BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil...

17
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita Balita (Bawah lima tahun) didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). 2.2 Definisi Gizi Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik, non organik, dan sumber energi dimana pada semua elemen ini mengandung nutrient-nutrien yang semuanya dibutuhkan oleh tubuh (Kozier & Erb’s, 2002). 2.3 Definisi Status Gizi dan Cara Pengukurannya Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi penggunaan konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh seseorang dan penggunaannya oleh tubuh (Jonny, 2002; Sunarti, 2004). Penilaian status gizi balita dengan standar nasional yang di terbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia hanya menggunakan pengukuran antropometri (penilaian gizi secara langsung) yaitu berdasarkan BB/U (berat badan/umur) dengan klasifikasi gizi kurang, gizi buruk, gizi baik,

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Balita

Balita (Bawah lima tahun) didefinisikan sebagai anak

dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi

dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009).

2.2 Definisi Gizi

Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada

makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

non organik, dan sumber energi dimana pada semua elemen ini

mengandung nutrient-nutrien yang semuanya dibutuhkan oleh

tubuh (Kozier & Erb’s, 2002).

2.3 Definisi Status Gizi dan Cara Pengukurannya

Status gizi merupakan gambaran kesehatan sebagai

refleksi penggunaan konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh

seseorang dan penggunaannya oleh tubuh (Jonny, 2002;

Sunarti, 2004). Penilaian status gizi balita dengan standar

nasional yang di terbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia hanya menggunakan pengukuran antropometri

(penilaian gizi secara langsung) yaitu berdasarkan BB/U (berat

badan/umur) dengan klasifikasi gizi kurang, gizi buruk, gizi baik,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

16

gizi lebih. Berdasarkan TB/U (tinggi badan/umur) di

klasifikasikan menjadi sangat pendek, pendek ,normal ,tinggi,

dan berdasarkan BB/TB (berat badan/tinggi badan) dengan

klasifikasi sangat kurus, kurus, gemuk (DEPKES RI, 2012).

Pengukuran langsung selain antropometri adalah pengukuran

secara klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan pengukuran

secara tidak langsung adalah dengan survei konsumsi makanan

dan statistik vital (Supariasa, dkk., 2013).

Tabel 2.1

Pengukuran Status Gizi Balita Berdasarkan Z- Score

Indeks yang dipakai

Batas Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : DEPKES RI, 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

17

2.4 Definisi Gizi Buruk

Gizi buruk adalah suatu kondisi seseorang dengan

nutrisi di bawah rata-rata. Gizi buruk merupakan suatu bentuk

terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Balita

disebut gizi buruk apabila indeks berat badan menurut umur

(BB/U) <-3 SD (Departemen Gizi dan Kesehatan Msyarakat,

2013).

2.5 Definisi Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan kondisi dimana seseorang tidak

memiliki nutrien yang dibutuhkan tubuh akibat kesalahan atau

kekurangan asupan makanan. Secara sederhana kondisi ini

terjadi akibat kekurangan zat gizi secara terus menerus dan

menumpuk dalam derajat ketidakseimbangan yang absolute dan

bersifat immaterial. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan

terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein dan sering

disebut dengan KKP (kekurangan Kalori Protein). Dalam standar

yang ditetapkan oleh Pemerintah, balita gizi kurang apabila

indeks berat badan menurut umur (BB/U) –3 s/d <-2 SD (Wong,

2002; Departemen Gizi dan Kesehatan Msyarakat, 2013).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

18

2.6 Faktor risiko gizi buruk dan gizi kurang

Penyebab gizi buruk secara mendasar terdiri dari dua

hal yakni sumber daya potensial dan sumber daya manusia.

Sumber daya potensial seperti politik, ideology, suprastruktur,

struktur ekonomi dan sumber daya manusia seperti

pengawasan, ekonomi, pendidikan/pengetahuan dan penyakit

(Priharsiwi, dkk.,2006).

Sumber lain menjelaskan beberapa penyebab gizi

kurang dan buruk adalah asupan makanan, penyakit penyerta,

infeksi, sosial ekonomi, pendidikan, persediaan makanan,

perawatan anak dan kesehatan ibu pada masa kehamilan

(Supariasa, dkk, 2013) :

a. Asupan makanan

Kondisi gizi seseorang dipengaruhi oleh masuknya

zat makanan dan kemampuan tubuh manusia untuk

menggunakan zat makanan tersebut. Sedangkan masuknya

zat makanan kedalam tubuh manusia ditentukan oleh

perilaku berupa sikap seseorang memilih makanan ,daya

seseorang dalam memperoleh makanan dan persediaan

makanan yang ada. Kemampuan tubuh untuk

menggunakan zat makanan ditentukan oleh kesehatan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

19

tubuh orang atau manusia yang bersangkutan (Wise, dkk,.

2004).

b. Status sosial ekonomi

Salah satu faktor yang mempengaruhi rantai tak

terputus gizi buruk adalah status ekonomi yang buruk,

secara langsung ataupun tidak keadaan financial

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh

kelayakan pangan dan fasilitas untuk menunjang

kesehatannya (Gibney, dkk, 2009).

c. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

status kesehatan, dalam hal ini gizi buruk dan gizi kurang

karena orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi

cenderung lebih berpeluang terpapar informasi kesehatan

dan tingkat pemahaman mengenai informasi kesehatan

juga lebih baik (Ismail, dkk. 2007).

d. Penyakit penyerta dan infeksi

Antara status gizi kurang atau status gizi buruk dan

infeksi atau penyakit penyerta terdapat interaksi bolak-balik

yang dapat menyebabakan gizi kurang dan gizi buruk

melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biologis. Yang

terpenting ialah efek langsung dari infeksi sistemik pada

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

20

katabolisme jaringan. Walaupun hanya terjadi infeksi ringan

sudah dapat mempengruhi status gizi (Suharjo ,2005).

e. Pengetahuan ibu

Tingkat pengetahuan yang rendah dapat

menyebabkan kesalahan dalam pemahaman , kebenaran

yang tidak lengkap dan tidak terstruktur dimana

manifestasinya berupa kesalahan manusia atau individu

dalam melakukan praktek kehidupannya karena dilandasi

pengetahuan yang salah. Pengetahuan yang salah, dalam

hal ini mengenai kesehatan tentunya juga akan

mempengaruhi perilaku dan kualitas kesehatan orang

tersebut (Watloly, 2001).

f. BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang

ketika dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500

gram. Berat lahir yang rendah disebabkan oleh kelahiran

premature atau retardasi pertumbuhan intrauteri. Bayi

prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum

berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim

sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ

menjadi semakin kurang berfungsi dan prognosanya juga

semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

21

komplikasi akibat kurang matangnya organ karena kelahiran

prematur (Wong, dkk,. 2008).

g. Kelengkapan imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin (bibit penyakit

menular yang telah dilemahkan atau dimatikan) kepada bayi

atau anak-anak, vaksin ini pada awalnya berasal dari

penyakit menular yang menyebabkan kecacatan atau

kematian yang telah dimatikan. Dengan pemberian vaksin ,

tubuh bayi atau anak akan membentuk antibody, sehingga

tubuh bayi atau anak telah siap (telah kebal) bila terinfeksi

oleh penyakit menular tersebut. Dengan kata lain

terhindarnya bayi atau anak dari berbagai penyakit dapat

memperbaiki status gizi anak tersebut (Wise, 2004).

h. ASI

Wanita menyusui mempunyai air susu yang bersifat

spesifik, sesuai dengan kebutuhan laju pertumbuhan dan

kebiasaan menyusui bayinya yang tidak bisa didapatkan

dari susu atau sumber lainya (Wise, 2004). Pemberian ASI

ekslusif merupakan salah satu cara efektif yang dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dan

kematian pada bayi, pemberian ASI ekslusif dapat

memberikan manfaat bagi ibu maupun bayinya, dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

22

pemberian ASI ekslusif dapat memberikan kekebalan bagi

bayi dan secara emotional kedekatan ibu dan anaknya akan

semakin terjalin dengan baik (Kahleen, 2009).

2.7 Penelitian sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian, banyak faktor yang

memberikan kontribusi terjadinya angka gizi buruk dan gizi

kurang, antara lain faktor kemiskinan, pendidikan dan

pengetahuan orang tua, makanan pendamping, kebudayaan,

infeksi dan penyakit penyerta seperti HIV aids, kondisi psikologi

anak, keamanan negara, terbatasnya fasilitas kesehatan, BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah), dan nutrisi pada masa kehamilan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jamra dan

Banwar (2013) di salah satu daerah perkumuhan di India,

dengan melibatkan 281 partisipan menunjukan hasil 22,1%

anak menderita kekurangan gizi yang disebabkan oleh berbagai

faktor status sosial ekonomi, pengetahuan/pendidikan orang tua,

urutan kelahiran, dan kelengkapan imunisasi. Setelah

memperoleh data mengenai status gizi anak di wilayah tersebut

peneliti melakukan intervensi dengan memberikan pendidikan

kesehatan selama enam bulan dan diperoleh hasil 41 anak

mengalami kenaikan berat badan. Hal ini menunjukan bahwa

pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan orang tua sangat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

23

memiliki pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan status

gizi anak.

Jansen, dkk., (2013) melakukan penelitian di Belanda

dengan melibatkan 4987 partisipan anak. Peneliti menggunakan

metode Cross-Sectional study dengan menggunakan instrument

penelitian berupa kuisioner, kuisioner berisi tentang jenis

makanan apa yang disukai anak, tingkat kekenyangan anak,

pola minum anak, pengawasan orang tua, pembatasan

makanan oleh orang tua, nafsu makan anak dan jenis makanan.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa perilaku makan anak dan

praktek pemberian makan orang tua sangat mempengaruhi

status gizi anak ,sedangkan Pei, dkk., (2012) melakukan

penelitian pada suatu daerah pedesaan di China dengan sampel

sebanyak 13.532 anak di 45 kabupaten dan menunjukan hasil

bahwa ada pengaruh yang siginifikan antara gizi anak dengan

pemberian ASI, kemiskinan, etnis minoritas dan pendidikan

orang tua.

Lingkungan yang aman juga merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini

ditunjukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ghazi,

dkk., (2013) dari hasil penelitian yang dilakukan dengan sampel

sejumlah 220 anak berusia 3 sampai 5 tahun menunjukan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

24

bahwa daerah konflik memiliki pengaruh yang siginifikan

terhadap status gizi anak. Hal yang cukup menarik adalah di

daerah tersebut tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan orang tua dengan gizi anak. Hal ini menunjukan

bahwa potensial penyebab terjadinya angka gizi buruk pada

setiap daerah berbeda-beda.

Multikopleksitas penyebab gizi buruk memiliki

keterikatan antara BBLR, penyakit penyerta dan infeksi.

Mcdonald, dkk., (2012) dengan metode multivariate untuk

mengetahui hubungan antar faktor penyebab memperoleh hasil

bahwa ada hubungan antara infeksi ,penyakit seperti HIV aids,

bayi prematur , dan BBLR dengan status gizi anak.

ASI merupakan hal yang sangat penting dalam

pemenuhan nutrisi anak . Tidak ada sumber nutrisi lain yang

lebih baik dari ASI. Hassiotao dkk.,(2013) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa ASI adalah komponen nutrisi yang penting

bagi bayi karena dapat memberikan kekebalan atau anti body

sehingga anak dapat terhindar dari infeksi, hal ini dapat

mempengaruhi dalam pemenuhan zat gizi anak.

Dalam penelitian lainnya, hanya 14% ibu di Indonesia

yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai enam

bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

25

eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia cukup memprihatinkan

yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.

Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu

formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu

formula (Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2008).

Perbedaan pelayanan kesehatan dan fasilitas

kesehatan antara orang miskin dengan orang tidak miskin juga

sangat mempengaruhi kesehatan dan gizi anak. Berdasarkan

penelitian Singh dan Kumar (2013) di India kesenjangan yang

terjadi antara orang miskin dan kaya mempengaruhi pelayanan

kesehatan yang diberikan dan hal ini secara langsung ataupun

tidak langsung dan secara bertahap menyebabkan terjadinya

gizi buruk.

Saputra dan Nurizka (2012) melakukan penelitian di

Sumatra Barat dengan jumlah sampel sebanyak 572 yang

merefleksikan situasi rumah tangga di Sumatera Barat yang

bercirikan masyarakat nelayan, masyarakat pertanian dan

perkebunan, dan masyarakat perkotaan. Penarikan sampel

dilakukan secara sytematical random sampling. Hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa terjadi prevalensi gizi buruk sekitar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

26

17,6 persen dan gizi kurang sekitar 14 persen, dengan faktor

penyebab kemiskinan dan tingkat pendidikan orang tua yang

merupakan faktor utama penyebab balita menderita gizi buruk

dan gizi kurang.

Pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat

pemahaman seseorang tentang suatu hal dalam hal ini adalah

mengenai kesehatan. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010,

sebagian besar rumah tangga di Indonesia masih menggunakan

air yang tidak bersih (45 %) dan sarana pembuangan kotoran

yang tidak aman (49 %) hal ini berkaitan dengan tingkat

pengetahuan dan kesadaran yang rendah dari masyarakat.

Minimal satu dari setiap empat rumah tangga dalam dua kuintil

termiskin masih melakukan buang air besar di tempat terbuka.

Perilaku tersebut berhubungan dengan penyakit diare, yang

selanjutnya berkontribusi terhadap gizi kurang. Diare merupakan

salah satu penyebab kematian yang berkontribusi besar di

Indonesia tercatat 31 persen anak usia 1 sampai 11 bulan

meninggal akibat diare dan 25 persen kematian pada anak-anak

antara usia satu sampai empat tahun (UNICEF Indonesia 2012).

Kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang

menjadi penyebab terjadinya angka gizi buruk. Evans, dkk.,

(2011) dalam penelitiannya dengan menggunakan total sample

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

27

721 orang tua dengan anak berusia 1-5 tahun di bagian selatan

Amerika Serikat. Dengan menggunakan cross-sectional study

menemukan bahwa ada perbedaan cara pemberian makan dan

pemilihan jenis makanan. Praktek pemberian makanan dapat

menentukan pola perilaku anak dalam makan, terutama bagi

anak untuk dapat memiliki isyarat lapar yang normal.

Dari hasil penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat

bahwa gizi buruk dan gizi kurang merupakan permasalahan

yang multikompleks dan memiliki kesinambungan antar faktor

penyebab. Berdasarkan metode cross-sectional study maupun

multivariate yang digunakan dalam penelitian tersebut

menunjukan bahwa faktor kemiskinan, pendidikan dan

pengetahuan orang tua, makanan pendamping, kebudayaan,

infeksi dan penyakit penyerta seperti HIV aids, kondisi psikologi

anak, keamanan negara, terbatasnya fasilitas kesehatan, BBLR

dan nutrisi pada masa kehamilan berpengaruh dan memiliki

hubungan yang bermakna dengan gizi buruk dan gizi kurang.

Dari hasil penelitian juga menunjukan bahwa faktor ekonomi,

pendidikan, dan pengetahuan yang selama ini menjadi salah

faktor utama penyebab gizi buruk dan gizi kurang tidak dapat

diberlakukan secara universal terhadap seluruh wilayah dan

lapisan masyarakat yang ada.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

28

Melihat pemaparan tentang gizi kurang tersebut baik

secara teoritis maupun berdasarkan penelitian yang sudah

dilakukan menunjukan bahwa balita merupakan periode yang

rentan terhadap kejadian gizi kurang, gizi kurang memberikan

kontribusi yang sangat besar untuk terjadinya gangguan pada

pertumbuhan dan perkembangan balita dengan manifestasi

klinis paling fatal dapat menyebabkan kematian (Priharsiwi,

2006). Wilayah kerja Puskesmas Jetak memiliki balita dengan

jumlah angka gizi kurang yang tidak sedikit yaitu sebanyak 62

penderita, sangatlah penting melakukan pencegahan untuk

menekan angka gizi kurang tersebut, pencegahan dapat

dilakukan secara efektif ketika mengetahui faktor yang paling

berpotensi terhadap kejadian gizi kurang, hal yang paling tepat

untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan melakukan

sebuah penelitian.

2.8 Kerangka Teori

Dalam Penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil

penelitian sebelumnya, gizi kurang didefinisikan sebagai kondisi

dimana seseorang tidak memiliki nutrien yang dibutuhkan tubuh

akibat kesalahan atau kekurangan asupan makanan.

Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan terjadinya defisiensi

atau defisit energi dan protein dan sering disebut dengan KKP

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

29

(kekurangan Kalori Protein). Dalam standar yang ditetapkan oleh

Pemerintah, balita gizi kurang apabila indeks berat badan

menurut umur (BB/U) –3 s/d <-2 SD (Wong, 2002; Departemen

Gizi dan Kesehatan Msyarakat, 2013). Faktor yang

menyebabkan kekurangan gizi diantaranya adalah faktor

kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan orang tua, ASI (Air

Susu Ibu), makanan pendamping, infeksi dan penyakit penyerta

seperti HIV AIDS, kondisi psikologi anak, keamanan lingkungan,

terbatasnya fasilitas kesehatan, BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah), dan nutrisi pada masa kehamilan (Supariasa, 2013.,

Priharsiwi 2006.,Ghazi dkk,. 2011; Mc Donald dkk.,2012; Kumar

& Singh, 2013; Evans dkk., 2011).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

30

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Keterangan :

Area yang diteliti

Balita gizi kurang

apabila indeks Berat

Badan menurut

Umur (BB/U) –3 s/d

<-2 SD (Wong, 2002;

Departemen Gizi dan

Kesehatan

Msyarakat, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang (Supariasa, 2013., Priharsiwi 2006.,Ghazi dkk,. 2011; Mc Donald dkk.,2012; Kumar & Singh, 2013; Evans dkk., 2011):

● Kemiskinan/Pendapatan

● Praktek pemberian makan

● Pendidikan ibu

● Keamanan lingkungan

● Pemberian ASI ekslusif

● Kondisi psikologi anak

● Penyakit penyerta

● Pengetahuan Ibu

● Nutrisi masa kehamilan

● Fasilitas kesehatan terbatas

● Kelengkapan Imunisasi

● Kebudayaan

● Berat bayi saat lahir

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Balita II.pdf2.2 Definisi Gizi. Zat gizi merupakan hasil interaksi akhir organisme pada makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dapat berupa zat organik,

31

2.9 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2

Kerangka Konseptual

Gizi Kurang

Pendidikan Ibu

Pengetahuan Ibu

Tingkat

Pendapatan

Kelengkapan

Imunisasi

Pemberian ASI Ekslusif

BBLR