BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB...
-
Upload
duongquynh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Lansia
a. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang sistem - sistem biologisnya
mengalami perubahan - perubahan struktur dan fungsi dikarenakan
usianya yang sudah lanjut. Menua dalam proses menua biologis adalah
proses terkait waktu yang berkesinambungan dan pada umumnya
mencerminkan umur biologis namun sangat bervariasi dan bersifat
individual, dengan perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga
tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan
berakibat ketidakmamapuan total (Tamher,2009).
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun
mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko, 2012).
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini
memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam
bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat
regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisik dan psikologis
(Pamungkas, 2009).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
11
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Sedangkan menurut Affandi (2008), proses menua (aging) adalah proses
alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling
krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri
manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu
lanjut usia
b. Batasan Lanjut Usia
World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi 4
sebagai berikut (Bandiyah, 2009):
1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75 sampai 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
c. Teori – teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Maryam
dkk, 2008), yaitu:
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
12
1) Teori Biologi
Dalam teori biologi dimana sel dalam tubuh akan mengalami
kemunduran. Teori biologi mencakup teori genetik/ mutasi, imunology
slow theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori rantai silang.
a) Teori Radikal Bebas
Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan
dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas
adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron
yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat.
Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus
menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya
termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Teori ini
mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas
(hydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide, dan sebagainya) adalah
akibat terjadinya otooksidasi dari molekul intraselular karena
pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim
superoksida - dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan
fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses
penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV (photoaging)
merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini (Yaar &
Gilchrest, 2007).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
13
b) Teori Genetik/ Mutasi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies - spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk,
2008). Teori mutasi somatik, menurut teori ini penuaan terjadi
karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA
dan dalam proses translasi RNA protein/ enzim. Kesalahan ini
terjadi secara terus menerus sehingga menurunkan fungsi organ
atau perubahan sel kanker atau penyakit (Nugroho, 2008).
c) Teori Imunologi (imunology slow theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies - spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul - molekul DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk,
2008).
d) Teori Stress
Mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel - sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai (Maryam,
dkk, 2008).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
14
e) Teori Rantai Silang
Teori menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat. Reaksi kimia ini
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya
fungsi (Nugroho, 2008).
2) Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring
dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional
yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia
menyebabkan mereka sulit dipahami dalam berinteraksi (Nugroho,
2008).
Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat
menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri
yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi
dengan mudah terhadap nilai - nilai yang ada ditunjang dengan status
sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi
persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
15
Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari
stimulus yang ada (Maryam, dkk, 2008).
3) Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan yaitu proses interaksi sosial, teori penarikan diri, teori
aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan dan teori
stratifikasi usia (Maryam, dkk, 2008).
a) Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak
kepada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal - hal yang
dihargai masyarakat. Kemampuan usia lanjut untuk terus
menjalini interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada usia
lansia kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang yang tersisa
adalah harga diri (Maryam, dkk, 2008).
b) Teori Penarikan Diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan
dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu
lainnya. Dengan bertambahnya usia lanjut, ditambah dengan
adanya kemiskinan, usia lanjut secara berangsur-angsur mulai
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
16
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial usia
lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering usia lanjut mengalami kehilangan peran, hambatan kontak
sosial dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).
c) Teori Aktivitas
Teori aktivitas tidak menyetujui teori disagement dan
menegaskan bahwa kelanjutan dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia lanjut
akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho,
2008)
d) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambaran kelak pada saat menjadi usia
lanjut. Pada teori kesinambungan ini pergerakan dan proses
banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya. Pokok - pokok pada teori
kesinambungan ini adalah, a) Usia lanjut disarankan untuk
melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, b) Peran
usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan c) Usia lanjut
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
17
berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi (Maryam, dkk. 2008).
e) Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang
telah dialami oleh usia lanjut pada saat muda hingga dewasa.
Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase,
yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa adanya, b) Usia lanjut
yang takut mati, c) Usia lanjut yang merasakan hidup penuh arti,
d) Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut bertanggung jawab
dengan merasakan kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya
berhasil, g) Usia lanjut merasa terlambat untuk memperbaiki diri
dan h) Usia lanjut yang perlu menemukan integritas diri melawan
keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).
f) Teori Stratifikasi Usia
Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan
bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari
sifat usia lanjut secara kelompok atau bersifat makro. Kelemahan
pada teori ini adalah tidak dapat dipergunakan untuk menilai usia
lanjut secara perorangan (Stanley, 2006).
4) Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang atri kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
18
bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.
Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan antara orang dan
lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai - nilai
dan pengetahuan (Maryam, dkk, 2008).
d. Perubahan – Perubahan pada lansia
Menua merupakan suatu proses alami yang dialami oleh semua
makhluk. Menurut Maryam dkk (2008), perubahan - perubahan fisik
yang terjadi pada lanjut usia yaitu :
1) Penurunan kondisi fisik
a) Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, cairan tubuh
menurun, dan cairan intra seluler menurun (Maryam, dkk, 2008).
b) Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa
darah menurun (menurunya kontraksi dan volume), elastisitas
pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, dkk,
2008).
c) Respirasi
Otot - otot pernapasan kekakuannya menurun dan menjadi
kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
19
menurun, kemampuan batuk menurun serta terjadi penyempitan
pada bronkus (Maryam, dkk, 2008).
d) Persarafan
Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stres. Berkurangnya atau hilangnya lapisan
mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan refleks (Maryam, dkk, 2008).
e) Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi
otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis
(Maryam, dkk, 2008).
f) Genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan
darah diglomerulus menurun, fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan ikut mengonsentrasi juga ikut menurun (Maryam, dkk,
2008).
g) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan
(Maryam, dkk, 2008).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
20
h) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan
katarak.
i) Endokrin
Produksi hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan
hanya ada didalam pembuluh darah.
2) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan dan lingkungan. Semua organ pada proses
menua akan mengalami perubahan struktural dan fisiolgi, begitu juga
otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak secara
progresif mengalami penurunan. Kehilangan fungsi ini akibat
menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan
metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang diketahui
tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut
usia. Perubahan kognitif yang dialami lanjut usia adalah demensia dan
delirium (Nugroho, 2008).
3) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
21
keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi perkembangan,
lansia dan perubahan yang dialami akibat proses penuaan
digambarkan oleh hal-hal berikut. Masalah – masalah umum yang
sering dialami oleh lansia (Nugroho, 2008) :
a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung
pada orang lain.
b) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk
lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang
berat dengan kegiatan yang cocok.
c) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa.
2. Kecemasan
a. Pengertian
Menurut Stuart (2009), kecemasan adalah respon emosional
terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Cemas adalah suatu
emosi yang dihubungkan dengan kehamilan, cemas mungkin emosi
positif sebagai perlindungan menghadapi kecemasan, yang bisa menjadi
masalah apabila berlebihan (Salmah, 2006).
Kecemasan yaitu pengalaman subjektif dari individu dan tidak
dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi
tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan
motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
22
usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005). Kecemasan
adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif yang
mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui
pasti penyebabnya (Herri, 2011).
b. Teori Predisposisi Kecemasan
Stuart (2009) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat
dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud
Freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan
Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan
timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
kecemasan yang berat (Stuart, 2009).
Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap
kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan
dari dalam diri untuk meghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
23
meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan
berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai
pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini
adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan yaitu
konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan
tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang
dirasakan (Stuart, 2009).
Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas
perkembangan individu dalam keluarga (Stuart, 2009). Kajian biologis
menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat - obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga
memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart, 2009).
c. Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2009) yaitu:
1) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari - hari. Kecemasan ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
24
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
2) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian individu mengalami tindak pehatian yang selektif namun
dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik
serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan
untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik
mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan
kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan dan kematian.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
25
d. Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam
rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon
adaptif sampai maladatif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat
konstruktif dan deskruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk
belajar memahami terhadap perubahan - perubahan terutama tentang
terhadap perasan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.
Sedangkan reaksi deskruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan
tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan
berat atau panik (Suliswati, 2005).
Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan
Sumber : Stuart, G.W dan Sundeen, S. J. (2006).
e. Respon Kecemasan
Menurut Stuart (2009), respons kecemasan ada 2 tingkat yaitu:
1) Respon Fisiologis
a) Kardiovaskuler
Respons fisiologi terhadap sistem kardiovaskuler antara lain:
palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
Rentang Respon Kecemasan
Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
26
b) Pernafasan
Respons fisiologi terhadap sistem pernafasan antara lain: nafas
cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal,
pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.
c) Neuromuskuler
Respons fisiologi terhadap sistem neuromuskuler antara lain: reflek
meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip - kedip, insomnia,
tremor, gelisah, mondar - mandir, wajah tegang, kelemahan umum,
tungkai lemah.
d) Gastrointestinal
Respons fisiologi terhadap sistem gastrointestinal antara lain:
kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.
e) Saluran perkemihan
Respons fisiologi terhadap sistem saluran perkemihan antara lain;
tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
2) Respon Psikologis
a) Perilaku
Respons psikologis terhadap perilaku antara lain: gelisah, reaksi
terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari
hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar,
sangat waspada.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
27
b) Kognitif
Respons psikologis terhadap kognitif antara lain: konsentrasi
buruk, pelupa, perhatian terganggu, salah dalam memberikan
penilaian, hambatan berpikir, kreativitas menurun, bingung,
produktivitas menurun, takut cedera atau kematian, mimpi buruk.
c) Afektif
Respons psikologis terhadap afektif antara lain; mudah terganggu,
tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,
kekhawatiran, mati rasa, malu.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Trismiati (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan ada dua yaitu:
1) Faktor Internal
a) Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2011), sumber - sumber
ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat
lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney (2014), dapat
berasal dari berbagai kejadian di dalam diri seseorang yang
memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam
dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang
timbul tidak terlalu besar. Pengalaman atau riwayat sebelumnya
dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu pernah dan belum pernah.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
28
b) Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2011), kecemasan seseorang menelaah
rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan
mempengaruhi kecemasan yang timbul.
c) Usia
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada
seseorang yang tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.
d) Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983)
dalam Trismiati (2011) mengatakan bahwa perempuan lebih
cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki,
Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih
sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki - laki lebih rileks
dibanding perempuan. Stres sering dialami oleh wanita lebih
tinggi dibandingkan dengan laki - laki. Menurut Kaplan and
Sadock (1997) menyatakan bahwa kurang lebih 5% dari populasi,
kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak daripada pria, lebih
tinggi kecemasan yang dialami oleh wanita kemungkinan
disebabkan wanita lebih mempunyai kepribadian lebih labil, juga
adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisiemosi sehingga
mudah meledak, mudah cemas dan curiga.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
29
2) Faktor Eksternal
a) Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih
siap dalam menghadapi permasalahan.
b) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang
menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya
lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak
memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan
menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi
permasalahan.
3. Kematian
a. Pengertian kematian
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut
nadinya, tidak bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan
segala reflek serta tidak ada kegiatan otak (Nugroho, 2008). Pemberian
perawatan pada lanjut usia yang sedang menghadapi kematian tidak
selamanya mudah. Seorang lanjut usia akan memberi reaksi yang
berbeda - beda, bergantung pada kepribadian dan cara lanjut usia
menghadapi hidup. Hal ini mengandung maksud bahwa konsep diri yang
dimiliki lansia ikut berpengaruh dalam penerimaan diri lanjut usia
terhadap keadaan dirinya. Konsep diri yang baik akan membentuk
kesadaran diri bahwa setiap manusia akan mengalami tahap penuaan
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
30
dengan kemunduran semua kemampuan baik fisik maupun mental
sehingga menerima diri dan berpasrah diri adalah hal terbaik yang dapat
dilakukan oleh seorang lanjut usia (Nugroho, 2008).
b. Tahapan kematian pada lanjut usia meliputi :
1) Tahap pertama (penolakan)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Selama tahap ini, lanjut
usia sebenarnya mengatakan maut menimpa semua orang, kecuali
dirinya. Lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya
sehingga ia tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang
dijelaskan kepadanya oleh perawat. Dirinya bahkan menekan apa
yang telah didengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari
berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional dalam upaya
melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada diambang
pintu.
2) Tahap kedua (marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.
Seringkali seorang lanjut usia mencela setiap orang dalam segala hal.
Ia mudah marah terhadap para petugas kesehatan tentang apa yang
dilakukan. Pada tahap ini, lanjut usia lebih menganggap hal ini
merupakan hikmah dari pada kutukan. Kemarahan di sini merupakan
mekanisme pertahanan diri lanjut usia. Kemarahan sesungguhnya
lebih tertuju kepada kesehatan dan kehidupannya.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
31
3) Tahap ketiga (tawar menawar)
Pada tahap ini biasanya kemarahan sudah mereda dan lanjut usia dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi
dengan dirinya. Namun pada tahap tawar menawar ini banyak orang
cenderung akan menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum
maut tiba, dan akan menyiapkan beberapa hal seperti membuat surat
dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang
ditinggalkan. Selama tahap tawar menawar ini sebaiknya permohonan
yang dikemukakan dapat dipenuhi.
4) Tahap keempat (sedih atau depresi)
Tahap ini biasanya merupakan tahap yang menyedihkan karena lanjut
usia dalam suasana sedang berkabung. Bersamaan dengan itu, lanjut
usia berusaha merelakan untuk meninggalkan semua kesenangan yang
telah dinikmatinya.
5) Tahap kelima (menerima)
Tahap ini ditandai dengan sikap menerima kematian. Menjelang saat
ini, lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai
dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan
segala sesuatunya. Tawar menawar sudah lewat dan saat kedamaian
dan ketenangan (Ruben dalam Nugroho, 2008).
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
32
4. Kecemasan Lansia Menghadapi Kematian
Atkinson dkk (2009) mengatakan bahwa kecemasan merupakan
keadaan emosi seseorang yang tidak menyenangkan dengan gejala seperti
kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang - kadang dialami
dengan tingkat yang berbeda - beda. Hal ini pun didukung oleh pendapat
Mahmud (2010) yang mengatakan bahwa kecemasan adalah keadaan takut
yan terus - menerus tetapi berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan
respon terhadap rangsangan menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang
dialami merupakan respon terhadap kesukaran yang belum terjadi.
Secarta biologis, kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua
fungsi vital tubuh meliputi detak jantung, aktifitas otak, seta pernafasan
(Singh et. al.,2005). Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut
jantung individu telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau
ketika seluruh aktifitas syaraf otak berhenti bekerja (Papalia et. al., 2012).
Chusairi (2007) menyatakan kematian merupakan pengalaman yang tidak
bisa dihindari terjadi setiap saat, maka dari itulah hal ini dapat menimbulkan
kecemasan dalam diri individu. Belsky (Henderson, 2012) menggambarkan
kecemasan terhadap kematian sebagai pemikiran, ketakutan, dan emosi
tentang peristiwa terakhir dari hidup yang dialami individu dibawah kondisi
- kondisi hidup yang normal. Dengan kata lain, seseorang akan mengalami
kecemasan yang berbeda - beda tentang kematian yang setiap saat bisa
terjadi.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
33
Rattan (Anggreiny, 2009) berpendapat kecemasan terhadap kematian
adalah kecemasan yang muncul disaat orang memikirkan akan mengahadapi
kematian, memiliki pengalaman atau situasi dimana dirinya dalam keadaan
hampir mati, membaca atau mendapat pengetahuan tentang kematian yang
kemudian menimbulkan ketakutan. Tomer (Fry, 2013) mendefinisikan
kecemasan menghadapi kematian sebagai ketakutan akan mati dan proses
menjelang kematian yang dialami oleh individu dalam kehidupan sehari -
hari, hal ini disebabkan sebagai antisipasi dasar kematian. Menurut Templer
kecemasan menghadapi kematian (death anxiety) adalah suatu kondisi
emosional yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang (secara
subyektif) manakala memikirkan kematian (Schaie dan Willis, 2010).
Menurut Blackburn dan Davidson (1994), kecemasan menghadapi
kematian merupakan gejala fisik maupun psikologis yang tidak
menyenangkan sebagai reaksi terhadap adanya perasaan takut yang
subjektif, kabur, dan tidak jelas terhadap datangnya kematian itu, yang
ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, motivasi, dan gejala
biologis seperti jantung berdebar - debar, maupun tampak pada perilaku
berupa gugup, gelisah, dan kewaspadaan yang berlebihan. Pada peneitian
ini, teori kecemasan menghadapi kematian mengacu pada pendapat
Blackburn dan Davidson.
Untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap kematian menggunakan
alat ukur Death Anxiety Questionnaire yang merupakan salah satu skala
yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kecemasan kematian. Terdiri
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
34
dari 15 item, untuk masing - masing item menunjukan respon pasien. Setiap
item dinilai pada skala bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 2 (sangat
banyak). Dengan kisaran skor nilai total 0-30, dimana kurang dari 7
menunjukan tidak ada kecemasan, 7 - 13 menunjukan kecemasan ringan, 14
- 20 menunujukan kecemasan sedang, 20 - 26 menunjukna tingkat
kecemasan berat, 27 - 30 menunjukan kecemasan sangat berat (Conte,
Weiner & Plutchik, 1982 dalam Hiroko & Ahmed, 2006).
Menurut Forner dan Neimeyer (dalam Gire & Eyetesmitan, 2009),
kematian itu tidak dapat digambarkan dalam kehidupan individu tetapi telah
dikonsepsikan yaitu :
a. Kecemasan kematian pada dirinya
Berkaitan dengan takut akan peristiwa dari pengalaman kematian dan
meliputi hal - hal seperti apa yang akan terjadi pada individu yang telah
mati terlebih dahulu. Bagi beberapa individu, bisa menjadi takut karena
penghukuman untuk orang yang telah mati yaitu akan pergi ke surga atau
ke neraka, ketakutan dari pembakaran mayat, penguburan bumi, dan apa
yang akan terjadi kepada individu - individu yang ditinggalkan.
b. Kecemasan akan kematian pada yang lain
Pengalaman individu dari kematian yang terjadi pada individu lain yang
penting bagi dirinya, terutama anggota keluarga dan teman dekatnya.
c. Kecemasan sekarat pada dirinya
Ketakutan menjelang kematian diri sendiri yang dirasakan individu akan
berbeda dengan kecemasan akan kematian orang lain. Beberapa individu
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
35
tidak takut akan kematian dirinya sendiri, tetapi individu sangat khawatir
akan bagaimana individu akan mati. Hal yang menarik yang sering
dilakukan individu untuk menghilangkan kecemasan akan kematian
adalah dengan memboroskan uang untuk bepergian, meningkatkan
penampilan fisik individu yang sebentar lagi akan membusuk setelah
individu mati, dan yang menyakitkan adalah semua individu lakukan
menjelang kematian walaupun harus membuang waktu dan uang.
d. Kecemasan akan sekarat pada yang lain
Serupa dengan takut akan sekarat dari diri sendiri, yang menjadi
perbedaannya adalah bahwa individu tersebut mungkin punya
ketertarikan tentang proses menjelang kematian dari individu yang lain
yang penting didalam hidupnya.
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
36
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari suatu topik
penelitian yang akan diteliti (Saryono, 2010). Kerangka teori dalam penelitian
ini adalah :
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Maryam (2008) dan Trismiatri (2011)
- Teori Biologis
- Teori Psikologis
- Teori Sosial
- Teori Spiritual
Lansia
Faktor- factor yang
mempengaruhi kecemasan
1. Factor internal
- Pengalaman
- Respon terhadap stimulus
- Usia
- Gender
2. Factor eksternal
- Dukungan keluarga
- Kondisi lingkungan
kecemasan
menghadapi
kematian
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
37
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana peneliti menyusun teori/ menghubungkan secara logis beberapa
faktor yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo, 2010). Kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah :
Keterangan :
: Yang diteliti
: Arah penelitian
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Tingkat Kecemasan
Lansia Menghadapi Kematian
Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017