BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatanrepository.umtas.ac.id/46/4/BAB II NADYA RATIH...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatanrepository.umtas.ac.id/46/4/BAB II NADYA RATIH...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah upaya yang dilakukan untuk mendorong
terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok, komunitas, atau masyarakat
dan ras. Tujuan dari penyuluhan kesehatan ini adalah hidup dan kehidupan manusia
yang berkualitas dan bermanfaat. (Mubarak,2012, Maulana, 2009)
2. Metode Pendidikan kesehatan
Promosi Pendidikan kesehatan dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu
(Notoatmidjo, 2010):
a. Metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh pembicara didepan sekelompok
pengunjung. Ceramah adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada
sasaran pengajar.
b. Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan oleh lebih ari tiga orang
tentang topik tertentu dengan seorang ketua.
c. Metode panel
Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan didepan pengunjung tentang
sebuah topik dan diperlukan lebih dari tiga panelis serta diperlukan seorang ketua.
3. Media Pendidikan kesehatan
Terdapat banyak media untuk membantu dalam penyampaian Pendidikan
kesehatann, seperti :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
8
a. Media cetak, dapat berupa : leaflet, booklet, foto, lembar balik (flift chart),
surat kabar, majalah, poster, jurnal.
b. Metode elektonik, dapat berupa : televisi, radio, video, slide power point,
film strip, dll
c. Media papan (billboard)
Pada umunya bentuk apapun media untuk penyampaian Pendidikan kesehatan
baik melalui panca indra, panca indra memiliki pengaruh terhadapp hasil belajar
seseorang, 1% melalui rasa, 2% melalui sentuhan, 3% melalui indra penghirup, 11%
melalui indra pendengaran dan 83% melalui indra penglihatan. Setiap manusia akan
melakukan dengan baik ketika mempergunakan lebih dari satu indranya. Selain itu
seseorang dapat mengingat lebih baik melalui : 10% membaca, 20% yang didengar,
30% yang dilihat, 50% melalui yang mereka dengar dan dilihat, 80% melalui yan
diucap, dan 90% melalui apa yang diucap dan dilakukan. (Depker RI, 2008)
B. Konsep Skabies
1. Pengertian
Scabies adalah suatu penyakit kulit atau infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei varieta huminis. Di Indonesia scabies sering disebut kudis.
Kudis atau scabies biasanya lebih cenderung menyerang pada lingkungan yang
berpenghuni sesak dan penuh, dan biasanya terjangkit pada individu dengan personal
hygiene buruk (Goland & Levitt, 2012. Handoko, 2009)
2. Etiologi
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei adalah parasit yang termasuk dalam
filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Penyakit
scabies dikenal dari 100 tahun lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
9
acaus scabiei atau pada manusia disebut sarcoptes scabiei varian hominis. (Djuanda,
2010).
3. Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah
endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan
Asia Tenggara. Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh
dunia terjangkit tungau skabies. Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa
prevalensi skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, umur, ataupun kondisi sosial ekonomi. Faktor
primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat,
sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan.
Terdapat bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh terhadap musim
dimana kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada musim dingin dibanding musim
panas. Insiden skabies semakin meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan
pengaruh besar terhadap wabah di rumah-rumah sakit, penjara, panti asuhan, dan
panti jompo. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain:
higiene yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologi. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan
Seksual). (Alexander et all, 2010. Djuanda, 2010)
4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
10
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Kelainan kulit dan
gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. (Djuanda. 2010).
5. Gejala Skabies
Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. Adanya kunikulus (terowongan) pada
tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata 1 centimeter, pada ujung terowongan ditemukan papula
(tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). (Djuanda, 2010).
6. Manifestasi klinis
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies, dimana diagnosis dapat ditegakkan
dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut atau menemukan tanda kardinal
ke 4 yaitu sebagai berikut (Djuanda, 2010).
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena akti-itas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier ).
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
11
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan. Berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustula, ekskoriasi, dan lain-lain).
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang
tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong,
genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
7. Klasifikasi Skabies
Adapun bentuk-bentuk khusus skabie yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai
berikut (Sunaryanto, 2009).
a. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroidsehingga gejala
dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap adadan penularan masih bisa
terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesiluas dan mirip penyakit lain.
c. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada
nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah
diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga
dapat ditemukan di daerah wajah.
e. Skabies pada orang tua
Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan karena
sedikitnya perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal yang dirasakan
mungkin akan diarahkan penyebabnya ke senile pruritus, xerosis, obat, dan
penyebab psikis lainnya.
f. Skabies norwegia
Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertaidistrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa
gatal pada penderita skabies norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Skabies norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
g. Skabies pada penderita HIV/AIDS
Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies papular
atipikal. Karena manifestasi klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali
mengalami keterlambatan dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran
ke sekitarnya.
h. Skabies di daerah kulit kepala
Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika seandainya terjadi
maka akan menyertai atau memicu terjadinya dermatitis seborrhoik. Skabies di
kulit kepala dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua, penderita AIDS,
dan pasien dengan dermatomyositis.
i. Skabies bullosa
Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-anak namun sangat
jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada orang dewasa, maka
gambarannya sulit dibedakan dengan pemphigoid bullosa.
8. Penularan Skabies (Djuanda, 2010).
a. Kontak langsung (kulit dengan kulit) Penularan skabies terutama melalui kontak
langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada
orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-
anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
b. Kontak tidak langsung (melalui benda) Penularan melalui kontak tidak langsung,
misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan
mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir
menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan
skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
9. Komplikasi Skabies (Harahap, 2008)
Bila scabies tidak diobati selama beberapa minggu dapat menimbulkan :
a. Dermatitis akibat garukan.
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan
furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulofritis.
d. Dermatitis irita dapat timbul karena penggunaan antiskabies yang berlebihan, baik
pada terapi atau pemakaian yang terlalu sering.
e. Furunkel atau bisul yaitu infeksi yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutan disekitarnya.
f. Foliklitis yaitu peradangan pada selubung akar ratmbut.
10. Pencegahan Skabies
Pencegahan scabies dapat dimulai dari hidup bersih dan sehat, seperti mencuci
benda yang dapat dicuci seperti handuk, baju, celana dan lainnya. Dicuci
menggunakan air bersih dan detergen.
Berikut ini adalah cara pencegahan scabies, yaitu :
a. Mandi secara teratur menggunakan sabun mandi.
b. Mengganti dan mencuci pakaian menggunakan detergen.
c. Sering mencuci handuk, sarung bantal, guling, sarung bantal dan guling, selimut
dan yang lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu menggunakan
detergen.
d. Menjemur, alas tidur atau kasur, bantal, guling, minimal 2 kali dalam seminggu
dibawah terik matahari.
e. Menjemur handuk, pakaian dibawah terik matahari.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
f. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
g. Tidak menggunakan selimut, alas tidur dan tidur bersama atau berhimpitan
dengan orang lain
h. Menghindari sentuhan dengan orang-orang atau barang yang dicurigai terinfeksi
tungau scabies.
(Ervandy, 2014. Golant, 2012. Lono, 2019. Muhammad, 2011.)
11. Pengobatan Skabies (Al-Falakh, 2009)
Syarat obat yang ideal adalah :
a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
b. Harus tidak menimbulkan iritasi ataupun toksik.
c. Tidak berbau, kotor dan merusak warna pakaian.
d. Mudah diperoleh
Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarga harus diobati termasuk
penderita.
Berikut adalah obat yang dapat digunakan pada pengobatan scabies :
a. 5% krim permethrin, untuk menghilangkan scabies dan telurnya (untuk anak 2
bulan keatas dan wanita hamil).
b. 25% lotion benzyl benzoate.
c. 5-10% krim crotamiton (tidak boleh digunakan pada anak dan wanita hamil).
d. 1% lotion lindane (tidak untuk anak dibawah 2 tahun, wanita hamil atau
menyusui, lansia, dan orang yang memiliki berat badan kurang dari 50kg).
12. Factor Yang Mempengaruhi Timbulnya Skabies
Menurut Djuanda (2010), skabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
a. Sosial ekonomi yang rendah.
b. Higiene yang buruk.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
c. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas.
d. Kesalahan diagnosis.
e. Perkembangan dermografik serta ekologik.
f. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan yang kurang (Handoko, 2010)
C. Perilaku Pencegahan Skabies
1. Definisi
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungan mulai dari perilaku yang paling nampak sampai tidak nampak,
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar (Notoatmodjo, 2007).
2. Batasan perilaku terhadap pencegahan penyakit scabies
Menurut Skinner (1987) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
lalu organisme tersebut merespon, maka dari itu teori Skinner ini disebut dengan
teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya 2
respon, yaitu:
a. Responden responsa tau reflexyive adalah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan/stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting
stimulation karena dapat menimbulkan respon yang relative tetap. Respon ini
mencakup perilaku emosional seperti menangis saat ada musibah dan
sebagainya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
b. Operant respon/instrumental respon adalah respon yang timbul dan
berkembang lalu diikuti oleh stimulus/rangsangan tertentu. Stimulus semacam
ini disebut reinforcing stimulation, karena memperkuat respon.
3. Jenis perilaku masyarakat
Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu
(Notoatmodjo, 2011, Rifka, 2013):
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (over behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Resppon ini sudah jelas dalam bentuk tindakan/praktik yang dengan
mudah dapat diamati oleh orang lain. oleh sebab itu disebut juga
praktek/tindakan nyata.
4. Proses pembentukan perilaku masyarakat
Perilaku manusia terbentuk karena adanya :
a. Kebutuhan
Maslaow melukiskan manusia sebagai makhluk yang tidak pernah berada
dalam keadaan puas sepenuhnya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
1) Kepuasan hanya bersifat sementara.
2) Kebutuhan rasa aman.
3) Kebutuhan cinta dan memiliki.
4) Kebutuhan rasa harga diri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri.
b. Dorongan motivasi
Kebutuhan dasar manusia merupakan sumber kekuatan yang mendorong
menuju kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak. Dorongan
penggerak ini disebut motivasi. Motivasi bias saja timbul dari dalam diri
individu atau dating dari lingkungan.
Maxwell Maltz (1964), seperti yang disitasi oleh Anggresti (2015) berpendapat
bahwa langkah perubahan perilaku terdiri atas tiga tahap. Ketiga tahapan tersebut,
dibutuhkan waktu minimal 21 hari. Tujuh hari pertama adalah tahapan
menanamkan pengetahuan untuk memengaruhi pola piker. Tujuh hari kedua
adalah tahapan internalisasi untuk menjadikan suatu perilaku yang telah diketahui
sebagai pola sikap atau kebiasaan. Tujuh hari terakhir merupakan tahapan untuk
mengubah pola sikap menjadi budaya baru
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--