Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian...

10
PMR Project Management Unit (PMU) Menara Ravindo Jl. Kebon Sirih no. 75, lantai 12 Jakarta Pusat P. +62 21 39831804 F. +62 21 3908598 e-mail : [email protected] Peluncuran Pedoman Pelaporan Penghitungan Emisi GRK Sektor Pembangkit Pengembangan Pedoman Monitoring Reporting and Verification (MRV) Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Review Baselne Site Visit Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca Dalam edisi ini : Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Diskusi CAP (Ambang Batas) Sektor Pembangkit Instrumen Berbasis Pasar dan ITMOs Kajian Opsi Skenario Instrumen Berbasis Pasar Gas Engine, Pengolahan limbah kertas, PT. Ekamas Fortuna, Malang IndonesiaPMR Indonesia_PMR IndonesiaPMR pmr-indonesia.org

Transcript of Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian...

Page 1: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

NEWSLETTER PMR INDONES IA VOL 2 | MAR - JUNI 2018

PMR Project Management Unit (PMU) Menara Ravindo  Jl. Kebon Sirih no. 75, lantai 12  Jakarta Pusat P. +62 21 39831804 F. +62 21 3908598 e-mail : [email protected]

Peluncuran Pedoman Pelaporan Penghitungan Emisi GRK Sektor Pembangkit

Pengembangan Pedoman MonitoringReporting and Verification (MRV)  SektorIndustri

Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Industri Pelatihan Perhitungan Emisi GRK di Sektor Pembangkit Review Baselne Site Visit

Penyusunan Profil Emisi Gas Rumah Kaca

Dalam edisi ini : 

Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina 

Diskusi CAP (Ambang Batas) Sektor Pembangkit

Instrumen Berbasis Pasar dan ITMOs

Kajian Opsi  Skenario Instrumen BerbasisPasar 

Gas Engine, Pengolahan limbah kertas,   PT. Ekamas Fortuna, Malang

IndonesiaPMR Indonesia_PMR IndonesiaPMR pmr-indonesia.org

Page 2: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

1

Diskusi CAP (Ambang Batas) Sektor Pembangkit

Partnership for Market Readiness (PMR) Indonesia bersama dengan Ditjen. Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM telah melaksanakan beberapa FGD untuk mengkoordinasikan penetapan ambang batas atas (Cap) emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sub bidang ketenagalistrikan. Stakeholder yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Kemenko. Bidang Perekonomian, Kementerian ESDM, PT PLN (Persero), PJB, IP, Tenaga Ahli, dan Tim PMR-UNDP.

FGD seri pertama dilaksanakan pada 8 Maret 2018 di Jakarta. Poin-poin yang berhasil dirumuskan dalam pertemuan ini adalah lingkup dan tahapan kegiatan. Sebagai tindak lanjut hasil dari FGD pertama, FGD kedua dilaksanakan pada tanggal 2 April 2018 di Jakarta. FGD kedua berhasil merumuskan skenario-skenario cap yang harus disimulasikan, kebutuhan akan pemetaan dan pengenalan masalah. Dalam FGD ini juga disepakati bahwa PLN akan melakukan simulasi berdasarkan skenario-skenario yang telah diidentifikasi.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Bapak Munir, selaku Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian ESDM, dalam beberapa rapat tersebut menyampaikan, sebagaimana tujuan dari pertemuan, harapan kepada para peserta untuk dapat memberikan masukan dalam perancangan dan penetapan cap di sektor pembangkitan listrik dengan menyesuaikan aspek teknis yang diperlukan. Pak Munir menginformasikan bahwa Kementerian ESDM sedang menyusun Peraturan Menteri tentang Penyelenggaraan Inventarisasi dan Mitigasi GRK bidang energi dimana Menteri ESDM akan bertugas untuk menentukan cap emisi GRK sub bidang ketenagalistrikan dan sub bidang minyak dan gas bumi. Beliau menambahkan bahwa cap emisi GRK sub bidang ketenagalistrikan dihitung oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan berdasarkan hasil koordinasi dengan pemangku kepentingan subbidang ketenagalistrikan.

Kegiatan DJK ESDM yang didukung oleh PMR ini dilaksanakan untuk mendukung komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca yang tertuang didalam Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai bagian dari komitmen global Paris Agreement, dimana Indonesia berkomitmen untuk menurunkan jumlah emisi GRK sebanyak 29% dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41% apabila ada dukungan internasional dibawah Baseline as Usual pada tahun 2030.

Tahukan anda, emisi dari sektor pembangkitan listrik adalah sekitar 200 juta ton-setara-CO2 pada tahun 2014 dan diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 700 juta ton-setara-CO2 pada tahun 2030. Dalam persentase, ia adalah sekitar 34% dari emisi GRK sektor energi pada tahun 2014 dan diperkirakan akan meningkat sampai 48,6% di tahun 2030. Dalam NDC Indonesia, sektor energi diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 11% dari emisi sektor energi yang diperkirakan di tahun 2030 atau sebanyak 314 juta ton CO2e.

Untuk dapat mencapai target NDC ini tentu memerlukan peran yang signifikan dari sektor pembangkitan listrik dan diperlukan dukungan pendanaan yang tidak sedikit untuk melakukan aksi pengendalian perubahaan iklilm tersebut, untuk itu keterlibatan pemerintah serta stakeholder terkait sangat diperlukan, setidaknya memberikan kontribusi penurunan emisi gas rumah kaca dari sub sektor pembangkitan listrik.

DJK KESDM berencana untuk mengadakan FGD lanjutan untuk dapat mengkooordinasikan ketetapan cap sub sektor ketenagalistrikan, diharapkan bahwa cap dapat ditetapkan secara konsensus berdasarkan modelling exercise yang sesuai dan dapat dipenuhi oleh perusahaan pembangkit. DJK KESDM berencana untuk melibatkan stakeholder yang lebih luas pada FGD yang akan datang.

FGD ketiga dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2018 di Bekasi dengan turut mengundang para pemangku kepentingan kunci. Dalam pertemuan ini dipaparkan dan dibahas skenario-skenario cap yang telah berhasil disimulasikan oleh PLN. Dalam FGD ketiga ini berhasil dirumuskan kebutuhan lanjutan simulasi skenario cap yang mana hasilnya dipaparkan dan dibahas pada FGD keempat yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2018 di Jakarta.

FGD kelima dilaksanakan pada 28 Juni 2018 di Bandung. Sebagaimana kesepakatan pada pertemuan sebelumnya PT. PLN Persero telah melakukan elaborasi terhadap lima skenario mitigasi dengan mengidentifikasi potensi tambahan mitigasi, skenario cap per jenis dan kelas pembangkit, kendala serta konsekuensi biaya/investasi. Beberapa masukan terhadap parameter yang disepakati menjadi bahasan untuk perumusan rencana tindak lanjut.

Pertemuan ini juga membahas identifikasi opsi kebijakan berbasis pasar (skema cap & trade), pengaturan kelembagaan dan peluang pendanaan. Peserta yang hadir diharapkan memahami berbagai aspek teknis yang diperlukan dan harus dipertimbangkan dalam perancangan dan penetapan cap di sektor pembangkitan listrik.

Page 3: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

2

Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina

Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv, Ukraina, pada tanggal 24-27 April 2018. Pertemuan diawali dengan High-level Workshop tentang pembangunan rendah karbon dan diakhiri dengan Consultative Workshop tentang rancangan program PMR fase-2.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Berbagai jenis instrumen harga karbon dan pasar karbon dapat digolongkan dalam instrumen insentif/disinsentif sehingga PP 46/2017 telah memberikan kerangka kebijakan bagi Indonesia untuk menerapkan carbon pricing.

Di akhir rangkaian PA18, diadakan workshop tentang rancangan PMR fase-2 (2021-2030). Seperti diketahui program PMR akan berakhir di tahun 2020 namun masih dianggap perlu untuk meneruskan dukungan ini terutama agar kebijakan berbasis harga karbon dapat diterapkan untuk mencapai target Paris Agreement secara cost-effective.

Beberapa hal yang didiskusikan sebagai masukan dalam rancangan PMR fase-2 adalah fokus program untuk memberikan dukungan kepada negara-negara yang telah masuk tahapan implementasi carbon pricing, jenis kegiatan yang didukung dan definisi dari tahapan implementasi.

Diskusi menyimpulkan bahwa tahapan implementasi dimulai saat telah ada komitmen politis dari pemerintah untuk menerapkan suatu jenis instrumen carbon pricing dan Indonesia pasca terbitnya PP46/2017 telah mempunyai komitmen ini.

Kegiatan Pelatihan perhitungan dan inventarisasi emisi GRK sub sektor makanan dan

minuman, Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

High-level Workshop dibuka oleh Deputi Perdana Menteri – Kementerian Pembangunan Daerah, Konstruksi dan Perumahan, Hennadiy Zubko dan 18th Meeting of the Partnership Assembly (PA18) - PMR dibuka oleh Menteri Ekologi dan Sumber Daya Alam Ukraina, Ostap Semerak. Kegiatan ini diikuti oleh 34 negara yaitu 19 negara anggota (Implementing Country Participants), 2 negara mitra teknis dan 13 negara maju sebagai Contributing Participants serta beberapa lembaga multilateral dan riset.

Dalam PA18 ini Indonesia berkesempatan berbagi tentang kebijakan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup Indonesia (PP 46/2017) dan kaitannya dengan prospek pasar karbon. Bapak Dida Gardera, Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyampaikan presentasi tentang PP 46/2017 dan menekankan bahwa kebijakan ini menjadi payung hukum bagi penerapan instrumen harga karbon (carbon pricing) dan pasar karbon di Indonesia dan secara khusus adalah komitmen pemerintah Indonesia untuk menerapkan sistem perdagangan izin emisi dalam waktu paling lambat tujuh tahun sejak kebijakan ini diterbitkan.

PP 46/2017 membagi instrumen ekonomi lingkungan hidup ke dalam tiga kategori yaitu instrumen perencanaan pembangunan dan ekonomi, instrumen pendanaan lingkungan hidup dan instrumen insentif/disinsentif.

Instrumen insentif/disentif dibagi lebih lanjut ke dalam tujuh jenis yaitu sistem pelabelan ramah lingkungan hidup, sistem pengadaan berkelanjutan, penerapan pajak/retribusi/subsidi lingkungan hidup, sistem lembaga keuangan berkelanjutan, asuransi lingkungan hidup, sistem pembayaran jasa lingkungan hidup, sistem perdagangan izin emisi/pembuangan limbah, dan penghargaan kinerja lingkungan hidup.

Page 4: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

3

Instrumen Berbasis Pasar dan ITMOs

Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK dan didukung oleh Partnership for Market Readiness (PMR) telah melaksanakan pertemuan mengenai Instrumen Berbasis Pasar (IBP) dan Internationally Transferred Mitigation Outcomes (ITMOs) pada tanggal 12 Maret 2018 di Jakarta.

Pertemuan ini dibuka oleh Asisten Deputi Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Dida Gardera, dalam arahannya beliau menyampaikan bahwa, pemahaman terhadap konsep dalam IBP dibawah kerangka Paris Agreement menjadi penting untuk dipahami bersama, selain itu peningkatan kapasitas terkait isu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran IBP secara komprehensif.

Perwakilan dari UKP-PPI, Ibu Moechti Soejachmoen, menyampaikan paparan mengenai Instrumen Berbasis Pasar yang mengacu pada Paris Agreement dan merupakan bagian Cooperative Approach (Pasal 6). Selain itu, beberapa jenis Instrumen Berbasis Pasar yang sudah diterapkan dibeberapa negara, seperti Carbon Pricing/Tax, Carbon offsetting, Emission Trading Scheme (ETS).

Lebih lanjut, disampaikan juga mengenai potensi pemanfaatan IBP di tingkat nasional, misalnya: 1) Penetapan harga karbon dapat diterapkan di beberapa sektor/sub-sektor yang secara intensif mengemisi GRK; 2) Dapat diberlakukan pendekatan offset selain penetapan harga karbon – gabungan antara keduanya akan memberikan manfaat lebih; dan 3) Mempertimbangkan pengembangan pendekatan ETS untuk diterapkan antar propinsi dan antar sektor di Indonesia. Untuk itu, diperlukan kajian yang mendalam dan penguatan sistem basis data untuk dapat menentukan jenis kebijakan yang tepat serta sektor/sub-sektor yang akan dikenakan. Masukan lebih lanjut setelah pertemuan ini diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan lebih lanjut oleh Pemerintah.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Asisten Deputi Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Dida Gardera

Pertemuan ini dihadiri oleh kelompok kerja Instrumen Berbasis Pasar (Pokja IBP) yang terdiri dari perwakilan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPI-KLHK), Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim (UKP-PPI), Pusat Kebijakan Strategis-KLHK (PUSJAKSTRA-KLHK), Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim-KLHK (P3SEKPI-KLHK), Direktorat Lingkungan Hidup-BAPPENAS, Badan Kebijakan Fiskal (BKF-Kementerian Keuangan), Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi-Kementerian ESDM (Ditjen EBTKE-ESDM), APKI (Asosiasi Pengelola Karbon Indonesia) dengan koordinator Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK.

Page 5: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

Pengembangan Pedoman Monitoring Reporting and Verification (MRV) Sektor IndustriKegiatan PMR di Indonesia meliputi pengembangan profil emisi; pengembangan sistem dan uji coba pemantauan, pelaporan- verifikasi (MRV) di sektor pembangkit listrik dan sektor industri; serta pengembangan dan uji coba kerangka kerja untuk instrument berbasis pasar (IBP). Sektor pembangkit listrik dan industri dipilih mengingat jumlah emisi GRK-nya yang besar dan signifikan dalam bauran emisi nasional serta kebutuhan untuk adanya suatu skema insentif bagi kedua sektor tersebut.

Sistem MRV yang handal merupakan prasyarat untuk mengembangkan opsi kebijakan berbasis-pasar yang efektif dan kebijakan mitigasi perubahan iklim lainnya. Oleh karena itu, kegiatan di dalam PMR bertujuan untuk mendukung pembangunan sistem yang kuat yang memungkinkan Indonesia untuk memperoleh data terukur, dapat dipantau, dilaporkan dan diverifikasi dari pembangkitan listrik dan industri.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Bapak Teddy C Sianturi, Kepala Pusat Penelitan dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup

Kementerian Perindustrian, memberikan arahan serta membuka pertemuan Sub Sektor Industri Pupuk,

H. Aryaduta, Bandung, 08 Mei 2018,

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, Kementerian Perindustrian pada pertemuan “Finalisasi Dokumen Profil Emisi GRK dan Penyusunan Pedoman MRV untuk sub sektor industri pupuk dan ammonia” pada bulan Mei 2018 di Bandung, bahwa kegiatan MRV pada inventarisasi emisi GRK maupun reduksi emisi yang telah dilakukan di lingkup usahanya adalah hal yang sangat penting dalam penyediaan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik dilingkup nasional maupun dunia internasional.

Pengembangan sistem MRV emisi GRK merupakan salah satu fokus sentral untuk mengawal pencapaian komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi GRK. Pengukuran dan pemantauan diperlukan untuk mengidentifikasi tren emisi, menentukan dimana upaya-upaya pengurangan emisi harus difokuskan, serta memantau penghitungan dan perkembangannya. Pelaporan dan verifikasi menjadi penting untuk memastikan keterbukaan, hasil yang kredibel, akuntabel, dan memastikan data yang dilaporkan dapat dipertanggung jawabkan sesuai ketentuan yanhg sudah diakui di skala nasional maupun internasional.

Pengembangan Pedoman MRV di Sektor Industri

PMR Indonesia dalam agendanya akan mendukung Kementerian Perindustrian dalam persiapan kegiatan MRV terhadap emisi GRK di sub-sektor industri terpilih. Beberapa kegiatan diantaranya termasuk penyusunan sistem dan pedoman MRV untuk sub sektor industri pupuk dan serta uji cobanya, serta ujicoba di beberapa industri semen. Saat ini, draft pedoman MRV untuk industri pupuk sedang dalam proses penyusunan termasuk skema dan ruang lingkup pelaporan emisi untuk sumber emisi energi dan IPPU industri pupuk. Pedoman ini nantinya tetap akan mengacu kepada “Petunjuk teknis (juknis) perhitungan emisi GRK industri pupuk” yang telah dipublikasikan oleh Kementerian Perindustrian pada 2016 lalu.

Setelah adanya pedoman teknis dan pedoman MRV tersusun, maka diharapkan seluruh tahapan yang terdapat pada pedoman tersebut akan diimplementasikan oleh industri serta terdokumentasikan dalam sebuah laporan tahunan didalam sistem inventarisasi emisi GRK. Apabila pelaporan telah terimplementasikan dengan baik, maka pelaksanaan verifikasi kesesuaian sistem/pedoman inventarisasi emisi dapat diselenggarakan.

4

Page 6: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

Kajian Opsi Skenario Instrumen Berbasis Pasar (IBP)Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian didukung oleh Partnership for Market Readiness (PMR Indonesia) melaksanakan kegiatan Kajian Opsi Skenario Instrumen Berbasis Pasar pada 11 April 2018 di Jakarta.

Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan, yang sebelumnya dilaksanakan pada tanggal 26-27 Maret 2018 di Bogor, Tim Konsultan (Deloitte Tohmatsu) telah menyampaikan usulan opsi IBP dan Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar – PMR bersama dengan kelompok kerja akan berdiskusi untuk menyepakati opsi IBP yang akan dikaji lebih lanjut oleh tim konsultan dan memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan kondisi di Indonesia.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Bapak Wahyu Marjaka, Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK,

selaku Koordinator Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar - PMR

lingkup pembangkit listrik, semen, pupuk, dan pulp & kertas. Lingkup sub-sektor ini diusulkan karena dianggap paling siap dalam hal MRV-nya, 2) Renewable Energy Certificate dengan lingkup seluruh perusahaan pembangkit on-grid. Dalam hal ini offset juga dapat disediakan dari pembangkit off-grid, 3) Energy Efficiency Certificate dengan lingkup pembangkit listrik, semen, pupuk, crumb rubber, susu bubuk, tekstil, pulp & kertas, dan keramik. Benchmark yang digunakan dalam skema ini dapat menggunakan standar yang sudah diterapkan di Indonesia, contohnya Standar Industri Hijau (SIH). Untuk offset dapat berasal dari kegiatan efisiensi energi lainnya diluar cakupan sektor, 4) Pajak karbon dengan lingkup industri lahap energi. Skema ini akan menggunakan dua benchmark, yaitu high level dan low level. Sedangkan untuk skema Result-Based Financing (RBF) tidak akan termasuk di dalam daftar skenario yang akan dikaji, akan tetapi akan dianalisis lebih lanjut dalam laporan analisis kebijakan.

Dari empat opsi skenario yang ada, disimpulkan tiga diantaranya dapat dikaji lebih lanjut oleh konsultan, yaitu: 1) Cap and trade, 2) Energy Efficiency Certificate, 3) Carbon tax berbasis kinerja. Mengingat lingkup kerja konsultan adalah mengkaji empat opsi skenario, maka satu skenario tambahan akan diidentifikasi oleh Sekretariat PMR Indonesia bersama dengan Pokja IBP. Sedangkan untuk nilai cap/benchmark yang akan digunakan dalam pemodelan, diharapkan dapat menggunakan angka batasan yang ada (misalnya dari Standar Industri Hijau), tanpa menetapkan angka baru. Masukan tertulis dari kelompok kerja diharakan dapat diterima segera untuk mempertajam skenario IBP yang akan dikaji konsultan lebih lanjut.

5

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Wahyu Marjaka, selaku Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sekaligus Koordinator Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar - PMR. Dalam sambutan dan arahannya, beliau menyampaikan bahwa kajian opsi kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis pasar saat ini tengah dilaksanakan oleh tim konsultan yaitu Deloitte Tohmatsu, yang diharapkan dapat menghasilkan output-nya yaitu opsi IBP yang mungkin dapat diterapkan di Indonesia sesuai dengan kondisi sosio-ekonominya serta peta jalan pengembangan skenario IBP terpilih. Kajian ini akan dilaksanakan selama 9 bulan dan diperkirakan akan selesai di bulan September 2018. Beliau berharap pada pertemuan ini akan dibahas secara detail serta menyepakati empat opsi skenario yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi di Indonesia.

Bapak Andi Samyanugraha, Technical Officer untuk Kelompok Kerja Instrumen Berbasis Pasar, PMR Indonesia, dalam paparannya menyampaikan beberapa opsi skenario IBP hasil pertemuan dan diskusi secara langsung dengan beberapa anggota Pokja, maka disimpulkan usulan opsi skenario sebagai berikut : 1) Sistem perdagangan karbon (cap and trade) dengan

Page 7: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

6

PMR Indonesia mengunjungi beberapa sektor industri bersama dengan perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asosiasi sektor Industri terkait dan Tim Tenaga Ahli PMR. Kunjungan lapangan dilaksanakan dalam rangka kajian penyusunan profil emisi GRk dan identifikasi aksi mitigasi penurunan emisi GRK untuk sektor industri tersebut.

SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Pelajari Emisi Gas Rumah Kaca Industri, PMR Indonesia Kunjungi Sektor Industri

PMR Indonesia mengunjungi beberapa sektor industri bersama dengan perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asosiasi sektor Industri terkait dan Tim Tenaga Ahli PMR. Kunjungan lapangan dilaksanakan dalam rangka kajian penyusunan profil emisi GRk dan identifikasi aksi mitigasi penurunan emisi GRK untuk sektor industri tersebut.

Kunjungan salah satunya dilakukan di PT Sinar Para Taruna Textile (SIPATATEX) pada 25 April 2018 di Cimahi, tujuan dari kunjungan untuk mendapatkan profil emisi yang akurat dari proses produksi yang dilakukan oleh industri. Profil emisi sendiri didapat melalui identifikasi dan penghitungan sumber-sumber penghasilnya, termasuk didalamnya upaya-upaya mitigasi yang sudah dilakukan oleh perusahaan.

Dari hasil kunjungan lapangan, SIPATATEX menjalankan produksi warping, knitting, dying dan finishing untuk menghasilkan kain borrkat, renda dan tile. Produksi ditopang dengan penggunaan steam boiler dengan kapasitas 6 ton dan oil boiler dengan kapasitas 4 Juta KKal. Untuk mengoperasikan kedua mesin tersebut, batubara dengan jumlah lebih kurang 3000 s.d. 4000 ton rutin didatangkan.

Ekses dari produksi yang dilakukan tentunya akan menghasilkan material limbah. Untuk mengolah limbah yang dihasilkan SIPATATEX memiliki unit pengelolaan limbah industri yang diproses secara fisika dan kimia. Mulai dibangun sejak 1992, instalasi pengolah limbah ini ternyata belum mengalami penambahan sejak tahun 2000an, dikarenakan limbah yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan signifikan.

Kehadiran tim PMR Indonesia bersama Kementerian Perindustrian juga menemukan bahwa SIPATATEX sudah melakukan beberapa upaya untuk mengurangi emisi yang dihasilkannya. Berdasarkan diskusi dan perbincangan di lapangan perusahaan pernah melakukan revitalisasi peralatan produksi dengan peralatan yang lebih efisien dalam penggunaan air, energi dan bahan kimia para tahun 1999 s.d. 2002. Sistem Jet Dying untuk pewarna juga diganti dengan model Air Flow Dying sebanyak 18 unit. Di tahun berikutnya, SIPATATEX mencoba memanfaatkan gas buang untuk meningkatkan suhu pada boiler. Pada tahun yang sama, pemanfaatan (heat recovery system) HRS pada proses finishing memberikan penghematan energi sebesar 36% dari mesin yang sebelumnya dipakai. Terakhir, pada 2017 sampai dengan tahun ini, air flow dying mulai digantikan dengan mesin dying conveyor yang dapat menghemat emisi sebesar 20%. Perwakilan SIPATATEX pada kesempatan kunjungan ini menyanggupi akan melaporkan perkembangan emisinya melalui SIIINAS yang berada di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian.

Kunjungan ke sektor industri ini telah dilakukan dibeberapa sub sektor industri seperti pupuk, baja dan tekstil sejak Januari -Februari 2018 lalu, kemudian kunjungan diteruskan ke beberapa sub sektor industri lainnya seperti tekstil, kimia, makanan dan minuman serta pulp dan kertas. Berikut beberapa hasil kunjungan kami yang rangkum dalam edisi ini.

PT. BMJ merupakan salah satu industri speciality paper dengan produknya 95% adalah cigarette paper (kertas rokok). Bahan baku yang digunakan mayoritas adalah impor. Penggunaan energi terbesar (direct emission) ada pada unit drying dalam proses pembuatan kertas. Bahan bakar yang digunakan adalah batubara (200 kkal) karena belum mendapatkan harga gas yang sesuai. Konsumsi batubara perhari adalah 100 ton (sumber batubara dari Kalimantan) dan dibagi ke tiga boiler ( 2 boiler standby). Gas yang dihasilkan dari pembakaran batubara adalah CO2, SOx dan NOx. PT BMJ sudah dapat menghitung emisi dengan level Tier 3. Sedangkan untuk indirect emissionnya, konsumsi energi listrik terbesar saat refining pulp dengan blade rotary.

Bapak Gozali dari PT BMJ menyampaikan bahwa per unit kegiatan sudah memiliki power allocation masing-masing berdasarkan teknologinya, sehingga belum ada tindakan pemantauan untuk penggunaan energinya.

Limbah padat dalam bentuk sludge masih mengandung 70% kalsium karbonat dan air. Selanjutnya sludge perhari sekitar 35 - 40 ton diambil oleh pihak ketiga untuk di daur ulang sebagai composting dan/atau menjadi kertas lowgrade. Sedangkan untuk Waste Water Treatment-nya masih mengandalkan proses fisika-kimia seperti pengendapan dan koagulasi.

Katagori aksi mitigasi yang dilakukan perusahaanya, adalah pemanfaatkan limbah oleh pihak ketiga serta pemasangan alat baru dan inverter untuk motor-motor listrik.

Site Visit Industri Pulp dan Kertas: PT Bukit Muria Jaya, Kerawang_Kamis, 5 Apr. 2018

Page 8: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

7 SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

PT. Torabika Eka Semesta merupakan salah satu dari perusahaan Mayora Group yang bergerak dalam bidang minuman yang terbuat dari kopi. Beberapa jenis kopi yang diproduksi diantaranya kopi duo, kopi duo susu dan kopi instant. Proses produksi kopi yang dikunjungi yaitu kopi ampas dan kopi instant; Pada plant ini seluruh energi pada peralatan yang digunakan, misalnya mesin pengemas, grinding, dan mixing menggunakan sumber energi listrik, sedangkan energi produksi kopi instant creamer dan roasting menggunakan energi gas alam dan juga steam panas.

Pabrik ini telah melakukan beberapa kegiatan aksi mitigasi, beberapa diantaranya yaitu melaksanakan penghematan energi dengan menerapkan sky light (2017) pada plant produksi, serta selain itu telah menggunakan NG pada tahun 2016. PT. Torabika Eka Semesta sebelumnya telah dapat menghitung emisi GRK dari sector transportasi, namun untuk sector energi proses, IPPU dan limbah belum dilakukan penghitungan. Terdapat alat roasting yang telah dapat memanfaatkan gas buang sehingga dapat menghemat energi awal yang digunakan. Pemanfaatan limbah padat berupa ampas dan cangkang digunakan sebagai pupuk yang dilakukan oleh pihak ketiga.

Site Visit Industri Minuman: PT. Torabika Eka Semesta Rabu, 18 April 2018

Kunjungan difokuskan pada kegiatan produksi industri biscuit. Plant biscuit (Jatake 2) didirikan pada tahun 2009 diatas lahan 12,5 Ha. Plant ini memiliki kapasitas produksi 20,5 ton/jam. Dalam memproduksi biscuit, terdapat beberapa tahapan proses yaitu: mixing bahan baku, moulding, baking collng lalu wrapping. Dalam prosesnya sebagian besar menggunakan sumber energi listrik, sedangkan untuk oven menggunakan bahan bakar gas alam dalam pembakarannya. Oven ini memiliki panjang 100 meter untuk proses pematangan produk biskuit. Pada plant ini terdapat 4 buah boiler dengan kapasitas 4 ton/jam serta 2 unit jaringan PLN dengan kapasitas 1500 KPA.

Limbah yang dihasilkan oleh industri ini yaitu limbah padat dan limbah cair industri; untuk pengelolaan limbah padat industri dilakukan oleh pihak ketiga maupun diolah oleh pihak ketiga untuk dijadikan pakan ternak (rejected product), sedangkan limbah cair dilakukan oleh internal perusahaan. Metode yang diterapkan pada pengelolaan IPAL yaitu pengolahan secara aerob dan anaerob. Pengelolaan limbah ini aktif beroperasi dengan baik pada tahun 2012, dimana pada tahun sebelumnya ipal belum beroperasi dengan baik. IPAL ini terdiri dari dua system pengolahan dengan total area pengolahan sebesar 13m2 (actual digunakan sebesar 5m2) yang digunakan untuk pengelolaan limbah cair dari 3 plant industri. IPAL pengolahan yang terdapat di PT Mayora Indah ini berada di Jatake 1 dimana pada IPAL tersebut mengelola limbah yang berasal dari 3 plant PT Mayora Group yang ada di Jatake 1 dan Jatake 2.

Site visit Industri Makanan, PT. Mayora Indah Jumat, 13 Apr. 2018

PT Fajar Surya Wisesa merupakan salah satu industri yang memproduksi kertas dengan 100% bahan baku recycled paper, dimana sebelumnya menggunakan campuran virgin pulp (< 1%) dalam prosesnya. PT FSW mulai menggunakan 100% recycled paper semenjak 10 tahu yang lalu, dengan dorongan dari pihak manajemen. Dalam produskinya PT. FSW ini memproduksi dua jenis kertas, yaitu paper in roll dan paper in sheet yang umumnya digunakan sebagai bahan baku industri pembuat kardus kemasan. PT. FSW ini menggunakan bahan baku kertas bekas yang 30-40% menggunakan recycle paper local dan sisanya import. Produk unggulan dari PT. FSW ini yaitu dapat memproduksi kertas dengan ketebalan tertipis di Indonesia hingga 90 gr, dengan kekuatan 0,08 – 0,1%.

Dalam prosesnya, industri ini didukung oleh 5 unit plant proses yang terletak di 50 Ha areal pabrik, dengan 6 paper machines (5 mesin khusus craft/medium liner dan 1 mesin yang bisa memproduksi kertas liner maupun paper in sheet), 2 incinerator, 1 unit generator Power Plant, unit waste water treatment dan 1 unit SWL machine. Recycled paper yang digunakan tidak merupakan bagian dari limbah di TPA, karena cara pengumpulannya berada dibawah binaan pihak pabrik, dengan total binaan saat ini sebanyak 40 kelompok binaan. Pihak pabrik telah memberikan bantuan kepada pihak binaannya berupa balling press yang dapat memadatkan volume 6 ton recycled paper setara dengan volume 2 ton kertas/kardus. 8% collection rate produk sendiri masuk dalam proses produksi

Site visit Industri Pulp dan Kertas, PT. Fajar Surya Wisesa Tangerang, 6 Apr. 2018

Aksi mitigasi yang dilakukan di PT. FSW ini sudah masuk dalam kelompok aksi mitigasi yang terverifikasi dikarenakan industri ini telah mengikuti kegiatan Join Credit Mechanism (JCM) suatu model Instrumen Berbasis Pasar (Market Based Instrument), sehingga beberapa teknologi yang diterapkan merupakan bagian dari kegiatan tersebut.

Penggunaan bahan bakar fossil saat ini hanya natural gas (PGN di harga 8 USD/MMBTU), dimana sebelumnya menggunakan bahan bakar solar (tahun 2000). Penggunaan batubara hanya untuk steam dimana sifatnya akan digunakan jika terdapat kekurangan gas.

Page 9: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

8 SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Selain memproduksi panganan dengan kualitas premium dengan sasaran HOREKA (Hotel, Restauran, dan Katering) juga maskapai penerbangan nasional dengan daging asap lembaran, perusahaan ini juga telah mengembangkan produksinya yaitu dengan tambahan produksi nugget, sosis, baso, dan cold cut yang didistribusikan hampir di lima pulau di Indoensia dengan menempatkan distributor di setiap perwakilannya.

Penggunaan energi di industri ini berasal dari sumber PLN yang didukung oleh boiler sebesar 1,5 ton serta genset 250 KWh. Seluruh mesin menggunakan energi listrik, sedangkan oven steam menggunakan energi uap panas basah yang berasal dari boiler. Perusahaan ini masuk dalam kategori kecil, dilihat dari penggunaan bahan bakar/listrik tahunannya.

Dalam produksi daging asap, untuk dapat menghasilkan uap asap, maka digunakan potongan kecil kayu yang apabila dipanaskan dengan uap akan menghasilkan uap asap yang akan memanaskan daging. Kayu yang digunakan berasal dari Jerman. Perusahaan ini telah melakukan pengelolaan limbah cair industri yang dibantu oleh pihak ketiga, perusahaan telah dapat memanfaatkan sludge limbah yang dipadatkan dan dikeringkan.

Site visit Industri Makanan, PT. Dagsap Endura Eatora 17 Apr. 2018

Site visit Industri Pulp dan Kertas, PT. Ekamas Fortuna Malang , 27 April 2018

Secara global PT. Ekamas telah menghasilkan reduksi sebesar 20%. Intensitas energi perton pada 2012 sebesar 9.79 GJ/ton CO2 dan menjadi 8.24 GJ/ton pada tahun 2017. Penurunan tersebut disebabkan diantaranya oleh adanya kegiatan mitigasi energi seperti : 1) Pengaturan beban boiler batubara, penggantian ducting dan HE di pocket ventilation, 3) Intensive predictive dan preventive maintenance untuk pompo serta penggantian steam trap yang tidak optimal. Sedangkan untuk skema pelaporan emisi GRK secara internal, pelaporan dilakukan secara manual dari setiap plant kepada Divisi Compliance & Development untuk selanjutnya pelaporan dari divisi tersebut disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Suyitno dari Divisi Compliance & Development, mengatakan telah siap target penurunan energi dan emisi gas rumah kaca kedepannya sampai dengan tahun 2030, rencana program 5 tahun berupa action plan juga sudah ada wacananya, harapannya penurunan emisi yang dilakukan perusahaannya dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan emisi GRK.

Kegiatan site visit dilanjutkan dengan sight seeing waste water treatment (pengolahan limbah kertas) yang dikelola pihak ke tiga (PT. Ersa). Dengan menggunakan enzim untuk melunakkan bubur kertas sangat membantu mengurangi proses pada refinery (pengolahan daur ulang kertas) sehingga secara significant turut mengurangi energy consumption refinery proses.

Sedangkan pada proses netralisasi air, dengan menggunakan sistem Steam Boiler (57%) dimana panas yang dihasilkan memproduksi air bersih untuk digunakan pada boiler (condensate treatment), selain menghemat air sistem steam boiler juga menghemat penggunaan bahan bakar. Rencananya akan dilakukan improvement sebesar 70% untuk mengurangi lebih besar lagi penggunaan bahan bakar untuk proses netralisasi tersebut (batu bara).

Kegiatan Biogas (mengandung metana dan karbon dioksida) menghasilkan tenaga listrik (300-500 KW/jam), membantu proses pengelolaan waste water treatment sebesar 30 persen.

Kunjungan Lapangan PT Bungasari Flour Mills, Cilegon dilaksanakan pada Rabu, 18 April 2018. Seluruh produksinya adalah tepung terigu. Bungasari telah beroperasi sejak tahun 2012 dan khusus memproduksi Tepung. Bungasari menggunakan beragam varian gandum: mulai dari soft wheat hingga hard wheat yang seluruhnya impor didatangkan dari negara penghasil gandum seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Kapasitas produksi 427.500 M/T per tahun (Wheat Base) dan 120.625 M/T per tahun (Wheat Flour Base).

Dalam produksinya PT. Bungasari menggunakan energi listrik yang disuplai dari Krakatau Diesel Listrik (KDL), dimana sumber emisi energy dalam lingkup indirect (tidak langsung). Pabrik juga tidak memiliki Waste Water Treatment, karena tidak menghasilkan limbah cair (zero waste). Sedangkan limbah padat yang dihasilkan diluar produksi, dimasukkan ke pengolahan kawasan (AMDAL Kawasan).

Target efisiensi energi selalu ada melalui continuous improvement: investasi untuk penggantian alat-alat baru dan quality control circle. Spesific energy consumption (SEC) sebesar 75 kWh/tonnase, sedangkan significant energy used dipantau setiap hari dan setiap bulan. Apabila SEC berkurang, maka dapat diklaim sebagai aksi mitigasi.

Site Visit Industri Sub Sektor Makanan: PT Bungasari Flour Mills Cilegon, 18 Apr. 2018

Page 10: Dalam edisi ini · 2 Pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 di Ukraina Rangkaian pertemuan Partnership for Market Readiness (PMR) ke-18 telah dilaksanakan di Kyiv,

9 SUPPORT ING ACT ION FOR CL IMATE CHANGE MIT IGAT ION

Mitra Kerja

Peluncuran Pedoman Penghitungan dan Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Pembangkit

Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan didukung oleh Partnership for Market Readiness-UNDP.

Dalam pembukaannya, Bapak Munir Ahmad, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan mewakili Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Bapak Andy Noorsama Sommeng menyampaikan 'Penyusunan pedoman dilakukan dalam rangka mempermudah penyelenggaraan inventarisasi, penyeragaman metodologi, mendapatkan data yang valid, sekaligus mengukur kinerja (performance) unit pembangkitan tenaga listrik yang ada di Indonesia, guna berkontribusi dalam memenuhi komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi Gas Rumah Kaca', selain bermanfaat bagi pelaku usaha Pembangkitan Tenaga Listrik dalam menghitung emisi GRK, pedoman ini juga memberi manfaat dalam mengukur kinerja unit pembangkitan tenaga listrik yang dimiliki'.

'Penyelenggaraan inventarisasi GRK sub bidang ketenagalistrikan ini disebut sangat penting, agar pencapaian target penurunan emisi GRK bidang energi dapat terukur oleh Pemerintah, dimana Indonesia melalui Presiden Joko Widodo telah menandatangani Persetujuan Paris (Paris Agreement) bulan November tahun 2015. Dalam dokumen tersebut pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan luar negeri di tahun 2030 dari Business as Usual'.

Disampaikan pula bahwa kegiatan penyusunan pedoman ini merupakan output dari kegiatan pengembangan profil emisi GRK (inventarisasi GRK) dengan pengembangan sistem uji coba pemantauan pelaporan - verifikasi (MRV) di sektor pembangkitan listrik dan sektor Industri. 'Sektor pembangkitan listrik dan industri memiliki jumlah emisi GRK yang besar dan signifikan dalam bauran emisi GRK secara nasional', dalam pedoman ini terdapat suatu skema insentif untuk kegiatan yang dapat menurunkan emisi GRK'. Demikian yang disampaikan oleh , Bapak Munir Ahmad.

Peluncuran Pedoman Inventarisasi GRK dihadiri oleh perwakilan Kementerian Lembaga terkait, pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik, asosiasi dan juga media. Dalam acara ini dilakukan penyerahan secara simbolik Buku Pedoman dari perwakilan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan kepada perwakilan pelaku usaha pembangkitan tenaga listrik.

Jakarta_Peluncuran Pedoman Penghitungan dan Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Sektor Pembangkit, Selasa, 15 Mei 2018 di Ditjen. Ketenagalistrikan, ESDM, Jakarta.