BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hubungan ...repository.ub.ac.id/974/5/BAB IV.pdfTumbuhan Bebas...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hubungan ...repository.ub.ac.id/974/5/BAB IV.pdfTumbuhan Bebas...
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Kekerabatan dengan Penanda Morfologi
4.1.1 Konstruksi Fenetik
Berdasarkan hasil analisis data morfologi secara fenetik dapat diketahui bahwa secara
garis besar dendrogram yang terbentuk menunjukkan adanya pembagian 4 tribus dan 2
anak suku. Tribus tersebut meliputi Miliuseae, Xylopiae, Annoneae dan Uvariae, serta
anak suku Malmeoideae dan Annonoideae (Gambar 10). Pengelompokan kedua anak suku
tersebut dibedakan berdasarkan fusion of petal, bentuk inner petal dan habitus. Fusion of
petal pada anak suku Malmeoideae adalah memiliki petal (khususnya inner petal) yang
bergabung (connate) dan anak suku Annonoideae memiliki petal (khususnya inner petal )
yang terpisah (free). Bentuk inner petal pada anak suku Malmeoideae adalah mitriform dan
anak suku Annonoideae adalah valvate (Gambar 11). Habitus anak suku Malmeoideae
adalah pohon sedangkan anak suku Annonoideae adalah liana (woody climber) dan
sebagian pohon (Gambar 12). Ketiga karakter morfologi tersebut secara fenetik menjadi
autopomorfi antar anak suku dalam penelitian ini. Hasil pengelompokan tersebut sesuai
dengan skoring karakter morfologi secara fenetik (Lampiran 1).
Menurut Couvreur dkk. (2008), state character yang digunakan sebagai pembeda
dalam suku Annonaceae terutama berdasarkan carpel fusion (apocarpus/syncarpous),
jumlah carpel (sebanyak 1, 2-20 atau ˃20), habitus (pohon/semak/liana), petal aestivation
dalam kuncup (imbricate/valvate), petal fusion (free/fused), pollen unit (single/compound)
dan exine infratectum (granular/intermediate/columellar). Menurut Koek-Norman dkk.
(1990), struktur gynoecium, jumlah petal, aestivation of petals, ukuran relatif dari outer
dan inner petal, bentuk petal, bunga atau perbungaan yang sympetalous, ujung dari
connective, ada tidaknya indumentum atau rambut, plasenta dan jumlah ovule, tipe
phyllotaxis dan posisi bunga atau perbungaan menjadi karakter pembeda tribus dalam suku
Annonaceae berdasarkan karakter bunga.
38
Gambar 10. Dendrogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur; Mgc=Magnolia candollii dan Mic=Michelia champaca (outgroup), Mp=Mitrephora polypyrena, Mr=Mitrephora reticulata, Pr=Pseuduvaria reticulata, Oh=Orophea hexandra, Oe=Orophea enneandra, Mj=Mitrephora javanica, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Posp=Popowia sp., Mm=Miliusa macropoda, Sh=Saccopetalum horsfieldii, Psp=Polyalthia sp., Ab=Artabotrys blumei, Pl=Polyalthia lateriflora, Sb=Stelechocarpus burahol, Am=Annona muricata, Asp=Annona sp., Ad=Anomianthus dulcis, Fl=Fissistigma latifolium, Osp=Oxymitra sp., Us=Uvaria schizocalyx, Uc=Uvaria concava, Ur=Uvaria rufa, Au=Artabotrys uncinatus, Msp=Mitrephora sp., dan Up=Uvaria purpurea (in-group)
Gambar 11. Karakter inner petal (tanda panah) sebagai pembeda anak suku Malmeoideae dan Annonoideae; a. Mitrephora polypyrena, b. Pseuduvaria reticulata, c. Orophea enneandra, d. Meiogyne cylindrocarpa – inner petal connate dan mitriform, e. Uvaria schizocalyx, f. Anomianthus dulcis, g. Mitrephora sp. dan h. Fissistigma latifolium – inner petal free dan valvate
0,40
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
D is t a n c e
M g cM icM pM rP rO hO e 1O e 2O e 3M jM c 1M c 2P o s p .M mS hP s p .A bP lS bA mA s p .A dF lO s p .U sU cU rA uM s p .U p
outgroup
Miliuseae
Annoneae
Uvariae
Annonoideae
Malmeoideae
Xylopiae
a c b d
e f g h
39
Gambar 12. Karakter habitus (tanda panah) sebagai pembeda anak suku Malmeoideae dan
Annonideae; a. Saccopetalum horsfieldii, b. Mitrephora polypyrena – habitus pohon, c. Uvaria schizocalyx, d. Mitrephora sp. – habitus woody climber
4.1.2 Konstruksi Filogenetik
Berdasarkan hasil analisis data morfologi secara filogenetik dapat diketahui bahwa
pengelompokan kladogram yang dihasilkan sesuai dengan dendrogam hasil
pengelompokan data morfologi secara fenetik. Dimana terdapat pembagian 2 anak suku
yaitu Malmeoideae dan Annonoideae, serta 4 tribus yaitu Miliuseae, Xylopiae, Annoneae
dan Uvariae (Gambar 13). Pengelompokan jenis dalam kladogram tersebut merupakan
analisis hasil skoring secara filogenetik (Lampiran 3). Perbedaan antara dendrogram hasil
pengelompokan secara fenetik dengan kladogram hasil pengelompokan secara filogenetik
hanya berbeda pada jarak kedekatan pada masing-masing clade yang terbentuk.
a b
c d
40
Gambar 13. Dendrogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur; Mgc=Magnolia candollii dan Mic=Michelia champaca (outgroup), Mp=Mitrephora polypyrena, Mr=Mitrephora reticulata, Pr=Pseuduvaria reticulata, Oh=Orophea hexandra, Oe=Orophea enneandra, Mj=Mitrephora javanica, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Posp=Popowia sp., Mm=Miliusa macropoda, Sh=Saccopetalum horsfieldii, Psp=Polyalthia sp., Ab=Artabotrys blumei, Pl=Polyalthia lateriflora, Sb=Stelechocarpus burahol, Am=Annona muricata, Asp=Annona sp., Ad=Anomianthus dulcis, Fl=Fissistigma latifolium, Osp=Oxymitra sp., Us=Uvaria schizocalyx, Uc=Uvaria concava, Ur=Uvaria rufa, Au=Artabotrys uncinatus, Msp=Mitrephora sp., dan Up=Uvaria purpurea (in-group)
Tribus Miliuseae terbagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok Mitrephora reticulata-
Pseuduvaria reticulata-Orophea hexandra, kelompok Orophea enneandra-Mitrephora
javanica-Meiogyne cylindrocarpa, kelompok Popowia sp.-Miliusa macropoda-
Saccopetalum horsfieldii-Polyathia sp., dan Mitrephora polypyrena yang terpisah sendiri
namun masih tergabung dalam tribus Miliuseae. Karakter morfologi dalam tribus
Miliuseae didasarkan pada kesamaan (sinapomorfi) habitus pohon, perkembangan batang
pokok monopodial, letak cabang pada batang pokok ritmik, arah tumbuh batang tegak
lurus (erectus), arah pertumbuhan cabang plagiotropik, bau pepagan harum, komposisi
1,28
1,12
0,96
0,80
0,64
0,48
0,32
0,16
0,00
Distance
MgcMicMpMrPrOhOe1Oe2Oe3MjMc1Mc2Posp.MmShPsp.AbPlSbAmAsp.AdFlOsp.UsUcUrAuMsp.Up
outgroup
Miliuseae Malmeoideae
Xylopiae
Annoneae
Uvariae
Annonoideae
41
daun majemuk, susunan daun berseling, tekstur sepal not fleshy, ketebalan sepal tipis,
jumlah whorls dua, tidak ada tendril, jumlah petal, diameter batang dan lebar daun.
Kesamaan karakter tersebut dikelompokkan dalam anak suku Malmeoideae.
Kelompok Mitrephora reticulata-Pseuduvaria reticulata-Orophea hexandra
dibedakan (autopomorfi) berdasarkan karakter bentuk tajuk, warna batang, warna cabang
muda, warna pepagan, pepagan luar dan dalam, tekstur daun, permukaan daun, bentuk
pangkal daun, pubescence pada permukaan daun bagian bawah, warna daun muda, tepi
daun, leaf blade venation, fusion pada sepal, bentuk sepal, warna outer dan inner petal,
bentuk petal, floral glands, jumlah stamen, warna stamen, letak bunga, warna peduncle
bunga, warna sepal dan ada tidaknya gland.
Kelompok Orophea enneandra-Mitrephora javanica-Meiogyne cylindrocarpa
dibedakan berdasarkan karakter bentuk tajuk, warna batang, warna cabang muda, warna
pepagan, pepagan luar dan dalam, permukaan tangkai daun, tekstur daun, permukaan daun,
bentuk daun, bentuk pangkal daun, pubescence pada permukaan daun bagian atas dan
bawah, warna daun muda, leaf blade venation, sepal pubescence, indumentum pada sepal,
warna outer dan inner petal, ukuran petal, bentuk petal, floral glands, indumentum pada
petal, torus of petal, jumlah stamen, tipe stamen, warna daun adaksial dan abaksial, letak
bunga, warna peduncle bunga, permukaan peduncle bunga, warna sepal, dan ada tidaknya
glands.
Kelompok Popowia sp.-Miliusa macropoda-Saccopetalum horsfieldii-Polyathia sp.
dibedakan berdasarkan karakter bentuk tajuk, warna cabang muda, warna pepagan,
pepagan luar dan dalam, permukaan tangkai daun, tekstur daun, permukaan daun, bentuk
daun, bentuk pangkal daun, bentuk ujung daun, pubescence pada permukaan daun bagian
bawah, warna daun muda, leaf blade venation, sepal pubescence, tipe sepal, bentuk sepal,
ukuran sepal, indumentum pada sepal, expansion of petal, aestivation of petal, fusion of
petal, warna outer petal, pubescence of petal, ukuran petal, tekstur petal, ketebalan petal,
bentuk petal, bentuk petal, bentuk inner petal, torus of petal, bentuk stamen, tipe stamen,
panjang stamen, warna stamen, warna daun adaksial dan abaksial, letak bunga, warna
peduncle bunga dan warna sepal.
Saccopetalum horsfieldii berkelompok dengan Miliusa macropoda, dikarenakan
marga Saccopetalum merupakan sinonim dari marga Miliusa sehingga termasuk dalam
satu kelompok (Bennett, 1840). Anak suku Malmeoideae dicirikan oleh karakter khas pada
anak suku tersebut yaitu memiliki habitus pohon, susunan bunga spiral phyllotaxis,
kelamin bunga hermaphroditic (kadang-kadang (andro)dioecious, jarang
42
(andro)monoecious, bentuk apical connective prolongation peltate-truncate, peltate-
apiculate, tongue-shaped/tidak ada, connective extension of anthers nonseptate,
staminodia bagian dalam jarang ada, indumentum simple hairs dan jarang yang T-shaped
hairs, ada bracts dan letak bunga terminal atau axillary (Chatrou dkk., 2012). Chaowasku
dkk. (2014) mengelompokkan masing-masing marga tersebut dalam tribus Miliuseae
berdasarkan bentuk pollen, yaitu untuk marga Mitrephora dan Pseuduvaria memiliki
bentuk pollen disulculate; tetrad, marga Orophea, Meiogyne, Popowia, Miliusa dan
Polyalthia memiliki bentuk pollen disulculate; monad, dan marga Stelechocarpus memiliki
bentuk pollen cryptoaperturate/disulculate; monad. Berdasarkan kedua pengelompokan
tersebut dominan dibedakan berdasarkan karakter habitus dan karakter generatif khususnya
bunga (terutama pada staminodia, apical connective prolongation dan pollen). Karakter
lain yang ditambahkan dari hasil penelitian ini sebagai karakter pembeda pada
pengelompokan masing-masing marga yaitu perkembangan batang pokok monopodial,
letak cabang pada batang pokok ritmik, arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), arah
pertumbuhan cabang plagiotropik, bau pepagan harum, komposisi daun majemuk, susunan
daun berseling, tekstur sepal not fleshy, ketebalan sepal tipis, jumlah whorls dua, tidak ada
tendril, jumlah petal, diameter batang dan lebar daun.
Tribus Annoneae terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok Artabotrys blumei-
Polyalthia lateriflora-Stelechocarpus burahol serta kelompok Annona muricata dan
Annona sp. Kedua kelompok tersebut didasarkan pada kesamaan (sinapomorfi) bau
pepagan harum, komposisi daun majemuk, susunan daun berseling, permukaan daun dan
tangkai daun glabrous, bentuk ujung daun acuminate, pubescence pada permukaan daun
bagian atas dan bawah tidak ada, warna daun tua dark green, tepi daun entire, sepal and
petal pubescence tidak ada, ukuran sepal pendek, jumlah whorls dua, fusion of petal free,
ukuran petal sedang, bentuk inner petal valvate, floral glands tidak ada, indumentum pada
petal glabrous, jumlah stamen banyak, permukaan peduncle bunga glabrous, jumlah petal,
umur tanaman dan diameter batang. Menurut Chatrou dkk. (2012), Artabotrys blumei
termasuk dalam tribus Xylopiae (anak suku Annonoideae), Polyalthia lateriflora dan
Stelechocarpus burahol termasuk dalam tribus Miliuseae (anak suku Malmeoideae).
Namun dalam penelitian ini, pengelompokan kedua jenis tersebut menunjukkan adanya
perbedaan. Selain itu, tribus Annoneae dalam dendrogram berada satu kelompok dengan
tribus Miliuseae. Chatrou dkk. (2012) sebagian mengelompokkannya ke dalam tribus
Annoneae, bergabung dengan tribus Uvariae yang berada dalam satu anak suku
Annonoideae. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan kombinasi karakter
43
vegetatif dan generatif (yaitu bunga), sehingga kemungkinan pembagian kelompok dapat
berbeda.
Tribus Uvariae terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok Anomianthus dulcis-
Fissistigma latifolium-Oxymitra sp., kelompok Uvaria schizocalyx-Uvaria concava-Uvaria
rufa dan kelompok Artabotrys uncinatus-Mitrephora sp.-Uvaria purpurea. Ketiga
kelompok tersebut didasarkan pada kesamaan (sinapomorfi) habitus liana (woody climber),
perkembangan batang pokok simpodial, letak cabang pada batang pokok menerus, arah
tumbuh batang memanjat (scandens), arah pertumbuhan cabang ortotropik, bau pepagan
harum, komposisi daun majemuk, susunan daun berseling, tepi daun entire, fusion pada
sepal dan petal free, tekstur sepal not fleshy, ketebalan sepal tipis, ukuran sepal pendek,
jumlah whorls dua, floral glands tidak ada, tidak ada glands, jumlah petal, Tinggi
Tumbuhan Bebas Cabang (TTBC), diameter batang dan jumlah tulang daun sekunder.
Menurut van Heusden (1992) dan Zhou dkk. (2010), sebagian besar marga dari Uvaria
memiliki karakter morfologi stellate hairs, valvate aestivation dan basally connate. Marga
Uvaria memiliki kedekatan dengan beberapa marga lain seperti Anomianthus,
Cyathostemma, Ellipeia, Ellipeiopsis dan Rauwenhoffia secara morfologi maupun genetik.
Hal ini sesuai dengan hasil pengelompokan jenis-jenis Annonaceae yang dianalisis dan
diduga memiliki kedekatan hubungan kekerabatan.
Tribus Annoneae dan Uvariae yang termasuk dalam anak suku Annonoideae
dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter habitus yang berupa pohon atau liana,
susunan daun spiral atau distichous phyllotaxis, kelamin bunganya kadang-kadang
(andro)dioecious dan jarang yang (andro)monoecious, bentuk apical connective
prolongation peltate-truncate, peltate-apiculate, jarang tongue-shaped/tidak ada,
staminodia bagian dalam jarang ada, indumentum simple hairs (jarang stellate hairs) untuk
Annoneae dan stellate hairs untuk Uvariae, letak bunga terminal/axillary, pollen
inaperture dan terkadang sulculate (Chatrou dkk., 2012).
Karakter apomorfi merupakan karakter kunci atau khas yang hanya dimiliki oleh in-
group dan diturunkan oleh out-group-nya. Dalam penelitian ini, karakter dari outgroup
yang diturunkan dalam in-group adalah pepagan dalam yang berwarna coklat muda, ada
tidaknya floral glands, daun muda yang berwarna merah dan outer petal yang berwarna
kekuningan. Karakter-karakter yang diturunkan oleh out-group tersebut mengalami evolusi
khususnya pada jenis Orophea enneandra, sedangkan pada jenis yang lain tidak.
44
4.2 Hubungan Kekerabatan dengan Penanda Molekuler DNA
4.2.1 Hasil Uji Kualitatif DNA
Hasil uji kualitatif DNA melalui elektroforesis gel agarosa (1%) pada sampel DNA
hasil isolasi menunjukkan adanya pendaran pita DNA, dengan ukuran lebih besar dari
10.000 bp. Intensitas pita DNA bervariasi dari tipis, sedang dan tebal yaitu sebanyak 12
sampel memiliki pendaran pita DNA tipis, 7 sampel memiliki pendaran pita DNA sedang
dan 11 sampel memiliki pendaran pita DNA tebal (Gambar 14).
Gambar 14. Elektroforegram hasil isolasi DNA (1%); M=marker, Ab=Artabotrys blumei, Us=Uvaria schizocalyx, Psp=Polyalthia sp., Oe=Orophea enneandra, Uc=Uvaria concava, Mm=Miliusa macropoda, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Oh=Orophea hexandra, Ad=Anomianthus dulcis, Up=Uvaria purpurea, Asp=Annona sp., Sh=Saccopetalum horsfieldii, Mp=Mitrephora polypyrena, Sb=Stelechocarpus burahol, Pl=Polyalthia lateriflora, Mr=Mitrephora reticulata, Am=Annona muricata, Fl=Fissistigma latifolium, Au=Artabotrys uncinatus, Mj=Mitrephora javanica, Osp=Oxymitra sp., Ur=Uvaria rufa, Posp=Popowia sp., Mic=Michelia champaca, Msp=Mitrephora sp., Pr=Pseuduvaria reticulata, Mgc=Magnolia candollii
M Ab Us Psp Oe1 Uc Mc1 Mm Oe2 Oh Ad Up Asp Sh Mp Sb Pl
M Mr Am Fl Au Mj Osp Ur Posp Oe3 Mc2 Mic Msp Pr Mgc
1000 bp
1000 bp
3000 bp
3000 bp 10.000 bp
10.000 bp
45
Adanya intensitas pita DNA yang tipis kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal
yaitu umur dari sampel daun yang digunakan terlalu tua karena daun muda tidak
ditemukan saat pengambilan sampel (seperti pada sampel daun Polyalthia lateriflora,
Popowia sp., Uvaria concava dan Uvaria purpurea). Umur dan jenis jaringan daun yang
digunakan saat isolasi DNA akan berpengaruh terhadap hasil dan kualitas DNA, dimana
jaringan daun yang muda, segar dan lembut akan menghasilkan kualitas DNA yang baik.
Daun yang terlalu tua mengandung banyak polifenol dan polisakarida (Sahu dkk., 2012;
Shatelly dkk., 2014). Hasil elektroforesis juga menunjukkan adanya smear yang berarti
bahwa terdapat kontaminan RNA atau protein yang akan berpengaruh terhadap proses
amplifikasi DNA. Smear mengindikasikan adanya degradasi DNA (Shekhar Das dkk.,
2013).
4.2.2 Hasil Uji Kuantitatif DNA
Konsentrasi DNA hasil isolasi berkisar antara 32,5 – 876 ng/µl, dengan konsentrasi
DNA terendah pada jenis Uvaria purpurea dan konsentrasi DNA tertinggi pada jenis
Stelechocarpus burahol (Tabel 4). Sampel tanaman yang memiliki konsentrasi di atas 100
ng/µl sebanyak 24 jenis (80%), sedangkan sampel tanaman yang memiliki konsentrasi di
bawah 100 ng/µl sebanyak 6 jenis (20%). Kisaran konsentrasi DNA yang digunakan untuk
amplifikasi DNA yaitu antara 0,1-1 ug (Rahayu & Nugroho, 2015).
DNA dikatakan murni apabila berada pada kemurnian 1,8-2,0. Apabila kemurnian
DNA kurang dari 1,8 mengindikasikan adanya kontaminasi fenol, protein atau kontaminan
lainnya. Apabila kemurnian DNA lebih dari 2 mengindikasikan adanya kontaminasi RNA
(Fatchiyah dkk., 2011; Rahayu & Nugroho, 2015; Bina dkk., 2016). Tabel 4 menunjukkan
bahwa kemurnian DNA sampel Annonaceae hasil isolasi berkisar antara -0,873 hingga
2,968. Kemurnian DNA antara 1,8–2 pada jenis Artabotrys blumei, Uvaria schizocalyx,
Miliusa macropoda, Stelechocarpus burahol, Oxymitra sp. dan Michelia champaca. Isolat
DNA yang murni sebanyak 20% dari total sampel tanaman. Kemurnian isolat DNA yang
berada di atas 2 sebanyak 10 jenis (33,33%) berarti isolat tersebut mengandung banyak
kontaminan RNA, sedangkan kemurnian isolat DNA yang berada di bawah 1,8 sebanyak
14 jenis (46,67%) berarti mengandung banyak kontaminan protein dan polifenol. Hal ini
disebabkan karena tidak digunakannya RNase dan Proteinase-K saat pelaksanaan isolasi
DNA.
46
Tabel 4. Konsentrasi dan kemurnian DNA hasil isolasi No Jenis Konsentrasi DNA
(ng/µl) Kemurnian DNA
1 Artabotrys blumei 85 1,842 2 Uvaria schizocalyx 621 1,925 3 Polyalthia sp. 522 2,337 4 Orophea enneandra 1 284 1,625 5 Uvaria concava 94,3 2,786 6 Meiogyne cylindrocarpa 199 1,302 7 Miliusa macropoda 72,8 1,875 8 Orophea enneandra 2 255 1,296 9 Orophea hexandra 136 0,966
10 Anomianthus dulcis 260 1,528 11 Uvaria purpurea 32,5 1,779 12 Annona sp. 201 1,627 13 Saccopetalum horsfieldii 173 1,15 14 Mitrephora polypyrena 468 1,129 15 Stelechocarpus burahol 876 2,075 16 Polyalthia lateriflora 85,8 2,172 17 Mitrephora reticulata 133 -0,873 18 Annona muricata 223 2,968 19 Fissistigma latifolium 299 2,167 20 Artabotrys uncinatus 650 2,882 21 Mitrephora sp. 189 2,364 22 Mitrephora javanica 568 2,272 23 Oxymitra sp. 340 1,918 24 Uvaria rufa 296 1,768 25 Pseuduvaria reticulata 379 1,311 26 Popowia sp. 77,8 1,385 27 Orophea enneandra 3 187 2,567 28 Meiogyne cylindrocarpa 2 626 1,418 29 Michelia champaca 803 2,056 30 Magnolia candolli 284 2,127
4.2.3 Hasil Amplifikasi DNA
Jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur beserta outgroup berhasil teramplifikasi
dengan penanda molekuler DNA yang dianalisis melalui tehnik PCR. Penanda molekuler
DNA trnL-F berhasil mengamplifikasi semua jenis Annonaceae dan outgroup yang
dianalisis sehingga total keseluruhan sebanyak 30 sampel. Penanda molekuler DNA rbcL
hanya berhasil mengamplifikasi 27 jenis Annonaceae dan 1 jenis outgroup yang dianalisis.
Jenis Mitrephora reticulata (Annonaceae) dan Michelia champaca (outgroup) tidak
berhasil teramplifikasi. Total keseluruhan sampel hasil amplikasi pada penanda molekuler
rbcL adalah 28 sampel. Penanda molekuler DNA matK hanya berhasil mengamplifikasi 24
jenis Annonaceae dan 2 jenis outgroup yang dianalisis. Jenis-jenis Annonaceae yang tidak
berhasil teramplifikasi melalui penanda molekuler DNA matK adalah Annona sp., Orophea
enneandra 1, Uvaria concava dan Uvaria purpurea. Sehingga total sampel yang berhasil
teramplifikasi pada penanda molekuler matK sebanyak 26 sampel. Ketidakberhasilan
47
kedua penanda molekuler tersebut dalam mengamplifikasi DNA jenis tanaman yang
dianalisis disebabkan oleh faktor penanda molekuler DNA yang tidak dapat mengenali
daerah urutan basa nukleotida yang diharapkan saat proses amplifikasi karena sifatnya
yang universal. Universal berarti penanda molekuler tersebut dapat digunakan oleh semua
jenis organisme namun urutan sekuen DNA target tidak dapat diketahui secara spesifik
sehingga sekuen DNA primer dapat mengenali dan menempel di mana saja pada sekuen
DNA target. Penanda molekuler matK dan rbcL kurang spesifik membedakan jenis pada
Annonaceae, sehingga menyebabkan kesalahan fragmen yang diamplifikasi dimana primer
menempel pada bagian lain dari DNA serta bukan DNA target yang diinginkan (Rahayu &
Nugroho, 2015). Jumlah sampel yang digunakan untuk analisis lebih lanjut dalam
konsensus (gabungan ketiga penanda molekuler DNA) yaitu sebanyak 23 sampel dan
dianggap mewakili ketiga penanda molekuler DNA tersebut.
Gambar 15. Elektroforegram hasil amplifikasi DNA (1,5%) pada penanda molekuler rbcL; M=marker, Psp=Polyalthia sp., Oe=Orophea enneandra, Uc=Uvaria concava, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Mm=Miliusa macropoda, Ad=Anomianthus dulcis, Up=Uvaria purpurea, Asp=Annona sp., Sh=Saccopetalum horsfieldii, Mp=Mitrephora polypyrena, Sb=Stelechocarpus burahol, Ab=Artabotrys blumei, Us=Uvaria schizocalyx, Oh=Orophea hexandra, Pl=Polyalthia lateriflora, Am=Annona muricata, Mj=Mitrephora javanica, Osp=Oxymitra sp., Ur=Uvaria rufa, Mgc=Magnolia candollii, Fl=Fissistigma latifolium, Au=Artabotrys uncinatus, Posp=Popowia sp., Msp=Mitrephora sp., Pr=Pseuduvaria reticulata
M Psp Oe1 Uc Mc1 Mm Oe2 Ad Up Asp Sh Mp Sb Ab Us Oh Pl
M Am Mj Osp Ur Mc2 Mgc Fl Au Posp Msp Pr Oe3
500 bp
1000 bp
3000 bp
500 bp
1000 bp
3000 bp
48
Ukuran panjang DNA jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur hasil amplifikasi
berada pada kisaran 350 – 550 bp. Ukuran panjang DNA hasil amplifikasi penanda
molekuler DNA rbcL berada pada kisaran 350 – 450 bp, penanda molekuler DNA matK
berada pada kisaran 450 – 500 bp dan penanda molekuler DNA trnL-F berada pada kisaran
350 – 550 bp (Gambar 15-17). Ukuran DNA jenis-jenis Annonaceae tersebut tergolong
pendek. Menurut Hollingsworth dkk. (2011), panjang amplikon DNA target pada
tumbuhan Angiospermae dari penanda molekuler rbcL berada pada kisaran 444 - 492 bp,
matK berada pada kisaran 390 - 918 bp dan trnL-F berada pada kisaran 907-1037 bp. Pada
umumnya, panjang amplikon DNA tumbuhan yang menggunakan DNA barcode seperti
ketiga penanda molekuler yang digunakan tidak lebih dari 650 bp (Dong dkk., 2014).
Gambar 16. Elektroforegram hasil amplifikasi DNA (1,5%) pada penanda molekuler
matK; M=marker, Psp=Polyalthia sp., Oe=Orophea enneandra, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Mm=Miliusa macropoda, Oh=Orophea hexandra, Ad=Anomianthus dulcis, Sh=Saccopetalum horsfieldii, Mp=Mitrephora polypyrena, Sb=Stelechocarpus burahol, Pl=Polyalthia lateriflora, Mr=Mitrephora reticulata, Posp=Popowia sp., Msp=Mitrephora sp., Pr=Pseuduvaria reticulata, Am=Annona muricata, Fl=Fissistigma latifolium, Au=Artabotrys uncinatus, Mj=Mitrephora javanica, Osp=Oxymitra sp., Ur=Uvaria rufa, Mgc=Magnolia candollii, Ab=Artabotrys blumei, Us=Uvaria schizocalyx, Mic=Michelia champaca
500 bp
1000 bp
3000 bp
500 bp
1000 bp
3000 bp
49
Gambar 17. Elektroforegram hasil amplifikasi DNA (1,5%) pada penanda molekuler trnL-F; M=marker, Us=Uvaria schizocalyx, Psp=Polyalthia sp., Oe=Orophea enneandra, Uc=Uvaria concava, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Mm=Miliusa macropoda, Ad=Anomianthus dulcis, Up=Uvaria purpurea, Sh=Saccopetalum horsfieldii, Mp=Mitrephora polypyrena, Pl=Polyalthia lateriflora, Ab=Artabotrys blumei, Oh=Orophea hexandra, Sb=Stelechocarpus burahol, Asp=Annona sp., Am=Annona muricata, Fl=Fissistigma latifolium, Au=Artabotrys uncinatus, Mj=Mitrephora javanica, Osp=Oxymitra sp., Ur=Uvaria rufa, Mgc=Magnolia candollii, Mr=Mitrephora reticulata, Msp=Mitrephora sp., Pr=Pseuduvaria reticulata Posp=Popowia sp., dan Mic=Michelia champaca
4.2.4 Hasil Sekuensing DNA
Ukuran panjang DNA berdasarkan hasil sekuensing menunjukkan bahwa pada
penanda molekuler rbcL berada pada kisaran 392 – 421 bp dengan jumlah tanaman yang
memiliki kualitas DNA tinggi sebanyak 27 jenis (96,43%) dan satu jenis tanaman yang
memiliki kualitas DNA rendah yaitu Meiogyne cylindrocarpa 2 (Tabel 5). Ukuran panjang
DNA pada penanda molekuler matK berada pada kisaran 467 – 498 bp dengan jumlah
tanaman yang memiliki kualitas DNA tinggi sebanyak 25 jenis (96,15%) dan satu jenis
tanaman yang memiliki kualitas DNA rendah yaitu Anomianthus dulcis (Tabel 6). Kisaran
ukuran panjang DNA pada penanda molekuler trnL-F yaitu 384 – 550 bp dengan jumlah
M Am Fl Au Mj Osp Ur Oe3 Mc2 Mgc Mr Msp Pr Posp Mic
M Us Psp Oe1 Uc Mc1 Mm Oe2 Ad Up Sh Mp Pl Ab Oh Sb Asp
500 bp
500 bp
3000 bp
3000 bp
1000 bp
1000 bp
50
tanaman yang memiliki kualitas DNA tinggi sebanyak 30 jenis (100%) dan ditunjukkan
dalam Tabel 7. Secara keseluruhan ukuran panjang DNA jenis-jenis Annonaceae
berdasarkan hasil sekuensing di Laboratorium 1st Base berada pada kisaran antara 392 –
550 bp (Lampiran 4).
Kualitas sekuen DNA tertinggi pada penanda molekuler rbcL yaitu jenis Miliusa
macropoda (94,94%) dan terendah pada jenis Meiogyne cylindrocarpa 2 (28,49%). Jenis
Mitrephora sp. memiliki kualitas DNA tertinggi (96,82%) dan Anomianthus dulcis
memiliki kualitas DNA terendah (20,55%) pada penanda molekuler matK. Jenis tanaman
dengan kualitas DNA tertinggi pada penanda molekuler trnL-F yaitu Orophea hexandra
(96,45%) dan terendah pada jenis Meiogyne cylindrocarpa 1 (70,35%).
Hasil uji homologi sekuen DNA dengan BLAST di NCBI menunjukkan bahwa secara
keseluruhan sampel yang dianalisis termasuk dalam jenis-jenis Annonaceae. Sekuen DNA
pada jenis Stelechocarpus burahol dan Annona muricata homologi dengan sekuen DNA
yang ada di NCBI pada ketiga penanda molekuler DNA. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua jenis tersebut benar identitas jenisnya secara genetik karena sekuen DNAnya identik
dengan sekuen DNA di NCBI. Persentase homologi dengan BLAST untuk kedua jenis
tersebut sebesar 99%. Jenis-jenis Annonaceae lainnya menunjukkan adanya kesamaan
marga berdasarkan uji homologi dengan BLAST namun berbeda jenis. Selain itu juga
terdapat perbedaan hasil uji homologi pada beberapa sampel, dimana sampel tanaman
tersebut berbeda marga namun masih berada dalam satu tribus untuk masing-masing
penanda molekuler DNA. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan terjadi kekeliruan
dalam proses identifikasi sebelumnya, seperti pada jenis Fissistigma latifolium, Artabotrys
uncinatus, Mitrephora javanica, Miliusa macropoda dan Meiogyne cylindrocarpa.
Persentase homologi dengan BLAST pada penanda molekuler rbcL berada di kisaran
85 – 99% (Tabel 5), 96 – 100% pada penanda molekuler matK (Tabel 6) dan 96 – 99%
pada penanda molekuler trnL-F (Tabel 7). Persentase homologi tertinggi pada jenis
Magnolia candolli (100%) dan terendah pada jenis Meiogyne cylindrocarpa 1 (85%).
Berdasarkan uji homologi tersebut maka jenis Meiogyne cylindrocarpa 1 tidak dilanjutkan
untuk analisis berikutnya karena sekuen DNA yang dianalisis lebih lanjut adalah sekuen
yang memiliki persentase homologi ≥92%.
51
Tabel 5. Hasil uji homologi dengan BLAST pada penanda molekuler rbcL No Jenis Panjang
sekuen % kualitas
DNA Homologi dengan BLAST
% ident. Jenis 1 Annona sp. 397 94,207 99 Annona montana 2 Saccopetalum horsfieldii 395 94,43 99 Mitrephora thorelii 3 Anomianthus dulcis 398 94,221 99 Desmos chinensis 4 Mitrephora polypyrena 398 94,221 99 Mitrephora polypyrena 5 Artabotrys blumei 421 71,971 98 Artabotrys modestus 6 Stelechocarpus burahol 395 94,43 99 Stelechocarpus burahol 7 Polyalthia lateriflora 403 92,06 98 Phaeanthus ophthalmicus 8 Uvaria schizocalyx 397 94,458 99 Uvaria siamensis 9 Popowia sp. 396 92,424 99 Alphonsea glandulosa
10 Orophea enneandra 1 398 91,96 98 Orophea sp. 11 Orophea enneandra 2 395 93,165 99 Pseuduvaria aurantiaca 12 Annona muricata 395 87,848 99 Annona muricata 13 Fissistigma latifolium 395 74,684 95 Uvaria dulcis 14 Artabotrys uncinatus 397 90,68 99 Uvaria siamensis 15 Mitrephora sp. 393 91,349 99 Uvaria siamensis 16 Mitrephora javanica 395 92,658 98 Pseuduvaria villosa 17 Uvaria concava 397 93,199 99 Uvaria siamensis 18 Oxymitra sp. 395 84,051 95 Desmos chinensis 19 Uvaria rufa 397 82,116 96 Uvaria rufa 20 Pseuduvaria reticulata 396 93,939 99 Mitrephora thorelii 21 Uvaria purpurea 397 91,436 99 Uvaria labbiana 22 Polyalthia sp. 395 87,595 99 Polyalthia littoralis 23 Orophea enneandra 3 397 94,458 99 Orophea sp. 24 Orophea hexandra 395 94,177 99 Orophea enneandra 25 Miliusa macropoda 396 94,949 99 Pseuduvaria froggattii 26 Meiogyne cylindrocarpa 1* 395 94,937 85 Orophea hainanensis 27 Meiogyne cylindrocarpa 2 393 28,499 99 Orophea cf. malayana 28 Magnolia candolli 392 91,071 98 Talauma gloriensis
Ket: bertanda * menunjukkan jenis yang tidak digunakan untuk analisis lebih lanjut Tabel 6. Hasil uji homologi dengan BLAST pada penanda molekuler matK
No Jenis Panjang sekuen
% kualitas DNA
Homologi dengan BLAST % ident. Jenis
1 Saccopetalum horsfieldii 495 93,737 99 Miliusa sp. 2 Anomianthus dulcis 467 20,557 96 Desmos chinensis 3 Mitrephora polypyrena 495 95,354 99 Mitrephora polypyrena 4 Artabotrys blumei 473 95,56 99 Artabotrys sp. 5 Stelechocarpus burahol 490 96,327 99 Stelechocarpus burahol 6 Polyalthia lateriflora 476 78,571 99 Monoon kingii 7 Mitrephora reticulata 476 93,908 99 Pseuduvaria subcordata 8 Uvaria schizocalyx 474 94,515 99 Uvaria hirsuta 9 Popowia sp. 473 96,195 99 Miliusa lineata
10 Orophea enneandra 1 480 94,167 99 Orophea enterocarpa 11 Annona muricata 474 95,992 99 Annona muricata 12 Fissistigma latifolium 474 96,624 99 Uvaria dulcis 13 Artabotrys uncinatus 474 95,781 99 Cyathostemma micranthum 14 Mitrephora sp. 472 96,822 99 Cyathostemma micranthum 15 Mitrephora javanica 473 93,235 99 Mitrephora vittata 16 Oxymitra sp. 476 95,588 99 Desmos dumosus 17 Uvaria rufa 476 95,168 99 Uvaria rufa 18 Pseuduvaria reticulata 498 88,956 99 Pseuduvaria subcordata 19 Polyalthia sp. 473 94,715 99 Polyalthia littoralis 20 Orophea enneandra 3 475 94,947 99 Orophea enterocarpa 21 Orophea hexandra 472 96,61 99 Orophea sp.
52
Tabel 6. Hasil uji homologi dengan BLAST pada penanda molekuler matK - lanjutan No Jenis Panjang
sekuen % kualitas
DNA Homologi dengan BLAST
% ident. % ident. 22 Miliusa macropoda 477 91,195 99 Meiogyne cylindrocarpa 23 Meiogyne cylindrocarpa 1 475 88,956 99 Orophea polycarpa 24 Meiogyne cylindrocarpa 2 471 93,843 99 Orophea polycarpa 25 Magnolia candolli 494 92,51 100 Magnolia paenetalauma 26 Michelia champaca 474 96,203 99 Michelia champaca
Tabel 7. Hasil uji homologi dengan BLAST pada penanda molekuler trnL-F
No Jenis Panjang sekuen
% kualitas DNA
Homologi dengan BLAST % ident. Jenis
1 Annona sp. 536 79,851 96 Annona montana 2 Saccopetalum horsfieldii 526 95,247 99 Miliusa horsfieldii 3 Anomianthus dulcis 525 95,619 98 Friesodielsia desmoides 4 Mitrephora polypyrena 537 95,531 99 Mitrephora keithii 5 Artabotrys blumei 533 94,559 98 Artabotrys hexapetalus 6 Stelechocarpus burahol 545 93,394 99 Stelechocarpus burahol 7 Polyalthia lateriflora 538 95,539 99 Polyalthia cf. glabra 8 Mitrephora reticulata 539 95,547 99 Pseuduvaria reticulata 9 Uvaria schizocalyx 531 94,162 99 Uvaria hirsuta
10 Popowia sp. 533 94,934 98 Miliusa horsfieldii 11 Orophea enneandra 1 544 91,912 99 Orophea enneandra 12 Orophea enneandra 2 547 91,408 99 Orophea enneandra 13 Annona muricata 384 93,229 99 Annona muricata 14 Fissistigma latifolium 526 96,388 99 Ellipeia dulcis 15 Artabotrys uncinatus 523 95,602 99 Cyathostemma viridiflora 16 Mitrephora sp. 535 92,897 99 Cyathostemma viridiflora 17 Mitrephora javanica 536 96,082 99 Mitrephora longifolia 18 Uvaria concava 535 92,523 98 Cyathostemma viridiflora 19 Oxymitra sp. 524 96,183 98 Friesodielsia desmoides 20 Uvaria rufa 525 93,143 99 Cyathostemma viridiflora 21 Pseuduvaria reticulata 547 93,601 99 Pseuduvaria reticulata 22 Uvaria purpurea 524 95,802 99 Cyathostemma viridiflora 23 Polyalthia sp. 528 83,712 99 Polyalthia littoralis 24 Orophea enneandra 3 546 90,659 99 Orophea enneandra 25 Orophea hexandra 536 96,455 99 Orophea enneandra 26 Miliusa macropoda 538 95,353 99 Meiogyne cylindrocarpa 27 Meiogyne cylindrocarpa 1 543 70,35 96 Orophea polycarpa 28 Meiogyne cylindrocarpa 2 550 94 99 Orophea polycarpa 29 Magnolia candolli 534 91,948 99 Magnolia liliifera 30 Michelia champaca 531 95,669 99 Michelia champaca
4.2.5 Hubungan Kekerabatan Annonaceae Berdasarkan Penanda Molekuler DNA
Analisis hubungan kekerabatan jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur ditunjukkan
dalam kladogram ketiga penanda molekuler DNA yaitu rbcL, matK dan trnL-F.
Kladogram pada masing-masing penanda molekuler DNA tersebut dianalisis dengan
menggunakan metode analisis Neighbour-Joining (NJ), Maximum Parsimony (MP) dan
Maximum Likelihood (ML). Masing-masing metode analisis tersebut memiliki kelebihan
dan kelemahan sehingga perlu dibandingkan untuk mendapatkan pohon filogeni yang tepat
berdasarkan kongruensi topologi pohon. Analisis NJ adalah metode analisis kladogram
53
untuk mengukur panjang cabang pada pohon filogeni. Dua nodes yang terdekat dan belum
bergabung pada pohon filogeni akan dipilih dan didefinisikan sebagai “neighbour” pada
pohon tersebut, serta merupakan algoritma yang paling sederhana. Analisis MP adalah
metode analisis kladogram untuk mengevaluasi semua alternatif dari pohon-pohon
filogeni, menghitung panjang pohon-pohon tersebut, memilih pohon yang terpendek serta
mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan yang paling banyak muncul. Analisis ML
adalah metode analisis kladogram yang hampir sama dengan Maximum Parsimony yaitu
mengevaluasi alternatif-alternatif dari pohon filogeni, namun mempertimbangkan
kemungkinan yang didasarkan pada model evolusi terpilih dimana masing-masing pohon
filogeni menjelaskan data tersebut atau analisis keprimitifan rantai kimia dari basa
(Simpsons, 2010; Rahayu & Nugroho, 2015).
Topologi pohon filogeni yang diterima dalam sistematika adalah yang bersifat
monofiletik, dikotom, tidak terdapat politomi, nilai bootstrap tinggi (≥72) serta kekokohan
atau kekonsistenan klad. Kelompok monofiletik memiliki satu leluhur yang sama dan
semua keturunannya berasal dari leluhur tersebut. Hal ini menyebabkan anggota-anggota
di dalam kelompok monofiletik dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dan
diasumsikan membawa sifat atau pola genetik dan biokimia yang sama (Hidayat &
Pancoro, 2008; Rahayu & Nugroho, 2015).
Topologi pohon filogeni yang dihasilkan melalui ketiga metode analisis NJ, MP dan
ML menunjukkan pembagian 2 klad utama yang sama yaitu dibedakan dalam anak suku
Malmeoideae (klad I) dan Annonoideae (klad II). Klad I merupakan kelompok jenis dari
tribus Miliuseae, sedangkan klad II terdiri dari 3 sub klad yaitu tribus Xylopiae sebagai sub
klad 1, tribus Annoneae sebagai sub klad 2 dan tribus Uvariae sebagai sub klad 3.
Perbedaan pembagian tribus antara kladogram hasil karakterisasi morfologi dan hasil
parameter molekuler terletak pada posisi pengelompokan jenis Stelechocarpus burahol dan
Polyalthia lateriflora dalam sub klad. Posisi jenis Stelechocarpus burahol dan Polyalthia
lateriflora menurut hasil karakterisasi morfologi berada dalam tribus Annoneae (anak suku
Annonoideae) sedangkan menurut hasil parameter molekuler berdasarkan ketiga penanda
molekuler DNA berada dalam tribus Miliuseae (anak suku Malmeoideae). Menurut
Chatrou, dkk. (2012) menyatakan bahwa kedua jenis tersebut termasuk dalam tribus
Miliuseae (anak suku Malmeoideae) berdasarkan pengelompokan hubungan kekerabatan
menggunakan kombinasi penanda molekuler rbcL, matK, ndhF, trnL, trnT-L, trnL-F, trnS-
G, αtpB-rbcL dan psbA-trnH.
54
Anak suku Annonoideae termasuk dalam kelompok Long Branch Clades (LBC),
dimana merepresentasikan 60% dari diversitas jenis dalam suku Annonaceae dan
merupakan sister dari anak suku Malmeoideae yang termasuk dalam kelompok Short
Branch Clades (SBC) yang merepresentasikan 35% dari diversitas jenis dalam suku
Annonaceae. Basal grade dan sister dari kedua anak suku tersebut adalah anak suku
Ambavioideae dan Anaxagoreoideae (Richardson dkk., 2004; Pirie & Doyle, 2012;
Chatrou dkk., 2014).
Kladogram dari ketiga penanda molekuler DNA berdasarkan metode analisis yang
digunakan berbeda dalam nilai bootstrap dan jumlah kelompok monofiletik yang memiliki
kekokohan atau kekonsistenan klad. Berdasarkan evaluasi nilai bootstrap pada masing-
masing kladogram menunjukkan bahwa kladogram penanda molekuler rbcL tergolong
sangat lemah hingga lemah (17-63%), matK tergolong tinggi (98-99%) dan trnL-F
tergolong sangat lemah hingga lemah (36-53%) serta tinggi pada metode analisis MP
(100%). Secara umum, nilai bootstrap yang kuat ditunjukkan pada kelompok LBC yaitu
anak suku Annonoideae dan terutama pada penanda molekuler rbcL dan trnL-F
(Richardson dkk., 2004).
4.2.5.1 Kladogram Penanda Molekuler rbcL
Kladogram penanda molekuler rbcL menunjukkan tidak adanya politomi, bersifat
dikotom yang ditandai oleh pembagian dalam dua klad besar yaitu anak suku Annonoideae
dan Malmeoideae serta terdiri dari beberapa kelompok monofiletik. Kladogram dengan
metode analisis MP memiliki 6 kelompok monofiletik, dimana kelompok monofiletik yang
memiliki bootstrap tinggi dan konsisten adalah Oxymitra sp-Fissistigma latifolium-Uvaria
rufa (nilai bootstrap 99) dan Annona muricata-Annona sp. (nilai bootstrap 96), dimana
jenis-jenis tersebut berada dalam kelompok LBC. Kelompok monofiletik lain yang
konsisten namun memiliki nilai bootstrap lemah adalah Orophea enneandra 1-Orophea
enneandra 2-Orophea enneandra 3-Orophea hexandra. Ketiga kelompok monofiletik
tersebut konsisten berada dalam satu kelompok pada kedua metode analisis lainnya yaitu
ML dan NJ (Gambar 18-20). Metode analisis ML memiliki 8 kelompok monofiletik,
sedangkan NJ memiliki 7 kelompok monofiletik. Berdasarkan ketiga metode analisis yang
digunakan, topologi pohon filogeni yang terbaik adalah kladogram yang menggunakan
metode analisis NJ.
55
Gambar 18. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler rbcL dengan metode analisis Maximum Parsimony
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
outgroup
56
Gambar 19. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler rbcL dengan metode analisis Maximum Likelihood
Ann o n o i d e a e
Ma l
me o i d e a e
outgroup
57
Gambar 20. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler rbcL dengan metode analisis Neighbour-Joining
4.2.5.2 Kladogram Penanda Molekuler matK
Kladogram penanda molekuler matK juga menunjukkan tidak adanya politomi,
bersifat dikotom yang ditandai oleh pembagian dalam dua klad besar yaitu anak suku
Annonoideae dan Malmeoideae serta terdiri dari beberapa kelompok monofiletik.
Kladogram dengan metode analisis MP memiliki 8 kelompok monofiletik, dimana
kelompok monofiletik yang memiliki bootstrap tinggi dan konsisten adalah Saccopetalum
horsfieldii-Polyalthia sp. (nilai bootstrap 87), dan Artabotrys uncinatus-Mitrephora sp.
(nilai bootstrap 90) pada metode analisis MP. Kedua kelompok monofiletik tersebut juga
konsisten berada dalam satu klad dan memiliki nilai bootstrap yang tinggi pada metode
analisis lainnya yaitu 88-94 (ML) serta 89-89 (NJ). Kelompok monofiletik lain yang
konsisten berada dalam satu klad pada ketiga metode analisis lainnya namun memiliki nilai
bootstrap lemah hingga sedang adalah Meiogyne cylindrocarpa 1-Meiogyne cylindrocarpa
2 (nilai bootstrap 77 (MP), 72 (ML dan NJ)), Orophea enneandra 1-Orophea hexandra-
Orophea enneandra 3 (nilai bootstrap 72 (MP), 73 (ML) dan 80 (NJ)), Oxymitra sp.-
Ann o n o i d e a e
outgroup
Ma l
me o i d e a e
58
Anomianthus dulcis (nilai bootstrap 83 (MP), 67 (ML) dan 79 (NJ)), serta Uvaria rufa-
Uvaria schizocalyx (nilai bootstrap 70 (MP), 68 (ML) dan 62 (NJ)). Jumlah kelompok
monofiletik pada metode analisis ML dan NJ masing-masing sebanyak 8 dan 7 kelompok.
Berdasarkan ketiga metode analisis yang digunakan, topologi pohon filogeni yang terbaik
menurut penanda molekuler matK adalah kladogram yang menggunakan metode analisis
MP (Gambar 21-23).
Gambar 21. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler matK dengan metode analisis Maximum Parsimony
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
outgroup
59
Gambar 22. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler matK dengan metode analisis Maximum Likelihood
A n n o n o i d e a e
outgroup
M a l
m e o i d e a e
60
Gambar 23. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler matK dengan metode analisis Neighbour-Joining 4.2.5.3 Kladogram Penanda Molekuler trnL-F
Kladogram penanda molekuler trnL-F juga menunjukkan adanya pembagian dalam
dua klad besar yaitu anak suku Annonoideae dan Malmeoideae serta terdiri dari beberapa
kelompok monofiletik. Kladogram dengan metode analisis MP memiliki 10 kelompok
monofiletik, dimana kelompok monofiletik yang memiliki bootstrap tinggi dan konsisten
adalah Orophea enneandra 1-Orophea ennenadra 3 (nilai bootstrap 99), Annona
muricata-Annona sp. (nilai bootstrap 94) dan Anomianthus dulcis-Oxymitra sp. (nilai
bootstrap 99) pada metode analisis MP. Kedua kelompok monofiletik tersebut juga
konsisten berada dalam satu klad dan memiliki nilai bootstrap yang tinggi pada metode
analisis lainnya yaitu 99-93-100 (ML) serta 99-97-68 (NJ). Kelompok monofiletik lain
memiliki nilai bootstrap yang cenderung lemah baik pada anak suku Annonoideae maupun
Malmeoideae. Berdasarkan ketiga metode analisis yang digunakan, topologi pohon
outgroup
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
61
filogeni yang terbaik menurut penanda molekuler trnL-F adalah kladogram yang
menggunakan metode analisis MP (Gambar 24-26).
Gambar 24. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda molekuler trnL-F dengan metode analisis Maximum Parsimony
outgroup
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
62
Gambar 25. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler trnL-F dengan metode analisis Maximum Likelihood
Berdasarkan kladogram dari ketiga penanda molekuler DNA dapat diketahui bahwa
topologi pohon filogeni yang terbaik adalah kladogram dari penanda molekuler trnL-F. Hal
ini ditunjukkan dengan tingginya nilai bootstrap dan jenis yang konsisten dalam klad.
Penanda molekuler rbcL hanya sedikit menjelaskan hubungan antar jenis atau marga dalam
Annonaceae namun memberikan kontribusi yang besar dalam pemisahan klad pada
masing-masing anak suku. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada penanda molekuler
matK yang sedikit memberikan kontribusi dalam pengelompokan hubungan kekerabatan
secara filogeni (Erkens dkk., 2007). Disamping itu, banyaknya karakter autopomorfi
(singletone) dalam sekuen DNA rbcL dan matK mempengaruhi rendahnya nilai bootstrap
apabila dibandingkan dengan karakter yang polimorfisme (Tabel 8-10).
M a l
m e o i d e a e
Annono i d e a e
outgroup
63
Gambar 26. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan penanda
molekuler trnL-F dengan metode analisis Neighbour-Joining
4.2.6 Polimorfisme Sekuen DNA
Hasil analisis polimorfisme terhadap sekuen DNA yang telah disejajarkan (Lampiran
5) pada ketiga penanda molekuler DNA (rbcL, matK dan trnL-F) ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 8. Hasil analisis polimorfisme sekuen DNA pada tiga penanda molekuler yang digunakan
Penanda molekuler DNA
Jumlah karakter hasil alignment
Jumlah karakter terkonservasi
Jumlah karakter singletone
Jumlah karakter informatif parsimoni
rbcL 374 100 61 38 matK 442 77 109 56 trnL-F 541 116 44 34
M a l
m e o i d e a e
Annono i d e a e
outgroup
64
4.2.6.1 Polimorfisme Sekuen DNA Penanda Molekuler rbcL
Hasil analisis polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler rbcL menunjukkan
bahwa dari 27 OTU jenis-jenis Annonaceae yang telah disejajarkan terdapat 374 posisi
basa nukleotida, di mana sebanyak 100 (26,74%) posisi merupakan daerah yang
terkonservasi, 99 (26,47%) posisi merupakan basa nukleotida polimorfik dan 175 (46,79%)
posisi basa nukleotida merupakan posisi kosong (gap). Posisi kosong tersebut
menunjukkan adanya mutasi insersi-delesi antar jenis dan potensial dalam menunjukkan
tingkatan taksonomi terendah (Hollingsworth dkk., 2011). Posisi basa nukleotida variabel
polimorfik meliputi 61 posisi variasi singletone dan 38 posisi informatif parsimoni (Tabel
9). Variasi singletone merupakan variasi di mana hanya terdapat satu posisi basa
nukleotida yang berbeda pada satu OTU (Hidayat & Pancoro, 2005). Posisi basa
nukleotida informatif parsimoni merupakan karakter yang digunakan untuk merekonstruksi
topologi pohon filogeni dengan metode parsimoni. Syarat sebuah posisi basa nukleotida
bersifat informatif parsimoni adalah minimal memiliki dua jenis basa nukleotida dan
keduanya harus muncul minimal dua kali pada posisi tersebut (Yingzhi dkk., 2007;
Hapsari, 2015).
Tabel 9. Polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler rbcL Polimorfisme sekuen DNA Jumlah basa
nukleotida Posisi basa nukleotida
Terkonservasi 100 4, 5, 6, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 90, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107, 110, 112, 113, 116, 117, 118, 119, 121, 122, 123, 124
Variabel singletone 2 varian 3 varian
60
1
1, 2, 3, 63, 75, 89, 91, 111, 114, 115, 125, 126, 127, 133, 134, 135, 150, 154, 155, 169, 171, 172, 173, 176, 177, 179, 180, 187, 188, 189, 194, 208, 215, 220, 222, 223, 224, 246, 249, 256, 258, 263, 264, 278, 282, 283, 285, 302, 313, 314, 315, 317, 326, 328, 329, 339, 343, 344, 365, 373 10
Informatif parsimoni 2 varian 3 varian
29
9
45, 54, 66, 120, 132, 200, 206, 210, 211, 212, 217, 218, 226, 227, 230, 232, 233, 243, 248, 279, 288, 303, 318, 322, 325, 335, 350, 366, 367 105, 183, 192, 213, 219, 234, 247, 261, 342
4.2.6.2 Polimorfisme Sekuen DNA Penanda Molekuler matK
Hasil analisis polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler matK menunjukkan
bahwa dari 26 OTU jenis-jenis Annonaceae yang telah disejajarkan terdapat 442 posisi
basa nukleotida, dimana sebanyak 77 (17,42%) posisi merupakan daerah yang
65
terkonservasi, 165 (37,33%) posisi merupakan basa nukleotida polimorfik dan 200
(45,25%) posisi basa nukleotida merupakan posisi kosong (gap). Posisi basa nukleotida
variabel polimorfik meliputi 109 posisi variasi singletone dan 56 posisi informatif
parsimoni (Tabel 10).
Tabel 10. Polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler matK Polimorfisme sekuen DNA Jumlah basa
nukleotida Posisi basa nukleotida
Terkonservasi 77 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 43, 44, 45, 46, 49, 50, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 67, 68, 69, 70, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 90, 91, 98, 99, 100, 101, 102, 103
Variabel singletone 2 varian 3 varian
99
10
9, 15, 51, 57, 71, 86, 89, 93, 94, 95, 118, 119, 126, 129, 141, 143, 148, 157, 161, 163, 168, 169, 170, 172, 173, 179, 181, 197, 200, 201, 209, 210, 211, 213, 222, 227, 233, 236, 237, 238, 241, 245, 251, 256, 260, 262, 263, 264, 265, 268, 269, 271, 274, 275, 281, 283, 284, 285, 287, 288, 290, 293, 294, 298, 299, 300, 301, 302, 305, 307, 308, 314, 316, 324, 328, 333, 336, 338, 347, 348, 350, 353, 361, 362, 365, 373, 383, 385, 389, 390, 393, 394, 398, 406, 416, 422, 425, 435, 442 54, 133, 178, 202, 317, 341, 343, 351, 415, 441
Informatif parsimoni 2 varian 3 varian
45
11
6, 12, 28, 40, 42, 47, 48, 64, 66, 67, 72, 75, 87, 92, 104, 117, 123, 124, 134, 139, 150, 156, 165, 174, 184, 206, 214, 228, 234, 246, 282, 289, 303, 306, 309, 340, 342, 360, 364, 370, 371, 372, 399, 401, 434 65, 88, 107, 162, 185, 196, 270, 286, 312, 339, 391
4.2.6.3 Polimorfisme Sekuen DNA Penanda Molekuler trnL-F
Hasil analisis polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler trnL-F
menunjukkan bahwa dari 30 OTU jenis-jenis Annonaceae yang telah disejajarkan terdapat
541 posisi basa nukleotida, dimana sebanyak 116 (21,44%) posisi merupakan daerah yang
terkonservasi, 78 (14,41%) posisi merupakan basa nukleotida polimorfik dan 347 (64,14%)
posisi basa nukleotida merupakan posisi kosong (gap). Posisi basa nukleotida variabel
polimorfik meliputi 44 posisi variasi singletone dan 34 posisi informatif parsimoni (Tabel
11).
Tabel 11. Polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler trnL-F Polimorfisme sekuen DNA Jumlah basa
nukleotida Posisi basa nukleotida
Terkonservasi 116 25, 26, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 93, 95, 96, 97, 98, 99, 101, 102, 103, 107, 108, 109, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 140, 142, 143, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 162, 163, 164, 165, 166, 168, 170, 171, 172, 173, 174, 176, 177, 178, 179, 182, 183, 184, 185, 186
66
Tabel 11. Polimorfisme sekuen DNA pada penanda molekuler trnL-F - lanjutan Polimorfisme sekuen DNA Jumlah basa
nukleotida Posisi basa nukleotida
Variabel singletone 2 varian 3 varian 4 varian
41
2 1
9, 14, 22, 27, 29, 49, 94, 100, 104, 105, 106, 120, 139, 144, 167, 193, 215, 218, 221, 236, 246, 271, 424, 426, 433, 435, 443, 447, 467, 482, 486, 488, 496, 500, 510, 514, 523, 531, 533, 534, 539 232, 466 4
Informatif parsimoni 2 varian 3 varian
25
9
1, 11, 13, 20, 24, 38, 48, 141, 161, 169, 175, 180, 181, 187, 188, 190, 197, 220, 226, 228, 257, 263, 478, 529, 530 2, 3, 7, 12, 189, 211, 262, 444, 507
4.2.7 Variasi Singletone (Autopomorfi) Sekuen DNA
Karakter singletone (autopomorfi) merupakan karakter sekuen DNA yang hanya
dimiliki oleh jenis tertentu. Jumlah dari karakter autopomorfi menunjukkan bahwa jenis
tersebut lebih adaptif terhadap habitat spesifiknya. Mutasi merupakan perubahan genetik
berupa insersi, delesi atau substitusi satu atau lebih basa/pasangan basa nukleotida.
Substitusi merupakan perubahan genetik berupa penggantian satu pasang basa oleh pasang
basa lainnya. Jenis mutasi substitusi dapat berupa transisi dan transversi. Transisi adalah
mutasi substitusi berupa pergantian basa purin dengan purin yang lain atau pergantian basa
pirimidin dengan pirimidin yang lain (purin A-G, pirimidin T-C), sedangkan transversi
adalah mutasi substitusi berupa pergantian basa purin dengan pirimidin atau sebaliknya
pergantian basa pirimidin dengan basa purin. Mutasi insersi dan delesi merupakan
perubahan genetik dimana terdapat hilangnya satu atau lebih basa/pasangan basa
nukleotida (delesi) atau penyisipan/penambahan satu atau lebih basa/pasang basa
nukleotida (insersi).
Berdasarkan hasil analisis polimorfisme diketahui bahwa pada penanda molekuler
rbcL terdapat 9 jenis yang mengalami mutasi dengan jenis yang mengalami mutasi
terbanyak adalah Magnolia candollii yaitu sebanyak 8 karakter (Tabel 12). Jenis yang
paling banyak mengalami mutasi pada penanda molekuler matK adalah Anomianthus
dulcis (99 karakter). Jenis yang mengalami mutasi pada penanda molekuler matK sebanyak
12 jenis (Tabel 13). Jenis-jenis Annonaceae pada hasil sekuen dari penanda molekuler
trnL-F mengalami mutasi sebanyak 23 jenis. Jenis yang paling banyak mengalami mutasi
yaitu Annona muricata dengan jumlah mutasi sebanyak 139 karakter (Tabel 14).
67
Tabel 12. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler rbcL Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah
karakter Magnolia candolli 3
63, 246 328 329 344 10 (3 varian) 8
G C G A C T T C T G A T C -
transversi transisi transisi transisi
transversi transversi
delesi
8
Uvaria purpurea 171 7
C T - A
transisi insersi
2
Semua jenis 172 75, 173 177
G C G A T C
transversi transisi transisi
4
Mitrephora javanica 180 343
G A T G
transisi transversi
2
Fissistigma latifolium 187 215 222 224
G C A T T C A G
transversi transversi
transisi transisi
4
Artabotrys blumei 188 189
C T T G
transisi transversi
2
Oxymitra sp. 220 G A transisi 1 Orophea enneandra 1 365 G A transisi 1 Mitrephora sp. 9 C - delesi 1
Tabel 13. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler matK
Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah karakter
Orophea hexandra 9 89
C T T C
transisi transisi
2
Annona muricata 15 71 86 343 (3 varian) 351 (3 varian)
G A C G C T A C T G
transisi transversi
transisi transversi transversi
5
Anomianthus dulcis 51, 170, 181, 245, 314, 347, 398, 425, 133 (3 varian) 119, 161, 168, 233, 290, 328 129, 148, 213, 260, 263, 298, 299, 390, 406, 133 (3 varian), 202 (3 varian), 351 (3 varian) 141, 143, 236, 241, 251, 271, 281, 283, 284, 305, 333, 338, 361, 365, 416, 442, 317 (3 varian) 157, 238, 269, 274, 285, 293, 294, 348, 383, 441 (3 varian) 163, 173, 262 169, 197, 200, 350, 362, 393, 394, 435 172, 237, 300, 307, 308, 324, 353 179, 201, 210, 211, 301,
T G
T C
T A
A T
G T
G C C A
C T
A G
transversi
transisi
transversi
transversi
transversi
transversi transversi
transisi
transisi
99
68
Tabel 13. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler matK - lanjutan
Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah karakter
Anomianthus dulcis 302, 336, 373, 385, 422, 343 (3 varian) 209, 222, 264 227, 268, 287, 288, 316, 178 (3 varian), 341 (3 varian) 275 227, 411 412 413, 437
A G
G A C G
A C A - T - C -
transisi
transisi transversi
transversi delesi delesi delesi
Polyalthia lateriflora 57 317 (3 varian)
T A A G
transversi transisi
2
Magnolia candolli 93 94 95 415 (3 varian)
T G T A C A C T
transversi transversi transversi
transisi
4
Artabotrys blumei 118 126
C T A G
transisi transisi
2
Uvaria schizocalyx 256 431, 432 431 432, 433 433
G A C - - G - T
A -
transisi delesi insersi insersi delesi
7
Semua jenis 265 54 (3 varian)
T C C G
transisi transversi
2
Fissistigma latifolium 389 C T transisi 1 Oxymitra sp. 178 (3 varian)
202 (3 varian) C A T G
transversi transversi
2
Uvaria rufa 341 (3 varian) C T transisi 1 Stelechocarpus burahol 415 (3 varian) C A transversi 1 Saccopetalum horsfieldii 437 C - delesi 1
Tabel 14. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler trnL-F Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah karakter
Orophea enneandra 3
9 22 4 (4 varian) 30
G A A G A C - T
transisi transisi
transversi insersi
4
Annona muricata 14 29, 139, 271 215, 221, 488 435 443, 447 466 (3 varian) 15 253, 254, 256, 274, 279, 280, 302, 303, 304, 305, 306, 312, 315, 316, 329, 334, 339, 340, 345, 346, 349, 350, 352, 353, 357, 358, 360, 364, 366, 368, 371, 372, 373, 376, 380, 387,
A T A G G A T G C T A T - G A -
transversi transisi transisi
transversi transisi
transversi insersi delesi
139
69
Tabel 14. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler trnL-F - lanjutan
Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah karakter Annona muricata 392, 393, 395, 397,
403, 405, 406, 408, 409, 413, 416, 417 255, 272, 275, 277, 282, 337, 338, 355, 363, 370, 375, 379, 383, 384, 385, 390, 399, 410, 419 273, 278, 301, 326, 328, 333, 341, 344, 347, 348, 351, 356, 365, 367, 386, 388, 396, 404, 412, 420 276, 281, 285, 292, 293, 294, 295, 300, 307, 308, 309, 317, 327, 331, 332, 335, 336, 342, 343, 354, 359, 361, 362, 369, 374, 377, 378, 381, 382, 389, 391, 394, 398, 400, 401, 402, 414, 415, 418 475
A -
C -
G -
T -
- A
delesi
delesi
delesi
delesi
insersi
Polyalthia sp. 27, 94, 104 105 106 4 (4 varian) 78 79 80 91, 92
A T A C T A A T C - A - G - T -
transversi transversi transversi transversi
delesi delesi delesi delesi
11
Uvaria schizocalyx 49 310
A G - T
transisi insersi
2
Popowia sp. 100 236
C T G A
transisi transisi
2
Annona sp. 120 424, 426, 486, 500 514 531 539 288
A G G A T G C T C A - T
transisi transisi
transversi transisi
transversi insersi
9
Artabotrys blumei 144, 232 (3 varian) 352, 353 354 355 356
A G A - T - C - G -
transisi delesi delesi delesi delesi
7
Polyalthia lateriflora 167 232 (3 varian)
G T A C
transversi transversi
2
Meiogyne cylindrocarpa 1 218 246, 510 433, 482 496 523 466 (3 varian) 198, 201 199, 200, 202
A T A G G A C A A C A G - C - T
transversi transisi transisi
transversi transversi
transisi insersi insersi
13
70
Tabel 14. Variasi singletone (autopomorfi) sekuen DNA penanda molekuler trnL-F - lanjutan
Jenis Posisi basa Perubahan basa Jenis mutasi Jumlah karakter Miliusa macropoda 467
15 C G - G
transversi insersi
2
Uvaria concava 533 534 532
T A A T - T
transversi transversi
insersi
3
Orophea enneandra 2 4 (4 varian) A G transisi 1 Saccopetalum horsfieldii 78
79 80 91, 92
C - A - G - T -
delesi delesi delesi delesi
5
Michelia champaca 90 319, 320 532
- G A - - C
insersi delesi insersi
4
Magnolia candollii 90 319, 320 532
- A A - - C
insersi delesi insersi
4
Meiogyne cylindrocarpa 2 198, 201 199, 200, 202
- C - T
insersi insersi
5
Mitrephora polypyrena 227 C - delesi 1 Uvaria purpurea 216 - T insersi 1 Uvaria rufa 289, 290
320 C - A -
delesi delesi
3
Anomianthus dulcis 286, 310 287
- A - T
insersi insersi
3
Oxymitra sp. 286, 310 287
- A - T
insersi insersi
3
Mitrephora sp. 307 310 532
T - - T - C
delesi insersi insersi
3
Orophea hexandra 532 - C insersi 1
Komposisi basa nukleotida hasil sekuensing DNA menunjukkan bahwa persentase
total basa nukelotida G (Guanine) dan C (Cytosine) untuk masing-masing penanda
molekuler DNA bervariasi (Lampiran 6) . Persentase total basa nukleotida G+C pada
penanda molekuler rbcL yang terendah yaitu jenis Artabotrys blumei (4,05%), pada
penanda molekuler matK yang terendah yaitu jenis Anomianthus dulcis (1,66%) dan pada
penanda molekuler trnL-F yang terendah yaitu jenis Stelechocarpus burahol dan
Pseuduvaria reticulata (1,1%). Jenis tanaman yang memiliki persentase total basa
nukleotida G+C rendah menunjukkan bahwa jenis tersebut bersifat lebih modern dibanding
jenis yang lain pada masing-masing penanda molekuler DNA. Hal ini berarti bahwa jenis
tersebut mudah mengalami mutasi sekuen C dan mengindahkan transfer antar purin ke
pirimidin sehingga probabilitasnya bersifat lebih modern.
71
4.3 Gabungan Kladogram Morfologi dan Molekuler
Kladogram dari gabungan karakter morfologi dan ketiga penanda molekuler DNA
masih tetap menunjukkan adanya pembagian dalam dua klad besar yaitu anak suku
Annonoideae dan Malmeoideae serta terdiri dari beberapa kelompok monofiletik.
Kladogram dengan metode analisis MP memiliki 7 kelompok monofiletik, dimana
kelompok monofiletik yang memiliki bootstrap sedang adalah Saccopetalum horsfieldii-
Polyalthia sp. (nilai bootstrap 77). Kladogram dengan metode analisis ML juga memiliki 7
kelompok monofiletik, dimana kelompok monofiletik yang memiliki bootstrap tertinggi
dengan nilai sebesar 68 adalah Saccopetalum horsfieldii-Polyalthia sp. Kladogram dengan
metode analisis NJ yang memiliki nilai bootstrap tinggi adalah kelompok monofiletik
Orophea enneandra-Orophea hexandra yaitu sebesar 95. Kelompok monofiletik pada
metode analisis ini sebanyak 7 dan memiliki nilai bootstrap yang lebih tinggi dibanding
kladogram dari metode analisis lainnya (Gambar 27-29). Berdasarkan ketiga metode
analisis tersebut, maka kladogram yang memiliki topologi pohon filogeni terbaik adalah
kladogram dengan metode analisis NJ dikarenakan memiliki nilai bootstrap tertinggi.
Kladogram tersebut yang akan dibandingkan pengelompokannya dengan kladogram hasil
karakterisasi secara morfologi (Gambar 30).
Gambar 27. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan gabungan
dari ketiga penanda molekuler DNA dengan metode analisis Maximum Parsimony
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
outgroup
72
Gambar 28. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan gabungan
dari ketiga penanda molekuler DNA dengan metode analisis Maximum Likelihood
Gambar 29. Kladogram jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur berdasarkan gabungan
dari ketiga penanda molekuler DNA dengan metode analisis Neighbour-Joining
A n n o n o i d e a e
M a l
m e o i d e a e
A n n o n o i d e a e
M a l
m e o i d e a e
outgroup
outgroup
73
Gambar 30. Perbandingan kladogram hasil karakterisasi secara morfologi (kiri) dan
penanda molekuler DNA (kanan); I = anak suku Malmeoideae, II = anak suku Annonoideae, Mgc=Magnolia candollii (outgroup), Mp=Mitrephora polypyrena, Pr=Pseuduvaria reticulata, Oh=Orophea hexandra, Oe=Orophea enneandra, Mj=Mitrephora javanica, Mc=Meiogyne cylindrocarpa, Posp=Popowia sp., Mm=Miliusa macropoda, Sh=Saccopetalum horsfieldii, Psp=Polyalthia sp., Ab=Artabotrys blumei, Pl=Polyalthia lateriflora, Sb=Stelechocarpus burahol, Am=Annona muricata, Ad=Anomianthus dulcis, Fl=Fissistigma latifolium, Osp=Oxymitra sp., Us=Uvaria schizocalyx, Ur=Uvaria rufa, Au=Artabotrys uncinatus dan Msp=Mitrephora sp. (in-group)
Berdasarkan Gambar 30 dapat diketahui bahwa terdapat persamaan kedua kladogram
morfologi dan penanda molekuler DNA, yaitu sama-sama dibedakan menjadi dua anak
suku. Anak suku I merupakan anak suku Malmeoideae dan anak suku II merupakan anak
suku Annonoideae. Kelompok monofiletik yang konsisten berada dalam satu klad baik
pada morfologi maupun molekuler adalah Saccopetalum horsfieldii-Polyalthia sp. dan
Artabotrys uncinatus-Mitrephora sp. Jenis-jenis lainnya berada pada klad yang berbeda
namun masih berada dalam satu anak suku. Perbedaan dari kedua kladogram morfologi
dan penanda molekuler DNA terletak pada posisi pengelompokan jenis Stelechocarpus
burahol dan Polyalthia lateriflora. Kedua jenis tersebut menurut karakter morfologi
termasuk dalam tribus Annoneae, anak suku Annonoideae, sedangkan menurut penanda
molekuler DNA termasuk dalam tribus Miliuseae, anak suku Malmeoideae. Perbedaan
posisi pengelompokan tersebut kemungkinan disebabkan oleh sekuen DNA dari primer
yang digunakan tidak secara spesifik mengkode karakter pembungaan (inner petal) yang
menjadi karakter pembeda antara kedua tribus tersebut. Penanda molekuler yang
I
II
outgroup
9 8 7 6 5 4 3 2 1
Distance
MgcAbAmSbPlUsUrAuMspFlOspAdMpMjMc2MmPospPspShOe1Oe3OhPr
I
II
outgroup
74
digunakan merupakan DNA kloroplas yang mempengaruhi ekspresi gen pada proses
fotosintesis.
Keuntungan yang dapat diberikan melalui pengelompokan dengan menggunakan
penanda molekuler DNA apabila dibandingkan dengan karakter morfologi adalah mampu
mengisolasi masalah pengelompokan yang saling bertentangan dan pada umumnya banyak
ditemui pada pola pengelompokan berdasarkan variasi morfologi. Topologi pohon filogeni
memberikan klarifikasi yang lebih besar dibandingkan karakter morfologi, meskipun hasil
pengelompokan memiliki nilai bootstrap yang lemah (Chatrou dkk., 2012). Penanda
molekuler DNA trnL-F biasanya dikombinasikan dengan penanda molekuler DNA lain
seperti rbcL dan matK sebagai sumber karakter untuk konstruksi pohon filogeni pada
tumbuhan berbunga, khususnya pada Annonaceae. Topologi pohon filogeni tersebut
digunakan untuk menjawab berbagai permasalahan yang terkait dengan tingkatan evolusi
karakter morfologi. Penanda molekuler DNA di atas digunakan secara gabungan dan pada
umumnya memberikan signal serta topologi yang lebih baik dalam pengelompokan pohon
filogeni (Pirie dkk., 2007). Oleh karena itu, karakterisasi dengan melakukan kombinasi
metode baik secara morfologi dan molekular akan memberikan hasil yang lebih valid,
saling melengkapi dan menghasilkan data keragaman yang lebih komprehensif bagi upaya
konservasi, khususnya bagi jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur. Upaya konservasi
yang dilakukan terutama pada jenis-jenis Annonaceae dengan keragaman yang besar
karena lebih rentan terhadap ancaman kepunahan.
4.4 Penentuan Posisi Takson dan Usulan Nama Jenis Annonaceae dari Jawa Timur
Jenis-jenis Annonaceae dari Jawa Timur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
terdapat lima jenis yang masih belum diketahui hingga tingkatan jenis. Hasil identifikasi
yang telah ada kemungkinan masih terdapat kekeliruan dalam pemberian nama. Jenis-jenis
tersebut meliputi Annona sp., Popowia sp., Mitrephora sp., Oxymitra sp. dan Polyalthia sp.
Berdasarkan karakterisasi secara morfologi diketahui bahwa Artabotrys uncinatus
memiliki karakter yang berbeda dengan deskripsi yang sebenarnya. Berdasarkan The Plant
List, Artabotrys uncinatus merupakan sinonim dari Artabotrys hexapetalus. Menurut Tan
& Wiart. (2014), Artabotrys secara umum memiliki deskripsi secara morfologi berupa
woody climber, daun tunggal, berseling, coriaceous, orthotropic shoots, memiliki tendril,
bunga berwarna putih atau kuning, beraroma wangi seperti aroma kenanga dan buah-
buahan, sepals valvate dan free, petals valvate dan free serta berada dalam dua lingkaran
(whorls), buah monocarps, silindris atau ellips. Sementara itu, karakter morfologi tersebut
75
sama dengan karakter morfologi Mitrephora sp. dan kedua jenis tersebut diduga
merupakan jenis yang lain (Gambar 31).
Menurut Utteridge (2000) dan Zhou dkk. (2009), kedua jenis tersebut diduga
merupakan jenis Uvaria micrantha dimana memiliki karakter morfologi berupa kuncup
bunganya globose, dengan ukuran petal kecil dan tidak sepenuhnya luas atau membuka.
Jenis ini memiliki kedekatan dengan marga Uvaria karena memiliki karakter morfologi
yang hampir sama yaitu stellate hairs, valvate sepals, sebagian atau seluruh petal imbricate
dalam dua lingkaran (whorls) dan pollen inaperture monad.
Annona sp. memiliki kedekatan dengan Annona montana, Popowia sp. memiliki
kedekatan dengan Miliusa macropoda, Oxymitra sp. memiliki kedekatan dengan
Fissistigma latifolium dan Polyalthia sp. memiliki kedekatan dengan Saccopetalum
horsfieldii. Pendugaan posisi takson tersebut ditentukan berdasarkan pengelompokan
dalam kladogram baik secara morfologi maupun molekuler, serta hasil homologi dengan
BLAST di NCBI. Usulan nama jenis dari jenis-jenis yang belum teridentifikasi masih
memerlukan penelitian lebih lanjut dan memerlukan konfirmasi dengan para ahli di bidang
taksonomi khususnya Annonaceae, agar identitas jenisnya dapat diketahui dan posisi
taksonnya dapat ditentukan lebih lanjut.
*masih memerlukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut **Utteridge (2000) dan Zhou dkk. (2009) Gambar 31. Pendugaan posisi takson dan usulan identitas jenis dari sampel tanaman
Annonaceae yang dianalisis