Bab III - Copy

download Bab III - Copy

of 15

description

lkj

Transcript of Bab III - Copy

27

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di wilayah pesisir Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2014. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi sumber daya perairan pantai yang cukup besar, intensitas kegiatan budidaya dan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani rumput laut, serta kebijakan pemerintah daerah yang cukup mendukung dalam pengembangan budidaya rumput laut secara berkelanjutan. peta lokasi budidaya rumput laut di wilayah kajian dapat di lihat pada gambar 5.Gambar 5. Peta Lokasi PenelitianB. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam pengambilan sampel kualitas air di lapangan dapat dilihat pada table 1 berikut:Tabel 1. Satuan dan alat yang digunakan pada pengukuran kualitas airNoParameterAlatSatuan

1SuhuThermometer air raksa0C

2SalinitasBathytermografPpt

3KedalamanTambang berskalaM

4ArusFloating draughtCm/s

5KecerahanSeichi disk%

6Derajat Keasaman (pH)Kertas pH-

Bahan yang digunakan dalam dalam penelitian adalah citra satelit alos dari LAPAN C. Jenis Data dan Metode Pengambilan DataJenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data perimer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yaitu masyarakat atau stakeholder dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner) yang telah dipersiapkan menegenai analisis kesesuaian lahan budidaya rumput laut di Kec. Taneterilau, Kab. Barru. Adapun lokasi titik pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Lokasi titik pengambilan sampelPenentuan stasiun dilakukan dengan memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian secara keseluruhan berdasarkan karakteristik wilayah perairan yang mewakili. Stasiun pengambilan sampel dilakukan dengan sejajar garis pantai. Pengambilan data akan dilakukan di tiga stasiun dan setiap stasiun memiliki 3 sub stasiun dengan karakteristik yang berbeda-beda. Stasiun I yaitu daerah dimana dijadikannya sebagai tempat budidaya rumput laut oleh petani rumput laut setempat, stasiun II yaitu berada di dekat muara, stasiun III yaitu berada di dekat area dermaga. Waktu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pola pasang surut dengan empat kali ulangan yaitu pada pasang tertinggi, pasang terendah, surut tertinggi, dan surut terendah, ini dikarenakan untuk membantu mengetahui kedalaman lokasi pengambilan sampel agar pada saat surut terendah, lokasi pengambilan sampel masih dalam zona perairan.Variabel aspek ekonomi yang diamati meliputi indikator jumlah hasil pada saat sekali panen, harga dan permintaan pasar, serta pendapatan petani rumput laut. Sedangkan pada variable aspek social dan potensi masyarakat petani rumput laut meliputi indicator aktivitas mata pencaharian, jumlah nelayan yang bekerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan, potensi status social keluarga petani rumput laut, serta peran wanita pada aktivitas kehidupan petani rumput laut.Data sekunder diperoleh dari instansi terkait (Kantor desa, kantor camat, Kantor dinas kelautan dan perikanan dan instansi terkait lainnya), laporan penelitian, dan karya ilmiah yang relevan dengan penelitian.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Kuisiner disebarkan kepada responden, kemudian direkapitulasi secara deskriptif analitis. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik sebagai berikut:1. Wawancara yaitu, data dikumpulkan dengan cara mewawancarai langsung para responden untuk mengetahui lokasi yang mereka anggap sesusai untuk lokasi budidaya rumput luat melalui pengalaman yang telah mereka lakukan.2. Observasi yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap variable dan indicator kesesuaian lahan budidaya rumput laut.3. Telaah dokumentasi yaitu, menelaah tulisan atau dokumentasi yang berkaitan dengan budidaya rumput laut, serta pengembangan budidaya rumput laut, rencana tata ruang wilayah budidaya rumput laut, kebijakan dan program, partisipasi petani rumput laut dan masyarakat dalam menangani konflik terhadap suatu kebijakan dari pemerintah.D. Metode Penentuan RespondenUntuk memperoleh data primer berupa aspirasi stakeholders digunakan teknik Stakeholders Analysis (Analisis Stakeholders). Analisis Stakeholders adalah suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, serta kondisi yang memungkinkan terjadinya trade off (Budiharsono, 2006).Teknik pengambilan responden dalam rangka menggali informasi/ pendapat stakeholders adalah metode expert judgement (Pendapat Pakar) dimana pakar ditentukan secara purposive sampling. Pakar responden merupakan key persons (tokoh kunci) yang mewakili kelompok-kelompok stakeholders yang diperoleh pada saat identifikasi stakeholders (Idha, 2007). Adapun yang mewakili stakeholder terbagi atas 4 kelompok yaitu:1. Petani budidaya rumput laut2. Pengumpul3. Pemerintah4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

E. Analisis Data1.Analisis Kesesuaian Lahana. Pengolahan Citra dan DataPengolahan citra bertujuan untuk mendapatkan data yang tidak diperoleh dari instansi sehingga dapat melengkapi dari parameter penentu kesesuaian lokasi budidaya rumput laut. Tahap awal yang dilakukan dalam pengolahan citra yaitu cropping, koreksi radiometric dan transformasi citra.Data keterlindungan, substrat dasar perairan, dan batimetri dianggap mengalami perubahan yang signifikan dalam jangka waktu yang singkat, sehingga data tersebut dapat digunakan untuk bulan Desember dan Januari. Data arus, salinitas, dan suhu permukaan laut pada masing-masing bulan Desember dan Januari. Untuk data batimetri diperoleh dengan mendigitasi peta batimetri Kabupaten barru. Sedangkan data subtract dasar perairan dan keterlindungan lokasi diperoleh dari hasil pengolahan citra yang kemudian dibuat kelas baru dari masing-masing kategori. Adapun tahap Pengolahan citra adalah sebagai berikut:1. Data sekunder (arus, salinitas, suhu permukaan laut, kecerahan dan batimetri) digabungkan dengan data hasil penajaman citra (substrat dasar perairan dan keterlindungan lokasi)2. Membuat criteria kesesuaian budidaya rumput laut yang mengacu pada studi pustaka dan dikonsultasikan pada pakar yang kompeten dibidang perikanan.3. Pembuatan peta tematik dari setiap parameter berdasarkan criteria kesesuaian.4. Menumpang susunkan setiap parameter masing-masing bulan dan dianalisis secara SIG dengan metode scoring, maka didapatkan hasil kesesuaian budidaya rumput laut pada periode Desember-Januari.(1). Penajaman Citra untuk Substrat Perairan DangkalPengolahan citra untuk pemetaan substrat dasar perairan dangkal dilakukan penajaman citra dengan pendekayan standard exponential attenuation medel. model ini efektif untuk membangun pata tematik terumbu karang dengan menghasilkan depth invariant index atau karakteristik dasar perairan (Grenn et al., 2000). Algoritma ini menggunakan band 1 dan band 2 dari citra, persamaan sebagai berikut.Y = in (Band1) ki/kj*in (Band2).. (1)Keterangan:Y= informasi dasar perairanki/kj= rasio koefisien band 1 dan band 2Dimana:ki/kj= a + (a2+1), dana= (var (TM1) var (TM2)) / 2*cov (TM1TM2)(2). Pengolahan Data Kesesuaian LahanPemberian skor dalam pembobotan setiap parameter yang didasarkan pada dominasi pengaruh parameter dalam penentuan kesesuaian wilayah untuk budidaya merupakan faktor pembatas pada setiap parameter. Dalam melakukan analisis spasial ada beberapa tahapan yaitu:1. Penyusunan basis dataPenyusunan basis data spasial dimaksudkan untuk membuat peta tematik secara digital yang dimulai dengan peta dasar, pengumpulan data sampai tahap overlaying. Jenis data yang dipakai adalah data yang berkaitan dengan budidaya rumput laut seperti salinitas, arus, kecerahan, kedalaman, substrat, keterlindungan dan suhu permukaan laut. Berdasarkan data-data tersebut akan dibuat kontur pada masing-masing kriteria, selanjutnya kontur tersebut di convert to Polygon yang menghasikan tema itu sendiri. Hasil dari polygon ini yang digunakan untuk proses overlay.2. Teknik tumpang susun (overlay)Sebelum proses overley dilakukan, setiap tema dinilai tingkat pengaruhnya terhadap penentu kesesuaian lahan. Pemberian nilai pada masing-masing tema ini menggunakan pembobotan (weighting). Setiap tema dibagi dalam beberapa kelas diberi skor sangat sesuai, sesuai dan tidak sesuai. Setiap kelas akan memperoleh nilai akhir yang merupakan hasil dari penjumlahan skor dari semua parameter.b. Pembobotan Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput LautUntuk setiap parameter memiliki skor yang berbeda beda sesuai dengan tingkat pengaruh dari masing-masing parameter terhadap hasil akhir kesesuaian lahan rumput laut.Tabel 2 berikut merupakan penilaian setiap parameter untuk kesesuaian lahan budidaya rumput laut.Tabel 2. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut NoParameterSangat sesuai(3)Sesuai(2)Tidak sesuai(1)Bobot(B)

1KeterlindunganSangat terlindungTerlindungTerbuka2

2Arus (m/s)0.40.1 -0.2 &0.3-0.40.2-0.32

3Kedalaman (m)2010-205-102

4Dasar PerairanLumpur & Karang hidupPasirKarang mati & makro alga1

5Salinitas (ppt)3528-3232-352

6Suhu (0C)3220-2626-322

7Kecerahan (m) 101-2 & 5-102-51

Sumber: DKP (2006) : SNI (2010)Setiap zona akan memiliki nilai kesesuaian dari setiap parameter yang dianggap paling penting dalam penentuan kesesuaian lahan. Didasarkan pada perhitungan dengan rumus sebagai berikut (scoring):N = (Bi x Si) . (2)Dimana: N= Total bobot nilaiBi= Bobot pada tiap kriteriaSi= Skor pada tiap kriteriaInterval kelas kesesuaian lahan diperoleh berdasarkan metode Equal interval (Prahasta, 2002), selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian dibagi jumlah kelas, kelas kesesuaian dibagi 3 yaitu sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. maka dapat dinyatakan dengan rumus dibawah ini: Selang tiap kelas = (3)Berdasarkan rumus diatas, selang masing-masing kelas ditetapkan nilainya sebagai berikut:Kelas sangat sesuai (SS): 44-60Kelas sesuai (S): 28-43Kelas tidak sesuai (TS): 12 -27Masing-masing kelas diatas didefinisikan sebagi berikut (Suwargana et al., 2006):1. Kelas sangat sesuai (S1), lahan ini tidak memiliki faktor pembatas yang berarti untuk suatu penggunaan secara lestari. Hambatan tidka mengurangi produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dan tidak akan meningkatkan masukan yang diperlukan sehingga melampaui batas-batas yang masih dapat diterima.2. Kelas sesuai (S2), lahan yang tergolong dalam kelas ini memiliki faktor pembatas yang dapat mengurangi tingkat produksi atau keuntungan yang diperoleh. Pembatas yang ada meningkatkan masukan atau biaya yang diperlukan.3. Kelas tidak sesuai (S3), lahan ini disarankan untuk dibiarkan tanpa dikelola atau dikelola secara alami, karena faktor pembatasnya bersifat permanen.Selain faktor ekologis diatas ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor resiko (keamanan, keterlindungan, dan konflik) dan kemudahan (aksesibilitas), faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan berpengaruh (DKP, 2006). 2. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya PesisirAnalisis strategi pengembangan budidaya rumput laut di wilayah pesisir Kecamatan Tanete Rilau, Kabupateb Barru dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Analisis ini dilakukan dengan menerapkan kriteria kesesuaian dengan data kuantitatif dan deskripsi keadaan (faktor internal dan eksternal) yang diperoleh dengan teknik RRA.Pembobotan dan skoring dalam analisis SWOT ini dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan teknik RRA tersebut, yang kemudian dijustifikasi oleh peneliti dalam bentuk bobot dan skor.Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT (Rangkuti, 2002):1. Tahap pengumpulan dataTahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal.Data eksternal berasal dari lingkungan luar (peluang dan ancaman), sedangkan data internal berasal dari dalam sistem pengelolaan kawasan pesisir Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, mencakup ketersediaan sumberdaya alam, kondisi sumberdaya manusia dan pengembangan kawasan yang sedang dijalankan (kekuatan dan kelemahan).Dalam tahap ini digunakan dua model matriks yaitu: matriks faktor strategi eksternal, dan matriks faktor strategi internal.Matriks faktor strategi external disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. Pada kolom 1 disusun peluang-peluang dan ancaman-ancaman2. Selanjutnya pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor peluang dan ancaman, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor peluang dan ancaman sama dengan 1,0.3. Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (nilai 4=sangat besar, 3=besar, 2=sedang, dan 1=kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk ancaman bersifat negatif (nilai 4=kecil, 3=sedang, 2=besar, dan 1=sangat besar).4. Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.5. Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.6. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.Tabel 3.External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)Faktor-faktor Strategi EksternalBobotRatingSkorKomentar

12345

Peluang:O1O2O34221

Ancaman:T1T2T31234

TOTAL1,00

Matriks faktor strategi internal disusun dengan langkah-langkah:1. Pada kolom 1 disusun kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan.2. Pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor kekuatan dan kelemahan sama dengan 1,0.3. Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (nilai 4 = sangat besar, 3 = besar, 2 = sedang, dan 1 = kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk kelemahan bersifat negatif ((nilai 4 = kecil, 3 = sedang, 2 = besar, dan 1 = sangat besar).4. Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.5. Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.6. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.Tabel 4. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)Faktor-faktor Strategi EksternalBobotRatingSkorKomentar

12345

Peluang:S1S2S34221

Ancaman:W1W2W31234

TOTAL1,00

2. Tahap AnalisisPada tahap analisis digunakan Model Matriks TOWS, dimana terdapat 4 strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT (table berikut). Setelah diperoleh matriks TOWS, selanjutnya disusun rangking semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor penyusun strategi tersebut.Tabel 5. Model Matriks TOWS Hasil Analisis SWOTEFASIFASSTRENGTH(S)WEAKNESSES(W)

OPPORTUNITIES(O)SO1SO2SO3SOnWO1WO2WO3Won

THREATS(T)ST1ST2ST3STnWT1WT2WT3WTn