Laporan Rahma_nita Setengah
-
Upload
mudzofar-sofyan -
Category
Documents
-
view
232 -
download
8
description
Transcript of Laporan Rahma_nita Setengah
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini,
tuntutan terhadap dunia pengajaran dan pendidikan semakin tinggi sehingga materi
yang diterapkan semakin kompleks. Oleh sebab itu Universitas Diponegoro, sebagai
lembaga akademis yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi,
diharapkan mampu menerapkan kurikulum yang fleksibel dan mampu
mengakomodasi perkembangan yang ada.
Bidang teknik kimia merupakan salah satu bidang yang terus mengalami
perkembangan yang demikian pesat terutama pada aplikasi-aplikasinya di banyak
bidang pada industri-industri besar. Agar dapat menjembatani antara keperluan
industri akan tenaga yang terampil dengan kondisi Universitas Diponegoro sebagai
lembaga yang berorientasi pada akademis, Jurusan Teknik Kimia Universitas
Diponegoro memandang perlu adanya penyesuaian yang dalam hal ini berbentuk
kerja praktek pada perusahaan industri. Kerja praktek merupakan upaya
pengembangan diri bagi mahasiswa teknik kimia untuk dapat memahami
pengaplikasian ilmu-ilmu yang diperolehnya selama di bangku perkuliahan dengan
proses dan operasi di lapangan, sehingga visi dari pendidikan tinggi mengenai link
and match dengan kalangan industri dapat diwujudkan.Selain itu, kerja praktek juga
dapat dijadikan sebagai sarana agar mahasiswa mendapatkan gambaran lingkungan
kerja nyata serta pengembangan keterampilan, pola pikir, sikap, wawasan dan
pengetahuan umum ataupun keprofesian. Setelah melaksanakan kerja praktek,
diharapkan mahasiswa mampu mengetahui lebih jauh penerapan ilmu yang telah
dipelajari pada suatu industri kimia.
PT. Semen Indonesia Tbk merupakan industri yang kami pilih untuk
dijadikan tempat kerja praktek. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupakan salah
satu perusahaan besar penghasil semen di Indonesia dengan kapasitas produksi
semen ± 26.000.000 ton/tahun. Ada beberapa kriteria yang kami pertimbangkan
untuk memilih PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai tempat kerja praktek
kami. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
2
1. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan industri yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi.
2. Unit-unit yang ada di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki unit-unit
proses dan operasi.
3. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki unit-unit pengolahan air dan
pembangkit tenaga listrik..
Proses yang ada di industri pasti tidak terlepas dari teknologi kimia serta
pengontrolan proses secara otomatis. Oleh karena itu, PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk. sangat sesuai sebagai tempat pelaksanaan kerja praktek bagi mahasiswa Teknik
Kimia Universitas Diponegoro. Seksi yang dipilih untuk pelaksanaan kerja praktek
pada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah seksi Pegendalian Proses.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah
1. Mengetahui tentang profil PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
2. Mengetahui dan memahami proses produksi semen mulai dari penerimaan
bahan baku, proses produksi, spesifikasi peralatan, utilitas, keselamatan
kerja, pengendalian dan penanganan polusi yang ada di PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk.
3. Mempelajari dan memahami pengendalian proses dan bahan bakar
alternatif yang digunakan.
4. Untuk menambah pengalaman dan wawasan yang lebih luas tentang
industri semen dan melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi
situasi dan kondisi lingkungan kerja.
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Memperoleh pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang lebih luas
tentang proses produksi semen di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.
2. Dapat mengerti dan mengetahui profil PT. Semen Indonesia (Persero)
Tbk, proses produksi dan penunjangnya.
3. Mengetahui sistem manajemen, organisasi dan kepegawaian di PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
3
4. Mengetahui pengendalian proses dan bahan bakar alternatif yang
digunakan.
1.3 Metodologi Pengumpulan Data
1. Metode observasi
2. Studi pustaka
3. Studi wawancara
4. Dokumentasi
1.4 Metodologi Penyusunan Laporan
Setelah seluruh data yang diinginkan telah didapat, maka akan disajikan
laporan dengan metode penulisan sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat, waktu dan tempat
pelaksanaan, metodologi pengumpulan data, dan metodologi penyusunan
data.
BAB II
Gambaran Umum PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. berisi informasi
mengenai perusahaan secara umum yang terdiri dari sejarah singkat
perusahaan, visi dan misi,lokasi struktur organisasi perusahaan, struktur
manajemen, produk, dan anak perusahaan.
BAB III
Landasan teori terdiri dari tinjauan pustaka mengenai proses produksi semen
dari mulai bahan baku, penyiapan bahan baku, proses penggilingan awal,
proses pembakaran, proses penggilingan akhir hingga proses pengepakan.
BAB IV
Unit kerja dan kegiatan kerja praktek terdiri dari struktur organisasi unit
kerja, tugas pokok unit kerja, tugas khusus, kegiatan kerja praktek, dan uraian
kerja praktek.
BAB V
Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran dari pembahasan laporan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
4
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2013 sampai
tanggal 31 Agustus 2013 dengan tempat pelaksanaan dari kerja praktek itu
sendiri berada di seksi Pengendalian Proses Pabrik PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk., Unit Tuban, Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Tuban.
1.6 Nama Unit Kerja Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kami melaksanakan kerja praktek di PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk., pada Unit Kerja Pengendalian Proses Tuban I-II (CCR I-II).
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
5
BAB II
PROFIL PT. SEMEN GRESIK (PERSERO), Tbk.
2.1. Sejarah
Ide untuk mendirikan pabrik semen berawal saat seorang sarjana Belanda Ir.
Van Es menemukan deposit batu kapur dan tanah liat di Gresik pada tahun 1935.
Pada tahun 1950 Wapres Mohammad Hatta menghimbau kepada pemerintah untuk
mendirikan pabrik semen di Gresik. Setelah dilakukan dengan dibantu oleh Dr. F.
Leufer dan Dr. A. Kreaf dari Jerman, didapat kesimpulan bahwa deposit tersebut
mampu untuk persediaaan selama 60 tahun untuk pabrik dengan kapasitas 250.000
ton/tahun.
Dari hasil penelitian tersebut, maka dibangun pabrik semen yang pertama di
Indonesia. Realisasi pembangunan pabrik Semen Gresik oleh pemerintah diserahkan
kepada Bank Industri Negara (BIN). ). Pada tanggal 25 Maret 1953, dengan akta
notaris Raden Mester Soewardi no. 41 oleh BIN didirikan NV pabrik Semen Gresik
sebagai badan hukum perusahaan itu. Pabrik diresmikan oleh Presiden Soekarno
tanggal 17 Agustus 1957 dengan kapasitas 250.000 ton/tahun. Proyek diserahkan
kepada Bank Industri Negara (BIN) dibantu Bank Exim (USA). Proyek dilaksanakan
oleh beberapa perusahaan. Penentuan lokasi dan pembuatan pola pabrik dilaksanakan
oleh White Engineering dan Mc. Donald Engineering, sedangkan desainnya
dilakukan oleh GA Anderson, gambar perencanaan oleh HK Ferghuson Company,
kontraktornya adalah Morisson Knudsen International Co. Inc. dari Amerika Serikat.
Pabrik mengadakan uji coba operasi pada awal Maret 1957.
Setelah pabrik terbukti bahwa pabrik tersebut dapat beroperasi dengan baik.
Pada tahun 1961 dilakukan perluasan pertama dilakukan dengan menambah sebuah
tanur pembatasan (proses basah) beserta unit lainnyasi berkapasitas 125.000 ton/
tahun, sehingga kapasitas terpasang pabrik menjadi 375.000 ton/tahun. Pada tahun
1969, PT. Semen Gresik menjadi BUMN pertama yang berubah menjadi PT.
(Perseroan) yaitu pada tanggal 24 Oktober 1969.
Perluasan kedua dilakukan pada tahun 1972 yang menaikkan kapasitas
produksi menjadi 500.000 ton/tahun. Perluasan ini diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972. Perluasan ketiga kalinya dilakukan pada tahun
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
6
1979 dengan mendirikan pabrik proses kering yang berkapasitas 1.000.000 ton/tahun
sehingga total kapasitas pabrik Semen Gresik menjadi 1.500.000 ton/tahun. Pabrik
proses kering diresmikan tanggal 2 Agustus 1979 oleh Menteri Perindustrian AR.
Suhud.
Penggantian bahan bakar dari minyak menjadi batu bara dilakukan pada
tahun 1988. Pada tahun 1991, PT. Semen Gresik mengadakan go public setelah
listing di bursa pada tanggal 8 Juli 1991. Kemudian pada tahun 1992, optimasi unit II
dilakukan dengan mengganti suspension preheater dari tipe gepol menjadi tipe
cyclone sehingga kapasitas total unit I dan II menjadi 1.800.000 ton/tahun.
Pada tahun 1990 Semen Gresik mengembangkan pabrik di Tuban, dengan
sumber dana dari penjualan sahamnya di Semen Cibinong, penjualan saham di bursa,
serta dana sendiri. Pabrik unit I di Tuban diresmikan oleh presiden Soeharto pada
tanggal 26 September 1994 dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun.
Perluasan dilakukan dengan membangun proyek pabrik Semen Tuban II
dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun pada tahun 1997. Pabrik Semen Tuban II ini
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 April 1997 di Cilacap. Dengan
diresmikannya Pabrik Tuban II ini, maka kapasitas terpasang Semen Gresik menjadi
4,6 juta ton/tahun.
Proyek Pabrik Semen Tuban III dilaksanakan saat proyek Pabrik Semen
Tuban II dalam tahap penyelesaian, yaitu pada awal tahun 1996 dan diselesaikan
pada tahun 1998 sehingga kapasitas menjadi 8,7 juta ton/tahun.
Tonggak keberhasilan dari Semen Gresik adalah pada saat tercapainya
konsolidasi dengan Semen Padang dan Semen Tonasa pada tanggal 15 September
1995. Pada tahun yang sama telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas
saham (Right Issue) yang pertama dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengalihan 100% saham milik pemerintah pada Semen Padang dan Semen Tonasa.
Berkat kerjasama yang baik antar pegawai maka pada tanggal 29 Mei 1996, PT.
Semen Gresik memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk unit I, II, III di Gresik dan
Tuban.
Adanya krisis moneter di Indonesia, membuat PT. Semen Gresik melakukan
program privatisasi. Pada 31 Januari 1999, kepemilikan saham di PT. Semen Gresik
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
7
berubah, dimana pemerintah RI memiliki saham 51%, masyarakat sebesar 24 %, dan
Cemex memiliki saham sebesar 25 %.
Pada tahun 2002 pemerintah berniat menjual seluruh saham PT. Semen
Gresik kepada Cemex, tetapi niat itu ditentang oleh seluruh karyawan PT. Semen
Gresik. Pada akhir tahun 2004 pemerintah kembali berniat menjual sahamnya kepada
Cemex tetapi kembali seluruh karyawan PT. Semen Gresik menentang langkah
pemerintah tersebut. Pada bulan Maret 2005 pemerintah mengeluarkan pernyataan
kepada Cemex bahwa tidak ada alasan bagi Cemex untuk membeli seluruh saham
PT. Semen Gresik. Pada akhir tahun 2006 akhirnya Cemex menjual seluruh
sahamnya kepada PT. Rajawali Nusantara Indonesia.
Pada tahun 2006, kepemilikan saham di PT. Semen Gresik berubah, dimana
pemerintah RI memiliki saham 51,01%, masyarakat sebesar 24,09 %, dan Blue
Valley Holdings Pte, Ltd memiliki saham sebesar 24,90 %. Kini sejak tahun 2010
kepemilikan Semen Gresik berubah menjadi 51% milik pemerintah dan 49% publik.
2.2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi perusahaan persemenan bertaraf internasional yang terkemuka
dan mampu meningkatkan nilai tambah kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders).
Misi
1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya
yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan.
2. Mewujudkan manajemen perusahaan yang berstandar internasional
dengan menjunjung tinggi etika bisnis, semangat kebersamaan dan
bertindak proaktif, efisien serta inovatif dalam berkarya.
3. Memiliki keunggulan bersaing dalam pasar semen domestik dan
internasional.
4. Memberdayakan dan mensinergikan unti-unit usaha strategis untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
8
5. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, karyawan dan
masyarakat sekitar.
2.3. Lokasi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berada pada 4 lokasi yaitu:
1. Kantor Pusat
Gedung Utama Semen Gresik, Jalan Veteran Gresik 61122
2. Kantor Perwakilan
Graha Irama Lantai 9, Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta 12950
3. Pabrik Gresik
Jalan Veteran Gresik 61122
4. Pabrik Tuban
Sumber Arum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62356.
Pabrik PT Semen Gresik yang masih beroperasi adalah pabrik yang
berada di Tuban.Pabrik ini menempati area seluas 15.000 Ha dengan luas
bangunan 400.000 m2. Pabrik tersebut terdiri dari Pabrik Tuban I, Tuban
II, dan Tuban III. Tuban IV merupakan plant baru yang digunakan untuk
meningkatkan kapasitas hingga 26.000.000 ton/tahun.
2.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Kelancaran. dan kontinuitas jalannya suatu pabrik merupakan hal penting dan
menjadi tujuan utama setiap perusahaan. Struktur organisasi memberikan wewenang
pada setiap bagian perusahaan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya, juga mengatur fungsi-fungsi atau orang-orang dalam hubungan satu
dengan yang lain dalam melaksanakan fungsi mereka.
Adapun struktur organisasi PT. Semen Indonesia (Persero) berbentuk
organisasi garis (Line Organization) yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Nomor 005/Kpts/Dir/2011, tentang Struktur
Organisasi di PT. Semen Indonesia (Persero).
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
9
Direktur Utama
Direktur
Pemasaran Direktur
Produksi
Direktur
Sumberdaya
Manusia
Direktur
Pengembangan
Usaha & Strategi
Bisnis
Direktur Litbang
& Operasional
Direktur
Keuangan
Tim Strategi &
Kebijakan
Pemasaran Grup
Departemen
Distribusi &
Transportasi
Departemen
Perjualan
Departemen
Pengembangan
Pemasaran
Tim Peningkatan
Produksivitas
Grup
Departemen
Produksi Terak
II
Departemen
Produksi Terak I
Departemen
Produksi Bahan
Baku
Tim
Pengembangan
SDM Grup
Departemen
Sarana Umum
Departemen
Sumberdaya
Manusia
Departemen
Hukum &
Manajemen
Risiko
Tim Office of
The CEO
Departemen
Pengelolaan Sosial
& Lingkungan
Korporasi
Sekretaris
Perusahaan
Internal Audit
Departemen
Pengelolaan
Capex Grup
Tim Perluasan
Bahan Baku
Grup
Tim
Pengembangan
Enegi Grup
Departemen
Pengembangan
Perusahaan
Departemen
Kebijakan
Pengadaan
Stategis Grup
Departemen
Litbang &
Jaminan Mutu
Tim Proyek
Pabrik Baru &
Power Plant
Grup
Tim Proyek
Packing Plant
Grup
Departemen
Manajemen
Keuangan Grup
Departemen
Akutansi &
Keuangan
Tim
Pengembangan
tekominfo Grup
Departemen
Pengelolaan
Tekominfo
Grup / SG
Departemen
Produksi
Semen
Depatemen
Pengadaan &
Pengelolaan
Persediaan
Departemen
Rancang
Bangun Departemen
Teknik
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
10
Direktur Utama
Tim Office of
The CEO
Departemen
Pengelolaan Sosial
& Lingkungan
Korporasi
Sekretaris
Perusahaan
Internal Audit
Biro Audit
Akutansi &
Keuangan
Biro Audit
Komersil &
Sistem
Manajemen
Biro Audit
Teknik
Biro
Hubungan
Masyarakat
Biro
Hubungan
Investor
Biro Protokol
& Kesehatan
Biro
Program
Kemitraan
Biro Bina
Lingkungan
Seksi
Administrasi
& Evaluasi
PKBL
Seksi Bina
Lingkungan
Gresik
Seksi Bina
Lingkungan
Tuban
Staf
Seksi
Sekretariat
Gresik
Seksi
Protokol
Gresik
Seksi Protokol
& Sekretariat
Tuban
Staf Seksi
Hubungan
Media Jakarta
Seksi Hubungan
Internal & Media
Luar Jakarta
Seksi
Hubungan
Eksternal
Staf Staf Staf
Staf
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Direktur Utama
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
11
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Departemen Litbang dan Operasional
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
12
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Departemen Keuangan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
13
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Departemen Pengembangan Usaha &Strategi Bisnis
Direktur
Pengembangan
Usaha& Strategi
Bisnis
Departemen
Pengembangan
Perusahaan
Departemen
Pengelolaan Capex
Grup
Tim Perluasan
Bahan Baku
Tim
Pengembangan
Energi Grup
Staf Staf
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
14
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Departemen SDM
Direktur Sumber
Daya Manusia
Departemen
Hukum &
Manajemen
Resiko
Departemen
Sarana Umum
Departemen
Sumber Daya
Manusia
Tim
Pengembangan
SDM Grup
Biro
Manajemen
Resiko
Biro
Hukum
Adnministr
Biro Hukum
Perusahaan
Biro
Pengembangan
Organisasi &
SDM
Biro
Pendidikan &
Pelatihan
Biro
Kepegawaian
Biro
Keamanan &
Ketertiban
Biro
Administrasi
& Sarana
Umum Jakarta
Biro
Pemeliharaan
Aset Tuban
Biro
Pemeliharaan
Aset Gresik
Biro
Pengelolaan
Aset
Perusahaan
Staf
Staf
Staf Seksi
Adnministrasi
Kepegawaian
Seksi
Hubungan
Kepegawaian
Seksi
Kepegawaian
Tuban
Seksi
Hiporkes
Seksi
Perencanaan
Diklat
Seksi
Penyelenggaraan
Diklat
Seksi
Administrasi
Pengelolaan
Asset
Seksi
Optimasi
Pengelolaan
Asset
Staf
Seksi
Rumah
Tangga
Gresik
Seksi
Pemeliharaan
Sarana
Umum
Gresik
Seksi
Pemeliharaan
Sarana Umum
Gresik
Seksi
Sarana
Umum &
Produksi
Jakarta
Seksi
Administrasi
Kantor
Jakarta
Seksi
Rumah
Tangga
Tuban
Seksi
Keama
nan
Tuban
Seksi
Keama
nan
Gresik
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
15
2.5. Sistem Manajemen Semen Indonesia
Sistem Manajemen Semen Indonesia meliputi:
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 sertifikasi tahun 1996
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sertifikasi tahun 2001
Sistem Manajemen K3 sertifikasi tahun 2001
Sistem Manajemen Laboratorium SNI-19-17025 akreditasi tahun 2002
Pada tahun 2003 dilakukan penyempurnaan dan integral sistem menajemen
yang ada. Hasil integrasi sistem manajemen tersebut, dinamakan Sistem
Manajemen Semen Indonesia yang meliputi:
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Laboratorium
API Monogram
Semua Sistem Manajemen diatas diimplementasikan dengan
mempersyaratkan Management Continuous Improvement dan penerapan
Sub Sistem Manajemen yang meliputi:
Gugus Kendali Mutu (GKM)
5R
Sistem Saran (SS)
Total Productive Maintenance (TPM)
Beberapa penghargaan yang telah diterima diantaranya:
a. CSR Award, Corporate Social Responsibility Bidang Ekonomi sebagai
juara 1 dan Bidang Sosial juara II.
b. BUMN terbaik tahun 2006 versi Majalah Investor.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
16
c. Indonesian Quality Award 2006 dalam penerapan Malcolm Baldrige untuk
Kinerja Ekselen.
d. Penghargaan dari Gubernur Jawa Timur dalam bidang Seni dan Budaya,
tahun 2006.
e. The Champion of Good Corporate dari Indonesian Institute of Audit
Committee, tahun 2006.
Peraturan Kerja
Ada beberapa hal yang akan dijelaskan yaitu mengenai jam kerja,kinerja
karyawan dan penggajian. Berdasarkan jam kerja, PT Semen Indonesia
menerapkan 2 jenis jam kerja, jam kerja shift dan jam kerja reguler. Jam kerja
shift dibutuhkan bagi keberlangsungan proses produksi yang berjalan 24 jam non-
stop. Pekerjaan yang tidak berkaitan langsung dengan proses produksi
diberlakukan jam kerja reguler bagi karyawan yang ditugaskan pada posisi
tersebut.
Hari kerja perusahaan untuk karyawan reguler adalah lima hari kerja
dalam satu minggu dengan pembagian shift sebagai berikut:
Shift I dari pukul 07.30 – 16.30 WIB
Shift II dari pukul 16.00 – 23.30 WIB
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
17
Shift III dari pukul 23.00 – 07.30 WIB
PT Semen Indonesia melakukan evaluasi kinerja karyawan – karyawannya
melalui penilaian kerja dari masing – masing karyawan. Penilaian dilakukan oleh
atasan yang setingkat di atas karyawan yang bersangkutan. Penilaian kinerja
karyawan dikelompokkan menjadi dua yaitu karyawan staf dan karyawan
pelaksana yang masing – masing mempunyai parameter penilaian.
Penggajian karyawan PT Semen Indonesia adalah sistem bulanan. Gaji
rutin diberikan di akhir bulan dengan rincian gaji dan tunjangan. Selain gaji rutin,
karyawan PT Semen Indonesia juga bisa mendapatkan insentif kerja yang
diberikan 3 bulan sekali dan jasa produksi yang diberikan apabila produksi pabrik
mencapai target yang ditetapkan.
2.6. Produk
PT Semen Indonesia menghasilkan tiga jenis semen, yaitu semen portland
tipe I (OPC), Semen PPC dan SBC.
1. Semen Portland jenis I (OPC)
OPC adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen Portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat yang bersifat
hidrolis bersama-sama bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah bahan lain. Semen jenis ini
digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekan tinggi yang tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti: bangunan bertingkat, jembatan, jalan
raya, lapangan udara, dan lain-lain. Semen Portland terutama terdiri dari oksida
kapur (CaO), oksida silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3), oksida besi (Fe2O3).
Kandungan keempat oksida tersebut kurang lebih 95% dari berat semen dan
biasanya disebut major oxides, sedangkan sisanya sebanyak 5% terdiri dari
oksida magnesium (MgO) dan oksida lain.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
18
Tabel 2.1 Komposisi oksida semen
Oksida Komposisi (%)
CaO 60-67
SiO2 17-25
Al2O3 3-8
Fe2O3 0.5-6
MgO 0.1-5.5
Na2O + K2O 0.5-1.3
TiO2 0.1-0.4
P2O3 0.1-0.2
SO3 1-3
Pada pabrik semen Indonesia, Tuban, jenis semen ini dihasilkan pada
penggilingan akhir (finish mill) pabrik tuban I dan III.
2. Semen PPC
Semen PPC adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling
terak semen Portland dengan gypsum dan pozzolan. Pozzolan adalah
bahan yang mengandung silika atau silika dan alumina. Bahan pozzolan
ini tidak mempunyai sifat seperti semen tapi dalam bentuk halus dan
ditambah adanya air maka bahan tersebut akan bereaksi dengan kalsium
hidroksida bebas membentuk senyawa yang bersifat semen pada suhu
biasa.
3. Semen SBC
Semen SBC adalah semen khusus yang diciptakan untuk
pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan
cocok digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam
bentuk curah.
Pemasaran Dan Distribusi
Pemasaran
Dengan diadakannya konsolidasi antara tiga pabrik semen BUMN yaitu
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., PT. Semen Padang (Persero) Tbk., PT. Semen
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
19
Tonasa (Persero) Tbk., maka daerah pemasaran Semen Gresik dapat mencapai
seluruh wilayah Indonesia, bahkan sudah diekspor ke luar negeri, antara lain ke
Thailand. Pemasaran Semen Gresik melalui distributor yang tersebar diberbagai
wilayah pemasaran khususnya di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Bali, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Pada umumnya produk Semen
Gresik sudah terkenal, maka dalam perkembangan pemasarannya selalu
meningkat.
Dengan kapasitas serta lokasi pabrik yang strategis, pemasaran hasil
produk Perseroan selain untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negeri,
sebagian juga di ekspor. Untuk pemasaran dalam negeri, PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk. menguasai sekitar 86% di Jawa Timur, 30-40% di Jawa Tengah,
dan 15-20% di Jawa Barat. Di luar Jawa Timur produk PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk. bersaing dengan produk Semen Tiga Roda, Semen Indocement dan
PT Semen Holcim. Untuk di luar pulau Jawa, Semen Indonesia cukup menguasai
terutama di daerah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Daerah pemasaran dari:
Semen Gresik
Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, DKI, Banten serta sebagian
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan.
Semen Tonasa
Sebagi pemasok semen terbesar khususnya daerah Sulawesi.
Semen Padang
Sebagi pemasok semen terbesar khususnya daerah Sumatera.
Peta daerah pemasaran untuk dalam negeri:
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
20
Peta daerah pemasaran untuk Negara tujuan ekspor:
Distribusi
PT. Semen Indonesia memiliki jaringan distribusi untuk memasarkan
produknya. Produk yang dihasilkan dari pabrik didistribusikan ke gudang
penyangga, distributor, dan di ekspor. Dari gudang penyangga akan di pasarkan
juga melalui distributor. Jaringan distribusinya sebagai berikut:
Distributor
Gudang Penyangga Ekspor
PABRIK
Toko Toko Toko Toko
Proyek Langganan
tetap
Ready Mix Concrete
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
21
2.7. Anak Perusahaan
a. Anak Perusahaan Penghasil semen
PT. Semen Padang
PT. Semen Padang (SP) mengoperasikan empat unit pabrik, yaitu:
Indarung II, Indarung III, Indarung IV, dan Indarung V. Jenis semen
yang diproduksi adalah Ordinary Portland Cement (OPC), Oil Well
Cement (OWC) dan Super Masonry Cement (SMC). Semen Padang
juga memproduksi semen Portland dalam beberapa tipe, yaitu tipe I,
II, III, V dan Portland Pozzoland Cement (PPC).
PT. Semen Tonasa
PT. Semen Tonasa (ST), mengoperasikan 3 (tiga) unti pabrik, yaitu:
Tonasa II, Tonasa III, dan Tonasa IV. Jenis semen yang diproduksi
oleh Semen Tonasa mencakup jenis semen Ordinary Portland
Cement (OPC), yaitu tipe II dan V.
b. Anak Perusahaan Bukan Penghasil Semen
1. PT. Industri kemasan Semen Gresik (IKSG)
PT. Industri kemasan Semen Indonesia bergerak di bidang
pembuatan dan pemasaran berbagai kemasan / kantong baik utnuk
semen maupun untuk makanan ternak dan untuk industry kimia
lainnya.
2. PT. Kawasan Industri Gresik
PT. Kawasan Industri Gresik bergerak dalam bidang persewaan
lahan industry, penjualan lahan industry, persewaan gudang, dan
persewaan bangunan pabrik siap pakai (BPSP).
3. PT. Eternit Gresik
PT. Eternit Gresik bergerak dalam bidang produksi asbes, genteng
fiber semen,flat sheet, ventilasi, plafon, penutup cahaya, pagar,
dan produksi khusus seperti tangki septis.
4. PT. United Traktor Semen Gresik (UTSG)
PT. United Traktor Semen Gresik (UTSG) bergerak dalam
bidang:
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
22
- Pertambangan bahan galian berupa bahan mentah yang
digunakan untuk pembuatan semen.
- Pekerjaan sipil dan angkutan
- Pemasaran berbagai macam bahan galian
- Usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan peralatan
pembangunan
- Jasa konsultan pertambangan yang berfungsi sebagai sarana
pelengkap atau penunjang lajunya pengembangan perusahaan.
5. PT. Varia Usaha
PT. Varia Usaha bergerak dalam bidang:
- Jasa pengangkutan
- Perdagangan / distributor semen
- Pertambangan
- Fabrikasi mesin
- Perdagangan barang industri
6. PT. Swadaya Graha
PT. Swadaya Graha bergerak dalam bidang:
- Developer
- Kontraktor sipil
- Kontraktor mekanikal dan elektrikal
- Bengkel dan manufaktur
- Fabrikasi baja
- Jasa penyewaan dan pemeliharaan alat berat
- Biro engineering
- Industri dan perdagangan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Semen
Dalam pengertian umum semen adalah bahan yang mempunyai sifat
adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding
material) yang dipakai bersama-sama agregat (kasar dan halus). Semen
dibagi atas dua kelompok :
Semen Hidrolis adalah semen yang dapat mengeras dalam air,
menghasilkan padatan yang stabil dalam air.
Semen Non Hidrolis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air
atau tidak stabil dalam air.
Pembuatan semen yaitu dengan cara membakar campuran batu
kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi dengan perbandingan tertentu.
Hasil pembakaran ini disebut clinker atau terak yang mengandung senyawa
utama semen yaitu :
a. Trikalsium silicate : 3CaO.SiO2 atau C3S
b. Dicalsium silicate : 2CaO.SiO2 atauC2S
c. Tricalsium aluminat : 3CaO.Al2O3 atau C3A
d. Tetracalsium aluminat ferrit : 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
3.2 Sifat Kimia Semen
Pembahasan sifat kimia semen di sini meliputi pembahasan komposisi
zat yang ada di dalam semen, reaksi-reaksi yang terjadi dan perubahan yang
terjadi saat penambahan air pada semen. Hal ini perlu dilakukan karena
komposisi dan sifat komponen tersebut sangat mempengaruhi sifat semen
secara keseluruhan.
Hidrasi semen
Jika semen dicampur dengan air maka akan terjadi reaksi dengan
komponen-komponen yang ada dalam semen dengan air yang reaksinya
disebut reaksi hidrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hidrasi adalah
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
24
kehalusan semen, jumlah air, temperatur dan komposisi kimia. Hasil dari
reaksi - reaksi ini adalah senyawa hidrat.
Di dalam semen, gypsum berfungsi untuk memperlambat setting time.
Gypsum terutama bereaksi dengan C3A membentuk ettringite yang akan
melapisi C3A dan menahan reaksi C3A, lapisan ini akan pecah dan akan
digantikan dengan lapisan yang baru sampai seluruh gypsum habis bereaksi.
Bila kadar gypsum dalam semen terlalu tinggi maka jumlah lapisan yang
melindungi C3A akan semakin banyak dan waktu pengerasan semakin lama.
Walau gypsum dapat memperlambat pengerasan semen namun
kandungan gypsum dibatasi (berdasarkan jumlah SO3), Karena bila kelebihan
SO3 di dalam semen akan menyebabkan ekspansi sulfate yang menimbulkan
keretakan pada beton. Kandungan maksimum SO3 dalam semen 1,6 - 3%.
Durability
Durability adalah ketahanan semen terhadap senyawa-senyawa kimia,
terutama terhadap senyawa sulfat. Senyawa sulfat biasanya terdapat di dalam
air laut dan air tanah. Senyawa ini menyerang beton dan menyebabkan
ekspansi volume dan keretakan pada beton.
Mineral C3A adalah komponen semen yang paling reaktif terhadap
senyawa sulfat yang ada dalam air dan membentuk High Calsium
Sufaluminate Hydrat (3CaO.Al2O3.3CaSO4.3lH2O). Oleh karena itu semen
untuk pelabuhan harus mempunyai kadar C3A yang rendah.
Kandungan alkali dalam semen
Kandungan alkali (Na2O dan K2O) dalam semen cukup menguntungkan
yaitu mengatur pelepasan alkali pada proses hidrasi dan dalam bentuk
senyawa alkali sulfat dapat meningkatkan kekuatan awal semen ( ±10 %
dalam waktu 28 hari)
Tetapi kandungan alkali dalam semen dibatasi < 0,6 % (dalam bentuk
Na2O) karena kandungan alkali yang besar dapat menimbulkan fenomena
ekspansi alkali. Alkali mudah bereaksi dengan agregat-agregat tertentu yang
terdapat dalam campuran beton seperti tanah liat dan silika.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
25
Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang ditimbulkan saat semen bereaksi dengan
air. Besarnya panas hidrasi tergantung dari komposisi semen dan kehalusan
dari semen serta temperatur proses. Alat pengujinya adalah Bomb
Kalorimeter.
Free lime (Kapur bebas)
Sifat kimia lain semen adalah kandungan free lime yang dimilikinya.
Free lime adalah kapur (CaO) yang tidak bereaksi selama pembentukan terak.
Kadar CaO di dalam semen dibatasi max 1 %. Kadar free lime yang tinggi
membuat beton memiliki kuat tekan yang rendah (akibat ekspansi kapur
bebas) membentuk gel yang akan mengembang (swelling) dalam keadaan
basah sehingga dapat menimbulkan keretakan pada beton.
3.3 Sifat Fisika Semen
Sifat fisika semen merupakan salah satu segi penting yang perlu
diperhatikan, karena sifat fisik sangat mempengaruhi kualitas dan kemampuan
semen. Sifat-sifat fisik tersebut antara lain :
Kehalusan
Kehalusan sangat berpengaruh terhadap kecepatan hidrasi semen, semakin
tinggi kehalusan, kecepatan hidrasi semen akan semakin meningkat. Efek
kehalusan dapat dilihat setelah 7 hari setelah reaksi semen dengan air. Alat
pengukur kehalusan adalah ayakan dan alat blaine.
Pengembangan Volume
Sifat ini mengarah pada kemampuan pengerasan dan pengembangan volume
semen setelah bereaksi dengan air. Kurangnya pengembangan volume semen
disebabkan karena jumlah CaO bebas dan MgO yang terlalu tinggi. Alat
pengembangan volume adalah autoclave.
Penyusutan (Shrinkage)
Penyusutan dibagi dalam tiga macam, yaitu hidration shrinkage, drying
shrinkage dan carbonation shrinkage. Penyebab keretakan yang terbesar
pada beton adalah drying shrinkage, yang disebabkan oleh penguapan air
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
26
yang terkandung dalam pasta semen selama berlangsungnya proses setting
dan hardening. Shrinkage dipengaruhi oleh komposisi semen, jumlah air
pencampur, concentrate mix dan curing condition.
Pengikatan (setting) dan Pengerasan (hardening)
Pengikatan adalah timbulnya gejala kekakuan pada semen. Semen yang
bereaksi dengan air pada awalnya membentuk lapisan yang bersifat plastis
dan lama - kelamaan membentuk kristal. Waktu mulai terbentuknya kristal
atau timbulnya kekakuan pada semen disebut initial set. Setelah melalui
tahap ini rongga yang ada di dalam semen terisi oleh senyawa - senyawa
hidrat dan membentuk titik - titik kontak yang menghasilkan kekakuan.
Proses ini berlangsung hingga semua rongga terisi kristal dan akan semakin
kaku akhirnya tercapai final set. Selanjutnya proses pengerasan secara tetap
(hardening) mulai terjadi.
3.4 Komposisi Semen
1. Tricalsium silicate (C3S)
C3S terbentuk pada suhu di atas 1200oC, kristalnya berbentuk
monoclinic dan disebut alite.
C3S mempunyai sifat:
Mempercepat pengerasan semen.
Mempengaruhi pengikatan kekuatan awal dan kekuatan akhir yang tinggi.
Memberikan kekuatan penyokong untuk waktu yang lama, terutama
memberikan kekuatan awal sebelum 28 hari.
2. Dicalsium silicate (C2S)
C2S terbentuk pada suhu 800oC dan kristalnya disebut belite. Ada
beberapa modifikasi kristal C2S yaitu α-C2S, β-C2S, dan γ-C2S. Bentuk
yang umum dijumpai dalam semen portland adalah β-C2S.
Sifat-sifatnya :
- Proses hidrasinya berlangsung lambat.
- Menambah kekuatan setelah 28 hari.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
27
3. Tricalsium aluminat (C3A)
C3A terbentuk pada suhu 1090oC-1200
oC dan bentuk kristalnya adalah
cubic. Jika C3A mengandung ion asing seperti Na+, kristalnya berbentuk
orthorombic atau monoclinic.
C3A mempunyai sifat:
Memberikan kekuatan penyokong pada beton dalam periode 1-3 hari
pertama
4. Tetracalsium aluminate ferrit (C4AF)
C4AF terbentuk pada suhu 900oC mempunyai sifat :
Kurang berpengaruh terhadap kekuatan semen
Cepat bereaksi dengan air dan cepat pula mengeras
Memberikan warna pada semen
3.5 Teknologi Pembuatan Semen
Pada dasarnya teknologi pembuatan semen dibagi menjadi 2 macam
proses, yaitu :
1. Proses Basah ( wet Process )
Pada proses ini bahan baku dihancurkan dalam raw mill kemudian
digiling dengan ditambah air dalam jumlah tertentu. Hasilnya berupa
slurry / buburan, kemudian dikeringkan dalam rotary dryer sehingga
terbentuk umpan tanur berupa slurry dengan kadar air 25 – 40 %. Pada
umumnya menggunakan “Long Rotary Kiln” untuk menghasilkan terak.
Terak tersebut kemudian didinginkan dan dicampur dengan gypsum untuk
selanjutnya digiling dalam finish mill hingga terbentuk semen.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500 – 1900
kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150 – 250 C.
Kerugian :
1. Pemakaian bahan bakar lebih banyak, karena kebutuhan panas selama
pembakaran tinggi 1500 – 1900 kcal/kg
2. Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang dibandingkan
tanur putar pada proses kering
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
28
3. Memerlukan air proses dalam jumlah banyak
4. Kapasitas produksi lebih sedikit dibandingkan dengan proses lain
apabila menggunakan peralatan dengan ukuran yang sama maka akan
didapatkan hasil yang relatif lebih sedikit akibat adanya pencampuran
bahan dengan air pada awal proses, yaitu pada proses penggilingan.
Keuntungan :
1. Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa
luluhan
2. Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam
saluran preheater atau pipa
3. Debu yang dihasilkan relatif sedikit
4. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah
mencampur dan mengoreksinya
2. Proses Kering ( Dry Process )
Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling disertai
pengeringan dengan jalan mengalirkan udara panas ke dalam raw mill
sampai diperoleh tepung baku dengan kadar air 0,5-1%.
Selanjutnya tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke dalam
suspensionpreheater sebagai pemanasan awal, disini terjadi perpindahan
panas melalui kontak langsung antara gas panas dengan material dengan
arah berlawanan (Counter Current). Adanya sistem suspension preheater
akan menghilangkan kadar air dan mengurangi beban panas pada kiln.
Menurut Duda (1983), material yang telah keluar dari suspension
preheater siap menjadi umpan kiln dan diproses untuk mendapatkan terak.
Terak tersebut kemudian didinginkan secara mendadak agar terbentuk
kristal yang bentuknya tidak beraturan (amorf) agar mudah digiling.
Selanjutnya dilakukan penggilingan di dalam finish milldan dicampur
dengan gypsum dengan perbandingan 96 : 4 sehingga menjadi semen.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
29
Kerugian :
1. Kadar air sangat mengganggu operasi karena material lengket pada
inlet chute
2. Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
3. Campuran kurang homogen
4. Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap
debu
Keuntungan :
1. Rotary kiln yang digunakan relative pendek
2. Heat comsution rendah yaitu sekitar 800 – 1000 kcal/kg terak
sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit
3. Kapasitas produksi besar
4. Biaya operasi rendah
Namun sekarang proses yang digunakan di PT Semen Indonesia Pabrik
Tuban adalah proses kering. Alasan dihentikannya proses basah adalah
penggunaan bahan bakar yang terlalu banyak dan biaya operasional yang
terlalu tinggi.
3.6. Deskripsi Proses
Dari kedua teknologi pembuatan semen diatas teknologi proses
kering yang saat ini sering digunakan, karena mempunyai keuntungan
yaitu biaya operasi yang rendah dan kapasitas produksi yang besar
sehingga sangat menguntungkan pabrik.
A. Penyediaan Bahan Baku
1. Bahan baku Utama
Batu kapur ( CaCO3 )
Dalam keadaan murni, batu kapur berupa bahan CaCO3 yang
mengandung calsite dan aragonite. Batu kapur tersusun atas kristal halus
dan kasar yang kekerasannya dipengaruhi oleh umur geologinya. Semakin
tua umur batu kapur biasanya semakin keras. Berdasarkan kandungan
CaCO3 nya batu kapur dibedakan menjadi:
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
30
1. Batu Kapur High Grade.
Batu kapur ini mengandung CaCO3 lebih dari 96 – 98 % dan MgO
maksimal 2% bersifat rapuh.
2. Batu Kapur Medium Grade.
Kadar CaCO3 91 – 95 %, MgO maksimal 2% bersifat rapuh dan
kurang keras.
3. Batu Kapur Low Grade.
Kadar CaCO3 89 – 90 % dan mengandung MgO tinggi.
Batu kapur yang digunakan di PT. Semen Indonesia adalah batu kapur
dengan kadar tinggi.
Tabel 3.1. Komposisi Batu Kapur Pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun % Berat
CaO 49-55
SiO2 1-15
Al2O3 1-6
Fe2O3 0,2-5
MgO 0,2 – 4
Alkali Oksida 0,2-4
SO3 2,1-3
Cl2 0,2 -1
H2O 7-10
(Sumber: H.N Banerjea, Tahun 1980)
Sifat fisika batu kapur sebagai berikut :
Fase : Padat
Warna : Putih
Kadar air : 7 – 10 % H2O
Bulk density : 1,3 ton/m3
Spesific gravity : 2,49
Titik Leleh : 1339 oC
Kuat tekan : 31,6 N/mm2
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
31
Silika ratio : 2,6
Alumina ratio : 2,57
Salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami kalsinasi.
Reaksi :
CaCO3 CaO + CO2
Tanah Liat ( Al2O3.2SiO2.xH2O )
Senyawa kimia yang membentuk tanah liat antara lain; alkali silikat dan
beberapa jenis mika. Pada dasarnya warna dari tanah liat adalah putih, tetapi
dengan adanya senyawa-senyawa kimia lain seperti; Fe(OH)3, Fe2S3 dan CaCO3
menjadi hanya berwarna abu-abu sampai kuning.
Sifat fisika tanah liat sebagai berikut:
Fase : Padat
Warna : Coklat kekuningan
Kadar air : 18 – 25 % H2O
Bulk density : 1,7 ton/m3
Titik Leleh : 1999 – 2032 oC
Spesific gravity : 2,36
Silika ratio : 2,9
Alumina ratio : 2,7
Salah satu sifat kimia tanah liat menurut Purnomo,1994 yaitu dapat
mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500oC.
Reaksinya :
Al2Si2O7.xH2O T = 500 ° C
Al2O3 + 2SiO2 + xH2O
Tabel 3.2. Komposisi Tanah Liat Pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun % Berat
CaO 1 – 10
SiO2 40 -70
Al2O3 15-30
Fe2O3 3 -10
MgO 1 – 5
SO3 <2
H2O 18–25
( Sumber: H.N Banerjea, 1980 )
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
32
Sifat dari tanah liat jika dipanaskan atau dibakar akan berkurang sifat
keliatannya dan menjadi keras bila ditambah air. Warna tanah liat adalah
putih bila tanpa adanya zat pengotor, tetapi bila ada senyawa besi organik
tanah liat akan berwarna coklat kekuningan.
2. Bahan Koreksi
a. Copper Slag
Copper Slag ini sebagai pembawa oksida besi. Bahan ini sebagai
pengganti pasir besi. Digunakan karena mempunyai kandungan besi
yang tinggi sehingga menyebabkan material ini mempunyai densitas
yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih tinggi dibandingkan pasir
alam. Material ini mempunyai sifat fisik yang sangat keras dan
porositas optimum.
Tabel 3.3 Komposisi Cooper Slag Pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun % Berat
SiO2 5 - 10
Al2O3 2 - 5
Fe2O3 85 - 95
LOI 0 - 5
( Sumber: H.N Banerjea, 1980 )
Sifat fisika copper slag sebagai berikut :
Fase : Padat
Warna : Hitam
Bulk density : 1,8 ton/m3
Spesific Gravity : 2,37
Ukuran material : 0,1 – 30 mm
Titik leleh : 1710 oC
Salah satu sifat kimia copper slag yang berdasar dari Perry
,1984 yaitu dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO membentuk
calsium alumina ferrit.
Reaksi :
4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
33
b. Pasir Silika (SiO2)
Bahan ini sebagai pembawa oksida silika (SiO2) dengan kadar
yang cukup tinggi yaitu sekitar 90 %, dalam keadaan murni berwarna
putih sampai kuning muda. Selain mengandung SiO2, pasir silika juga
mengandung oksida aluminium dan oksida besi.
Tabel 3.4. Komposisi Pasir Silika Pada Pembuatan Semen Portland
Komponen Penyusun % Berat
CaO 1 – 3
SiO2 85–95
Al2O3 2 - 5
Fe2O3 1 - 3
MgO 1 -3
Alkali Oksida 1 - 2
LOI 2 - 5
(Sumber: H.N Banerjea, 1980)
Sifat fisika pasir silika sebagai berikut :
Fase : Padat
Warna : Coklat kemerahan
Kadar air : 6 % H2O
Bulk density : 1,45 ton/m3
Spesific gravity : 2,37 gr/cm2
Silika ratio : 5,29Alumin
Titik leleh : 1725 oC
Salah satu sifat kimia pasir silika dari Perry ,1984 yaitu dapat bereaksi
dengan CaO membentuk garam kalsium silikat.
Reaksi :
2CaO + SiO2 2CaO.SiO2
3. Bahan Tambahan
a. Gypsum
Bahan ini adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul
hidrat yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan pada
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
34
semen. Penambahan gypsum dilakukan pada penggilingan akhir dengan
perbandingan 96 : 4.
Sifat fisika gypsum sebagai berikut:
Fase : Padat
Warna : Putih
Kadar air : 10 % H2O
Bulk density : 1,7 ton/m3
Ukuran material : 0-30mm
Salah satu sifat kimia gypsum dari Perry ,1984 yaitu dapat mengalami
pelepasan air hidrat.
b. Trass (2CaO.SiO2)
Trass adalah bahan hasil letusan gunung berapi yang berbutir halus
dan banyak mengandung oksida silika amorf (SiO2) yang telah mengalami
pelapukan hingga derajat tertentu. Trass digunakan sebagai bahan
campuran semen PPC sebagai pozzolan activity. Penambahan trass
bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga kualitas semen
menjadi lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi
kuat tekan akhir yang stabil. Penambahan trass dilakukkan di dalam finish
mill dengan gypsum dan terak.
Sifat Fisika :
Fasa : padat
Warna : putih keabu-abuan
Bentuk : butiran
Ukuran material : 0 – 30 mm
Spesifik Gravity : 2,68 gr/cm3
Sifat Kimia :
Reaksi semen dengan mengunakan trass, senyawa yang ada dalam
clinker dan trass baru dapat bereraksi bila sudah ditambahkan air dalam
membuat luluhan semen seperti C3S akan berekasi membentuk CSH
(Calsium silikat hidrat). Trass dimana kandungan utamanya silika aktif SiO2
maka pada saat ditambahkan air akan bereaksi dengan CaOH2 membentuk
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
35
CSH dimana senyawa ini memberikan kontribusi terhadap kuat tekan. CaOH2
ini didapat dari reaksi CaO free dalam terak dengan H2O.
Langkah-langkah penyediaan bahan baku :
Gambar 3.1 Diagram alir proses pembuatan semen
Tambang Batu
Kapur
Crusher
Blanding silo
Kiln
Raw Mill
SP
Ball Mill
batu kapur berukuran 1200
mm
Tambang Tanah
Liat
tanah liat berbentuk gumpalan
berukuran 500 mm
Crusher
Campuran batu kapur dan tanah liat
berukuran 90 mm dengan perbandingan
4:1
Raw material keluar
berukuran 170 mesh
Tambahan bahan coper slag dan pasir
silica berukuran 10 micron sebagai
bahan koreksi
Raw material yang sudah homogen
masuk kedalam SP untuk proses
prekalsinasi
Klinker keluar dari kiln yang masih meleleh
didinginkan mendadak di dalam cooler hingga
membentuk butiran berukuran 20 mm
Klinker ditambah dengan gypsum
dan trass sebagai bahan pembantu
Material halus yang lolos ayakan
325 masuk kedalam semen silo
Material keluar SP digunakan
sebagai umpan Kiln
Semen Silo
Packer
Semen keluar dari semen silo siap
untuk dikemas
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
36
B. Pengolahan Bahan
Bahan pembuatan semen yang terdiri dari batu kapur, tanah liat, copper
slag dan pasir silika dengan komposisi tertentu diumpankan kedalam raw
mill. Di dalam raw mill bahan-bahan tersebut mengalami penggilingan dan
pencampuran serta pengeringan sehingga diperoleh produk raw mill dengan
kehalusan 90% lolos ayakan 90 mikron dan kandungan air kurang dari 1%.
Dari raw mill, tepung baku dimasukkan kedalam blending silo. Fungsi dari
blending silo adalah sebagai tempat penampungan sementara tepung baku
sebelum diumpankan ke kiln, sekaligus untuk menghomogenkan produk raw
mill agar komposisi kimia dari produk tersebut lebih merata sehinggga siap
untuk diumpankan ke kiln.
C. Pembakaran dan Pendinginan
Unit pembakaran merupakan bagian terpenting, kerena terjadi
pembentukan komponen utama semen. Secara umum, reaksi yang terjadi
pada proses pembakaran adalah :
Setelah klinker terbentuk, klinker didinginkan menggunakan cooler
dengan pendingin udara sekitar.
D. Penggilingan Semen
Setelah klinker didinginkan di dalam cooler selanjutnya dilakukan
penggilingan. Pada proses ini dilakukan penambahan gypsum dengan
perbandingan 96 : 4 yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan
pada semen. Penggilingan dilakukan dalam dua tahap yaitu dalam hidroulic
roll crusher sebagai penggilingan awal, kemudian dilanjutkan dengan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
37
penggilingan dalam ball mill untuk mendapatkan produk semen yang
diinginkan. Semen yang keluar dari ball mill mempunyai tingkat kehalusan
325 mesh dan lolos ayakan 90%.
E. Pengisian dan Pengantongan Semen
Semen dari produk finish mill kemudian diangkut oleh air slide
masuk ke semen silo. Dari silo penyimpanan, semen dilewatkan ke vibrating
screen untuk memisahkan semen dari kotoran pengganggu seperti logam,
kertas, plastik atau bahan lain yang terikut dalam semen. Setelah bersih
semen masuk kedalam bin semen. Untuk semen curah langsung dibawa ke
bin semen curah dan selanjutnya diangkut oleh truk untuk didistribusikan ke
konsumen. Sedangkan untuk semen kantong, semen dibawa ke bin roto
packer untuk dilakukan pengisian dan pengantongan semen. Kapasitas harian
atau jumlah kantong semen yang dihasilkan tiap harinya bervariasi sesuai
dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), kebijaksanaan
pemerintah, dan kemampuan pabrik, sehingga sifatnya tergantung pada
permintaan pasar. Pabrik semen gresik mengemas semen dalam 2 kemasan
yaitu 40 kg dan 50 kg sesuai standar SNI. Jenis semen yang dihasilkan
adalah type 1 (OPC) yang merupakan produksi utama pabrik semen Tuban
dan jenis PPC yang hanya digunakan sesuai pesanan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
38
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Struktur Organisasi Unit Kerja Pengendalian Proses
4.2 Tugas Pokok Unit Kerja Pengendalian Proses
Tugas dari bagian ini secara umum adalah mengendalikan kualitas bahan
selama proses produksi berlangsung yaitu mengatur komponen bahan baku
sehingga diperoleh produk dengan kualitas yang diinginkan. Jadi setelah
melakukan analisa seksi pengendalian proses akan segera mengirimkan hasil
Seksi
Operasi
Crusher
Seksi
Pemeliharaan
Mesin Crusher
Biro
Pengendalian
Proses
Staff
Seksi
Pengendalian
Proses
Seksi Pemeliharaan
Listrik & Instrumentasi
Crusher
Seksi Alat
Berat
Biro Produksi
Bahan Baku
Seksi
Operasi
Utilitas
Staff
Biro Perencanaan
& Pengawasan
Tambang Bahan
Baku
Seksi Pengelolaan
Lahan Pasca
Tambang
Direktur
Produksi
Departemen
Produksi
Bahan Baku
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
39
analisa ke unit central control room yang akan mengatur komposisi bahan
baku di lapangan.
4.3 Penjelasan Singkat Tugas Unit Kerja Pengendalian Proses
Metode yang digunakan pada seksi ini dengan memanfaatkan teknologi
sinar X. Jadi analisa dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan hasil
analisa pun juga sangat teliti.
Bagian pengendalian proses mempunyai suatu laboratorium yang
difungsikan untuk menguji dan menganalisa komposisi bahan setiap keluar
dari satu unit ke unit lain. Parameter yang dianalisa mencangkup komposisi
pile (campuran lime stone dan clay), komposisi bahan masuk dan keluar dari
raw mill, komposisi umpan masuk kiln, komposisi terak, komposisi
pencampuran terak dan gypsum pada finish mill, serta komposisi produk
semen sebelum masuk ke silo. Kandungan yang dianalisa dalam laboratorium
ini meliputi kandungan CaO, MgO, SiO2, Al2O3, Fe2O3, H2O dan kansungan
senyawa lainnya yang menentukan mutu semen yang dihasilkan. Untuk
menganalisa keseluruhan dari parameter tersebut digunakan metode QCX
yaitu Quality Control X-Ray.
4.4 Analisa Energi dan Pemakaian Bahan Bakar Alternatif
4.4.1 Analsisa Energi
Pabrik pembuatan semen membutuhkan energy dalam jumlah yang besar
yaitu 3.26 MJ/kg. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa energy untuk
mengurangi pemakaian energy. Pengurangan pemakaian energy ini dapat
dilakukan dengan cara memanfaatkan atau merecovery panas dari hot stream
Panas dari hot stream ini digunakan untuk memanaskan cold stream, sehingga
tidak ada panas yang terbuang dari sistim. Hal tersebut dapat mengurangi gas
rumah kaca dan polusi.
Salah satu metode analisa energy yang paling banyak digunakan di dunia
industri adalah teknologi pinch. Teknologi pinch ditemukan oleh Linnhoff dan
Vredeveld untuk mendapatkan energy minimum dengan menggunakan heat
integration network. Teknologi ini merupakan teknologi sederhana untuk
menganalisa energy dengan menggunakan hukum Thermodinamika 1 dan 2.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
40
Hukum Thermodinamika 1 menjelaskan tentang perubahan entalpi, sedangkan
hukum Thermodinamika 2 berkaitan dengan perpindahan panas.
Pembuatan semen di PT. Semen Indonesia, Tbk., dilakukan pada suhu
1200 – 1400oC. Untuk mencapai suhu tersebut, dilakukan pemanasan awal
pada pre-heater hingga suhu 700 – 900oC.
Berikut ini tahapan dalam analisa energy menggunakan teknologi pinch :
1. Data Extraction Flowsheet
Data ekstraksi diperlukan untuk analisa Pinch yang bisa diperoleh dari
flowsheet yang menggambarkan proses dan material balance. Gambar 1
menerangkan mengenai diagram proses perpindahan panas dalam
pembuatan semen di pabrik semen Indonesia pabrik Tuban.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
41
50 oC
603 oC
797 oC
857 oC
877 oC
1421 oC
1-1
1-2
2
3
4
5
50 oCfeed
feed 6-1
6-2
7
571 oC
753 oC
865 oC856 oC
8
9
10
11
12
45 oC
789 oC
Ambient Air
170 oC
IA
IB
II
III
IV
SLC
ILC
IA
IB
II
III
IV
KILN
COOLER
377 oC
599 oC
374 oC
799 oC
868 oC
574 oC
A
B
378 oC
732 oC
849 oC
C
789 oC
D
E
F
381.5 oC
366 oC 388 oC
G
H
I
J
373 oC 390 oC
K
366 oC 388 oC
373 oC
390 oC
COLD CLINKER
Gambar 4.1. Process Flow Diagram of Cement
Production
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
42
2. Thermal Data Extraction.
Tabel 4.1. Termal Data Extraction Preheater 1
Stream
Number
Stream
Type
Start
Temperature
(Tin) (oC)
Target
Temperature
(Tout) (oC)
Heat Capacity
(kJ/s.oC)
Enthalpy
Change (kJ/s)
CP = m.Cp CP(Tout –
Tin)
1-1 Cold 50 366 203,8725 64423,71
1-2 Cold 50 388 203,8725 68908,905
2 Cold 377 603 407,745 92150,37
3 Cold 603 799 407,745 79918,02
4 Cold 799 857 407,745 23649,21
5 Cold 857 868 407,745 4485,195
B Cold 789 857 300,1916667 20413,03333
5' Cold 857 877 300,1916667 6003,833333
C Hot 877 797 300,1916667 -24015,33333
D Hot 797 599 300,1916667 -59437,95
E-1A Hot 599 366 150,0958333 -34972,32917
E-1B Hot 599 388 75,04791667 -15835,11042
Tabel 4.2. Termal Data Extraction Preheater 2
Stream
Number
Stream
Type
Start
Temperature
(Tin) (oC)
Target
Temperature
(Tout) (oC)
Heat Capacity
(kJ/s.oC)
Enthalpy
Change (kJ/s)
CP = m.Cp CP(Tout – Tin)
6-1 Cold 50 373 181,22 58534,06
6-2 Cold 50 390 181,22 61614,8
7 Cold 381,5 571 407,745 77267,6775
8 Cold 571 732 407,745 65646,945
9 Cold 732 856 407,745 50560,38
10 Hot 856 849 407,745 -2854,215
G Cold 789 856 465,0916667 31161,14167
11' Cold 856 865 465,0916667 4185,825
H Hot 865 753 465,0916667 -52090,26667
I Hot 753 574 465,0916667 -83251,40833
J-1A Hot 574 373 232,5458333 -46741,7125
J-1B Hot 574 390 232,5458333 -42788,43333
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
43
Tabel 4.3. Termal Data Extraction cooler
Stream
Number
Stream
Type
Start
Temperature
(Tin) (oC)
Target
Temperature
(Tout) (oC)
Heat
Capacity
(kJ/s.oC)
Enthalpy
Change (kJ/s)
CP = m.Cp CP(Tout –
Tin)
12 Hot 1421 170 382,1883333 -478117,605
A Cold 45 789 600,3833333 446685,2
3. Construction Contractive Curve
Gambar Cold Composite Curve
Gambar 4.3. Hot Composite Curve
Gambar 4.2. Cold Composite Curve
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
44
4. Selection of Initial DTmin value
Dalam perancangan alat heat tranfer yang berbasis hukum termodinamika 2
agar terjadi aliran panas dari hot steam ke cold stream maka harus memiliki
driving force minimal yang harus dipenuhi yang disebut minimum temperature
different (Dtmin).
Tabel 4.4. Initial Dtmin Value Experience
No Industrial Sector Experience Dtmin
values
1 Oil Refining 20-40 0C
2 Petrochemicals 10-20 0C
3 Chemicals 10-20 0C
4 Low Temperature
Processes
3-5 0C
Industri semen merupakan salah satu industri yang masuk kategori semi
chemicals sehingga Dtmin value yang dipilih adalah antara 19-20 0C.
Pemilihan Dtmin value berdampak pada kapital dan energi cost. Semakin besar
Dtmin value maka heat recovery akan menurun dan permintaan utility
meningkat. Semakin kecil Dtmin value maka luas area heat transfer akan
semakin besar. Dengan pertimbangan ini maka kita memilih Dtmin value 200C
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
45
5. Construction of Grand Composite Curve
Gambar 4.4 Grand Composite Curve
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
46
Berdasarkan gambar 4.4 hot stream melepaskan panas sebesar 30 x 104 kJ/s.
Panas tersebut diambil dengan menggunakan cold utility. Di lain pihak, cold
stream membutuhkan panas sebesar 5 x 104 kJ/s dengan menggunakan hot utility.
Panas yang dilepas oleh hot stream jauh lebih besar dibandingkan panas yang
dibutuhkan oleh cold stream, sehingga recovery energi berpotensial untuk
dilakukan dengan cara memanfaatkan panas hot stream ke cold stream dengan
menggunakan heat exchanger network.
4.4.2 Pemakaian Energi Alternatif
A. Penjelasan Umum
Saat ini sumber energi yang paling banyak digunakan di dunia
adalah energi fosil yang berupa bahan bakar minyak. Indonesia sendiri
saat ini masih sangat tergantung pada energi fosil. Hampir 95% dari
kebutuhan energi Indonesia masih disuplai oleh energi fosil. Sekitar 50%
dari energi fosil tersebut adalah minyak bumi dan sisanya adalah gas dan
batubara. Energi fosil adalah energi yang tak terbarukan dan akan habis
pada beberapa tahun yang akan datang. Diprediksi tidak lebih dari 50
tahun lagi energi fosil di dunia akan habis.
Selain karena akan habis, energi fosil juga berdampak negatif
terhadap lingkungan. Emisi gas rumah kaca dari pembakaran energi fosil
berdampak pada pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim.
Karena itulah energi pengganti fosil sangat diperlukan untuk kebutuhan
energi di masa yang akan datang. Energi alternatif merupakan solusi dari
permasalahan-permasalahan di atas. Beberapa energi alternatif telah
dikembangkan seperti panas bumi, biomassa, sinar matahari, nuklir, dan
sebagainya.
Dari hal di atas, dunia industri juga harus menerapkan energi
alternatif untuk mengurangi penggunaan energy fosil, terkait dari besarnya
kebutuhan energi khususnya bahan bakar untuk industri. Salah satu
industry yang sudah menggunakan energi alternatif adalah PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. PT Semen Indonesia menggunakan 2 bahan
bakar alternatif yaitu berupa liquid dan biomassa. Syarat bahan bakar yang
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
47
dapat dijadikan alternatif yaitu bahan tersebut mempunyai nilai kalori
sebesar 2100 kkal. Contoh bahan bakar alternatif liquid adalah oli bekas,
sludge oil. Sedangkan, contoh bahan bakar altenatif biomassa adalah
sekam padi, cocopeat, gergaji, serbuk kayu, tembakau.
B. Konsumsi Batu Bara di PT.Semen Indonesia Tbk.
PT.Semen Indonesia menggunakan bahan bakar utama berupa batubara.
Batubara yang digunakan pabrik ini memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 4.5. Parameter Of Coal
NO PARAMETER NILAI
1 Carbon (%) 51.42
2 Hydrogen (%) 3.84
3 Nitrogen (%) 0.84
4 Oxygen (%) 17.15
5 Sulphur (%) 0.24
6 Total Moisture 14.31
7 Ash Content (%) 12.21
8 Gross Calorific Value (cal/g) 4733
9 Net Calorific Value (cal/g) 4451
(Analisa Lab Bulan Juli 2013)
Kebutuhan batubara pada industry ini setiap tahun menunjukkan
peningkatan seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi dari pabrik.
Total kebutuhan batubara pada industry semen tahun 2012 mencapai
sekitar 11.482.848 ton/tahun.
C. Konsumsi Energi Alternatif
Kebutuhan batubara yang mencapai sekitar 11 juta ton/tahun menuntut
PT.Semen Indonesia menggunakan energy alternative. PT. Semen
Indonesia telah memanfaatkan energi alternatif 3 – 5 % dari total bahan
bakar yang diperlukan yang meliputi sekam, cocopeat, serbuk kayu dan
tobacco. Konsumsi energi alternatif dapat dilihat pada grafik.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
48
Berdasarkan grafik tersebut, bahan bakar sekam merupakan sumber energi
yang paling besar di konsumsi PT. Semen Indonesia Tbk. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor diantaranya sekam mempunyai nilai kalor lebih tinggi serta lebih
mudah dalam treatment untuk penyiapan bahan bakar.
Sekam yang digunakan pabrik ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Tabel 4.6. Parameter Of Sekam
NO PARAMETER NILAI
1 Carbon (%) 31.10
2 Hydrogen (%) 4.40
3 Nitrogen (%) 0.48
4 Oxygen (%) 28.57
5 Sulphur (%) 0.10
6 Total Moisture 19.87
7 Ash Content (%) 15.88
8 Gross Calorific
Value (cal/g) 3018
9 Net Calorific Value
(cal/g) 2672
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
KO
NS
UM
SI
(ton
)
BULAN
Gambar 1.2 Gambar Konsumsi Energi Alternatif
SEKAM
COCOPEAT
SERBUK KAYU
TOBACCO
Gambar 4.5. Konsumsi Batubara
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
49
(Analisa Lab Tanggal 31 Mei 2013)
4.5.1 Kegiatan Kerja Praktek
Pada kerja praktek ini dilakukan kunjungan pada:
Proses Produksi
1. Perancanaan dan Pengawasan Tambang
2. Operasi Crusher
3. RKC I/II
4. Operasi Finish Mill
Proses Penunjang Produksi dan Pengendalian Kualitas
1. Operasi Utilitas
2. Jamunan Mutu
3. Evaluasi Proses
4. Alternatif Fuel
5. Perencanaan Bahan dan Produksi
4.5.2 Jadwal Kerja Praktek
Tabel 4.7 Jadwal kerja praktek
Tanggal Kegiatan
1 Agustus 2013 Pengarahan dan penjelasan tentang kegiatan Kerja
Praktek di ruang diklat PT Semen Gresik
2 dan 12 Agustus
2013
Tour Plant ke Seksi Jaminan Mutu
13 Agustus 2013 Tour Plant ke Seksi Perencanaan Bahan dan Produksi
14 Agustus 2012 Tour Plant ke Seksi Evaluasi Proses
15, 16 Agustus
2012
Tour Plant ke Seksi Alternatif Fuel
19 Agustus 2012 Tour Plant ke Seksi Perencanaan dan Pengawasan
Tambang
20 Agustus 2012 Tour Plant ke Seksi Operasi Crusher
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
50
21 Agustus 2012 Tour Plant ke Seksi RKCM 1
22 Agustus 2012 Tour Plant ke Seksi RKCM 2
23 Agustus 2013 Tour Plant ke Seksi Finish Mill Tuban 1 & 2
26 Agustus 2013 Tour Plant ke Seksi Finish Mill Tuban 3 & 4
27 Agustus 2013 Tour Plant ke Seksi Operasi Utilitas
28-30 Agustus
2012
Tour Plant ke Seksi Pengendalian Proses
4.5.3 Uraian Kerja Praktek
4.5.2.1 Proses Produksi
A. Unit Tambang
Penambangan Bahan Baku :
A.1 Batu Kapur
Penambangan batu kapur dilakukan dengan sistem side hile type dan open
pit type. Deposit batu kapur yang terdapat di lokasi penambangan di Tuban
merupakan suatu perbukitan sehingga cara open pit lebih sering digunakan.
Penambangan terbuka dimaksudkan sebagai penambangan yang dilakukan
dalam ruang terbuka di permukaan tanah. Penambangan ini dilakukan dengan
sistem berteras (benching system). Bench dibuat menyusuri bukit dan berjarak
sekitar 50 m dari titik puncak acuan. Tinggi bench sekitar 6 m dengan lebar 2
m.
Batu kapur yang dibutuhkan idealnya memiliki komposisi ( % berat )
CaCO3 84 - 92 % dan H2O maksimum 12 %.
Tahap penggalian batu kapur dari quarry ke pabrik adalah sebagai berikut :
Cleaning
Adalah pembabatan dan pengupasan yang dilakukan untuk membuka
daerah penambangan baru, langkah ini perlu dilakukan untuk
membersihkan pepohonan dari daerah bahan galian dengan menggunakan
buldoser.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
51
Stripping
Adalah proses pengupasan top soil (lapisan penutup tanah), langkah
ini dilakukan pada daerah bahan galian yang ditutupi lapisan tanah
penutup.
Drilling (Pengeboran)
Sebelum batu kapur digali harus dilakukan pengeboran untuk
menanamkan bahan peledak. Jarak dan kedalaman antar lubang untuk
menanamkan bahan peledak harus disesuaikan, umumnya:
* Diameter lubang : 3,5 inci
* Kedalaman : 6-9 meter
* Jarak antar lubang : 1,5-3 meter
Peralatan yang dipakai adalah Crawl Air Drill type Atlas Copco ROC F7
( alat bor ), kompresor (alat penggerak bor).
Blasting (Peledakan)
Langkah pertama adalah mengisi lubang dengan bahan peledak, tetapi
tidak semua lubang yang dibuat diisi dengan bahan peledak. Lubang yang
tidak diisi berfungsi sebagai peredam getaran dan retakan akibat ledakan
yang ditimbulkan.
Bahan peledak yang digunakan:
• Damotin ( Dinamit Amonium Gelatine ) merupakan bahan peledak
primer.
• ANFO ( campuran 94,5 % amonium nitrat dan 5,5 % fuel oil),
merupakan bahan peledak sekunder.
Peralatan yang dipakai adalah Blasting machine (alat peledak) dan
Blasting ohmmeter (alat pengukur daya ledak).
Loading and Transporting
Adalah mengangkut batu kapur dengan Fron Sovel dan Dump Truck
dari daerah tambang menuju crusher.
Dumping
Adalah menjatuhkan material ( batu kapur ) dari dump truck ke hopper
crusher.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
52
A.2 Tanah Liat
Cara penambangan hampir sama dengan batu kapur, hanya saja tidak
menggunakan drilling dan blasting. Penambangan akan terus dilakukan
sampai ketinggian tanah tidak kurang dari 0 meter dari permukaan air laut
Adapun langkah penambangan sebagai berikut :
Cleaning dan Stripping
Langkah ini merupakan langkah pembersihan kotoran dan tumbuhan
yang ada diatas lapisan tanah liat. Pembersihan dilakukan dengan
pembabatan dan pengupasan dengan buldoser.
Drigging (pengerukan)
Adalah tahap pengambilan tanah liat dari quarry, dengan cara digali
atau dikeruk, dengan menggunakan Back Hoe atau Truck Loader.
Loading and Transporting
Adalah proses pemindahan dan pengangkutan tanah liat dengan Fron
Sovel dan Dump Truck dari daerah tambang menuju storage clay
berkapasitas 47.000 ton yang lokasinya dekat dengan unit crusher.
Dumping
Adalah menjatuhkan material tanah liat dari clay storage ke hopper
crusher dengan menggunakan Truck Loader.
crusher karena tanah liat mempunyai sifat lengket.
B.Unit Crusher
Penghancuran harus disesuaikan dengan sifat - sifat dari bahan yang akan
dipecah. Adapun bahan mentah yang akan dihancurkan yaitu :
B.1 Batu Kapur
Batu kapur yang sudah ditampung dalam storage masih berukuran relatif
besar dan tidak seragam. Hal ini dapat mengganggu kelangsungan proses
pembuatan semen selanjutnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengecilan ukuran
(size reduction) dengan cara penggilingan menggunakan limestonecrusher
agar batu kapur dapat dimanfaatkan untuk proses lebih lanjut. Tipe limestone
crusher yang digunakan di pabrik Tuban adalah hammer mill crusher.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
53
Tiap plant di pabrik Tuban masing – masing dilengkapi 2 unit hammer
mill untuk batu kapur. Masing–masing unit dilengkapi dengan hopper
berkapasitas 75 ton yang berfungsi menerima material dari dump truck.
Hammer mill untuk batu kapur hanya 1 unit yang dioperasikan sedangkan 1
unit yang lain dalam keadaan stand by. Hammer mill memiliki kapasitas 700
ton/jam untuk produk basis kering dengan spesifikasi 95% lolos berukuran
kurang dari 108 mm. Hammer mill bekerja baik untuk menghancurkan batu
kapur berdiameter maksimal 1 meter. Material diterima oleh hopper kemudian
dengan gerakan wobbler feeder, material akan bergerak menuju hammer mill.
Hanya material yang berukuran kurang dari 70 mm saja yang dapat lolos dari
sela-sela wobbler feeder dan dapat langsung turun menuju belt conveyor.
Hammer mill dilengkapi dengan breaker plate sebagai tempat tumpuan
material yang dihancurkan oleh hammer yang berputar. Material yang masih
kasar akan terbawa kembali oleh rantai yang berputar dan akan dihancurkan
kembali oleh hammer. Material yang lolos dari hammer mill kemudian
diterima oleh belt conveyor dan akan bercampur dengan material yang lolos
lewat sela-sela wobbler feeder.
Produk crusher kemudian dibawa oleh belt conveyor menuju surge bin
berkapasitas 500 ton. Kemudian material diumpankan oleh apron menuju belt
conveyor. Belt conveyor yang membawa material keluar dari surge bin
dilengkapi dengan weight feeder untuk menimbang material yang
melewatinya. Untuk menghindari debu yang ditimbulkan dalam operasi
penggilingan, digunakan alat penangkap debu bag filter. Debu yang terkumpul
dikembalikan bersama material yang dibawa oleh belt conveyor yang menuju
surge bin.
B.2 Tanah Liat
Tanah liat yang telah ditampung dalam storage dimasukan ke hopper lalu
dilewatkan apron menuju crusher tanah liat yang berupa double roll crusher.
Roll yang digunakan bergerigi tajam dan memiliki kapasitas 350 ton/jam
produk basis kering dengan spesifikasi 95% lolos 90 mm.
Berbeda dengan crusher untuk batu kapur, crusher untuk tanah liat
berbentuk pisau yang bergerak memotong dan mencacah tanah liat yang
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
54
lewat. Karena bentuknya yang seperti pisau maka clay crusher dinamakan
clay cutter
Produk berupa tanah liat yang telah terpotong-potong tersebut kemudian
dibawa dengan menggunakan belt conveyor yang dilengkapi weight feeder.
Batu kapur dan tanah liat yang telah melewati crusher, masing masing
dibawa oleh belt conveyor menuju mix belt conveyor dimana terjadi
pencampuran batu kapur dengan tanah liat pada mix belt conveyor tersebut
dengan perbandingan komposisi pada umumnya 80% batu kapur dan 20%
tanah liat.
Perbandingan komposisi ini dapat dicapai dengan terlebih dahulu
mengambil sampel batu kapur dan tanah liat pada masing-masing belt
conveyor sebelum mix belt conveyor. Sampel ini kemudian dianalisa
kandungannya di laboratorium untuk ditentukan nilai LSF nya. Dengan
mengetahui komposisi sampel batu kapur dan tanah liat tersebut maka dapat
diatur perbandingan jumlah batu kapur dan tanah liat yang harus dicampurkan.
Pengaturan ini dilakukan dengan mengatur laju apron conveyor clay.
Campuran batu kapur dan tanah liat yang dibawa oleh mix belt conveyor
dikoreksi dengan batu kapur kualitas super grade yang memiliki kadar kapur
80%. Setelah itu campuran terbut diumpankan ke double roll crusher
berikutnya dengan tujuan size reduction dan homogenisasi campuran.
Campuran batu kapur dan tanah liat yang telah melewati double roll
crusher dijatuhkan dari belt conveyor dengan alat tripper untuk disimpan
dalam suatu pile panjangsehingga terbentuk lapisan-lapisan material yang
berbentuk prisma segi tiga. Terdapat dua pile di masing-masing plant pabrik
Tuban dan masing-masing pile berkapasitas 45000 ton.
Ada juga sebagian batu kapur (high grade) yang tidak dicampur dengan
tanah liat karena akan digunakan sebagai bahan koreksi dan disimpan di pile
tersendiri.
Di dalam pile, campuran batu kapur dan tanah liat harus dijaga
homogenitasnya. Homogenitas campuran batu kapur dan tanah liat dijaga
dengan melakukan reclaiming. Alat penggaruk (reclaimer) yang digunakan di
pabrik Tuban adalah FLS bridge type scarpper reclaimer dengan bentangan
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
55
sepanjang 3 meter dan kapasitas 885 ton/jam. Reclaimer ini bekerja dengan
cara menggaruk material pada pile kemudian mengangkat dan meletakkannya
pada belt conveyor. Material yang telah digaruk oleh reclaimer kemudian
dibawa dengan belt conveyor menuju bin campuran (mixed bin) berkapasitas
250 ton.
C.Unit RKC I/II
1. Raw Mill
Pengolahan bahan baku yang dimaksud adalah mempersiapkan bahan
baku sebelum siap masuk dalam kiln feed system. Campuran batu kapur dan
tanah liat dari mixed bin kemudian dicampur dengan pasir silika, pasir besi
(iron sand) atau copper slag, dan batu kapur kualitas high grade dengan
perbandingan jumlah yang ditetapkan laboratorium berdasarkan pengujian
komposisi sampel masing-masing material guna mencapai komposisi
semen portland yang diinginkan. Jadi campuran batu kapur-tanah liat, pasir
silika, copper slag, dan high grade limestone dikeluarkan dari masing-
masing bin, lalu diumpankan ke weight feeder untuk ditimbang sehingga
dapat diketahui jumlah masing-masing material yang dibutuhkan sesuai
komposisi yang ditetapkan laboratorium dan kemudian dicampur untuk
dibawa oleh belt conveyor.
Campuran ini kemudian dilewatkan metal detector untuk
menghilangkan material logam yang ikut terbawa. Hal ini perlu dilakukan
untuk menghindari kerusakan pada roll mill. Material logam yang lolos
masuk pada roller mill akan menyebabkan keausan pada grinding table dan
roller. Metal detector bekerja berdasarkan prinsip magnetik yang akan
menarik material logam dengan gaya magnet. Setelah melalui roll mill,
material campuran tersebut dilalukan melalui two-way gate menuju belt
conveyor selanjutnya. Untuk menghindari debu yang dihasilkan, digunakan
alat penangkap debu bag filter. Debu yang terkumpul dikembalikan
bersama material yang dibawa oleh belt conveyor yang menuju roll mill.
Material kemudian diumpankan ke dalam roll mill dengan
menggunakan sistem tripple gate yang dapat membuka dan menutup secara
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
56
bergantian untuk mengatur transportasi material dan juga berfungsi sebagai
seal air. Roll mill yang digunakan di pabrik Tuban adalah Fuller Loesche
LM 59.42 dengan tipe air-swept vertical roller mill berproduktivitas 600
ton/jam. Roll mill tersebut terdiri dari sebuah grinding table yang berputar
dilengkapi 4 conical grinding roller yang memberikan tekanan tepat di atas
tepi grinding table, dengan sistem hidrolik dan memakai gas nitrogen
sebagai spring. Saat ini, dari 3 gate yang tersedia, hanya 1 gate saja
dioperasikan dengan 1 buah pompa. Hal ini dilakukan karena hanya dengan
1 gate, transpotasi material dan seal air sudah dapat dilakukan dengan baik,
terlebih lagi energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan 1 gate lebih
sedikit dengan hanya memakai 1 pompa.
Setelah melewati tripple gate, material akan jatuh ke atas grinding table
dan tersebar menuju tepi-tepi table akibat gaya sentrifugal. Material-
material tersebut kemudian akan digiling oleh grinding roller dengan
tekanan hidrolik sebesar 25 bar. Dam ring atau retention ring pada sisi
meja digunakan untuk mengatur ketebalan material. Loose ring disisi luar
meja digunakan untuk menampung material-material yang keluar dari meja
saat penggilingan.
Selain mengalami penggilingan, di dalam roll mill, material juga
mengalami pengeringan. Kedalam roll mill, dialirkan gas panas
bertemperatur sekitar 330 – 397 oC dari preheater dan cooler. Bila panas
yang disuplai tidak mencukupi maka digunakan air heater dengan bahan
bakar batu bara, namun untuk start up dan kondisi emergency digunakan
IDO. Umpan masuk mill berukuran maksimum 108 mm dengan kadar air
maksimum 18 % dan keluar dengan ukuran produk dengan spesifikasi tak
lolos 11 – 13 % dari classifier 170 mesh dengan kadar air kurang dari 1 %
dan bertemperatur sekitar 80 – 100 oC. Kehalusan produk diatur dengan
putaran classifier, dimana pada putaran 90 rpm dapat dihasilkan produk
170 mesh, 87 %.
Material yang telah keluar dari roll mill ini kemudian dialirkan masuk
oleh hisapan 2 buah (Indus Draft) ID Fan mill ke dalam 4 buah siklon tipe
FLS 6300. Pada siklon-siklon tersebut, 93 % material dipisahkan dari aliran
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
57
udara yang membawanya. Udara tersebut kemudian dihisap oleh exhaust
fan menuju ke alat Electrostatic Precipitator (EP) untuk memisahkan udara
dengan material-material yang masih terbawa. Material-material yang
terkumpul di EP kemudian dibawa menuju dust bin berkapasitas 170 ton
unuk kemudian dikirim ke kiln. Material yang keluar dari siklon dibawa
dengan air slide menuju bucket elevator kemudian dimasukkan kedalam
dua buah Blending silo yang masing-masing berkapasitas 20.000 ton.
Jika roll mill tidak beroperasi maka udara panas yang keluar dari
preheater dan cooler yang biasanya digunakan sebagai udara pengering di
roll mill dilewatkan terlebih dahulu melalui conditioning tower untuk
menurunkan suhunya sebelum dilewatkan ke EP.
Blending silo berfungsi sebagai mixing chamber dan storage silo.
Dengan mengatur pergantian pembukaan dan penutupan saluran keluar
material maka lapisan material-material di dalam silo akan turun dengan
kecepatan yang berbeda sehingga komposisi material dalam silo akan lebih
homogen. Material keluar dari silo menuju junction box melalui 3 dari 7
flow gate dimana pengaturan pembukaan dan penutupan flow gate diulang
dalam siklus waktu tertentu, 1 siklus lengkap membutuhkan waktu 12
menit. Material dari junction box kemudian dialirkan ke kiln feed bin.
Umpan kiln yang telah siap nantinya akan dialirkan menuju suspension
preheater menggunakan air slide dan bucket elevator.
2. Kiln
Unit Pembakaran secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
pemanasan awal dan kalisinasi, bagian pembentukan terak, serta bagian
pendinginan terak.
1) Preheater
Umpan kiln yang keluar dari roll mill sebelum masuk ke kiln
akan melalui suspension preheater terlebih dahulu untuk dilakukan
tahap preheater prakalsinasi bahan baku sebelum tahap
pembakaran lanjut pada rotary kiln. Komponen-komponen semen
SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan CaO yang merupakan komponen dasar
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
58
C3S, C2S , C3A, dan C4AF akan mengalami reaksi pada kedua tahap
tersebut.
Bahan baku dari silo dibawa dengan menggunakan air slide
masuk ke dalam preheater. Terdapat dua jalur aliran preheater yang
masing-masing terdiri dari 4 tingkat siklon seri dan sebuah flash
calciner. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan antara gas panas
dari material yang dibawanya, maka pada tingkat siklon paling atas
dipasang siklon ganda. Pada siklon tingkat 1 sampai 3, terjadi
pemanasan awal material umpan kiln, sedangan pada siklon tingkat
4 terjadi pemisahan material dengan gas pembawa yang keluar dari
kalsiner. Pada siklon tingkat 4 jalur calciner ILC, tingkat
prakalsinasi telah mencapai 85%. Material dari siklon tingkat 4 jalur
calciner ILC ini kemudian dialirkan menuju siklon tingkat 4 jalur
calciner SLC untuk mengalami tahap kalsinasi hingga 93%.
Umpan masuk ke dalam riser duct siklon I dengan arah
tangensial dan bercampur dengan udara panas dari siklon II. Akibat
gaya sentrifugal, gaya gravitasi dan gaya angkat ke atas, material
padat dapat dipisahkan dari udara panas yang membawanya.
Material tersebut dapat akan turun menuju riser duct siklon tahap II.
Material tersebut memiliki temperatur yang lebih tinggi karena telah
mengalami pengontakan dengan udara panas. Suhu umpan pada
siklon I ± 360 0C dan keluar dari siklon III pada suhu ± 800
0C.
Setelah mengalami reaksi kalsinasi, material akan dipisahkan dari
gas panas pada siklon tahap IV. Produk siklon tahap IV adalah
umpan kiln.
Umpan masuk SLC sebagian telah terkalsinasi karena
material hasil kalsinasi ILC masuk ke SLC. Suhu operasi harus
dijaga supaya hasil kalsinasi mencapai 90 %. Gas panas untuk
pembakaran umpan ILC berasal dari gas panas yang dihasilkan kiln,
sedangkan gas panas SLC berasal dari cooler melalui tertier air
duct.
2) Kiln
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
59
Setelah melalui preheater dan calsiner, umpan masuk ke
dalam kiln pada suhu ± 10000
C. Kecepatan umpan masuk ke dalam
kiln disesuaikan dengan kecepatan putaran kiln. Proses pembakaran
menjadi klinker terjadi pada suhu sekitar 1400 0C.
Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran adalah
batu bara dan Industrial Diesel Oil (IDO). IDO digunakan pada
awal pembakaran karena bahan bakar minyak lebih mudah terbakar
dibandingkan batu bara. Batubara banyak digunakan karena murah
dan abu yang dihasilkan mengandung komponen yang dibutuhkan
dalam pembuatan semen, yaitu silika. Sekitar 40 % total konsumsi
bahan bakar digunakan untuk pembakaran kiln.
Dari preheater,umpan masuk rotary kiln dengan temperatur
pada kiln inlet sekitar 7500C. Dalam kiln terbagi menjadi empat
zone, yaitu:
a) Zone Kalsinasi Lanjutan
Merupakan zone kalsinasi CaCO3 yang tersisa setelah melewati
preheater dan sebagian CaO yang sudah terurai dari proses
kalsinasi di dalam preheater, mulai membentuk campuran C12A7
dan sebagian CaO dan oksida silika terbentuk yaitu C2S.
Dindingnya dilapisi batu tahan api
b) Zone Transisi
Pada zone ini proporsi CaO akan semakin besar, sebaliknya
proporsi CaCO3 semakin kecil dan sempurna habis pada
temperatur bahan sekitar 9000C, pada temperatur tersebut proporsi
C2S semakin meningkat sampai temperatur bahan sekitar 12000C,
sedang oksida besi mulai mengikat campuran oksida kalsium dan
oksida alumina membentuk campuran C2(A,F), dengan
meningkatnya temperatur maka oksida kalsium (CaO) bergabung
dengan kalsium alumina dan C2(A,F) masing – masing membentuk
C3A dan C4AF. Pembentukan C3A dan C4AF terjadi pada
temperatur ±1000 – 12000C
c) Zone Pembakaran
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
60
Di daerah ini terjadi pelelehan pada temperatur tinggi
(±1200 - 13500C) dimana campuran kalsium alumina ferrit
mengalami fase cair.
Bagian CaO yang tidak bereaksi dengan oksida - oksida
alumina besi dan silika biasanya dalam bentuk CaO bebas atau free
lime, banyaknya persentase dibatasi di bawah 1 %.
Pada temperatur tinggi ini sisa unsur CaO mengikat C2S
untuk membuat campuran C3S.
d) Zone Pendinginan
Di daerah ini campuran kalsium alumina ferrit yang berbentuk
cairan bentuk fisisnya berubah mengkristal setelah terjadi
pendinginan di dalam cooler. Temperatur dalam zone ini sekitar
1250 – 11000C, sehingga material keluar kiln mempunyai suhu ±
11000C. dinding zone ini dilapisi dengan batu tahan api.
3) Cooler
Klinker atau terak panas bertemperatur sekitar 1250oC sebagai
produk dari kiln perlu didinginkan secara cepat menggunakan
cooleryang terdiri dari 10 kompartmen. Material panas digerakkan
dengan grate cooler, dari bawah grate dihembuskan udara melalui 14
fan untuk mendinginkan klinker sampai bertemperatur 100 - 120 oC.
Pertama-tama, klinker masuk ke cooler 1 dan diterima oleh grate-
grate cooler. Grate cooler 1 memiliki kemiringan 5o untuk
memudahkan perjalanan klinker ke kompartmen berikutnya. Grate
cooler bergerak maju mundur untuk memindahkan material diatasnya
supaya berpindah ke kompartemen selanjutnya. Pada grate terdapat
lubang-lubang tempat lewatnya udara pendingin. Klinker yang
berukuran kecil juga dapat lolos diantara lubang-lubang grate tersebut
dan dibawa dengan menggunakan drag conveyor.
Pendinginan secara cepat bertujuan untuk mendapatkan:
1. Menghambat perubahan C3S menjadi C2S
2. Klinker yang amorf sehingga lebih mudah digiling
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
61
3. Semen yang dihasilkan memiliki ketahanan yang baik terhadap
sulfat
Klinker yang telah didinginkan kemudian masuk ke unit klinker
breaker di dalam cooler untuk direduksi ukurannya. Debu yang
dihasilkan dari pemecahan klinker ditangkap oleh EP dan dikembalikan
ke dalam klinker breaker melalui chain conveyor. Klinker output dari
cooler dimasukkan dalam silo berkapasitas 75000 ton yang dilengkapi 1
unit bag filter dan 11 gate untuk jalur pendistribusian klinker ke dalam
bin-bin klinker untuk umpan unit finish mill.
D.Unit Finish Mill
Laju alir umpan total yang boleh masuk finish mill maksimum 500
ton/jam. Jumlah material tersebut dikontrol oleh weightfeeder. Komposisi
umpan sesuai dengan jenis semen yang akan dibuat. Semen Ordinary
Portland Cement (OPC) terdiri dari bahan klinker dan gypsum dengan batu
kapur sebagai fillernya sedangkan semen Pozzolan Portland Cement (PPC)
terdiri dari bahan klinker dan gypsum dengan trass sebagai fillernya. Semen
PPC cocok dipakai di daerah pantai karena memiliki sifat tahan sulfat
sedangkan semen OPC dipakai untuk konstruksi bangunan di daratan.
Semen PPC diproduksi di pabrik Tuban 1 sedangkan semen OPC
diproduksi di pabrik Tuban 2 dan 3.
Untuk pembuatan semen pozzolan maka klinker, gypsum, dan pozzolan
yang telah ditimbang akan dibawa oleh belt conveyor menuju hydraulic roll
crusher (HRC) untuk mengalami penghancuran awal. Dari HRC, material
kemudian dibawa dengan belt conveyor menuju finish mill, sebagian
material dikembalikan ke HRC untuk menjaga agar umpan masuk finish
mill tidak berlebihan. Finish mill yang digunakan di PT. Semen Gresik
berbentuk silinder horisontal yang memiliki panjang 13 m, diameter 4,8 m,
kapasitas 215 ton/jam produk. Silinder finish mill terbagi menjadi 2
kompartemen. Bagian pertama memiliki panjang 2,5 m dan kompartemen
kedua spanjang 10,5 m. Pada masing-masing bagian terdapat grinding ball
sebagai alat penggiling dengan prinsip gerusan. Grinding ball bagian 1
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
62
memiliki diameter lebih besar dari grinding ball bagian 2. Bagian 1
bertujuan untuk menghancurkan semen sedangkan bagian 2 bertujuan
untuk menghaluskan dan menghomogenisasi semen
Terjadinya tumbukan bola dengan material pada intensitas tinggi
menyebabkan suhu di dalam mill meningkat. Temperatur di dalam mill
diatur dengan mill venting dan water spray. Temperatur maksimal yang
diperbolehkan di dalam mill adalah 107 oC karena temperatur yang terlalu
tinggi akan menyebabkan gypsum terhidrasi. Jika temperatur mill outlet
mencapai 121 oC, maka dilakukan:
Menjalankan water spray
Memindahkan FD klinker dome untuk mencari klinker yang lebih
ringan
Mencampur dengan klinker dingin dengan bantuan belt conveyor
Material yang keluar dari finish mill dibawa dengan air slide menuju
bucket elevator kemudian masuk separator yang memisahkan material
halus dan sesuai spesifikasi menuju silo - silo penyimpanan semen
sedangkan material yang masih kasar dikembalikan ke finish mill. Gas
pembawa material halus dihisap oleh fan menuju bag filter dengan terlebih
dahulu melewati siklon sehingga material semen yang terbawa dapat
dipisahkan dan dialirkan ke dalam silo semen dengan air slide.
4.5.3.2Proses Penunjang Produksi dan Pengendalian Kualitas
A. Operasi Utilitas
1. Penyediaan Air
Untuk pemenuhan kebutuhan air di pabrik Tuban digunakan sumber air
dari waduk Temandang dan sumur artesis. Air dari waduk Temandang dan dari
sumur dipompa dan ditampung dalam penampung air sebelum digunakan sebagai
air sanitasi dan air proses.
1. Proses pengolahan air sanitasi
Air dari tendon yang dialirkan ke bak mengandung partikel-partikel padat
kecil (lumpur, pasir, dan lain-lain), sebagian partikel ini mudah mengendap,
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
63
sebagian lagi tidak mudah mengendap karena muatan listrik statisnya dan baru
dapat diendapkan dengan proses koagulasi. Pada proses ini ditambahkan
kaporit dan PAC (Poly Alumina Chloride) sebagai koagulan. Air dari kolam
pengendapan awal dipompa ke clarifier lewat tangki aerasi sambil diberi kapur
(CaO) dan soda ash. Sisa kotoran terlarut dalam air ditransfer ke clarifier.
Kotoran dipisahkan dengan flokulasi menggunakan alum dan soda ash, proses
koagulasi dilakukan dengan aerasi di tangki aerasi. Air bersih ditampung di
Clear Water Tank diproses lebih lanjut. Air bersih masih mengandung
mikroba-mikroba yang berbahaya, maka kuman-kuman tersebut diberi kaporit
(calcium hypoclorit), efek oksidasi dari klorin akan menghancurkan enzim
yang dibutuhkan oleh kuman-kuman tersebut. Di sini digunakan kaporit 0,4-
0,5 ppm, klorin bertindak sebagai pembebas hama, sisa klorin digunakan
sebagai penentu jumlah klorin yang dibutuhkan.
2. Pengolahan air proses
Ada dua cara yang digunakan oleh bagian pengolahan air mengurangi tingkat
kesadahan airnya sesuai dengan keinginan (di bawah 90 ppm), yaitu:
a. Proses kapur-soda (lime soda softening)
Proses ini merupakan cara yang termudah dan termurah. Fungsi dari kapur
yang digunakan adalah mengendapkan kation-kation yang terikat dalam
bentuk karbonat, sulfat, klorida agar menjadi bentuk hidroksidanya dan
mengendap. Sedang fungsi dari soda ash (Na2CO3) adalah sebagai
pengikat endapan agar turun di bagian bawah clarifier water untuk
memudahkan pemisahan antara air yang jernih dengan endapan.
Keefektifan proses ini ditentukan oleh banyaknya kapur (CaO) dan soda
ash yang digunakan. Oleh sebab itu pada awal proses dilakukan jar tes
yang bemaksud mengetahui banyaknya kapur soda optimum yang
digunakan penurunan kesadahan air proses.
b. Proses dengan menggunakan penukar anion - penukar kation
(demineralizer)
Proses ini digunakan apabila proses dengan kapur soda tidak bisa
dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila pada proseskapur soda terjadi masalah.
Pada proses demineralizer digunakan dua buah tangki yaitu tangki penukar
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
64
kation dan tangki penukar anion. [ada penukar kation digunakan resin
yang berisi H+, jadi apabila ada air yang dilewatkan pada resin tersebur
maka action penyebab kesadahan yang ada dalam air tersebut akan
menggantikan ion H+ dalam resin. Dan ion H
+ akan terlepas. Pada penukar
anion menggunakan resin yang berisi ion OH-, apabila ada air yang
dilewatkan pada resin tersebut maka anion yang terikat akan menggantikan
ion OH- pada resin.
3. Penyediaan Tenaga Listrik
Pabrik menggunakan sumber listrik dari PLN. Pembangkit listrik yang
digunakan mampu mensuplai listrik sebesar 65 MVA, untuk pemenuhan
kebutuhan pabrik. Listrik dari PLN dibagi menjadi 2 (dua) sub section menuju 7
(tujuh) Electrical Room. Selain itu juga digunakan genset emergency melayani
Cooler dan Kiln apabila terjadi pemadaman secar amendadak oleh PLN.
4. Penyediaan Udara Tekan
Penyediaan udara tekan dilakukan dengan cara memompa udara dari
atmosfer sehingga menghasilkan udara bertekanan yang kemudian digunakan
pada peralatan-peralatan, seperti: Kiln, Finish Mill, Clinker Cooler, Crusher Raw
Mill, dll. Jenis kompresor yang digunakan umumnya adalah Rotary Screw
Compresor.
5. Penyediaan Minyak IDO
Minyak IDO dibeli dari Pertamina, dari penampungan sementara
berkapasitas 1900 kL dipompa ke tangki penampungan yang berkapasitas 3500
kL, lalu aliran minyak dibagi dua. Aliran satu untuk penyediaan bahan bakar kiln,
sedangkan aliran dua untuk pemanas udara dan preheater ILC dan SLC. Untuk
Penyediaan Minyak Pelumas bahan pelumas yang digunakan sebanyak kurang
lebih 2200 drum/tahun. Minyak pelumas yang digunakan umumnya murni dan
abru bila memang waktu penggantian tiba. Wujud pelumas yang digunakan
umumnya cair, meliputi 99% pelumas yang ada dan 1% berupa semi padat, yaitu
grafit yang semi padat dan lunak untuk perawatan tertentu. Jenis bahan pelumas
meliputi 30 jenis dari grup industrial lubricate yang dikelompokkan menjadi
Minyak pelumas, Grease (gemuk) dan pelumas padat.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
65
B. Jaminan Mutu
Unit ini berfungsi sebagai penjamin produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Di dalamnya dilakukan analisa lebih detail dari analisa yang
dilakukan oleh unit pengendalian proses. Analisa yang dilakukan di unit ini antara
lain penyesuaian dengan standar meliputi Standar Nasional Indonesia serta
standar yang diterapkan oleh perusahaan itu sendiri, dan melakukan pengontrolan
bahan abku yang masuk, sebagai contoh bahan yang akan di beli harus sesuai
dengan komposisi yang dibutuhkan oleh pabrik (sesuai standar pabrik).
Unit ini juga melayani pelayanan teknis, antara lain dalam bentuk product
knowledge, yaitu penyesuaian produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen,
serta melayani complain pelanggan. Selain itu jaminan mutu sebagai unit yang
mengkoordinir kalibrasi peralatan proses yang dilakukan oleh pabrik.
C. Evaluasi Proses
Unit ini adalah salah satu unit penunjang yang bertugas untuk mengevaluasi
proses-proses yang terjadi di unit produksi seperti Raw Mill, Kiln, dan Finish Mill.
Dengan adanya evaluasi ini dapat diketahui performance dari tiap unit produksi.
Pada unit ini dilakukan pengukuran pada unit produksi pada saat produksi
berjalan kurang baik. Selain itu, unit ini juga bertugas untuk memberikan
masukan jika terjadi masalah pada tiap unit produksi.
D. Perencanaan Bahan dan Produksi
Unit perencanaan bahan dan produksi masih merupakan satu bagian dengan
unit jaminan mutu yang berfungsi sebagai penghubung antara seksi produksi
dengan akuntansi. Sebagai pembeda antara unti perencanaan bahan dan produksi
dengan bagian akuntansi adalah unit perencanaan bahan dan produksi menghitung
jumlah pemakaian bahan oleh pabrik, sedangkan bagian akuntansi bertanggung
jawab menghitung banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
akibat pemakaian bahan tersebut. Unit ini melaporkan realisasi produk harian dan
bahan baku yang digunakan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
66
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk. mempunyai 5 unit pabrik, 2 di
Gresik dan 3 di Tuban. Pabrik Unit Tuban memproduksi semen Portland
dan Pozzolan dengan kapasitas total 8,9 ton/tahun. Bahan baku
yang digunakan berupa batu kapur dengan prosentase berat 80%,
tanah liat 15%, pasir silika 4%, Copper Slag 1%, gypsum 2,1% berat
semen, trass 12% berat semen serta terak 85,9% berat semen. Proses yang
digunakan adalah proses kering.
2. Panas dari hot stream dapat direcovery untuk memanaskan cold stream
dengan persyaratan driving force DTmin antara 10-20 oC untuk chemical
industry. DTmin adalah driving force minimal agar terjadi aliran panas
dari hot steam ke cold stream.
3. Hot stream melepaskan panas sebesar 30 x 104 kJ/s, sedangkan cold
stream membutuhkan panas sebesar 5 x 104 kJ/s. Panas yang dilepas oleh
hot stream jauh lebih besar dibandingkan panas yang dibutuhkan oleh cold
stream, sehingga recovery energi berpotensial untuk dilakukan dengan
cara memanfaatkan panas hot stream ke cold stream dengan menggunakan
heat exchanger network.
4. Pemanfaataan alternative fuel di PT. Semen Indonesia selalu terjadi
kenaikan dari tahun ke tahun. Sekam memiliki nilai kalori yang tidak
kalah tinggi dibanding dengan batubara, sehingga sekam memiliki potensi
untuk mengurangi pemaikaian batubara. Hal ini menandakan alternative
fuel khususnya sekam mempunyai potensi untuk mengurangi
ketergantungan terhadap bakan bakar batu bara.
5.2. Saran
1. Sebaiknya PT. Semen Indonesian (PERSERO) Tbk meminimalkan
penggunaan utilitas dan memaksimalkan pemanfaatan panas agar tidak ada
yang terbuang dari sistem dengan cara metode heat integration.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
67
2. Sebaiknya PT. Semen Indonesia (PERSERO) Tbk berkoordinasi dengan
para petani dan masyarakat agar ketersediaan sekam sebagai energi
alternatif terjamin.
LAPORAN PRAKTEK KERJA
SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN – JAWA TIMUR
68
DAFTAR PUSTAKA
AFCM (Asean Federation of Cement Manufactures), 2000, “ 17th
AFCM
Symposium: Approaches in Plant Modernization in the New Millennium “
Anonim, 1983, "Teknologi Semen ", Pusat Pendidikan dan Latihan PT. Semen
Gresik.
Crawford, Martin.1980. Air Pollution Control Theory. Mc Graw Hill. New Delhi.
Duda, H. Walter, 1985, Cement Data Book, 3rd
edition, Chemical Publishing Co
Inc, New York
Frederick, NE, 1976, "The Chemistry of Cement and Concrete ", 3rd
edition
Chemical Publishing Co Inc, New York.
Josef Mors, Franz, “ Improvement on Loesche Vertical Roller Mill with Regard to
Power Saving and Production Increase”, Loesche GmbH, Hansaallee
Kardono, Dr. Strategi Pencegahan dan Kontrol Polusi Udara di Industri. Pelatihan
Teknik Sampling Emisi Cerobong (gas dan partikulat) di Industri Serpong
Mat Sulkan, Ir, 1997, “ Pengendalian Operasi Raw Mill, Kiln, Finish Mill”,
Gresik
March, Linnhoff, 1998, “Introduction to Pinch Technology”, England
Mc Cabe , ”Operasi Teknik Kimia”, jilid 4, edisi 4, Erlangga, 1985
Perray, E. Kurt, 1984, Cement Manufactur Hand Book, 2nd
edition, Chemical
Publishing Co Inc, New York
Perry, R. H, 1984, Chemichal Engineering Hand Book, 6th
edition, Mc. Graw Hill
Book Co. Ltd, New York