BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran tentang: (1) tindak tutur lokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z; (2) tindak tutur ilokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z; (3) tindak tutur perlokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. Untuk data-data yang dimaksud pada point-point tersebut, akan diuraikan data tindak tutur bahasa berdasarkan tiga judul teks yang berbeda sebagai berikut. 4.1.1 Tindak Tutur Lokusi Tindak Lokusi adalah tindak yang dimaksudkan untuk menyampaikan informasi oleh penutur kepada lawan tutur tanpa melakukan sesuatu. Berikut ini akan diuraikan data tindak tutur lokusi berdasarkan tiga judul teks dalam penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. Data: Teks 01 Judul: “Manisnya Iman“. (1) Orang yang memiliki sesuatu tentu ingin merasakan nikmat dan manfaat atas segala sesuatu. (2) Apa gunanya punya iman, kalau belum pernah merasakan indah, nikmat, dan manisnya iman itu.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Data penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran tentang: (1)

tindak tutur lokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin,

M.Z; (2) tindak tutur ilokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH.

Zainuddin, M.Z; (3) tindak tutur perlokusi dalam penyampaian tausiyah

Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. Untuk data-data yang dimaksud pada

point-point tersebut, akan diuraikan data tindak tutur bahasa berdasarkan

tiga judul teks yang berbeda sebagai berikut.

4.1.1 Tindak Tutur Lokusi

Tindak Lokusi adalah tindak yang dimaksudkan untuk

menyampaikan informasi oleh penutur kepada lawan tutur tanpa

melakukan sesuatu. Berikut ini akan diuraikan data tindak tutur lokusi

berdasarkan tiga judul teks dalam penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust.

KH. Zainuddin, M.Z.

Data: Teks 01

Judul: “Manisnya Iman“.

(1) Orang yang memiliki sesuatu tentu ingin merasakan nikmat dan

manfaat atas segala sesuatu.

(2) Apa gunanya punya iman, kalau belum pernah merasakan indah,

nikmat, dan manisnya iman itu.

(3) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika dia

sedang sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis ketika

menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis ketika

mengadakan wuquf di padang arafah, serta manis ketika melakukan

apapun yang merupakan tuntutan dari imannya itu.

(4) Seseorang yang dikatakan beriman adalah yang meyakini kesenangan

kehidupan akhirat lebih baik dari kesenangan dunia.

(5) Kesenangan akhirat menjadi tujuan dan harapan, sementara kesulitan

hidup didunia adalah hiasan dalam menjangkau kesenangan akhirat.

(6) Salah satu ciri seorang muslim yang mampu menguatkan iman sesuai

dengan Rosul dan sahabat-sahabatnya pahami yakni mencintai

seseorang dengan ketaatannya kepada Allah.

(7) Cinta adalah buah dari sebuah kecintaan terhadap Allah.

(8) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan lezatnya

menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama,

barangkali inilah saatnya kita intropeksi.

(9) Makna dari manisnya iman adalah ketika dapat merasakan nikmatnya

beribadah.

(10) Dengan manisnya iman, seorang muslim bisa tegar, sabar dan kuat

dalam mengarungi kehidupan.

(11) Barang siapa yang merasakan manisnya iman tidak akan pernah

memiliki pikiran-pikiran kebencian, kedengkian atau permusuhan.

(12) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat

menemukan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rosul

daripada yang lain, mencintai orang lain karena Allah, dan tidak suka

kembali ke dalam kekufuran.

(13) Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan

dengan hati, serta mengerjakan dengan anggota-anggota.

(14) Iman, yaitu melaksanakan 6 rukun iman yakni iman kepada Allah,

malaikat, nabi dan rosul, kitab-kitab, hari kiamat dan ketetapan baik

dan buruk.

(15) Menjalin cinta antara anak adam dan yang lainnya senantiasa dibatasi

dengan kesadaran, berdasarkan cinta karena Allah dan Rosulnya.

(16) Manusia yang senantiasa beribadah, merubah dan menyerahkan

setiap masalah hanya kepada Allah untuk ridhonya dan rosul-Nya,

adalah ciri dari manusia yang telah merasakan manisnya iman itu.

(17) Sesungguhnya persaudaraan karena Allah melahirkan kenikmatan

iman, sebab iman yang mengayomi itu. Dalam artian bertemu karena

Allah dan berpisah pun karena Allah.

(18) Perintah;

(19) Kepedihan dunia ibarat seseorang digigit semut merah saat memetik

buah.

(20) Dengan manisnya iman dihati, ia mampu bersikap tawakal. Hal ini

karena manisnya iman hanya dapat diraih tatkala semua hal didunia

ini telah dapat dilihatnya dari sisi cinta ilahiah.

Data: Teks 02

Judul: “Mukjizat Al-qur’an”.

(1) Setiap penganut agama mempunyai kitab-kitab suci atau yang

dianggap suci. semua agama.

(2) Orang nasrani punya kitab injil.

(3) Orang yahudi punya kitab taurat.

(4) Orang hindu punya kitab weda.

(5) Orang budha punya kitab tripetaka.

(6) Pengikut konghuchu punya kitab tautehking.

(7) Orang majusi punya kitab zenafesta.

(8) Orang kebathinan punya kitab zeratzentanni atau darmugadun

(9) Umat islam diberikan kitab Al-qur’an.

(10) Sesungguhnya Al-qur’an harus diyakini kebenarannya.

(11) Al-qur’an adalah perkataan Allah yang mulia yang berisi petunjuk

bagi umat manusia.

(12) Al-qur’an dikatakan suci karena ajarannya sesuai dengan fitrah

manusia, Alqur’an bersih dari interfensi manusia serta isinya tidak

saling bertentangan.

(13) Dalam sistem pendidikan, banyak manusia yang berlomba-lomba

mengisi otak bukan watak. Akhirnya timbul manusia-manusia pintar

tapi hati kosong, agama rapuh, akhirnya moral rendah.

(14) Al-qur’an mengangkat harkat dan martabat manusia

(15) Al-qur’an membebaskan dari belenggu kebodohan

(16) Menerima Al-qur’an dengan setengah-setengah merupakan salah satu

cirri seorang muslim yang munafik dalam beragama.

(17) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci

(18) Mempelajari isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya sesuai dengan

syariat islam.

(19) Kitab suci bersih dari interfensi manusia. Pada abad yang ke-14 lalu

pernah seorang ulama yang bernama Musailamah Al-kadzab

mencoba membuat Al-qur’an. Salah satu surahnya adalah Q.S. Al-

Fill yang berbunyi:

Al-fill : gajah

Waman fiil : Apakah gajah itu?

Wama adraka fiil : Tahukah kamu apa itu gajah?

Lahutrun man towil : Dia punya belalai panjang

Walahut zail : Dan dia punya ekor.

Jika bunyi Al-qur’an seperti itu, meski tidak dibuat, orang tahu.

Kalau kitab suci bersih dari campur tangan manusia, maka Al-qur’an

ketatabahasapun dia diterjemahkan, naskah aslinya tetap ada.

(20) Sesungguhnya orang yang gemar membaca Al-qur’an, hatinya

akan selalu tentram, teduh dan bersih dari noda kotoran.

(21) Satu ciri orang munafik beragama; sudah menerima Al-qur’an dan

berlomba-lomba mengamalkannya. Ironi, jangan sampai orang

melantunkan Al-qur’an dengan suara yang nyaring dan merdu dapat

piala dan yang mengamalkannya masuk penjara.

Data: Teks 03

Judul: “Bila doa tak terjawab”.

(1) Mintalah kamu kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan dan

berdo’alah kamu kepada-Ku sesungguhnya akan aku jawab doa’mu.

(2) Hati yang mati adalah hati yang suka menyekutukan Allah

(3) Do’a yang tidak dijawab oleh Allah itu disebabkan karena hati

manusia yang telah mati dari sepuluh hal. Dari hati yang mati,

channel tidak nyambung, dari channel yang putus tidak ada getaran

untuk masuk.

(4) Hati yang sehat, dan bersih akan senantiasa memberi manfaat bagi

diri manusia baik di dunia maupun akhirat

(5) Mesjid merupakan pusat kegiatan umat islam.

(6) Umat dan mesjid ibarat ikan sama air. Kalau ikan jauh dengan air,

maka ikan tersebut akan mati. Sebaliknya, jika ada manusia yang

sudah jauh dengan mesjid, jiwanya yang mati. Apabila jiwanya mati

tapi jasadnya masih ada, itu namanya bangkai yang sedang berjalan-

jalan.

(7) Hati yang bersih adalah hati yang selamat dari sikap yang

menyekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah.

(8) Membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada

syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat yang

diberikan oleh Allah merupakan ciri dari manusia yang doanya akan

dijawab oleh Allah Swt.

(9) Hal-hal untuk menjaga kesucian hati antara lain; memperbaiki bathin,

rajin membaca Al-qur’an dan mempelajarinya, mengaktifkan dzikir,

istigfar, taubatan nasuha, membaca salawat nabi, berdo’a, sholat

malam, menghadiri majlis serta serta mengingat mati.

(10) Dengan berdzikir, kesucian hati akan terasah, terbentuk menjadi

lentera yang senantiasa terpancar diantara relung-relung hati.

(11) Sesungguhnya hati yang sehat dalah hati yang bersih, yaitu hati yang

tidak ada orang selamat pada hari kiamat kecuali orang yang

menghadap kepada Allah dengan hati seperti itu.

4.1.2 Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah tindak yang mengandung dua maksud yaitu

menginformasikan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna

ilokusi. Berikut ini data tindak tutur ilokusi yang diperoleh dari tiga teks

penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z.

Data: Teks 01

Judul: “Manisnya Iman”

(1) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika dia

sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis ketika

menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis ketika

melaksanakan wuquf dipadang arafah, serta manis ketika melakukan

apapun yang merupakan tuntutan dari imannya itu.

(2) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat

menemukan manisnya iman itu yakni mencintai Allah dan Rosul

daripada yang lain, mencintai orang lain karena Allah, tidak kembali

dalam kekufuran.

Data: Teks 02

Judul: “Mukjizat Al-qur’an”

(3) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci dengan

cara mempelajari isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya sesuai

dengan syariat islam.

Data: Teks 03

Judul: “Bila doa tak terjawab”

(4) Kenalilah Allah serta tunaikanlah hak-Nya dengan cara beribadah

kepada-Nya.

(5) Ciri-ciri dari manusia yang doanya akan dijawab oleh Allah yakni

membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada

syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat

yang diberikan oleh Allah.

4.1.3 Tindak Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak yang dimaksudkan untuk

mempengaruhi lawan tuturnya/pendengar. Berikut ini data tindak tindak

perlokusi yang diperoleh dari tiga teks penyampaian tausiyah Alm. Ust.

KH. Zainuddin, M.Z.

Data: Teks 01

Judul: “Manisnya Iman”

(6) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan lezatnya

menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama,

barangkali inilah saatnya kita intropeksi diri. Sudahah kita mampu

menghadirkan Tuhan dan Rosulnya dalam seluruh perhtian cinta kita

sebagai standar rasa dan kecondongan hati kita di setiap tarikan

nafas kita?

(7) Dengan manisnya iman, seorang muslim mampu bisa tegar, sabar,

tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan, ia bahagia dalam

cobaan hidup yang penuh penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan.

Data: Teks 02

Judul: “Mukjizat Al-qur’an”

(8) Ajaran yang ada dalam Al-qur’an sesuai dengn fitrah manusia jika

tidak sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan fitrah manusia.

(9) Sesungguhnya orang yang gemar mempelajari isi Al-qur’an serta

mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram, teduh dan

bersih dari noda kotoran

Data: Teks. 03

Judul: “Bila do’a tak terjawab”

(10) Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar beriman

kepada-Nya maka seruan, permohonan doa niscaya akan dikabulkan

oleh-Nya.

(11) Hati yang putih adalah hati yang telah disinari oleh cahaya iman.

Pelita iman telah bersinar di dalamnya.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Tindak Tutur Lokusi

Pada data I, II, dan III pada masing-masing judul dalam teks

penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. mengandung

tindak tutur lokusi. Tindak yang dimaksudkan untuk

menyampaikan/menginformasikan sesuatu informasi oleh penutur kepada

lawan tutur tanpa melakukan sesuatu. Berikut ini salah satu uraian kalimat

lokusi dari masing-masing judul dalam teks penyampaian tausiyah oleh

Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z berdasarkan hasil data yang diperoleh

sebelumnya.

(1) Orang yang memiliki sesuatu tentu ingin merasakan nikmat dan

manfaat atas segala sesuatu. (Teks. 01)

Tuturan pada kalimat (1) yang dimaksudkan pembicara untuk

menginformasikan tentang kecintaan manusia atas segala sesuatu, baik

harta benda, jabatan, ataupun seseorang yang dicintai. Jika segala sesuatu

itu tidak dibatasi dengan kesadaran atau dilandasi dengan iman maka

segala sesuatu itu akan sia-sia. Kalimat tersebut nampak pada tuturan (2)

yang ditandai dengan penanda lingual “Apa gunanya punya radio yang

bagus tapi tidak bisa mendengar, apa gunanya punya televisi yang

berwarna dan terang tapi tidak bisa melihat begitu pun dengan iman, apa

gunanya punya iman jika belum merasakan indah, nikmat, dan manisnya

iman itu”.

(2) Setiap penganut agama mempunyai kitab-kitab suci atau yang

dianggap suci. (Teks. 02)

Tuturan pada kalimat (1) yang dimaksudkan pembicara untuk

menginformasikan bahwasanya setiap penganut agama memiliki kitab-

kitab suci yang berbeda yang masing-masing penganut wajib meyakini

akan kebenaran kitab tersebut.

Kalimat tersebut nampak pada tuturan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8)

dan (9) yang ditandai dengan penanda lingual “Orang nasrani punya kitab

injil, orang hindu punya kitab taurat, orang hindu punya kitab weda, orang

budha punya kitab tripetaka, pengikut konghuchu punya kitab tautehking,

orang majusi punya kitab zennafesta, orang kebathinan punya kitab

zeratzettanni atau darmugadun, dan umat islam sendiri oleh Allah

diberikan Al-qur’an”.

(2) Hati yang mati adalah hati yang suka menyekutukan Allah

(Teks. 03)

Tuturan pada kalimat (2) dimaksudkan pembicara untuk

menginformasikan tentang salah satu penyebab doa yang tidak pernah

dijawab oleh Allah. Hal tersebut dikarenakan hati manusia yang telah

mati. Kalimat tersebut nampak pada tuturan (3) ditandai dengan penanda

lingual “ Doa yang tidak dijawab oleh Allah itu disebabkan karena hati

yang telah mati dari sepuluh hal. Salah satunya adalah manusia yang suka

menyekutukan Allah”.

4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi

Tindak yang selain berfungsi untuk menyatakan sesuatu juga

berfungsi untuk melakukan sesuatu. Dalam tindak ini berarti satu tuturan

mengandung dua maksud yaitu menginformasikan dan menyuruh

melakukan sesuatu. Sebagai contoh tindak ilokusi dalam beberapa teks

penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z adalah sebagai

berikut.

(1) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika

dia sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis

ketika menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis

ketika melaksanakan wuquf dipadang arafah, serta manis

ketika melakukan apapun yang merupakan tuntutan dari

imannya itu. (Teks. 01)

Tuturan pada kalimat (1) diatas mengandung dua maksud yaitu

memberitahukan sebagai makna lokusidan menyuruh sebagai makna

ilokusi. Maksud tuturan pembicara yang pertama sebagai makna lokusi

pada kalimat (1) “Seorang muslim yang telah mendapatkan dan

merasakan manisnya iman”.

Makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (1) dengan

penanda lingual kalimat ”Manis ketika dia sujud, manis ketika

melaksanakan ibadah puasa, manis ketika menginfakkan sebagian harta

yang dimilikinya, manis ketika melaksanakan wuquf dipadang arafah,

serta manis ketika melakukan apapun yang merupakan tuntutan imannya

itu”.

Berdasarkan kalimat di atas, makna ilokusi yang terkandung dalam

tuturan pembicara pada kalimat (1) adalah pembicara berharap kepada

setiap manusia senantiasa memelihara imannya dengan begitu, segala

sesuatu yang dikerjakan akan bernilai ibadah dihadapan Allah SWT.

(2) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia

dapat menemukan manisnya iman itu yakni mencintai Allah

dan Rosul daripada yang lain, mencintai orang lain karena

Allah, tidak kembali dalam kekufuran. (Teks. 01)

Tuturan pada kalimat (2) mengandung dua makna, yaitu makna

lokusi dan makna ilokusi. Kalimat (2) menginformasikan tentang “Tiga

hal yang barang siapa mengamalkanya, maka ia dapat menemukan

manisnya iman itu”.

Makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (2) dengan

penanda lingual kalimat ”Mencintai Allah dan Rosul daripada yang lain,

mencintai orang lain karena Allah, dan tidak suka kembali ke dalam

kekufuran”. Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh

pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari

pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara

pada kalimat (2) adalah setiap muslim tersentuh hati mereka dalam

mengamalkan perintah sesuai dengan Rosul kerjakan.

(3) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci

dengan cara mempelajari isi dari Al-qur’an dan

mengamalkannya sesuai dengan syariat islam. (Teks. 02)

Tuturan pada kalimat (3) di atas mengandung dua maksud, yaitu

memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna

ilokusi. Kalimat (3) menginformasikan tentang ”Tugas manusia dalam

meyakini kebenaran dari kitab suci”.

Adapun makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (3)

ditandai dengan penanda lingual ”Mempelajari isi dari Al-qur’an dan

mengamalkannya sesuai dengan syariat Islam”.

Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh

pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari

pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara

pada kalimat (3) adalah pembicara berharap agar setiap manusia

senantiasa meyakini akan kebenaran dari kitab suci, dengan mempelajari

isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya.

(4) Kenalilah Allah serta tunaikanlah hak-Nya dengan cara

beribadah kepada-Nya. (Teks. 03)

Tuturan pada kalimat (4) di atas mengandung dua maksud, yaitu

memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna

ilokusi. Kalimat (4) menginformasikan tentang ”Salah satu cara agar doa

manusia diijabah oleh Allah”. Adapun makna ilokusi yang terkandung di

dalam kalimat (4) ditandai dengan penanda lingual ”Kenalilah Allah serta

tunaikanlh hak-Nya dengan cara beribadah kepada Allah”.

Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh

pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari

pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara

pada kalimat (4) adalah pembicara berharap kepada pendengar agar

senantiasa beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya.

(5) Ciri-ciri dari manusia yang doanya akan dijawab oleh Allah

yakni membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci

kepada syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu

mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.

Tuturan pada kalimat (5) di atas mengandung dua maksud, yaitu

memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna

ilokusi. Kalimat (5) menginformasikan tentang ”Ciri-ciri bagi orang

muslim yang ingin doanya diijabah oleh Allah SWT hendaknya

melaksanakan apa yang diperintahkan oleh-Nya”. Adapun makna ilokusi

yang terkandung di dalam kalimat (5) ditandai dengan penanda lingual

”Membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada syaitan,

selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan

oleh Allah”.

Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh

pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari

pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara

pada kalimat (5) adalah pembicara berharap kepada pendengar agar

senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dengan begitu

segala permintaan akan dikabulkan oleh Allah SWT.

4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi

Tindak perlokusi adalah tindak yang dmaksudkan untuk

mempengaruhi lawan tuturnya. Dalam tindak perlokusi ini yang terpenting

adalah daya pengaruh/efek tindak ujaran pembicara kepada pendengar.

Sebagai contoh tindak ilokusi dalam beberapa teks penyampaian tausiyah

oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z adalah sebagai berikut.

(6) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan

lezatnya menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar

sesama, barangkali inilah saatnya kita intropeksi diri.

Sudahkah kita mampu menghadirkan Tuhan dan Rosulnya

dalam seluruh perhatian cinta kita sebagai standar rasa dan

kecondongan hati kita di setiap tarikan nafas kita? (Teks. 01)

Tuturan kalimat (6) berkerangka topik tentang ketidaksanggupan

manusia dalam menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar

sesama. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu

makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada kalimat (6)

adalah menginformasikan tentang “ketidaksanggupan manusia dalam

menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama”. Sedangkan

makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (6) adalah pembicara

mengharap kepada pendengar hendaknya memuhasabah diri/intropeksi.

Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual “Sudahkah kita

mampu menghadirkan Tuhan dan Rosulnya dalam seluruh perhatian cinta

kita sebagai standar rasa dan kecondongan hati kita di setiap tarikan nafas

kita?”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(6) adalah setiap manusia akan senantiasa mengingat kembali kesalahan-

kesalahan yang pernah dibuat dengan cara inropeksi diri.

(7) Dengan manisnya iman, seorang muslim mampu bisa tegar,

sabar, tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan, ia

bahagia dalam cobaan hidup yang penuh penderitaan,

kesengsaraan dan kesakitan.

Tuturan kalimat (7) berkerangka topik tentang buah dari manisnya

iman itu. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu

makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada kalimat (7)

adalah menginformasikan tentang “Buah dari manisnya iman itu”.

Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (7) adalah

pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa mampu tegar,

sabar, tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan. Makna ilokusi

tersebut terkandung dalam penanda lingual “ Dengan manisnya iman

seorang muslim akan mampu bisa tegar, tawakal, dan kuat dalam

mengarungi kehidupan. Ia akan bahagia dalam cobaan hidup yang penuh

dengan penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(7) adalah Dengan iman kuat, setiap manusia akan senantiasa mampu

bertahan dalam setiap cobaan.

(8) Ajaran yang ada dalam Al-qur’an sesuai dengn fitrah manusia

jika tidak sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan fitrah

manusia. (Teks.02).

Tuturan kalimat (8) berkerangka topik tentang Alasan mengenai

Al-qur’an dianggap suci. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna

sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada

kalimat (8) menginformasikan tentang “Alasan Al-qur’an dianggap suci”.

Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (8) adalah

pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa meyakini akan

keberadaan kitab suci bahwasanya ajarannya sesuai dengan fitrah

manusia. Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual “

Ajaran yang ada dalam Al-quran sesuai dengan fitrah manusia jika tidak

sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan manusia”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(8) adalah setiap manusia akan senantiasa percaya dan yakin bahwasanya

ajaran yang berada dalam kitab suci Al-qur’an sesuai dengan fitrah

manusia.

(9) Sesungguhnya orang yang gemar mempelajari isi Al-qur’an

serta mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram,

teduh dan bersih dari noda kotoran.

Tuturan kalimat (9) berkerangka topik sesungguhnya kitab suci Al-

qur’an adalah perkataan yang mulia yang berisi petunjuk bagi manusia.

Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu makna

lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Makna lokusi pada kalimat (9) menginformasikan bahwasanya

Kitab suci Al-qur’an merupakan perkataan Allah yang berisi petunjuk

bagi manusia. Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat

(9) adalah pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa

mempelajari isi Al-qur’an dan mengamalkannya. Makna ilokusi tersebut

terkandung dalam penanda lingual “Seseorang yang gemar mempelajari

isi Al-qur’an dan mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram,

teduh, dan bersih dari noda kotoran”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(9) adalah setiap manusia akan senantiasa percaya dan .gemar dalam

mempelajari isi Al-qur’an dan mengamalkannya.

(10) Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar

beriman kepada-Nya maka seruan, permohonan doa niscaya

akan dikabulkan oleh-Nya.

Tuturan kalimat (10) berkerangka topik bahwasanya Allah akan

senantiasa mengabulkan segala permintaan manusia apabila manusia

tersebut selalu mensyukuri nikmat yang diberikan. Tuturan kalimat di atas

mengandung tiga makna sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan

perlokusi.

Makna lokusi pada kalimat (10) menginformasikan bahwasanya

Allah akan mengabulkan segala permintaan manusia apabila manusia

tersebut selalu mensyukuri nikmat yang diberikan. Sedangkan makna

ilokusi yang terkandung dalam kalimat (10) adalah pembicara mengharap

kepada pendengar agar senantiasa mengenali Allah serta tunaikanlah hak-

Nya dengan cara beribadah kepada-Nya.

Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual

“Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar beriman kepada-

Nya maka seruan, permohonan doa niscaya akan dikabulkn oleh-Nya”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(10) adalah agar setiap manusia akan tergugah hatinya dalam

melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

(11) Hati yang putih adalah hati yang telah disinari oleh cahaya

iman. Pelita iman telah bersinar di dalamnya.

Tuturan kalimat (11) berkerangka topik tentang Penyebab bagi

orang yang selalu menjaga hatinya. Tuturan kalimat di atas mengandung

tiga makna sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Makna lokusi pada kalimat (11) menginformasikan tanyang

penyebab bagi orang selalu menjaga hatinya. Sedangkan makna ilokusi

yang terkandung dalam kalimat (11) adalah pembicara mengharap kepada

pendengar agar senantiasa selalu menjaga hatinya dengan berdzikir

kepada Allah.

Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual

“Apabila kita selalu menjaga hati dengan berdzikir, maka hati kita telah

disinari oleh cahaya iman. Pelita iman telah bersinar di dalamnya”.

Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat

(11) adalah setiap manusia kan senantiasa menjaga hatinya agar tidak

terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik.

Berdasarkan pada analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya

mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang diutarakan oleh

seorang penutur tidak selmanya diutarakan secara langsung/tersirat.

Maksud yang tersirat/tidak langsung akan lebih sulit penafsirannya

dibandingkan maksud yang tersurat. Untuk dapat menafsirkan maksud

yang tersirat dalam tuturan seorang penutur, maka pendengar harus

memperhatikan konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Demikian pula

halnya dalam penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z.

Maksud tuturan pembicara yang terkandung dalam teks

penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z disampaikan

secara tersirat dan tersurat. Maksud pembicara yang tersirat dalam

penyampaiannya terkesan menyindir/mengkritik. Meskipun pada

umumnya menyindir/mengkritik orang lain itu terasa tidak mengenakkan

perasaan. Akan tetapi kritikan dan sindiran dalam penyampaiannya

menggunakan pemilihan diksi, sehingga orang yang merasa

tersindir/terkritik tidak akan merasa tersinggung. Oleh karena itu seorang

pendengar harus jeli dan cermat untuk mengetahui maksud pembicara

yang terselubung di balik tuturanya.