BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB...

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Lansia a. Definisi Lanjut usia (lansia) adalah orang yang sistem - sistem biologisnya mengalami perubahan - perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut. Menua dalam proses menua biologis adalah proses terkait waktu yang berkesinambungan dan pada umumnya mencerminkan umur biologis namun sangat bervariasi dan bersifat individual, dengan perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmamapuan total (Tamher,2009). Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko, 2012). Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisik dan psikologis (Pamungkas, 2009). Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Lansia

a. Definisi

Lanjut usia (lansia) adalah orang yang sistem - sistem biologisnya

mengalami perubahan - perubahan struktur dan fungsi dikarenakan

usianya yang sudah lanjut. Menua dalam proses menua biologis adalah

proses terkait waktu yang berkesinambungan dan pada umumnya

mencerminkan umur biologis namun sangat bervariasi dan bersifat

individual, dengan perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga

tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan

berakibat ketidakmamapuan total (Tamher,2009).

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria

maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun

mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga

bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Ineko, 2012).

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini

memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam

bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat

regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisik dan psikologis

(Pamungkas, 2009).

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

11

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan

dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.

Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).

Sedangkan menurut Affandi (2008), proses menua (aging) adalah proses

alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling

krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri

manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik,

psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan

secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu

lanjut usia

b. Batasan Lanjut Usia

World Health Organization (WHO) membagi lansia menjadi 4

sebagai berikut (Bandiyah, 2009):

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

2) Lanjut usia (elderly) yaitu antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) yaitu 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

c. Teori – teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu

teori biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual (Maryam

dkk, 2008), yaitu:

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

12

1) Teori Biologi

Dalam teori biologi dimana sel dalam tubuh akan mengalami

kemunduran. Teori biologi mencakup teori genetik/ mutasi, imunology

slow theory, teori stres, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

a) Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan

dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas

adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron

yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat.

Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus

menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya

termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Teori ini

mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas

(hydroxyl, superoxide, hydrogenperoxide, dan sebagainya) adalah

akibat terjadinya otooksidasi dari molekul intraselular karena

pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim

superoksida - dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan

fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses

penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV (photoaging)

merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini (Yaar &

Gilchrest, 2007).

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

13

b) Teori Genetik/ Mutasi

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies - spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk,

2008). Teori mutasi somatik, menurut teori ini penuaan terjadi

karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang

buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA

dan dalam proses translasi RNA protein/ enzim. Kesalahan ini

terjadi secara terus menerus sehingga menurunkan fungsi organ

atau perubahan sel kanker atau penyakit (Nugroho, 2008).

c) Teori Imunologi (imunology slow theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies - spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul - molekul DNA

dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi (Maryam. Dkk,

2008).

d) Teori Stress

Mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel - sel

yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,

dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai (Maryam,

dkk, 2008).

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

14

e) Teori Rantai Silang

Teori menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,

protein, karbohidrat, dan asam nukleat. Reaksi kimia ini

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan

ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya

fungsi (Nugroho, 2008).

2) Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional

yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi

persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada lanjut usia

menyebabkan mereka sulit dipahami dalam berinteraksi (Nugroho,

2008).

Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri

yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi

dengan mudah terhadap nilai - nilai yang ada ditunjang dengan status

sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi

persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut.

Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

15

Dengan adanya penurunan fungsi sensorik, maka akan terjadi

penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon

stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi yang berbeda dari

stimulus yang ada (Maryam, dkk, 2008).

3) Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses

penuaan yaitu proses interaksi sosial, teori penarikan diri, teori

aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan dan teori

stratifikasi usia (Maryam, dkk, 2008).

a) Teori Interaksi Sosial

Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut bertindak

kepada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal - hal yang

dihargai masyarakat. Kemampuan usia lanjut untuk terus

menjalini interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan

status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pada usia

lansia kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga

menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang yang tersisa

adalah harga diri (Maryam, dkk, 2008).

b) Teori Penarikan Diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan

dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu

lainnya. Dengan bertambahnya usia lanjut, ditambah dengan

adanya kemiskinan, usia lanjut secara berangsur-angsur mulai

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

16

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Hal ini menyebabkan interaksi sosial usia

lanjut menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

sering usia lanjut mengalami kehilangan peran, hambatan kontak

sosial dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008).

c) Teori Aktivitas

Teori aktivitas tidak menyetujui teori disagement dan

menegaskan bahwa kelanjutan dewasa tengah penting untuk

keberhasilan penuaan. Usia lanjut yang sukses adalah mereka

yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Usia lanjut

akan merasa puas bila dapat melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho,

2008)

d) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan usia lanjut. Pengalaman hidup seseorang pada

suatu saat merupakan gambaran kelak pada saat menjadi usia

lanjut. Pada teori kesinambungan ini pergerakan dan proses

banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang

terhadap status kehidupannya. Pokok - pokok pada teori

kesinambungan ini adalah, a) Usia lanjut disarankan untuk

melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, b) Peran

usia lanjut yang hilang tidak perlu diganti, dan c) Usia lanjut

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

17

berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk

beradaptasi (Maryam, dkk. 2008).

e) Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang

telah dialami oleh usia lanjut pada saat muda hingga dewasa.

Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase,

yaitu: a) Usia lanjut yang menerima apa adanya, b) Usia lanjut

yang takut mati, c) Usia lanjut yang merasakan hidup penuh arti,

d) Usia lanjut menyesali diri, e) Usia lanjut bertanggung jawab

dengan merasakan kesetiaan, f) Usia lanjut yang kehidupannya

berhasil, g) Usia lanjut merasa terlambat untuk memperbaiki diri

dan h) Usia lanjut yang perlu menemukan integritas diri melawan

keputusasaan (Maryam, dkk, 2008).

f) Teori Stratifikasi Usia

Keunggulan teori ini adalah pendekatan yang dilakukan

bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari

sifat usia lanjut secara kelompok atau bersifat makro. Kelemahan

pada teori ini adalah tidak dapat dipergunakan untuk menilai usia

lanjut secara perorangan (Stanley, 2006).

4) Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang atri kehidupan. Kepercayaan adalah sebagai suatu

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

18

bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.

Sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan antara orang dan

lingkungan yang terjadi karena adanya kombinasi antara nilai - nilai

dan pengetahuan (Maryam, dkk, 2008).

d. Perubahan – Perubahan pada lansia

Menua merupakan suatu proses alami yang dialami oleh semua

makhluk. Menurut Maryam dkk (2008), perubahan - perubahan fisik

yang terjadi pada lanjut usia yaitu :

1) Penurunan kondisi fisik

a) Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, cairan tubuh

menurun, dan cairan intra seluler menurun (Maryam, dkk, 2008).

b) Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun (menurunya kontraksi dan volume), elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, dkk,

2008).

c) Respirasi

Otot - otot pernapasan kekakuannya menurun dan menjadi

kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat

sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

19

menurun, kemampuan batuk menurun serta terjadi penyempitan

pada bronkus (Maryam, dkk, 2008).

d) Persarafan

Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres. Berkurangnya atau hilangnya lapisan

mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik

dan refleks (Maryam, dkk, 2008).

e) Muskuloskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),

bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi

otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis

(Maryam, dkk, 2008).

f) Genitourinaria

Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan

darah diglomerulus menurun, fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan ikut mengonsentrasi juga ikut menurun (Maryam, dkk,

2008).

g) Pendengaran

Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan

(Maryam, dkk, 2008).

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

20

h) Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan

katarak.

i) Endokrin

Produksi hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya

tidak berubah, pertumbuhan hormon ada tetapi tidak rendah dan

hanya ada didalam pembuluh darah.

2) Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu

perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan dan lingkungan. Semua organ pada proses

menua akan mengalami perubahan struktural dan fisiolgi, begitu juga

otak. Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron di otak secara

progresif mengalami penurunan. Kehilangan fungsi ini akibat

menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan

metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang diketahui

tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut

usia. Perubahan kognitif yang dialami lanjut usia adalah demensia dan

delirium (Nugroho, 2008).

3) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi, takut

kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

21

keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi perkembangan,

lansia dan perubahan yang dialami akibat proses penuaan

digambarkan oleh hal-hal berikut. Masalah – masalah umum yang

sering dialami oleh lansia (Nugroho, 2008) :

a) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung

pada orang lain.

b) Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk

lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang

berat dengan kegiatan yang cocok.

c) Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus

direncanakan untuk orang dewasa.

2. Kecemasan

a. Pengertian

Menurut Stuart (2009), kecemasan adalah respon emosional

terhadap kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Cemas adalah suatu

emosi yang dihubungkan dengan kehamilan, cemas mungkin emosi

positif sebagai perlindungan menghadapi kecemasan, yang bisa menjadi

masalah apabila berlebihan (Salmah, 2006).

Kecemasan yaitu pengalaman subjektif dari individu dan tidak

dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi

tanpa objek yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan

motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

22

usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005). Kecemasan

adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif yang

mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui

pasti penyebabnya (Herri, 2011).

b. Teori Predisposisi Kecemasan

Stuart (2009) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat

dipahami melalui berbagai teori yaitu teori psikoanalitis dimana Sigmud

Freud mengidentifikasikan kecemasan sebagai konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego dan

Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan

tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya. Teori interpersonal Sullifan menjelaskan bahwa kecemasan

timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan

trauma, individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

kecemasan yang berat (Stuart, 2009).

Teori perilaku meyebutkan kecemasan merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu karena mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan

dari dalam diri untuk meghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

23

meyakini bahwa individu terbiasa sejak kecil dihadapkan suatu ketakutan

berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai

pertentangan antar dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini

adanya hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan yaitu

konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan

tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang

dirasakan (Stuart, 2009).

Kajian keluarga menyebutkan kecemasan merupakan hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga. Kecemasan juga terkait dengan tugas

perkembangan individu dalam keluarga (Stuart, 2009). Kajian biologis

menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiazepine, obat - obat yang meningkatkan neuroregulator inhibisi

asam gama aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu,

kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga

memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan

kemampuan individu untuk mengatasi stressor (Stuart, 2009).

c. Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2009) yaitu:

1) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari - hari. Kecemasan ini menyebabkan individu

menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

24

ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.

2) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus

pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.

Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan

demikian individu mengalami tindak pehatian yang selektif namun

dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan

untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik

mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan

pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan

kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat

terjadi kelelahan dan kematian.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

25

d. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam

rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon

adaptif sampai maladatif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat

konstruktif dan deskruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk

belajar memahami terhadap perubahan - perubahan terutama tentang

terhadap perasan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

Sedangkan reaksi deskruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan

tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan

berat atau panik (Suliswati, 2005).

Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Sumber : Stuart, G.W dan Sundeen, S. J. (2006).

e. Respon Kecemasan

Menurut Stuart (2009), respons kecemasan ada 2 tingkat yaitu:

1) Respon Fisiologis

a) Kardiovaskuler

Respons fisiologi terhadap sistem kardiovaskuler antara lain:

palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin

pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

Rentang Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

26

b) Pernafasan

Respons fisiologi terhadap sistem pernafasan antara lain: nafas

cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal,

pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah.

c) Neuromuskuler

Respons fisiologi terhadap sistem neuromuskuler antara lain: reflek

meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip - kedip, insomnia,

tremor, gelisah, mondar - mandir, wajah tegang, kelemahan umum,

tungkai lemah.

d) Gastrointestinal

Respons fisiologi terhadap sistem gastrointestinal antara lain:

kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada

abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare.

e) Saluran perkemihan

Respons fisiologi terhadap sistem saluran perkemihan antara lain;

tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.

2) Respon Psikologis

a) Perilaku

Respons psikologis terhadap perilaku antara lain: gelisah, reaksi

terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari

hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah, menghindar,

sangat waspada.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

27

b) Kognitif

Respons psikologis terhadap kognitif antara lain: konsentrasi

buruk, pelupa, perhatian terganggu, salah dalam memberikan

penilaian, hambatan berpikir, kreativitas menurun, bingung,

produktivitas menurun, takut cedera atau kematian, mimpi buruk.

c) Afektif

Respons psikologis terhadap afektif antara lain; mudah terganggu,

tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian,

kekhawatiran, mati rasa, malu.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Trismiati (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan ada dua yaitu:

1) Faktor Internal

a) Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2011), sumber - sumber

ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat

lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney (2014), dapat

berasal dari berbagai kejadian di dalam diri seseorang yang

memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam

dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang

timbul tidak terlalu besar. Pengalaman atau riwayat sebelumnya

dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu pernah dan belum pernah.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

28

b) Respon Terhadap Stimulus

Menurut Trismiati (2011), kecemasan seseorang menelaah

rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan

mempengaruhi kecemasan yang timbul.

c) Usia

Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada

seseorang yang tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya.

d) Gender

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983)

dalam Trismiati (2011) mengatakan bahwa perempuan lebih

cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki,

Laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih

sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki - laki lebih rileks

dibanding perempuan. Stres sering dialami oleh wanita lebih

tinggi dibandingkan dengan laki - laki. Menurut Kaplan and

Sadock (1997) menyatakan bahwa kurang lebih 5% dari populasi,

kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak daripada pria, lebih

tinggi kecemasan yang dialami oleh wanita kemungkinan

disebabkan wanita lebih mempunyai kepribadian lebih labil, juga

adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisiemosi sehingga

mudah meledak, mudah cemas dan curiga.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

29

2) Faktor Eksternal

a) Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih

siap dalam menghadapi permasalahan.

b) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang

menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya

lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak

memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan

menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi

permasalahan.

3. Kematian

a. Pengertian kematian

Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut

nadinya, tidak bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukkan

segala reflek serta tidak ada kegiatan otak (Nugroho, 2008). Pemberian

perawatan pada lanjut usia yang sedang menghadapi kematian tidak

selamanya mudah. Seorang lanjut usia akan memberi reaksi yang

berbeda - beda, bergantung pada kepribadian dan cara lanjut usia

menghadapi hidup. Hal ini mengandung maksud bahwa konsep diri yang

dimiliki lansia ikut berpengaruh dalam penerimaan diri lanjut usia

terhadap keadaan dirinya. Konsep diri yang baik akan membentuk

kesadaran diri bahwa setiap manusia akan mengalami tahap penuaan

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

30

dengan kemunduran semua kemampuan baik fisik maupun mental

sehingga menerima diri dan berpasrah diri adalah hal terbaik yang dapat

dilakukan oleh seorang lanjut usia (Nugroho, 2008).

b. Tahapan kematian pada lanjut usia meliputi :

1) Tahap pertama (penolakan)

Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Selama tahap ini, lanjut

usia sebenarnya mengatakan maut menimpa semua orang, kecuali

dirinya. Lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya

sehingga ia tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang

dijelaskan kepadanya oleh perawat. Dirinya bahkan menekan apa

yang telah didengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari

berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional dalam upaya

melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada diambang

pintu.

2) Tahap kedua (marah)

Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.

Seringkali seorang lanjut usia mencela setiap orang dalam segala hal.

Ia mudah marah terhadap para petugas kesehatan tentang apa yang

dilakukan. Pada tahap ini, lanjut usia lebih menganggap hal ini

merupakan hikmah dari pada kutukan. Kemarahan di sini merupakan

mekanisme pertahanan diri lanjut usia. Kemarahan sesungguhnya

lebih tertuju kepada kesehatan dan kehidupannya.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

31

3) Tahap ketiga (tawar menawar)

Pada tahap ini biasanya kemarahan sudah mereda dan lanjut usia dapat

menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi

dengan dirinya. Namun pada tahap tawar menawar ini banyak orang

cenderung akan menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum

maut tiba, dan akan menyiapkan beberapa hal seperti membuat surat

dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang

ditinggalkan. Selama tahap tawar menawar ini sebaiknya permohonan

yang dikemukakan dapat dipenuhi.

4) Tahap keempat (sedih atau depresi)

Tahap ini biasanya merupakan tahap yang menyedihkan karena lanjut

usia dalam suasana sedang berkabung. Bersamaan dengan itu, lanjut

usia berusaha merelakan untuk meninggalkan semua kesenangan yang

telah dinikmatinya.

5) Tahap kelima (menerima)

Tahap ini ditandai dengan sikap menerima kematian. Menjelang saat

ini, lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai

dan mungkin tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan

segala sesuatunya. Tawar menawar sudah lewat dan saat kedamaian

dan ketenangan (Ruben dalam Nugroho, 2008).

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

32

4. Kecemasan Lansia Menghadapi Kematian

Atkinson dkk (2009) mengatakan bahwa kecemasan merupakan

keadaan emosi seseorang yang tidak menyenangkan dengan gejala seperti

kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang - kadang dialami

dengan tingkat yang berbeda - beda. Hal ini pun didukung oleh pendapat

Mahmud (2010) yang mengatakan bahwa kecemasan adalah keadaan takut

yan terus - menerus tetapi berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan

respon terhadap rangsangan menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang

dialami merupakan respon terhadap kesukaran yang belum terjadi.

Secarta biologis, kematian didefinisikan sebagai berhentinya semua

fungsi vital tubuh meliputi detak jantung, aktifitas otak, seta pernafasan

(Singh et. al.,2005). Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut

jantung individu telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau

ketika seluruh aktifitas syaraf otak berhenti bekerja (Papalia et. al., 2012).

Chusairi (2007) menyatakan kematian merupakan pengalaman yang tidak

bisa dihindari terjadi setiap saat, maka dari itulah hal ini dapat menimbulkan

kecemasan dalam diri individu. Belsky (Henderson, 2012) menggambarkan

kecemasan terhadap kematian sebagai pemikiran, ketakutan, dan emosi

tentang peristiwa terakhir dari hidup yang dialami individu dibawah kondisi

- kondisi hidup yang normal. Dengan kata lain, seseorang akan mengalami

kecemasan yang berbeda - beda tentang kematian yang setiap saat bisa

terjadi.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

33

Rattan (Anggreiny, 2009) berpendapat kecemasan terhadap kematian

adalah kecemasan yang muncul disaat orang memikirkan akan mengahadapi

kematian, memiliki pengalaman atau situasi dimana dirinya dalam keadaan

hampir mati, membaca atau mendapat pengetahuan tentang kematian yang

kemudian menimbulkan ketakutan. Tomer (Fry, 2013) mendefinisikan

kecemasan menghadapi kematian sebagai ketakutan akan mati dan proses

menjelang kematian yang dialami oleh individu dalam kehidupan sehari -

hari, hal ini disebabkan sebagai antisipasi dasar kematian. Menurut Templer

kecemasan menghadapi kematian (death anxiety) adalah suatu kondisi

emosional yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang (secara

subyektif) manakala memikirkan kematian (Schaie dan Willis, 2010).

Menurut Blackburn dan Davidson (1994), kecemasan menghadapi

kematian merupakan gejala fisik maupun psikologis yang tidak

menyenangkan sebagai reaksi terhadap adanya perasaan takut yang

subjektif, kabur, dan tidak jelas terhadap datangnya kematian itu, yang

ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, motivasi, dan gejala

biologis seperti jantung berdebar - debar, maupun tampak pada perilaku

berupa gugup, gelisah, dan kewaspadaan yang berlebihan. Pada peneitian

ini, teori kecemasan menghadapi kematian mengacu pada pendapat

Blackburn dan Davidson.

Untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap kematian menggunakan

alat ukur Death Anxiety Questionnaire yang merupakan salah satu skala

yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kecemasan kematian. Terdiri

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

34

dari 15 item, untuk masing - masing item menunjukan respon pasien. Setiap

item dinilai pada skala bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 2 (sangat

banyak). Dengan kisaran skor nilai total 0-30, dimana kurang dari 7

menunjukan tidak ada kecemasan, 7 - 13 menunjukan kecemasan ringan, 14

- 20 menunujukan kecemasan sedang, 20 - 26 menunjukna tingkat

kecemasan berat, 27 - 30 menunjukan kecemasan sangat berat (Conte,

Weiner & Plutchik, 1982 dalam Hiroko & Ahmed, 2006).

Menurut Forner dan Neimeyer (dalam Gire & Eyetesmitan, 2009),

kematian itu tidak dapat digambarkan dalam kehidupan individu tetapi telah

dikonsepsikan yaitu :

a. Kecemasan kematian pada dirinya

Berkaitan dengan takut akan peristiwa dari pengalaman kematian dan

meliputi hal - hal seperti apa yang akan terjadi pada individu yang telah

mati terlebih dahulu. Bagi beberapa individu, bisa menjadi takut karena

penghukuman untuk orang yang telah mati yaitu akan pergi ke surga atau

ke neraka, ketakutan dari pembakaran mayat, penguburan bumi, dan apa

yang akan terjadi kepada individu - individu yang ditinggalkan.

b. Kecemasan akan kematian pada yang lain

Pengalaman individu dari kematian yang terjadi pada individu lain yang

penting bagi dirinya, terutama anggota keluarga dan teman dekatnya.

c. Kecemasan sekarat pada dirinya

Ketakutan menjelang kematian diri sendiri yang dirasakan individu akan

berbeda dengan kecemasan akan kematian orang lain. Beberapa individu

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

35

tidak takut akan kematian dirinya sendiri, tetapi individu sangat khawatir

akan bagaimana individu akan mati. Hal yang menarik yang sering

dilakukan individu untuk menghilangkan kecemasan akan kematian

adalah dengan memboroskan uang untuk bepergian, meningkatkan

penampilan fisik individu yang sebentar lagi akan membusuk setelah

individu mati, dan yang menyakitkan adalah semua individu lakukan

menjelang kematian walaupun harus membuang waktu dan uang.

d. Kecemasan akan sekarat pada yang lain

Serupa dengan takut akan sekarat dari diri sendiri, yang menjadi

perbedaannya adalah bahwa individu tersebut mungkin punya

ketertarikan tentang proses menjelang kematian dari individu yang lain

yang penting didalam hidupnya.

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

36

B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari suatu topik

penelitian yang akan diteliti (Saryono, 2010). Kerangka teori dalam penelitian

ini adalah :

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Maryam (2008) dan Trismiatri (2011)

- Teori Biologis

- Teori Psikologis

- Teori Sosial

- Teori Spiritual

Lansia

Faktor- factor yang

mempengaruhi kecemasan

1. Factor internal

- Pengalaman

- Respon terhadap stimulus

- Usia

- Gender

2. Factor eksternal

- Dukungan keluarga

- Kondisi lingkungan

kecemasan

menghadapi

kematian

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1.repository.ump.ac.id/4132/3/Hermawan Subiantoro BAB II.pdf · menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan . katarak. i) Endokrin

37

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana peneliti menyusun teori/ menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo, 2010). Kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

: Yang diteliti

: Arah penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Tingkat Kecemasan

Lansia Menghadapi Kematian

Gambaran Tingkat Kecemasan..., Hermawan Subiantoro, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017