BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna dan Representasi Sosial Makna (meaning) dinyatakan sebagai representasi internal yaitu suatu proses yang diawali dengan stimulus fisik dari luar kemudian mendapat respon internal sampai akhirnya menciptakan respons yang tampak sebagai perilaku. Makna diperoleh melalui interaksi sosial yang dialami oleh seseorang. Selain itu, dalam pemaknaan individu terhadap suatu simbol terdapat beberapa hal yang mempengaruhi pola pikir (pemahaman simbol) antara lain sifat alamiah individu, pengalaman, pengetahuan, budaya, dan struktur sosial masyarakat tempat individu tinggal (Whyte 1991 dikutip Hamzah 2008). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh para ilmuwan, masyarakat juga mengembangkan pengetahuan mereka sendiri mengenai fenomena atau obyek yang ada di dunia. Salah satu cara dalam menangkap representasi mental masyarakat mengenai suatu objek adalah dengan menggunakan teori representasi sosial yang pertama kali dikembangkan oleh Serge Moscovici pada tahun 1963. Salah satu poin penting dalam teori representasi sosial adalah dikajinya hubungan yang erat antara aspek subyektif dan obyektif (Wagner & Hayes 2005 dikutip Idhamsyah et al. 2009). Representasi sosial dapat dipahami sebagai sebuah sistem sosial yang berfungsi ganda, seperti yang disampaikan oleh Moscovici (1973) dikutip oleh Idhamsyah et al. (2009) sebagai berikut: “Sebuah sistem nilai, ide dan praktik dengan 2 fungsi utama: pertama, untuk membentuk keteraturan yang membantu manusia mengarahkan serta

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makna dan Representasi Sosial

Makna (meaning) dinyatakan sebagai representasi internal yaitu suatu

proses yang diawali dengan stimulus fisik dari luar kemudian mendapat respon

internal sampai akhirnya menciptakan respons yang tampak sebagai perilaku.

Makna diperoleh melalui interaksi sosial yang dialami oleh seseorang. Selain itu,

dalam pemaknaan individu terhadap suatu simbol terdapat beberapa hal yang

mempengaruhi pola pikir (pemahaman simbol) antara lain sifat alamiah individu,

pengalaman, pengetahuan, budaya, dan struktur sosial masyarakat tempat individu

tinggal (Whyte 1991 dikutip Hamzah 2008).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh para ilmuwan,

masyarakat juga mengembangkan pengetahuan mereka sendiri mengenai

fenomena atau obyek yang ada di dunia. Salah satu cara dalam menangkap

representasi mental masyarakat mengenai suatu objek adalah dengan

menggunakan teori representasi sosial yang pertama kali dikembangkan oleh

Serge Moscovici pada tahun 1963. Salah satu poin penting dalam teori

representasi sosial adalah dikajinya hubungan yang erat antara aspek subyektif

dan obyektif (Wagner & Hayes 2005 dikutip Idhamsyah et al. 2009).

Representasi sosial dapat dipahami sebagai sebuah sistem sosial yang

berfungsi ganda, seperti yang disampaikan oleh Moscovici (1973) dikutip oleh

Idhamsyah et al. (2009) sebagai berikut:

“Sebuah sistem nilai, ide dan praktik dengan 2 fungsi utama: pertama,

untuk membentuk keteraturan yang membantu manusia mengarahkan serta

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

7

menguasai diri mereka dalam dunia material dan sosial. Kedua, untuk

membantu agar komunikasi terjadi diantara anggota dari sebuah komunitas

dengan menyediakan kepada mereka sebuah kode untuk pertukaran sosial,

serta menamai dan mengklasifikasikan secara ambigu berbagai macam

aspek dari dunia, individu, dan sejarah kelompok (Moscovici 1973).

Definisi yang lebih sederhana disampaikan oleh Jodelet (1984) dikutip oleh

Idhamsyah et al. (2009) yang menekankan pada pikiran umum (common

knowledge) yang merupakan sebuah proses berpikir sosial yang berkembang

melalui adanya interaksi dan komunikasi yang dijelaskan sebagai berikut:

“… a specific form of knowledge –common knowledge- whose contents

show the operation of generative processes and socially marked functions. More

broadly, it refers to a form of social thinking. The social marking of contents or

processes of representations refers to conditions and contexts in which those

representation reveal themselves in communication and through which they

circulated and the fuctions thoses representations serve in interactions with the

world and with others” (Jodelet 1984 dikutip Idhamsyah et al. 2009).

Moscovici dikutip oleh Deaux dan Philogene (2001) menyatakan bahwa

representasi sosial adalah suatu proses untuk memahami suatu obyek, orang dan

peristiwa yang diperoleh dari ide-ide implisit, eksplisit dan simbol-simbol,

kemudian mengkomunikasikannya kepada individu-individu lain yang ada dalam

kelompok. Dalam representasi sosial ada sebuah informasi yang disebarkan,

kemudian pengetahuan ini menjadi sebuah pengetahuan sosial. Tujuan utama dari

proses representasi sosial adalah mengubah informasi yang unfamiliar menjadi

familiar.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

8

Menurut Jost dan Ignatow (2001), representasi sosial menyajikan dinamika

sosial dan kultural yang membentuk manusia serta keyakinan bersama tentang

kenyataan yang bersifat alami secara empiris, yang sangat dinamis dan

mengabaikan pengaruh kekuasaan dalam kognisi sosial. Representasi sosial

didefinisikan sebagai shared symbolic product yang harus didefinisikan melalui

koordinasi dan kerjasama antar individual, yang mana membutuhkan pertunjukan

yang menampilkan kreasi atau adopsi dari representasi sosial yang memudahkan

pelaksanaannya dalam kelompok.

Menurut Campbell (1963) dikutip oleh Bergmann (1998) dinyatakan bahwa

representasi sosial, attitudes dan values dapat dipertimbangkan sebagai “acquired

behavioural dispositions”. Behavioural dispositions ini mengacu pada

kecenderungan untuk bertingkah laku. Disposisi perilaku ini merupakan suatu

kekuatan yang menyalurkan manusia dalam mempersepsikan,

mengkategorisasikan, mengorganisasikan atau memilih, namun memiliki

beberapa konsekuensi. Kecenderungan berperilaku yang diperoleh dalam perasaan

hampir seluruhnya adalah kecenderungan berperilaku yang telah disosialisasikan.

(Lazarsfeld, Berelson, & Gaudet 1968; Campbell, Converse, Miller, & Stokes

1964 dikutip Bergmann 1998). Oleh sebab itu, representasi sosial, attitudes dan

values secara kuat dibentuk dari sejarah masa lalu, keanggotaan dalam kelompok,

kelompok acuan, dan tergantung dari pengalaman dalam momen tertentu.

Attitudes, values dan representasi sosial secara substansi terkadang terjadi

tumpang tindih (overlap), namun terdapat perbedaan diantara ketiganya. Attitudes

merupakan pengambilan posisi ke arah sesuatu yang abstrak atau konkrit, yang

bisa saja stabil tetapi dapat sangat tergantung pada konteks tertentu. Values

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

9

merupakan cara, alat dan tujuan yang menunjuk pada beberapa tujuan kolektif.

Sedangkan representasi sosial adalah suatu sistem yang dapat mentransformasikan

hal yang tidak diketahui menjadi sesuatu yang dapat diketahui, yang berbeda dari

dibentuk attitude dan values, atau bisa oleh attitudes dan values (Bergmann

1998). Begitu pula Idhamsyah et al. (2009) menyatakan bahwa konteks

lingkungan berpengaruh terhadap representasi sosial.

Abric (1976) dikutip oleh Deaux dan Philogene (2001) menyatakan bahwa

representasi sosial terdiri dari beberapa elemen yakni informasi, keyakinan,

pendapat, dan sikap tentang suatu obyek. Elemen-elemen ini terorganisasi dan

terstruktur kemudian membentuk suatu sistem sosial-kognitif seseorang.

Representasi sosial terdiri dari dua bagian yaitu central core dan peripheral core.

Abric (1993) dikutip oleh Adriana (2009) menyatakan bahwa central core

ditentukan oleh beberapa hal yakni obyek itu sendiri, jenis hubungan antara obyek

tersebut dengan suatu kelompok, serta oleh nilai dan norma sosial yang meliputi

ideologi dari konteks yang ada di lingkungan pada saat itu dalam suatu kelompok

tersebut. Elemen peripheral dapat ditemukan di sekitar central core, memiliki

sifat yang konkret dan merupakan elemen yang paling dapat diakses secara

langsung. Elemen ini bersifat lebih fleksibel bila dibandingkan dengan central

core. Ketika ada informasi baru atau perubahan baru masuk dan menyatu dalam

suatu proses representasi, maka elemen ini akan dipinggirkan kehadirannya, lalu

mengartikannya kembali pada pola central yang ada, atau dengan memberinya

karakter tertentu. Hal ini dapat mendukung perkembangan dan pergerakan dari

suatu representasi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

10

Jadi, representasi sosial merupakan suatu sistem yang dapat memahami

konsep-konsep mental, lalu menciptakan suatu pemaknaan dari konsep tersebut

yang lebih dipahami bersama dalam linkungan sosial. Pemaknaan bersama ini

diperoleh melalui proses komunikasi yang terjadi dalam lingkungan sosial atau

komunitas yang terjadi secara terus-menerus.

2.2 Pengukuran Representasi Sosial

Idhamsyah et al. (2009), melakukan penelitian representasi sosial tentang

pemimpin. Representasi sosial tentang pemimpin ini diukur dengan menggunakan

teknik asosiasi kata untuk mengumpulkan data dalam bentuk kuesioner. Partisipan

diminta untuk menuliskan lima kata yang terlintas di benak mereka ketika mereka

membaca kata pemimpin. Kemudian, dari kelima kata yang telah dituliskan,

partisipan diminta untuk mengurutkannya berdasarkan kata yang paling

merepresentasikan arti pemimpin sampai kata yang dipandang paling tidak

merepresentasikan arti pemimpin. Partisipan juga diminta untuk menjelaskan arti

dan maksud asosiasi kata yang telah mereka tuliskan dalam kuesioner. Teknik

pengukuran ini dapat menjelaskan representasi mental yang ada dalam sebuah

masyarakat mengenai sebuah obyek tertentu, dalam hal ini adalah makna

pemimpin.

Pada tahap awal, dicari kata-kata apa saja yang muncul untuk memaknai

kata pemimpin untuk keperluan pengkodean. Pada tahap ini dicari seberapa

banyak kata yang digunakan partisipan pada masing-masing kelompok dan kota

untuk menggambarkan kata pemimpin untuk melihat perbedaan antar kelompok.

Selanjutnya, kata-kata yang serupa dan memiliki karakteristik yang sama

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

11

dikelompok-kelompokkan sampai diperoleh beberapa kategori besar. Berdasarkan

definisi yang diberikan partisipan, kata-kata tersebut kemudian dikode ulang

kedalam kategori besar tersebut untuk memperoleh klasifikasi yang lebih general.

Data diolah lebih lanjut untuk melihat frekuensi pada masing-masing kategori

besar.

2.3 Dimensi Makna Kerja Pertanian

Tjakrawati (1988) menyatakan makna kerja pertanian melalui nilai kerja.

Dalam tesisnya dinyatakan bahwa nilai sebagai konsepsi baik buruknya yang

dihayati seseorang dan sebagian besar warga masyarakat yang memberi pedoman

untuk memilih perilaku dalam menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa nilai merupakan cara pandang suatu komunitas tentang

baik atau buruknya suatu obyek yang dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat

serta pengetahuan yang diadopsi telah masyarakat tersebut yang selanjutnya akan

mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak. Menurut Tjakrawati

(1988), makna kerja pertanian dapat diukur dari tujuh dimensi yaitu:

1. Dimensi Lahan

Lahan bagi petani di daerah persawahan memiliki nilai ekonomis dan juga

nilai sosial. Nilai ekonomis lahan terlihat melalui usaha petani dalam

menghimpun lahan, melalui pemilikan atau penguasaan, dan mempertahankan

lahan yang telah dimilikinya. Semakin luas lahan yang dimiliki maka keuntungan

dari hasil pertanian yang diperoleh pun semakin banyak. Hal ini juga didukung

oleh Tarigan (2004), keuntungan ekonomis akan lebih banyak jika memiliki lahan

yang luas. Nilai sosial lahan dapat menunjuk status sosial seseorang. Semakin luas

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

12

lahan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi status orang tersebut di

masyarakat (Tjakrawati 1988; Amelia 2005). Hal ini juga didukung oleh Marbun

(2008), ternyata dikalangan mahasiswa Batak Toba IPB lahan juga menjadi hal

yang penting dalam pertanian karena status sosial seseorang ditentukan dari lahan

yang dimilikinya.

2. Dimensi Tenaga Kerja, Teknologi dan Hasil Kerja

Tjakrawati (1988) menyatakan bahwa dengan kemunculan teknologi dalam

pekerjaan pertanian ternyata mempersempit peluang kerja pertanian bagi

buruhtani, khususnya pemuda yang kebanyakan belum mempunyai lahan sendiri.

Sempitnya peluang usaha di sektor pertanian, menjadikan pemuda lebih memilih

untuk bekerja di luar sektor pertanian yang dirasa lebih mudah dijangkau oleh

mereka. Selain itu, mahalnya teknologi baru dapat membuat orang enggan untuk

bertani. Hal ini akan mengakibatkan minat pemuda semakin turun terhadap

pekerjaan pertanian.

3. Dimensi Modal

Petani mengartikan modal sebagai barang atau uang yang tersedia untuk

pengadaan bahan-bahan dan alat-alat yang mendukung usahataninya. Seringkali

modal menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan pekerjaan pertanian. Apalagi

bagi mereka yang memiliki lahan sempit. Keuntungan yang diperoleh tidak

sebanding dengan modal yang telah mereka keluarkan. Tjakrawati (1988),

menegaskan bahwa terbatasnya modal bertani dapat menyebabkan orang bekerja

di sektor non-pertanian. Selain itu, dengan terbatasnya modal menyebabkan

pemuda memanfaatkan uang kredit untuk membeli keperluan bertani.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

13

4. Dimensi Pasar, Komoditi dan Transportasi

Menurut Tjakrawati (1988), pasar merupakan kegiatan menjual hasil

panennya ke pedagang melalui proses pembentukan harga. Posisi petani lemah

dalam hal menentukan harga jual barang yang dimilikinya sendiri terhadap

pedagang. Hal ini menyebabkan petani berpikir lebih baik hasil panennya

disimpan dan dijual seperlunya daripada harus dijual ke tengkulak yang

merugikan mereka. Penghasilan yang tidak tetap dari pekerjaan pertanian ini

mengakibatkan banyak pemuda yang keluar dari sektor pertanian sehingga mereka

melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan non-pertanian. Jika berbagai jenis

kesempatan kerja/berusaha non tani ada di pedesaan dan dapat dijangkau petani,

maka arus migrasi desa-kota dapat dikurangi.

5. Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan terhadap Kerja

Petani menganggap jika mempunyai usaha tani dan non tani sekaligus

merupakan suatu usaha yang ideal karena keduanya saling melengkapi dalam

waktu dan pendapatan. Pekerjaan tani dianggap baik karena tidak dibayang-

bayangi untung-rugi, tidak terikat waktu, dan santai, hasil tetap ada walau ada

hama yang menyerang. Selain pekerjaan tani dianggap baik, ternyata memiliki

segi buruk pula. Segi buruk pekerjaan pertanian yaitu kepanasan, kotor berlumpur,

kehujanan, dan berat (Tjakrawati 1988; Marbun 2008).

Hal ini didukung oleh pernyataan Tarigan (2004), masyarakat Desa

Sukajembar yang menilai rendah pekerjaan pertanian. Pekerjaan ini dianggap

sebagai pekerjaan melelahkan, kuno, kolot, dan sangat bertolak belakang dengan

pekerjaan modern. Namun, secara moral pekerjaan usaha tani dianggap lebih halal

atau bersih dari keterkaitan praktek bunga dan kemungkinan praktik-praktik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

14

kecurangan (Muksin 2007). Pada komunitas nelayan, Hamzah (2008) menemukan

makna kerja yang positif terhadap pekerjaan nelayan. Hal ini disebabkan dengan

bekerja sebagai nelayan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga

mereka selama ini walaupun mereka hidup sederhana sebagai nelayan. Begitu

pula dengan penelitian yang dilakukan Gunawan (2003), masyarakat Lombe

merepresentasikan kerja menjadi tiga yakni kerja sebagai strategi bertahan hidup,

kerja sebagai upaya peningkatan pendapatan, dan kerja sebagai aktualisasi diri.

6. Dimensi Hubungan dengan Teman dan Kerabat

Keberhasilan teman/kerabat dan pengalaman baik dalam suatu bidang

pekerjaan menyebabkan petani mencoba dan mendalami suatu pekerjaan. Namun

sebaliknya, apabila melihat kegagalan yang dialami oleh teman/kerabat dan

pengalaman pahitnya, petani memilih untuk bertani karena bertani merupakan

pekerjaan yang memiliki resiko rendah (Tjakrawati 1988).

7. Dimensi Harapan-Harapan

Petani mengartikan harapan sebagai suatu keadaan yang menjadi cita-

citanya yang akan terjadi kelak dikemudian hari. Cita-cita ini dapat terwujud atau

tidak terwujud sesuai dengan takdir atau nasib yang tak bisa ditolak oleh siapapun.

Bagi petani berlahan luas, mereka mengharapkan anak-anak mereka agar bisa

bekerja di sektor pertanian mengikuti jejak orangtuanya. Akan tetapi, bagi petani

yang memiliki lahan sempit maupun tak berlahan, sangat berharap anak mereka

tidak bekerja di sektor pertanian. Mereka berharap anak mereka bekerja sebagai

guru atau pegawai kantoran (Tjakrawati 1988).

Pemahaman dan penghayatan terhadap makna pertanian menjadi relatif

terkait dengan situasi dan sudut pandang tertentu. Salah satunya ialah pendekatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

15

yang digunakan Tarigan (2004) mengajukan konsep mengenai tipologi mengenai

makna kerja pertanian, yang intinya pertanian merupakan:

1. Pekerjaan Sampingan yang Aman dan Nyaman

Bagi pemuda yang memiliki pekerjaan tetap non pertanian, menganggap

bahwa pekerjaan pertanian dapat menjadi sumber penghasilan yang potensial.

Pertanian sebagai penopang ekonomi keluarga dinilai sangat tepat, paling tidak

untuk menjaga keamanan konsumsi keluarga. Pekerjaan pertanian memiliki

beberapa sifat yang mendukung untuk diusahakan bersamaan dengan pekerjaan

lain yang sifatnya lebih terikat.

Pertama, fleksibilitas dalam pengerjaannya, yakni bisa dikerjakan pagi,

siang ataupun sore hari sehingga bagi seseorang yang bekerja sebagai pegawai

negeri, masih memungkinkan untuk mengerjakan pekerjaan pertanian. Kedua,

pekerjaan ini tidak mengharuskan pemilik mengerjakan langsung usahanya.

Paling tidak sudah memiliki lahan, penghasilan bisa diperoleh dari hasil

menyewakan lahan. Bagi pemuda yang telah memiliki pekerjaan yang tetap,

berusahatani berfungsi memperoleh produksi dan menjadi momentum untuk

menumpahkan kejenuhan dan kekesalan pada waktu bekerja. Secara psikologis

pekerjaan pertanian juga memberi rasa nyaman dan tenang karena berada di antara

masyarakat desa yang jauh dari sikap bersaing.

2. Bisnis Pendukung yang Potensial

Pandangan bahwa pertanian sebagai pekerjaan pendukung bisnis potensial

secara implisit mengandung makna bahwa proses produksinya sendiri merupakan

usaha sampingan. Namun dalam kasus ini, pekerjaan utamanya sendiri masih

bergerak dalam bidang komoditas pertanian. Oleh karena itu, motivasi memajukan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

16

kedua pekerjaan ini (utama dan sampingan) berjalan secara bersamaan atau

bersifat komplementer.

3. Usaha dan Pekerjaan yang Prospektif

Pertanian yang berorientasi pada pasar dan berproduksi cepat, dipandang

sebagai peluang bisnis yang tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan

usaha dan pekerjaan di luar pertanian. Indikator ekonomi dipandang penting

ketika memilih pekerjaan bertani di desa. Artinya pertanian dipandang prospektif

karena dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar secara ekonomi di masa

depan. Pandangan ini memotivasi pemuda untuk aktif mencari dan menerapkan

inovasi baru berkaitan dengan teknik produksi dan pemasaran hasil pertanian.

4. Usaha dan Pekerjaan Hari Tua

Bagi pemuda yang memandang pekerjaan pertanian sebagai usaha dan

pekerjaan hari tua menganggap pekerjaan pertanian dinilai aman karena bisa

menghasilkan produksi yang relatif stabil terhadap gejolak politik atau kondisi

perekonomian negara, dan nyaman karena berada diantara komunitas asalnya

yang dinilai tenang, ramah, penuh rasa kekeluargaan. Oleh karena itu, pemuda

yang akan menekuni pekerjaan pertanian dihari tua akan secara rutin menabung

dari sebagian penghasilannya untuk dibelikan lahan pertanian di desa.

2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Representasi Sosial

Berdasarkan penelitian Chandra (2004), Amelia (2005), Tarigan (2004), dan

Tjakrawati (1988) maka diperoleh beberapa faktor yang berhubungan dengan

makna kerja pertanian bagi pemuda tani pedesaan yang digunakan untuk

mengukur representasi sosial, antara lain:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

17

1. Usia

Arti kerja pertanian pada pemuda terhadap pekerjaan pertanian terdapat dua

arti menurut golongan usia mereka. Bagi pemuda (remaja) mengartikan pekerjaan

pertanian sebagai pekerjaan sementara sebelum mereka mendapat pekerjaan yang

mereka harapkan. Sedangkan pemuda (dewasa) mempersepsikan pekerjaan

pertanian sebagai pekerjaan yang sesuai dengan usia mereka yang sudah

berkeluarga. Hal ini yang menyebabkan mereka tetap bertahan bekerja di sektor

pertanian (Chandra 2004; Amelia 2005). Hal ini dikuatkan dengan pernyataan

Tarigan (2004), semakin muda usia maka semakin negatif arti kerja pertanian bagi

pemuda pedesaan. Begitupun sebaliknya, semakin tua usia maka semakin positif

arti kerja pertanian bagi pemuda pedesaan.

2. Jenis Kelamin

Hubungan ini lebih tertuju pada persepsi masyarakat dan pemuda mengenai

karakteristik pekerjaan pertanian. Pekerjaan pertanian mempunyai ciri-ciri

diantaranya butuh tenaga kuat, dapat merusak penampilan karena ruang kerjanya

di bawah terik sinar matahari dan kotor sehingga lebih sesuai untuk kaum pria.

Wanita hanya terlibat dalam pekerjaan pemeliharaan dan proses panen. Akhirnya

pekerjaan pertanian lebih ditekuni oleh pria akibat tuntutan sebagai penanggung

jawab ekonomi keluarga (Tarigan 2004; Chandra 2004). Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2003), kinerja perempuan lebih

dominan dalam menggerakkan roda perekonomian dibandingkan dengan laki-laki

karena laki-laki lebih sering merantau ke kota. Perbedaan ini terjadi karena

perbedaan konteks budaya masing-masing daerah. Jadi, laki-laki lebih memiliki

persepsi yang positif terhadap pekerjaan pertanian dibandingkan perempuan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

18

3. Status Kepemilikan dan Luas Lahan Usahatani

Jika bekerja sebagai petani dan memiliki lahan sendiri, maka nilai statusnya

lebih tinggi karena dianggap sebagai orang yang memberi makan warga lainnya.

Semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin positif persepsi pemuda terhadap

pekerjaan pertanian (Chandra 2004; Amelia 2005). Hal ini didukung oleh

pernyataan Tarigan (2004), bahwa semakin luas lahan yang dimiliki oleh pemuda

maka semakin positif representasi mereka terhadap pekerjaan pertanian.

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor penentu dalam pembentukan kualitas

sumberdaya manusia. Terdapat perbedaan arti kerja antar pemuda yang

berpendidikan rendah dengan pemuda yang berpendidikan tinggi. Semakin tinggi

tingkat pendidikan maka pekerjaan pertanian semakin tidak menarik untuk

ditekuni karena sektor non-pertanian lebih menarik bagi mereka. Semakin rendah

tingkat pendidikan maka pekerjaan pertanian semakin diminati. Hal ini

disebabkan oleh kerja di bidang pertanian tidak dituntut untuk memiliki

ketrampilan khusus dan pendidikan yang tinggi (Tarigan 2004; Amelia 2005).

5. Status Perkawinan

Jika seseorang telah berkeluarga tentunya akan melakukan pekerjaan apapun

demi kelangsungan hidup keluarganya. Mereka berpikir lebih baik bekerja keras

sebagai petani daripada tidak mempunyai pekerjaan sama sekali. Selain itu,

mereka yang sudah menikah, tidak mau hidup terpisah dengan keluarganya.

Pemuda belum menikah relatif lebih mudah untuk bermigrasi sehingga

berorientasi bekerja di luar sektor pertanian (Tarigan 2004; Chandra 2004). Dapat

disimpulkan bahwa jika seseorang telah menikah maka persepsi terhadap

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

19

pekerjaan pertanian cenderung positif, sedangkan pemuda yang belum menikah

cenderung negatif mempersepsikan pekerjaan pertanian.

6. Sosialisasi Pekerjaan Pertanian

Sosialisasi pekerjaan pertanian dan persepsi pekerjaan pertanian mempunyai

hubungan yang positif. Semakin tinggi sosialisasi maka semakin positif persepsi

pemuda terhadap pekerjaan pertanian. Pemuda yang mendapat sosialisasi yang

tinggi akan memiliki pengetahuan (Chandra 2004; Amelia 2005). Hal ini tidak

didukung oleh pernyataan Tarigan (2004), yang menyatakan bahwa secara sadar

atau tidak sadar orangtua telah mensosialisasikan pandangan kepada anak tentang

kelelahan, kerendahan dan ketidakcerahan bekerja di pertanian. Orangtua sudah

mengalami pergeseran pandangan terhadap pekerjaan pertanian walaupun secara

faktual mereka masih hidup di dalamnya. Sebagai agen sosialisasi, orangtua

membantu mengarahkan pemuda untuk berusaha keluar dari pekerjaan pertanian.

Semakin tinggi tingkat sosialisasi maka semakin negatif representasi pemuda

terhadap pekerjaan pertanian.

7. Aspek Sosial Budaya

Nilai budaya setempat yang menganggap pekerjaan pertanian sebagai

kebiasaan turun-temurun menyebabkan sebagian pemuda desa mempunyai

persepsi positif terhadap pekerjaan pertanian. Idhamsyah et al. (2009) menyatakan

konteks sosial dapat mempengaruhi komunitas dalam merepresentasikan suatu

hal. Tjakrawati (1988), menyatakan bahwa arti kerja pertanian terkait dalam

konteks pelaku sosial memberi penilaian terhadap kerja yang terwujud dalam

perilaku sosial. Setiap komunitas memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga

arti kerja yang ada dalam komunitas pun berbeda-beda.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

20

2.5 Karakteristik Pemuda Tani

Sebagian besar pemuda tani yang ikut serta dalam pekerjaan pertanian

adalah laki-laki karena karakteristik pekerjaan pertanian relatif membutuhkan

kekuatan fisik. Sebelum menikah, anak perempuan rumahtangga petani jarang

diikutsertakan dalam pekerjaan pertanian tersebut. Perempuan biasanya mulai ikut

serta dalam pekerjaan pertanian setelah mereka menikah, karena jika bekerja

bertani sebelum menikah dianggap akan jauh dari jodoh (Muksin 2007).

Pemuda tani umumnya cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah

karena latar belakang keluarga mereka yang serba kekurangan. Melibatkan anak

dalam proses produksi pertanian sering dipandang lebih baik menurut orangtua

mereka daripada orangtua harus mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan anak.

Orangtua menganggap hal ini lebih menghasilkan bagi si anak itu sendiri

dibandingkan jika anak itu dibiayai sekolah (Tarigan 2004; Amelia 2005).

Angkatan kerja muda pedesaan khususnya pemuda tani, jarang yang

memiliki minat untuk bekerja di pertanian. Hal ini disebabkan karena angkatan

kerja muda tidak mau ikut dalam kerasnya kerja dalam pertanian. Pekerjaan

pertanian dipandang identik dengan kotor, perlu kerja keras, dan kelelahan

(Tarigan 2004). Pemikiran ini muncul karena mereka melihat orangtua mereka

yang kelelahan ketika bekerja, baik itu di sawah, ladang maupun kebun. Selain

itu, orangtua mereka pun tidak mengharapkan anak-anak mereka menjadi pekerja

pertanian karena mereka ingin anak-anaknya dapat hidup lebih baik daripada

orangtuanya (Arwani 2001).

Pemuda tani saat ini cenderung memilih pekerjaan di luar sektor pertanian,

seperti menjadi buruh bangunan, supir/tukang ojek (Anwar 2000). Namun, tidak

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

21

sedikit pula yang membantu orangtua mereka di lahan pertanian atau menjadi

buruh tani sebelum mendapat pekerjaan lain (Chandra 2004). Pemuda tani

cenderung berpikir untuk bekerja di lahan pertanian hanya apabila tidak mendapat

pekerjaan lain di kota. Pekerjaan pertanian dengan kata lain menjadi pilihan

terakhir bagi Pemuda tani jika tidak mempunyai pekerjaan lain.

2.6 Pertanian di Indonesia

Pembangunan pertanian seringkali diperbincangkan dalam setiap wacana.

Akan tetapi, dalam kenyataannya, pemberdayaan petani seringkali terabaikan oleh

berbagai pihak. Sektor pertanian yang ada saat ini masih didominasi oleh usaha

pertanian yang masih berskala kecil, memiliki modal yang terbatas, teknologi

yang digunakan pun masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim, dan

umumnya hasil produksinya dipasarkan pada tingkat lokal. Tentunya, hal ini

terkait dengan masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani yang

ada di Indonesia. Adapun yang terjadi saat ini pemasaran hasil produksi pertanian

dikuasai oleh kelompok usaha yang besar, yang tentunya hal ini sangat merugikan

petani (Antara 2007).

Pertanian di Jawa Barat2

Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wilayah yang mempunyai

potensi sumberdaya alam sangat besar, terutama potensi sumberdaya di sektor

pertanian. Hal ini sebenarnya dapat memberikan dukungan dalam mempercepat

2 Kastaman et al.. 2007. Model Optimasi Pola Tanam pada Lahan Kering Di Desa Sarimukti Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/no.13%20jurnal-ftip-roni%20vol.1%20no.1-2007.pdf. Diakses tanggal 26 Agustus 2009.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

22

pengembangan pembangunan perekonomian Jawa Barat, akan tetapi belum semua

potensi yang dimiliki dapat dikelola secara optimal. Salah satu potensi

sumberdaya yang belum digali secara optimal adalah potensi sumberdaya lahan

kering. Provinsi Jawa Barat mempunyai luas lahan kering 3.214.484 hektar,

sampai saat ini produkrtivitas usahataninya masih rendah3.

Jawa Barat adalah salah satu kawasan yang masyarakatnya masih hidup dari

sektor pertanian. Produk Domestik Bruto Regional Jawa Barat tahun 2001 untuk

sektor pertanian tersebut sebesar Rp30.987.578 juta (16.04 persen) dan tahun

2002 sebesar Rp33.391.149 juta (15,6 persen) (BPS 2002). Nilai tersebut masih

cukup besar dibandingkan sektor lain seperti perdagangan dan jasa. Hal ini

menunjukkan bahwa pertanian masih memiliki peran yang besar dalam

pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Wilayah Jawa Barat yang menjadi sentra pengembangan tanaman pangan

lahan kering yaitu wilayah dataran tinggi bagian tengah Jawa Barat. Salah satu

daerah sentra pertanian tersebut yaitu Kabupaten Garut. Berdasarkan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut (2001) pengembangan pertanian tanaman

pangan lahan kering akan dikembangkan pada seluruh bagian wilayah kecamatan

di Kab. Garut kecuali Kecamatan Leuwigoong dan Kecamatan Banyuresmi yang

peruntukannya hanya untuk lahan sawah. Hal ini sesuai dengan luas penggunaan

lahan kering di Kabupaten Garut sebesar 108.648 hektar yang lebih banyak dari

lahan sawah dengan luas hanya 49.477 hektar (BPS 2003).

3 (www. jabar. litbang. deptan. go.id)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

23

Keberhasilan pengembangan pertanian tanaman pangan lahan kering

tersebut tidak hanya melibatkan instansi terkait sebagai perumus kebijakan tetapi

juga petani sebagai pelaksana kegiatan pertanian. Nilai Produk Domestik Bruto

(NPDB) sektor pertanian yang cukup besar seharusnya juga diimbangi dengan

peningkatan kesejahteraan petani sebagai pelaksana kegiatan pertanian, tetapi

pada kenyataannya pendapatan yang diperoleh oleh para petani masih rendah.

Konteks Pertanian Lahan Kering

Lahan (tanah) merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan

harus sesuai dengan perencanaan tata ruang. Yang dimaksud dengan pemanfaatan

lahan merupakan penggunaan lahan pada fungsi waktu tertentu. Penggunaan lahan

merupakan suatu keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi,

bangunan, atau objek/ kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata

(Beny 2007).

Ciri-ciri usahatani lahan kering antara lain produktivitas yang sangat rendah;

tanaman yang ditanam adalah jagung, padi ladang, ubi-ubian dan kacang-

kacangan (umumnya jagung merupakan tanaman utama); mixed cropping sebagai

strategi antisipasi gagal panen; teknologi berasaskan low input; budidaya yang

tradisional (manual); penguasaan lahan yang terbatas karena kendala tenaga kerja;

serta cenderung menerapkan ladang berpindah yang berotasi sebagai upaya

penyembuhan lahan secara tradisional (Basuki 2005 dan Notohadiprawiro 1989

dikutip Beny 2007).

Komplikasi antara dari sifat alamiah kondisi biofisik wilayah serta keadaan

usahatani yang telah disebutkan, maka profil usahatani lahan kering dapat

disebutkan sebagai berikut: menanam pada lahan-lahan miring yang rentan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

24

terhadap kualitas tanah; persiapan lahan yang didahului dengan pembakaran lahan

atau istilah lokal kono; menanam tanpa olah tanah; sering mengalami gagal panen

akibat kekeringan; musim tanam hanya sekali setahun (antara bulan Desember

dan Maret); serta menggunakan varietas lokal secara turun-temurun (Beny 2007).

Tabel 1. Luas dan penyebaran lahan kering di dataran rendah dan tinggi (hektar), di Indonesia, tahun 2002

Pulau Dataran rendah Dataran tinggi Jumlah

Sumatera 23.122.300  10.172.700  33.295.000

Jawa 7.844.600  2.902.400  10.747.000

Bali+NT 3.261.900  3.476.100  6.738.000

Kalimantan 29.784.600 12.688.400 42.473.000

Sulawesi 6.879.600  8.937.400  15.817.000

Maluku+Irja 16.400.700 18.474.300 34.875.000

Indonesia 87.293.700 56.651.300  143.945.000 

Sumber: Hidayat dan Mulyani (2002) dikutip oleh Nursyamsi (2004)

Pengembangan pertanian lahan kering seringkali menghadapi berbagai

kendala, seperti fisik, kimia dan biologi tanah serta ketersediaan air, yang

semuanya menyebabkan produktivitasnya sangat rendah. Di daerah transmigrasi,

sering dijumpai lahan kering yang telah dibuka dan dikembangkan untuk lahan

pertanian kondisi tanahnya sangat memprihatinkan. Produktivitas tanah sangat

rendah yang dicerminkan oleh indeks pertanaman (IP) palawija sekitar 0,27-0,83

dengan hasil atau produksi yang sangat rendah pula (Amien 1999 dikutip

Nursyamsi 2004).

Rata-rata produktivitas beberapa tanaman pangan di lahan kering masih

rendah atau masih jauh lebih rendah daripada potensi produksinya. Produksi

jagung yang relatif tinggi dijumpai di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, masing-

masing sebesar 2,77 ton/hektar, 2,59 ton/hektar, dan 2,50 ton/hektar, sedangkan di

tempat lainnya (Bali, NTT, Kalimantan, Maluku, dan Irian Jaya) sangat rendah

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

25

berkisar antara 1,40 – 2,09 ton/ hektar. Produksi kacang tanah dan kedelai relatif

sama yakni masing-masing berkisar antara 0,95 – 1,09 ton/ hektar dan 1,09 – 1,23

ton/ hektar. Demikian pula produksi ubi kayu dan ubi jalar relatif rendah, masing-

masing berkisar antara 9,6 – 13,3 ton/hektar dan 8,0 – 10,9 ton/ hektar (lihat Tabel

2). Dengan penerapan teknologi yang sesuai maka produksi tanaman dapat

ditingkatkan hingga mendekati potensi produksinya. Dengan demikian maka

peluang untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di lahan kering melalui

penerapan teknologi yang tepat cukup besar.

Tabel 2. Rata-rata hasil beberapa komoditas tanaman pangan di lahan kering(ton/hektar), di Indonesia, tahun 1998

Pulau Jagung Kc. tanah Kedelai Ubi kayu Ubi jalar

Bali+NTT 2,77 1,06 1,25 13,3 10,9

Jawa 2,09 1,09 1,09 9,6 9,0

Kalimantan 1,57 1,12 1,08 11,9 8,0

Sulawesi 2,50 1,09 1,23 10,8 8,3

Maluku+Irja 1,40 0,95 1,09 11,3 8,7

Sumatera 2,59 1,06 1,12 11,4 9,0

Sumber : BPS (1998)

2.7 Komposisi Usia Tenaga Kerja Pertanian

Menurut Maulana et al. (2007), komposisi usia pekerja pertanian saat ini

telah mengalami pergeseran. Hal ini ditunjukan dari data BPS tahun 1982-2003

(lihat Tabel 3), yakni pada tahun 1982, jumlah pekerja pertanian masih didominasi

oleh pekerja usia dibawah 30 tahun yaitu sebesar 38 persen, sedangkan pekerja

usia 30-44 tahun sebesar 32 persen dan 45-59 tahun sebesar 22 persen. Akan

tetapi, pada tahun 2003, terjadi perubahan komposisi, pekerja pertanian usia

dibawah 30 tahun semakin menurun dan pekerja usia di atas 30 tahun semakin

meningkat.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

26

Selama kurun waktu 1982 - 2003, terjadi perubahan komposisi, dari

dominasi pekerja usia di bawah 30 tahun menjadi dominasi usia di atas 30 tahun.

Fenomena ini, diakibatkan minat pemuda pada sektor pertanian mulai menurun.

Pemuda lebih tertarik untuk bekerja di luar sektor pertanian. Bagi mereka yang

berusia di atas 30 tahun masih tetap setia terhadap pekerjaan pertanian karena

mereka masih merasa mampu untuk mengolah lahan pertaniannya.

Tabel 3. Jumlah Pekerja di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan di Indonesia Berdasarkan Golongan Umur (Orang), 1982 – 2003.

Sektor/Gol. Umur 1982 1990 2000 2001 2002 2003

10 – 29 12.012.555 14.874.087 11.470.393 10.761.816 10.664.176 11.099.423

30 – 44 9.988.064 13.143.187 14.053.075 14.448.223 14.608.302 15.267.839

45 – 59 7.216.091 9.498.944 9.949.160 9.921.730 10.485.245 10.600.637

60 + 2.376.604 3.728.794 5.073.225 4.612.139 4.875.904 5.033.538

T o t a l 31.593.314 41.245.012 40.545.853 39.743.908 40.633.627 42.001.437

Sumber : BPS (diolah) dikutip Maulana et al. (2007)

2.8 Peluang Kerja Sektor Pertanian di Indonesia

Sektor pertanian tentunya memberikan peluang pekerjaan bagi pemuda

pedesaan. Terutama jika sektor pertanian menjadi suatu andalan penopang

perekonomian suatu desa. Sektor pertanian tidak hanya sebatas pertanian padi

sawah. Akan tetapi juga termasuk perkebunan, peternakan, perikanan, dan sektor

pertanian lainnya. Dalam penelitian Amelia (2005) di Desa Purasari tampak ada

beragam usaha pertanian diantaranya usaha pertanian sawah, hortikultura,

peternakan ayam, usaha kerajinan hasil hutan, usaha gula aren, dan penanaman

cengkeh. Usaha peternakan ayam merupakan usaha baru yang memberikan hasil

yang cukup berarti bagi pemilik peternakan dan bagi masyarakat Desa Purasari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

27

secara keseluruhan. Usaha ini memberikan peluang bekerja yang cukup besar bagi

masyarakat desa, khususnya bagi pemuda.

Selain usahatani dan buruhtani, terdapat beberapa aktivitas perekonomian

sebagai sumber pendapatan masyarakat, diantaranya berdagang kebutuhan sehari-

hari, tengkulak hasil pertanian, industri pengolahan teh dan pembuatan gula aren,

serta sebagai jasa angkutan (Tarigan 2004). Terlihat bahwa peluang pekerjaan

pemuda di sektor pertanian tidak hanya di pertanian padi sawah. Akan tetapi,

pemuda berpeluang di sektor pertanian lainnya.

Gunawan (2003) menyebutkan bahwa di Lombe jenis pekerjaan utama

masyarakat yaitu sebagai petani, pekebun, peternak dan nelayan. Sedangkan untuk

perempuan Lombe, pekerjaan utama mereka adalah usaha pengkacipan mente.

Hamzah (2008) menyatakan bahwa di Desa Lagasa, jenis pekerjaan utama

masyarakat yaitu sebagai nelayan dan menangkap ikan. Chandra (2004) dan

Amelia (2005) menyebutkan bahwa sebagian besar pemuda di pedesaan bekerja

sebagai buruhtani. Hal ini disebabkan mereka belum mempunyai modal untuk

membeli lahan sendiri. Kalaupun ada pemuda yang memiliki lahan itu berasal dari

warisan orangtuanya terdahulu.

Kerangka Pemikiran

Representasi sosial tentang pertanian pada pemuda tani adalah sejumlah

pencitraan (image), opini, penilaian, dan keyakinan umum mengenai pertanian.

Representasi sosial diartikan sebagai pemahaman bersama tentang suatu hal pada

komunitas tertentu yang di dalamnya terdiri dari informasi, keyakinan, dan opini.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

28

Saat ini minat angkatan kerja muda pedesaan terhadap pekerjaan pertanian

mulai menurun. Hal ini terkait dengan bagaimana mereka merepresentasikan

pertanian yang tentunya dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang terkait

dengan representasi sosial antara lain adalah (i) karakteristik individu pemuda

tani, (ii) konteks pertanian di lahan kering, (iii) sosialisasi pekerjaan pertanian,

serta (iv) intensitas keikutsertaan angkatan kerja muda dalam pertanian.

Representasi sosial tentang pertanian pada pemuda tani ini berhubungan

dengan karakteristik individu yang meliputi (i) usia (diduga semakin muda usia

pemuda maka cenderung negatif representasi pemuda terhadap pertanian), (ii)

jenis kelamin (diduga laki-laki cenderung memiliki representasi yang positif

terhadap pertanian), (iii) tingkat pendidikan (diduga semakin tinggi tingkat

pendidikan maka representasi yang dimiliki cenderung negatif terhadap

pertanian), (iv) status perkawinan (diduga pemuda yang telah menikah cenderung

memiliki representasi yang positif terhadap pertanian), (v) status kepemilikan

lahan (diduga status kepemilikan lahan sebagai pemilik cenderung memiliki

representasi yang positif terhadap pertanian) dan (vi) luas penguasaan lahan

(diduga semakin luas lahan yang dikuasai cenderung memiliki representasi yang

positif terhadap pertanian). Selain karakteristik individu, representasi sosial

pemuda tani juga berhubungan dengan konteks pertanian yang ada di lokasi

mereka yaitu pertanian lahan kering. Kondisi pertanian yang ingin dilihat yaitu (i)

komposisi usia tenaga kerja pertanian, (ii) peluang kerja sektor pertanian serta (iii)

bentuk aspek sosial budaya setempat (diduga konteks pertanian lahan kering

berhubungan dengan representasi sosial pemuda tani).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

29

Sosialisasi dalam aktivitas pertanian tentunya juga berhubungan dengan

representasi sosial tentang pertanian (diduga semakin tinggi tingkat sosialisasi

dalam aktivitas pertanian, pemuda tani cenderung memiliki representasi yang

positif terhadap pertanian. Hal ini dapat dilihat dari (i) pengajaran cara bertani

yang biasa dilakukan oleh keluarga ataupun kerabat yang dekat dengan pemuda

tani dan (ii) awal usia ketika diberikan pengajaran. Keikutsertaan dalam pertanian

dapat dilihat dari (i) jumlah aktivitas pertanian yang sering dilakukan oleh pemuda

tani dan (ii) frekuensi keikutsertaan dalam pekerjaan pertanian. Kedua hal tersebut

tentunya dapat terjadi melalui interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam

komunitas khususnya di pertanian lahan kering.

Secara sederhana penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Karakteristik Individu Pemuda Tani

1. Peluang Kerja Sektor Pertanian

2. Aspek Sosial dan Budaya

Representasi Sosial • Pertanian • Pekerjaan Tani • Petani • Lahan • Lahan Kering

1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat Pendidikan 4. Status Perkawinan 5. Status Kepemilikan Lahan 6. Luas Penguasaan Lahan

Konteks Pertanian Lahan Kering

Intensitas Keikutsertaan dalam Pertanian: 1. Jumlah aktivitas yang

dilakukan 2. Frekuensi keikutsertaan dalam

aktivitas pertanian

Sosialisasi dalam aktivitas pertanian: 1.Pengajaran cara bertani 2.Usia ketika diajarkan

Keterangan: Berhubungan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

30

Dengan demikian representasi sosial ini sebenarnya memperkenalkan suatu

sintesis antara interaksi individu dengan lingkungan sosialnya. Dalam teori ini

suatu komunitas dipandang bisa saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Hal tersebut sebagai dasar bagi munculnya pemaknaan bersama tentang suatu

obyek tertentu yang mempengaruhi pemikiran atau pandangan individu

berdasarkan makna bersama dalam suatu komunitas. Representasi sosial yang

telah terbentuk akan menjadi penuntun dalam bertingkah laku.

Hipotesa Penelitian

1. Diduga karakteristik individu pemuda tani berhubungan dengan representasi

sosial.

2. Diduga sosialisasi nilai pertanian dalam pertanian berhubungan dengan

representasi sosial.

3. Diduga intensitas keikutsertaan pemuda tani dalam aktivitas pertanian

berhubungan dengan representasi sosial.

Definisi Operasional

1. Representasi sosial pertanian pada pemuda tani didefinisikan sebagai

sejumlah opini, penilaian, dan keyakinan umum tentang pekerjaan pertanian

yang ada pada pemuda tani di pedesaan yang diperoleh dari ide-ide implisit,

eksplisit dan simbol-simbol, kemudian mengkomunikasikannya kepada

individu-individu lain yang ada dalam kelompok. Representasi sosial diukur

dengan melihat dua dimensi yakni dimensi pola pekerjaan dan

pandangan terhadap pekerjaan dan dimensi lahan Untuk mengetahui

representasi sosial tentang pertanian pada pemuda tani dilihat dari frekuensi

kumulatif kategori yang telah digeneralisasi dari kata-kata yang telah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

31

terkumpul dari metode asosiasi kata. Kata-kata tersebut antara lain kata

Pertanian, Pekerjaan Tani, Petani, Lahan, Dan Lahan Kering.

2. Pekerjaan pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan

proses produksi komoditas pertanian, atau sebagai seluruh kegiatan yang

berhubungan langsung dengan proses pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya alam pertanian yang terdapat di Desa Pasawahan. Misalnya

kegiatan menanam padi di sawah, menanam berbagai tanaman hortikultura

serta menanam tanaman pertanian di ladang kering (tanaman kopi, coklat,

albasia,dll).

3. Petani adalah orang yang mata pencaharian utama atau sampingan berasal

dari pekerjaan dan usaha pertanian.

4. Pemuda tani adalah anak (laki-laki dan perempuan) yang berasal dari

rumahtangga petani baik yang mengolah lahan pertanian sendiri ataupun

menyewa/menggarap lahan orang lain, bertempat tinggal di desa pada saat

penelitian berlangsung dengan usia antara 16 sampai 25 tahun.

5. Usia pemuda tani adalah jumlah tahun hidup responden dari sejak lahir

sampai dengan saat dilakukannya penelitian. Dikategorikan menjadi:

a. Usia 16 - 20 tahun

b. Usia 21 - 25 tahun

6. Jenis kelamin adalah pembedaan fisik responden, dikategorikan menjadi:

a. Laki-laki

b. Perempuan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

32

7. Tingkat pendidikan akhir adalah kondisi yang menggambarkan tingkat

pendidikan formal akhir yang pernah ditempuh oleh responden,

dikategorikan menjadi:

a. Tidak Tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

8. Status perkawinan adalah status pernikahan responden pada saat dilakukan

penelitian, dikategorikan menjadi:

a. Belum Menikah

b. Menikah

9. Jenis pekerjaan utama orangtua adalah aktivitas utama yang dilakukan

dalam satu bulan terakhir.

Untuk ayah, dikategorikan menjadi:

a. Petani

b. Buruhtani

c. Dagang

d. Pegawai Desa

Untuk ibu, dikategorikan menjadi:

a. Petani

b. Buruhtani

c. Ibu Rumahtangga

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

33

d. Dagang

10. Jenis pekerjaan sampingan orangtua adalah aktivitas sampingan yang

dilakukan untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam satu bulan

terakhir.

Untuk ayah, dikategorikan menjadi:

a. Tidak ada sampingan

b. Petani

c. Dagang

d. Lainnya

Untuk ibu, dikategorikan menjadi:

a. Tidak ada sampingan

b. Petani

c. Dagang

d. Lainnya

11. Status kepemilikan lahan adalah areal atau lahan yang dimiliki ataupun

dikelola responden baik yang digunakan untuk pertanian ataupun non-

pertanian. Status kepemilikan lahan dapat dikategorikan menjadi:

a. Pemilik

b. Pemilik dan Penggarap

c. Penggarap

d. Sewa/Gadai

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

34

12. Luas penguasaan lahan adalah jumlah hamparan tanah (dalam hektar)

yang dikuasai oleh orangtua yang dimanfaatkan dalam berusahatani

Dikategorikan menjadi:

a. Kurang dari 0,25 hektar

b. 0,25 - < 0,50 hektar

c. 0,50 - < 1,00 hektar

d. Lebih dari 1,0 hektar

13. Sosialisasi pekerjaan tani adalah nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua

ataupun kerabat lainnya, melalui pengenalan terhadap lingkungan pertanian,

serta pengajaran cara bertani. Hal ini dapat dilihat dari waktu pertama kali

ke lahan pertanian, orang yang mengajak ke lahan pertanian pertama kali,

hal-hal yang dilakukan di lahan pertanian pertama kali, pernah diajarkan

cara bertani, usia berapa diajarkan bertani, siapa yang mengajarkan bertani,

serta keikutsertaan dalam penyuluhan pertanian dan frekuensi

keikutsertaan penyuluhan.

Pertama kali ke lahan pertanian, dikategorikan menjadi:

a. Kurang dari usia 5 tahun (skor=3)

b. Usia 6-12 tahun (skor=2)

c. Lebih dari usia 12 tahun (skor=1)

Orang yang mengajak ke lahan pertanian pertama kali, dikategorikan

menjadi:

a. Orangtua (skor=2)

b. Kerabat (skor=1)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

35

Hal yang dilakukan di lahan pertanian pertama kali, dikategorikan menjadi:

a. Menemani orangtua dan bermain (skor=1)

b. Ikut serta dan belajar bertani (skor=2)

Pernah diajarkan cara bertani, dikategorikan menjadi:

a. Tidak pernah (skor=1)

b. Pernah (skor=2)

Awal usia diajarkan cara bertani, dikategorikan menjadi:

a. Usia 5-10 tahun (skor=3)

b. Usia 11-15 tahun (skor=2)

c. Usia lebih dari 15 tahun (skor=1)

14. Intensitas keikutsertaan pemuda tani dalam aktivitas pertanian adalah

banyaknya frekuensi keikutsertaan pemuda tani dalam pekerjaan pertanian

untuk membantu pekerjaan orangtua menggarap lahan. Aktivitas pertanian

tersebut antara lain persiapan lahan, pembibitan, penanaman, penyiangan

gulma, pemupukan, penggantian bibit mati, penyemprotan pestisida, panen

dan memasarkan hasil panen. Hal ini diidentifikasi dengan jumlah aktivitas

pertanian yang sering diikuti serta frekuensi keikutsertaan dalam pekerjaan

pertanian.

Jumlah aktivitas yang diikuti, dikategorikan menjadi:

a. < 3 aktivitas (skor=1)

b. 3-6 aktivitas (skor=2)

c. > 6 aktivitas (skor= 3)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan oleh ... Disposisi perilaku ini merupakan ... Representasi sosial terdir i dari dua bagian yaitu central core

36

Frekuensi keikutsertaan dalam pekerjaan tani dikategorikan menjadi:

a. Jarang (skor=1)

b. Sepanjang musim (skor=2)

c. Jika dibutuhkan (skor=3)

d. Sering (skor=4)