BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Masa Nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Prawirohardjo, 2007, p.122).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan.( Suherni, Widyasih, Rahmawati, 2009, p.1).
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
(Ambarwati, Wulandari,2009, p.2).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
10
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian ini.
Tujuan Asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu:
1. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2. Tujuan Khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan
bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.( Wulandari,
Ambarwati, 2009 pp.2-3)
11
c. Tahapan masa nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap:
1) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,
tahunan.( Ambarwati, Wulandari, 2009, p.3).
d. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Perubahan uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi
keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan
plasenta (placental site) sehingga jaringan perlekatan plasenta dan
dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas.
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk
panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa
luka kasar dan menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan
12
tersebut diameternya kira-kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam
mengecil lagi sampai 2,4 cm dan akhirnya akan pulih kembali.
Disamping itu dari cavum uteri keluar cairan sekret disebut
lochia,yakni:
(1) Lochia rubra (cruenta): ini berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
(2) Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
(3) Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke- 7-14 pasca persalinan.
(4) Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
(5) Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
(6) Lochiostasis: lochia tidak lancar keluarnya. ( Rahmawati,
Widyasih, Suherni 2009 p.78-79).
b) Perubahan vagina dan perineum
(1) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
(2) Perlukaan vagina
13
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstraksi
dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan spekulum.
(3) Perubahan pada perineum
(4) Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar. Bila
ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah
kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan
baik.
2) Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat
selama persalinan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar,
sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan sampai lepas dan
takut juga dengan nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
14
setelah persalinan. Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan
beraknya mungkin keras dapat diberikan obat laksan per oral atau per
rektal. Bila masih juga belum berhasil dilakukanlah klysma (klisma),
Enema (Ing) artinya suntikan urus-urus.
3) Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8
minggu, tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya
partus kala 2 dilalui, besarnya tekan kepala yang menekan pada saat
persalinan.
4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominis
a) Diathesis
Setiap wanita nifas memiliki derajat diathesis/konstitusi
(yakni keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh
bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar
tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap
penyakit-penyakit tertentu). Kemudian demikian juga adanya
rectie/muskulus rektus yang terpisah dari abdomen. Seberapa
diastesis terpisah ini tergantung dan beberapa faktor termasuk
kondisi umum dan tonus otot. Sebagian besar wanita melakukan
ambulasi (ambulation = bisa berjalan) 4-8 jam postpartum.
Ambulasi ini dianjurkan untuk menghindari komplikasi
meningkatkan involusi dan meningkatkan cara pandang
emosional.
15
b) Abdominis dan peritonium
Akibatnya peritonium berkontraksi dan ber-retraksi pasca
persalinan dan juga beberapa hari setelah itu, peritonium yang
membungkus sebagian besar dari uterus, membentuk lipatan-
lipatan dan kerutan-kerutan. Dinding abdomen tetap kendor untuk
sementara waktu. Hal ini disebabkan karena sebagai konsekuensi
dari putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat pembesaran uterus selama hamil.
Pemulihannya harus dibantu dengan cara berlatih.
Pasca persalinan dinding perut menjadi longgar,
disebabkan karena teregang begitu lama. Namun demikian
umumnya akan pulih dalam waktu 6 minggu.
c) Perubahan Tanda-tanda Vital pada Masa Nifas
(1) Suhu badan
(a) Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin
naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5ºC. Kemungkinan
disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara.
(b) Bila kenaikan mencapai 38ºC pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
(2) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60X/menit,
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
16
istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum.
(a) Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110X/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
(3) Tekanan darah
(a) Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum.
(b) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya
perdarahan post partum. Sebaiknya bila tekanan darah
tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-
eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal
seperti itu jarang terjadi.
(4) Respirasi
(a) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.
Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
(b) Bila ada respirasi cepat postpartum (> 30x/mnt),
mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok. (
Rahmawati, Widyasih, Suherni, 2009 p.77-84).
17
Menurut ( Rahmawati, Widyasih, Suherni, 2009 p.87-89) peran
seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Dalam menjalani
adaptasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase berikut dibagi
menjadi 3 tahap:
(a) Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu
akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya
dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur, dan kelelahan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari.
(b) Fase Taking Hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
(c) Fase Letting Go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
18
Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan respon seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung,
sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud
sebagai respons terhadap stimulus merupakan overt behaviour.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003, p.121-123). Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu (know), adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (comprehension), suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam satu organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), adalah kemampuan untuk melakukan formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
19
f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Wawan dan Dewi, 2010),
yakni:
a. Faktor internal
1) Umur
Menurut Hunclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal
ini akan sebagai bentuk dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Menurut YB Mantra pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
maka makin mudah menerima informasi.
3) Pekerjaan
Menurut Thomas pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
20
waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga. ( Wawan dan Dewi M, 2010 P.16-17).
b. Faktor eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang
ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2. Tehnik Menyusui
a. Pengertian
Bayi menghisap secara naluriah akan tetapi pada awalnya
mungkin dia mengalami kesulitan menemukan puting ibunya. Cara
menolong yang paling mudah adalah dengan menempelkan pipinya ke
payudara. Lalu masukkan puting ke mulut bayi. Pastikan bayi
menghisap seluruh area gelap dari payudara (areola) dan hanya bukan
puting saja. Ibu dapat melancarkan aliran air susu dengan cara
menekan-nekan areola. Untuk menghentikan hisapan, masukan sebuah
jari di sudut mulutnya atau dorong dagunya ke bawah perlahan-lahan
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Biasanya bayi berhenti menghisap
lalu melepaskan puting setelah merasa kenyang. Air susu keluar
dengan banyak selama beberapa menit awal menyusui tetapi bayi akan
21
terus menhisap beberapa saat lagi. Selesai menghisap payudara
tersebut, pindahkan dia ke payudara yang satu lagi sampai selesai
menyusui. Di sesi menyusui berikutnya, mulailah dari payudara
terakhir tempat menyusu sebelumnya, dan berakhir di payudara
satunya. Dengan demikian, bayi menerima air susu dalam volume
yang sama dari setiap payudara setiap hari. Ibu pun terhindar dari
pembengkakan payudara akibat terlalu penuh dengan air susu.
b. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan
pada puting dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lenkung siku ibu (kepala tidak boleh
mengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan) .
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satu didepan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
22
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menipang dibawah, jangan menekan puting susu.
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara :
a) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b) Menyentuh sisi mulut bayi
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke
mulut bayi, sehinggaputing susu berada dibawah langit-langit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara.
Posisi salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting
saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat
dan puting lecet.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
atau disangga. ( Kritiyanasari, 2009 p.40-44)
c. Menyusui Dan Cara Menyusui Yang Benar
Menyusui adalah sala satu komponen dari proses reproduksi yang
terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan,menyusui, dan
penyapihan. Jika semua komponen berlangsung dengan baik, proses
menyusui akan berhasil. (Prawirohardjo, 2008 p.375).Setiap ibu
23
menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui
yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun
SDM yang berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-
satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi
pada enambulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang
benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun
spiritual yang baik dalam kehidupanya (Saleha, 2009 p.28).
Pemberian ASI atau menyusui hendaknya dilakukan seketika
setelah bayi baru lahir atau yang dikenal sekarang adalah dengan nama
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adapun proses menyusui yang baik dan
benar adalah sebagai berikut:
1) Cara Menyusui yang Benar
a) Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
b) Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola.
c) Ibu berada pada posisi yang rileks dan nyaman.
d) Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya
Empat hal yang pokok, yakni:
(1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
(2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan
hidungnya kearah puting susu.
(3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu
24
(4) Untuk BBL: ibu harus menopang badan bayi bagian
belakang, di samping kepala dan bahu.
(5) Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas,
sedangkan jari yang lainnya menopang bagian bawah
payudara, serta gunakanlah ibu jari untuk membentuk
puting susu demikian rupa sehingga mudah memasukannya
ke mulut bayi.
e) Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara:
menyentuhkan bibir bayi ke puting susu atau dengan cara
menyentuh sisi mulut bayi..
f) Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
g) Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakan bayi segera ke
payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang
digerakan ke mulut bayi.
h) Arahkanlah bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga
dagu bayi menyentuh payudara.
i) Perhatikanlah selama menyusui itu
2) Ciri-ciri bayi menyusu yang benar
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut ibu
c) Dagu bayi menempel pada payudara
d) Mulut bayi terbuka cukup lebar
e) Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
25
f) Areola yang kelihatan lebih luas dibagian atas daripada bagian
bawah mulut bayi
g) Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam hisapanya, lembut dan
tidak ada bunyi
h) Puting susu tidak merasa nyeri
i) Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus
j) Kepala bayi tidak pada posisi tengadah (Suherni, Widyasih,
Rahmawati,2009 p.48-49).
3) Masalah menyusui pada masa nifas dini
Ketika ibu menyusui bayinya, ia akan mengalami masalah-
masalah tertentu diantaranya ialah:
a) Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera
hilang.
Cara menangani:
(1) Pastikan posisi menyusui sudah benar.
(2) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit, guna
membantu mengurangi sakit pada puting susu sakit.
(3) Segeralah setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di
puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa
waktu sampai puting susu kering.(Kristiyanasari, 2009 p.54)
26
b) Puting susu lecet
Terkadang, puting payudara ibu terasa perih karena lecet. Untuk
mengatasi hal ini, ibu bisa melakukan berbagai tindakan berikut:
(1) Ibu mulai menyusui bayi menggunakan puting payudara yang
tidak lecet.
(2) Ibu menyusui bayi sebelum ia merasa lapar.
(3) Ibu tidak membersihkan puting payudara menggunakan sabun
atau alkohol.
(4) Ibu menyusui bayi dengan posisi yang tepat
(5) Ibu berupaya agar bayi mengisap puting payudara hingga
areola
(6) Ibu melepas mulut bayi dari puting payudara secara perlahan.
(7) Mengajarkan pada ibu cara melepas isapan bayi: jari
kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
dagu ditekan kebawah.
(8) Ibu mengeluarkan sedikit ASI untuk dioleskan pada puting
payudara setelah menyusui bayi.
(9) Ibu membiarkan puting payudara mengering terlebih dahulu
sebelum mengenakan bra.
(10) Bila puting susu yang lecet tidak sembuh dalam seminggu,
hendaknya ibu berkonsultasi dengan dokter.(Prasetyono, 2009
p.184)
27
c) Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa
penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke
payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam jumlah
banyak.
Penyebab bengkak:
(1) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah.
(2) Produksi ASI berlebihan.
(3) Terlambat menyusui.
(4) Pengeluaran ASI yang jarang.
(5) Waktu menyusui yang terbatas
Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:
(1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras.
Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam.
(2) Payudara bengkak: payudara oedema, sakit, puting susu
kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila
diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah
24 jam.
Untuk mencegah maka diperlukan: menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui “on demand”. Bayi harus sering
lebih disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.(
Kristiyanasari, 2009 p.56).
28
Boleh jadi, payudara ibu bengkak dan puting payudaranya
terasa nyeri. Untuk mengatasi keadaan ini, ibu dapat menerapkan
cara-cara berikut:
(1) Ibu jangan berhenti menyusui bayi
(2) Ibu mengeluarkan ASI dengan cara manual atau menggunakan
pompa susu
(3) Ibu mengompres bagian puting yang terasa nyeri
menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa sakit
(4) Ibu memeriksakan payudaranya guna mengetahui adanya
kemungkinan timbulnya suatu penyakit
(5) Ibu melakukan relaksasi mulai dari puting payudara kearah
pangkal payudara.(Prasetyono, 2009 p.185)
d) Mastitis atau Abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara
menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,
suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas
1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran
susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
diisap/dikeluarkan atau penghisapan yang tak efektif. Dapat juga
karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena
baju/BH.
29
Tindakan yang dapat dilakukan:
(1) Kompres hangat/panas pemijatan
(2) Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit
yaitu stimulasi puting susu, pijat leher punggung dan lain-lain
(3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama
7-10 hari.
(4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri.
(5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah.(Kristiyanasari, 2009 p.57-58)
e) Beberapa Kelainan dan Masalah Dalam Menyusui
Payudara mempunyai posisi yang sangat penting dalam
proses menyusui. Sejak hamil, payudara memposisikan dirinya
dengan berbagai perangkat yang membuatnya siap untuk
menyalurkan ASI dari gudang ke bayi melalui puting. Meskipun
bentuk, warna, ukuran setiap wanita belum tentu sama, tapi
mekanisme kerja ASI setiap wanita tidak berbeda. Karenanya,
setiap payudara berhak dirawat dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa masalah yang berhubungan
dengan payudara:
(1) Puting lecet
Kerap terjadi pada ibu menyusui. Penyebabnya tak lain karena
teknik menyusui yang salah. Anak bukannya menghisap
30
sampai areola mammae, tapi hanya di bagian puting.
Akibatnya puting jadi mudah lecet. Bisa juga karena kesalahan
teknik melepaskan puting dari mulut bayi usai menyusui. Yang
sering terjadi, ibu melepas puting dari mulut bayi dengan
menarik puting itu.jika mulut bayi masih kuat tertanam di
puting ibu, tarikan itu membuat puting jadi sakit dan lecet.
(2) Payudara bengkak
Penyebabnya tak lain karena pengeluaran ASI yang tidak
lancar. Biasanya karena bayi tak cukup sering menyusu atau
bayi malas menyusu sehingga ASI bertumpuk di payudara ibu
dan mengakibatkan bengkak. Pembengkakan tidak selalu
terjadi pada kedua belah payudara. Bisa saja hanya pada salah
satunya.
(3) Puting masuk ke dalam
Banyak dijumpai pada ibu menyusui. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui secara pasti. Mungkin juga bawaan
dari bentuk payudara sejak lahir. Tentu saja, bentuk puting
demikian akan menyulitkan bayi menyusu.
(4) Saluran tersumbat
Saluran tersumbat atau ASI membeku biasanya mengakibatkan
benjolan lokal di salah satu payudara, sementara bagian yang
lain tidak. Misalnya ada benjolan di atas atau bawah payudara.
31
Mungkin saja saat menyusui, ada sedikit ASI yang tersumbat
sehingga lama kelamaan ASI akan tersumbat.
(5) Mastitis atau infeksi payudara
Ciri-ciri payudara yang terkena infeksi adalah payudara
membengkak, merah, dan terasa nyeri. Mastitis biasanya
merupakan kelanjutan dari payudara yang membengkak dan
tersumbat lokal yang tidak ditangani tuntas. Jadi, bengkak dulu
atau ada benjolan dulu, baru terjadi mastitis.
(6) Payudara abses
Bila mastitis ditangani terlambat atau tidak ditangani dengan
baik, bisa mengakibatkan payudara abses. Sebetulnya mastitis
sendiri tak terlalu masalah, tapi karena terlambat diobati
akhirnya menyebabkan abses. Misalnya, ASI jadi “basi”
sehingga tumbuh kuman yang mengakibatkan abses. Jadi
sudah abses, bayi tidak boleh menyusu. Sebab mungkin saja
ASI tercampur nanah dati abses. Abses bisa terjadi disekitar
puting dan juga diseluruh payudara. (Rosita, 2008 p.41-47)
32
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Menurut modifikasi A. Wawan dan Dewi. L (2010)
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Faktor internal
Faktor eksternal
Pengetahuan Ibu Nifas
Pendidikan
Pekerjaan
umur
Lingkungan
Sosial Budaya
pengetahuan
Pengetahuan Teknik menyusui yang benar
Teknik Menyusui
yang Benar