BAB III OBJEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00798-MC...

25
30 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Perusahaan Sesungguhnya pada awal abad ke-16, zaman Kerajaan Sunda, Tangerang tampil sebagai kota pelabuhan bersama-sama Banten dan Kalapa (Jakarta kini), sebagaimana disaksikan dan dicatat pada tahun 1513 oleh Tome Pires, orang Portugis. Banten menempati kedudukan strategis, setelah Malaka diduduki oleh Portugis (1511) karena Selat Sunda dan pesisir barat Sumatra menjadi jalur utama perdagangan. Pesatnya pembangunan di Kabupaten Tangerang telah membuktikan bahwa pembangunan di kabupaten ini telah berhasil. Sejak dasawarsa kedua 1600-an antara Banten dan Batavia berlangsung persaingan perdagangan yang keras. Pada satu pihak Kompeni Belanda mendesakkan keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah Kesultanan Banten. Pada pihak lain, Sultan Banten sendiri mempertahankan sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Begitu keras persaingan itu sehingga berkembang menjadi konflik politik dan akhirnya konflik senjata yang mula-mula (1652) berbentuk konflik senjata secara tertutup, namun kemudian (1659) berbentuk perang terbuka. Dalam suasana konflik itulah Tangerang menjadi daerah pertahanan sekaligus medan pertempuran serta daerah rebutan antara Banten dan Batavia.

Transcript of BAB III OBJEK PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2011-2-00798-MC...

30

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Perusahaan

Sesungguhnya pada awal abad ke-16, zaman Kerajaan Sunda, Tangerang

tampil sebagai kota pelabuhan bersama-sama Banten dan Kalapa (Jakarta kini),

sebagaimana disaksikan dan dicatat pada tahun 1513 oleh Tome Pires, orang

Portugis. Banten menempati kedudukan strategis, setelah Malaka diduduki oleh

Portugis (1511) karena Selat Sunda dan pesisir barat Sumatra menjadi jalur

utama perdagangan. Pesatnya pembangunan di Kabupaten Tangerang telah

membuktikan bahwa pembangunan di kabupaten ini telah berhasil.

Sejak dasawarsa kedua 1600-an antara Banten dan Batavia berlangsung

persaingan perdagangan yang keras. Pada satu pihak Kompeni Belanda

mendesakkan keinginannya untuk melakukan monopoli perdagangan di wilayah

Kesultanan Banten. Pada pihak lain, Sultan Banten sendiri mempertahankan

sistem perdagangan bebas dan kedaulatan negara. Begitu keras persaingan itu

sehingga berkembang menjadi konflik politik dan akhirnya konflik senjata yang

mula-mula (1652) berbentuk konflik senjata secara tertutup, namun kemudian

(1659) berbentuk perang terbuka.

Dalam suasana konflik itulah Tangerang menjadi daerah pertahanan

sekaligus medan pertempuran serta daerah rebutan antara Banten dan Batavia.

31

Selanjutnya, pihak Banten membangun benteng pertahanan di sebelah barat

Sungai Cisadane dan pihak Kompeni Belanda membangun benteng pertahanan

di sebelah timur Sungai Cisadane. Itulah sebabnya, dulu daerah ini dikenal

dengan nama Benteng, baru kemudian muncul nama Tangerang.

Dengan mengerahkan serdadu Kompeni secara besar-besaran, terutama

serdadu sewaan yang berasal dari kalangan orang nusantara sendiri, dan taktik

adu-domba (divide et impera), secara bertahap wilayah Kesultanan Banten jatuh

ke tangan kekuasaan Kompeni Belanda.

Mula-mula (1659) daerah sebelah timur Sungai Cisadane jatuh ke tangan

Kompeni, kemudian tanah di sepanjang Sungai Cisadane sejak dari daerah hulu

sampai ke muara dan daerah sebelah selatan Sungai Cisadane sampai ke Laut

Kidul (Samudra Hindia) ditetapkan masuk ke wilayah Batavia (1684). Akhirnya

(1809), Kesultanan Banten dihapuskan serta seluruh wilayahnya dimasukkan ke

wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Sejak itu berakhirlah kedudukan Tangerang sebagai daerah tapal batas

antara Banten dan Jakarta, karena seluruhnya berada di bawah kuasa pemerintah

kolonial Hindia Belanda. Perubahan pemegang kekuasaan atas daerah

Tangerang memberikan jalan bagi perubahan status daerah itu.

Semula berstatus sebagai daerah rebutan antara Banten dan Batavia,

Tangerang menjadi daerah tanah partikelir di bawah Batavia. Sepetak demi

sepetak tanah di Tangerang dikuasai oleh pihak partikelir secara perseorangan

dan perusahaan. Muncullah sejumlah tuan tanah di daerah ini yang umumnya

32

terdiri dari orang Belanda dan orang Cina. Di samping menguasai tanah garapan

dan lingkungannya, mereka juga menguasai penduduk yang bermukim di lahan

itu.

Sebagaimana telah dikemukakan, pada awal abad ke-16 Tangerang

berstatus sebagai salah satu kota pelabuhan dalam lingkungan Kerajaan

Sunda. Pada masa itu kota pelabuhan berada di bawah kuasa seorang syahbandar

yang bertanggung jawab langsung kepada raja Sunda. Pada masa Tangerang di

bawah kuasa Kesultanan Banten (sejak tahun 1526), diberitakan bahwa sistem

pemerintahannya berbentuk kemaulanaan dan pusat pemerintahannya berada di

daerah pedalaman, yaitu di sekitar Tigaraksa sekarang.

Ketika sebagian daerah ini jatuh ke tangan Kompeni (sejak 1659), demi

keamanan pemerintahan di daerah ini dipimpin oleh seorang komandan militer

(orang Belanda). Namun, ketika seluruh daerah ini berada di bawah kuasa

Kompeni Belanda dan stabilitas keamanannya telah tercapai (sejak 1682)

pemerintahan di daerah ini berbentuk kabupaten (regentschap) yang dipimpin

oleh seorang bupati yang berasal dari kalangan penduduk pribumi. Pada 1809

terjadi perubahan sistem pemerintahan secara menyeluruh di Hindia Belanda

yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal H.W. Daendels.

Tingkat dan struktur pemerintahan di daerah Tangerang berubah lagi.

Kini Tangerang berada di bawah wilayah administrasi pemerintahan De stad

Batavia, de Ommelanden, en Jacatrasche Preanger Regentschappen (Kota

Batavia dan sekitarnya serta wilayah Jakarta-Priangan) yang kemudian disebut

33

Keresidenan Batavia ( Suganda Wirananggapati, 1997). Daerah Tangerang

disebut Batavia Barat dan berada di bawah perintah seorang Asisten Residen

yang selalu dipegang oleh orang Belanda. Selanjutnya (sejak tahun 1860-an),

daerah ini berstatus afdeling yang disebut Afdeling Tangerang yang tetap

dipimpin oleh Asisten Residen. Daerah Afdeling Tangerang dibagi atas tiga

distrik, yaitu Tangerang Timur, Tangerang Selatan, dan Tangerang Utara yang

selanjutnya (sejak 1880-an) masing-masing disebut Distrik Tangerang, Distrik

Balaraja, dan Distrik Mauk; lalu ditambah dengan Distrik Curug. Kepala distrik

dipegang oleh orang pribumi yang jabatannya disebut demang, kemudian

berubah jadi wedana. Tingkat dan struktur pemerintahan demikian di Tangerang

berlangsung hingga akhir kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda

(1942).

Pada zaman Jepang (1942-1945), Tangerang yang bertetangga dengan

ibu kota pemerintah pusat Jakarta dipandang sebagai daerah strategis. Dengan

demikian, tingkat dan struktur pemerintahannya dinaikkan jadi kabupaten, dan

didirikanlah lembaga pendidikan militer (Seinendojo).

Pembentukan Kabupaten Tangerang didasarkan Maklumat Jakarta Syu

Nomor 4 tanggal 27 Desember 2603 (1943), sedangkan peresmiannya dilakukan

pada hari Selasa, 4 Januari 1944, bersamaan dengan pelantikan R. Atik Suardi

menjadi Bupati Tangerang pertama. R. Atik Suardi adalah aktivis yang

kemudian (sejak akhir tahun 1920-an) jadi salah seorang pemimpin Paguyuban

Pasundan, organisasi pergerakan nasional masyarakat Sunda. Ia pernah menjabat

sebagai pembantu R. Pandu Suradiningrat di Gunseibu Jawa Barat.

34

Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 mendapat

sambutan hangat dari para pemimpin dan masyarakat Tangerang. Wujudnya

terdiri atas dua bentuk. Pertama, menegakkan kemerdekaan dengan cara

membentuk pemerintahan daerah di Tangerang yang menunjang Proklamasi.

Kemerdekaan RI, mulai dari tingkat kabupaten ke bawah. Kedua,

mempertahankan kemerdekaan dengan cara menentang dan melawan pihak

asing dan antek-anteknya yang berusaha untuk menjajah kembali dan pihak

yang mau mendirikan negara sendiri yang tidak mengakui keberadaan Republik

Indonesia. Terjadilah revolusi kemerdekaan! Akhirnya, kedaulatan Republik

Indonesia bisa ditegakkan di Tangerang.

Kedudukan Kabupaten Tangerang dikukuhkan kembali pada awal masa

Republik Indonesia (19 Agustus 1945) dan berlaku terus hingga kini. Kabupaten

ini jadi salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan semangat

dan tuntutan otonomi daerah serta perkembangan Kota Tangerang yang

meningkat pesat, status pemerintahan di Kota Tangerang sendiri ditingkatkan.

Tadinya kota itu adalah kota kecamatan, lalu jadi kota administratif,

kemudian (sejak tahun 1993) jadi kotamadya (lantas jadi kota) yang

kedudukannya setara dengan tingkat kabupaten. Dengan demikian, di Tangerang

terdapat dua jenis pemerintahan daerah yang setara, yaitu Kabupaten Tangerang

dan Kota Tangerang.

Sementara itu, dengan berdirinya Provinsi Banten (sejak 1999),

Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang pun jadi bagian dari wilayah

Provinsi Banten. Seiring dengan program pembangunan yang dilancarkan sejak

35

tahun 1968, Kabupaten Tangerang melaksanakan program ini setahap demi

setahapPada tahun 1993 dibentuklah kotamadya Tangerang yang kemudian

disusul dengan pemindahan Ibukota Kabupaten ke Kecamatan Tigaraksa sesuai

dengan keputusan Pemerintah tahun 1995. (Sumber : Websites Pemda

Kabupaten Tangerang)

3.1.1 Profil Perusahaan

Nama Resmi : Kabupaten Tangerang

Ibukota : Tigaraksa

Provinsi : Banten

Batas Wilayah : Utara: Laut Jawa

Selatan : Kabupaten Bogor

Barat : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang

Timur : Kota Tangerang

Luas Wilayah : 1.110,38 Km²

Jumlah Penduduk : 2.781.428 Jiwa (sensus Penduduk 2000)

Jumlah Kecamatan : 26

Website : http://www.kabtangerang.go.id

Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua

yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi

geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,

sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan

36

berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor.

Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten

Serang.

Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik

Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu

setengah jam.

Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas

hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas

perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta

lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau

tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).

Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk

2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi

oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun

berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64

tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan pada kelompok

umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%.

Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam

29 kecamatan dan 316 desa dan kelurahan. Keseluruhan kondisi wilayah

memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata

0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas

permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur

udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah

37

di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang

lebih 50 km.

3.1.2 Logo Perusahaan

Lambang daerah Kabupaten Tangerang ditetapkan dengan

peraturan daerah Nomor 19 Tahun 1984 tanggal 25 Oktober 1984, yang

kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun

1987 tanggal 21 Mei 1987.

Motto daerah yang terkandung dalam lambang daerah adalah

"SATYA KARYA KERTA RAHARJA" artinya dengan dasar kesetiaan

dan ketaatan kepada Pemerintah dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) disertai doa dan kerja keras, kita wujudkan masyarakat

yang sejahtera, adil dan makmur dari segi fisik material dan mental

spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Gambar 3.1.2

38

Arti Gambar Lambang Daerah:

I. Bagian Atas

a) Pucuk Perisai lima buah melambangkan Pancasila yang menjadi

dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b) Susunan batu merupakan lambang benteng pertahanan yang

mengingatkan kita kepada pahlawan rakyat Kabupaten

Tangerang. Jumlah bata melambangkan tanggal, bulan dan tahun

proklamasi kemerdekaan Negara republik Indonesia, tanggal 17

bulan 8 tahun 1945.

II. Bagian Tengah

a) Jumlah butir pada, bunga kapas dan ruas bambu melambangkan

tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Tangerang.

b) Dua puluh tujuh butir padi melambangkan tanggal dua puluh

tujuh.

c) Dua belas bunga kapas melambangkan bulan dua belas.

d) Empat puluh tiga ruas bambu melambangkan tahun empat puluh

tiga.

e) Topi bambu melambangkan hasil kerajinan dan industri dari

Kabupaten tangerang.

III. Bagian Bawah

a) Garis putih berombak melambangkan bahwa Kabupaten

Tangerang dilintasi oleh sungai-sungai besar.

39

b) Garis putih biru berombak melambangkan laut yang bermakna

Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai.

(Sumber: 64 Tahun Kabupaten Tangerang)

3.1.3 Visi dan Misi

a) VISI

Berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif seluruh sumber

daya dan komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik

maka ditetapkan visi sebagai berikut :

”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman,

Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”

Yang dimaksud dengan :

1. Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang

dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap

perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik,

ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang

memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan

yang ada di Kabupaten Tangerang;

2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat

manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri

40

memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin

keseimbangan mental dan spiritual;

3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup

yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan

fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota

masyarakat;

4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup

bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada

pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi

kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan

UUD 1945;

5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada

pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga,

waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus

berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan

sendiri tapi beriorentasi pasar;

6. Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan

mempertimbang-kan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi

oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan

berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi

kelangsungan hidup dan pembangunan.

41

b) MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan

misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan

pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu

pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta

peningkatan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh

lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehteraan sosial.

3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi

melalui fasilitasi pengembangan usaha di bidang industri,

agribisnis, agro industri, dan jasa, serta memberikan akses

lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil dan

menengah, dan sektor informal.

4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan

yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan

dan pengendalian tata ruang yang terstruktur.

5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan,

dan bertanggung jawab (good governance).

6. Meningkatkan pembangunan infra struktur bagi percepatan

aspek-aspek pembangunan.

7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan

partisipasi kritis dalam proses pembangunan.

42

8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam

pembangunan.

Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Ketakwaan;

Masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan

komponen yang sangat penting untuk mewujudkan suatu

perubahan yang hakiki dalam mencapai visi misi yang telah

ditetapkan;

2. Partisipatif;

Rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan

yang terdiri eksekutif, legislatif dan masyarakat serta swasta

berperan serta mengambil bagian mulai dari tahapan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

dalam rangka mempercepat tajuan dan sasaran pembangunan

yang efisien dan efektif;

3. Transparansi;

Merupakan salah satu unsur dari good government yang

harus ditingkatkan agar dapat mendorong partisipasi

masyarakat dan swasta untuk mencapai suatu kemajuan

seperti yang tercantum dalam sasaran dan tujuan

pembangunan.

43

4. Berkelanjutan;

Prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung

makna bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus

memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan

sehingga pembangunan yang akan dipacu tidak hanya untuk

kepentingan sesaat.

3.2 Struktur Perusahaan

Setiap instansi memiliki struktur organisasi perusahaan. Begitu juga

dengan Pemda Kabupaten Tangerang memiliki struktur organisasi.

Berikut ini adalah struktur organisasi dalam tabel 3.2

44

45

3.2.1 Job Description

a) Tugas Bupati

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

5. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

6. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-

undangan;

7. Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah;

8. Mengajukan dan mengembangkan daya saing Daerah;

9. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan yang bersih dan baik;

10. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan Daerah;

11. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di

Daerah dan semua perangkat Daerah;

12. Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah dihadapan Rapat Paripurna DPRD;

13. Memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan

46

pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan

laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada

masyarakat.

b) Tugas Wakil Bupati

1) Membantu kepala Daerah dalam menyelenggarakan

Pemerintahan Daerah;

2) Membantu kepala Daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan

instansi vertikal Daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau

temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan

pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan

pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan

hidup;

3) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan

Kabupaten dan Kota bagi wakil kepala Daerah provinsi;

4) Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan

di wilayah Kecamatan, Kelurahan dan/atau Desa bagi wakil

kepala Daerah Kabupaten/Kota;

5) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala Daerah

dalam menyelenggarakan kegiatan Pemerintahan Daerah;

6) Melaksanakan tugas dan kewajiban Pemerintahan lainnya yang

diberikan oleh kepala Daerah; dan

47

7) Melaksanakan tugas dan wewenang kepala Daerah apabila

kepala Daerah berhalangan

c) Tugas Sekretaris Daerah

1) Sekretaris daerah bertugas membantu kepala daerah dalam

menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan

lembaga teknis daerah. Dalam pelaksanaan tugas dan

kewajibannya, sekretaris daerah bertanggung jawab kepada

Kepala Daerah.

d) Tugas Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan

Rakyat ( ASDA I )

1) Membina, mengendalikan dan mengkoordinasikan kegiatan

setda dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan administrasi

bidang Bina Pemerintahan, Hukum dan Pertanahan;

2) Merumuskan bahan Renstra dan Renja Setda dalam lingkup

tugas Asisten I sesuai RPJM daerah;

3) Memantau perkembangan penyelenggaraan pemerintahan,

pembinaan aparatur dan kemasyarakatan serta pelayanan

administratif pemerintahan daerah sesuai dengan bidang

tugasnya;

4) Merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan kegiatan setda dalama rangka pembinaan

48

pencapaian sasaran dan target kinerja meliputi bidang bina

pemerintahan, hukum dan pertanahan;

5) Mengkoordinasikan pengkajian dan perumusan aspek yuridis

rancangan produk hukum peraturan perundang-undangan

daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan

dan monitoring pelaksanaannya;

6) Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyusunan bahan

laporan pertanggungjawaban Walikota atas penyelenggaraan

pemerintah daerah sesuai pedoman yang berlaku;

7) Menganalisa alternatif pemecahan masalah yang brkaitan

dengan penyelenggaraan tertib hukum, pembinaan dan

pengembangan organisasi perangkat daerah dan

ketatalaksanaan serta administrasi pemerintah daerah;

8) Memberikan rekomendasi/pertimbangan kepada walikota

bagi pengangkatan dan/atau mutasi Camat, dan rekomendasi

/ pertimbangan kepala sekretaris daerah bagi pengangkatan

lurah usulan camat;

9) Memaraf atau menandatangani naskah dinas berkaitan

dengan penyelenggaraan lingkup asisten I sesuai dengan

kewenangan dan ketentuan yang berlaku;

10) Mengkoordinasikan program dan pelayanan SKPD dalam

upaya peningkatan kinerja aparatur daerah sesuai dengan

bidang tugasnya;

49

11) Melaksanakan koordinasi dan konsultasi, baik dengan pejabat

dan/atau instansi terkait dalam rangka koordinasi kebijakan

bidang bina pemerintahan, hukum dan pertanahan;

12) Menyampaikan pertimbangan teknis dan/atau administrasi

kepada Sekretaris daerah berdasarkan laporan pencapaian

pelaksanaan tugas SKPD sesuai dengan hubungan kerja

asisiten dengan SKPD secara berkala dan/atau sesuai dengan

kebutuhan;

13) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan hasil

pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Daerah;

14) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan

dan/atau atas perintah atasan sesuai dengan wewenang

bidang tugasnya.

e) Tugas Humas Pemerintah Daerah

1) Mempunyai tugas melaksanakan pemberitaan,

2) Mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk bahan

kebijakan pimpinan,

3) Melakukan perekaman, penyajian data, dan mengatur

keprotokoleran kegiatan pimpinan,

4) Serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretariat

daerah Kabupaten sesuai dengan bidang tugasnya.

50

3.2.2 Prosedur yang berlaku

Alur sebuah kebijakan yang harus dilalui oleh humas Pemda

Kabupaten Tangerang dalam membuat sebuah program kegiatan, yaitu

humas Pemda Kabupaten Tangerang membuat dan menyusun suatu

program yang sekiranya perlu dan harus dilakukan untuk menjaga citra

Pemda Kabupaten Tangerang itu sendiri dan dapat berguna untuk

masyarakat.

Kemudian rencana program kegiatan itu dituliskan dalam

sebuah surat yang dinamakan surat permohonan yang diajukan kepada

Bagian Sekretaris Daerah (Sekda).

Kemudian setelah surat itu sudah diterima oleh bagian

Sekretaris Daerah, Kepala Humas Pemda Kabupaten Tangerang selaku

penanggung jawab program mempresentasikan program yang akan di

buat. Setelah di setujui oleh bagian Sekretaris Daerah, di serahkan lagi

kepada Bupati untuk langsung di minta persetujuannya dan di berikan

surat disposisi untuk langsung di laksanakannya program tersebut.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

a. Wawancara

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik

wawancara. Ada tiga narasumber yang akan di wawancara untuk

mendapatkan data yang diinginkan.

51

a) Drs. Yeyep Syarif Anwar ( Kepala Bagian Humas )

Peneliti memilih Drs. Yeyep Syarif Anwar karena beliau

adalah kepala bagian humas di Pemda Kabupaten Tangerang,

beliau yang mengetahui seluk-beluk mengenai humas dalam

lingkungan Pemda Kabupaten Tangerang dan mempunyai

wewenang penuh informasi-informasi kepada media dan

masyarakat.

b) Abdul Munir ( Kepala Sub Bagian Pemberitaan )

Peneliti memilih Abdul Munir untuk di wawancara karena

beliau yang memegang langsung bagian pemberitaan dan

berhubungan dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti.

Karena beliau yang yang bertanggung jawab untuk kegiatan

media monitoring, penerbitan press release dan advertorial.

c) Wahyu Haryadi ( Wartawan Surat Kabar Radar Banten )

Peneliti memilih Bapak Wahyu Haryadi selaku wartawan surat

kabar Radar Banten ini karena, surat kabar ini mempunyai

kerja sama dengan Pemda Kabupaten Tangerang dan juga

banyak memberitakan mengenai Kabupaten Tangerang. Dan

selalu mengikuti perkembangan dari program-program yang di

lakukan oleh Pemda Kabupaten Tangerang.

52

b. Observasi

Dalam penelitian kali ini juga peneliti melakukan observasi

partisipan, yaitu pemaparan umum apa yang terjadi di lapangan.

Peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian (Pemda

Kabupaten Tangerang) selama 3 bulan.

Yaitu dengan mengamati kejadian atau peristiwa yang terjadi

selama penelitian berlangsung. Dan mencoba untuk terjun langsung

untuk mengetahui pekerjaan humas di Pemda Kabupaten

Tangerang.

3.3.2 Data Sekunder

a. Studi Pustaka

Peneliti mempelajari data-data untuk penelitian melalui

buku-buku yang terdapat di perpustakaan dan Peneliti juga

mengambil data-data melalui internet yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan.

b. Dokumen

Peneliti mengambil data dari dokumentasi-dokumentasi yang

telah ada sebelumnya di Pemda Kabupaten Tangerang.

3.4 Permasalahan yang ada

Pemerintahan Daerah yang berada di setiap Kabupaten sebaiknya

mampu untuk mengontrol pembangunan dan kesejahteraan masyarakat daerah

53

itu sendiri yang menjadi tanggung jawab Pemerintahan Kabupaten itu sendiri.

Pemerintah daerah Kabupaten dapat di kontrol langsung oleh masyarakat,

karena merupakan pemerintahan yang tingkatannya paling dekat dengan

masyarakat, sehingga mampu untuk mengontrol langsung pembangunan-

pembangunan infrastruktur dan program-program yang diinginkan masyarakat.

Namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang kecewa karena

program pembangunan yang dilakukan pemerintah belum sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh masyarakat dan belum efektif sampai di masyarakat.

Sehingga citra Pemda Kabupaten Tangerang menjadi menurun di mata

masyarakat.

Permasalahan ini lah yang menjadi dasar penelitian kali ini. Bagaimana

peran humas Pemda Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan citra

pemerintahan melalui program-program yang di buat oleh pemerintah, salah

satunya program media monitoring. Apakah kegiatan media monitoring ini

sudah efektif untuk dapat meningkatkan citra Pemda Kabupaten Tangerang.

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam penelitian kali ini, penulis mencari allternatif pemecahan masalah

dengan cara wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk menjawab

semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan mempunyai kredibilitas yang

tinggi. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi partisipan yang

dilakukan di Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang selama kurang

lebih 3 bulan untuk mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan dan

54

pengamatan secara langsung tentang apa yang terjadi di lingkungan humas

Pemda Kabupaten Tangerang dan sistematika kerja pada bagian Humas tersebut.

Selain dari kedua cara tersebut, peneliti juga menggunakan alternatif

pemecahan masalah dengan cara studi kepustakaan dan mencari data-data

melalui internet yang berhubungan dengan Humas Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang.