BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
4
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Profil SMK Negeri 2 Salatiga
SMK Negeri 2 Salatiga berdiri tahun 1999.
Sekolah dengan nomor statistik 321036203006
tersebut beralamat di Jalan Parikesit, Dusun Warak,
Desa Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
Setelah sebelumnya berstatus UGB (Unit Gedung
Baru), pada tanggal 17 Nopember 2000 sekolah
menerima status Negeri. Menempati lahan seluas 6,8
ha, SMK Negeri 2 Salatiga telah menerapkan standar
mutu ISO 9001:2008 dan mendapatkan akreditasi A.
Saat ini, SMK Negeri 2 Salatiga memiliki 5 Program
Studi Keahlian, yaitu (1) Teknik Bangunan (2) Teknik
Elektro, (3) Teknik Pemesinan, (4) Teknik Mekanik
Otomotif, dan (5) Teknik Informatika. Kompetensi
Keahlian atau jurusan yang dimiliki SMK Negeri 2
Salatiga adalah :
1. Teknik Konstruksi Batu Beton / Teknik Sipil
2. Teknik Perkayuan
3. Teknik Gambar Bangunan / Arsitek
4. Teknik Audio Video
5. Teknik Elektronika Industri
6. Teknik Pemesinan
7. Teknik Kendaraan Ringan
8. Teknik Komputer dan Jaringan
37
Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2013/2014
adalah 1486 orang. Jumlah guru yang dimiliki adalah
134 orang yang terdiri dari 85 guru produktif
(kejuruan) dan 49 guru normatif adaptif. Sedangkan
jumlah tenaga kependidikan lainnya (TU, kebersihan,
satpam dan sebagainya) adalah 29 orang. Sekolah
memiliki fasilitas yang lengkap, berupa bengkel di
setiap kompetensi keahlian, kelas yang representatif
(ber-AC, LCD gantung), lapangan olah raga (sepak bola,
volley, badminton, basket, tenis), masjid, parkir luas,
dan berbagai sarana lain untuk pengembangan
sekolah.
SMK Negeri 2 Salatiga memiliki visi, misi dan
tujuan sebagai berikut :
Visi : Menyiapkan tamatan yang mampu bersaing di
era global dan berimtaq tinggi
Misi :
1. Menyiapkan tamatan yang menguasai iptek dan
imtaq
2. Menyiapkan tamatan siap masuk kerja
3. Menyiapkan tamatan yang berjiwa wirausahawan
4. Menyiapkan tamatan yang cerdas, jujur dan
bermoral
5. Menyiapkan tamatan dengan kompetensi bertaraf
internasional
6. Menyelenggarakan sekolah dengan pelayanan
bertaraf internasional
38
Tujuan :
1. Tahun 2013 siswa memiliki kompetensi
penguasaan konsep untuk seluruh mata pelajaran
secara komprehensif dan benar sehingga mampu
berkompetensi di tingkat nasional dan tahun 2014
mampu berkompetisi di tingkat internasional.
2. Tahun 2013 siswa mampu menggunakan Bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
3. Tahun 2013 siswa mampu membangun kebiasaan
yang aktif untuk mencari informasi menggunakan
teknologi informasi.
4. Tahun 2013 sekolah memiliki sarana dan
prasarana penunjang PBM yang lengkap.
5. Tahun 2013 sekolah memiliki guru dan tenaga
pendukung yang handal untuk mendukung
seluruh manajemen sekolah.
6. Sekolah memiliki hubungan kemitraan yang baik
dengan seluruh warga sekolah, stake holders dan
instansi serta institusi pendukung pendidikan
lainnya.
7. Siswa memiliki, mengaplikasikan, dan
meningkatkan nilai-nilai ketuhanan serta nilai-nilai
kehidupan yang bersifat universal dalam
kehidupannya.
39
4.1.2. Aspek Penguasaan Materi, Struktur, Konsep,
dan Pola Pikir Keilmuan yang Mendukung
Mata Pelajaran yang Diampu
Matrik IFAS aspek penguasaan materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan dapat dilihat dari
analisis faktor kekuatan dan kelemahan hasil temuan
wawancara serta pemberian skor dan bobot hingga
perhitungan akhir pada fgd, yang disajikan pada tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Internal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, dan Pola
Pikir Keilmuan yang Mendukung Mata Pelajaran
Internal Factors Analisis Summary (IFAS)
No Kekuatan Bobot Skor Total
1 Pendidikan guru minimal S-1 0,5 5 2,50
2 Ada guru yang telah berpendidikan S-2 0,2 2 0,40
3 Banyak guru yang telah memiliki sertifikat pendidik 0,3 4 1,20
TOTAL 1 11 4,10
No Kelemahan Bobot Skor Total
1 Kemampuan guru tidak merata 0,2 2 0,40
2 Guru telah merasa nyaman dengan kondisi saat ini 0,5 4 2,00
3 Guru mendapat tugas selain mengajar 0,3 3 0,90
TOTAL 1 10 3,30
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,80
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
40
Berdasarkan hasil analisis data matrik IFAS di
atas, didapatkan bahwa para guru memberikan bobot
0,5 dan skor 5 pada guru yang berijasah S-1. Para guru
peserta fgd berpendapat bahwa guru sebagai seorang
sarjana mestinya telah menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu. Hal ini ditunjang dengan telah
diakuinya dan memiliki sertifikat pendidik, bahkan ada
yang sudah S-2. Faktor-faktor tersebut dianggap bisa
dimanfaatkan sebagai modal untuk meningkatkan
kualitas kompetensi profesional guru produktif di SMK
Negeri 2 Salatiga .
Faktor kelemahan yaitu guru telah merasa
mapan dengan kondisi saat ini diberi skor dan bobot
tertinggi oleh para guru dalam FGD, yaitu 0,5 dan 4,
sebab faktor itulah yang menyebabkan guru malas
meningkatkan kualitas profesionalnya. Selain itu
kemampuan guru yang tidak merata, meskipun
bobotnya kecil, yaitu 0,2 dengan skor 2, serta guru
yang mendapat tugas selain mengajar yang sedikit
banyak menyita waktu ditengarai juga menyebabkan
guru sulit mengembangkan kompetensi profesionalnya.
Matrik EFAS aspek penguasaan materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu dapat dilihat
dari hasil analisis faktor peluang dan ancaman serta
pemberian skor dan bobot hingga perhitungan akhir,
yang disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini.
41
Tabel 4.2
Eksternal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, dan Pola
Pikir Keilmuan yang Mendukung Mata Pelajaran yang
Diampu
Eksternal Factors Analisis Summary (EFAS)
No Peluang Bobot Skor Total
1 Banyak seminar pendidikan 0,3 3 0,9
2 Banyak media cetak / elektronik yang memuat
materi pelajaran 0,5 4 2,0
3 Ada bea siswa melanjutkan pendidikan S-2 0,2 2 0,4
TOTAL 1,0 9 3,3
No Ancaman Bobot Skor Total
1 Rotasi mengajar dengan pelajaran berbeda 0,4 3 1,2
2 Biaya pendidikan S-2 relatif mahal 0,1 1 0,1
3 Tidak ada sanksi langsung bagi guru yang tidak
menguasai materi dan konsep ilmu 0,5 5 2,5
TOTAL 1,0 10 3,8
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) -0,5
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Dari hasil analisis data matrik EFAS, banyaknya
seminar pendidikan jika diikuti dianggap guru peserta
FGD bisa untuk menambah kualitas guru dalam hal
menguasai materi, konsep dan pola pikir keilmuan
guna mendukung materi pelajaran yang diampu.
Faktor ini diberi bobot 0,30 dengan skor 3. Selanjutnya,
42
banyaknya media baik cetak maupun elektronik yang
memuat materi bahan ajar dianggap sebagai peluang
paling besar untuk dimanfaatkan, yaitu dengan bobot
tidak 0,5 dan skor 4. Tawaran bea siswa ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi hanya diberi skor 1. Hal
ini tidak terlepas dari minimnya tawaran dan
kesempatan yang bisa dimanfaatkan
Ancaman terbesar berdasarkan matrik di atas
ialah tidak adanya sanksi yang tegas dan mengikat bagi
guru yang tidak mengembangkan penguasaan materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu. Dianggap
ancaman utama, faktor ini diberi bobot dan skor yang
cukup tinggi, yaitu 0,5 dan 5. Rotasi mengajar dengan
pelajaran yang berbeda juga dianggap sebagai ancaman
sebab guru harus mendalami materi baru, faktor ini
diberi bobot cukup besar yaitu 0,4 dengan skor 3.
Selain itu, mahalnya biaya untuk mengembangkan
wawasan keilmuan melalui jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, yaitu S-2 juga dianggap sebagai kendala
bagi guru meskipun faktor ini diberi skor yang cukup
rendah, yaitu 1.
4.1.3. Aspek Penguasaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang
Diampu
Matrik IFAS aspek Penguasaan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang
Diampu dapat dilihat dari analisis faktor kekuatan dan
43
kelemahan hasil temuan wawancara serta pemberian
skor dan bobot hingga perhitungan akhir pada fgd,
yang disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Internal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu
Internal Factors Analisis Summary (IFAS)
No Kekuatan Bobot Skor Total
1 Guru telah mengikuti bedah kurikulum 0,3 3 1,25
2 Guru telah biasa membuat administrasi pembelajaran 0,4 5 0,75
3 Guru mendapat pelatihan membuat admnistrasi
pembelajaran 0,3 4 0,75
TOTAL 1,0 11 2,75
No Kelemahan Bobot Skor Total
1 Guru membuat administrasi pembelajaran
mengcopy tahun sebelumnya 0,5 5 2,5
2 Guru membuat administrasi pembelajaran
mencontoh sekolah lain
0,3 3 0,9
3 Guru mendownload administrasi pembelajaran
sekolah lain tanpa edit yang memadai
0,2 3 0,6
TOTAL 1 11 4,0
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) -1,25
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Berdasarkan hasil analisis data matrik IFAS di
atas, diperoleh bahwa faktor kekuatan yaitu guru telah
biasa membuat administrasi pembelajaran diberi bobot
44
dan skor tinggi, yaitu 0,4 dan 5. Peserta fgd
berpendapat semestinya guru tidak mengalami
kesulitan dalam menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, sebab
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat rutin
setiap tahun. Faktor lain yang mendukung adalah
adanya bedah kurikulum dan pelatihan dalam
membuat administrasi pembelajaran yang
menyumbang fakor kekuatan guru meskipun hanya
memiliki bobot 0,3 dan diberi skor masing-masing 3
dan 4.
Meskipun telah mendapatkan pelatihan, tetapi
kecenderungan guru hanya mengcopy adminstrasi
pembelajaran tahun sebelumnya dan melakukan edit
sekedarnya menyebabkan guru sulit untuk
mengembangkan pengusaaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
Kelemahan guru tersebut diberi skor dan bobot cukup
tinggi, yaitu 0,5 dan 5. Selain hal tersebut, guru yang
membuat adminstrasi pembelajaran dengan hanya
mencontoh milik sekolah lain atau hanya dengan
mendownload dari internet dengan hanya mengedit
nama sekolah dan nama guru saja juga merupakan
faktor kelemahan guru dalam hal menguasai standar
kompetensi, meski hanya diberi bobot dan skor masing-
masing 0,3 dan 3 serta 0,2 dan 3.
Matrik EFAS Penguasaan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu
dapat dilihat dari analisis faktor peluang dan ancaman
hasil temuan wawancara serta pemberian skor dan
45
bobot hingga perhitungan akhir hasil fgd, yang
disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Eksternal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu
Eksternal Factors Analisis Summary (EFAS)
No Peluang Bobot Skor Total
1 Ada diklat program tahunan dari Diknas Kota
Salatiga
0,2 2 0,4
2 Ada anggaran untuk IHT kurikulum yang diberikan
komite sekolah
0,5 5 2,5
3 Ada review dan sinkronisasi kurikulum dengan
dunia usaha / dunia industri 0,3 3 0,9
TOTAL 1,0
3,8
No Ancaman Bobot Skor Total
1 Diklat dari Diknas hanya formalitas melaksanakan
program 0,2 2 0,4
2 Kurikulum berubah-ubah 0,3 3 0,9
3 Kurikulum pusat bersifat mengikat, kurang sesuai
dengan tuntutan dunia usaha / dunia industri
0,5 4 2,0
TOTAL 1,0
3,3
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,5
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Dari hasil analisis data matrik EFAS, para guru
menyatakan anggaran yang disediakan komite sekolah
untuk mengadakan IHT kurikulum setiap tahun dapat
dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan
46
kompetensi guru. Faktor ini dianggap utama dengan
diberi bobot 0,5 dan skor 5. Selanjutnya, para guru
juga berpendapat bahwa peluang yang bisa
dimanfaatkan adalah adanya review dan sinkronisasi
kurikulum yang diadakan dengan dunia usaha dan
dunia industri, yang diberi bobot 0,3 dan skor 3.
Peluang lain adalah adanya program tahunan dari
Dinas Pendidikan Kota Salatiga yaitu peningkatan
kompetensi guru dalam hal pembuatan soal ujian,
tetapi karena pesertanya sangat terbatas hanya diberi
bobot 0,2 dan skor 2.
Analisis matrik EFAS pada hal-hal yang bisa
menjadi kendala bagi guru untuk meningkatkan
kompetensinya terhadap penguasaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu, kurikulum dari pusat yang bersifat mengikat
dan kurang sesuai dengan tuntutan dunis usaha/
dunia industri menyumbang bobot dan skor yang
cukup tinggi, yaitu 0,5 dan 4. Hal lain yang bisa
menghambat adalah sering berubahnya kurikulum,
yang diberi bobot dan skor 0,3 dan 3. Adanya diklat
dari Dinas Kota Salatiga dianggap sebagai diklat yang
hanya formalitas belaka untuk melaksanakan program
akhir tahun guna menghabiskan anggaran, diberi bobot
0,2 dan skor 2 oleh para guru.
47
4.1.4. Aspek Pengembangkan Materi Pembelajaran
yang Diampu Secara Kreatif
Matrik IFAS aspek penguasaan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif dapat dilihat
dari hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan serta
pemberian skor dan bobot hingga perhitungan akhir,
yang disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Internal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Materi Pembelajaran yang Diampu
Secara Kreatif
Internal Factors Analisis Summary (IFAS)
No Kekuatan Bobot Skor Total
1 Sebagian besar guru bersertifikat pendidik 0,3 4 1,2
2 Sebagian besar guru telah mengikuti diklat kejuruan 0,5 4 2,0
3 Guru bisa memanfaatkan berbagai alat peraga dan
media belajar 0,2 4 0,8
TOTAL 1,0 12 4,0
No Kelemahan Bobot Skor Total
1 Guru merasa sudah mapan 0,4 4 1,6
2 Guru banyak yang tidak lulus uji kompetensi guru 0,2 2 0,4
3 Guru hadir di sekolah hanya saat jam mengajar 0,3 3 0,9
TOTAL 1,0 11 2,9
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 1,1
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
48
Berdasarkan hasil analisis data matrik IFAS di
atas didapatkan hal yang cukup menarik, bahwa para
guru memberikan skor yang sama untuk hal-hal yang
bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan penguasaan
terhadap materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif yaitu 4, meski dengan skor yang berbeda.
Sebagian besar guru yang telah mengikuti diklat
kejuruan dianggap sebagai faktor yang utama, dan
diberi bobot 0,5. Selanjutnya, dengan memiliki
sertifikat pendidik guru seharusnya tidak mengalami
kesulitan dalam mengembangkan materi pelajaran,
yang diberi bobot 0,3 serta pemanfaatan media dan alat
peraga yang diberi bobot cukup rendah, yaitu 0,2.
Kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan
guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan
penguasaan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif adalah guru merasa sudah mapan dengan
pelajaran yang diampu, yang diberi skor dan bobot
cukup besar, yaitu 0,4 dan 4. Kehadiran guru hanya
pada saat jam mengajar dianggap mengurangi
produktivitasnya sebagai guru, juga dianggap sebagai
kelemahan guru dan diberi bobot 0,3 dan skor 3.
Sedangkan guru yang tidak lulus uji kompetensi guru
meskipun dianggap sebagai kelemahan, tetapi dianggap
kurang berpengaruh sehingga diberi skor dan bobot
cukup kecil, yaitu 0,2 dan 2.
Matrik EFAS penguasaan materi pembelajaran
yang diampu secara kreatif dapat dilihat dari hasil
analisis faktor peluang dan ancaman serta pemberian
49
skor dan bobot hingga perhitungan akhir, yang
disajikan dalam tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Eksternal Factors Analisis Summary
Aspek Penguasaan Materi Pembelajaran yang Diampu
Secara Kreatif
Eksternal Factors Analisis Summary (EFAS)
No Peluang Bobot Skor Total
1 Ada organisasi MGMP 0,3 3 0,9
2 Ada perpustakaan kota 0,3 3 0,9
3 Jaringan internet memadai 0,4 5 2,0
TOTAL 1,0 11 3,8
No Ancaman Bobot Skor Total
1 Tidak semua jurusan mempunyai MGMP 0,3 2 0,6
2 Tawaran bekerja di tempat lain 0,3 2 0,6
3 Tidak ada bantuan dana untuk membuat alat
peraga dan media belajar dari komite sekolah 0,4 5 2,0
TOTAL 1,0 9 3,2
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan)
0,6
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Hasil analisa pada Tabel 4.6 menunjukkan
bahwa guru memiliki peluang untuk mengembangkan
penguasaan terhadap materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif terutama dengan memanfaatkan
jaringan internet yang memadai, yang diberi bobot 0,4
50
dan skor 5. Guru juga bisa memanfaatkan organisasi
MGMP dan perpustakaan Kota Salatiga untuk
mengembangkan materi pembelajaran. Dua peluang
tersebut diberi bobot dan skor sama besar , yaitu 0,3
dan 3.
Hal-hal yang dianggap bisa menghambat guru
dalam mengembangkan materi pembelajaran secara
kreatif menurut para guru terutama adalah tidak
bantuan ada dana dari komite sekolah untuk membuat
alat peraga dan media pembelajaran. Faktor ini diberi
bobot dan skor cukup tinggi, yaitu 0,4 dan 5. Faktor
lainnya adalah tidak semua jurusan memiliki MGMP,
kalaupun ada dianggap kurang aktif sehingga diberi
skor 0,3 dan bobot 2 oleh para guru. Adanya tawaran
untuk mengajar di tempat lain, yang bisa mengurangi
waktu guru untuk mengembangkan materi
pembelajaran juga dianggap sebagai ancaman, meski
hanya diberi bobot 0,3 dan skor cukup kecil, yaitu 2.
4.1.5. Aspek Mengembangkan Keprofesionalan
Secara Berkelanjutan dengan Melakukan
Tindakan Reflektif
Matrik IFAS aspek mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif dapat dilihat dari hasil
analisis faktor kekuatan dan kelemahan serta
pemberian skor dan bobot hingga perhitungan akhir,
yang disajikan dalam tabel 4.7 berikut ini.
51
Tabel 4.7
Internal Factors Analisis Summary
Aspek Mengembangkan Keprofesionalan Secara
Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan Reflektif
Internal Factors Analisis Summary (IFAS)
No Kekuatan Bobot Skor Total
1 Banyak guru yang telah lulus uji kompetensi diklat 0,3 5 1,5
2 Ada guru yang menjadi asesor 0,1 3 0,3
3 Guru secara periodik mengikuti diklat kejuruan 0,3 5 1,5
4 Beberapa guru berpendidikan S-2 0,1 2 0,2
5 Sebagian guru telah membuat PTK 0,2 4 0,8
TOTAL 1 19 4,3
No Kelemahan Bobot Skor Total
1 Guru tidak melakukan desiminasi hasil diklat 0,4 5 2,0
2 Guru yang berpendidikan S-2 tidak integral ilmunya 0,2 3 0,6
3 Ada guru yang tidak tuntas mengikuti diklat PTK 0,2 2 0,4
4 Guru memanfaatkan profesinalismenya untuk pihak
lain
0,2 2 0,4
TOTAL 1 14 3,4
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,9
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Analisa pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
guru memiliki kekuatan untuk mengembangkan
keprofesionalan sebab telah banyak yang lulus uji
52
kompetensi diklat dan secara periodik mengikuti diklat
kejuruan. Oleh peserta fgd, ke dua faktor tersebut
diberi bobot sama, yaitu 0,3 serta skor yang juga sama
tinggi, yaitu 5. Guru yang telah membuat PTK
semestinya juga tidak mengalami kendala dalam
mengembangkan keprofesionalannya, faktor ini diberi
bobot 0,2 dan skor 4. Sedangkan guru yang menjadi
asesor karena jumlahnya sedikit diberi bobot 0,1 dan
skor 3, serta guru yang telah berpendidikan S-2 juga
diberi bobot 0,1 serta skor 2.
Pada faktor yang merupakan kelemahan guru
untuk mengembangkan keprofesionalannya, guru yang
tidak melakukan hasil desiminasi diklat diberi skor dan
bobot tertinggi, yaitu 0,4 dan 5. Selanjutnya guru yang
berpendidikan S-2 tetapi tidak integral ilmunya diberi
bobot 2 dan skor 4, sebab dianggap hanya menambah
wawasan berpikir tentang konsep ilmu secara umum.
Kelemahan yang lain adalah guru yang tidak
menyelesaikan pembuatan PTKnya meskipun telah
mengikuti diklat, dan guru yang memanfaatkan
profesionalismenya untuk instansi lain sehingga
mengurangi waktu untuk sekolah diberi bobot dan skor
yang sama, yaitu 0,2 dan 2.
Matrik EFAS pada aspek mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif dapat dilihat dari hasil
analisis faktor peluang dan ancaman serta pemberian
skor dan bobot hingga perhitungan akhir, disajikan
dalam tabel 4.8 berikut ini.
53
Tabel 4.8
Eksternal Factors Analisis Summary
Aspek Mengembangkan Keprofesionalan Secara
Berkelanjutan dengan Melakukan Tindakan Reflektif
Eksternal Factors Analisis Summary (EFAS)
No Peluang Bobot Skor Total
1 Ada tawaran diklat kejuruan dari BP Dikjur dan
PPPGT 0,5 5 2,5
2 Ada pelatihan membuat PTK dari BKD Kota
Salatiga dan LPMP Jawa Tengah 0,2 3 0,6
3 Ada lomba Kompetensi Guru 0,3 4 1,2
TOTAL 1,0 12 4,3
No Ancaman Bobot Skor Total
1 Diklat dari pemerintah terbatas pesertanya 0,3 3 0,9
2 Diklat mandiri biayanya relatif mahal 0,3 3 0,9
3 Diklat tidak sesuai kebutuhan sekolah 0,4 4 1,6
TOTAL 1 10 3,4
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,9
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Berdasarkan tabel 4.8, dapat dideskripsikan
bahwa adanya tawaran diklat baik dari BP Dikjur
Provinsi Jawa Tengah maupun dari PPPGT yang setiap
tahun ada merupakan faktor utama bagi guru untuk
bisa mengembangkan keprofesionalannya. Faktor ini
oleh peserta fgd diberi bobot dan skor tertinggi, yaitu
0,5 dan 5. Faktor lainnya adalah adanya Lomba
54
Kompetensi Guru yang diadakan setiap tahun bisa
menjadi stimulan bagi guru untuk meningkatkan
kompetensi profesionalnya, meskipun peserta dan
bidang yang dilombakan terbatas. Dengan alasan itu
faktor ini diberi bobot 0,3 dan skor 4. Sedangkan
pelatihan pembuatan PTK dari LPMP Provinsi Jawa
Tengah dan BKD Kota Salatiga yang pesertanya sangat
terbatas meskipun juga menjadi faktor kekuatan tetapi
bobotnya reltif kecil, yaitu 0,2 dan diberi skor 3.
Pada faktor-faktor yang merupakan kelemahan
guru pada aspek mengembangkan keprofesionalannya,
dapat dapat dideskripsikan bahwa diklat dari BP Dikjur
maupun PPPGT kadang-kadang tidak sesuai dengan
kebutuhan, misalnya pelatihan berulang pada keahlian
yang sama, atau pada keahlian yang tidak ada pada
kurikulum. Faktor ini diberi bobot 0,4 dan skor 4.
Diklat yang diadakan pemerintah biasanya pesertanya
terbatas dan jika melakukan diklat mandiri terkendala
masalah biaya. Ke dua faktor ini diberi skor dan bobot
yang sama, yaitu 0,3 dan 3.
4.1.6. Aspek Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Mengembangkan Diri
Matrik IFAS aspek memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
dapat dilihat dari hasil analisis faktor kekuatan dan
kelemahan temuan wawancara serta pemberian skor
dan bobot hingga perhitungan akhir sebagai hasil fgd,
disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini.
55
Tabel 4.9
Internal Factors Analisis Summary
Aspek Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Mengembangkan Diri
Internal Factors Analisis Summary (IFAS)
No Kekuatan Bobot Skor Total
1 Guru telah biasa bekerja dengan internet 0,3 4 1, 2
2 Guru yang telah mengikuti pelatihan e-learning 0,3 5 1,5
3 Hampir semua guru telah memiliki lap top 0,2 3 0,6
4 Guru memiliki fasilitas intranet dan internet 0,2 3 0,6
TOTAL 1,0 15 3,9
No Kelemahan Bobot Skor Total
1 Guru belum bisa memanfaatkan internet untuk
pembelajaran 0,2 2 0,4
2 Guru masih mengajar dengan cara konvensional 0,4 5 2,0
3 Guru mengajar dengan mengandalkan job sheet 0,3 3 0,9
TOTAL 1 11 3,3
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,6
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Memperhatikan tabel 4.9 diatas, para guru
berpendapat bahwa guru yang telah diberikan
pelatihan e-learning seharusnya dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri. Faktor ini diberi skor dan bobot
56
paling tinggi pada aspek ini, yaitu 0,4 dan 5. Selain itu,
kebanyakan guru yang telah biasa menggunakan
internet juga dianggap sebagai faktor yang
menguntungkan dan diberi bobot 0,3 dan skor 4 oleh
para guru. Hampir semua guru di SMK Negeri 2
Salatiga memiliki laptop, dan memiliki fasilitas intranet
dan internet yang disediakan oleh sekolah, maupun
pribadi. Hal ini juga merupakan kekuatan guru, tetapi
karena belum semua dimanfaatkan untuk
pembelajaran maka hanya diberi bobot dan skor yang
sama, yaitu 0,2 dan 3.
Faktor-faktor yang dianggap sebagai hal yang
menjadi kelemahan guru antara lain adalah guru yang
masih mengajar dengan cara konvensional, ceramah
tanpa media baik off line maupun on line. Faktor ini
diberi bobot dan skor cukup besar, yaitu 0,4 dan 5.
Selain itu, guru yang mengajar hanya dengan
mengandalkan job sheet juga dianggap sebagai suatu
kelemahan, diberi bobot 0,3 dan skor 3. Sedangkan
guru yang tidak dapat memanfaatkan internet untuk
pembelajaran diberi bobot 0,2 dan skor 2.
Matrik EFAS aspek memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
dapat dilihat dari hasil analisis faktor peluang dan
ancaman serta pemberian skor dan bobot hingga
perhitungan akhir, yang disajikan dalam tabel 4.10
berikut ini.
57
Tabel 4.10
Eksternal Factors Analisis Summary
Aspek Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi untuk Mengembangkan Diri
Eksternal Factors Analisis Summary (EFAS)
No Peluang Bobot Skor Total
1 Akses internet mudah dan murah 0,5 5 2,5
2 Teknologi smart phone guna memperoleh informasi 0,2 3 0,6
3 Tersedia media pembelajaran on line 0,3 4 1,2
TOTAL 1,0 12 4,3
No Ancaman Bobot Skor Total
1 Fasilitas yang disediakan internet rawan disalah
gunakan 0,2 2 0,4
2 Perkembangan teknologi yang lamban diadaptasi 0,3 3 0,9
3 Jaringan internet di sekolah sering terganggu 0,5 5 2,5
TOTAL 1,0 11 3,8
Total Skor Akhir (Kekuatan-Kelemahan) 0,5
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2014
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, faktor utama
sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk mengembangkan diri mengoptimalkan teknologi
informasi dan komunikasi adalah mudah dan
murahnya jaringan internet. Faktor ini diberi skor dan
bobot yang tinggi, yaitu 0,5 dan 5. Faktor lainnya
58
adalah tersedianya media pembelajaran on line, karena
belum tersedia pada semua mata pelajaran maka
diberi bobot 0,3 dan skor 4. Kemudahan memperoleh
informasi dengan bantuan smartphone juga dianggap
sebagai peluang bagi guru, tetapi karena masih belum
banyak guru yang memiliki dan memanfaatkan maka
hanya diberi bobot 0,2 dan skor 3 oleh para guru.
Pada faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi
guru untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengembangkan diri adalah
jaringan internet yang sering terganggu baik di
lingkungan sekolah. Faktor ini menyumbang bobot dan
skor yang cukup besar, yaitu 0,5 dan 5. Selanjutnya,
perkembangan teknologi yang sedemikian cepat
mengakibatkan guru ketinggalan beradaptasi, tetapi
tidak berpengaruh besar sehingga hanya diberi bobot
0,3 dan skor 3. Penyalahgunaan internet juga menjadi
ancaman, tetapi diberi bobot dan skor cukup kecil,
yaitu 0,2 dan 2, mengingat peran guru sebagai pendidik
yang meskipun ada tetapi dianggap kecil dalam hal ini.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Aspek Penguasaan Materi, Struktur, Konsep,
dan Pola Pikir Keilmuan yang Mendukung
Mata Pelajaran yang Diampu
Hasil analisis dalam matrik IFAS yaitu faktor-
faktor kekuatan dan kelemahan didapatkan skor akhir
59
0,8, sedangkan untuk matrik EFAS yaitu faktor-faktor
peluang dan ancaman skor akhirnya adalah -0,5. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di
kuadran 2 atau ST (Strenght-Treat) yaitu memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
Matrik SWOT berdasarkan hasil analisis
tersebut digambarkan sebagai berikut:
Kuadran 3 (WO) Kuadran 1 (SO)
Kuadran 4 (TW)
Kuadran 2 (ST)
Gambar 4.1 .
Matrik SWOT aspek penguasaan materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan.
Gambar 4.1. menunjukkan bahwa strategi yang
bisa dilakukan untuk mengembangkan aspek
penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan adalah dengan memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki oleh para guru untuk mengatasi tantangan
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
3
2
1
Berbagai Kekuatan Berbagai
Kelemahan
3 2 1
-1
-2
-3
-1 -2
Strategi dengan
memanfaatkan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
60
yang ada. Strategi ini dikenal juga dengan strategi
diversifikasi, yaitu mengembangkan kekuatan yang
dimiliki guna meminimalisir ancaman.
Tantangan terbesar adalah bahwa tidak ada
sanksi bagi guru yang cenderung stagnan atau tidak
mau mengembangkan potensinya. Dengan peraturan
bahwa guru minimal harus berijazah S-1, dan bahkan
beberapa sudah memiliki ijazah S-2 serta telah
memiliki sertifikat pendidik diharapkan mampu
menggugah motivasi guru untuk mengembangkan
penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan.
4.2.2. Aspek Penguasaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang
Diampu
Hasil analisis untuk aspek penguasaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu dalam matrik IFAS yaitu faktor-faktor kekuatan
dan kelemahan didapatkan skor akhir sebesar -1,25,
sedangkan untuk matrik EFAS yaitu faktor-faktor
peluang dan ancaman skor akhirnya adalah 0,5. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di
kuadran 3 atau WO (Weakness Opportunity) yaitu
memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi
kelemahan yang dimiliki.
Hasil analisis tersebut digambarkan dalam
matrik SWOT sebagai berikut:
61
Kuadran 3 (WO) Kuadran 1 (SO)
Kuadran 4 (TW) Kuadran 2 (ST)
Gambar 4.2.
Matrik SWOT aspek penguasaan standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran
Berdasarkan gambar 4.2. di atas dapat dilihat
bahwa pada aspek penguasaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, strategi
yang bisa digunakan adalah strategi turn arround, yaitu
dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengatasi kelemahan para guru. Kelemahan-
kelemahan guru dieliminir sembari memanfaatkan
peluang yang ada sehingga kompetensi profesional guru
dapat ditingkatkan pada aspek penguasaan standar
kompetensi ini.
Tersedianya anggaran yang disediakan oleh
komite sekolah untuk IHT (in house training) kurikulum
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
3
2 1 Berbagai Kekuatan Berbagai
Kelemahan
2
1
-1
-2
-3
-1 -2
Strategi dengan
memanfaatkan peluang
untuk mengatasi
kelemahan -3
-4
62
dan juga pelaksanaan program tahunan dari Dinas
Pendidikan Kota Salatiga untuk program peningkatan
kompetensi guru jika direalisasikan secara optimal bisa
untuk mengurangi kelemahan para guru yang memiliki
kebiasaan hanya meng-copy administrasi pembelajaran
tahun sebelumnya. Review dan sinkronisasi kurikulum
dengan dunia usaha/dunia industri yang dilaksanakan
secara berkala juga dapat mengurangi ketergantungan
guru yang membuat administrasi pembelajaran dengan
mencontoh atau men-download dari internet.
4.2.2. Aspek Pengembangan Materi Pelajaran yang
Diampu secara Kreatif
Hasil analisis dalam matrik IFAS yaitu faktor-
faktor kekuatan dan kelemahan didapatkan skor akhir
1,1, sedangkan untuk matrik EFAS yaitu faktor-faktor
peluang dan ancaman skor akhirnya adalah 0,6. Hasil
analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di
kuadran 1 atau dengan strategi agresif, yaitu SO
(Strenght-Opportunity) yang bisa dilakukan dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang dengan optimal.
Matrik SWOT berdasarkan hasil analisis
tersebut digambarkan sebagai berikut :
63
Kuadran 3 (WO) Kuadran 1 (SO)
Kuadran 4 (TW) Kuadran 2 (ST)
Gambar 4.3.
Matrik SWOT aspek pengembangan materi pelajaran
yang diampu secara kreatif
Gambar 4.3. menunjukkan bahwa strategi yang
tepat untuk mengembangkan aspek pengembangan
materi pelajaran yang diampu secara kreatif adalah
dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh para
guru agar dapat memanfaatkan peluang yang ada
secara optimal. Strategi ini dikenal juga dengan strategi
agresif. Inisiatif dan kreatifitas guru sangat dibutuhkan
dalam strategi ini, agar peluang yang ada tidak
terbuang.
Dengan faktor-faktor kekuatan antara lain
banyak guru yang telah bersertifikat pendidik dan
pernah mengikuti diklat kejuruan, guru dapat
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
3
2
1
Berbagai Kekuatan Berbagai
Kelemahan
3 2 1
-1
-2
-3
-1 -2
Strategi dengan
memanfaatkan kekuatan
untuk meraih peluang
-3
64
mengembangkan materi pelajaran dengan cara
memanfaatkan koleksi perpustakaan. Guru juga dapat
saling bertukar informasi atau berdiskusi dalam MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Jaringan internet
yang memadai juga memberi peluang untuk
memperkaya bahan ajar.
4.2.4. Aspek Mengembangkan Keprofesionalan
Secara Berkelanjutan dengan Melakukan
Tindakan Reflektif
Hasil analisis untuk aspek mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif dalam matrik IFAS yaitu
faktor-faktor kekuatan dan kelemahan didapatkan skor
akhir sebesar 0,9, sedangkan untuk matrik EFAS yaitu
faktor-faktor peluang dan ancaman skor akhirnya
adalah 0,9. Dengan demikian dari matrik IFAS dan
EFAS didapatkan hasil yang sama. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran 1 atau
dengan strategi SO (Strength Opportunity) yaitu
memanfaatkan kekuatan untuk mengoptimalkan
peluang yang ada.
Hasil analisis tersebut digambarkan dalam
matrik SWOT sebagai berikut :
65
Kuadran 3 (WO) Kuadran 1 (SO)
Kuadran 4 (TW) Kuadran 2 (ST)
Gambar 4.4.
Matrik SWOT aspek pengembangan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
Berdasarkan gambar 4.4. di atas dapat
dideskripsikan bahwa pada aspek pengembangan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, strategi yang tepat
digunakan adalah strategi agresif, yaitu dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki para guru agar
bisa memanfaatkan peluang dengan optimal. Dalam hal
ini guru dituntuk untuk aktif, kreatif dan inisiatif.
Beberapa faktor kekuatan yang ada pada guru
misalnya telah banyak guru yang lulus uji komptensi,
guru ada yang menjadi asesor, dan guru yang secara
periodik mendapat kesempatan mengikuti diklat.
Berbagai Ancaman
3
2
1
Berbagai Kekuatan Berbagai
Kelemahan
3 2 1
-1
-2
-3
-1 -2
Strategi dengan
memanfaatkan kekuatan
untuk meraih peluang
-3
Berbagai Peluang
66
Peluang mengikuti diklat didukung oleh program
pemerintah melalaui BP Dikjur yang selalu melakukan
panggilan diklat ke SMK Negeri 2 Salatiga setiap tahun.
Guru yang telah membuat PTK, dan dilaksanakannya
program tahunan pelatihan pembuatan PTK oleh BKD
Kota Salatiga dan LPMP Provinsi Jawa Tengah juga
dapat dimanfaatkan untuk mengembangakan
keprofesionalan guru secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
4.2.5. Aspek Memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Untuk Mengembangkan Diri
Hasil analisis untuk aspek pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri dalam matrik IFAS yaitu faktor-
faktor kekuatan dan kelemahan didapatkan skor akhir
sebesar 0,6, sedangkan untuk matrik EFAS yaitu
faktor-faktor peluang dan ancaman skor akhirnya
adalah 0,5. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
strategi berada di kuadran 1 atau dengan strategi SO
(Strength Opportunity) yaitu memanfaatkan kekuatan
untuk mengoptimalkan peluang yang ada. Faktor
kekuatan guru bersinergi dengan peluang yang ada
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi
guru tersebut.
Hasil analisis tersebut digambarkan dalam
matrik SWOT sebagai berikut :
67
Kuadran 3 (WO) Kuadran 1 (SO)
Kuadran 4 (TW) Kuadran 2 (ST)
Gambar 4.5
Matrik SWOT aspek pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri
Berdasarkan gambar 4.5 di atas dapat
dideskripsikan bahwa pada aspek pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri, strategi yang tepat digunakan
adalah strategi agresif, yaitu dengan memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki para guru agar bisa
memanfaatkan peluang dengan optimal.
Guru di SMK Negeri 2 Salatiga sebagian besar
telah mengikuti diklat internal e-learning, dan telah
terbiasa memanfaatkan internet untuk pembelajaran.
Lap top yang bukan lagi merupakan barang mewah
serta fasilitas internet yang memadai dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan diri. Hal ini
Berbagai Ancaman
3
2
1
Berbagai Kekuatan Berbagai
Kelemahan
3 2 1
-1
-2
-3
-1 -2
Strategi dengan
memanfaatkan kekuatan
untuk meraih peluang
-3
Berbagai Peluang
68
didukung dengan fasilitas sekolah yang memadai, baik
dalam hal ketersediaan media pembelajaran off-line
maupun on-line.
Pada era teknologi saat ini, guru yang mengajar
dengan cara konvensional akan semakin ketinggalan,
bahkan dianggap tidak profesional oleh rekan-rekan
seprofesinya. Begitu pula guru yang mengajar dengan
mengandalkan job sheet, harus senantiasa mengup-
datenya agar sesuai dengan perkembangan jaman.
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi,
semestinya guru semakin mudah mengembangkan
dirinya.