Ancaman Radiasi Nuklir Jepang Menurun

download Ancaman Radiasi Nuklir Jepang Menurun

of 17

Transcript of Ancaman Radiasi Nuklir Jepang Menurun

1/6/2011

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG

KLIPING TENTANG NUKLIR

IQRO MUHAMMAD 124.10.009

Ancaman Radiasi Nuklir Jepang Menurun

Para pekerja di PLTN Fukushima, Jepang, Rabu (23/3/2011), berupaya untuk mendinginkan PLTN itu. Sistem pendingin reaktor PLTN itu rusak akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu.

TOKYO, KOMPAS.com Penasihat khusus Perdana Menteri Jepang untuk krisis nuklir, Goshi Hosono, mengatakan, risiko langsung dari kebocoran utama radiasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima telah menurun, demikian dilaporkan Wall Street Journal. "Pemerintah tidak bisa mengatakan jika situasi telah benar-benar stabil di dalam reaktor, tetapi setelah mempelajari kemungkinan kerusakan parah, Tokyo merasa nyaman dengan kebijakan evakuasi saat ini," kata Goshi Hosono kepada harian itu dalam sebuah wawancara Sabtu (23/4/2011). "Tidak mungkin Tokyo atau Kyoto akan berada dalam kondisi bahaya," kata Hosono. Reaktor nuklir, yang sistem pendinginnya rusak, telah mengalami sejumlah ledakan dan kebocoran radiasi ke udara, tanah, dan laut dalam suatu bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl 25 tahun yang lalu. Pemerintah pekan lalu menetapkan zona berbahaya 20 kilometer (12 mil) di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir itu, memberikan bobot hukum yang sah untuk zona eksklusif pada efek paparan radiasi jangka panjang terhadap penduduk. Hosono mengatakan, tingkat radiasi di reaktor yang rusak harus diturunkan sebelum pekerjaan dilakukan dan mereka harus menemukan cara untuk mengolah air, yang terkontaminasi radiasi, yang merupakan limbah dari upaya pendinginan reaktor. Para pekerja telah membuang ribuan ton air radioaktif tingkat rendah ke Samudra Pasifik, yang membuat negara-negara mencemaskan pencemaran dan kelangsungan lingkungan laut. "Tujuan kami sangat jelas, yaitu mencegah penyebaran lebih lanjut radiasi ke atmosfer dan ke laut," kata Hosono kepada wartawan.

"Untuk mencapai itu, kami harus mengembalikan fungsi pendinginan yang stabil. Ini sangat sulit secara teknis." Hosono mengatakan, para pejabat sudah mulai memeriksa penyebab dan cara menangani kecelakaan nuklir itu. "Ketika kami menyelidiki kecelakaan itu, secara alami akan menjadi jelas di mana letak masalah tersebut, termasuk masalah dengan kebijakan nuklir Jepang," katanya. Hosono, anggota partai yang berkuasa di Jepang Partai Demokrat Jepang (DPJ), mengatakan, saat ini bukan saat yang tepat memutuskan apakah negara harus mempertimbangkan untuk tetap menggunakan energi nuklir atau tidak. "Saya hanya tidak berpikir kami bisa membuat penilaian dengan kepala dingin pada saat ini. Untuk saat ini, kami harus menjaga kedua pilihan dan membiarkan rakyat memutuskan pada waktunya," katanya. Sekjen DPJ Katsuya Okada mengatakan, pemerintah akan meninjau kebijakan energi pascabencana, tetapi akan tetap menggunakan energi nuklir. Jepang yang miskin sumber daya, sangat tergantung pada minyak Timur Tengah, memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan energi dengan tenaga nuklir, tetapi perusahaan-perusahaan teknologi tingginya juga menjadi pemimpin dunia dalam bidang teknologi lingkungan dan penghematan energi.

Indonesia Tetap Teruskan Proyek Nuklir

Hindra Liu

Suharna Surapranata

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah tetap melanjutkan rencana pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi. Salah satu alasannya, tidak ingin tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, atau Vietnam, yang sudah memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir. Hal itu dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata saat memberikan kuliah umum bertemakan "Riset dan Inovasi sebagai Kekuatan Daya Saing Bangsa" di Institut Teknologi Bandung, Sabtu (12/3/2011). Dia menuturkan, Indonesia sudah siap untuk nuklir dari sisi penguasaan teknologi, salah satu contoh dengan keberadaan reaktor milik Badan Tenaga Nuklir Nasional di Kota Bandung. Suharna mengatakan, pihak yang membuat kebijakan mengenai energi nuklir adalah Dewan Energi Nasional, sementara Kementerian Riset dan Teknologi bertugas untuk sosialisasi. "Mengapa kita harus antinuklir?" ujarnya dengan nada bertanya. Suharna mengatakan, pihaknya menerima banyak permintaan dari kepala daerah untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di daerahnya. Namun dengan mempertimbangkan banyak aspek, termasuk kondisi geografis, daerah yang bakal menjadi percontohan adalah Bangka Belitung dan Kalimantan Timur, sedangkan Pulau Jawa belum menjadi prioritas. Disinggung mengenai bocornya reaktor nuklir di Jepang akibat gempa bumi dan tsunami, Jumat lalu, Suharna tidak mau menjadikannya sebagai alasan Indonesia tidak mengadopsi teknologi nuklir. Yang harus dipastikan, katanya, adalah tingkat keamanan teknologi tersebut.

Bahaya Radiasi Nuklir pada Kesehatan

AP Photo/The Yomiuri Shimbun, Yasushi Kanno

Reaktor nuklir nomor 1 di pembangkit Fukushima Daiichi di Okumamachi, Prefektur Fukushima, Jepang.

Kompas.com- Pasca gempa besar di Jepang, publik dikhawatirkan akan terjadinya ledakan nuklir pada reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima, Jepang. Ketakutan itu mungkin beralasan mengingat efek radiasi pada tubuh tidak bisa dianggap enteng. Dampak radiasi menurut Dr. David J. Brenner, direktur Center for Radiological Research at Columbia University, tidak bersifat langsung. "Bisa berminggu kemudian baru muncul gejalanya," katanya. Ia menyebutkan dampak radiasi pada tubuh tergantung pada material radioaktif yang dilepaskan dan durasi paparan. Level paparan yang tinggi bisa menyebabkan sindrom radiasi akut, bahkan kematian. Sindrom tersebut akan menimbulkan gejala mual, muntah, kelelahan, rambut rontok, serta diare. Pada level yang lebih tinggi, korban yang terpapar bisa meninggal dalam hitungan minggu. "Penyebabnya adalah usus yang gosong," katanya. Radiasi nuklir akan menganggu kemampuan sel untuk membelah diri dan berproduksi. Sel-sel di usus besar biasanya merupakan bagian tubuh yang paling cepat membelah diri. Demikian juga halnya dengan sel pembentuk darah di sumsung tulang yang sangat rentan terkena radiasi. Sementara itu pada penduduk yang termasuk dalam kelompok risiko rendah, radiasi nuklir bisa memicu risiko kanker dalam beberapa tahun. Namun, hal ini juga tergantung pada lamanya paparan dan jenis radioaktif yang dikeluarkan reaktor nuklirnya.

Beberapa jenis material radioaktif ada yang dengan mudah diserap tubuh dan bertahan. Misalnya saja Iodin yang akan langsung diserap kelenjar tiroid atau strontium yang akan masuk tulang. Jenis radioaktif lainnya, seperti tritium, akan dengan cepat dikeluarkan tubuh. Untuk mencegah bahaya radiasi, pemerintah Jepang telah memberikan pil potasium iodine yang bisa menetralkan pengaruh iodine tadi dengan cara mencegah kelenjar tiroid menyerap iodine. Namun menurut Brenner, iodine bisa masuk ke dalam tubuh manusia lewat berbagai cara, yakni udara atau makanan yang terpapar radiasi. "Radioaktif iodine tidak harus masuk ke tubuh secara langsung. Iodine yang ada di udara bisa terserap ke tanah kemudian ternak memakan rumput yang tanahnya terpapar radiasi. Kemudian manusia memakan daging atau susu sapi itu," katanya. Karena itu ia berpendapat pil potasium idodide kurang efektif mencegah kanker tiroid akibat radiasi nuklir. "Epidemi kanker tiroid pada korban nuklir Chernobyl bisa dicegah jika pemerintah segera melarang warganya minum susu sapi atau makan buah yang tumbuh dari tanah yang terkena radiasi," katanya. Anak-anak berusia kurang dari 18 tahun, bayi, serta janin di dalam kandungan merupakan kelompok yang paling beresiko pada paparan radiasi karena sel-sel dalam tubuh mereka masih aktif membelah diri.

Greenpeace: Jepang Alami Krisis Nuklir

Gambar yang diambil dari televisi NHK ini memperlihatkan rumah-rumah di Sendai disapu oleh tsunami ketika gelombang pasang menerjang pantai, Jumat (11/3/2011).

TOKYO, KOMPAS.com Kelompok lingkungan Greenpeace, Sabtu (12/3/2011), memperingatkan, kerusakan akibat gempa pada dua pembangkit nuklir Jepang berarti negara itu berada di tengah krisis nuklir dengan konsekuensi yang mungkin mengerikan. Jepang, Sabtu, bergegas mencegah kecelakaan nuklir di dua pembangkit nuklir dimana sistem pendingin reaktor gagal setelah gempa bumi dahsyat, Jumat. Pihak berwenang Jepang telah memerintahkan 45.000 orang yang tinggal di dekat salah satu pembangkit tersebut dan 3.000 orang di dekat pembangkit lainnya untuk mengungsi. Sistem pendingin kedua reaktor tidak berfungsi, yaitu pembangkit nuklir Fukushima Nomor 1 dan Nomor 2, keduanya terletak di wilayah sekitar 250 kilometer di timur laut Tokyo, wilayah perkotaan dengan 30 juta penduduk. Operator Tokyo Electric Power, Sabtu, mengatakan, pihaknya telah melepaskan uap radioaktif untuk mengurangi tekanan dari pembangkit Nomor 1. Pembebasan sejumlah radiasi ke atmosfer membawa risiko kesehatan bagi masyarakat di daerah sekitarnya, kata Kepala Kampanye Nuklir Greenpeace Internasional Jan Beranek, sebagaimana dilaporkan AFP. Fakta bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima bocor atau dengan terpaksa sengaja melepaskan gas yang terkontaminasi dari reaktor ke atmosfer menandakan bahwa semua proteksi fisik yang seharusnya mampu mengisolasi aktivitas radioaktif

dari lingkungan telah gagal. Perlu peringatan berapa banyak lagi hingga orang mampu memahami bahwa reaktor nuklir secara inheren berbahaya? kata Beranek. Kami diberi tahu oleh industri nuklir bahwa hal-hal seperti ini tidak dapat terjadi dengan reaktor modern, tetapi saat ini Jepang berada di tengah krisis nuklir dengan konsekuensi potensial yang mengerikan. Sementara fokus segera saat ini adalah untuk meminimalkan pelepasan radiasi dan menjaga masyarakat setempat tetap aman, ini merupakan satu peringatan akan risiko yang melekat pada pembangkit nuklir, yang selamanya akan selalu rentan terhadap kombinasi berpotensi mematikan akibat kesalahan manusia, kegagalan desain dan bencana alam.

Habibie: Tunggu Kajian Pakar soal Nuklir

Habibie (kanan) menyalami anak beserta orang tua pembeli buku "Habibie & Ainun" usai membubuhkan tanda tangannya di gedung Gramedia Expo Surabaya, Minggu (30/1/2011). Buku yang mengisahkan romantisme kecintaan Habibie bersama istrinya Ainun.

SEMARANG, KOMPAS.com Berita tentang kebocoran reaktor nuklir di Jepang akibat gempa dan tsunami memancing mantan Presiden BJ Habibie ikut bersuara. Seusai kuliah umum Perkembangan Teknologi dan Wawasan Indonesia di kampus Universitas Diponegoro Semarang, Sabtu (19/3/2011), Habibie meminta agar semua pihak tidak terburu-buru menolak nuklir. Sebaliknya, juga harus berhati-hati mengambil keputusan saat menyetujui pemanfaatan nuklir. Tunggu hasil kajian nuklir oleh para pakar, khususnya di dua negara, Perancis dan Jepang, katanya. Saat ini para pakar tengah mengkaji pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik di dua negara itu. Jepang dan Perancis adalah dua negara yang paling besar berinvestasi dalam pemanfaatan energi nuklir. Dua negara tersebut sangat tergantung pada nuklir, terutama untuk menghasilkan energi listrik guna menopang industri di kedua negara. Begitu tergantungnya mereka sehingga butuh waktu lama untuk mengkaji apakah tetap akan memanfaatkan energi nuklir atau tidak. Apalagi sampai sekarang belum ditemukan energi pengganti lain. Jadi mari kita tunggu kajian para pakar yang tengah meneliti dampak kerusakan PLTN di Fukushima akibat gempa dan tsunami, kata Habibie. Habibie melanjutkan, Indonesia harus sabar menanti kajian pakar dari pemanfaatan energi nuklir itu secara obyektif. Jangan buru-buru menolak pembangunan PLTN, namun tetap harus kritis dan berhati-hati juga untuk membangun. Lihat dulu bagaimana kajian di dua negara itu, tuturnya.

Sultan: Reaktor Nuklir Yogyakarta Aman

Bian Harnansa/Persda Network

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, keberadaan reaktor nuklir Kartini Yogyakarta tak perlu dikhawatirkan. Sebab, reaktor nuklir yang dikelola Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu tak berada di kawasan jalur merah gempa bumi. "Daerah itu tak masuk dalam jalur merah. Yang perlu dikhawatirkan kan yang masuk dalam jalur merah," kata Sultan, Jumat (18/3/2011) di Yogyakarta. Pernyataan Sultan tersebut menanggapi kekhawatiran menyusul kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Jepang, akibat gempa bumi dan tsunami. Mengingat Indonesia, khususnya Yogyakarta juga pernah mengalami gempa bumi dahsyat tahun 2006, dikhawatirkan kejadian serupa dapat terjadi pada reaktor nuklir Kartini Yogyakarta. Reaktor nuklir Kartini berada di kompleks Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Batan di Babarsari, sebuah kawasan padat penduduk di pusat kota Yogyakarta. Reaktor nuklir yang didirikan di atas lahan 17.000 meter persegi itu dimanfaatkan untuk fasilitas pengembangan dan aplikasi teknik analisis nuklir, uji instrumentasi nuklir, serta fasilitas pelatihan, dan penelitian dalam bidang fisika reaktor dan pengendalian reaktor. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta Suparlan berpendapat, meskipun tak berada di jalur merah gempa bumi, namun reaktor nuklir Batan terletak di pusat kota Yogyakarta. Semestinya, pemerintah melakukan antisipasi awal agar kejadian seperti di Jepang tak terjadi di Yogyakarta. "Tolok ukur bencana alam seringkali tak sesuai dengan perkiraan kita. Sebagai contoh, gempa bumi yang melanda Yogyakarta tahun 2006 ternyata juga melanda daerahdaerah yang sebelumnya tak diprediksi rawan gempa. Karena itu, antisipasi awal efek reaktor nuklir Batan juga perlu dipikirkan," paparnya. Mengenai hal tersebut, Kepala Bidang Reaktor kompleks Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Batan Puradwi Ismu belum bersedia memberikan pernyataan.

WHO Keluarkan Panduan Bahaya Radiasi Nuklir

Pembangkit Fukushima Dai-Ichi sebelum tsunami terjadi

Kompas.com Menanggapi perkembangan terkini krisis nuklir di Jepang, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan panduan terbaru untuk mengurangi bahaya radiasi pada kesehatan, terutama pada anak-anak dan remaja. Sebelumnya PBB juga mengatakan, sejauh ini langkah Pemerintah Jepang untuk meminimalkan dampak radiasi sudah tepat, antara lain mengevakuasi penduduk yang berjarak 20 km dari fasilitas nuklir dan meminta orang yang tinggal dalam radius 30 km untuk tidak keluar rumah. Sejauh ini belum ada indikasi mengenai keamanan pangan yang diimpor dari Jepang, termasuk produk pangan yang dipanen di area yang terpapar, tapi hasil bumi dan ternak di area tersebut harus terlindungi. Berikut adalah rekomendasi yang dikeluarkan WHO: - Radionuklida utama yang dikeluarkan dari PLTN adalah radioaktif cesium dan radioaktif iodine. "Publik mungkin terpapar langsung dari radionuklida dari udara atau makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh material tersebut," jelas WHO. - Jika radiokatif iodine terhirup atau tertelan, akan mengendap di kelenjar tiroid dan meningkatkan risiko kanker tiroid. Risiko tersebut bisa ditekan dengan mengonsumsi pil potasium iodine yang akan mencegah pengendapan material radioaktif.

"Pil ini harus diberikan sebelum atau segera setelah paparan radiasi. Langkah ini bisa mengurangi risiko kanker dalam jangka panjang," katanya. Pemberian tablet potasium iodine ini diatur oleh pejabat yang berwenang. - Jika level radiasi terlalu tinggi, hal itu bisa menyebabkan kulit memerah, rambut rontok, terbakar serta sindrom radiasi akut. Pekerja dan petugas penyelamat PLTN mungkin kelompok yang paling terpapar dibanding populasi umum. - Paparan radiasi bisa meningkatkan risiko kanker. Korban yang selamat dari bom atom di Hiroshima tahun 1945 diketahui menderita leukimia beberapa tahun pasca paparan radisi dan sebagian lainnya baru terkena kanker 10 tahun pasca peristiwa. - Risiko kanker tiroid pada orang yang terpapar radiasi lebih tinggi pada kelompok anakanak dan remaja. - Membatasi konsumsi sayuran dan produk susu yang dihasilkan di area yang dekat fasilitas nuklir bisa mengurangi paparan radiasi. - Bila setelah terpapar radiasi Anda harus masuk ke ruangan, lepas seluruh pakaian untuk mencegah kontaminasi di rumah. Lepaskan pakaian dan sepatu lalu simpan dalam tas plastik kemudian jauhkan dari rumah tinggal, anak-anak dan hewan. - Mandilah dengan air hangat, air dan sabun. Laporkan pada pejabat berwenang pakaian dan barang pribadi lain yang mungkin terkontaminasi. - Jika Anda diminta berada di dalam rumah, tinggalah di ruangan yang paling aman, yaitu tidak berpintu atau berjendela. Sistem ventilasi, seperti sistem pendingin atau pemanas harus dimatikan. - Makanan mungkin terkontaminasi oleh material radioaktif. "Permukaan buah, sayuran, atau pakan ternak bisa terkena radiasi yang berasal dari udara atau air hujan". - Dalam jangka panjang, radioaktif juga bisa terbentuk dalam makanan yang berasal dari tanah, sungai atau air laut. - Radioaktif tidak bisa mengontaminasi makanan yang dikemas dengan baik, misalnya dibungkus plastik atau timah. - Untuk langkah awal pencegahan, sayuran dan daging ternak sebaiknya ditutup dengan plastik atau terpal. Pindahkan ternak ke dalam kandang. - Hindari mengonsumsi produk susu atau sayuran lokal dari area yang dekat pusat radiasi, hindari menyembelih ternak, memancing atau mengambil jamur dan makanan lain dari hutan sekitar.

Animasi Coba Atasi Trauma Anak-anak terhadap Nuklir

Nuclear Boy

TOKYO, KOMPAS.com Krisis darurat nuklir di Jepang karena masalah pada sejumlah reaktor nuklirnya di Fukushima membuat banyak orang panik. Tidak hanya di Jepang, tapi juga di seluruh dunia. Informasi yang simpang siur soal apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana dampaknya kadang digambarkan begitu menakutkan. Bagi orang dewasa yang dapat mencari informasi lebih banyak dan cek ulang dari banyak sumber, hal tersebut mungkin bukan masalah. Namun, bagaimana dengan orang awam atau bahkan anak-anak, informasi yang terkesan menakut-nakuti bisa menimbulkan trauma di masa depan. Karena itu, Jepang menggunakan karakter kartun untuk memberikan penjelasan mengenai bencana nuklir kepada anak-anak. Selain pengetahuan, kartun bernama "Nuclear Boy" itu diharapkan mengurangi ketakutan anak-anak terhadap nuklir. Nuclear Boy diciptakan untuk membantu menjelaskan kondisi nuklir yang rumit dengan cara sederhana, bahkan dengan bumbu humor. Tujuan dari kartun ini juga meredakan ketakutan berlebihan yang mungkin berkembang di tengah masyarakat saat ini, setelah menghadapi bencana bertubi-tubi seperti gempa, tsunami, dan ledakan reaktor nuklir. "Nuclear Boy", sesuai dengan namanya, mempresentasikan reaktor nuklir. Dalam video, diceritakan sang "Nuclear Boy" mengalami sakit perut sejak peristiwa gempa kuat, gempa yang menyebabkan ledakan salah satu pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima. Untuk menyembuhkannya didatangkan dokter yang membawa obat dari air laut dan Boron. Untuk menggambarkan radiasi dengan bau kentut yang berdampak sementara dan akan hilang dengan sendirinya. Video dapat menimbulkan kebingungan ketika anak-anak itu beranjak dewasa dan mempelajari sains secara lebih lengkap. Tapi, mereka mengakui, cara ini merupakan cara efektif untuk menerangkan apa yang terjadi tanpa memunculkan kepanikan. Video sudah diputar beberapa kali di televisi Jepang. Video pun dapat dilihat melalui YouTube. (National Geographic Indonesia/Gloria Samantha)

Jerman Tinggalkan Energi Nuklir

Para pekerja di PLTN Fukushima, Jepang, Rabu (23/3/2011), berupaya untuk mendinginkan PLTN itu. Sistem pendingin reaktor PLTN itu rusak akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu.

BERLIN, KOMPAS.com Pemerintah Jerman akhirnya memutuskan akan meninggalkan pasokan listrik dari energi nuklir untuk selamanya pada 2022. Jerman kemudian akan mendorong pemanfaatan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi penggunaan listrik. Keputusan Jerman itu diumumkan Menteri Lingkungan Hidup Norbert Roettgen, Senin (30/5/2011), setelah negosiasi alot antarpartai-partai koalisi berlangsung tujuh jam sepanjang malam. Keputusan ini juga diambil hanya sembilan bulan setelah pemerintahan koalisi tengah-kanan pimpinan Kanselir Angela Merkel mengumumkan akan memperpanjang masa pakai reaktor-reaktor nuklir di Jerman hingga pertengahan 2030-an. Keputusan Merkel waktu itu langsung memicu protes antinuklir dan membuat popularitas Merkel merosot. Bulan Maret, partai Merkel, Uni Kristen Demokrat (CDU), kalah dalam pemilu lokal di Baden-Wuerttemberg, salah satu basis pendukung partai tersebut. Perubahan keputusan ini juga didorong oleh krisis nuklir di PLTN Fukushima Daiichi, Jepang. Ketidakberdayaan negara dengan teknologi setinggi Jepang terhadap krisis nuklir di Fukushima membuat Merkel memikirkan ulang kebijakan energinya. Sistem energi kami harus dan bisa diubah secara mendasar. Kami ingin (pasokan) listrik pada masa depan lebih aman, bisa diandalkan, dan layak secara ekonomi, tutur Merkel, Senin. Ia menambahkan, rantai pasokan energi negara itu membutuhkan arsitektur baru, yang akan melibatkan sumber-sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi, dan perombakan besar-besaran jaringan transmisi listrik.

Pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan, seperti angin, air, dan sinar matahari, saat ini memasok sekitar 17 persen dari total kebutuhan listrik Jerman. Pemerintah berambisi mendorong produksi listrik dari sumber-sumber terbarukan ini hingga mampu memasok 50 persen kebutuhan listrik nasional dalam beberapa dekade mendatang. Dimatikan bertahap Energi nuklir sendiri saat ini memasok 22-23 persen kebutuhan listrik di negara kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia itu. Untuk mulai melepaskan diri dari nuklir, Jerman secara bertahap akan mulai mematikan 17 reaktor nuklirnya. Saat ini sudah ada delapan reaktor nuklir yang dimatikan. Tujuh reaktor di antaranya, yang dimatikan empat hari setelah insiden Fukushima, adalah reaktor-reaktor tertua di Jerman yang dibangun sebelum 1980. Menurut Roettgen, tujuh reaktor ini tak akan diaktifkan lagi selamanya, kecuali satu reaktor yang oleh partai-partai koalisi disepakati akan dijadikan sebagai cadangan musim dingin pada 2013 seandainya proses transisi menuju sumber-sumber energi baru tak mampu memasok kebutuhan listrik pada musim dingin. Satu reaktor lagi di Kruemmel, Jerman utara, sudah tidak aktif beberapa tahun terakhir karena berbagai masalah teknis. Tahap berikutnya adalah mematikan enam reaktor paling lambat akhir 2021 dan kemudian tiga reaktor tersisa akan dimatikan pada 2022. Keputusan Pemerintah Jerman tersebut langsung disambut positif oleh pihak oposisi dan kalangan pencinta lingkungan. Akan tetapi, kalangan industri mengkhawatirkan kebijakan ini akan berdampak pada daya saing produk-produk Jerman di pasar dunia. (AP/AFP/Reuters/DHF)

160 Orang Terpapar Radiasi Nuklir

Seorang tentara Jepang membopong seorang lelaki usia lanjut di punggungnya di Kota Natori, Prefektur Miyagi, Sabtu (12/3/2011). Kota itu porak-poranda akibat terjangan tsunami setelah gempat berkekuatan 8,9 SR mengguncang daerah itu, Jumat (11/3/2011). Pemerintah Jepang mengerahkan 100 ribu personel tentara untuk membantu daerah yang terkena gempa.

SENDAI, KOMPAS.com Pasca-gempa besar berkekuatan 8,9 SR dan terjangan tsunami dahsyat yang memorak-porandakan sejumlah wilayah di pantai timur, Jepang kini menghadapi ancaman baru, yaitu kemungkinan bocornya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi yang dioperasikan Tokyo Electric Power Co (Tepco). Badan Keselamatan Nuklir, otoritas yang menangani masalah nuklir di Jepang, mengatakan, setidaknya 160 orang diduga terpapar radiasi nuklir. Sementara itu, kantor berita Jiji tanpa mengutip sumber mengatakan, 19 orang telah terpapar radiasi nuklir. Pihak Pemerintah Jepang sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait korban yang terpapar radiasi nuklir. Juru Bicara Pemerintah Jepang Edano mengatakan, radiasi yang disebabkan ledakan memang melampaui batas normal. Namun, hal tersebut tak memiliki ancaman langsung terhadap kesehatan manusia. Warga pun mulai memeriksakan diri apakah mereka terpapar oleh radiasi nuklir. "Awalnya saya khawatir dengan gempa bumi. Namun, kini saya khawatir dengan radiasi. Saya tinggal di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saya ke sini untuk memeriksakan diri, apakah saya baik-baik saja," kata Kenji Koshiba, pekerja konstruksi di pusat gawat darurat di Koriyama.

Hingga saat ini, Pemerintah Jepang sebagaimana dilansir Reuters telah mengevakuasi 110.000 orang yang tinggal di wilayah dengan radius 20 kilometer dari lokasi PLTN. Edano mengatakan, pemerintah telah berupaya untuk mengurangi risiko radiasi nuklir. Pemerintah, tambahnya, fokus mengeluarkan udara dari reaktor nuklir yang rusak akibat gempa 8,9 magnitude yang disertai tsunami tersebut. Selain itu, saat ini jutaan penduduk Jepang tak memiliki akses terhadap air bersih dan listrik. Sejak Jumat, mereka hanya bertahan hidup dengan mi instan. Hal ini juga dialami sejumlah tempat penampungan dan rumah sakit. "Saat ini tetap belum ada air atau listrik. Padahal, kami memiliki pasien yang perlu dirawat," kata pejabat RS Sengen General Hospital, Ikuro Matsumoto.

KOMENTAR : Menurut saya boleh-boleh saja Indonesia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mengingat Indonesia memiliki pontesi yang besar untuk bahan dasar nuklir yaitu, Uranium. PLTN yang merupakan sumber energi alternatif diharapkan dapat mengganti kehadiran bahan bakar fosil di masa yang akan mendatang. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menanggulangi masalah-masalah yang timbul setelah PLTN dioperasikan nantinya. Jangan sampai peristiwa Chernobyl dan Fukushima terjadi di Indonesia, karena kita bisa lihat seberapa parahnya kerusakan yang dibuat.