Penyebab Infeksi Kelenjar Saliva

17
1) Faktor penyebab infeksi kelenjar saliva a) Faktor predisposisi i) Oral hygiene rendah. Kondisi ini akan membuat oral mikroflora opportunistik akan mejadi patogen karena pertumbuhan akan berlangsung lebih kondusif dan lebih cepat. ii) Menurunnya aliran saliva. Dikarenakan pasien mengalami dehidrasi, pengaruh obat-obatan, kondisi post operasi. Semakin rendah aliran saliva semakin rendah pula kemampuan pembersihan rongga mulut terutama yang diperankan oleh saliva. iii) Adanya Sialolithiasis. Membuat aliran saliva kedalam rongga mulut terhambat. Tubuh akan menganggap sebagai kondisi patologis sehingga timbul adanya respon tubuh untuk mengurangi kondisi tersebut. iv) 2) Anatomi, histologi dan fisiologi kelenjar saliva Kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga mulut melalui saluran yang disebut duktus. Saliva terdiri atas cairan serous yang banyak mengandung enzim-enzim yang membantu pencernaan makanan dan cairan mukus yang banyak mengandung komponen-komponen antibakteri yang berfungsi membunuh mikroorganisme yang masuk melalui rongga mulut terutama yang masuk bersama makanan. Menurut ukurannya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar

description

Penyebab Infeksi Kelenjar Saliva

Transcript of Penyebab Infeksi Kelenjar Saliva

1) Faktor penyebab infeksi kelenjar saliva

a) Faktor predisposisi

i) Oral hygiene rendah. Kondisi ini akan membuat oral mikroflora opportunistik akan mejadi patogen karena pertumbuhan akan berlangsung lebih kondusif dan lebih cepat.

ii) Menurunnya aliran saliva. Dikarenakan pasien mengalami dehidrasi, pengaruh obat-obatan, kondisi post operasi. Semakin rendah aliran saliva semakin rendah pula kemampuan pembersihan rongga mulut terutama yang diperankan oleh saliva.

iii) Adanya Sialolithiasis. Membuat aliran saliva kedalam rongga mulut terhambat. Tubuh akan menganggap sebagai kondisi patologis sehingga timbul adanya respon tubuh untuk mengurangi kondisi tersebut.

iv)

2) Anatomi, histologi dan fisiologi kelenjar saliva

Kelenjar saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga mulut melalui saluran yang disebut duktus. Saliva terdiri atas cairan serous yang banyak mengandung enzim-enzim yang membantu pencernaan makanan dan cairan mukus yang banyak mengandung komponen-komponen antibakteri yang berfungsi membunuh mikroorganisme yang masuk melalui rongga mulut terutama yang masuk bersama makanan. Menurut ukurannya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok yairu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan produk saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya. Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis, asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit. Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira 1-1,5 liter per hari.

a) Kelenjar saliva mayor

Merupakan kelenjar saliva yang berukuran besar dengan letak spesifik. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktus kedalam rongga mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masingmasing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbedabeda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%).

i) Kelenjar Parotis

(1) Anatomi:

(a) Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya.

(b) Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga dan mencapai dasar dari muskulus masseter.

(c) Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan duktus Stensen terdiri dari epitel berlapis semu. Duktus ini berjalan menembus muskulus buccinator kedalam mukosa bukal dan bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa bukal dan gingiva dihadapkan molar dua atas.

(d) Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul fibrous, Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus dan memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui kelenjar ini.

(e) Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland).

(2) Histologi:

(a) Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.

(b) Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata.

(c) Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket

(d) Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularisterlihat banyak lemak yang berhubungan dengan kumpulan lemak bichat (Fat depat of bichat).

(e) Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakanduktus intralobularis. merupakan duktus Pflugeryang mempunyaiepitel selapis silindrisyang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal. DuktusBollpada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan. DuktusPfluger agak pendek.

(3) Fisiologi:

(a) Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.

(b) Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

ii) Kelenjar Submandibularis

(1) Anatomi:

(a) Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan memiliki kapsul dengan batas yang jelas. Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak

(b) Terdapat arteri fasialis yang melekat erat dengan kelenjar ini.

(c) Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan terletak di permukaan muskulus mylohyoid.

(d) Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang bermuara pada caruncula sublingualis diantara frenulum lidah.

(2) Histologi:

(a) Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.

(b) Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa. Terdapat duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik dan panjang.

(c) Saluran keluar utama yaitu duktus wharton bermuara pada ujung caruncula sublingualis pada dasar rongga mulut dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi insisiv mandibula.

(d) Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya. Bentuk sinus kebanyakan memanjangsel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket

(e) Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang

(f) Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah dicari

(3) Fisiologi:

(a) Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).

(b) Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.

(c) Sekresi saliva terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.

iii) Kelenjar Sublingual

(1) Anatomi:

(a) Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjarkelenjar mayor lainnya.

(b) kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni

(c) Duktus kelenjar sublingualis dibagi menjadi duktus mayor dan duktus minor. Duktus mayor disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan dengan duktus kelenjar submandibula dan duktus minor disebut duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah yang berada menyusuri bagian lingual.

(2) Histologi:

(a) Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata jaringan terlihat.

(b) Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus bartholini bermuara pada caruncula sublingualis bersama-sama dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

(c) Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas/tebal. Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula parotis

(d) ekskretoris sama dengan glandula parotis. Duktus Pfluger sangat pendek. Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan.

(3) Fisiologi:

(a) Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan konsistensinya kental.

(b) Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis.

b) Kelenjar saliva minor

kelenjar saliva minor terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah selama 24 jam. Nama kelenjar minor ini pun disesuaikan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin.

i) Kelenjar Glossopalatinal

Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.

ii) Kelenjar Labial

Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus.

iii) Kelenjar Bukal

Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial.

iv) Kelenjar Palatinal

Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat.

v) Kelenjar Lingual

Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu :

(1) Kelenjar anterior lingual:Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah.

(2) Kelenjar lingual Van Ebner: Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata.

(3) Kelenjar posterior lingual:Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil.

3)

4)

5) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Radiologis

Teknik radiografi yang banyak digunakan adalah teknik radiograf oklusal dan panoramik (OPG), namun tidak semua sialolith dapat terlihat melalui pemeriksaan radiografis konvensional karena sebagian kecil batu saliva tersebut mengalami hipomineralisasi dan superimposisi dengan jaringan lain yang bersifatradiodense.

b) Sialografi

Sialografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kondisi duktus dengan menggunakan kontras. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengidentifikasi adanya iregularitas pada dinding duktus, identifikasi adanya polip,mucous plugatau fibrin, serta area granulomatosa. Selain itu dapat pula diidentifikasi adanya kemungkinan obstruksi duktus maupun stenosis. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap duktus Stensen dan Wharton. Langkah selanjutnya adalah dilakukan dilatasi duktus. Saat dilatasi duktus sudah maksimal, maka dapat dimasukkan kateter sialografi. Pada pemeriksaan sialografi ini digunakan kontras, yang bisa berupa etiodol atau sinografin.

Sialografi dapat memberikan pemandangan yang jelas pada duktus secara keseluruhan dan dapat memberikan informasi mengenai area yang tidak dapat dijangkau dengan sialoendoskop, misalnya pada area di belakang lekukan yang tajam dan striktur. Kekurangan dari pemeriksaan sialografi adalah paparan radiasi dan hasil positif palsu pada pemeriksaan batu karena adanyaair bubble(gelembung udara).

Teknik pemeriksaan sialografi:

1. Pasien tidur supine dan dibuat foto plain : Cranium AP dan Lateral

1. Pasien di beri pastiles untuk merangsang air liur keluar

1. Melalui keluar nya air liur dimasukan spuit sialo dan di hubungkan dengan kateter dan diplester ke kulit

1. Ujung kateter di hubungkan dengan spuit yang berisi media kontras

1. Media kontras di suntikan selanjutnya di lakukan pemotretan

1. Setelah selesai pemeriksaan pasien diberi minum asam supaya semua kontras media terangsang ke luar

c) Tomografi computer

Pemeriksaan ini merupakan salah satu pilihan untuk mengevaluasi sistem duktus dan parenkim pada kelenjar saliva. Identifikasi dapat dilakukan pada potongan aksial, koronal maupun sagital. Dengan pemeriksaan ini dapat diidentifikasi adanya iregularitas pada dinding duktus dengan melihat adanya penebalan dan penyangatan pada dinding duktus. Pada obstruksi yang disebabkan karena batu, kalsifikasi dapat dilihat berupa masa hiperdens tanpa penyangatan pada pemeriksaan tomografi komputer. Adanya penyangatan dapat merupakan indikasi adanya obstruksi sialodenitis akut.

d) Sialografi tomografi komputer

Pemeriksaan ini merupakan kombinasi antara pemeriksaan sialografi dengan menggunakan kontras dan pemeriksaan tomografi komputer. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan kateter pada duktus, kemudian mengisinya dengan kontras, lalu dilakukan pemeriksaan tomografi komputer. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi parenkim secara detail.

e) Magnetic resonance imaging dan magnetic resonance sialography

Pemeriksaan dengan MRI juga dapat mengidentifikasi adanya kelainan pada kelenjar saliva. Dengan pemeriksaan ini akan tampak perbedaan antara struktur duktus dan parenkim. PemeriksaanMagnetic Resonance Sialographydapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur duktus pada kelenjar parotis dan submandibula dengan melakukan sialografi dengan menggunakan kontrasMagnetic Resonance.

f) Ultrasonografi

Dalam mendiagnosis kelainan pada kelenjar saliva terkadang diperlukan pemeriksaan ultrasonografi dengan resolusi tinggi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi bermanfaat dalam mengidentifikasi massa dan membedakan konsistensi massa tersebut, apakah padat atau kistik. Ultrasonografi yang digunakan pada pemeriksaan kelenjar saliva adalah ultrasonografi dengan transduser beresolusi tinggi, yaitu 7,5-10,0 MHz. Pada kasus abses atau massa kistik kelenjar saliva terkadang dilakukan aspirasi jarum halus. Pada kasus ini, ultrasonografi dapat dimanfaatkan untuk menjadi panduan dalam aspirasi. Pemeriksaan ultrasonografi juga penting dilakukan untuk melihat adanya kelokan atau cabang-cabang duktus, yang bisa menimbulkan komplikasi pada proses obstruksi.

Kekurangan pada pemeriksaan dengan ultrasonografi adalah, alat ini tidak dapat memvisualisasi kelenjar saliva secara keseluruhan. Pada penegakan kelainan obstruksi kelenjar saliva menggunakan ultrasonografi sering sulit untuk menentukan ukuran batu secara tiga dimensi begitu juga dengan struktur stenosisnya. Selain itu, pemeriksaan dengan alat ini tidak dapat memberikan informasi yang cukup jelas mengenai diameter bagian distal obstruksi sehingga sulit memastikan apakah duktusnya cukup lebar dan lurus sehingga memungkinkan masuknya instrumen pada endoskopi terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Greenberg MS, Glick M, Ship JA. 2008.Burkets Oral Medicine 11thEd. BC Decker Inc: Hamilton.

Netter, Frank H. 2006. Atlas of Human Anatomy 4th Ed. Elsevier.

Putz R, Pabst R. 2006. Sobotta. Atlas Anatomi Manusia ed. 22. EGC: Jakarta