BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu 2.1.1. Mutu Pendidikan Kualitas secara umum didefinisikan sebagai ukuran umum relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian, dimana kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk dan kualitas kesesuaian menurut Tjiptono (1996; 2001:2) adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Menurut ISO 9000 kualitas adalah perbedaan anatara karakteristik dan ciri-ciri (features) yang ditentukan pada tingkat yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Quality and effectiveness are concerned with harnessing and developing the inbuilt potentials and qualities people in an institution prossess. Change, development, and effectiveness come from within rather than from without, leading to and building on the empowerment of all participants in an institution. Quality assurance is concerned with people and individual needs (Pineda APM,2013). Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut: a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Mutu Terpadu

2.1.1. Mutu Pendidikan

Kualitas secara umum didefinisikan sebagai ukuran

umum relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri

atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian, dimana

kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk dan

kualitas kesesuaian menurut Tjiptono (1996; 2001:2) adalah

suatu ukuran seberapa jauh suatu produk mampu

memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah

ditetapkan. Menurut ISO 9000 kualitas adalah perbedaan

anatara karakteristik dan ciri-ciri (features) yang ditentukan

pada tingkat yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen.

Quality and effectiveness are concerned with harnessing and developing the inbuilt potentials and qualities people in an institution prossess. Change, development, and effectiveness come from within rather than from without, leading to and building on the empowerment of all participants in an institution. Quality assurance is concerned with people and individual needs

(Pineda APM,2013).

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang

diterima secara universal dari definisi-definisi yang ada

terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen

sebagai berikut:

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan.

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah

(misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas

saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas

pada masa mendatang).

Kualitas merupakan hal yang penting pada setiap

subjek dan objek dalam memberikan kepuasan terhadap

setiap menggunakan.Kualitas memiliki dua kemungkinan

yang mengikat yakni baik dan buruk, sehingga ada sebuah

penilaian dimana kualitas baik dan kualitas buruk.Secara

pengertian telah banyak makna dan definisi-definisi

mengenai kualitas. Diantaranya menurut (Goesth dan Davis

yang dikutip Tjiptono,2004:51) mengemukakan bahwa

kualitas diartikan “sebagai suatu kondisi dinamis dimana

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses

dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa

cara, seperti 1) meningkatkan ukuran prestasi akademik

melalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangkut

kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat

(Scholastic AptitudeTest), sertifikasi kompetensi dan profil

portofolio (portofolio profile), 2) membentuk kelompok sebaya

untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar

secara kooperatif (cooperative learning), 3) menciptakan

kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam

sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap

membuka sekolah pada jam-jam libur, 4) meningkatkan

pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan

materi (mastery learning) dan penghargaan atas pencapaian

prestasi akademik, 5) membantu peserta didik memperoleh

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

pekerjaan dengan menawarkan kursus-kursus yang

berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan,

bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja,

membimbing peserta didik menilai pekerjaan-pekerjaan,

membimbing peserta didik membuat daftar riwayat

hidupnya dan mengembangkan portofolio pencarian

pekerjaan ( Bishop, dlm Nurkolis, 2003: 78-79).

Kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan menerapkan

Total Quality Management (TQM).TQM pertama kali

dikemukakan dan dikembangkan oleh Deming, Paine, dkk

tahun 1982 (Kambey, 2004:34-45; Suryosubroto,

2004:198).TQM dalam pendidikan adalah filosofi perbaikan

terus-menerus di mana lembagapendidikan menyediakan

seperangkat sarana atau alat untuk memenuhi bahkan

melampaui kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan

saat ini dan di masa mendatang. TQM Merupakan suatu

pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba

untukmemaksimumkan daya saing organisasi melalui

perbaikan terus-menerus atas produk,jasa, manusia, proses

dan lingkungan. Namun pendekatan TQM hanya dapat

dicapaidengan memperhatikan karakteristiknya, yaitu : 1)

fokus pada pelanggan baik internal maupun eksternal, 2)

memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, 3)

menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah, 4) memiliki komitmen

jangka panjang, 5) membutuhkan kerja-sama tim (team

work), 6) memperbaiki proses secara berkesinambungan, 7)

menyelenggarakan pendidikan dan latihan, 8) memberikan

kebebasan yang terkendali, 9) memiliki kesatuan tujuan,

dan 10) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Strategi untuk meningkatkan mutu dengan

menggunakan TQM pada mutu peserta didik merupakan

sebuah rangkaian sistem.Sistem perbaikan membutuhkan

sebuah evaluasi. Menurut Tyler (1950) yang dikutip oleh

Suharsini Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:

5), evaluasi program adalah proses untuk mengetahui

apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya

menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971) yang

dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul

Jabar (2009:5), evaluasi program adalah upaya

menyediakan informasi untuk disampaikan kepada

pengambil keputusan. Evaluasi program merupakan proses

pengumpulan data atau informasi yang ilmiah dan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan.

Secara terminologi Kualitas adalah sebuah kata yang

bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus

dikerjakan dengan baik.Aplikasi kualitas sebagai sifat dari

penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama

dari strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan

yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar

ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh (Heizer,

2010:159). Selain itu kualitas adalah kecocokan untuk

pemakaian berorientasi pada pelanggan terkait kepuasan

dan harapan pelanggan (M Lai-Kow Chan, Ming-Lu

Wu,2002:463-497). Kualitas adalah tingkatan dimana suatu

produk atau jasa dapat memenuhi harapan pelanggan yang

menggunakannya (Montgomery, 2005:266).

Manajemen Mutu Terpadu (MMT) merupakan sebuah

kelanjutan dalam perjalanan konsep manajemen untuk

memperbaiki kualitas produk dan memberi kepuasan pada

pelanggan melalui quality control, quality assurance. Dalam

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

konteks pendidikan quality control mendeteksi terjadinya

penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai standar,

standar kualitas sebagai tolak ukur dalam mengetahui

kondisi sekolah. Sedangkan quality assurance merupakan

pekerjaan yang harus segera dilanjutkan dengan demikian

diharapkan proses dapat menghasilkan output yang

memenuhi standar. Dengan demikian dibutuhkan

mekanisme kontrol (checking) agar semua kegiatan yang

dilakukan sekolah terkondisi dengan baik sesuai standar

proses yang ideal. Quality assurance dapat menyakinkan

masyarakat bahwa sekolah senantiasa dan

selalumemberikan pelayanan maksimal kepada seluruh

peserta didik untuk mendapatkan hasil terbaik.

TQM major constant imperative is a concern for standard achievment. TQM is identified as one of the best means in effectively achieving educational goals and objectives. Even those schools that adopted the TQM practices are still faces with challenges such as absence of guiding TQM framework, inadequate human resource and resources, lack of leadership, perception of TQM as a program instead of a culture of continous improvement (Sallis at Suleiman Aden Jamaa;2010:25).

Menurut Saleh (2004:60) menambahkan benchmaking

dalam implementasi TQM merupakan kegiatan untuk

menetapkan standar, baik proses maupun hasil yang akan

dicapai pada periode-periode tertentu. Hal ini sebagai

praktis standar yang direfleksikan dari realitas pada

perilaku mengajar guru, standar yang ditetapkan dengan

merefleksikan seorang yang dikenal baik dalam mengajar

(internal benchmaking) dan refleksi dengan sekolah

menengah yang baik (ekternal benchmaking).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

2.2.2 Manajemen Mutu Pendidikan

Prosedur MMT berdasarkan pemaparan Sallis

(1993:48-49) langkah-langkah penting dalam implementasi

MMT di sekolah yakni sebagai berikut:

1. Rumuskan tujuan yang konstan untuk perbaikan

dalam produk, layanan dengan tujuan agar menjadi

kompetitif.

2. Gunakan filosofi baru. Sekolah tidak akan mampu

berkompetisi jika terus menerima dan memaafkan

keterlambatan, kesalahan atau melahirkan hasil

yang tidak tepat.

3. Berhenti menggunakan pengawasan publik dalam

mencapai kualitas karena pengawasan publik

dilakukan oleh unit inspeksi tidak menjamin

kualitas.

4. Tingkatkan terus kualitas pelayanan dan produk

layanan

5. Lakukan on the job training

6. Tugas manajemen adalah memimpin bukan

mengawasi, pemimpin mendorong kemajuan dalam

proses pelaksanaan pekerjaan agar menghasilkan

layanan dan produk terbaik.

7. Hindari rasa takut bahwa produktivitas pegawai

dipengaruhi oleh perasaan aman ditempat kerja.

8. Atasi kendala antara unit atas departemen

9. Posisikan setiap orang dalam institusi bekerja dan

melaksanakan transformasi.

Menurut Deming (1998) dalam Bonsting (2002:15)

teori scientific management merupakan pekerjaan yang

dimulai dengan plan, do, check atau study , action (PDCA).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Gambar 2.1 Siklus PDCA

Sistem manajemen dimulai dengan suatu

perencanaan (plan) yang ditetapkan masing-masing bagian

yang memuat program yang akan dilaksanakan.

Pelaksanaan program mengacu pada perencanaan yang

telah dibuat. Agar semua program dapat berjalan dengan

baik dan hasilnya sesuai yang sudah ditargetkan maka pada

pelaksanaan program dilakukan chek (kontrol). Kontrol

dilakukan pada saat pelaksanaan program sehingga apabila

terjadi penyimpangan akan segera diketahui untuk

kemudian dilakukan tindakan selanjutnya (action).

Penerapan hasil dari kontrol (pengawasan) sangat perlu

dilakukan dalam sistem manajemen supaya program yang

telah disusun dapat tercapai hasilnya.

Konsep MMT sebagai konsep sistem manajemen yang

terintegrasi sebagai sebuah fungsi tujuan dalam sebuah

organisasi dengan mensinergikan secara heuristik dan

holistik meliputi perpaduan konsep kualitas, team work,

produktivitas dan kepuasan pelanggan. Orientasi MMT

adalah customer needs dan kepuasan kebutuhan pasar.

Dalam mencapai kepuasan dibutuhkan sebuah strategi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

perbaikan terus-menerus (continous improvement) atas jasa

yang telah diberikan kepada pengguna (customer). MMT

membutuhkan komitmen total dari seluruh stakeholder

dalam sebuah organisasi sehingga sangat dipengaruhi oleh

kualitas sumber daya manusia. Dalam penerapan MMT

membutuhkan beberapa pedoman penduku yang dapat

diterapkan dalam sebuah satu kesatuan sistem MMT dalam

sebuah intitusi pendidikan.MMT sebagai langkah untuk

menilai kondisi sekolah dan sejauh mana program

dijalankan dan apakah tujuan yang hendak dicapai.

Dalam sistem pendidikan nasional menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Bloom (Sudjana, 2006:24) yang

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah

afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,

gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

dan interpretatif. Kualitas dalam sistem pendidikan pada

lingkup sekolah merupakan terserapnya pembelajaran

terhadap peserta didik didik dengan menghasilkan potensi

peserta didik didik yang memiliki kualitas sesuai dengan

harapan dan tujuan pendidikan nasional.

Kualitas pembelajaran menurut Danim (2008:53)

menyatakan bahwa kualitas proses pembelajaran

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

mengandung makna bahwa kemampuan sumber daya

sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan

situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari

peserta didik. Mutu pendidikan dipandang berkualitas jika

mampu melahirkan keunggulan akademis dan

ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus

untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program

pembelajaran tertentu.

Beberapa komponen dalam membentuk sistem

pendidikan yakni sebagai berikut: Danim (2008:53)

1. Raw input (peserta didik) yakni peserta didik yang

meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial efektif dan

peer group.

2. Instrumental input meliputi kebijakan pendidikan,

program pendidikan (kurikulum), personal (kepala

sekolah, guru, TU) sarana dan prasana fasilitas,

media dan biaya.

3. Environmental input meliputi lingkungan sekolah,

lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga sosial,

unit kerja.

4. Komponen proses meliputi pengajaran, pelatihan,

pembimbingan, evaluasi, ekstrakurikuler dan

pengelolaan.

5. Output meliputi pengetahuan, kepribadian,

performansi.

Sistem pendidikan terbentuk dari adanya raw

input (peserta didik) yang mempunyai kemampuan

intelektualitas, fisik, kesehatan dan kehidupan

sosial, yang oleh lembaga pendidikan terdiri dari

penyelenggara pendidikan meliputi Kepala Sekolah,

Tata Usaha dan sarpras yang selanjutnya sebagai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

instrumental input, didukung dengan adanya

environmental input yaitu lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat, lingkungan sosial,

kemudian diberikan pengajaran, pembimbingan,

kegiatan ekstrakurikuler untuk menghasilkan out

put atau lulusan yang mempunyai pengetahuan,

kepribadian yang sesuai diharapkan.

Instrumental Input:

Kebijakan pendidikan

Program pendidikan (kurikulum)

Personil (kepala sekolah, guru, TU, orang tua, pemerintah)

Sarana fasilitas

Biaya

Proses pendidikan

Pengajaran

Pembimbingan

Evaluasi

Ekstrakurikuler

Pengelolaan

Environmental Input:

Lingkungan sekolah

Lingkungan keluarga

Masyarakat

Lembaga kerja

Raw input:

Intelek

Fisik

Sosial

Peer group

Output (lulusan):

Pengetahuan

Kepribadian

Performansi

Gambar 2.2

Komponen sistem pendidikan

Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh sebuah

organisasi pendidikan adalah meningkatkan daya saing

peserta didik pada kebutuhan dan persaingan

global.Peran perbaikan kualitas diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik dan

kompetensinya. Perbaikan kualitas merupakan kunci

utama dalam memberikan parameter pokok pada proses

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

dan output dari sebuah kinerja. Perbaikan kualitas

dengan MMT merupakan cara untuk memberikan nilai

tambah pada sebuah hasil melalui proses kegiatan KBM.

Sistem manajemen kualitas (Quality Management

System) merupakan sekumpulan prosedur

terdokumentasi dan praktek praktek standar untuk

manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian

dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa)

terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.

Sedangkan Manajemen strategis (Strategic Management)

adalah sekumpulan keputusan manajemen serta

tindakan untuk mencapai prestasi jangka panjang dari

suatu instansi perusahaan.Setiap keputusan yang

diambil dapat dikatakan sebagai Keputusan Strategis

suatu perusahaan (Strategic Decisson) (Nih Luh ITS

;2001:1-10)

Mutu menjadi parameter pengendali akan sebuah

sistem yang dijalankan. Dalam meningkatkan mutu yang

baik terdapat empat usaha yang sangat mendasar dan

harus dilakukan dalam sebuah lembaga pendidikan

(Menurut Slamet, 1999 dalam Rajagukguk, 2009 :25)

adalah :

1. Menciptakan situasi win solution dan bukan

situasi kalah menang diantara pihak yang

berkepentingan dalam lembaga pendidikan

(stakeholder).

2. Motivasi intrinsik pada setiap stakeholder yang

terlibat dalam proses mencapai mutu yang

meningkat terus-menerus sesuai kebutuhan dan

harapan pelanggan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

3. Pemimpin berorientasi pada proses dan hasil

jangka panjang serta konsisten terus-menerus

dijalankan.

4. Kerjasama antar unsur pelaku proses

menghasilkan mutu yang saling berorganismik

dan tersistem.

Manajemen pengembangan mutu terpadu dalam

usaha pendidikan merupakan usaha memberikan pelayanan

kepada pelanggan utama yakni peserta didik dalam lembaga

pendidikan tersebut.pelanggan atau pengguna jasa

pendidikan diantaranya sebagai berikut (Karsidi2000 : 25)

a. Peserta didik sebagai klien primer penerima jasa

pendidikan.

b. Orang tua peserta didik sebagai klien sekunder

yang telah mengirimkan anaknya untuk

mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.

c. Lapangan kerja sebagai penerima output dari

peserta didik didik untuk bekerja.

d. Hubungan kelembagaan

Beberapa teknik dalam menyusun program

peningkatan mutu sekolah adalah sebagai berikut( menurut

Sallis;2008:115):

a. School Review meliputi proses evaluasi dan menilai

efektifitas sekolah dan mutu sekolah yang dilakukan

oleh seluruh stakeholder lembaga pendidikan untuk

menghasilkan rumusan kelebihan, kelemahan,

informasi, prestasi sekolah dan rekomendasi jangka

menengah.

b. BenchmakingKegiatan menetapkan standar dan

target yang akan dicapai dalam suatu periode

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

tertentu. Dapat diaplikasikan untuk individu,

kelompokatau lembaga.

c. Quality Assurance :teknik untuk menentukan bahwa

proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana

mestinya. Deteksi penyimpangan yang terjadi pada

proses. Menekankan pada teknik monitoring yang

berkesinambungan, melembaga, dan menjadi sub

sistem sekolah dalam menghasilkan umpan

balikdanJaminan pelayanan terbaik pada

stakeholder.

d. Quality Control yakni sistem yang mendeteksi

penyimpangan kualitas output dari standar.

Manajemen mutu terpadu sebagai konsep sebuah

sistem pendukung dalam sistem pendidikan maka

mampu mensinergikan komponen yang terkait

didalamnya. Dengan demikian tujuan yang hedak

dicapai dari program tersebut dapat dilaksanakan dan

dilakukan review untuk dilakukan perbaikan. Komponen

tersebut merupakan standarisasi kualitas dengan

benchmaking yang berada disekitarnya dan kebijakan

pendidikan nasional.

2.3 Evaluasi Program

Evaluasi merupakan sebuah penilaian dan

mengumpulkan informasi tentang bekerjasanya sesuatu

yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

keputusan.Evaluasi berguna dan bermanfaat dalam

menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur

serta alternatif strategi yang diajukan dalam mencapai

tujuan yang sudah ditentukan. Evaluasi menjadi sebuah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

proses penggambaran, pencarian, dan pemberian

informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan

(Suharsini;2009 :34)

Menurut Isaac dan Michael (1999) sebuah program

garus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita

akan melihat apakah program tersebut berhasil

menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dimana terdapat tiga tahapan evaluasi

program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta

menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2)

mencari data yang relevan dengan penelitian dan (3)

menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak

pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki

atau menghentikan program tersebut.

Model-model evaluasi program yang digunakan dalam

program pendidikan memiliki berbagai model dimana

penjelasannya pada sub bab berikut ini.

2.3.1 Goal Oriented Evaluation

Goal Oriented Evaluaionmenurut Jenifer

(2011:1-24) adalah merupakan model yang paling awal

muncul yang menjadi objek pengamatan pada model ini

adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh

sebelum program dimulai berkesinambungan, terus

menerus, mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah

terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

Model ini diambil dari nama pengembangnya

yaitu Tyler. Tyler(1978) mengemukakan ide dan

gagasannya tentang evaluasi. Model ini dibangun atas

dua dasar pemikiran.Pertama mengenai evaluasi harus

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajarn dan sesudah

melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar

pemikiran yang kedua bahwa seorang evaluator harus

dapat menentukan perubahan tingkah apa yang terjadi

pada peserta didik mengikuti pengalaman belajar

tertentu.

Penggunaan model ini memerlukan informasi

perubahan tingkah laku pada saat sebelum dan sesudah

terjadinya pembelajaran.Model ini mensyaratkan pada

validitas informasi pada tes akhir. Untuk menjamin

validitas diperkukan adanya kontrol dengan

menggunakan desain eksperimen.Model ini disebut juga

model black box yang menekankan pada hasil yang

telah dicapai dari tes awal dan tes akhir.

Tiga langkah yang djalankan pada metode ini

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan

dievalusi.

b. Menentukan situasi dimana peserta didik

memperoleh kesempatan untuk menunjukkan

tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan.

c. Menentukan alat evaluasi yang dapat

dipergunakan untuk mengukur tingkah laku

peserta didik.

2.3.2 Goal Free Evaluation Model

Model ini disebut evaluasi lepas dari tujuan

tetapi bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi

hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya

mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

program bukan secara rinci perkomponen. Mendesain

suatu program tidak terlepas dari tujuan.Dalam

pendidikan, kurikulum, pembelajaran dikenal dengan

tujuan pendidikan yaitu tujuan pendidikan nasional,

tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan

pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.

Model evaluasi ini menggunakan tujuan sebagai kriteria

dalam menentukan keberhasilan.Model ini sangat

praktis dalam mendesain dan mengembangkan suatu

program karena dalam menentukan hasil yang

diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur.

Evaluasi ini terdapat hubungan yang logis antara

kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil.Tujuan

model ini membantu guru dalam merumuskan tujuan

yang dapat diukur, hubungan yang logis antara

kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil.

Rumusan program dapat diobservasi dan dapat diukur

maka kegiatan evaluasi akan menjadi lebih praktis dan

simpel. Hasil evaluasi akan menggambarkan rencana

pelaksanaan suatu program dengan peises pencapaian

tujuan. Instrumen yang digunakan bergantung pada

tujuan yang ingin diukur.Hasil evaluasi

menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program

berdasarkan pada kriteris khusus.Kelebihan model ini

terletak pada hubungan anatara tujuan dengan

kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai

aspek penting dalamprogram.Kekurangannya adalah

memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi

konsekuensi yang tidak diharapkan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

2.3.3 Formatif-summatif Evaluation Model

Evaluaasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi

yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung

atau ketika program masih dekat dengan permulaan

kegiatan. Tujuan evaluasi model ini adalah mengetahui

sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung

sekaligus mengidentifikasi hambatan. Evaluasi sumatif

dilakukan setelah program berakhir yang mengukur

ketercapaian program.

Model ini membandingkan performance dari berbagai

dimensi bukan terpaku pada hasil namun sejumlah

kriteria baik yang sifatnya mutlak dan relatif. Model ini

menekankan pada sistem sebagai suatu keseluruhan ini

merupakan bagian dari penggabungan beberapa model.

Sehingga obyek evaluasinya diambil dari model

countenance (Stake) yang meliputi keadaan sebelum

kegiatan berlangsung, kegiatan yang terjadi dan saling

mempengaruhi, hasuk yang diperoleh (outcome).Kedua

adalah model CIPP meliputi Context, Input, Proses,

Product.Ketiga merupakan model evaluation dan

cosequential evaluation. Keempat adalah model provus

yang meliputi design operation program, interim

products, terminal products.

2.3.4 Countenance Evaluation Model

Model ini menekankan pada pelaksanaan dua hal

pokok yaitu deskripsi dan perimbangan seta

membdedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi

program yaitu (1) antesden, (2) transaksi, (3)

keluaran.Model ini menitikberatkan pada evaluasi dua

hal pokok yakni description dan judgement.Setiap hal

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

memuat pada tiga dimensi yaitu antecedets (context),

proses, outcomes.Deskripsi terdiri dari dua aspek yaitu

intents (goals) dan observation (effect).Sedangkan

judgement terdiri dari standard dan judgement.Model

evaluasi ini membandingkan antara satu program

dengan program yang lainnya. Model ini memuat

beberapa hal diantara: rasional, antecedents (kondisi

sebelum kegiatan pelatihan), transaksi, output,

prosedur, tujuan yang diharapkan, observasi, standard.

2.3.5 CIPP Evaluation Model

Model ini merupakan strategi evaluasi melalui

tahapan kontek program, input, proses, product. Model

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh

Stufflebeam yang dikenal dengan CIPP Evaluation

Model.CIPP merupakan singkatan dari Context, Input,

Process and Product. Dalam buku Riset Terapan oleh

Endang Mulyatiningsih (2011: 126), mengemukakan

bahwa evaluasi CIPP dikenal dengan nama evaluasi

formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan dan

perbaikan program.

Komponen evaluasi meliputi:

a. Context

Orientasi utama dari evaluasi konteks adalah

mengidentifikasilatar belakang perlunya

mengadakan perubahan atau munculnya program

dari beberapa subjek yang terlibat dalam

pengambilan keputusan atau kebijakan

(Mulyatiningsih, 2011: 127).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

b. Input

Evaluasi input dilakukan untuk mengidentifikasi

dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat,

manusia dan biaya, untuk melaksanakan program

yang telah dipilih (Mulyatiningsih, 2011: 129)

c. Proses

Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi

atau memprediksi hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan kegiatan atau implementasi program.

Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau

mendokumentasikan setiap kejadian dalam

pelaksanaan kegiatan, memonitor kegiatan-kegiatan

yang berpotensi menghambat dan menimbulkan

kesulitan yang tidak diharapkan, menemukan

informasi khusus yang berada diluar rencana;

menilai dan menjelaskan proses secara aktual.

Selama proses evaluasi, evaluator dituntut

berinteraksi dengan staf pelaksana program secara

terus-menerus (Mulyatiningsih, 2011: 130-131)

d. Product

Tujuan evaluasi produk adalah untuk mengukur,

mengintepretasikan dan memutusakan hasil yang

telah dicapai oleh program.Apakah telah memenuhi

kebutuhan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.3.6 CSE-UCLA Evaluation Model

Lima tahapan dalam model ini adalah sebagai

berikut:

a. Needs Assessment b. Program Planning

c. Formative Evaluation. d.Summative Evaluatio

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

2.4 Manajemen Sekolah

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS

dapat diartikan sebagai model manajemen yang

memberikanotonomi lebih besar kepada sekolah,

fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorongpartisipasi

secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk

meningkatkan mutusekolah berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional serta peraturan perundang-

undanganyang berlaku (Nurkolis,2003:107, Depdiknas,

2002:3). MPMBS merupakanbagian dari manajemen

berbasis sekolah (MBS).MPMBS lebih difokuskan

padapeningkatan mutu pendidikan (Depdiknas,2002:3-4).

Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah

untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga

sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

pendidikan nasional yang berlaku. Sedangkan

pengambilan keputusan partisipatif adalah cara untuk

mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan

yang terbuka dan demokratik di mana warga sekolah

didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi

terhadap pencapaian tujuan sekolah. Sehingga

diharapkan sekolah akan menjadi mandiri dengan ciri-

ciri sebagai berikut: tingkat kemandirian tinggi, adaptif,

antisipatif, dan proaktif, memiliki jiwa kewirausahawan

yang tinggi, bertanggung-jawab terhadap kinerja sekolah,

memiliki kontrol yang kuat terhadap input manajemen

dan sumber dayanya, memiliki kontrol yang kuat

terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi pada

dirinya dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Tujuan MPMBS adalah memandirikan atau

memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan

(otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang

lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya

sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan

masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan

(Depdiknas,2002:4). Menurut Sudjana (2011:70)

menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya

adalah interaksi terhadap suatu situasi yang berada

disekitar individu.Sejalan dengan konsep tersebut

menurut Hamalik (2010:27) menyatakan bahwa belajar

merupakan modifikasi dan memperteguh kelakuan

melalui pengalaman. Sedangkan menurut Slameto

(2010:12) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

memperoleh tingkah laku secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.

Menurut Lawler (1986;2000:32) keterlibatan tinggi

dalam manajemen di sektor swasta menyangkut empat

hal, yaitu: informasi, penghargaan, pengetahuan dan

kekuasaaan.Informasi memungkinkan para individu

berpartisipasi dan mempengaruhi pengambilan

keputusan dengan memahami lingkungan organisasi,

strategi, sistem kerja, persyaratan kerja dan tingkat

kerja.Pengetahuan dan keterampilan diperlukan untuk

meningkatkan kinerja pekerjaan dan kontribusi efektif

atas kesuksesan organisasi.Penghargaan untuk

menyatukan kepentingan pribadi karyawan dengan

keberhasilan organisasi.Secara tradisional empat hal

tersebut. Kekuasaan diperlukan untuk mempengaruhi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

proses kerja, prekatek keorganisasian, kebijakan dan

strategi. Dalam MBS menggambarkan pertukaran dua

arah dalam empat hal tersebut.Alur dua arah

memberikan pengaruh yang salingnmenguntungkan

secara terus-menerus antara pemerintah daerah dengan

sekolah dan sebaliknya (Nurkolis : 2003:110).

Gagasan lain tentang MBS yang ideal adalah

menerapkan pada keseluruhan aspek pendidikan melalui

pendekatan sistem. Konsep ini didasarkan pada

pendekatan manajemen sebagai suatu sistem (Kambey,

2003:23; Made Pidarta, 2004:23).Seperti model ideal yang

dikembangkan oleh Slamet P.H terdiri dari output, proses

daninput (Nurkolis, 2003: 111). Output sekolah diukur

dengan kinerja sekolah, yaitupencapaian atau prestasi

yang dihasilkan oleh proses sekolah. Kinerja sekolah

dapatdiukur dari efektivitas, kualitas, produktivitas,

efisiensi, inovasi, moral kerja. Prosessekolah adalah

proses pengambilan keputusan, pengelolaan

kelembagaan, pengelolaanprogram, dan belajar-mengajar.

Input sekolah antara lain visi, misi, tujuan,

sasaran,struktur organisasi, input manajemen, input

sumber daya.

2.5Stakeholder Peningkatan Mutu Peserta didik

A. Peran Dinas Pendidikan

Peran dan fungsi Departemen Pendidikan di

Indonesia di era otonomi daerah sesuai dengan PP

No.25 thn 2000 menyebutkan bahwa tugas

pemerintah pusat antara lain menetapkan standar

kompetensi peserta didik dan warga, peraturan

kurikulum nasional dan sistem penilaian hasil belajar,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

penetapan pedoman pelaksanaan pendidikan,

penetapan pedoman pembiayaan pedidikan,

penetapan persyaratan, perpindahan, sertifikasi

peserta didik, warga belajar dan mahapeserta didik,

menjaga kelangsungan proses pendidikan yang

bermutu, menjaga kesetaraan mutu antara daerah

kabupaten/kota dan antra daerah provinsi agar tidak

terjadi kesenjangan yang mencolok, menjaga

keberlangsungan pembentukan budi pekerti,

semangat kebangsaan dan jiwa nasionalisme melalui

program pendidikan. Peran pemerintah daerah

adalah menfasilitasi dan membantu staf sekolah atas

tindakannya yang akan dilakukan sekolah,

mengembangkan kinerja staf sekolah dan kinerja

peserta didik dan seleksi karyawan. Dalam kaitannya

dengan kurikulum, menspesifikasi tujuan, sasaran,

dan hasil yang diharapkan dan kemudian memberikan

kesempatan kepada sekolah menentukan metode

untuk menghasilkan mutu pembelajaran. Pemerintah

kabupaten/kota menjalankan tugas dan fungsi : 1)

memberikan pelayanan pengelolaan atas seluruh

satuan pendidikan negeri dan swasta; 2) memberikan

pelayanan terhadap sekolah dalam mengelola seluruh

aset atau sumber daya pendidikan yang meliputi

tenaga guru, prasarana dan sarana pendidikan, buku

pelajaran, dana pendidikan dan sebagainya; 3)

melaksanakan pebertugas mbinaan dan pengurusan

atas tenaga pendidik yang bertugas pada satuan

pendidikan. Selain itu dinas kab/kota bertugas

sebagai evaluator dan inovator, motivator,

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

standarisator, dan informan, delegator dan

koordinator.

B. Peran Sekolah

Dewan sekolah (komite sekolah) memiliki peran:

menetapkan kebijakankebijakan yang lebih luas,

menyatukan dan memperjelas visi baik untuk

pemerintah daerah dan sekolah itu sendiri,

menentukan kebijakan sekolah, visi dan misi sekolah

dengan mengacu kepada ketentuan nasional dan

daerah, menganalisis kebijakan pendidikan,

melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat,

menyatukan seluruh komponen sekolah.

Pengawas sekolah berperan sebagai fasilitator

antara kebijakan pemda kepada masing-masing

sekolah antara lain menjelaskan tujuan akademik dan

anggarannya serta memberikan bantuan teknis ketika

sekolah menghadapi masalah dalam menerjemahkan

visi pemda. Mereka memberikan kesempatan untuk

mengembangkan profesionalisme staf sekolah,

melakukan eksperimen metode pengajaran, bertindak

sebagai model dalam melaksanakan MBS dengan cara

melakukannya sendiri dan menciptakan jalur

komunikasi sekolah dengan dinas.

C. Peran Kepala Sekolah

Pada tingkat sekolah, peran kepala sekolah

sangat sentral sebagai figur pengambil kebijakan dan

keputusan strategis dalam pengembangan

sekolah.Untuk itu dalam kerangka MBS integritas dan

profesionalitas kepala sekolah sangat dibutuhkan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Untuk itu peran kepala sekolah memiliki banyak

fungsi antara lain :Pertama, sebagai evaluator

melakukan pengukuran seperti kehadiran, kerajinan

dan pribadi para guru, tenaga kependidikan,

administrasi sekolah dan peserta didik. Kedua,

sebagai manajer memahami dan mampu

mengaplikasikan fungsi-fungsi manajerial (planning,

organizing, actuating, dancontroling (lih. juga Ernie T.

Sule dan Kurniawan Saefullah, 2005:6).Ketiga, sebagai

administrator bertugas, sebagai pengendali struktur

organisasi (pelaporan dan kinerja sekolah),

melaksanakan administrasi substantif (kurikulum,

peserta didik, personalia, keuangan, sarana, humas

dan administrasi umum).Keempat, sebagai supervisor

(memberikan pembinaan atau bimbingan kepada para

guru dan tenaga kependidikan). Kelima, sebagai leader

(mampu menggerakkan orang lain agar melakukan

kewajibannya secara sadar dan sukarela). Keenam,

sebagai inovator (cermat dan cerdas melakukan

pembaharuanpembaharuan dan inovasi-inovasi

baru).Ketujuh, sebagai motivator (memberikan

semangat dan dorongan kepada para guru dan staf

untuk bergairah dalam pekerjaan).Di samping enam

fungsi di atas Wohlstetter dan Mohrman mengatakan

bahwa kepala sekolah adalah sebagai designer,

motivator, fasilitator dan liasion. Sebagai designer

membuat rencana dengan memberikan kesempatan

untuk terciptanya suasana produktif (secara

demokratis) menyangkut isu-isu dan permasalahan di

seputar sekolah dengan tim pengambil keputusan

sekolah. Sebagai fasilitator mendorong proses

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

pengembangan kemampuan seluruh staf dan mampu

menyediakan dan mempergunakan semua sumber

daya untuk pengembangan sekolah. Sebagai liasion

atau penghubung sekolah dengan dunia di luar

sekolah, membawa ide-ide baru, gagasan-gagasan

baru dan hasil-hasil penelitian di sekolah dan mampu

mengkomunikasikan kinerja dan hasil sekolah kepada

stakeholder di luar sekolah (Nurkolis, 2003: 119-122).

Dari fungsi-fungsi di atas E, Mulyasa (2005:97)

menambahkan satu fungsi lagi, yakni sebagai

educator (pendidik), yakni mampu memberikan

pembinaan (mental, moral, fisik dan artistik) kepada

para guru dan staf serta para peserta didik.

D. Peran Guru

Pedagogi reflektif menunjuk tanggung-jawab

pokok pembentukan moral maupun intelektual dalam

sekolah terletak pada para guru. Karena dengan dan

melalui peran para guru hubungan personal autentik

untuk penanaman nilai-nilai bagi para peserta didik

berlangsung (Paul Suparno, dkk, 2002:61-62). Untuk

itu guru yang profesional dalam kerangka

pengembangan MBS perlu memiliki kompetensi antara

lain kompetensi kepribadian (integritas, moral, etika

dan etos kerja), kompetensi akademik (sertifikasi

kependidikan, menguasai bidang tugasnya dan belajar

belajar) dan kompetensi kinerja (terampil dalam

pengelolaan pembelajaran).Pemberdayaan dan

akuntabilitas para guru adalah syarat penting dalam

menjalankan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

Upaya profesionalisme guru yang akuntabel

dapat dilakukan sebagai berikut: (a) Pola rekruitmen

yang berstandar dan selektif, (b) Pelatihan yang

terpadu, berjenjang danberkesinambungan (long life

eduction), (c) Penyetaraan pendidikan dan

membuatstandarisasi mimimum pendidikan, (d)

Pengembangan diri dan motivasi riset, (e) Pengayaan

kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa

menjadi guru).

Skill dan keahlian guru dalam sistem

pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai

b. Kemampuan memahami visi dan misi

c. Pendidikanpendidikan Keahlian mentrasfer ilmu

pengetahuan atau metodelogi pembelajaran

d. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi

perkembangan

e. Kemampuan mengorganisir dan problem solving

f. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

E. Peran orang tua

Karakteristik yang paling menonjol dalam konsep

MBS adalah pemberdayaan partisipasi para orang tua

dan masyarakat.Peran orang tua dan masyarakat

secara kelembagaan adalah dalam dewan sekolah

atau komite sekolah.Filosofi yang menjadi landasan

bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah

dalam keluarga (orang tua) dan masyarakat adalah

pelanggan pendidikan yang perkembangannya

dipengaruhi oleh kualitas para lulusan.Sekolah

memiliki fungsi subsidier, fungsi primer pendidikan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

ada pada orang tua (Piet Go, 2000: 46).Untuk itu

orang tua dan masyarakat perlu dilibatkan dalam

pengelolaan dan pengembangan sekolah.

Menurut Cheng (1989) dalam (Nurkolis, 2003:126)

ada dua bentuk pendekatan untuk mengajak orang

tua dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam

pendidikan.Pertama, pendekatan school-based dengan

cara mengajak orang tua peserta didik datang ke

skolah melalui pertemuan-pertemuan, konferensi,

diskusi guru-orang tua dan mengunjungi anaknya

yang sedang belajar di sekolah. Kedua, pendekatan

home-based, yaitu orang tua membantu anaknya

belajar di rumah bersama-sama dengan guru yang

berkunjung ke rumah.

Sedangkan peran masyarakat bukan hanya

dukungan finansial, tetapi juga dengan menjaga dan

menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan

tertib serta menjalankan kontrol sosial dalam

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Peran tokoh-

tokoh masyarakat dengan jalan menjadi penggerak

(menggerakkan masyarakat supaya berpartisipasi

dalam pendidikan), menjadi informan dan

penghubung (menginformasikan harapan dan

kepentingan masyarakat kepada sekolah, dan

menginformasikan sekolah kepada masyarakat),

koordinator (mengkoordinasikan kepentingan sekolah

dengan kebutuhan bisnis di lingkungan masyarakat,

misalnya praktek, magang, dsb), pengusul

(mengusulkan kepada pemerintah daerah agar ada

kebijakan, mis. pajak pendanaan).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

2.6 Peserta Didik

Peserta didik istilah bagi peserta didik pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peserta

didik adalah komponen masukan dalam sistem

pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang

berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan,

peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan,

antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis,

dan pendekatan edukatif/pedagogis.

Menurut Sanjaya (2008:17) dimensi proses

pembelajaran yang dapat dilihat dari aspek peserta

didik meliputi:

1. Latar belakang siswa meliputi jenis kelamin,

tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi keluarga,

kepribadian.

2. Sifat yang dimiliki oleh peserta terkait kemampuan

pengetahuan dan sikap. Kemampuan dan tingkat

kecerdasan setiap siswa berbeda-beda.

Peserta didik atau anak didik adalah organisme

yang unuk dapat berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menjelaskan bahwa kondisi SMA

Negeri 2 Salatiga saat ini menunjukkanmasih rendahnya

hasil UN dan minimnya para lulusan diterima di PTN

dan PTS Terakreditasi,karena itulah maka program MMT

harus dievaluasi agar tercapai tujuan yang sudah

direncanakan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan

Goal Oriented (GO) yaitu suatu model evaluasi yang

berorientasi pada tujuan .Evaluasi dilakukan pada

bidang kurikulum,kesiswaan, humas, sarpras, tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan serta pembiayaan .

Model ini mempunyai beberapa tahap, meletakkan

tujuan yang akan dicapai jauh diawal program .

Rendahnya

hasil UN dan minimnya

lulusan yang diterima PTN dan PTS

Terakreditasi

Evaluasi MMT dengan

model Goal

Oriented

Kurikulum Kesiswaan Humas Sarpras Tendik Pembiayaan

Hasil

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

MMT (Manajemen Mutu Terpadu) adalah suatu

pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba

untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui

perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungannya. Beberapa karakteristik MMT

adalah sebagai berikut : (1) Fokus pada pelanggan, baik

pelanggan internal maupun eksternal; (2) Memiliki

obsesi yang tinggi terhadap kualitas; (3) Menggunakan

pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah; (4) Memiliki komitmen jangka

panjang; (5) Membutuhkan kerja sama tim (teamwork);

(5) Memperbaiki proses secara berkesinambungan; (6)

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,

memberikan kebebasan yang terkendali; (7) Memiliki

kesatuan tujuan; dan (8) Adanya keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan.

Prosedur MMT berdasarkan pemaparan Sallis

(1993:48-49) menawarkan langkah-langkah penting

dalam implementasi MMT di sekolah yakni sebagai

berikut: (1) Rumuskan tujuan yang konstan untuk

perbaikan dalam produk, layanan dengan tujuan agar

menjadi kompetitif. (2) Gunakan filosofi baru. Sekolah

tidak akan mampu berkompetisi jika terus menerima

dan memaafkan keterlambatan, kesalahan atau

melahirkan hasil yang tidak tepat. (3) Berhenti

menggunakan pengawasan publik dalam mencapai

kualita karena pengawasan publik dilakukan oleh unit

inspeksi tidak menjamin kualitas. (4) Tingkatkan terus

kualitas pelayanan dan produk layanan, (5) Lakukan on

the job training, (6) Tugas manajemen adalah memimpin

bukan mengawasi, pemimpin mendorong kemajuan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

dalam proses pelaksanaan pekerjaan agar menghasilkan

layanan dan produk terbaik. (7) Hindari rasa takut. (8)

Atasi kendala antara unit atas departemen, (9) Posisikan

setiap orang dalam institusi bekerja dan melaksanakan

transformasi.

Mutu menjadi parameter pengendali akan sebuah

sistem yang dijalankan. Dalam meningkatkan mutu yang

baik terdapat empat usaha yang sangat mendasar dan

harus dilakukan dalam sebuah lembaga pendidikan

(Menurut Slamet, 1999 dalam Rajagukguk, 2009:16)

Model MBS di Indonesia disebut Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). MPMBS

dapat diartikan sebagai model manajemen yang

memberikanotonomi lebih besar kepada sekolah,

fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorongpartisipasi

secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk

meningkatkan mutusekolah berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional serta peraturan perundang-

undanganyang berlaku (Nurkolis, 2003:107, Depdiknas,

2002:3).Sekolah diberi wewenang untuk mengatur

sendiri tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan kebijakan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Ahmad Darmadji Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam FIAI UII Yogyakarta dalam Implementasi

TQM (2010) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan

di MAN Model Yogyakarta. Hasil penelitian yang didapat

bahwa implementasi prinsip TQM di MAN Model

tercermin dari proses bertahap dan terus-menerus dalam

peningkatan mutu dengan pemenuhan harapan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

pelanggan internal maupun eksternal melalui dukungan

partisipasi aktif dan dinamis dari sejumlah pihak. TQM

memberikan manfaat bagi MAN Model sebagai institusi

dalam perannya sebagai leader of change.Kebersamaan

dan kerjasama seluruh komponen MAN Model

Yogyakarta menjadi prasyarat implementasi TQM yang

efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Sejumlah hambatan yang ada dapat terpecahkan dengan

mengkomunikannya dan mempertinggi komitmen semua

komponen untuk bersama-sama menuju pada kualitas

yang diharapkan.

Kritianty dalam peningkatan mutu pendidikan

terpadu cara Deming (2012) meneliti bahwa terdapat

empat belas butir pemikiran tentang peningkatan mutu

suatu organisasi yang diusulkan. Deming diterapkan

dalam upaya peningkatan mutu manajemen pendidikan

di Indonesia. Implementasi konsep peningkatan mutu

cara deming dalam pendidikan di Indonesia adalah

sebagai berikut: Ciptakan tujuan yang mantap demi

perbaikan produk dan jasa, adopsi filosofi baru, hentikan

ketergantungan pada inspeksi masal, akhiri kebiasaan

melakukan hubungan bisnis berdasarkan biaya, perbaiki

sistem produksi dan jasa secara konstan dan terus

menerus, melembagakan metode pelatihan yang modern

di tempat kerja, lembagakan kepemimpinan.

T Sudha dalam penelitian mengenai TQM (Total

Quality Management) In Higher Education Institutions

(2013) menyatakan bahwa kualitas pada pendidikan

tinggi menjadi sebuah konsentrasi ilmu. Beberapa siswa

dan laporan dari instansi menyatakan hal yang sama dan

memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Mutu Terpadu ... - …

peningkatan. Pendidikan tinggi merupakan sarana untuk

meningkatkan kemampuan manusia sehingga

membutuhkan manajemen kualitas. Perbaikan secara

terus menerus di semua bidang penting untuk dilakukan

guna peningkatan mutu pada pendidikan tinggi. SDM

adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan pada

perubahan ini, karena tidak mudah melakukan

perubahan hingga diperoleh hasil yang diharapkan.

Selain SDM faktor yang penting lainnya adalah

pengelolaan sarana prasarana sebagai pendukung

perubahan secara terus-menerus.