BAB III Saliva
-
Upload
andreasgleason -
Category
Documents
-
view
30 -
download
10
description
Transcript of BAB III Saliva
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain larutan amilum 1%, larutan NaCl 0,1 M,
saliva (amilase) encer (1:9), larutan buffer fosfat pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4; 5,0,4,0
larutan asam asetat, larutan iodine 0,01 M, tissue roll, akuades, es batu.
3.2 Alat
Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, rak tabung, waterbath,
inkubator, pipet tetes, pipet skala 1 mL, gelas ukur 10 mL, penunjuk waktu, gelas
piala 600 mL, gegep, labu semprot, plat tetes.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengaruh Temperatur
Diambil 4 buah tabung reaksi diisi masing-masing 5 mL larutan pati 1%.
Dicelupkan tabung pertama ke dalam air es, tabung kedua pada temperatur kamar
(25°), tabung ketiga pada suhu 38°. Masing-masing tabung tambahkan 2 tetes
saliva encer,khusus tabung keempat, saliva encer yang ditambahkan telah
dipanaskan di air mendidih. Pada interval 5 menit, diambil contoh dari masing-
masing tabung dan dites pada pelat tetes. Tentukan kecepatan penguraian masing-
masing contoh.
3.3.2 Pengaruh pH
Saliva sebanyak 1mL diencerkan dengan akuades dalam tabung skala
hingga volumenya 10 mL. Kemudian ke dalam 6 buah tabung reaksi diisi
masing-masing 2 mL larutan buffer fosfat berturut-turut pH 8,0; 7,4; 6,8; 6,2; 5,4
dan 5,0. Ke dalam larutan buffer ini dimasukkan 2 mL pati 1%, 1 mL NaCl 0,1 M,
dan 1 mL saliva encer dan untuk buffer pH 8 dan 7,4 diasamkan dengan
ditambahkan 1 mL asam asetat. Selanjutnya tabung dimasukkan di dalam
inkubator dan tentukan tabung mana yang terlebih dahulu mencapai chromic
point. Setelah tercapai, tambahkan iodin ke setiap tabung, lalu diperhatikan
perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pengaruh Temperatur
Pada percobaan ini akan diketahui pengaruh temperatur terhadap keaktifan
suatu enzim dalam hal ini adalah kerja enzim amilase yang diperoleh dari saliva
(air liur), oleh karena itu maka dalam percobaan ini digunakan berbagai macam
suhu mulai dari 0oC, suhu kamar (25oC), 38oC, dan 100oC, hingga diperoleh suhu
dimana enzim dapat bekerja. Sebagaimana kita telah ketahui bahwa enzim hanya
dapat bekerja pada suhu optimumnya.
Dalam percobaan ini digunakan amilum atau larutan pati 1%, gunanya adalah
sebagai substrat dimana enzim amilase akan bekerja. Jadi enzim amilase akan
menghidrolisis pati menjadi glukosa. Selain itu juga dilakukan penambahan
iodine. Iodine disini berfungsi sebagai indikator yang memberi warna biru yang
berasal dari kompleks pati-iod yang menandakan bahwa dalam sampel tersebut
mengandung amilum.
Sebagaimana telah diketahui bahwa pada saat warna larutan berwarna biru
itu menandakan bahwa amilum membentuk kompleks dengan iod, jadi ikatan
amilum belum pecah, dan itu artinya enzim amilase belum bekerja. Tapi pada saat
warna larutan mulai berubah menjadi pudar, itu berarti enzim amilase mulai
bekerja dengan memutuskan ikatan 1,4 alfa glikosida dan 1,6 alfa glikosida,
sehingga amilum dapat merubah menjadi dekstrin kemudian menjadi maltosa dan
akhirnya berubah menjadi glukosa, yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi bening.
Tabel.1 Pengaruh temperatur
Waktu Warna
(menit) Tabung I
(0 oC)
Tabung II
(25 OC)
Tabung III
(38 OC)
Tabung IV
(100 OC)
5
10
15
20
25
Bening
Ungu tua
Ungu
Gumpalan ungu
kecoklatan
Endapan ungu
Bening
Bening
Ungu
Ungu
Ungu muda
Ungu
Ungu
Ungu muda
Bening
kecoklatan
bening
Bening
Gumpalan ungu
Gumpalan ungu
bertambah
Biru
Gumpalan biru
Untuk suhu 0oC, larutan pada menit kelima bening hingga menit ke 25
berwarna ungu, hal ini menandakan enzim bekerja lambat dalam reaksi ini.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pada suhu rendah reaksi kimia berjalan
lambat, sedangkan pada suhu tinggi reaksi berjalan cepat. Akan tetapi kenaikan
suhu bagi enzim memiliki batasan tertentu yang disebabkan karena enzim selaku
protein dapat mengalami proses denaturasi.
Untuk suhu 100oC, pada menit kelima bening selanjutnya dari menit
kesepuluh hingga menit kelimabelas berwarna ungu sedangkan setelah itu hingga
menit ke-25 warna larutan biru, hal ini disebabkan juga karena enzim tidak
mampu bekerja pada suhu ini, yang diakibatkan oleh terdenaturasinya enzim oleh
suhu yang tinggi. Tingginya temperatur dapat menyebabkan pecahnya ikatan
hidrogen dan ikatan kovalen yang menyebabkan konformasi protein dalam hal ini
adalah enzim sehingga active sitenya menjadi berjauhan letaknya, sehingga
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang atau dengan kata lain aktivitas enzim
menjadi lambat.
Pada suhu kamar yaitu 25°, pada menit 5 sampai 10 larutan berwarna
bening ini menunjukkan bahwa kerja enzim cukup baik pada suhu ini, namun
menit selanjutnya hingga menit ke-25 larutan tidak berubah warna tetap berwarna
ungu. Ini tidak sesuai dengan teori dimana suhu yang cukup baik untuk enzim
bekerja yaitu disekitaran 25°. Hal ini dapat terjadi mungkin disebabkan pemberian
iodin yang terlampau banyak.
Pada percobaan ini waktu yang tercepat bagi enzim untuk
menghidrolisis pati adalah pada suhu 38°, dimana pada menit ke-25 larutan yang
pada awlnya berwarna ungu pada menit kelima berubah menjadi bening. Dalam
percobaan ini, dipilih suhu 38oC merupakan suhu rata-rata dimana waktu yang
tercepat yang diperoleh, sehingga suhu optimumnya adalah 38oC. Hal ini hampir
sesuai dengan teori, yang mengatakan bahwa suhu optimum bagi suatu enzim
dapat bekerja dengan baik adalah pada suhu sekitar 38oC. Jadi dalam percobaan
ini suhu atau temperatur yang optimum sangat menentukan aktivitas enzim
4.1 Pengaruh pH
Pada percobaan ini akan ditentukan pH optimum suatu enzim yaitu enzim
amilase dalam menghidrolisis pati. Pada percobaaan ini digunakan buffer fosfat
dengan range pH antara 4,0 sampai 8,0, yaitu 5,0; 5,4; 6,2; 6,8; 7,4 dan 8,0.
Dengan tujuan untuk mengetahui pada pH berapa enzim ini dapat bekerja dengan
baik. Larutan buffer masing-masing diberi NaCl 0,1%, pati (amilum), dan saliva
encer. Tujuan dari penambahan NaCl ini adalah untuk memberikan suasana yang
sama dalam mulut untuk enzim amylase serta sebagai garam yang sifatnya netral
yang tidak berpengaruh pada perlakuan pH termasuk penambahan asam, sehingga
NaCl digunakan sebagai aktivator.
Sebelum dimasukkan ke dalam inkubator untuk larutan buffer 8,0 dan 7,4
terlebih dahulu diberi asam asetat. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk
mengasamkan larutan yang agak basa. Selanjutnya dilakukan pemanasan dalam
inkubator dengan tujuan untuk mempercepat laju reaksi atau memaksimalkan
kerja enzim.
Saat dalam inkubator, enzim amilase yang ada pada saliva (air liur) akan
menghidrolisis pati menjadi dekstrin, kemudian menjadi maltosa dan selanjutnya
glukosa. Enzim ini memecah ikatan α-1,4 maupun α-1,6 glikolisis.
Setelah dikeluarkan dari inkubator, dilanjutkan dengan penambahan
iodine. Iodine dalam hal ini adalah berperan sebagai indikator, dimana iodine
yang bereaksi dengan molekul maltosa akan membentuk kompleks warna biru.
Sedangkan amilopektin dengan iodine akan memberikan warna ungu lembayung
Tabel .1 Pengamatan Pengaruh pH
Waktu(menit)
WarnapH 8,0 pH 7,4 pH 6,8 pH 6,2 pH 5,4 pH 5,0
5
10
15
20
25
-
-
+
+
+
+
++
+++
+++
++++
+
+++
++++
++++
+++++
-
-
+
+
+
+
+
++
++
++
+
++
++
++
++
Keterangan :
OO
H H
OHHOHH
HOH HOH
CH2OHOOH H
CH2OH
O
I
I
I
CH2OHOH H O
CH2OH
OH HOH H
H OH H OH
HH
O O O
++++ = biru tua
+++ = biru muda
++ = Agak biru
+ = Agak bening
- = bening
Dari hasil percobaan menunjukkan adanya warna biru, untuk pH 7,4;
6,8; 6,8; 5,4 dan 5,0, tapi warna ungu yang paling cepat menjadi bening yang
menunjukkan aktivitas enzim paling cepat bekerja yaitu pada pH 7,4.
Menurut teori pH optimum untuk pati adalah berkisar antara 5,6 sampai
7,4, jadi hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori sesuai dengan teori dan ini
terjadi mungkin karena kesalahan prosedur semisal jumlah takaran enzim saliva
yang kurang sesuai.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan kali ini yaitu
+ I2
n
amilase
n
ungu
H H
OHH
HOH
CH2OHO
OHOH
2 + nI2
n
bening
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan mengenai pengaruh pH dan
temperatur terhadap aktivitas enzim amilase yaitu bahwa pH dan temperatur
dimana peruraian pati paling cepat akibat kerja enzim amilase adalah pada pH
optimum yaitu pada pH 7,4 dan suhu optimum yaitu 38 oC.
1.2 Saran
Sebaiknya untuk percobaan mendatang contoh enzim yang akan
digunakan jangan diambil dari saliva, sekali kali kita bisa ambil dari ekstrak
enzim amilase.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, AIDS,(http://www.rad.net.id/aids/WARTA/WA01204.htm).
Girindra, A., 1993, Biokimia 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lehninger, A., 1988, Dasar-dasar Biokimia, Jilid satu, Erlangga, Jakarta.
Montgomery, 1993, Biokimia, Penerbit Binarupa Ilmu, Jakarta.
Page, D., 1989, Prinsip-prinsip Biokimia, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, November 2008
Asisten Praktikan
( MUH.ASHADI CANGARA) (TRI YUNIATI)