BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya,...

20
5 Universitas Muhammadiyah Riau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam sebuah penelitian diperlukan teori-teori yang menjadi acuan atau titik tolak untuk menyoroti sebuah masalah yang terjadi, menyusun pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang manakah penelitian akan disoroti. 2.1.1 Komunikasi Massa A. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara (Ardianto, 2004). Menurut Gabner (1967) “Mass communication is the technological and institutional based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi berbasis teknologi dan kelembagaan dari aliran pesan berkelanjutan yang paling luas dibagikan dalam masyarakat industri). B. Unsur Komunikasi Massa Dengan mengikuti model Laswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu (Ardianto, 2014:29) : 1. Who (Komunikator) Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. 2. Says What (Pesan) Pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan, dan sikap yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya,...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

5 Universitas Muhammadiyah Riau

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan teori-teori yang menjadi acuan atau titik

tolak untuk menyoroti sebuah masalah yang terjadi, menyusun pokok-pokok

pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang manakah penelitian akan

disoroti.

2.1.1 Komunikasi Massa

A. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang ditandai oleh

penggunaan media bagi komunikatornya untuk menyebarkan pesan-pesan secara

luas, dan terus-menerus diciptakan makna-makna yang diharapkan dapat

mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda melalui berbagai cara

(Ardianto, 2004).

Menurut Gabner (1967) “Mass communication is the technological and

institutional based production and distribution of the most broadly shared

continous flow of messages in industrial societies (Komunikasi massa adalah

produksi dan distribusi berbasis teknologi dan kelembagaan dari aliran pesan

berkelanjutan yang paling luas dibagikan dalam masyarakat industri).

B. Unsur Komunikasi Massa

Dengan mengikuti model Laswell dapat dipahami bahwa dalam proses

komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam

proses komunikasi, yaitu (Ardianto, 2014:29) :

1. Who (Komunikator)

Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi,

bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi.

2. Says What (Pesan)

Pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan, dan

sikap yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

6

Universitas Muhammadiyah Riau

3. In which Chanel (Media)

Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique,

secondary technique, direct communication atau indirect communication.

4. To Whom (Penerima)

Komunikan atau audiens yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa

pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan.

Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak.

5. With What Effect (Unsur Efek atau Akibat)

Hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada

sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis

efek.

C. Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa dapat diidentifikasi seperti berikut (Ardianto,

2007:6-12) :

1. Komunikator terlembagakan.

Komunikasi massa melibatkan lembaga, komunikatornya bergerak dalam

organisasi yang kompleks, bukan kerja perorangan. Kegiatan komunikasi

lebih terencana, terjadwal, dan terorganisasi.

2. Pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

Pesan komunikasi massa ditujukan untuk semua orang, tidak untuk

sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa tidak dimaksudkan

untuk kebutuhan perorangan atau pribadi. Proses produksi dan reproduksi

pesan melibatkan orang banyak dan terorganisasi dengan rapi dan

profesional.

3. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.

Anonim berarti pengirim dan penerima tidak saling kenal. Heterogen

merujuk pada kemajemukan khalayak yang datang dari berbagai latar

belakang sosial, demografis, ekonomis, dan kepentingan yang beragam.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

7

Universitas Muhammadiyah Riau

Khalayak komunikasi massa tersebar luas dan tidak mengenal batas

geografis dan kultural.

4. Media massa menimbulkan keserempakan.

Pesan-pesan media masa diterima dan dikonsumsi oleh khalayak secara

serempak dan sama.

5. Komunikasi massa lebih mengutamakan isi (apa yang dikatakan) daripada

hubungan (cara mengatakan), isi pesan meliputi berbagai aspek kehidupan

manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya.

6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan tidak

terkendala waktu dalam menjangkau khalayak luas. Di samping itu,

penyampaian pesan juga bersifat berkala, tidak bersifat temporer dan

permanen.

7. Stimulasi alat indera terbatas.

Stimulasi alat indera tergantung pada jenis media. Indera penglihatan

digunakan untuk menggunakan media cetak, seperti ketika membaca surat

kabar, majalah, atau buku; indera pendengaran dimanfaatkan untuk

mendengar radio; dan indera penglihatan dan pendengaran jika menikmati

siaran televisi.

8. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda (delayed) dan

tidak langsung (indirect). Komunikator tidak dapat dengan segera tahu

bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

8

Universitas Muhammadiyah Riau

D. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa terdiri dari (Ardianto, 2014:14-17) :

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi

mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan maupun yang dapat

membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi ini mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas

wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar pesonal

atau komunikasi kelompok dengan tujuan memberi pengetahuan dan

pendidikan bagi khalayak.

3. Linkage (Pertalian)

Fungsi ini bertujuan dimana media massa dapat menyatukan anggota

masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian)

berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini artinya bahwa media massa yang mewakili gambaran

masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa

memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang

mereka harapkan.

5. Entertainment (Hiburan)

Dalam fungsi komunikasi massa sebagai sarana penghibur, media massa

sebagai saluran komunikasi massa dapat mengangkat pesan-pesan yang

sifatnya mampu menciptakan rasa senang bagi khalayak. Kondisi ini

sebetulnya menjadi nilai lebih komunikasi massa yang pasti selalu saja

menghibur, sekalipun isi pesan tidak murni menghibur.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

9

Universitas Muhammadiyah Riau

2.1.2 Media Massa

a. Pengertian Media Massa

Definisi paling sederhana dari komunikasi dikemukakan oleh Bittner

(Rakhmat, 2003: 188), yakni : Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass

communication is massages communicated through a mass medium to a large

number of people).

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus

menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada

khalayak yang banyak, yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika

tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media

komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi

keduanya disebut media elektronik, surat kabar dan majalah disebut sebagai media

cetak, serta media film.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar audio

atau visual. Komunikasi massa barang kali akan lebih mudah dan lebih logis bila

didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, buku dan

film (Effendy, 2009:21).

Saluran yang disebut media massa diperlukan dalam berlangsungnya

komunikasi massa. Berdasarkan bentuknya, media massa dikelompokkan atas:

1. Media cetak (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah,

buku, brosur, dan sebagainya.

2. Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-

lain.

Terdapat satu perkembangan media massa dewasa ini, yaitu

ditemukannya internet. Kini masyarakat telah didominasi oleh media massa.

Media massa begitu memenuhi keseharian hidup masyarakat yang tanpa disadari

kehadiran dan juga pengaruhnya. Media massa memberi informasi, menghibur,

menyenangkan, bahkan kadang mengganggu khalayak. Media mampu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

10

Universitas Muhammadiyah Riau

menggerakkan emosi atau mempengaruhi perasaan, menantang, dan

mendefinisikan masyarakat serta membentuk realitas khalayak.

b. Fungsi Media Massa

McQuail (1987) dalam Nurudin (2013:34) memberikan beberapa asumsi

pokok tentang peran atau fungsi media di tengah kehidupan masyarakat saat ini,

antara lain :

1. Media merupakan sebuah industri. Media terus berkembang seiring

dengan perkembangan teknologi dan menciptakan lapangan kerja, barang,

dan jasa. Di sisi lain, industri media tersebut diatur oleh masyarakat.

2. Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajeman

dan inovasi dalam masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai

pengganti kekuatan, tameng, atau sumber daya lainnya, dalam kehidupan

nyata.

3. Media menjadi wadah informasi yang menampilkan peristiwa-peristiwa

kehidupan masyarakat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

4. Media berperan sebagai wahana pengambangan budaya. Melalui media,

seseorang dapat mengembangkan pengetahuannya akan budaya lama,

maupun memperoleh pemahaman tentang budaya baru. Misalnya gaya

hidup dan tren masa kini yang semuanya didapat dari informasi di media.

5. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dikombinasikan

dengan berita dan tayangan hiburan. Media telah menjadi sumber dominan

bagi individu dan kelompok masyarakat.

2.1.3 Film

a. Pengertian Film

Pengertian film (sinema) secara harfiah adalah cinemathographie yang

berasal dari cinema dan tho atau phytos yang berarti cahaya serta graphie atau

graph yang berarti gambar. Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan

cahaya. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

11

Universitas Muhammadiyah Riau

visual dibelahan dunia ini. Film (gambar bergerak) adalah bentuk dominan dari

komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di

bioskop dan televisi setiap minggunya (Ardianto, 2007:134).

Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia,

mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, ini berarti bahwa dari

permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi

yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi,

sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa

pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 (Sobur,

2006:126).

Namun seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang

mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan

berbagai studi komunikasi massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau

banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli menyatakan bahwa film

memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Film melalui medianya

sendiri merupakan media komunikasi massa yang bisa dijadikan alat

pembelajaran untuk kita. Banyak film yang mengandung nilai-nilai positif di

dalamnya, dan ini bisa dijadikan alat untuk mendidik masyarakat, yang juga

merupakan fungsi komunikasi massa.

Sebagaimana media massa umumnya film merupakan cermin atau

jendela masyarakat di mana media massa itu berada. Nilai, norma, dan gaya

hidup yang berlaku pada masyarakat akan disajikan dalam film yang

diproduksi. Film juga berkuasa menetapkan nilai-nilai budaya yang “penting”

dan “perlu” dianut oleh masyarakat, bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun.

Meskipun secara teoritis hubungan antara film dan budaya bersifat dua arah,

para pakar lebih sering mengkaji pengaruh film terhadap nilai budaya

khalayaknya daripada pengaruh nilai budaya khalayak terhadap film.

Pada akhirnya, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami

secara linier. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

12

Universitas Muhammadiyah Riau

bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat (Mulyana,

2008:89).

b. Film Menurut Sifat

Film dapat dibedakan menurut sifat yang umumnya terdiri dari jenis-jenis

sebagai berikut (Effendy, 2003:210-216):

1. Film Cerita (story film)

jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukan

di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Selain

itu film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita.

Sebagai film cerita, harus mengandung unsur-unsur yang menyentuh rasa

manusia.

2. Film Berita (newsreel)

film mengenai fakta, peristiwa, yang benar-benar terjadi, karena sifatnya

berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung unsur

berita (news value).

3. Film Dokumenter (documentary film)

titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi.

Bedanya dengan film berita adalah bahwa film berita harus mengenai

sesuatu yang mempunyai sesuatu yang mempunyai nilai berita (news

value) untuk dihidangkan kepada para penonton apa adanya dan dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan untuk memuat film

dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang

matang.

4. Film Kartun (cartoon film)

film yang memformat gambarnya dengan menggabungkan hasil gambar

kartun dengan teknologi komputer hingga menciptakan karya seni 2

Dimensi dan diberi bantuan efek-efek khusus sehingga gambar kartun

tersebut bisa terlihat “hidup”.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

13

Universitas Muhammadiyah Riau

c. Genre Film (Tema Film)

Film juga dapat dibedakan menurut genre nya, yaitu (Pratista, 2008:15-18) :

1. Drama

Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan

mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga

penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut. Tidak jarang

penonton yang merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah.

2. Action

Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian, pertempuran

dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan antara tokoh yang baik

(protagonis) dengan tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton ikut

merasakan ketegangan, was-was, takut, bahkan bisa ikut bangga terhadap

kemenangan si tokoh.

3. Komedi

Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang

membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Film

komedi berbeda dengan lawakan, karena film komedi tidak harus dimainkan

oleh pelawak, tetapi pemain biasa pun bisa memerankan tokoh yang lucu.

4. Tragedi

Film yang bertemakan tragedi, umumnya mengetengahkan kondisi atau

nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film tersebut. Nasib yang dialami

biasanya membuat penonton merasa kasihan / prihatin / iba.

5. Horor

Film bertemakan horror selalu menampilkan adegan-adegan yang

menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena perasaan

takutnya. Hal ini karena film horor selalu berkaitan dengan dunia gaib/magis,

yang dibuat dengan special affect, animasi, atau langsung dari tokoh-tokoh

dalam film tersebut.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

14

Universitas Muhammadiyah Riau

6. Epik Sejarah

Genre ini umumnya bertema periode masa silam (sejarah) dengan latar

cerita sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda

atau kisah biblikal. Film berskala besar (kolosal) sering ditampilkan dengan

mewah dan megah, serta melibatkan ratusan, hingga ribuan figuran, variasi

kostum dengan aksesoris yang unik, serta variasi atribut perang seperti pedang,

tameng, tombak, helem, kereta kuda, panah, dan sebagainya.

Film epik sejarah juga banyak menyajikan aksi pertempuran dengan skala

besar yang berlangsung lama. Tokoh utama biasanya merupakan sosok heroik

yang gagah berani dan disegani oleh semua lawannya. Genre biografi

merupakan pengembangan dari genre epik sejarah. Namun tidak seperti

biografi, tingkat keakuratan cerita dalam film epik sejarah sering dikorbankan.

7. Musikal

Dalam penggunaan musik disertai lirik yang menyatu dengan lagu

mendukung alur cerita yang dihadirkan dalam film tersebut. Film dengan genre

musikal biasanya lebih mengangkat cerita ringan yang umum seperti halnya

percintaan, kesuksesan dan popularitas yang ada pada kehidupan sehari-hari

dan dialami oleh banyak orang. Film musikal ini memiliki sasaran penonton

yang lebih ditujukan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak.

8. Petualangan

Film dengan genre petualangan mengisahkan cerita perjalanan, eksplorasi

suatu obyek wisata atau ekspedisi ke suatu tempat yang belum pernah

didatangi. Dalam film dengan genre petualangan ini menghadirkan panorama

alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, savanna, gurun pasir, lautan,

serta pulau terpencil.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

15

Universitas Muhammadiyah Riau

2.1.4 Keuletan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tekun diartikan dengan rajin,

keras hati, atau bersungguh-sungguh. Orang yang bersifat tekun

ditunjukkan dengan kesungguhan dalam berusaha dan tetap bersemangat

dalam menjalankan segala sesuatu. Jika menghadapi rintangan yang

menghadang, orang yang tekun dan tidak mudah menyerah.

Ulet diartikan dengan kuat atau tidak mudah putus asa. Orang yang

bersifat ulet berarti tidak mudah menyerah meskipun banyak hambatan

yang harus dihadapi. Keyakinan bahwa usaha yang dilakukan akan

menuai hasil dan tidak sia-sia, selalu dimiliki oleh orang yang ulet belajarlah dari

kegagalan itu agar didapat gambaran yang lebih baik lagi, teruslah berusaha

dan manfaatkan segala kesempatan yang ada, karena kesempatan itu tak datang

untuk kedua kalinya tidak ada pendobrak kegagalan yang sekuat nilai “Keuletan”.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa antara sifat tekun dan ulet

memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus

ditunjukkan dengan sikap sungguh-sungguh dan tidak mudah menyerah.

Ketekunan dan keuletan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki

oleh seseorang untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Jika kerja keras,

ketekunan, dan keuletan yang telah kita lakukan, ternyata belum

membuahkan hasil yang memuaskan, tetap bersabar. Kita tidak boleh

menyerah dan putus asa. ( rajzolda.blogspot.2014).

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuletan

1. Pembawaan

Diakui memang ada orang yang memang memiliki perilaku ulet sebagai

pembawaan kelahirannya. Bisa juga karena keturunan, dimana bapak dan

ibuknya adalah orang-orang yang ulet, maka terlahirlah kemudian anak dengan

pribadi yang ulet.

2. Pendidikan pelatihan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

16

Universitas Muhammadiyah Riau

Selain pembawaan, pendidikan dan pelatihan sangat mendukung

munculnya sikap ulet. Dengan pendidikan dan pelatihan, yang belum tahu

menjadi tahu, yang belum bisa menjadi bisa, maka akan tumbuh sikap ulet.

3. Lingkungan

Lingkungan sekitar yang malas akan menggiring kita menjadi malas.

Sebaliknya lingkungan dimana orang-orangnya semua rajin, gesit, kerja pagi

pulang malam, maka kita juga akan termotivasi untuk bersikap seperti itu.

4. Pengalaman

Pengalaman yang baik atau berhasil tentu akan mendorong atau

memotivasi tumbuhnya sikap untuk selalu berusaha melakukan hal tersebut.

Jatuh bangunnya suatu karir usaha, menambah deretan panjang pengalaman

yang dimiliki. Hal ini akan memberikan dorongan untuk selalu berbuat dan

bersikap ulet, agar tidak terjatuh lebih dalam.

5. Motivasi

Obsesi untuk keberhasilan mencapai sebuah tujuan, akan sangat

memberikan dorongan atau motivasi untuk bersikap lebih baik.

2.1.6 Analisis Semiotika

a. Pengertian Semiotika

Semiotika adalah ilmu tanda, istilah tersebut berasal dari kata Yunani

Semeion yang berarti “tanda”. Tanda dalam hal ini dapat berupa kata, gerak

isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur

film, bangunan atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di

dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika dalam

istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan

(humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini

tidak di campur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate) (Sobur,

2004:15).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

17

Universitas Muhammadiyah Riau

Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru,

sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengembangan ini disebut

sebagai gejala metabahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman

(synonymy). Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal

dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian

pengembangannya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi

disebut metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu

pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak

hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai

tanda dan situasi pemahamannya.

Secara terminologis semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas

objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco,

semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya

cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan

penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika, yang biasanya

didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya

merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan

kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu

yang bermakna (Budiman, 2011:3).

b. Tujuan Analisis Semiotika

Tujuan dari analisis semiotika adalah berupaya menemukan makna tanda

termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda. Karena sistem tanda

sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut.

Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi

sosial di mana pengguna tanda tersebut berada (Sobur, 2003:18) yang dimaksud

“tanda” ini sangat luas, (Fiske, 1990:50) membedakan tanda atas lambang

(symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lambang: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya

merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensiaonal.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

18

Universitas Muhammadiyah Riau

Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari

para pengguna tanda. Warna merah bagi masyarakat Indonesia adalah

lambang berani,mungkin di Amerika bukan.

2. Ikon: hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang

dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut. Patung kuda

adalah ikon dari seekor kuda.

3. Indeks: acuannya timbul karena ada kedekatan eksitensi. Jadi indeks

adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas)

dengan objeknya. Asap merupakan indeks dari adanya api.

Selain itu, tujuan semiotik adalah menentukan makna yang terkandung

dalam tanda atau interpretasi artinya bagaimana komunikator membuat pesannya.

Konsep makna ini tidak dapat dipisahkan dari perspektif atau ideologis tertentu

nilai-nilai dan konsep budaya ke dalam ranah pikiran orang-orang di mana simbol

itu berada. Kode budaya yang merupakan satu faktor dalam konstruksi makna

simbol merupakan aspek penting untuk menentukan konstruksi pesan di tanda.

Makna konstruksi itu menjadi dasar untuk pembuatan tanda masuk ideologi.

(Dwita, 2018:47)

Teori Semiotika Menurut Para Ahli :

1. Ferdinand De Saussure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913).

Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda

(signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk atau

wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda

dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan atau nilai-

nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure

adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut

dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang

mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau

konvensi tertentu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

19

Universitas Muhammadiyah Riau

2. Roland Barthes

Dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan

pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas,

menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di

dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak

pasti (Kusumarini, 2006).

3. John Fiske

John Fiske mengatakan fokus utama semiotik adalah teks. Model proses linier

memberi perhatian kepada teks tidak lebih seperti tahapan-tahapan yang lain

di dalam proses komunikasi, memang beberapa diantaranya model-model

tersebut melewati begitu saja, hampir tanpa komentar apapun. Hal tersebut

adalah salah satu perbedaan mendasar dari pendekatan proses dan pendekatan

semiotik (Fiske, 2012:67).

4. Charles Sanders Pierce

Pierce terkenal karena teori tandanya didalam lingkup semiotika, pierce

seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah mewakili

sesuatu bagi seseorang. Bagi Pierce tanda suatu yang digunakan agar tanda

bisa berfungsi, oleh Pierce disebut ground (Sobur, 2009:40).

5. Umberto Eco, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai

tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi

sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang

lain (Sobur, 2012:95).

2.1.7 Analisis Semiotika Model Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah satu pemikir strukturalis yang

mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahwa

bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

20

Universitas Muhammadiyah Riau

masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Berdasarkan semiotika yang

dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem penandaan

bertingkat, yaitu :

1. tingkat pertama disebut denotasi. Denotasi ini merupakan makna yang

paling nyata dari tanda, makna sebenarnya hadir dan mudah dikenali.

2. tingkat kedua disebut konotasi. Konotasi memiliki makna yang

tersembunyi dibalik denotasi, makna lain muncul sesuai dengan kondisi.

Menurut Fiske (1990) Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan

signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Pada

tahap ini Barthes menyebutkan bahwa denotasi adalah makna yang bisa dilihat

secara objektif dan makna yang mudah dikenali. Sedangkan signifikasi tahap

kedua disebut konotasi, yang menggambarkan bentuk dari khalayak serta nilai-

nilai kebudayaan. Pada Signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi,

tanda bekerja melalui mitos (Sobur, 2001:128).

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa

aspek atau gejala alam. Barthes mendefinisikan mitos sebagai a type of speech,

yaitu cara berbicara tentang suatu hal. Mitos dipakai untuk mendistorsi makna

dari sistem semiotik tingkat pertama sehingga makna itu tidak lagi menunjuk pada

realitas yang sebenarnya. Fungsi ini dijalankan dengan mendeformasi forma

dengan konsep. Akan tetapi distorsi atau deformasi ini terjadi sedemikian rupa

sehingga pembaca mitos tidak menyadarinya. Akibatnya lewat mitos-mitos itu

akan lahir berbagai stereotipe tentang sesuatu hal atau masalah. Sebagai system

semiotic tingkat dua, mitos mengambil secara semiotik tingkat pertama sebagai

landasannya. Jadi, mitos adalah sejenis sistem ganda dalam sistem semiotik yang

terdiri dari sistem linguistik dan sistem semiotik.

Mitos selalu bersifat histories, pengalaman atau pengetahuan sejarah menjadi

faktor kunci untuk menangkap form dari sebuah mitos, jadi pertama-tama yang

histories adalah konsepnya. Dilihat dari proses signification, mitos berarti

menaturalisasikan konsep (maksud) yang historis (Sunardi, 2002:86-87).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

21

Universitas Muhammadiyah Riau

Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan

semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata

konotasi berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi makna” dan mengarah

pada tanda-tanda kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata dan bentuk-

bentuk lain dari komunikasi. Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan yang

berhubungan dengan emosional.

Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya

Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek

kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil

ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-

yang terjadi-tanpa-mengatakan“ dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan

secara lebih luas basis idiologinya.

Gambar 2.1

Kerangka Analisis Model Roland Barthes

Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990 : 88

(Sobur, 2001:12)

Semiotika Roland Bartes terdiri atas dua tingkat-tingkatan sistem bahasa.

Bahasa tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan bahasa tingkat kedua

sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang membuat

penanda atau petanda tingkat satu sebagai penanda baru yang kemudian memiliki

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

22

Universitas Muhammadiyah Riau

petanda itu sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi.

Fokus kajian Bartes terletak pada sistem kedua metabahasa (Kurniawan,

2001:114-115).

2.2 Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

dijadikan sebagai data pendukung. Dalam hal ini, acuan penelitian terdahulu bisa

dilihat dari subjek, objek, metode dan teori. Tetapi fokus dan acuan peneliti yaitu

pada Analisis Semiotika. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian

terhadap beberapa hasil penelitian berupa skripsi-skripsi dan jurnal yang sudah

ada. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,

yang disajikan dalam bentuk tabel :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian

dan Universitas

Judul

Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

Sumber

Referensi

1 Nina Prasetya

Ningsih. Universitas

Sultan Ageng

Tirtayasa Serang,

2016.

Representasi

Makna Tekat

Dalam Film

Kahaani

(Analisis

Semiotika

model

Roland

Barthes)

Metode

Penelitian

Kualitatif

dengan

pendekata

n Analisis

Semiotika

Roland

Barthes

Film Kahaani

dapat

merepresentasika

n makna tekad

dan proses

seseorang

bertekad melalui

tokoh

utamanya,dalam

Film ini

ditemukan tanda

yang dapat

merepresentasika

n kekuatan tekad

dengan tujuan

dalam mencapai

Skripsi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

23

Universitas Muhammadiyah Riau

tujuan.

2 Dahlia Ahdal,

Universitas Islam

Negeri Alauddin

Makassar, 2017

Pesan Moral

dalam Film

dokumenter

Nasional SM

3T “Pegabdi

Tiada Batas”

Metode

Penelitian

Kualitatif

dengan

pendekata

n Analisis

Semiotika

Roland

Barthes

Mengetahui

tentang makna

konotasi dalam

adegan Film

berupa makna

perjuangan,

pengorbanan,

kegigihan usaha

dalam bentuk

interaksi sosial.

Skripsi

3 Anna Sherly

Kamriani,

Universitas Islam

Negeri Alauddin

Makasar, 2018

Pesan Moral

dalam Film

“Melawan

Takdir”

Metode

Penelitian

Kualitatif

dengan

pendekata

n Analisis

Semiotika

Roland

Barthes

Film “Melawan

Takdir” berupa

gambaran

perjuangan,

pengorbanan,

tekad, usaha,

serta bentuk

interaksi sosial

lainnya.

Skripsi

Sumber : Hasil Olahan Penelitian

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai

dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat indikator yang melatar belakangi

penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini peneliti akan mencoba menjelaskan

masalah pokok penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara

teori dengan masalah yang dianalisa dalam penelitian ini.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif yaitu prosedur yang menghasilkan data deskriptif

berupa data tertulis atau lisan dalam masyarakat. Penelitian ini memfokuskan pada

penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu yang

ditentukan densgan cukup mendalam.

Teori yang digunakan penulis dalam menganalisis data ialah ilmu Analisis

Semiotika Model Roland Barthes. Semiotika Roland Barthes bertumpu pada tiga

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - smartlib.umri.ac.id · manusia, seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lainnya. 6. Pola penyampaian pesan komunikasi massa bersifat cepat dan

24

Universitas Muhammadiyah Riau

hal yaitu makna konotasi, denotasi dan mitos. Makna denotasi adalah makna yang

paling nyata dari gambar-gambar atau adegan terkait makna keuletan yang ada

pada film „Padman‟. Pada akhirnya, peneliti akan menemukan mitos yang

terkandung dalam suatu gambar dengan mengkolaborasikan makna denotasi

dengan makna konotasinya. Sedangkan makna konotasi, peneliti membuat

interpretasi dari makna denotasi yang di dasarkan pada rumusan masalah yang

dibuat oleh peneliti, sehingga konotasi akan mempresentasikan nilai keuletan

yang digambarkan pada film „Padman‟.

Dalam penelitian ini hal yang ingin dilihat adalah bentuk keuletan film

„Padman‟. Oleh sebab itu peneliti mengambil beberapa scene yang didalamnya

terdapat representasi keuletan yang akan di analisis menggunakan konsep

pemikiran Roland Barthes.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Sumber : Olahan Penelitian (2019)

Film „Padman‟

(2018)

Keuletan pada film”Padman”

(2018)

Analisis Semiotika

Roland Barthes

Denotasi

(Makna nyata dari

pesan)

Konotasi

(Makna tersembunyi

dibalik makna Denotasi)

Mitos

(Perkembangan dari

konotasi yang sudah

terbentuk lama

dimasyarakat /