihan ini dikarenakan diagram radar lebih mudah untuk melihat nilai

kuesioner dengan skor ideal secara menyeluruh. Proses penggunaan dan jenis

diagram seperti pada tabel IV.1 di bawah ini.

Tabel IV.1. Penggunaan Diagram (Sumber : Amanda Quintanar & Dr. Tom Foster, 2001)

Function Gather as many

ideas as you can

Group your Ideas

Figure out how ideas connect

See the steps in the

thinking process

Draw a picture of your data

Keep track

of your data

Help make

decisions

Affinity Diagram Affinity Diagram

Fishbone Diagram Histogram Check

Sheet Light Voting

Brainstorming Fishbone Diagram

Relations Diagram

Consensus Gram

Relations Diagram

Lotus Flower Diagram

Lotus Flower

Diagram

Run Chart

Gallery Walk

Blue Slipping Pareto Diagram

Plus / Delta

Radar Diagram

Scattergram

Tools

Issue Bin

Plus / Delta

Blue Slipping

Flow Chart

Blue Slipping

Run Chart

Plus / Delta

Page 5: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

68

4.1.2.2. Petunjuk Pemetaan Alat Ukur

Proses pemetaan nilai kuesioner dengan skor ideal untuk masing-masing

karakteristik melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Pembentukan Matriks data hasil kuesioner dari para responden

2. Mencari mean dari masing-masing item pengukuran

3. Mencari nilai mean dari masing-masing karakteristik, lalu dipetakan dalam

radar diagram.

4. Menentukan besarnya nilai ideal minimal untuk masing-masing karakteristik.

Penentuan nilai ini merupakan justifikasi peneliti dan justifikasi pihak

perusahaan. Nilai justifikasi peneliti dan pihak perusahaan melalui focus

group discussion ditetapkan nilainya untuk masing-masing karakteristik.

4.1.3. Penentuan Domain Metode Implementasi KM

Gambar IV.4 dibawah ini menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan

untuk menentukan domain metode implementasi KM yang bermanfaat untuk

membantu perusahaan dalam memilih dan mengaplikasikan metode implementasi

KM yang tepat. Tahapan tersebut adalah identifikasi metodologi implementasi

KM, mengklasifikasikan domain metode implementasi KM, dan karakterisasi

domain metodologi implementasi KM.

Gambar IV.4. Penentuan Domain Penelitian

Page 6: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

69

4.1.3.1. Identifikasi Metodologi Implementasi KM

Ada dua pandangan yang berbeda dalam penerapan knowledge

management di suatu perusahaan. Kedua pendapat tersebut dikemukakan Brian

Arthur yang dikutip oleh Yogesh Maholtra (1997) dan Thomas H. Davenport and

Laurence Prusak (1998) dengan mengemukakan sebagai berikut : “…the new

world of knowledge-based business is characterized by -reeverything- involving

continuous redefinition of organizational goals, purposes, and its -way of doing

thing”. Sedangkan Thomas H. Davenport and Laurence Prusak: “In deciding

where to start your knowledge management program, try to use existing

management approaches and tactics as levers to jump-start the knowledge effort.

It’s also imperative to lead with a style that’s consistent with your firm’s culture.

For example, if your firm is technology-based, build on technology initiatives and

plans. If there is a big quality, reengineering, best practices or organizational

learning initiative afoot, use those programs as your anchor”. Dari kedua

pendapat tersebut sebenarnya terkandung pengertian bahwa jika memang visi,

strategi, teknologi, proses, dan culture perusahaan dapat mendukung penerapan

knowledge management maka perusahaan dapat langsung menerapkannya melalui

infrastruktur perusahaan yang telah ada. Namun apabila sebaliknya, maka visi,

strategi, dan culture harus diubah sesuai dengan karakteristik knowledge-based

business. Hal ini disebabkan pendekatan manajemen operasi dari knowledge

management sangat berlainan dengan proses bisnis pada umumnya yang lebih

menekankan kepada tangible assets. Proses bisnis yang menekankan kepada

pengelolaan input yang berbentuk intangible assets (terkandung knowledge di

dalamnya), membutuhkan perhatian yang lebih besar kepada SDM, culture,

leadership (kreatif dan inovatif, sharing, learning, networking), dan teknologi.

Terdapat berbagai macam metodologi implementasi dari KM yang

diperoleh oleh peneliti dari hasil studi literatur. Metodologi implementasi KM

tersebut adalah :

Page 7: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

70

1. American Management System (B. Smith, 1999)

FIND(Create Knowledge Centers)

Organize(Motivate & Recognize People)

Share

2. Arthur Andersen Consulting (Arthur Andersen Business Consulting)

3. Andersen Consulting (Andersen Consulting)

4. Dataware Technologies (Dataware Technologies)

Identify the Business Problem Prepare for Change Create the KM Team

Implement the Building Block for KM

Define the Key Features of the SolutionLinks Knowledge to People

Perform the Knowledge Audit and Analysis

Page 8: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

71

5. Buckley and Carter, Centre for International Business, University of Leeds

(Buckley, P.J., Carter, M.H., 1998)

6. The Delphi Group (Delphi Group, 1999)

Key Concepts and Frameworks for

Knowledge Management

How to Use KM as a Competitive Tool

The Cultural and Organizational Aspect of Knowledge Management

Justifying Knowledge Management Market AnalysisImplementing

Knowledge Management

Best Practices in Knowledge Management

The Technology of Knowledge Management

7. Ernst & Young (Ernst & Young)

Knowledge Generation Knowledge Representation Knowledge Codification Knowledge Application

8. Holsapple and Joshi, Kentucky Initiative for Knowledge Management

(Holsapple, Joshi, 1997)

Acquiring Knowledge(Extracting, Interpreting,

Transferring)

Selecting Knowledge(Locating, Retrieving,

Transferring)

Internalizing Knowledge(Assessing, Targeting,

Depositing)

Using KnowledgeGenerating Knowledge(Monitoring, Evaluating, Producing, Transferring)

Externalizing Knowledge(Targeting, Producing,

Transffering)

Page 9: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

72

9. Holsapple and Joshi (Holsapple & Joshi, 1998)

10. Knowledge Associate (R. Young, 1999)

Acquire Develop Retain Share

11. The Knowledge Research Institute (K.M. Wiig, 1998)

12. Liebowitz (Liebowitz, 2000)

Page 10: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

73

13. Liebowitz and Beckman (Liebowitz & Beckman, 1998)

Identify(Determine core

competencies, sourcing strategy and knowledge

domains)

Capture(Formalize existing

knowledge)

Select(Asses knowledge

relevance, value and accuracy and resolve conflicting knowledge)

Store(Represent corporate memory in knowledge

repository)

Sell(Develop and market new

knowledge-based products and services)

Create(Discover new knowledge

through research, experimenting, and creative

thinkning)

Apply(Retrieve and use

knowledge in making decisions, solving

problems, automating or supporting work, job aids

and training)

Share(Distribute knowledge automatically to users

based on interest and work and collaborate on

knowledge work through virtual teams)

14. Marquardt (Marquardt, 1996)

15. Monsanto Company (B. Junnarkar, 1997)

Use Learning Maps Value Maps Information Maps

Information Technology Maps Measurement Knowledge Maps

16. The Mutual Group (H. Saint Onge, 1998)

17. The National Technical University of Athens, Greece (D. Apostolou, et al,

1998)

Page 11: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

74

18. O’Dell (O’Dell, 1996)

Identify Collect Adapt

Share ApplyCreate

Organize

19. American Productivity and Quality Center Price Waterhouse Coopers (D.M.

Steir, et al, 1997)

Find Filter(For Relevance)

Format(To Problem)

Feedback(From Users)

Forward(To Right People)

20. Ruggles (R. Ruggles, 1997)

21. Skandia (Skandia Insurance, 1999)

22. Van der Spek and Hoog (R. Vand der Spek and Hoog, 1998)

23. Van der Spek and Spijkervet (R. Vand der Spek and Spijkervet, 1997)

Developing New Knowledge

Securing New and Existing Knowledge Distributing Knowledge Combining Available

Knowledge

Page 12: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

75

24. Van Heijst et al, CIBIT Netherlands (G. van Heijst & R. van Der Spek, 1997)

25. Wielinga et al, University of Amsterdam (B. Wielinga, et al, 1997)

26. Wiig (K.Wiig, 1998)

27. John M. Leitch and Philip W. Rosen (John M. Leitch & Philip W. Rosen,

2001)

28. Amrit Tiwana (2001)

Page 13: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

76

29. Amrit Tiwana (2000)

Phase – 3 : Deployement

Phase – 2 : KM System Analysis, Design, & Development

Phase – 4 : Evaluation

Phase – 1 : Infrastructure Evaluation

Analyze the Existing Infrastructure

1Align Knowledge Management and

Business Strategy

2

Design the Knowledge Management Infrastructure

3Audit Existing Knowledge Assets and

System

4

Design the Knowledge Management Team

5Create the Knowledge Management

Blue Print

6

Develop the Knowledge Management System

7

Deploy, Using the Result driven incremental Methodology

8Manage Change, Culture, and

Reward Structures

9

Evaluate, Measure10

30. KM European Forum (KM European Forum, 2000)

INITIAL ASSESSMENT

Task Force

Existing Infrastructure

Economic Compability

KM and Business Targets

Timing

CONTINUOUS IMPROVEMENT

KM Result

Improvement

AWARENESS

Interest in KM and its Benefits

Involving Top Management

PILOT INITIATIVES

Select Alternatives

KM Pilot Project

EXPANSION

Status of KM

Expansion Possibility

KM Customization & Implementation

KM Expansion ProjectMATURITY

Strategies & Organizational Structures

Page 14: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

77

4.1.3.2. Klasifikasi Metode Implmentasi KM

Berdasarkan definisi aspek utama yang diidentifikasi oleh Hlupic et al

(2002), maka metode implementasi KM yang telah identifikasi dan diringkas

dalam bentuk aliran proses pada bagian sebelumnya diklasifikasikan ke dalam

domain: abstrak, soft (manusia dan organisasi) dan hard (technology). Hasil

selengkapnya dari klasifikasi tersebut, dapat dilihat pada tabel IV.2 dibawah ini.

Tabel IV.2. Klasifikasi Domain metode implementasi Hard Soft Abstrak

American Management System

Arthur Andersen Consulting

Ernst & Young Andersen Consulting Holsapple and Joshi,

Kentucky Initiative for Knowledge

Management

Buckley and Carter, Centre for International Business,

University of Leeds

Knowledge Associate

Dataware Technologies

The Delphi Group The Knowledge

Research Institute Marquardt

Liebowitz and Beckman

The Mutual Group Monsanto Company

O’Dell

Holsapple and Joshi The National Technical University of Athens,

Greece

Skandia American Productivity and

Quality Center Price Waterhouse Coopers

Van der Spek and Spijkervet

John M. Leitch and Philip W. Rosen

Wiig Van der Spek and Hoog

Amrit Tiwana (2001) Van Heijst et al, CIBIT Netherlands

Amrit Tiwana (2000) Liebowitz Ruggles

KM European Forum Wielinga et al, University

of Amsterdam

Page 15: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

78

4.1.3.3. Karakterisasi Metode Implementasi KM

Karakterisasi metode implementasi KM ini disusun atas pertimbangan

logis yang didasarkan pada tahap awal masing-masing metodologi implementasi

KM, dan belum didasarkan pada kajian mendalam terhadap masing-masing

metodologi implementasi tersebut. Hal ini dilakukan karena bagian ini bukan

merupakan fokus utama dari penelitian ini dan hanya dijadikan tahapan

pendukung setelah pengukuran kesiapan KM dilakukan.

Berkenaan dengan klasifikasi metode implementasi KM yang

dideskripsikan sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa aturan umum mengenai

karakteristik metodologi implementasi KM, yaitu:

Karakteristik Hard

Karakteristik metode implementasi KM pada aspek teknologi (hard) biasanya:

o Secara umum implementasi KM ditekankan pada aspek teknologi dalam

mengelola pengetahuan (perancangan dan pembangunan infrastruktur

teknologi)

Contoh: The Knowledge Research Institute, Amrit Tiwana (2000)

o Pengembangan infrastruktur teknologi informasi untuk memperoleh

informasi

Contoh: Ernst & Young, Holsapple and Joshi, Kentucky Initiative for

Knowledge Management, Knowledge Associate, Liebowitz

o Pemetaan informasi, pengetahuan dan teknologi informasi

Contoh: O’Dell, Amrit Tiwana (2001)

o Pengelolaan data atau datawarehouse

Contoh: Marquardt, Van der Spek and Spijkervet, American Management

System

o Hubungan antar manusia dengan pengetahuan difasilitasi oleh teknologi.

Contoh: Skandia, Wiig, The Mutual Group

Page 16: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

79

Karakteristik Soft

Karakteristik metode implementasi KM pada aspek soft terkait dengan:

o Secara umum implementasi KM ditekankan pada aspek manusia dan

organisasi, baik budaya, kepemimpinan dan lain-lain.

Contoh: John M. Leitch and Philip W. Rosen

o Berkenaan dengan permasalahan di lingkungan bisnis perusahaan, dan

memotivasi dan mengenali orang

Contoh: Dataware Technology

o Pengembangan lingkungan yang kondusif untuk melakukan sharing

pengetahuan.

Contoh: KM European Forum

o Peningkatan pengaruh manajerial, sumberdaya dan lingkungan.

Contoh: Holsapple dan Joshi

Karakteristik Abstrak

Karakteristik metode implementasi KM pada aspek pemahaman biasanya

terkait dengan:

o Secara umum implementasi KM ditekankan pada aspek abstrak terkait

dengan pengembangan ontologi dan taksonomi pengetahuan, visi dan misi

perusahaan berkenaan dengan KM

Contoh: Van der Spek and Hoog, Liebowitz and Beckman

o Evaluasi dan pendefinisian peran pengetahuan

Contoh: Arthur Andersen Consulting, Van Heijst et al, CIBIT Netherlands

o Pengembangan karakteristik pengetahuan

Contoh: Buckley and Carter, Centre for International Business, University

of Leeds, Wielinga et al, University of Amsterdam

o Ditekankan pada memperoleh pengetahuan (ekstraksi, interpretasi dan

transfer)

Contoh: Monsanto Company, American Productivity and Quality Center

Price Waterhouse Coopers, Andersen Consulting

o Pengembangan konsep utama kerangka untuk KM

Contoh: The Delphi Group, The National Technical University of Athens,

Greece

Page 17: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

80

4.1.4. Benchmark

Setelah didapatkan domain metode implementasi KM berdasarkan hasil

interpretasi, dilakukan proses benchmark untuk tiap-tiap metode implementasi

KM yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan real perusahaan. Proses bencmark

dilakukan dengan melakukan proses identifikasi, evaluasi secara detail dan

mendalam. Untuk itu dibutuhkan data-data yang detail dan lengkar dari tiap-tiap

metode implementasi yang terletak dalam domain yang telah ditentukan. Dalam

penelitian ini proses benchmark dilakukan dengan justifikasi dari peneliti dengan

membandingkan terhadap kondisi perusahaan. Hal tersebut dikarenakan proses

bencmark ini bukan merupakan fokus area dari penelitian ini.

4.1.5. Penentuan Metode Implementasi KM

Setelah melakukan benchmark, dilakukan penentuan metode implementasi

KM. Hingga penelitian ini dilakukan, berdasarkan hasil studi literatur belum

ditemukan suatu cara yang baku dalam penentuan metode implementsi KM yang

berdasarkan perbandingan tiap-tiap metode implementasi KM. Pada tahapan ini

proses penentuan metode implementasi dilakukan berdasarkan justifikasi peneliti.

Hal tersebut dilakukan karena tahapan ini bukan merupakan fokus area pada

penelitian ini. Tahapan ini dapat digunakan sebagai pengembangan penelitian

selanjutnya. Tahapan dalam penentuan metode implementasi KM dijelaskan pada

gambar IV.5 dibawah ini.

Page 18: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

81

Knowledge ManagementReadiness Assessment

Interpretasi Hasil Readiness Assesment

Penentuan Metodologi Implementasi KM

Start

End

Penentuan Domain Metode Implementasi KM

BenchmarkMetodologi-Metodologi

Implementasi

Metodologi Implementasi Yang

dipilih

?

?

Gambar IV.5. Penentuan Metodologi Implementasi

4.2. Perancangan dan Validasi Instrumen Pengukuran

Langkah awal dari perancangan instrumen pengukuran ini adalah dengan

menetapkan sudut pandang Knowledge Management. Penetapan sudut pandang

ini, dikarenakan penelitian di bidang KM terdiri atas 3 domain besar yaitu abstrak,

soft, dan Hard. Dalam implementasi knowledge management memerlukan

perhatian terhadap ketiga domain tersebut (Hlupic, 2002). Karena memerlukan

perhatian terhadap tiga domain tersebut, maka dalam melakukan readiness

assessment aspek yang diukur dari ketiga domain tersebut. Sudut pandang

Knowledge Management yang dikembangkan peneliti, lebih berdasarkan kepada

kebutuhan untuk implementasi penelitian. Setelah menentukan sudut pandang

Knowledge Management dan melakukan kajian terhadap readiness asessment

yang telah ada. Tahapan selanjutnya yang dilakukan, berdasarkan sudut pandang

yang sudah ditentukan adalah melakukan pengembangan model Readiness

Assesment. Setelah model Readiness Assesment dikembangkan, dilakukan

Page 19: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

82

penyusunan kuesioner untuk Readiness Assesment. Tahapan dalam perancangan

insturmen pengukuran dijelaskan pada gambar IV.6 dibawah ini.

Knowledge ManagementReadiness Assessment

Interpretasi Hasil Readiness Assesment

Penentuan Metodologi Implementasi KM

Start

End

Penentuan Domain Metode Implementasi KM

Benchmark

Penyusunan Instrumen Readiness Assesment

Pengembangan Instrumen Readiness Assesment

Penetapan Sudut Pandang KM

Existing Readiness Assesment

Perancangan Instrumen Pengukuran

Penggunaan Instrumen Pengukuran

Gambar IV.6. Proses Pengembangan Penelitian

4.2.1. Penetapan Sudut Pandang Knowledge Management

Definisi dari Knowledge Management, bagi banyak kalangan masih sangat

bersifat samar-samar dan memiliki makna yang ganda (ambigu). Hal tersebut

sangat beralasan dan sangat masuk akal, dikarenakan arti dari kata Knowledge itu

sendiri berbeda-beda bagi tiap orang/peneliti. Sebagai Contoh Yogesh Maholtra

(1997) mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan di India (dalam hal ini

disebut di belahan timur) memahami knowledge sebagai suatu intellectual

property. Sedangkan untuk perusahaan-perusahaan di belahan barat memahami

bahwa knowledge adalah sesuatu yang terdapat di dalam kepala manusia.

Dampak langsung dari hal diatas untuk bidang penelitian yang dilakukan

di satu sisi banyak menitik beratkan kepada sektor individu (manusia). Sedangkan

untuk peneliti lain banyak menitik beratkan pada sektor Organisasi. Dan banyak

juga penelitian yang menitik beratkan pada sektor teknologi yang sifatnya sebagai

Page 20: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

83

pendukung. Selanjutnya akan dijelaskan perbedaan sudut pandang tentang

knoweledge management itu sendiri berdasarkan definisi-definisi yang

dikemukakan para peneliti (Hlupic, et al, 2002). Definisi-definisi yang akan

dijelaskan pada tabel IV.3. berikut ini akan menjelaskan sudut pandang dari

masing-masing peneliti tersebut.

Tabel IV.3. Definisi Knowledge Management Peneliti Tahun Definisi

De Jannet 1996

KM is . . . knowledge creation, which is followed by knowledge

interpretation, knowledge dissemination and use, and knowledge

retention and refinement.

Petrash 1996 KM is getting the right knowledge to the right people at the right time

so that they can make the best decision.

Macintosh 1996

KM involves the identification and analysis of available and required

knowledge, and the subsequent planning and control of actions to

develop knowledge assets so as to fulfil organizational objectives.

Brooking 1997 KM is the activity which is concerned with strategy and tactics to

manage human centred assets.

O’Dell 1997 KM applies systematic approaches to find, understand and use

knowledge to create value.

Bassi 1997

KM is the process of creating, capturing and using knowledge to

enhance organizational performance. KM is most frequently

associated with two types of activities. One is to document and

appropriate individual’s knowledge and then disseminate it through

such venues as a companywide database. KM also includes activities

that facilitate human exchanges using such tools as groupware, email

and the internet

Frappaulo

& Toms 1997

KM is a tool set for the automation of deductive or inherent

relationships between information objects, users and processes.

Hibbard 1997

KM is the process of capturing a company’s collective expertise

wherever it resides in databases, on paper, or in people’s heads and

distributing it to wherever it can help to produce the biggest payoff.

Quintas 1997

KM is the process of critically managing knowledge to meet existing

needs, to identify and exploit existing and acquired knowledge assets

and to develop new opportunities.

Page 21: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

84

Lanjutan tabel IV.3 Peneliti Tahun Definisi

Taylor 1997

Powerful environmental forces are reshaping the world

of the manager of the 21st century. These forces call

for a fundamental shift in organization process and

human resource strategy. This is Knowledge

Management.

Van der Spek & Spijkervet 1997

KM is the explicit control and management of

knowledge within an organization aimed at achieving

the company’s objectives.

Davenport et al. 1998

. . .attempt to do something useful with knowledge, to

accomplish organizational objectives through the

structuring of people, technology and knowledge

content.

Snowden 1998

KM can be defined as the identification, optimization

and active management of intellectual assets, either in

the form of explicit knowledge held in artefacts or as

tacit knowledge possessed by individuals or

communities.

Malhotra 1998

KM caters to the critical issues of organizational

adaptation, survival and competence in face of

increasingly discontinuous environmental change.

Essentially it embodies organizational processes that

seek synergistic combination of data and information

processing capacity of information technologies, and

the creative and innovative capacity of human beings.

Wiig 1998

KM is the systematic, explicit and deliberate building,

renewal and application of knowledge to maximize an

enterprise’s knowledge-related effectiveness and

returns on its knowledge assets and to renew them

constantly.

Beckman 1999

KM is the formalization of and access to experience,

knowledge and expertise to create new capabilities,

enable superior performance, encourage innovation,

and enhance customer value.

Page 22: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

85

Peneliti Tahun Definisi

Beijerise 1999

KM is achieving organizational goals through the

strategy-driven motivation and facilitation of

knowledge workers to develop, enhance and use their

capability to interpret data and information (by using

available sources of information, experience, skills,

culture, character, personality, feelings, etc.) through a

process of giving meaning to these data and

information.

Laudon and Laudon 1999

KM is the process of systematically and actively

managing and leveraging the stores of knowledge in an

organization.

Huysman and de Wit 2000 Knowledge management is about the support of

knowledge sharing.

Dari definisi yang dikemukakan oleh Brooking (1997), Taylor (1997),

Quintas et al (1997), dan De Jarnet (1996), terlihat bahwa peneliti tersebut

menekankan pada aspek organisasi, mereka memandang dari sisi non teknikal

atau pada tataran organisasi. Hal diatas akan terlihat kontras dengan definisi yang

dikemukakan oleh Malhotra (1998), Frappaulo and Toms (1997), Snowden

(1998), dan Bassi (1997) yang menitik beratkan knowledge management pada sisi

penggunaan IT. Sedangkan Beijerise (1999) mengajukan suatu definisi yang

menarik, dimana tidak menyebutkan penggunaan IT secara eksplisit, tetapi lebih

dititik beratkan kepada kemampuan knowledge worker untuk menginterpretasikan

dan memberikan arti pada informasi / data yang dipunyai oleh perusahaan.

Definisi dari KM yang dikemukakan oleh oleh Maholtra (1998) dan

Snowden (1998) mempertimbangkan antara peranan dari IT itu sendiri untuk KM

serta pentingnya kreativitas dari individu / organisasi itu sendiri. Hibbard (1997)

dan Petrash (1996) pada intinya mengemukakan definisi yang sama, tapi dengan

cara yang berbeda. Defiinisi yang dikemukakan oleh Petrash (1996) agak tidak

jelas, oleh Hibbard (1997) definisi tersebut dibuat lebih jelas dan mudah untuk

dipahami. Definisi yang dikemukakan oleh Petrash (1996) dan yang dikemukakan

oleh Hibbard (1997), lebih menitik beratkan pada aktifitas distribusi knowledge

itu sendiri, baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang cukup

terbatas.

Page 23: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

86

Macintosh (1996), Van Der Spek & Spijkervet (1997) dan Beijerse (1999)

menghubungkan antara KM dengan pencapaian tujuan dari perusahaan. Tetapi

Van Der Spek & Spijkervet (1997) dan Macintosh (1996) lebih menitik beratkan

pada masalah pengendalian dibandingkan dengan masalah value creation,

Sedangkan Beijerise (1999) lebih menitik beratkan kepada pengembangan

kemampuan dari knowledge worker.

Definisi yang dikemukakan oleh Wiig (1998), Beckman (1999), dan

O’Dell (1997) tidak menyebutkan mengenai IT maupun mengenai Tacit

Knowledge secara langsung, tetapi mereka mengatakan tentang knowledge dan

hubungannya dengan proses organisasi secara keseluruhan serta peningkatan dari

value creation dan peningkatan performansi dan efektivitas. Jika dibandingkan

dengan definisi yang dikemukakan oleh Bassi (1997), yang mendefinisikan secara

cukup detil yang dikaitkan dengan penggunaan teknologi.

Karl E. Sveiby (2000) mengemukakan bahwa terdapat 2 buah jalur utama

yang di ambil oleh orang tentang knowledge management. (1) Jalur pertama

memandang knowledge management sebagai manajemen dari informasi. Peneliti

dan praktisi di bidang ini umumnya mempunyai pendidikan di bidang komputer

atau ilmu informasi. Mereka terlibat dalam pembangunan Sistem Informasi

Manajemen, Artificial Intelligence, re-engineering, groupware dan lain-lain. Bagi

mereka pengetahuan merupakan objek yang dapat di identifikasi dan di proses

dalam sistem informasi. Jalur ini baru dan berkembang sangat pesat pada saat ini,

terutama dengan berbagai perkembangan di dunia komputer. (2) Jalur kedua

memandang knowledge management sebagai manajemen dari orang. Peneliti dan

praktisi di bidang ini cenderung memperoleh pendidikan di bidang filosofi,

psikologi, sosiologi, bisnis, dan management. Mereka pada umumnya terlibat

dalam pengaksesan, perubahan dan perbaikan skill serta perilaku manusia secara

individu. Bagi para peneliti ataupun praktisi di jalur ini pengetahuan merupakan

suatu proses, sebuah set kompleks dari skill dinamis, yang terus menerus berubah.

Secara tradisional mereka terlibat dalam proses belajar dan proses manajemen

kompetensi individual ini. Seperti seorang psikolog, sosiolog atau teoritis

organisasi. Jalur ini sudah tua dan tidak berkembang demikian pesat.

Page 24: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

87

Vlatka Hlupic, et al (2002) mengusulkan untuk mencoba memandang

knowle1dge management system sebagai gabungan dari aspek abstrak, soft, dan

hard. Karena knowledge management sebagai suatu sistem yang akan di

implementasikan tidak bisa terlepas dari ketiga aspek tersebut. Dengan melakukan

proses penggabungan dari ketiga aspek tersebut, diharapkan pada akhirnya akan

muncul konsep knowledge management baru yang memandang dari ketiga aspek

tersebut sehingga lebih komprehensif.

Vlatka Hlupic et al (2002) mengemukakan bahwa penelitian mengenai

knowledge management selama ini terbagi atas 3 golongan besar, yaitu secara

Abstrak, yang dalam hal ini secara ontologi atau filosofi mengenai Knowledge

Management itu sendiri, secara Soft, yang ditinjau secara organisasi, dan secara

hard yang ditinjau secara pemanfaatan teknologi informasi. Perbedaan sudut

pandang itu sendiri didasarkan atas berbagai macam disiplin ilmu yang berbeda

dari masing-masing peneliti.

Untuk aspek yang bersifat abstrak (Ontology), penelitian yang dilakukan

meliputi hal-hal yang sifatnya filosofis seperti definisi dari knowledge

management, aspek filosofis dan aspek psikologis dari knowledge management,

dan lain sebagainya. Untuk aspek yang bersifat soft (Organizational) penelitian

yang dilakukan meliputi hal-hal yang sifatnya menginvestigasi struktur

organinsasi dan kultur di lingkungan perusahaan itu sendiri. Untuk aspek ini lebih

menekankan pada bagaimana metode sharing knowledge yang tepat,

menumbuhkan budaya apresiatif, dan lain-lain. Untuk aspek yang bersifat Hard

penelitian di bidang ini meliputi teknologi informasi yang mendukung untuk

pemanfaatan knowledge tersebut.

Dalam penelitian ini akan memandang knowledge management dari 3

aspek, yaitu secara abstract, soft, dan hard. Karena hasil dari penelitian ini

digunakan untuk mengukur kesiapan perusahaan dalam mengimplementasi KM.

Untuk kebutuhan implementasi KM itu sendiri, agar proses implementasi dapat

berjalan dengan baik, harus mengintegrasikan ketiga aspek tersebut (Brunel

Centre fo Knowledge and Business Process Management).

Page 25: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

88

4.2.1.1. Identifikasi Sudut Pandang Abstract Aspect

Penelitian-penelitian di area ini banyak yang bersifat teoritis dan

konseptual, terutama di area penelitian yang sifatnya cognitive psychology. Hal-

hal yang diperhatikan dalam aspek abstrak ini digambarkan pada gambar IV.7

dibwah ini (Vlatka Hlupic, 2002):

Aspek Abstrak Dalam Knowledge Management

Definisi dari Knowledge Management

Metode Yang Sesuai dalam Investigasi KM

Fenomena

Aspek Filosofis dan Psikologis dalam

Knowledge Management

Ontology & Epistemology Knowledge Management

Gambar IV.7. Aspek Abstrak dalam Knowledge Management

• Definisi dari Knowledge Management

Terdapatnya berbagai macam definisi dari knowledge management

mengakibatkan tiap orang-orang mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dari

tiap individu (Vlatka Hlupic, 2002).

Perbedaan definisi dan pemahaman mengenai knowledge management

yang berbeda-beda dari tiap-tiap pihak yang ada dalam perusahaan mengakibatkan

masing-masing pihak tersebut, berkembang sesuai dengan arahan masing-masing

dan berdasarkan kepentingan dan ketertarikan masing-masing terhadap KM

(Scarborough, 1996). Sedangkan knowledge management hendaknya merupakan

suatu vehicle bersama perusahaan dalam mencapai perusahaan yang efektif dan

kompetitif.

CAUL Knowledge Management survey (2002) menyarankan perlunya

pemahaman dari masing-masing pihak mengenai perbedaan antara informasi dan

knowledge. Karena sering kali terjadi para pelaku knowledge management

memperlakukan informasi itu sebagai knowledge. Untuk Implementasi knowledge

Page 26: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

89

management dibutuhkan suatu pemahaman yang sama dalam knowledge

management (Vlatka Hlupic, 2002)

• Epistemology dan Ontology dari Knowledge Management

Ontology merupakan suatu konsensus/kesepakatan/persetujuan bersama

yang sifatnya formal antara individu-individu yang terkait mengenai suatu

konsep/ kajian tertentu. Dalam hal ini konsep/kajian tertentu adalah mengenai

knowledge management. Dalam implementasi knowledge management suatu

kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terkait dalam knowledge

management sangat dibutuhkan. Karena dengan adanya kesepakatan bersama

tersebut, pihak-pihak yang terkait mau dengan sadar untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan dalam kaitannya dengan implementasi

knowledge management. Ontology dari knowledge management hendaknya

merupakan pemahaman bersama secara umum sehingga dapat dikomunikasikan

antara pihak-pihak dalam suatu perusahaan. Hal nyata dalam knowledge

management yang merupakan salah satu bentuk dari ontology itu sendiri adalah,

pihak perusahaan mempunyai visi misi bersama (shared vision & mission) yang

mudah dipahamai oleh semua pihak dan diterima oleh semua pihak (Dieter

Fensel, et al, 2000).

Epistemology merupakan suatu cabang ilmu filsafat yang mempelajari

bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang suatu hal. (Cambridge

Advandced Dictionary). Epistemology Knowledge Management merupakan suatu

cara bagaimana mengetahui dan memahami tentang knowledge management.

Untuk kebutuhan implementasi dari knowledge management setelah mengetahui

dan memahami tentang knowledge management maka hal tersebut akan

diindikasikan dengan mengetahui dan memahami tujuan utama dari knowledge

management, serta mampu mengetahui bahwa perusahaan membutuhkan atau

tidak knowledge management (Vlatka Hlupic, 2002).

• Aspek filosofis dan Aspek Psikologis dari Knowledge Management

Aspek filosofis meliputi kesadaran akan pentingnya intellectual capital

dalam suatu perusahaan, mengetahui esensi dari knowledge management sehingga

mengetahui secara pasti dan memutuskan bahwa knowledge management cocok

atau tidak diterapkan di perusahaan (George Rzevski, 1998).

Page 27: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

90

Aspek psikologis meliputi kesiapan dan penerimaan dari masing-masing

pihak baik pihak karyawan maupun managerial dalam pelaksanaan implementasi

knowledge management. Dengan adanya kesiapan secara psikologis dari masing-

masing pihak maka akan timbul suatu kesadaran bahwa dengan menerapkan

knowledge management akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses

bisnis perusahaan, meningkatkan daya saing perusahaan serta membuat

perusahaan lebih maju dengan menerapkan knowledge management (Vlatka

Hlupic, 2000).

Pihak pimpinan yang belum menyadari akan pentingnya knowledge asset

dalam perusahaan, dan memandang knowledge management sebagai suatu solusi

dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi akan tidak

mendukung knowledge management initiatives, sehingga tidak dapat

memobilisasi perusahaan tersebut menuju organizational culture yang dibutuhkan

dalam kegiatan knowledge management (Nor Hazana binti Abdullah, 2005).

• Metode yang sesuai dalam menginvestigasi fenomena dari knowledge

management

Metode investigasi dari knowledge management merupakan hal yang

penting dan ditentukan dari kebijakan pihak managerial (Vlatka Hlupic, 2000).

Penginvestigasian ini meliputi strategi, aturan-aturan, dan perencanaan visi dan

misi dalam implementasi knowledge management.

Integrasi dari knowledge management strategy dan pembentukan visi

penerapan knowledge management harus terintegrasi dengan proses bisnis, dan

visi misi perusahaan (Andreas Riege, 2005).

4.2.1.2. Identifikasi Sudut Pandang Soft Aspect

Penelitian-penelitian di area ini banyak didominasi oleh para peneliti yang

mempunyai latar belakang disiplin ilmu psikologi, management science,

organizational science, sosiologi, dan lain sebagainya, penelitian pada area ini

lebih menekankan pada proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan

perusahaan, kebiasaan-kebiasaan/habit yang dibutuhkan dalam knowledge

management, struktur organisasi perusahaan yang mendukung knowledge

management, pengelolaan dan proses penciptaan best practise perusahaan, aspek

sumber daya manusia dalam konteks knowledge management, project

Page 28: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

91

management dalam implementasi knowledge management, dan operasionalisasi

yang mendukung implementasi knowledge management (Vlatka Hlupic, 2002).

Tedapat empat pilar penting yang harus diperhatikan dalam implementasi

knowledge management. Keempat pilar tersebut adalah leadership, organization,

technology, dan learning process (Stankosky ; Calabrese ; Baldanza, 1999).

Keempat pilar tersebut digambarkan pada gambar IV.8 dibawah ini.

Gambar IV.8. Pilar dalam Knowledge Management (Sumber : Advances in Knowledge Management: University Research Toward an Academic Discipline,

Michael A. Stankosky, D.Sc.)

DeTienne, Dyer, Hoopes and Harris (2004) menyatakan bahwa ada empat

faktor yang mendukung dalam implementasi knowledge management, yaitu faktor

organizational culture, organizational leadership, chief knowledge officers or

CKOs, dan teknologi. Keempat faktor tersebut digambarkan pada gambar IV.9

dibawah ini:

Gambar IV.9. Faktor yang mendukung dalam implementasi KM

Page 29: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

92

Survey yang dilakukan oleh Earnst & Young KM Internasional Survey

yang dilakukan pada tahun1996 kepada 431 senior eksekutif, diperoleh beberapa

faktor yang menjadi kendala dalam implementasi knowlede management

dijelaskan pada tabel IV.4 dibawah ini:

Tabel IV.4. Kendala-Kendala Dalam Implementasi Knowledge Management

No Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jawaban Responden

1 Organizational Culture 80 % 2 Lack of Ownership 64 % 3 ICT 55 % 4 Non Standardized Procedures 53 % 5 Organizational Procedures 54 % 6 Top Management Commitment 46 % 7 Reward / Recognition 46 % 8 Staff Turn Over 30 % Penelitian yang dilakukan David Pauleen dan David Mason (2002) melalui

penelitiannya yang mengidentifikasi hal-hal yang harus diperhatikan dalam

implementasi knowlege management (dapat dilihat pada tabel IV.5.) adalah

Organisational Culture, Leadership, Lack of Understanding, Effort and Reward,

Technology, Knowledge Complexity. Masing-masing faktor tersebut memberikan

kontribusi terhadap keberhasilan implementasi knowledge management sebagai

berikut:

Tabel IV.5. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi KM No Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persentase Pengaruh 1 Organizational Culture 45 % 2 Leadership 22 % 3 Lack of Understanding 16 % 4 Effort & Reward 9 % 5 Technology 7 % 6 Knowledge Complexity 1 %

Analisis kegagalan dalam implementasi knowledge management yang

dilakukan oleh Alton Chua dan Wing Lam (2005) pada umumnya disebabkan

oleh faktor teknologi, culture, project management, dan content yang tidak sesuai

dengan yang diharapkan oleh para karyawan.

Page 30: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

93

David Pauleen (2002) melalui penelitian kualitatifnya, mengidentifikasi

hal-hal yang menjadi hambatan (barrier) dalam implementasi knowledge

management. Hambatan-hambatan tersebut dijelaskan pada tabel IV.6 dibawah

ini:

Tabel IV.6. Hambatan dalam Implementasi Knowledge Management Culture Organizational Culture Trust Communication

Culture

Sharing Leadership

Leadership Management Lack of Awareness Lack of Vision Education Lack of Understanding

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, hambatan-hambatan yang

mempengaruhi yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti diatas, maka faktor-faktor

dan hambatan tersebut dapat diklasifikasikan seperti pada gambar IV.10 dibawah

ini:

Gambar IV.10. Aspek Soft dalam Knowledge Management

Page 31: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

94

• Human Resource Management in the context of knowledge management

Data base mengenai kompetensi karyawan dibutuhkan keberadaannya

untuk mendukung kegiatan knowledge management. Hal tersebut untuk

mengetahui secara pasti yang menjadi knowledge champion di bidangnya.

Kompetensi yang dimiliki oleh para karyawan dan proses knowledge sharing

merupakan salah satu pertimbangan yang dicantumkan oleh pihak manajerial

sebagai salah satu indikator penilaian kinerja. (Knowledge Management European

Forum). Mireille Merx Chermin (2005) mengidentifikasi faktor-faktor yang

berpengaruh dalam proses penciptaan dan inovasi dalam suatu perusahaan. Faktor

tersebut disebut sebagai Personal characteristic. Personal characteristic tersebut

dijabarkan menjadi empat point, yaitu:

(1) Motivasi untuk melakukan pengembangan secara terus menerus secara rutin

dengan rekan kerja.

(2) Expertise. Kepakaran/keahlian/kemampuan mengenai suatu hal jarang

dikuasai oleh rekan lainnya yang terletak dalam satu perusahaan. Dengan

adanya kondisi tersebut orang cenderung untuk menyimpan keahliannya

tersebut.

(3) Individual Capability. Kemampuan untuk melakukan persentasi, dan

mengajarkan kepada orang lain mengenai keahlian yang kita punyai,

hendaknya disadari sebagai hal yang penting.

(4) Kreativitas

• Education and Training

Kemudahan, kesesuaian antara kebutuhan dengan fasilitas pelatihan yang

didapatkan oleh pihak karyawan, merupakan salah satu aspek yang berpengaruh

terhadap kesuksesan implementasi KM (Valentine Brink & Jean-Paul Van Belle,

2004). Selain itu, yang berkenaan dengan education and training pelatihan

mengenai penggunaan ICT harus dengan mudah dan cepat didapatkan oleh pihak

karyawan agar pihak karyawan, karena dalam kegiatan KM fasilitas ICT mutlak

digunakan untuk mempermudah dalam kegiatan KM (Mayo, 2001). Dalam KM

terdapat proses pembelajaran antara karyawan yang satu dengan yang lain

hendaknya dilakukan secara bersama-sama, karena itu karyawan harus mampu

untuk membentuk team yang efektif, yang sesuai dengan kapasitasnya masing-

Page 32: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

95

masing untuk saling belajar satu dengan yang lainnya (Probst et al, 2000). Hal

tersebut didukung oleh Sveiby (2001).

• Experience and Skills

Pengakuan dari pihak perusahaan dan karyawan mengenai skill dan

pengalaman sesesorang menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, karena

pengakuan atas skill dan kemampuan akan menjadikan pihak tersebut merasa

lebih berharga, sehingga dalam proses selanjutnya diperlukan suatu mekanisme

tertentu agar paradigma knowledge is power dapat diubah menjadi paradigma

baru, yaitu sharing is power (Mayo, 2001 ; Tiwana, 2000)

• Attitude & Value

Attitude karyawan dalam knowledge sharing merupakan hal yang harus

mendapatkan perhatian khusu dari pihak managerial (Sai Ho Kwok; Sheng Gao,

2005). Attitude anggota suatu organisasi berkaitan erat dengan value yang dimiliki

oleh pihak perusahaan, (Mayo, 2001 ; Probst, 2000) sehingga hal tersebut dalam

kaitannya dengan implementasi KM meruapakan salah satu aspek yang harus

diperhatikan Nilai-nilai yang dipunyai oleh pihak perusahaan yang tercantum

dalam visi misi perusahaan, dan code of conduct harus sesuai dengan knowledge

management (Andreas Riege, 2005).

• Organizational Learning

Dalam mengembangkan KM perusahaan membutuhkan proses pembelajaran yang

terus menerus. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendatangkan narasumber

lain dari lingkungan perusahaan, baik dari pihak akademisi maupun pihak

perusahaan luar lainnya (praktisi). Evaluasi mengenai kegiatan-kegiatan yang

selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan knowledge perlu

untuk dievaluasi dan ditelaah kemudian lebih lanjut, hal tersebut menyangkut

seberapa efektif kegiatan tersebut diyakini oleh pihak perusahaan untuk

mendapatkan knowledge yang dibutuhkan (Knowledge Management, Research

Report 1998)

• Cultural Aspect of Knowledge Management

Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi didalam perusahaan (behaviour & cultureI)

Aspek yang harus diperhatikan dalam organisasi (David W De Long; Liam Fahey,

2000). Kebiasaan-kebiasaan yang harus diperhatikan dalam kegiatan KM, seperti

Page 33: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

96

kebiasaan untuk bekerja sama antar karyawan (Jarvenpaa & Staples, 2001), dan

melakukan proses dokumentasi dan berbagi knowledge, ((Gold et al., 2001, 189;

Mayo, 2001, 159; Schein, 1992, 5; Shields, 1999). Budaya untuk menyalahkan

dan memberikan teguran/punishment terhadap kesalahan yang terjadi, tanpa

melihat konteks kesalahan merupakan salah satu penghambat untuk berkreasi,

bereksperimen dan melakukan inovasi (C.E. Siemienuch, M.A. Sinclair, 2004).

Hendaknya kesalahan yang terjadi yang dilakukan, oleh pihak karyawan dilihat

konteksnya terlebih dahulu.

• Organizational Structures that support Knowledge Management

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

implementasi KM, struktur organisasi dalam hal ini mencakup masalah ukuran

dan hirarki yang ada dalam organisasi tersebut, (Davenport, 1998 ; Frick, 1998).

Struktur organisasi yang terdapat di perusahaan yang bentuknya lebih flat (tingkat

hierarki lebih sedikit) akan memungkinkan kegiatan knowledge management

berlangsung dengan lebih baik. Hal tersebut akan lebih diraskan ketika proses

knowledge sharing lebih menyenangkan bagi pihak karyawan. Organisasi-

organisasi yang struktur organisasinya lebih flat lebih memungkinkan untuk

membentuk suatu tim yang berisikan orang-orang dari berbagai macam

departemen, lebih memungkinkan pihak karyawan untuk turut berperan serta

dalam penetapan tujuan bersama (shared vision, share mission), Serta lebih

memungkinkan sharing knowledge secara horizontal (across department) maupun

secara vertikal (up-hierarchy) Andreas Riege (2005).

• Best Practise in Knowledge Management

Pengelolaan, ketersediaan, pendokumentasian, dan proses mempelajari best

practise yang terdapat dalam lingkungan perusahaan menjadi hal yang penting

untuk diperhatikan dan dikelola dalam kaitan implementasi KM (Leyland M

Lucas, 2005)

• Project Management in the context of Knowledge Management

Salah satu faktor dari beberapa faktor penyebab kegagalan implementasi

knowledge management adalah karena tidak dipandangnya knowledge

management sebagai suatu project management. Jika suatu initiative program

dipandang sebagai suatu project management maka dibutuhkan suatu tim yang

Page 34: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

97

sifatnya dedicated resource untuk mengerjakannya (Alton Chua ; Wing Lam,

2005). Dengan timbulnya kesadaran knowledge management initiative dipandang

sebagai suatu project management maka dibutuhkan seorang project manager

yang bertugas untuk memimpin project management tersebut. Project Manager

dalam implementasi knowledge management disebut dengan Chief Knowledge

Officer (CKO). Keberadaan CKO untuk keberhasilan implementasi knowledge

management mutlak dibutuhkan dalam suatu organisasi yang menerapkan

knowledge management (Nory B Jones ; Richard T Herschel ; Douglas D Moesel,

2003). Peranan / Role yang harus dibentuk dalam suatu knowledge management

adalah CKO (Nick Bontis, 2001).

• Operational Management in the context of Knowledge Management

Untuk kegiatan operasionalnya sehari-hari salah satu hal yang dibutuhkan

dalam kegiatan knowledge management, adalah ketersediaan waktu yang sifatnya

bebas yang dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu hal yang baru, yang

berkenaan dengan pekerjaan. Hal tersebut dicontohkan, bahwa dalam lingkungan

perusahaan ada waktu yang sifatnya bebas, yang digunakan untuk mempelajari

metode kerja yang baru. Selain tersedianya waktu, tiap-tiap individu mau

menyediakan waktunya, yang sifatnya diluar jam kerja untuk melakukan kegiatan-

kegiatan informal meeting seperti diskusi, brainstorming, dan lain-lain (Andreas

Riege, 2005).

• Penggunaan Information Communication Technology (ICT) / Teknologi

ICT walaupun bukan merupakan hal yang paling utama dalam implementasi

knowledge management, tetapi merupakan salah satu faktor pendukung yang

dapat membuat implementasi knowledge management berjalan dengan baik.

Dengan dukungan ICT kendala geografis, waktu dapat dengan mudah

dijembatani. Dengan dukungan ICT yang sesuai, seseorang dapat dengan mudah

untuk melakukan sharing, maupun pencarian knowledge yang dibutuhkan.

Individu-individu yang senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan ICT,

akan cenderung lebih mahir dalam menggunakan fasilitas ICT yang dipunyai

perusahaan untuk mempermudah mereka dalam bekerja. Individu-individu

tersebut akan memandang bahwa ICT merupakan salah satu faktor yang penting,

dan mereka meyakini, bila fasilitas ICT dikelola dengan baik, maka ICT tersebut

Page 35: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

98

dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan informasi yang

tepat, melalui orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat (Andreas Riege,

2005).

• Trust

Issue mengenai trust, dalam implementasi Knowledge management menjadi

issue yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam KM. Lingkungan

perusahaan yang tingkat trust-nya rendah akan sangat mustahil untuk dapat

menjalankan program KM (John D Politis, 2003) Faktor Trust sendiri terdiri dari

beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah Lack of trust,

Wariness of sharing a competitive advantage, establishing trust in rapidly

changing environment, dan job insecurity. Lack of trust dalam implementasi

knowledge management sangat mungkin untuk terjadi, dikarenakan dalam

implementasi knowledge management memerlukan perubahan-perubahan yang

harus dilakukan oleh pihak manajerial. Ketika perubahan-perubahan itu terjadi

dan harus dilakukan potensi lack of trust antara pihak manajerial dan pihak

karyawan biasanya terjadi. Pihak karyawan harus meyakini bahwa perubahan-

perubahan yang dilakukan dalam kaitannya dengan implementasi knowledge

management merupakan suatu kesempatan untuk menuju kepada hal yang lebih

baik dan bertujuan untuk kesejahteraan bersama (Andreas Riege, 2005).

• Communication

Komunikasi merupakan hal yang vital dan sangat diperlukan dalam knowledge

management (Kathryn Cormican & David O’ Sullivan, 2003). Jaringan

komunikasi yang terjadi di lingkungan perusahaan antara sesama karyawan,

maupun antar pihak karyawan dan pihak manajerial merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi knowledge management.

Ketersediaan jaringan komunikasi antara pihak perusahaan dan customer turut

berperan serta dalam menyukseskan knowledge management program (Andreas

Riege, 2005)

• Sharing

Faktor sharing sendiri terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhi.

Faktor-faktor tersebut adalah Willingness to share knowledge and expertise, dan

Lack of processes that encourage staff to share.

Page 36: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

99

• Leadership

Leadership merupakan hal yang harus sangat diperhatikan dalam implementsi

KM (Mayo, 2001 ; Schein, 1992). Faktor Leadership sendiri terdiri dari beberapa

faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah Lack of encouragement

from management, Lack of Senior management buy-in, Lack of senior sponsorship

(David Pauleen dan David Mason, 2002).

4.2.1.3. Identifikasi Sudut Pandang Hard Aspect

Untuk faktor hard dalam knowledge management ditekankan pada

penggunaan teknologi-teknologi yang relevan dalam menunjang kegiatan utama

dalam knowledge management. Aktivitas utama dalam knowledge management

dijelaskan sebagai knowledge flow atau aliran pengetahuan. Teknologi yang

dibutuhkan adalah teknologi yang mendukung aktivitas dalam knowledge flow itu

sendiri. Untuk mengetahui teknologi yang dibutuhkan, kegiatan-kegiatan dalam

knowledge management yang terjadi pada umumnya dijelaskan secara lebih rinci

dalam sub bab 2.9 dan 2.10

Sebelum menentukan jenis arsitektur yang sesuai dengan kegiatan

knowledge management, ditentukan terlebih dahulu framework knowledge

management system yang akan digunakan. Setelah menentukan framework yang

digunakan, maka ditentukan desain arsitektur knowledge management system.

Melalui desain arsitektur tersebut dapat ditentukan kebutuhan teknologinya.

Framework dalam knowledge management system dalam penelitian ini

digambarkan pada gambar IV.11 dibawah ini:

Gambar IV.11. Framework Knowledge Management

(Sumber : Colette Woodford, 2003)

Page 37: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

100

Dari framework diatas, akan ditampilkan beberapa arsitektur knowledge

management system yang sesuai dengan framework knowledge management

diatas. Selain sesuai dengan framework diatas, arsitektur tersebut sesuai dengan

aktivitas utama dalam kegiatan knowledge management. Pada gambar IV.12

dibawah ini akan ditampilkan beberapa arsitektur knowledge management system,

yang sesuai dengan framework dan aktivitas utama dalam knowledge

management.

Gambar IV.12. Arsitektur Knowledge Management System

(Sumber : Alton Chua, 2004)

Layer Infrasturucture Service

Level pertama dalam model arsitektur KMS merupakan bagian dari

infrastructure services. Infrastructure services mengacu pada platform dan

features teknologi dasar yang dibutuhkan untuk implementasi KM. Layer

Infrasturucture Service ini terdiri dari Storage dan Communication.

• Storage

Suatu technology-enabled store atau dikenal sebagai sebuah knowledge

repository yang ditunjukkan oleh isi dan strukturnya. Isi mengacu pada

pengetahuan aktual yang disimpan. Struktur mengacu pada bagaimana

masing-masing ‘knowledge unit’ ditetapkan atau dispesifikasikan serta

masing-masing ‘knowledge unit’ dihubungkan satu sama lainnya. Sedangkan

knowledge repository adalah tempat dimana data atau dokumen berada.

• Communication Services

Infrastructure Service kedua yang disediakan atau disajikan oleh teknologi

adalah komunikasi.

Page 38: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

101

Knowledge Services

Level kedua dalam model arsitektur KMS adalah Knowledge Services.

Knowledge Services didukung oleh solusi teknologi yang diharapkan membantu

mencapai tujuan (goal) dari KM secara langsung. Ketiga tujuan (goals) utama

tersebut adalah menunjukkan proses membangkitkan knowledge baru, mendorong

aliran knowledge antar anggota organisasi dan memastikan kemudahan mengakses

Knowledge Repositories (Martin, 2000). Knowledge Processes dari tiga goal KM

ini adalah Knowledge Creation, Knowledge Sharing dan Knowledge Reuse.

• Knowledge Creation

Knowledge diciptakan melalui eksploitasi, eksplorasi atau kodifikasi.

Eksploitasi mengacu pada perbaikan dari pengetahuan yang ada (eksisting) ke

dalam pengetahuan baru untuk mencapai peningkatan dalam efisien dan

efektif. Eksplorasi mengacu pada penciptaan pengetahuan melalui penemuan

dan percobaan (Manor & Schulz, 2001). Kodifikasi mengacu pada artikulasi

dari tacit knowledge ke dalam format seperti formulae, manual-manual atau

dokumentasi yang dapat dimengerti dan diakses (Sanchez, 1997).

• Knowledge Sharing

Transfer knowledge mengacu pada aliran pengetahuan dari satu bagian

organisasi kepada bagian yang lain. Jika proses ini tidaklah dengan baik

diatur, sumber knowledge yang berharga dalam organisasi akan terpisah-

pisah, dan keahlian internal akan under-leveraged. Karenanya, satu yang

penting dari goal KM adalah untuk membantu perkembangan aliran

knowledge antar anggota-anggota organisasi. Teknologi-teknologi yang

dikembangkan tersebut dikenal sebagai social network analysis tools yang

belakangan ini dikenal sebagai collaboration tools.

• Knowledge Reuse

Istilah ‘knowledge reuse’ di dalam literatur KM sebagian besar bersinonim

dengan ‘information retrieval’ di dalam literatur manajemen informasi. Proses

knowledge reuse dapat yang diuraikan menjadi empat langkah utama, yakni:

capturing knowledge, packaging knowledge, distributing knowledge dan using

knowledge (Markus, 2001). Dua teknologi yang dikembangkan untuk

knowledge reuse adalah content management and concept mapping.

Page 39: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

102

Presentation services

Teknologi yang menyediakan presentation services yang terkait dengan

meningkatkan interface antara pemakai dan sumber informasi/knowledge. Dua hal

yang umum pada presentation services adalah personalisation dan visualisation.

• Personalisation

Personalisasi melibatkan pengumpulan user-information dan mengirimkan

content dan jasa yang sesuai untuk mempertemukan dengan kebutuhan yang

spesifik dari seorang pemakai (Bonett, 2001). Ini diterapkan dengan

membariskan tiga komponen, yakni: profil para pemakai, content dan konteks

bisnis (Instone, 2000).

• Visualisation

Feature kedua dari presentation services adalah visualisasi. Tujuan visualisasi

adalah untuk membantu pemahaman yang lebih baik dari para pemakai

tentang informasi dan knowledge yang tersedia dengan membuat subject-

based browsing dan navigation easier (Marwick, 2001).

Untuk lebih memudahkan memahami arsitektur diatas, akan ditampilkan

pada gambar IV.13, gambar IV.14 dan gambar IV.15 mengenai arsitektur

knowledge management system.

WPDBMS EDME-MailWWW PEOPLE

E-mail, File Servers, Internet / Intranet Services(Infrastructure)

Knowledge Repository(Information and Process Management)

Knowledge Map(Corporate Taxonomy)

Knowledge Map(Knowledge Management Services)

Knowledge Map(Knowledge Management Services)

Knowledge Portal(Interface)

Information and Knowledge Resource Gambar IV.13. Arsitektur Knowledge Management (Sumber : European Knowledge Management Forum, 2000)

Page 40: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

103

Gambar IV.14. Knowledge Management Arsitektur

(Sumber : Ludger Van Elst ; Virginia Dignum ; Andreas Abecker, 2004)

Gambar IV.15. Knowledge Management Arsitektur

(Sumber : Kmanager Software Architecture ; www.kmanager.com, 2004)

Page 41: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

104

Agent technology merupakan Suatu entitas software komputer yang

memungkinkan user (pengguna) untuk mendelegasikan tugas kepadanya secara

mandiri (Caglayan, et al, 1997). Teknlogi agent ini sudah banyak diterapkan di

tempat lain, dapat pula diterapkan di dalam knowledge management. Salah satu

faktor yang dapat dikembangkan dan dapat membantu dalam aktivitas knowledge

management adalah Multi Agent Technology (Vlatka Hlupic, 2002). Framework

dalam multi agent technology disesuaikan dengan framework dalam knowledge

management system. Framework yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

membangun multi agent technology dijelaskan pada gambar IV.16 dibawah ini:

Gambar IV.16. Multi Agent Technology Framework

(Sumber : Martin S Lacher, 1999)

Melalui arsitektur-arsitektur yang ada, Alton Chua (2004)

mengidentifikasi jenis-jenis teknologi yang dapat digunakan untuk mendukung

aktifitas utama dari knowledge management. Jenis teknologi yang diidentifikasi

oleh Alton Chua (2004), berangkat dari arsitektur gambar IV.7. Jenis-jenis

teknologi tersebut akan dijelaskan pada gambar IV.17 berikut :

Page 42: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

105

Gambar IV.17. Teknologi dalam Knowledge Management

Layer Infrasturucture Service

Level pertama dalam model arsitektur KMS merupakan bagian dari infrastructure

services. Infrastructure services mengacu pada platform dan features teknologi

dasar yang dibutuhkan untuk implementasi KM. Layer Infrasturucture Service ini

terdiri dari Storage dan Communication

• Storage

Suatu technology-enabled store atau dikenal sebagai sebuah knowledge

repository yang ditunjukkan oleh isi dan strukturnya. Isi mengacu pada

pengetahuan aktual yang disimpan. Struktur mengacu pada bagaimana

masing-masing ‘knowledge unit’ ditetapkan atau dispesifikasikan serta

masing-masing ‘knowledge unit’ dihubungkan satu sama lainnya. Sedangkan

knowledge repository adalah tempat dimana data atau dokumen berada.

• Communication Services

Infrastructure Service kedua yang disediakan atau disajikan oleh teknologi

adalah komunikasi.

Knowledge Services

Level kedua dalam model arsitektur KMS adalah Knowledge Services.

Knowledge Services didukung oleh solusi teknologi yang diharapkan membantu

mencapai tujuan (goal) dari KM secara langsung. Ketiga tujuan (goals) utama

tersebut adalah menunjukkan proses membangkitkan knowledge baru, mendorong

aliran knowledge antar anggota organisasi dan memastikan kemudahan mengakses

Knowledge Repositories (Martin, 2000). Knowledge Processes dari tiga goal KM

ini adalah Knowledge Creation, Knowledge Sharing dan Knowledge Reuse.

Page 43: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

106

• Knowledge Creation

Knowledge diciptakan melalui eksploitasi, eksplorasi atau kodifikasi.

Eksploitasi mengacu pada perbaikan dari pengetahuan yang ada (eksisting) ke

dalam pengetahuan baru untuk mencapai peningkatan dalam efisien dan

efektif. Eksplorasi mengacu pada penciptaan pengetahuan melalui penemuan

dan percobaan (Manor & Schulz, 2001). Kodifikasi mengacu pada artikulasi

dari tacit knowledge ke dalam format seperti formulae, manual-manual atau

dokumentasi yang dapat dimengerti dan diakses (Sanchez, 1997).

• Knowledge Sharing

Transfer knowledge mengacu pada aliran pengetahuan dari satu bagian

organisasi kepada bagian yang lain. Jika proses ini tidaklah dengan baik

diatur, sumber knowledge yang berharga dalam organisasi akan terpisah-

pisah, dan keahlian internal akan under-leveraged. Karenanya, satu yang

penting dari goal KM adalah untuk membantu perkembangan aliran

knowledge antar anggota-anggota organisasi. Teknologi-teknologi yang

dikembangkan tersebut dikenal sebagai social network analysis tools yang

belakangan ini dikenal sebagai collaboration tools.

• Knowledge Reuse

Istilah ‘knowledge reuse’ di dalam literatur KM sebagian besar bersinonim

dengan ‘information retrieval’ di dalam literatur manajemen informasi. Proses

knowledge reuse dapat yang diuraikan menjadi empat langkah utama, yakni:

capturing knowledge, packaging knowledge, distributing knowledge dan using

knowledge (Markus, 2001). Dua teknologi yang dikembangkan untuk

knowledge reuse adalah content management and concept mapping.

Presentation services

Teknologi yang menyediakan presentation services yang terkait dengan

meningkatkan interface antara pemakai dan sumber informasi/knowledge. Dua hal

yang umum pada presentation services adalah personalisation dan visualisation.

• Personalisation

Personalisasi melibatkan pengumpulan user-information dan mengirimkan

content sesuai untuk mempertemukan dengan kebutuhan yang spesifik dari

Page 44: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

107

seorang pemakai (Bonett, 2001). Hal ini diterapkan melalui tiga komponen,

yakni: profil para pemakai, content dan konteks bisnis (Instone, 2000).

• Visualisation

Feature kedua dari presentation services adalah visualisasi. Tujuan visualisasi

adalah untuk membantu pemahaman yang lebih baik dari para pemakai

tentang informasi dan knowledge yang tersedia dengan membuat subject-

based browsing dan navigation easier (Marwick, 2001).

4.2.1.4. Pihak Managerial dan Pihak Karyawan dalam Implementasi KM

Readiness Measurement yang ada, harus mampu menjelaskan gap yang

terjadi antara pihak manajerial (leader) dengan pihak non-manajerial (Daniel T

Holt, 2004). Alat ukur yang dikembangkan oleh penelitian ini akan dipisahkan

antara pihak manajerial dengan pihak karyawan. Pemisahan ini bertujuan untuk

mengidentifikasi gap yang terjadi antara pihak manajerial dan pihak karyawan.

Knowledge management readiness dipengaruhi oleh pihak-pihak yang terlibat

(Cho et al, 2000), lingkungan terjadinya knowledge management (O’Dell et al,

1998), hal-hal yang harus dilibatkan (Havens & Knapp, 1999), dan terjadinya

proses knowledge management (Cho et al, 2000).

Terdapat beberapa trap dalam hal implementasi dari knowledge

management (Husyman & de Wit, 2000), hal-hal tersebut adalah (1) Opportunity

Trap, (2) A Codified Knowledge Trap, (3) A Management level Trap, (4) The

Operational level (employee) Trap. Dalam penelitian ini a management level trap

dan the operational level (employee) trap yang akan dikaji lebih jauh, karena

kedua hal tersebut berkaitan dengan konteks penelitian ini.

Knowledge management merupakan management initiative, namun

knowledge management akan menjadi tidak efektif jika para karyawan tidak turut

berperan serta dalam proses perencanaan, pengembangan dan pelaksanaannya (A

Management level trap, Husyman & de Wit, 2000). Knowledge management

dalam pelaksanaannya tidak terbatas hanya pada level operational, dan proses

pertukaran knowledge tidak dapat dibatasi pada level operational saja (The

Operational level trap, Husyman & de Wit, 2000)

Dengan pertimbangan diatas, pendekatan secara top down merupakan

pendekatan yang memungkinkan untuk dilakukan. Melalui penelitian-penelitian

Page 45: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

108

empiris mengenai knowledge management yang banyak dilakukan oleh para

peneliti, faktor culture, leadership memegang peranan yang penting dalam

kesuksesan knowledge management.

4.2.2. Perancangan Instrumen Pengukuran

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian

lain, hal-hal yang harus dilibatkan, dan proses terjadinya knowledge management

tidak sama walaupun dalam lingkup satu organisasi. Sebagai contoh proses

knowledge management yang terjadi antara lingkungan karyawan dan lingkungan

pimpinan akan berbeda. Begitupula dengan hal-hal yang lainnya. Karena

ketidaksamaan faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, maka pengukuran di

sektor karyawan dan managerial sebaiknya dipisahkan. Karena kondisi yang ingin

dinilai antar pihak karyawan dan pihak managerial berbeda. Pemisahan ini

dilakukan, karena implementasi knowledge management semata-mata bukan

pengembangan atau pemberdayaan fasilitas ICT yang dipunyai oleh perusahaan,

tetapi menyangkut perubahan budaya, gaya kepemimpinan, keteladanan

pemimpin terhadap karyawan, komitmen perusahaan, dan lain sebagainya yang

sifatnya berasal dari pimpinan/pihak manajerial.

4.2.2.1. Instrumen Pengukuran untuk aspek Abstrak

o Pihak Managerial

• Definisi dari Knowledge Management (K-1)

Instrumen pengukuran mengenai definisi dari knowledge management,

perbedaan antara knowledge dan informasi, pemahaman yang sama mengenai

knowledge management diadopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

lembaga-lembaga penelitian (Point-1, Point-2, dan Point-3), pihak-pihak tersebut

antara lain dilakukan oleh CAUL Knowledge Management Survey (2002),

J. Hoslter dari Advancement-Centered Knowledge Management Survey (2005).

Page 46: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

109

Kode Dimensi Item Pengukuran

Mengetahui dengan jelas perbedaan antara knowledge dan Informasi

Definisi mengenai knowledge management sudah dimiliki oleh perusahaan dengan jelas K-1

Semua orang di perusahaan mempunyai pemahaman yang sama mengenai knowledge management

• Aspek Filosofis dan Aspek Psikologis dari Knowledge Management (K-2)

Instrumen pengukuran mengenai aspek filosofis dan aspek psikologis dari

knowledge management (Point-1, Point-2, Point-3, Point-4 dan Point-5) diadopsi

dari Norsham Abdullah, 2004.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Knowledge aset dalam perusahaan ini merupakan hal yang penting dan vital

Perusahaan akan lebih maju dengan menerapkan knowledge management

Knowledge management memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses bisnis perusahaan dan dapat meningkatkan daya saing perusahaan Knowledge management dapat meningkatkan performance perusahaan secara keseluruhan danmendukung daya saing perusahaan

K-2

Knowledge management cocok untuk diterapkan di perusahaan ini

• Epistemology dan Ontology Knowledge Management (K-3)

Instrumen pengukuran mengenai epistemology dan ontology knowlede

management (point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian Makarand Tare (2003),

sedangkan instrumen pengukuran untuk (point-2 dan point-3) diadopsi dari

kuesioner penelitian Zuhair Iftikhair (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Mengetahui dan memahami tujuan utama dari knowledge management

Melihat kondisi perusahaan saat ini, perusahaan membutuhkan knowledge management K-3

Perusahaan mempunyai visi dan misi yang jelas terhadap knowledge management program

Page 47: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

110

• Metode yang sesuai dalam menginvestigasi fenomena dari knowledge

management (K-4)

Instrumen pengukuran mengenai metode yang sesuai dalam mengivestigasi

fenomena dari knowledge management (Point-1) diadopsi dari penelitian yang

dilakukan oleh Makarand Tare (2003). (point-2 dan point-3) diadopsi dari

kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Zuhair Iftikhar (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Perusahaan memiliki strategi dalam penerapan knowledge management system

Terdapat aturan-aturan dan koordinasi dalam penerapan KM strategi K-4

Perencanaan dan visi misi penerapan Knowledge management terintegrasi dengan proses bisnis yang dimiliki perusahaan

o Pihak Karyawan

• Definisi dari Knowledge Management (K-1)

Instrumen pengukuran mengenai Definisi dari knowledge management, untuk

pihak karyawan (Point-1, Point-2 dan Point-3) diadopsi dari J. Hoslter,

Advancement-Centered Knowledge Management Survey, (2005).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Saya mengetahui dan memahami dengan jelas definisi dari knowledge management

Saya mempunyai pemahaman yang sama dengan pihak manajemen dan karyawan lain mengenai knowledge management K-1

Saya mengetahui dan memahami dengan jelas strategi dari penerapan knowledge management

• Aspek Filosofis dan Aspek Psikologis dari Knowledge Management (K-2)

Instrumen pengukuran mengenai aspek filosofis dan aspek psikologis dari

knowledge management (Point-1, Point-2, Point-3, Point-4 dan Point-5) diadopsi

dari Norsham Abdullah, 2004

Kode Dimensi Item Pengukuran

Perusahaan membutuhkan dan sangat penting untuk mempunyai suatu sistem guna mengelola knowledge yang dimiliki

Knowlege Management sangat cocok diterapkan di perusahaan ini K-2

Knowledge Management mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses bisnis dan dapat meningkatkan daya saing perusahaan

Page 48: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

111

• Epistemology dan Ontology Knowledge Management (K-3)

Instrumen pengukuran mengenai epistemology dan ontology knowledge

management (point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian Zuhair Iftikhair (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

K-3 Visi dan Misi dari Knowledge Management Sistem diketahui dan dipahami dengan jelas oleh masing-masing individu dalam perusahaan

4.2.2.2. Instrumen Pengukuran untuk aspek Soft

o Pihak Managerial

• Human Resource Management in the context of knowledge management (K-5)

Instrumen pengukuran mengenai Human resource in the context of KM (Point-

1, Point-2) diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh J. Hostler, Advancement-

Centered Knowledge Management Survey, 2005. Sedangkan instrumen

pengukuran K-5 point-3 diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh PUMA

Research Center

Kode Dimensi Item Pengukuran

Terdapat data base mengenai kompetensi semua karyawan yang ada di perusahaan

Kompetensi merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan K-5

Information sharing merupakan salah satu aspek penilaian dari kinerja karyawan

• Education and Training (K-6)

Instrumen pengukuran mengenai education and training dalam knowledge

management (point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh

Zuhair Iftikhar (2003). Instrumen pengukuran Point-2, Point-3, Point-4 diadopsi

dari kuesioner yang dilakukan oleh Jakob Edler, 2003.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Perusahaan menyediakan training untuk para karyawan sesuai dengan keperluan dan kebutuhannya Perusahaan mendukung karyawan untuk melanjutkan studinya dengan tujuan menambah kemampuan. Bentuk dukungan pihak perusahaan kepada karyawannya yang melanjutkan studi lanjut adalah perusahaan membiayai kegiatan studi karyawannya.

K-6

Perusahaan mempunyai lembaga penelitian tersendiri

Page 49: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

112

• Experience and Skills (K-7)

Instrumen pengukuran mengenai experience and skills (Point-1) diadopsi dari

kuesioner agence virtuelle.com, 2003

Kode Dimensi Item Pengukuran

K-7 Knowledge management ditujukan untuk menambah skill dan pengalaman dari karyawan

• Attitude & Value (K-8)

Instrumen pengukuran mengenai Attitude & Value (Point-1) diadopsi dari

kuesioner agence virtuelle.com, 2003

Kode Dimensi Item Pengukuran

K-8 Perusahaan mempunyai nilai-nilai perusahaan yang mendukung penerapan knowledge management

• Organizational Learning (K-9 & K-10)

Instrumen pengukuran mengenai Organizational Learning (Point-1 dan Point-

2) diadopsi dari kuesioner agence virtuelle.com, 2003

Kode Dimensi Item Pengukuran

Terdapat kebijakan untuk mendatangkan nara sumber dari lingkungan akademisi untuk selalu meng-update knowledge yang ada di perusahaan

K-9 Terdapat kebijakan untuk mendatangkan nara sumber dari lingkungan Praktisi untuk selalu meng-update knowledge yang ada di perusahaan

Instrumen pengukuran dibawah ini dikembangkan melalui investigasi aspek-

aspek yang selama ini digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh knowledge.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Frekwensi untuk menggunakan / memakai tempat / Sarana yang sering dipakai oleh pihak perusahaan untuk mendapatkan knowledge Universitas Akademi

Lembaga Penelitian

Konsultan

Aliansi Perusahaan Sejenis

Perusahaan Lain

Kompetitior

Mencari dari buku atau literatur

K-10

Internet

Page 50: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

113

Kode Dimensi Item Pengukuran

Seminar atau even-even tertentu

Pencarian di data base perusahaan K-10

Dalam perusahaan itu sendiri

• Project Management in the context of Knowledge Management (K-11)

Instrumen pengukuran dari project management in the context of knowledge

management (point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh

Makarand Tare (2003). Instrumen pengukuran K-11 (Point-2) diadopsi dari

penelitian yang dilakukan oleh Norsham Abdullah, 2004.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Untuk implementasi knowledge management dibutuhkan tim khusus untuk penerapan KM yang sifatnya dedicated resource

K-11 CKO sangat dibutuhkan untuk penerapan KM di perusahaan (CKO - Chief Knowledge Officer) = Orang yang bertugas di dalam perusahaan untuk menjalankan KM secara baik dan benar. Sifatnya dedicated resource.

• Operational Management in the context of Knowledge Management (K-12)

Instrumen pengukuran mengenai Operational Management in the context of

KM (Point-1 dan Point-2) diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh J. Hostler,

Advancement-Centered Knowledge Management Survey, 2005

Kode Dimensi Item Pengukuran

Terdapat kebijakan bahwa karyawan diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam suatu proyek, terutama yang melibatkan pihak luar (konsultan, dsb) K-12 Terdapat imbalan dan pengakuan bagi pihak-pihak yang telah melakukan improvement di lingkungan kerjanya

• Communication (K-13)

Instrumen pengukuran mengenai communication dalam knowledge

management (Point-1 dan Point-2) diadopsi dari kuesioner penelitian yang

dilakukan oleh Andreas Riege (2005).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Pihak karyawan mampu menghubungi pihak manajemen dan direksi dengan mudah dan cepat

K-13 Pihak karyawan dapat bertukar pikiran dengan pihak manajemen dan direksi berkenaan denganmasalah yang dihadapi dalam pekerjaan

Page 51: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

114

• Sharing (K-14 & K-15)

Instrumen pengukuran mengenai sharing dalam knowledge management ( K-

14 point-1 dan Point-2 serta K-15 Point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian yang

dilakukan oleh Makarand Tare (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Mempunyai mekanisme dan kebijakan untuk melakukan sharing mengenai best practise ataupun yang dipunyai dengan sesama rekan kerja

K-14 Terdapat aturan untuk mengumpulkan, mendokumentasikan best practise yang dipunyai diperusahaan dan melakukan sharing dengan rekan kerja yang lain

K-15 Terdapat sauatu aturan bahwa hal-hal baru yang sudah dipelajari selama mengikuti training, untuk diajarkan kepada orang lain yang mempunyai kebutuhan training yang sama

• Leadership (K-16 & K-17)

Instrumen pengukuran mengenai Leadership (K-16 Point-1 dan Point-2)

diadopsi dari kuesioner agence virtuelle.com, 2003. Instrumen pengukuran (K-17

Point-1) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Makarand Tare

(2003). Sedangkan instrumen pengukuran (K-17 Point-2 dan Point-3) diadopsi

dari agence virtuelle.com, 2003.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Aktif menggalakkan bahwa semua orang di lingkungan perusahaan dapat berpartisipasi dalam prosespengambilan keputusan sesuai dengan porsinya masing-masing K-16 Knowledge Management program menjadi tanggung jawab dan komitmen bersama antar semuaorang di lingkungan perusahaan Terdapat aturan yang spesifik dan tanggung jawab yang jelas dalam kegiatan knowledgemanagement di perusahaan ini Mempunyai rencana pengembangan untuk memenuhi kebutuhan Knowledge Management Programuntuk masa yang akan datang K-17

Mengalokasikan dana untuk pengembangan knowledge management program, terutama untuk memperlengkapi ICT sehingga dapat mendukung knowledge management program

Page 52: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

115

o Pihak Karyawan • Human Resource Management in the context of knowledge management

(K-4)

Instrumen pengukuran mengenai human resource management dalam konteks

knowledge management (Point-1, Point-2, Point-3, Point-4 dan Point-5) diadopsi

dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Gold, A.H, Malhotra, A, Segars,

A.H (2001)

Kode Dimensi Item Pengukuran

Kemampuan dan keahlian yang saya kuasai jarang dikuasai oleh orang lain

Saya dan rekan kerja saya yang lainnya mempunyai komitmen untuk melakukan pengembang an secara terus menerus dan secara rutin memberikan ide-ide atau pengembangan baru dalam perusahaan Penting bagi orang-orang yang mempunyai keahlian dan kemampuan khusus untuk mentransfer segalakemampuan dan keahliannya sebelum meninggalkan perusahaan Saya tidak mengalami kesulitan untuk melakukan presentasi dan mengajarkan keahlian yang saya miliki kepada orang lain

K-4

Saya tidak mengalami kesulitan untuk mengajarkan kemampuan saya kepada orang lain

• Education and Training (K-5)

Instrumen pengukuran mengenai education and training dalam knowledge

management (point-3) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh

Zuhair Iftikhar (2003). Instrumen pengukuran Point-1, Point-2 dan Point-4

diadopsi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Jakob Edler, 2003.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Pelatihan-pelatihan yang selama ini didapatkan sesuai dengan kebutuhan saya

Mudah untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan yang disediakan oleh pihak perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan saya Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi mudah untuk didapatkan Saya dan rekan-rekan kerja mampu untuk membentuk team yang efektif sesuai dengan kapasitasnyamasing-masing, untuk saling belajar satu dengan yang lain

K-5

Informasi mengenai knowledge management dapat diperoleh dengan mudah, sehingga dapat ditentukan kebutuhan training untuk mendukung knowledge management

Page 53: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

116

• Experience and Skills (K-6)

Instrumen pengukuran mengenai aspek experience and Skills (Point-1, dan

Point-2,) diadopsi dari Catherine L Wang, 2003.

Kode Dimensi Item Pengukuran

Skill dan kemampuan yang dipunyai dan dibutuhkan oleh perusahaan sedikit orang yang menguasainya

K-6 Skill dan kemampuan yang saya miliki diakui oleh perusahaan dan rekan kerja saya

• Attitude & Value (K-7)

Instrumen pengukuran mengenai attitude & value dalam knowledge

management (Point-1 dan Point-2) diadopsi dari kuesioner penelitian yang

dilakukan oleh Inkpen (1996).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Corporate Value yang ada mendukung dalam penerapan knowledge management

K-7 Saya dan rekan kerja saya akan sangat dengan senang hati dan bekerja sama bila terdapat rekan yang membutuhkan informasi, saran, penjelasan yang berhubungan dengan pekerjaan

• Organizational Learning (K-8)

Instrumen pengukuran ini diadopsi dari Jakob Edler, 2003 dan dikembangkan

melalui investigasi aspek-aspek yang digunakan oleh para karyawan untuk

menunjang pekerjaan mereka.

Item Pengukuran Kode

Dimensi Menurut anda dari kegiatan di bawah ini manakah kegiatan yang dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan anda Melakukan kegiatan untuk mempelajari Manual book / Manual files

Melakukan kunjungan ke perusahaan lain

Melakukan diskusi

Terlibat dalam suatu proyek

Mengikuti seminar

Berbagi mengenai pemecahan suatu masalah (Share Solution Meeting)

Minutes of Meeting

Membaca publikasi yang telah ada

Berbagi file melalui intranet maupun internet

K-8

Bertukar informasi menggunakan e-mail

Page 54: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

117

Kode Dimensi Item Pengukuran

Computer Base d Training ( CBT)

Melakukan Survei

Membaca Best Practise

Mereview hasil dari project meeting

Penelusuran data base perusahaan

Mencari tahu melalui orang-orang di sekitar perusahaan

Membaca bulletin boards

Melakukan Team Meetings

Melakukan Focus Group

Workshop

Mencari di Internet

K-8

Berkunjung ke perpustakaan

• Cultural Aspect of Knowledge Management (K-9)

Instrumen pengukuran mengenai cultural aspect of knowledge management

(Point-1, Point-2, Point-3, Point-4, Point-5 dan Point-6) diadopsi dari kuesioner

penelitian yang dilakukan oleh Makarand Tare (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Melakukan dokumentasi dan berbagi knowledge merupakan kegiatan rutin di dalam perusahaan Kesalahan yang terjadi yang sifatnya tidak disengaja dipandang sebagai suatu kesempatan untuk belajar menjadi lebih baik Di lingkungan kerja terdapat semangat untuk bekerja sama dan bekerja dalam suatu tim

Sosialisasi mengenai knowledge management gencar dilakukan

Sosialisasi mengenai kebutuhan behaviour yang diperlukan dalam knowledge management gencar dilakukan

K-9

Sosialisasi mengenai knowledge sharing dan menggunakan knowledge yang sudah dipunyai gencar dilakukan

• Organizational Structures that support Knowledge Management (K-10)

Instrumen pengukuran mengenai Organizational Structures that support

Knowledge Management (Point-1, Point-2, Point-3 dan Point-4) diadopsi dari

kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Makarand Tare (2003). Instrumen

pengukuran point-1 dan Point-3 juga sama dengan instrumen pengukuran yang

dikembangkan oleh Zuhair Iftikhar (2003).

Page 55: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

118

Kode Dimensi Item Pengukuran

Untuk membentuk suatu tim dimungkinkan untuk membangun tim yang berisikan orang orang dari berbagai macam departemen Dengan struktur organisasi yang ada sekarang dimungkinkan karyawan turut berperan serta dalam penetapan tujuan bersama Knowledge sharing yang dilakukan memungkinkan untuk sharing secara horizontal (Across department / Antar departemen/divisi/bagian)

K-10

Knowledge sharing yang dilakukan memungkinkan untuk sharing secara vertikal (Up-hierarchy) (Dengan pihak atasan saya dalam satu departemen/bagian)

• Best Practise in Knowledge Management (K-11)

Instrumen pengukuran mengenai metode best practise in knowledge

management (Point-1 dan Point-2) diadopsi dari kuesioner penelitian yang

dilakukan oleh Zuhair Iftikhar (2003), sedangkan insturmen pengukuran untuk

(Point-3, dan Point-4) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh

Makarand Tare (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Di perusahaan ini banyak best practise yang saya ketahui

Sangat mudah untuk mendapatkan best practise di perusahaan ini

Pendokumentasian dan pengarsipan best practise di lakukan di perusahaan ini K-11

Best practise di perusahaan ini direview dan dipelajari dengan baik

• Operational Management in the context of Knowledge Management (K-12)

Instrumen pengukuran mengenai operational management in the context

knowledge management (Point-1, Point-2, Point-3, Point-7, Point-8, Point-9,

Point-10, dan Point-11 ) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh

Makarand Tare (2003). Instrumen pengukuran Point-4 dan Point-5 diadopsi dari

penelitian Jakob Edler, 2003. Instrumen Pengukuran Point-6 diadopsi dari

penelitian Andreas Riege, 2005.

Page 56: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

119

Kode Dimensi Item Pengukuran

Bila menemui kendala maka saya akan dengan mudah untuk mendapatkan bantuan dari team yang mendukung untuk pemecahan masalah

Sangat mudah bagi saya untuk mendapatkan informasi yang tepat di perusahaan ini

Ketika suatu team berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan dan permasalahan maka hal tersebut didokumentasikan terutama hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal baru yang dipelajari oleh team tersebut Knowledge asset yang penting seperti customer knowledge, diidentifikasi, dan dipelajari secara rutin Knowledge asset yang penting seperti customer knowledge, didokumentasikan, dan dipelajari secara rutin Karyawan yang berpengalaman dan mempunyai skill tertentu melakukan transfer knowledge kepada karyawan yang baru atau karyawan yang pengalaman dan skillnya masih terbatas Di dalam perusahaan terdapat waktu yang sifatnya bebas digunakan untuk mempelajari metode kerjayang baru Saya dan rekan-rekan kerja menyediakan waktu yang berada di luar jam kerja untuk melakukan kegiatan informal meeting yang sifatnya diskusi, brainstorming, dan lain-lain Terdapat imbalan dan pengakuan untuk setiap improvement di tempat kerja yang telah dilakukan oleh karyawan Terdapat imbalan / bonus yang diberikan oleh pihak perusahaan bila melakukan knowledge sharing dan penggunaan knowledge yang sudah ada di perusahaan

K-12

Dengan adanya imbalan / bonus yang diberikan oleh pihak perusahaan membuat saya merasa terpacu untuk melakukan sharing kemampuan yang saya punyai

• Penggunaan ICT (K-13)

Instrumen pengukuran mengenai penggunaan ICT dalam knowledge

management (point-3 dan Point-7) diadopsi dari kuesioner penelitian yang

dilakukan oleh Makarand Tare (2003). Sedangkan instrumen pengukuran (Point-

1, Point-2, Point-4, Point-5 dan Point-6) diadopsi dari penelitian Valentine Brink

& Jean-Paul Van Belle (2004)

Page 57: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

120

Kode Dimensi Item Pengukuran

Saya sangat senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan I C T (Information Communication Technology) Saya terbiasa menggunakan ICT yang dipunyai perusahaan untuk memudahkan saya dalam bekerja ICT merupakan suatu hal yang penting, dan sebagai sarana untuk menjamin bahwa informasi yang kita dapatkan merupakan informasi yang tepat, melalui orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat Saya sangat senang dengan teknologi ICT yang mampu di customize sesuai dengan keinginan saya ICT yang ada dalam perusahaan selama ini sangat membantu dan mempermudah saya dalam bekerja Semua fasilitas ICT dalam perusahaan saya dapatkan sama dengan rekan yang lainnya (internet,corporate e-mail, dsb)

K-13

Dengan bantuan ICT hubungan dengan customer menjadi lebih dekat, dan lebih baik, serta mampu untuk memberikan kepuasan tambahan bagi customer

• Trust (K-14, K-15, K-16, & K-17)

Instrumen pengukuran mengenai trust dalam knowledge management (K-14

Point-1 dan Point-2, K-15 Point-1 dan Point-2, K-16 Point-1 dan Point-2, dan K-

17 Point-1 dan Point-2) diadopsi dari kuesioner penelitian yang dilakukan Jhon D

Politis, 2003)

Kode Dimensi Item Pengukuran

Perubahan yang dilakukan pihak perusahaan dipandang sebagai suatu kesempatan menuju kepadahal yang lebih baik

K-14 Saya percaya perubahan dan implementasi sistem yang baru bertujuan untuk kesejahteraan bersama Saya merasa senang dalam berbagi dengan rekan kerja yang lain mengenai keahlian-keahlian dan pengetahuan yang saya miliki

K-15 Saya dengan senang hati menyiapkan dokumentasi-dokumentasi dari keahlian saya untuk dibagikan dipublikasikan kepada rekan kerja saya yang lain

Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja yang berlangsung cepat K-16

Perubahan yang terjadi di tempat kerja yang berlangsung cepat, dipandang sebagai suatu hal yang wajar dan dipandang sebagai cara untuk menuju kemajuan bersama Dengan membagikan pengetahuan dan keahlian yang saya miliki maka saya akan tersaingi oleh rekan kerja saya

K-17 Dengan membagikan pengetahuan dan keahlian yang saya miliki maka posisi kedudukan saya akan terancam dan akan digantikan oleh orang lain

Page 58: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

121

• Communication (K-18)

Instrumen pengukuran mengenai communication, untuk pihak karyawan (K-

18 Point-1, Point-2, Point-3 dan Point-4) diadopsi dari John D Politis, (2003).

Kode Dimensi Item Pengukuran

Di lingkungan kerja saya terdapat jaringan komunikasi untuk bertukar informasi antar karyawan Di lingkungan kerja saya terdapat jaringan komunikasi antara karyawan dan pihak direksi /manajemen Di tempat kerja saya terdapat jaringan komunikasi antara perusahaan dengan customer

K-18

Mudah untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi dengan customer

• Sharing (K-19 & K20)

Instrumen pengukuran mengenai sharing, untuk pihak karyawan (K-19 Point-

1, Point-2, dan Point-3, dan K-20 Point-1) diadopsi dari Martin Soley and

Kaushik V. Pandya, (2003)

Kode Dimensi Item Pengukuran

Di lingkungan kerja saya terdapat kegiatan untuk mengumpulkan, mendokumentasikan, dan membagikan best practise yang dipunyai Di lingkungan kerja saya tiap orang memungkinkan untuk memberikan kontribusi berupa saran dan opini bagi pihak direksi, manajemen, maupun rekan kerja yang lainnya

K-19

Di lingkungan tempat kerja saya terdapat mekanisme untuk melakukan benchmark mengenai bestpractise dengan pihak perusahaan lain

K-20 Di lingkungan tempat kerja saya terdapat mekanisme dan prosedur, bahwa hal-hal yang sudah dipelajari dalam suatu training akan dibagikan dan diajarkan kepada rekan kerja yang lainnya

• Leadership (K-20, K-21, K-22, & K-23, K-24, K25)

Instrumen pengukuran mengenai Leaerdship, untuk pihak karyawan K-21

(Point-1 dan Point-2) diadopsi dari penelitian Lesley Robinson, (2003).

Sedangkan instrumen pengukuran untuk K-22 (Point-1 dan Point-2) diadopsi dari

J. Hoslter, Advancement-Centered Knowledge Management Survey, (2005).

Instrumen pengukuran K-23 (Point-1) diadopsi dari penelitian Valentine Brink &

Jean-Paul Van Belle (2004).

Page 59: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

122

Kode Dimensi Item Pengukuran

Pihak manajemen memberikan dukungan moral dan melakukan tindakan nyata untuk menerapkan dan mendukung kegiatan knowledge management

K-21 Knowledge management menjadi tanggung jawab bersama antara pihak direksi, manajemen, dan karyawan Terdapat dukungan finansial dari pihak perusahaan untuk menerapkan knowledge management

K-22 Terdapat dukungan dan komitmen dari pihak perusahaan dalam knowledge management program

K-23 Pihak direksi, manajer memberikan waktunya kepada para karyawan untuk melakukan sharing informasi dan pengetahuan yang dimiliki

Instrumen pengukuran dibawah ini dikembangkan melalui investigasi

pihak-pihak yang selama ini dituntut keterlibatannya, sesuai dengan kondisi

perusahaan.

Item Pengukuran Kode

Dimensi Keteribatan posisi - posisi di bawah ini dalam kegiatan knowledge sharing untuk kondisi saat ini

Chief Executive Officer (CEO)

Vice Presidetn (VP)

General Manager (GM)

Senior Manager

Middle Manager

Junior Manager

Staff

K-24

Non Struktural

Page 60: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

123

Item Pengukuran Kode

Dimensi Keteribatan posisi - posisi di bawah ini dalam kegiatan knowledge sharing untuk kondisi yang akan datang sesuai dengan harapan anda

Chief Executive Officer (CEO)

Vice Presidetn (VP)

General Manager (GM)

Senior Manager

Middle Manager

Junior Manager

Staff

K-25

Non Struktural

4.2.2.3. Instrumen Pengukuran untuk aspek Hard

Instrumen pengukuran untuk aspek hard ini dilakukan untuk

mengetahui/melakukan inventarisasi tentang teknologi-teknologi yang dipunyai

oleh perusahaan. Thirumoorthy Paramasivan (2003) mengembangkan knowledge

management audit. Salah satu aspek yang diaudit menurut pengembangan model

yang dilakukan oleh peneliti adalah aspek teknologi. Walupun aspek ini

merupakan bukan aspek yang terpenting, tetapi merupakan aspek yang perlu

untuk mendapatkan perhatian. Permasalahan dalam bidang audit ini meliputi

masalah ketersediaan sistem pendukung (teknologi), masalah penggunaan sistem

tersebut (penggunaan teknologi). Masalah ketersediaan mencakup apakah

teknologi yang ada merupakan teknologi yang sifatnya dedicated resource atau

non-dedicated resource. Sedangkan masalah penggunaan meliputi masalah

apakah teknologi tersebut digunakan, atau tidak digunakan. Untuk langkah-

langkah diatas dilakukan teknik observasi, sebelum dilakukan proses audit lebih

mendalam. Berdasarkan hal tersebut peneliti menterjemahkan permasalahan

ketersediaan dan penggunaan sistem menjadi beberapa point penilaian sebagai

berikut :

Page 61: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

124

1 : Tidak Mempunyai Sistem tersebut

2 : Mempunyai Sistem tersebut dan bukan merupakan dedicated resource untuk

KM Program dan belum digunakan

3 : Mempunyai Sistem tersebut tetapi bukan dedicated resource untuk KM

Program dan sudah digunakan

4 : Mempunyai Sistem tersebut dan merupakan dedicated resource untuk KM

Program tetapi belum digunakan

5 : Mempunyai Sistem tersebut dan merupakan dedicated resource untuk KM

Program ini dan sudah digunakan

Item-item pertanyaan tersebut diberikan dalam bentuk penilaian sebagai

berikut :

Function Storage

Types of Repositories Data Warehouse T-1

Keterangan

Mengkonsolidasi sejumlah data yang sangat besar dari berbagai sumber di

dalam suatu organisasi dan memfasilitasi dalam menganalisis data.

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 62: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

125

Function Storage

Types of Repositories Knowledge Server T-2

Keterangan

Membuat atau membangun content, menciptakan acuan dan menetapkan mata

rantai antar dokumen. Serta melakukan Organisir knowledge ke dalam

administrator berdasarkan kategori yang berbasis pada index teks dan atribut

meta-data. Mengijinkan para pemakai untuk melakukan pencarian melalui web

browser

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Infrastructure Service

Communication Services Communication Between Users T-3

Keterangan

Diimplementasikan melalui kegunaan-kegunaan seperti file sharing dan

e-mail

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 63: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

126

Function Infrastructure Service

Communication Services Collaboration Among Users T-4

Keterangan

Diimplementasikan melalui synchronous meeting dan forum-forum

asynchronous discussion.

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Infrastructure Service

Communication Services Workflow Management T-5

Keterangan

Mengijinkan pemakai untuk mengelola proses-proses dengan mendukung

online execution dan control of workflow

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Knowledge Creation

Teknologi Support Knowledge Creation Through Exploitation T-6

Keterangan

Memiliki ide generation capabilities, merangsang pemikiran dan asosiasi yang

memungkinkan para pemakai untuk mendeteksi pola-pola data dan menemukan

hubungan antar entitas-entitas

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 64: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

127

Function Knowledge Creation

Teknologi Support Knowledge Creation Through Exploration T-7

Keterangan

Memiliki simulation capabilities, Mengijinkan informasi kuantitatif dan

kualitatif untuk dimodelkan. Identifikasi scenario-skenario potensial dan ide-ide

komunikas kompleks secara efektif melalui penyajian-penyajian grafis,

animasi-animasi dan diagram-diagram aliran

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Knowledge Creation

Teknologi Support Knowledge Creation Through Codification T-8

Keterangan

Memiliki kemampuan untuk menangkap dan melakukan kodifikasi

pengetahuan yang ditangani oleh tenaga ahli

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 65: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

128

Function Knowledge Sharing

Teknologi Social Network Analysis Tools T-9

Keterangan

Membongkar pola aliran knowledge di dalam dan melampaui batasan-batasan

organisasi. Meneliti social network melalui suatu peta snapshot. Menghitung

berbagai indeks seperti network centrality dan geodesic distance untuk

mengidentifikasi emergent experts, opinion leaders, bottlenecks dan breakdown

di dalam aliran knowledge

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Knowledge Sharing

Teknologi Collaborative Tools T-10

Keterangan

Menyediakan suatu platform untuk berbagi pengetahuan satu sama lain

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 66: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

129

Function Knowledge Reuse

Teknologi Content Management T-11

Keterangan

Menetapkan suatu struktur untuk menciptakan dan memelihara jenis-jenis

content yang berbeda dalam teks, gambar dan format video. Mengijinkan

content tersebut untuk digolongkan dan ditandakan future searches

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Knowledge Reuse

Teknologi Concept Mapping T-12

Keterangan

Menghubungkan beberapa konsep terkait di dalam sebuah konteks atau tema

yang diberikan. Menyediakan perspektif inter-disciplinary dan Memfasilitasi

cross-referencing

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai Function Personalisation

Feature Explicit User Configuration T-13

Keterangan

Mengijinkan para pemakai untuk mengatur atau mengkonfigurasi interface

sesuai dengan keinginan pengguna. Mengijinkan para pemakai untuk memilih

isi yang dikirim/dibawa.

Page 67: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

130

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Personalisation

Feature Implicit User Configuration T-14

Keterangan

Jejak aktivitas dari user dan mengkonfigurasi secara otomatis interface sesuai

keinginan user

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Personalisation

Feature Collaborative Filtering T-15

Keterangan

Dikenal juga sebagai kelompok yang berhubungan dekat yang melakukan

filterisasi Leverages knowledge untuk merekomendasikan suatu knowledge /

content kepada pengguna lain, yang mempunyai area of interest yang sama,

yang mempunyai profil sama (Pennock & Horvitz, 1999)

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 68: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

131

Function Visualisation

Methods Text-based Category Trees T-16

Keterangan

Memfasilitasi navigasi dengan penggunaan hypertext untuk menghubungkan

dokumen-dokumen dan teks-teks yang terkait

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Visualisation

Methods Graphical Interfaces T-17

Keterangan

Mengekstrak themes yang utama dari sejumlah teks besar yang tidak tersusun

dari berbagai sumber. Menciptakan suatu peta typographic informasi interaktip

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 69: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

132

Function Visualisation

Methods Two-Dimensional, Pseudo Threedimensional Rendered

Perspective

T-18

Keterangan

Menfasilitasi visualisasi dokumen-dokumen dalam suatu taksonomi melalui two

dimensional atau pseudo threedimensional rendered perspective.

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Function Supporting Technology

Methods Multi Agent Technology T-19

Keterangan

Teknologi yang mampu mengerjakan beberapa pekerjaan secara otomatis,

berkenaan dengan aktivitas

Nilai Hasil Pengukuran

Nilai 1 2 3 4 5

Keadaan Sesungguhnya

Keadaan Ideal Yang Seharusnya dicapai

Page 70: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

133

4.2.3. Validasi Instrumen Pengukuran

Ada beberapa asumsi tools untuk pengukuran instrumen yang harus

dipahami terlebih dahulu. Terdapat dua kubu yang saling bertentangan tentang

perlakuan data ordinal. Joreskog dan Sorbom (1993, 1996) berpendapat bahwa

data ordinal (termasuk data interval dengan skala likert) harus diperlakukan

sebagai data ordinal dan tidak boleh diperlakukan sebagai data continous. Metode

analisis untuk data ordinal ini seharusnya WLS dan menggunakan polychoric

correlation sebagai input data ditambah asymptotic covariance matrix.

Dilain pihak beberapa peneliti memperbolehkan penggunaan skala interval

dengan skala likert sebagai data continous, sehingga dapat langsung dianalisis

(dengan data mentah atau covariance matrix) dengan menggunakan maximum

likelihood dan melakukan koreksi atas beberapa bias yang mungkin timbul (Chou

et al, 1991 ; Hue et al, 1992). Beberapa penelitian yang berbasis skala likert 15

tahun terakhir menunjukkan bahwa penelitian tersebut menggunakan estimasi

maximum likelihood dan bukannya WLS (Breckler 1990).

Dalam penelitian ini jawaban pilihan responden mempunyai rentang nilai

1 sampai dengan 5, dimana nilai 1 mengindikasikan sikap sangat tidak setuju

(extremely dissagree) dan nilai 5 mengindikasikan nilai sangat setuju sekali

(extremely agree). Selain itu disediakan nilai 0 untuk kondisi, dimana responden

tidak mengetahui hal tersebut. Dengan menggunakan asumsi diatas, hasil jawaban

responden yang merupakan data interval, dapat dianggap sebagai data continous.

Data interval dengan skala likert diasumsikan sebagai data continous, estimasi

maximum likelihood dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya.

Validitas instrumen pengukuran suatu item menunjukkan bahwa item

pengukuran tersebut memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Validasi alat

ukur dapat ditunjukkan dengan sejumlah indikator-indikator yang menyatakan

bahwa instrumen pengukuran itu valid dan reliabel. Proses validasi instrumen

pengukuran ini diujikan di satu perusahaan, dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

Page 71: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

134

Start

Pengumpulan data hasil kuesioner

Data Normal ?

Model Fit

Pengujian Untuk Data Tidak Normal

No

Yes

Modifikasi Model Yang disarankan

Cek Reliabilitas

No

Yes

No

Model Valid & Reliabel

Yes

End

Modifikasi Model Yang disarankan

Uji Coba Kuesioner

Val

idita

s &

Rel

iabi

litas

Gambar IV.18. Tahapan Validasi Instrumen Pengukuran

Menurut Segars dan Grover (1998), validitas dapat ditunjukkan dengan

model pengukuran yang fit. Model fit ditentukan berdasarkan :

a) Signifikansi nilai loading (estimasi) masing-masing item pengukuran terhadap

masing-masing faktornya. Dengan taraf signifikan α = 0.05, nilai loading yang

signifikan adalah yang mempunyai nilai statistik | t | > 1.96. Jika suatu item

pengukuran dinyatakan tidak signifikan, maka item tersebut harus dikeluarkan

dari analisis.

Page 72: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

135

b) Ukuran model fit chi-kuadrat rasio likelihood beserta taraf signifikan

observasinya (p-value). Model yang fit adalah yang tidak signifikan, yaitu

mempunyai taraf signifikan observasi yang lebih besar daripada taraf

signifikan α (=0.05).

c) Ukuran model fit Root Mean Square Error of Aproximation (RMSEA).

Statistik ini mengukur ketidaksesuaian estimasi parameter terhadap kovarian

populasi per derajat bebas model. Model pengukuran yang fit akan

mempunyai RMSEA kurang dari 0.05. Model pengukuran yang tidak fit (not

acceptable) adalah yang mempunyai RMSEA lebih besar dari 0.10.

d) Bila diperlukan akan dipertimbangkan juga beberapa ukuran model fit yang

lain sebagai pembanding ataupun pendukung, seperti: NFI (Normed Fit

Index), CFI (ComparativeFit Index), GFI (Goodness Fit Index), AGFI

(Adjustment Goodness Fit Index), GFI (Goodness Fit Index), dan ECVI

(Expected Cross-Validation Index).

e) Koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan untuk masing-masing item

pengukuran diinterpretasikan sebagai reliabilitas item pengukuran (Jöreskog

dan Sörbom, 1996).

f) Statistik alfa Cronbach, menurut Hair et al. (1998), statistik alfa Cronbach

merupakan koefisien reliabilitas yang mengukur konsistensi keseluruhan item

dalam suatu dimensi.

Besarnya batas nilai-nilai diatas dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

Page 73: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

136

Tabel IV.7. Indikator Model Fit

No Indikator Nilai ideal Sumber

1 p-values > 0,5 Joreskog (1996) < 0,10 Steinger (1990)

< 0,05 Joreskog & Dag Sorbom (1993) 2 RMSEA

< 0,08 Byrne (1998) 3 Chi-Square Mendekati 0 Joreskog & Dag Sorbom (1993) 4 NFI > 0,9 Bentler (1992)

5 NNFI >0,9 Diamantopoulus & Sigauw (2000)

6 CFI > 0,9 Bentler (1992)

7 IFI 0 to 1 Byrne (1998)

8 RFI > 0,8 Byrne (1998)

> 0,9 Kelloway (1998) 9 GFI

> 0,9 Diamantopaulus & Sigauw (2000)

> 0,9 Kelloway (1998) 10 AGFI

> 0,9 Diamantopoulus & Sigauw (2000) 11 PNFI 0 to 1 Tanaka (1993)

0 to 1 Tanaka (1993) 12 PGFI

> 0,6 Byrne (1998) 13 RMR Mendekati 0 Joreskog & Dag Sorbom (1993) 14 SRMR < 0.05 Joreskog & Dag Sorbom (1993)

< 5 Medsker et al (1994) < 5 Wheaton (1977) 15 Chi Square / df < 2 Carmines & Melver (1981)

ECVI Model (a)

ECVI for Saturated Model (b) 16

ECVI for Independence Model (c)

Nilai dari (a) lebih kecil dari nilai (b)

Nilai dari (a) lebih kecil dari nilai (c)

(Byrne, 1998) AIC Model (d)

AIC for Saturated Model (e) 17

AIC for Independence Model (f)

Nilai dari (d) lebih kecil dari nilai (e)

Nilai dari (d) lebih kecil dari nilai (f)

(Hu & Bentler, 1995) CAIC Model (g)

CAIC for Saturated Model (h) 18

CAIC for Independence Model (i)

Nilai dari (g) lebih kecil dari nilai (h)

Nilai dari (g) lebih kecil dari nilai (i)

(Hu & Bentler, 1995)

Page 74: BAB IV PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 4.1. … 4.1.1. Knowledge Management Readiness Assessment Tahapan pada bagian ini, terdiri dari dua kegiatan, yaitu perancangan instrumen pengukuran

137

Untuk menyatakan instrumen pengukuran dikatakan baik (model

dinyatakan fit), dalam kondisi ideal semua nilai indikator tersebut harus dipenuhi.

Namun kondisi ideal tersebut sangat sulit untuk dipenuhi. Bila terdapat beberapa

indikator nilainya tidak terpenuhi, sementara ada beberapa nilai indikator yang

lain memenuhi, maka model tersebut dapat dikatakan sudah cukup baik.