BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diarerepository.ump.ac.id/2347/4/ESTI WARDANI BAB II.pdf ·...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran tinja yang abnormal, lebih dari 3 x/hari dan pada neonatus lebih dari 4 x/hari, perubahan yang terjadi diantaranya adalah peningkatan volume, keenceran, frekuensi feses, disertai lendir darah atau tidak (Hidayat, 2011). Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dalam sehari, disertai atau tanpa darah atau lendir dalam feses (Sodikin, 2011). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya, disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/lendir (Suraatmaja, 2005). Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal, lebih dari tiga kali sehari untuk orang dewasa sedangkan neonatus bisa terjadi lebih dari empat kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir. B. Diare Pada Anak Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia terutama terjadi pada anak- anak. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak. Dari penyebab utama kematian yang terjadi karena diare, yaitu adanya 5 Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diarerepository.ump.ac.id/2347/4/ESTI WARDANI BAB II.pdf ·...

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Diare

    Diare adalah pengeluaran tinja yang abnormal, lebih dari 3 x/hari dan

    pada neonatus lebih dari 4 x/hari, perubahan yang terjadi diantaranya adalah

    peningkatan volume, keenceran, frekuensi feses, disertai lendir darah atau

    tidak (Hidayat, 2011). Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dalam

    sehari, disertai atau tanpa darah atau lendir dalam feses (Sodikin, 2011). Diare

    adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih

    dari biasanya, disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

    dengan/tanpa darah dan/lendir (Suraatmaja, 2005).

    Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak

    normal, lebih dari tiga kali sehari untuk orang dewasa sedangkan neonatus

    bisa terjadi lebih dari empat kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat

    disertai atau tanpa disertai darah atau lendir.

    B. Diare Pada Anak

    Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di

    negara-negara berkembang, khususnya Indonesia terutama terjadi pada anak-

    anak. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada

    anak. Dari penyebab utama kematian yang terjadi karena diare, yaitu adanya

    5

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui

    feses (Sodikin,2011).

    1. Etiologi

    Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu;

    a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang

    merupakan penyebab utama kematian pada anak. Infeksi enteral itu

    meliputi:

    1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,

    Campy lobacter, Yerxina, Aeromonas dan sebagairrya.

    2) Infeksi virus: Enteroovirus, Retavirus, Astrovjrus, dan lain- lain.

    3) Infestasi parasit: Cacing (Askaris, Trichhiris, Oxyyuris, Strongy

    Loides).

    4) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

    pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringits,

    bronkopmumonia, Emefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

    terutama terjadi pada snak dibawah usia 2 tahun.

    b. Faktor malabsorbsi

    1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa

    dan sukrosa), monosakarida (intoleransi laktosa, fruktosa dan

    sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah

    intoleransi laktrosa.

    2) Malabsorbsi lemak dan malabsorbsi protein.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • 3) Faktor makanan: makanan basi, beracun dan alergi terhadap

    makanan.

    4) Faktor psikologis: Rasa takut dan cemas (Hassan, dkk 2007).

    2. Patofisiologi

    Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

    a. Kehilangan air (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada

    pemasukan air (input).

    b. Gangguan keseimbangan asam-basa

    Asidosis metabolik ini terjadi karena, kebilangan Na-bikarbonat

    bersama tinja, adanya ketosis kelaparan, terjadi penimbunan asam

    laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang

    bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal

    (terjadi oliguria/anuria), pemindahan ion Na dan cairan ekstraseluler

    ke dalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat diketahui

    dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur,

    dan dalam, yang disebut pernafasan kuzhmaull (Suraatmaja, 2005).

    3. Gejala Klinis

    Mula-muta bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

    biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

    timbul diare. Tinja cair atau mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna

    tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur

    dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin

    banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat

    diabsorbsi usus selama diare (Hassan, dkk 2007),

    4. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare adalah

    penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deptesi elektrolit. Adanya

    demam menunjukan infeksi species Salmonella, Shigella, atau

    Kompilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus

    dilakukan, Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat peradangan

    rektal, jika ada dan mendapatkan feses untuk dilakukan pemeriksaan

    (Sodikin, 2011),

    5. Penatalaksanaan

    Menurut Hidayat (2011), pada kejadian diare menyebabkan banyak

    terjadinya kehilangan cairan melalui feses, untuk penatalaksanaanya

    sendiri yaitu melalaikan rehidrasi pada pasien diare. Tindakan rehidrasi ini

    dilakukan berdasarkan tingkatan atau derajat dehidrasi, apabila terjadi

    dehidrasi ringan sampai sedang dapat dilakukan rehidrasi secara oral

    dengan memberikan pedialyte atau renalite kemudian meningkat ke

    makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi, dan ASI. Rehidrasi

    dibagi menjadi 2 tipe cairan, yaitu cairan formula lengkap yang

    mengandung NaC, NaHCO3KCL, dan glukosa. Yang dikenal dengan nama

    oralit- Kemudian adalah formula sederhana yang hanya mengandung NaCl

    dan sukrosa (garam dan gula) atau karbohidrat lainya. Pada dasarnya,

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan

    pemberian sebagai berikut;

    a. Dehidrasi ringan: 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125

    ml/kgBB/hari.

    b. Dehidrasi sedang: 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125

    ml/kgBB/hari.

    c. Dehidrasi berat: dapat ditihat pada rincian sebagai berikut;

    1) Bayi Baru Lahir

    Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml: 250 ml/kg BB/24 jam

    dengan pemberian cairan 4 : 1 (4 glukosa 5 % + 1 NaHCO3 1 ½

    %) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kk BB/ jam

    berikutnya 150 ml/kgBB/20jam.

    2) Bayi Berat badan Lahir Rendah (Barat Badan < 2 kg)

    Kebutuhan cairan: 250 ml/kg BB/24 jam, pemberian cairan adalah

    4 glukosa 10 % + NallCO3 1 ½ %, dengan pemberian 4 jam

    pertama 25 ml/kk BB/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kk BB/20

    jam.

    3) Usia 1 Bulan-2 Tahun (Berat Badan 3-10 kg)

    Cara pemberiannya adalah 1 jam pertania 40 ml/kg BB/jam

    kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/menit dan 16

    jam kemudian 125 ml/kgBB.

    4) Usia 2-5 Tahun (Berat Badan 10-15 kg)

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam

    kemudiaan dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg BB/menit dan

    16 jam kemudian 125 ml/kg BB/kgBB.

    5) Usia 5-10 Tahun (Berat Badan 1 -25 kg)

    Cara pemberianya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam

    kemudian dilanjutkan 7 jam berjkutnya 10 ml/kg BB/menit dan 16

    jam kemudian 125 ml/kg BB.

    a) Melakukan pemantauan atau observasi terhadap jumlah cairan

    yang masuk dan keluar (mengukur status hidrasi), seperti

    turgor kulit, muntahan, membran mukosa, berat badan, mata,

    dan ubun-ubun besar,

    b) Memantau adanya renjatan hipovolemik, seperti denyut jantung

    atau nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun dan

    kesadaran menurun.

    c) Pantau adanya tanda asidosis metabolite

    d) Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai hal-hal

    yang menyebabkan kurangnya volume cairan dan faktor yang

    menyebabkan terjadinya diare.

    e) Antibiotik hanya diberikan apabila ada penyebabnya yang

    jelas, seperti kolera maka diberikan tetrasiklin 25-50 mg/ kg

    BB/hari atau antibiotik lainya sesuai dengan jenis

    penyebabnya.

    f) Obat antisekresi seperti asetosal, klorpomazin.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • g) Memberikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang

    mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin atau

    selama diare perlu ditambahkan jumlah kalori sebanyak 30 %

    protein 3-5/kg BB/hari yang pada uraumnya adalah 2,5 g/kg

    BB/hari.

    h) Pada bayi, pertahankan pemberian ASI atau Iakukan pemberian

    pengganti air susu (bagi yang tidak minura ASI), tetapi lakukan

    pengenceran, seperti pada pemberian pengganti air susu ibu

    (PASI) pada hari pertama diencerkan 1/3, hari kedua 2/3.

    Apabila defekasi membaik, maka berikanlah secara penuh

    sesuai dengan ketentuan PASI. Adapun yang dianjurkan adalah

    susu dengan kadar laktosa rendah.

    i) Memberikan makanan dengan mempertimbangkan usia, berat

    badan, dan kemampuan menerima pada anak, seperti pada anak

    usia 1 tahun dan sudah makan bisa dianjurkan makan bubur

    tanpa sayuran dan hidrasi atau kurangi makanan yang

    mengandung banyak lemak dengan ketentuan pemberian: Pada

    hari ke 3 setelah rehidrasi berikan makanan per oral dengan

    bergantian dengan oralit, pada hari ke 2-4 diberikan susu

    formula rendah laktosa penuh. Apabiala defekasi membaik,

    makanan bisa dapat diberikan sesuai dengan usia.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Melakukan pemantauan dan pengukuran status gizi atau tanda

    kecukupan nutrisi, seperti berat badan, turgor kulit, bising usus,

    kemampuan menelan, dan jumlah asupan.

    j) Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang bagaimana

    mencegah rnakanan yang dapat menyebabkan diare, cara

    mensteril botol susu dan hygiene lingkungan,

    k) Melakukan penggantian popok dan mengkajinya setiap saat

    setelah buang air besar atau kecil.

    l) Memberikan salep pelumas pada daerah rektum dan perinium.

    m) Mengajarkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan atau

    hygiene pada daerah sekitar rektum dan perinium serta cara

    mengganti popok atau memberikan salep pelumas.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Pathway Keperawatan

    Sumber : Suriadi & Yuliani R (2001), Ngastiyah (2005)

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • C. Kosep Tumbuh Kembang Usia Todller Dan Efek Hospitalisasi Pada

    Anak

    Menurut Wong, et al dan Schwartz (2009), membagi perkembangan

    anak menjadi 5 tahap yang secara berurutan dilewati oleh setiap individu

    dalam perkembangan menuju kedewasaan yaitu, fase bayi, fase todler, anak

    prasekolah, anak usia sekolah, dan remaja.

    Dibwah ini akan dijelaskan konsep tumbuh kembang anak dan efek

    hospitalisasi yang sesaui dengan pasien kelolaan penulis yaitu An. C, dimana

    pasien berdasarkan pengkajian yang dilakukan, berusia 7 bulan. Dengan

    demikian pasien An. C masuk dalam kriteria fase tumbuh kembang todller,

    adapun penjelasanya adalah sebagai berikut.

    a. Fase todller

    Menurut Wong et al (2009), todller sudah berusaha mendapatkan

    autonominya, dan tujuan ini sudah terlihat dalam sebagaian besar prilaku

    mereka, seperti ketrampilan motorik, bermain, hubungan interpersonal,

    aktifitas harian dan komunikasi. Pada saat kesenangan egosentrik mereka

    mengalami hambatan, maka todller akan bereaksi secara negativisme,

    terutama temper tantrum. Adanya pembatasan gerak, seperti tindakan

    sederhana membuat todller berbaring, dapat menyebabkan resistensi yang

    kuat dan ketidakpatuhan.

    Pengalaman hospitalisasi atau sakit sangat membatasi harapan dan

    daya prediksi mereka, karena secara praktis setiap detail lingkungan rumah

    sakit sangat berbeda dengan yang ada di rumah. Area utama todller dalam

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • hal ritual mencakup makan, mandi, toileting dan bermain. Jika rutinitas

    mereka terganggu maka dapat terjadi kesulitan di salah satu atau semua

    area tersebut. Ketergantungan yang harus dipatuhi merupakan ciri utama

    dari peran sakit dan berperan pada berbagai contoh negatifisme todler.

    Sebagai contoh, jadwal yang kaku, pakaian yang berbeda, perubahan

    aktifitas pengasuhan, lingkungan yang tidak dikenal, perpisahan dengan

    orang tua, dan prosedur medis mengambil kendali todler terhadap

    dunianya

    b. Efek hospitalisasi pada anak

    Menurut Wong et al (2009), penyakit dan hospitalisasi sering kali

    menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak, terutama

    pada tahun-tahun awal sangat rentan terhadap krisis penyakit dan

    hospitalisasi, yang disebabkan karena stres akibat perubahan dari keadaan

    sehat biasa dan rutinitas lingkungan, dan anak juga memiliki jumlah

    mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan adanya stresor

    (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stresor yang utama dari

    hospitalisasi ialah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri.

    Reaksi anak dari krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal

    diantaranya adalah usia, pengalaman mereka dan sebelumnya dengan

    penyakit, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang ada.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • D. Kebutuhan Cairan Tubuh

    “ Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga

    kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh

    adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan

    cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan

    tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat

    tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-

    partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan

    dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan

    intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh" (Siswanto, 2006).

    Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang

    normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.

    Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang

    lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainya.

    Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan

    cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel

    di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di

    luar sel (Siswanto. 2006).

    Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan

    umur, dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini:

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Tabel 2,1 Kebutuhan cairan pada bayi dan anak

    Umur

    Berat Badan

    Air per kg BB dalam 24 jam (ml)

    3 hari 10 hari 3 bulan 6 bulan 9 bulan 1 tahun 2 tahun 4 tahun 6 tahun

    3,0 3,2 5,4 7,3 8,6 9,5 11,8 16,2 20,0

    800-100 125-150 140-160 130-155 125-145 120-135 115-125 100-100 90-100

    (Sumber: Behrman et al, 1996, dalam Hidayat, 2005).

    E. Kekurangan Volume Cairan Akibat Diare

    Menurut Wilkinson (2007), “kekurangan volume cairan adalah

    keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial,

    dan atau intrasel”. Dampak dari kurangnya volume cairan pada anak yang

    disebabkan karena diare yaitu: Terjadinya tanda-tanda dehidrasi; Berat badan

    mulai turun, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

    tampak kering (Hassan, dkk 2007). Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat

    atau banyaknya kehilangan cairan, Apabila dilihat dari banyaknya cairan yang

    hilang derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan

    (Noerrasid et al 1988, dalam Sodikin, 2011). Berdasarkan kehilangan berat

    badan, dehidrasi terbagi menjadi empat katagori yaitu, tidak ada dehidrasi bila

    terjdi penurunan berat badan 2,5 %, dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan

    berat badan 2,5-5 %, dehidrasi sedang terjadi bila penurunan berat badan 5-10

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • %. sedangkan dehidrasi berat terjadi bila penurunan berat badan 10 %

    (Sodikin, 2011).

    Untuk menilai derajat dehidrasi dan rencana pengobatan karena diare, berikut

    ini dapat dilihat dari tabel penilaian derajat dehidrasi di bawah ini:

    Tabel 2.2. Penilaian drajat dehidarasi dan rencana pengobatan

    Kolom A Kolom B Kolom C Kolom D 1 Anamnesis

    Frekuensi Muntah Haus Kencing

    < 4x Sehari Tidak ada atau sedikit tidak ada Tidak ada Normal

    4-10x sehari Kadang-kadang haus Haus Sedikit pekat

    >10x sehari Sering sekali Sangat haus atau tidak bisa minum Tidak kencing selama 6 jam

    Lebih dari 3 minggu (diare kronik)

    2 Insppeksi keadaan umum Air mata Mata Mulut, lidah Nafas

    Baik Ada Normal Basah Normal

    Jelek, menagntuk atau gelisah Tidak ada Cekung Kering Lebih cepat

    Tidak sadar atau gelisah Tidak ada Sangat cekung dan kering Sangat kering Sangat cepat dan dalam

    3 Palpasi kulit Turgor Nadi Ubun-ubun

    Cepat kembali Normal Normal

    Kembali pelan Normal/cepat Cekung

    Sangat pelan Sangat, cepat lemah Sangat cekung

    4 Suhu badan Panas tinggi > 38oC

    5 Berat badan Kehilangan 10%

    6 Kesimpulan

    Dehidrasi (-) Rencana A

    2 tanda atau lebih Dehidrasi ringan/sedang Rencana B

    2 tanda atau lebih dehidrasi berat Rencana C

    Tinja darah/lendir + panas Antibiotika

    (Sumber: Suraatmaja, 2005).

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Berdasarkan teori-teori dari para ahli yang ada dan menggabungkan

    dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien kelolaan, yaitu An. C. Penulis

    menyimpulkan bahwa pasien An. C termasuk dalam kriteria dehidrasi sedang

    karena kehilangan cairan secara aktif akibat diare. Penyebab dari kekurangan

    volume cairan dapat disebabkan karena kehilangan cairan aktif, kegagalan

    mekanisme regulasi (NANDA, 2012). Selain itu kekurangan volume cairan

    juga bisa disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat (Wilkinson,

    2007). Setelah tubuh mengalami kekurangan volume cairan maka akan terjadi

    tanda dan gejala sebagai berikut:

    Menurut NANDA (2012), batasan karekteristik masalah keperawatan

    kekurangan volume cairan adalah Perubahan pada status mental, penurunan

    turgor kulit, penurunan turgor lidah, penurunan haluaran urin, penurunan

    pengisian vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu

    tubuh, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan berat badan tiba-tiba. Dari

    tanda-gejala atau bafasan karakteristik kekurangan volume cairan seperti yang

    di sebutkan di atas, untuk penatalaksanaan keperawatan kekurangan volume

    cairan adalah: Pantau warna. jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan,

    Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit

    (misalnya diare), pantau status rehidrasi (misalnya, kelembaban membran

    mukosa, keadekuatan nadi), identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi

    terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya, obat-obatan, demam, stres,

    dan program pengobatan), berikan terapi intravena, sesuai dengan anjuran

    (tindakan kolaboratif) (Wilkinson, 2007)

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • F. Fokus Intervensi Keperawatan

    1. Pengkajian

    a. Keluhan utama: BAB cair , lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia,

    badan panas.

    b. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x

    c. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman,

    atau lingkungan.

    d. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka

    makan makanan pedas.

    e. Pemeriksaan Fisik

    1) Mulut: mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kering, bibir

    sianosis.

    2) Abdomen: kadang simetris, terlihat pembesaran pada perut kanan

    bawah, kembung, umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah

    yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut, bising usus

    >30x/menit

    3) Anus: terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya

    4) Kulit: Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali

    setelah 1-2 detik

    2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

    a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

    aktif Menurut Wilkinson (2007), kekurangan volume cairan

    berhubungan dengan kehilangan aktif karena diare, tujuan dilakukanya

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • tindakan keperawatan diharapkan volume cairan akan teratasi,

    dibuktikan dengan rehidrasi yang adekuat, memiliki asupan cairan oral

    dan/atau intrvena yang adekuat. Dengan kriteria hasil tidak ada tanda-

    tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, tidak ada rasa haus yang

    berlebihan.

    Indikator skala: 1. keluhan extrim, 2, Keluhan berat, 3, Keluhan

    sedang, 4. Keluhan ringan, 5. Tidak ada keluhan,

    Intervensi: Timbang popok jika diperlukan, pertahankan catatan

    intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (kelembaban

    membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika

    diperlukan, monitor vital sign, monitor masukan makanan atau cairan,

    dorong masukan oral

    Menurut Wong (2004), diagnosa keperawatan kurang volume

    cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan melalui feses

    atau emesis.

    Sasaran pasien 1: Pasien menunjukan tanda-tanda rehidrasi dan

    rnempertahankan hidrasi adekuat. Hasil yang diharapkan: Anak

    menunjukan tanda-tanda hidrasi yang adekuat

    Intervensi keperawatan/rasional: Beri rehidrasi larutan oral (LRO)

    untuk rehidrasi sebagai pengganti kehilangan cairan melalui feses,

    berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat

    dan muntah, beri agen antimikroba sesuai ketentuan untuk mengobati

    patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan,

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi, karena

    penelitian menunjukan pemberian diet normal secara dini bersifat

    menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasl dan penurunan

    berat badan serta pemendekan durasi penyakit, pertahankan pencatatan

    yang ketat terhadap masukan dan keluaran (urin, feses, dan emesis)

    untuk mengevaluasi keefektifan intervensi, timbang berat badan anak

    untuk menkaji dehidrasi, kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran

    mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk

    mengkaji dehidrasi.

    b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien,

    ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna

    makanan

    Menurut Wilkinson (2007), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

    mengabsorbsi nutrien, ketidakmampuan menelan makanan,

    ketidakmampuan mencerna makanan, tujuan dilakukany tindakan

    keperawatan adalah klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

    Kriteria hasil; Adanya peningkatan BB, BB ideal sesuai TB, tidak ada

    tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan BB yang berarti,

    mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

    Indikator skala: 1. Keluhan extrim, 2. keluhan berat, 3, keluhan

    sedang, 4. keluhan ringan, 5, keluhan tidak ada.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • Intervensi: Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi

    untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,

    Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, anjurkan pasien untuk

    meningkatkan protein dan vitamin c, berikan subtansi gula, berikan

    makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi),

    berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, kaji kemampuan pasien

    untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

    Menurut Wong (2004), diagnosa keperawatan perubahan nutrisi

    kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehitangan cairan

    melalui diare, masukan yang tidak adekuat. Sasaran pasien (orang lain)

    1: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan

    berat badan yang sesuai dengan usia, Hasil yang diharapkan: Anak

    mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukan penambahan

    berat badan yang memuaskan.

    Intervensi keperawatan/rasional: Setelah rehidrasi, instruksikan ibu

    menyusui untuk melanjutkan pemberian AST Karena hal ini cenderung

    mengurangi kehebatan dan durasi penyakit, observasi dan catat respon

    terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi pemberian

    makanan, instruksikan keluarga dalam pemberian diet yang tepat untuk

    meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.

    c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lembab karena diare

    Menurut Wilkinson (2007), kerusakan integritas kulit berhubungan

    dengan lembab karena diare, setelah dilakukan tindakan keperawatan

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • diharapkan tidak terjadi warna kemarahan pada kulit sekitar anus.

    Dengan kriteria hasil; Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

    (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada luka

    lesi, perfusi jaringan baik.

    Indikator skala: 1. Keluhan ekstrim, 2, ketuhan berat, 3. keluhan

    sedang, 4. keluhan ringan, 5. tidak ada keluhan.

    Intervensi: Anjurkan pasien dan keluarga untuk menggunakan

    pakaian yang longgar, hindari kerutan pada tempat tidur, jaga

    kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, monitor kulit akan

    adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah

    yang kemerahan, memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

    d. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi

    Menurut Wilkinson (2007), resiko infeksi berhubungan dengan

    proses inflamasi, tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

    diharapkan resiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil: Pasien

    bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas

    normal. Indikator skala: 1. Tidak pernah menunjukan, 2. jarang

    menunjukan, 3. kadang-kadang menunjukan, 4. sering menunjukan, 5.

    selalu menunjukan.

    Intervensi: Bersihkan lingkungan setelah dipakai orang lain,

    gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan, cuci tangan setiap

    sebelum dan setelah tindakan keperawatan, lakukan perawatan

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  • antiseptik pada semua jalur intra vena, tingkatkan intake nutrisi,

    berikan terapi antibiotik bila diperlukan.

    Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013