BAB II skripsi - Perpustakaan...
Transcript of BAB II skripsi - Perpustakaan...
15
BAB II
PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian, Dasar, Asas, Tujuan dan Metode Bimbingan dan
Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a) Secara Etimologis
1) Bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan
kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the
way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan
petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan
(governing), memberikan nasehat (giving advice).1
2) Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consillum” yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
memahami.2
b) Secara Terminologi
1) Menurut Dewa Ketut Sukardi
"Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) Mengambil keputusan, (d) Mengarahkan diri sendiri, dan (e) Mewujudkan diri mandiri".3
1W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo,
1997), hlm. 65. 2Prayetno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm. 99. 3Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta:Rineka Cipta, 200), hlm. 20.
16
2) Menurut Charles E. Skinner
"The guidance point of view in education today is characterized by its aim to assist each individual to make choices and decisions that are congruent with his abilities, interests, and opportunities and consistent with accepted sosial values"
Bimbingan menurut pendidikan dewasa ini dicirikan dengan tujuan membantu seseorang untuk membuat pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang sesuai dengan kemampuan mereka, minat, kesempatan serta kesesuaian dengan penerimaan nilai-nilai sosial).4
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
pembimbing kepada seorang atau beberapa orang individu
(binimbing), agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan
kemampuan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
3) Menurut Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu.
"Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah yang dihadapi oleh konseli".5
4) Menurut Bruce Shartzer dan Shelly C. Stone
"Counseling is a process which takes place in a one-to-one relationship between an individual troubled by problems with which he cannot cope alone, and a professional worker whose training and experience have qualified him to help other reach solution to various types of personal difficulties".6 (Konseling adalah sebuah proses pengambilan
4Charles E. Skinner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo: Maruzen Company
LTD, 1958), hlm. 469. 5Soli Abimanyu, M. Thayeb Manrihu, Teknik dan Laboratorium Konseling, (Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, 1996), hlm. 12 6Bruce Shartzer dan Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton
Mifflin Company, 1968), hlm. 23.
17
tempat (hati) dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan individual di mana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya ijazah membantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam kesulitan atau permasalahan personal.
Dari beberapa pendapat para pakar tersebut dapat
disimpulkan bahwa konseling adalah sebuah proses pemberian
bantuan dengan cara wawancara antara seorang konselor dengan
seorang konseli yang sedang mengalami suatu masalah psikologi
dengan tujuan konseli memahami masalahnya tersebut dan dapat
menyelesaikannya sendiri.
Definisi-definisi tersebut hanyalah merupakan pemahaman
dari pemikiran empiris sains belaka yang tidak melibatkan unsur
Islam, dengan kata lain tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,
namun hanya berdasarkan data empiris belaka. Sedangkan dalam
Bimbingan dan Konseling adalah penjabaran dari ayat-ayat Al-
Qur’an sebagai dasar rujukan yang dijadikan landasan dalam proses
bimbingan dan konseling yang Islami.
2. Dasar Bimbingan dan Konseling
a. Al-Qur'an dan Hadits.
Landasan (fondasi atau dasar pijak) utama Bimbingan dan
Konseling adalah Al-Qur’an dan Hadits, sebab keduanya merupakan
sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Al-Qur’an
dan Hadits dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual
Bimbingan dan Konseling. Dari Al-Qur’an dan Hadits itulah gagasan
dan tujuan konsep-konsep Bimbingan dan Konseling bersumber.7
Jika Al-Qur’an dan Hadits merupakan dasar utama yang dilihat
dari sudut asal-usulnya, yang merupakan landasan "naqliyah", maka
dasar lain yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling yang
7H. Thahari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:
UII Press, 1992), hlm. 5.
18
sifatnya "aqliyah" adalah filsafat dan ilmu (pendapat para pakar
muslim).
Bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk membantu
pengembangan potensi dan atau mengatasi problem kehidupan
sekarang yang menyangkut semua aspeknya. Usaha ini tentunya
memberi petunjuk agar persoalan-persoalan atau hambatan-hambatan
yang dialami manusia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
secara khusus dalam pendidikannya, pekerjaannya dan lain sebagainya
dapat dipecahkan seoptimal mungkin.
Firman Allah SWT surat Al-Kahfi ayat 10:
ا منء لنيهة ومحر كنلد آ آتنا مننبف فقالوا رة الي الكهيى الفتاذ او )١٠: الكهف (امرنا رشدا
“Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa : “wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi- Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (Q.S Al-Kahfi: 10).8
Firman Allah Swt dalam surat Fushilat ayat 44:
ن ال يؤمنون فى أذانهم وقر و الذيصلىقل هو للذين أمنوا هدى و شفاء ... )٤٤: فصلت ( أولئك ينادون من مكان بعيد جو هو عليهم عمرا
“Katakanlah: Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (Q.S. Fusilat: 44).9
Bimbingan dan Konseling menurut ajaran Al-Qur’an adalah
merupakan upaya meningkatkan kemampuan daya tangkal yang
bersumber pada kemantapan iman dan jati diri menuju taqwa kepada
8 Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1995), hlm. 444. 9Ibid, hlm. 779.
19
Allah SWT. Sekarang dan pada waktu mendatang sesuai dengan fitrah
manusia yang berbahagia dan sejahtera hidupnya.
Sabda Nabi Muhammad SAW:
اريم الدميت نقال : ع لمس ه وليلى اهللا عص بىة : ان النحصيالن نيالد هللا و لكتابه و لرسوله و ألئمة المسلمين و عامتهم :لمن؟ قال : قلنا
10)رواه مسلم(
“Dari Tamim Ad-Dariyyi bahwa: sesungguhnya Nabi SAW, telah bersabda: Agama itu nasehat, kami bertanya kepada beliau: “untuk siapa?” Rasulullah menjawab: Kepada Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, para Imam kaum muslimin dan umat Islam seluruhnya”. (H.R. Muslim).
Dari beberapa ayat dan Hadits di atas menunjukkan secara jelas
bahwa Bimbingan dan Konseling adalah suatu aktivitas memberikan
bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta
bimbingan (Binimbing) dalam hal bagaimana seharusnya seorang
pembimbing dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi
problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara
mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah
SAW.
b. Menurut Pakar Muslim
1) Hallen A
"Bimbingan Islami adalah proses bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits".11
10Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I, (Beriut: Daar Al Kutub Al Arabiyah, 1991), hlm.
74. 11Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islami, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 17.
20
2) Aunur Rahim Faqih
"Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat".12
3) HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky
"Konseling pada dasarnya adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli/klien, yang mana konseli datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan atau kurang pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metode psikologis dalam upaya mengembangkan kualitas kesehatan mental, mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, dan menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara mandiri".13
4) H. Thahari Musnamar.
"Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat".14
Dari beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling
yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut baik dalam
kerangka term pendidikan secara umum maupun pendidikan Islam,
maka peneliti menyimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling
adalah proses pemberian bantuan secara kontinyu terhadap individu
agar mampu hidup selaras, mandiri dengan ketentuan dan petunjuk
dari Allah SWT. Sehingga mampu meningkatkan amal shaleh baik
dari pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi berbagai
masalah yang pada akhirnya akan mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
12Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Pres,
2001), hlm. 4. 13H.M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004), Cet. 3, hlm. 180. 14H. Thahari Musnamar, op.cit, hlm. 5.
21
3. Asas-Asas Bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional,
sesuai dengan makna uraian pemahaman, penanganan dan penyikapan
(yang meliputi unsur-unsur kognisi, efeksi dan perlakuan) konselor
terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektifitas proses dan
lain-lainnya.15 Oleh karenanya dalam penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling terdapat kaidah-kaidah yang dikenal dengan asas-asas
bimbingan dan konseling, yaitu rambu-rambu yang harus ditetapkan dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan
mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Asas-asas yang
dimaksud secara umum adalah sebagai berikut:
a. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada guru
pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan
mendasari kepercayaan peserta didik kepada guru pembimbing.16 Asas
ini merupakan asas kunci dalam bimbingan dan konseling. Jika asas ini
benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi
bimbingan dan konseling akan mendapat kepercayaan dari semua
pihak, terutama penerima bimbingan (binimbing) sehingga mereka
akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-
baiknya.17
b. Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan benar-benar telah tertanam pada diri konseli,
sangat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan
dengan sukarela membawa masalahnya tersebut kepada konselor untuk
15 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114-115. 16 H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 16. 17 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm.115..
22
meminta bantuan.18 Pelaksanaan bimbingan dan konseling berlangsung
atas dasar kesukarelaan antara kedua belah pihak.19 Konseli
diharapkan secara sukarela tanpa ragu-ragu atau merasa terpaksa
menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan
segenap fakta, data dan latar belakang berkenaan dengan masalahnya
itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan
bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor
memberikan bantuan dengan ikhlas.20
c. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang
sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan
masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang akan datang.
Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau atau masa
mendatang yang perlu dibahas dalam upaya konseling yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar
belakang dan atau latar depan dari masalah yang dihadapi sekarang
sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan.21
d. Asas keterbukaan
Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam
suasana keterbukaan, baik yang pembimbing maupun binimbing
bersikap terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti
"bersedia menerima saran-saran dari luar", tetapi dan ini lebih penting,
masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.22
e. Asas Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu tujuan pemberian layanan
bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik agar dapat
18 Dewa KetutSukardi, op.cit, hlm. 115. 19 H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 16. 20 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 116. 21 Ibid, hlm. 116. 22 Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, op.cit, hlm. 39.
23
mandiri atau tidak bergantung kepada pembimbing dan orang lain.
Kemandirian tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan peserta didik dalam kehidupannya sehari-
hari.23
e. Asas Kegiatan
Pada dasarnya dalam proses bimbingan dan konseling, konselor hanya
bersifat membantu, usaha bimbingan dan konseling tidak akan berarti
bila konseli tidak bersifat aktif dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Oleh karenanya konselor hendaknya membangkitkan
semangat konseli hingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang
diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok
pembicaraan dalam konseling.24
g. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya
perubahan pada iri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang
lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama,
yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju suatu
pembaharuan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki.25
h. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai
aspek dari individu yang dibimbing. Sebagaimana diketahui individu
yang dibimbing itu memiliki berbagai segi yang kalau keadaannya
tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah.
Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga
diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
Jangan hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi/bahkan
bertentangan dengan aspek layanan yang lain.26
23Hellen, op.cit, hlm. 70. 24Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 118. 25 Hellen, op.cit, hlm. 70. 26Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, op.cit, hlm. 41.
24
i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang
berlaku, baik ditinjau dari norma agama, adat, hukum, negara, ilmu,
maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan
terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada.
Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
boleh menyinggung dari norma-norma yang dimaksudkan.27
j. Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan asas keahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik
dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.
Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya. Sehingga
dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional
yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus didik untuk
pekerjaan itu.28
k. Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan
jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk
membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim
individu tersebut kepada petugas/badan yang lebih ahli. Disamping itu
asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan
kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah ditangani
oleh ahli yang berwenang untuk itu.29
l. Asas Tutwuri Handayani
27Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm.35. 28Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 119 29Ibid, hlm. 119-120.
25
Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat
memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi
rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik.30
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan
dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya.31
Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan
penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahan itu. Masalah-masalah individu
bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-
masing bersifat unik oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan
konseling untuk masing-masing individu bersifat unik dan berbeda antara
individu satu dengan lainnya.32
Sedangkan dalam tujuan Bimbingan dan Konseling yaitu:
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.33 Individu yang
dimaksud di sini adalah orang yang dibimbing (binimbing), baik dengan
cara individual maupun kelompok. Mewujudkan diri sebagai manusia
seutuhnya berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai
manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya
dan pelaksanaan fungsi atau kedudukan sebagai makhluk Allah (makhluk
30H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 17. 31Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114. 32Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114. 33Aunur Rahim Faqih, op.cit, hlm. 33.
26
religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk
berbudaya.34
Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor manusia bisa
tidak seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia yang seutuhnya.
Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah
(problem), yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya
(ideal) dengan senyatanya. Orang yang menghadapi masalah, lebih-lebih
jika masalah itu berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia.
Bimbingan dan Konseling berusaha membantu individu agar bisa hidup
bahagia, bukan saja di dunia melainkan juga di akhirat. Oleh karena itu
tujuan akhir Bimbingan dan Konseling adalah untuk mencapai
kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.35
Firman Allah SWT. Surat Al-'Ashr ayat 1-3
اال الذين آمنوا و عملوا الصالحات ) ٢(ان االنسان لفى خسر ) ١(و العصر )٣-١:العصر()٣(و تواصوا بالحق و تواصوا بالصبر
“Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran (3)”. (Q.S. Al-'Ashr:1-3).36
Tujuan Bimbingan dan Konseling dapat dirumuskan sebagai
proses penemuan diri dan dunianya, sehingga individu dapat memilih,
merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah, menyesuaikan
secara bijaksana, dan berkembang sepenuh kemampuan dan
kesanggupannya serta dapat memimpin dari diri sendiri sehingga
individu dapat menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya,
produktif dan aktif bagi lingkungannya.37
34H. Thahari Musnamar, op.cit, hlm. 33. 35Ibid, hlm. 35. 36Soenarjo, dkk, op.cit, hlm. 1099. 37Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa,
(Jakarta: kerjasama APTIK dengan Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 41
27
5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling
Sedangkan dalam metode Bimbingan dan Konseling
diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
1. Metode Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode
dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka)
dengan orang yang dibimbingnya.38 Metode ini dirinci lagi menjadi:
a. Metode Individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung
secara individual dengan bimbingan. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempergunakan teknik:
1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pihak dibimbing.
2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan konselinya tetapi dilaksanakan di
rumah konseli sekaligus untuk mengamati keadaan rumah
konseli dan lingkungannya.
3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing/konseling
jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati
kerja konseli dan lingkungannya.
b. Metode Kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan konseli
dalam kelompok hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:
1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
bersama kelompok konseli yang mempunyai masalah yang
sama.
38Aunur Rahim Faqih, op.cit, hlm 54.
28
2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata
sebagai forumnya.
3) Sosiodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah
timbulnya masalah (psikologis).
4) Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah
timbulnya masalah (psikologis).
5) Group Teaching, yakni pemberian bimbingan dan konseling
dengan memberikan materi bimbingan dan konseling tertentu
(ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.
Di dalam bimbingan pendidikan, metode kelompok ini
dilakukan pula secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai
kelas-kelas belajar.
2. Metode Tidak langsung
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)
adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui media
komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok, bahkan masal.
a. Metode Individual melalui: Surat menyurat, telepon, SMS dan
sebagainya.
b. Metode kelompok atau masal melalui: Papan bimbingan dan
Konseling, surat kabar/majalah, brosur, angket sosimetri dan
DCM, radio (media audio), televisi.
Metode dan teknik nama yang dipergunakan dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling, tergantung pada:
a. Masalah atau problem yang sedang dihadapi/digarap.
b. Tujuan penggarapan masalah.
c. Keadaan binimbing/klien
29
d. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan metode atau
teknik.
e. Sarana dan prasarana yang tersedia.
f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.
g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.
h. Biaya yang tersedia.
Sedangkan metode spesifik yang digunakan oleh BK adalah:
a. Metode yang bersifat lahir, yang menggunakan alat yang dapat
dilihat, didengar atau dirasakan oleh pembimbing-konselor, yaitu
dengan menggunakan tangan dan lisan. Hal ini mengandung
pengertian bahwa pembimbing-konselor dapat menggunakan
kekuatan dan otoritasnya dalam memberikan nasehat, wejangan,
himbauan dan ajakan yang baik kepada peserta didik.
b. Metode yang bersifat batin, yaitu pendekatan yang hanya
dilakukan dalam hati dengan doa dan harapan bahwa masalah yang
sedang dihadapi oleh peserta didik semoga dapat teratasi dengan
cepat dan efesien.39
Dari pembahasan metode dan teknik tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa pembimbing disamping harus selalu menjalin kerjasama
dengan peserta didik, orang tua, kolega-kolega (rekan seprofesi) dan
instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan BK dengan menggunakan
metode dan teknik-teknik yang tepat serta senantiasa mendekatkan pada
ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.
B. Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah seiring disebut dengan
“BK pola 17”, karena di dalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang
amat perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah.40
39Hamdani Bakram Adz-Dzaky, op.cit., hlm. 213-215. 40Aminuddin Najib, dkk, Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berdasarkan Kurikulum 1994, (Yogyakarta: Tim Instuktur BK, 1997), hlm. 8-10.
30
1. Bidang Bimbingan dan Konseling
a. Bimbingan dan konseling pribadi
Pelayanan bidang BK pribadi bimbingan dan konseling membantu
peserta didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta
sehat jasmani dan rohani.
b. Bimbingan dan konseling sosial
Bidang bimbingan dan konseling sosial, layanan BK bertujuan
membantu peserta didik dalam mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosialnya (di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat
yang lebih luas) yang dilandasi oleh kesadaran norma, tata krama, budi
pekerti luhur dan tanggung jawab.
b. Bimbingan dan Konseling Belajar
Bimbingan dan Konseling Belajar, pelayanan BK bertujuan membantu
peserta didik dalam mengembangkan diri, mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik untuk dapat menguasai pengetahuan dan
ketrampilan serta mempersiapkannya melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
c. Bimbingan dan Konseling Karir
Bimbingan dan Konseling Karir bertujuan membantu peserta didik
dalam mengembangkan perencanaan masa depan karirnya, sesuai
dengan potensi bakat minat dan kemampuannya.
2. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta
didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu terselenggara sesuai
dengan keempat bidang bimbingan dan konseling tersebut. Layanan dan
kegiatan pokok tersebut adalah:
31
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan untuk memperkenalkan peserta didik baru dan atau seorang
terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.
b. Layanan Informasi
Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama
orang tua).
c. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat.
d. Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran yaitu layanan bimbingan dan konseling dalam
membantu peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, dapat mengikuti dan memperoleh manfaat optimal dari
kegiatan belajar mengajar di sekolah, serta manfaat-manfaat lain yang
berguna bagi kehidupan dan perkembangannya.
e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung
secara tatap muka dengan guru pembimbing-konselor dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
f. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang
diberikan kepada seseorang atau beberapa dalam kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan sejumlah peserta didik memperoleh kesempatan
32
untuk membahas dan mengentaskan masalah yang mereka alami
melalui suasana dinamika kelompok.
Untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran
dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik. Kegiatan
pendukung yang pokok adalah : (1) Aplikasi instrumentasi bimbingan dan
konseling, (2) Penyelenggaraan himpunan data, (3) Konferensi kasus, (4)
Kunjungan rumah, (5) Alih tangan kasus.41
C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
1. Perencanaan Bimbingan dan Konseling
Perencanaan adalah suatu pemikiran yang mantap. Kajian khusus
terhadap suatu pekerjaan yang akan dilakukan agar bentuk dan tahapan
pelaksanaannya dapat berjalan menurut garis yang telah ditentukan dengan
jelas baik sasaran maupun sarananya.42 Dari definisi tersebut, pada
dasarnya setiap perencanaan memiliki empat hal:43
1. Permasalahan yang merupakan perkaitan tujuan dengan sumber
dayanya.
2. Cara untuk mencapai tujuan atau sasaran rencana dengan
memperhatikan sumber dayanya dan alternatif atau kombinasi
alternatif yang dipandang terbaik.
3. Penterjemahan rencana dalam program kegiatan yang kongkrit.
4. Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan atau sasaran.
Manfaat dilakukannya perencanaan program secara matang yaitu
sebagai berikut:
1. Adanya kejelasan arah pelaksanaan program Bimbingan dan
Konseling.
41Soeparwoto, Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Jurusan
Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES, 2004), Edisi II, hlm. 7 – 9. 42Kamal Muhammad Isa, Manajemen Pendidikan Islam ,(Jakarta: Fikahati Aneska, 1994),
hlm. 15. 43Soebagyo Admidiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya,
2000), hlm. 77-78.
33
2. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
Bimbingan dan Konseling yang dilakukan.
3. Terlaksananya Program Bimbingan dan Konseling kegiatan BK secara
lancar, efisien dan efektif.
Yang harus diperhatikan dalam merencanakan program Bimbingan
dan Konseling adalah faktor waktu. Dalam perencanaan program
Bimbingan dan Konseling, guru pembimbing harus dapat mengatur waktu
untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisis dan
menindaklanjuti program kegiatan Bimbingan dan Konseling dengan
memperhatikan:
1. Semua jenis program Bimbingan dan Konseling (tahunan, semesteran,
bulanan, mingguan dan harian).
2. Kontak langsung dengan peserta didik yang dilayani.
3. Kegiatan Bimbingan dan Konseling tidak merugikan waktu belajar di
sekolah.
4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di luar jam sekolah dapat sampai
50 %.
Disamping itu, guru pembimbing dalam merencanakan program
Bimbingan dan Konseling harus mampu membuat jadwal kegiatan
Bimbingan dan Konseling di dalam dan di luar jam belajar sekolah untuk
memenuhi minimal tugas wajib mingguan.
Khusus mengenai perencanaan program layanan atau pendukung
hal-hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Menetapkan materi layanan atau pendukung yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan atau permasalahan peserta didik yang akan dikenai
layanan atau pendukung. Materi tersebut juga harus dikaitkan dengan
taraf perkembangan peserta didik dan bidang bimbingan tertentu.
Lebih jauh materi itu perlu bersumber dari atau diperluas dengan
tuntutan dan kondisi sekolah, perkembangan, tuntutan dan kondisi
lingkungan, (lingkungan sekitar dan masyarakat, kondisi yang
34
menjurus ke arah globalisasi), serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni serta dunia kerja.
2. Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai.
3. Menetapkan sasaran kegiatan, yaitu peserta didik asuh yang akan
dikenai kegiatan layanan atau pendukung atau yang lainnya.
4. Menetapkan bahan, sumber bahan, dan atau narasumber, serta personal
yang terkait dan peranannya masing-masing.
5. Menetapkan metode, teknik khusus, media dan alat yang akan
digunakan, sesuai dengan ciri khusus layanan atau pendukung yang
direncanakan itu.
6. Menetapkan rencana penilaian.
7. Mempertimbangkan keterkaitan antara layanan atau pendukung yang
direncanakan itu dengan kegiatan lainnya.
8. Menetapkan waktu dan tempat.44
2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
SK Menpan No. 84/1993 menegaskan bahwa tugas pokok guru
pembimbing adalah "menyusun program bimbingan, melaksanakan
program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan
terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya" (Pasal 4).45
Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru
pembimbing meliputi:
a. Bidang-bidang bimbingan
b. Jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling
c. Jenis-jenis kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
d. Tahap pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling
e. Jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing
untuk memperoleh pelayanan (minimal 150 peserta didik) untuk satu
pembimbing.
44H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 27-31. 45H. Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 6.
35
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan ke dalam
program-program kegiatan. Program-program kegiatan itu perlu terlebih
dahulu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan
merupakan wujud nyata pelayanan langsung Bimbingan dan Konseling
terhadap peserta didik asuh.
Program yang telah direncanakan atau disusun itu dilaksanakan
melalui:
1. Persiapan pelaksanaan
a. persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat keras.
b. Persiapan bahan, perangkat lunak
c. Persiapan personel.
d. Persiapan ketrampilan menerapkan atau menggunakan metode,
teknik khusus, media dan alat.
e. Persiapan administrasi.
2. Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana
a. Penerapan metode, teknik khusus, media dan alat.
b. Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam.
c. Pengaktifan nara sumber.
d. Efisiensi waktu
e. Administrasi pelaksana.46
3. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di sekolah
terdapat berbagai komponen. Komponen-komponen yang dimaksud di sini
ialah saluran-saluran untuk melayani para peserta didik, tenaga-tenaga
Bimbingan dan Konseling atau kependidikan lainnya serta orang tua
peserta didik.47
Sebagaimana halnya kegiatan-kegiatan pendidikan yang lain di
sekolah seperti kegiatan belajar mengajar pada sewaktu-waktu tentu harus
46H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 34-36. 47W.S. Winkel, op.cit, hlm. 144
36
dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan itu tercapai.
Demikian pula hal dalam kegiatan BK di sekolah sebagai upaya tindakan
atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program BK di sekolah dengan mengacu
kepada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program BK
yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan
pelaksanaan program layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
mengacu pada terpenuhinya atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung, berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan
perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Jadi dengan demikian dapat dikatakan evaluasi pelaksanaan
program Bimbingan dan Konseling merupakan satu kegiatan yang sangat
penting, karena berdasarkan hasil evaluasi itulah dapat diambil suatu
kesimpulan apakah kegiatan yang telah dilakukan itu dapat mencapai
sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu
perlu diteruskan atau tidak kegiatan itu perlu diteruskan atau tidak, dan
sebagainya.48
a) Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program BK
Evaluasi program Bimbingan dan Konseling mencakup usaha
menilai efisiensi dan efektifitas dari pelayanan BK itu sendiri demi
peningkatan mutu program BK. Pelaksanaan evaluasi ini menuntut
diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis,
menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh, mengadakan
penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.49
Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di
sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
48Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 183-184. 49W.S. Winkel, op.cit, hlm. 150.
37
dengan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah
dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan.50
Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan bahwa:
a. Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling
merupakan suatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitas
pelayanan Bimbingan dan Konseling demi peningkatan mutu
program Bimbingan dan Konseling.
b. Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling ialah
suatu usaha penelitian, dengan cara mengumpulkan data secara
sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh
secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan
langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.
b) Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program BK di sekolah
Jenis evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah mencakup
dua komponen, yaitu:
i. Evaluasi proses
Evaluasi proses digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
keefektifan layanan Bimbingan dan Konseling dilihat dari
prosesnya.
ii. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil digunakan untuk memperoleh informasi keefektifan
pelayanan BK dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dievaluasi baik proses maupun hasil antara
lain: (1) kesesuaian antara program dan pelaksanaan, (2)
keterlaksanaan program, (3) hambatan-hambatan yang dijumpai,
(4) dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar
mengajar, (5) respon siswa, personel sekolah, orang tua, dan
masyarakat terhadap layanan BK, (6) perubahan kemajuan siswa
dilihat dari pencapaian tujuan layanan BK, pencapaian tugas-
50Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 184-185.
38
tugas perkembangan, hasil belajar, dan keberhasilan siswa
setelah menamatkan sekolah, baik dalam studi lanjutan maupun
pada kehidupan di masyarakat.
Dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi Bimbingan dan
Konseling bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan
dengan cara, yaitu: (1) mengamati partisipasi dan aktifitas siswa
dalam kegiatan BK, (2) mengungkapkan pemahaman siswa atas
masalah yang dialaminya, (3) mengungkapkan kegunaan layanan
bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari partisipasi atau
aktifitasnya dalam kegiatan layanan BK, (4) mengungkapkan
minat siswa tentang perlunya BK lebih lanjut, (5) mengamati
perkembangan siswa dari waktu ke waktu, (6) mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
layanan.51
D. Problematika pelaksanaan BK dan Solusinya
Setelah disusun rencana lengkap atas pertimbangan yang masak untuk
menyelenggarakan kegiatan Bimbingan dan Konseling suatu sekolah tertentu,
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah juga dengan kebutuhan
dan persoalan anak didik dan dengan memperhatikan faktor-faktor yang perlu,
personalia Bimbingan dan Konseling, pembagian tugas dan tanggung jawab,
dan bentuk kerjasamanya antar petugas maka kita telah siap dengan
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah itu.
Dalam pembahasan ini dipikirkan problema-problema yang sering
dihadapi oleh petugas BK dalam melaksanakan rencananya. Sering kali oleh
rintangan-rintangan kesukaran-kesukaran yang lazim timbul belum tentu
disebabkan oleh kesalahan petugas, maka petugas yang belum berpengalaman
cenderung menjadi petugas saja. Dia takut meneruskan kariernya atau
membiarkan dirinya mengikuti aliran arus pemberian BK yang salah dan atau
51Ahmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 45-46.
39
tidak memenuhi asas-asas BK, sehingga tidak memungkinkan dicapainya
tujuan Bimbingan dan Konseling.52
Adapun kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pembimbing dalam
pelaksanaan BK antara lain.
1) Kesalahan-kesalahan dalam perencanaan
Seringkali adanya kesalahan-kesalahan perencanaan dalam
pelaksanaan BK yaitu:
a. Tidak tepat/jelasnya definisi-definisi dan fungsi-fungsi di program
serta berjenis-jenis pelayanan yang hendak dicapai oleh program itu.
b. Pembagian tugas antara petugas-petugas yang over lapping demikian
juga mengenai pembagian tanggung jawab dari beberapa petugas.
c. Kegagalan di dalam merumuskan hubungan-hubungan kerja antar
petugas bimbingan, dan antara petugas bimbingan dengan staf lain di
sekolah.
d. Kegagalan dalam mengenal dan memperhitungkan adanya suasana
yang kurang baik, seperti iri, curiga, kurang pemahaman, dan lain-lain
sehubungan dengan tugas dan fungsi-fungsi yang diserahkan kepada
masing-masing petugas.
e. Kegagalan dalam memperkenalkan/menjelaskan langkah-langkah
dalam usaha mengimplementasikan Bimbingan dan Konseling kepada
masing-masing petugas.53
2) Problem Pelaksanaan BK
Perencanaan yang baik pasti meliputi penentuan petugas-petugas,
dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, bentuk kerjasama
yang dapat dilaksanakan dan dievaluasi dari pelaksanaan tugas masing-
masing, meskipun dalam prakteknya dirasakan adanya kemacetan dalam
pekerjaan, yang terletak dari beberapa sumber yaitu:
a. Metode serta teknik BK yang sudah berkembang pesat tidak dapat
dimanfaatkan oleh para pembimbing, karena mereka kurang banyak
52Pusat Bimbingan USKW, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, op.cit, hlm. 107. 53Pusat Bimbingan UKWS, op.cit, hlm. 113-114.
40
dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk
melaksanakan fungsinya sebagai pembimbing. Dengan demikian,
dapat diperkirakan bahwa keberhasilan mereka memberikan
bimbingan dan konseling kurang terjamin.54
b. Kerjasama tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini belum tentu
disebabkan oleh organisasi yang kurang baik, tetapi dapat disebabkan
oleh belum adanya pengalaman dari petugas bimbingan.
c. Ketidaklancaran kerja dapat menunjuk kepada perlu adanya penataran
(in service trining) untuk staf, baik staf yang tidak terlibat secara
langsung dari kegiatan bimbingan, maupun yang terlibat secara
langsung, pembimbing khusus, kepala sekolah, pengurus, inspektur
dan lain-lain.
d. Persoalan yang timbul oleh pengangkatan tenaga pembimbing di
sekolah.
e. Persoalan sehubungan dengan program bimbingan yaitu banyaknya
program BK yang membuituhkan penanganan yang khusus dan tenaga
yang professional serta pada waktu yang khusus pula.55
f. Menyusun program tanpa menyadari pentingnya program, hanya demi
program tersebut.
g. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang ada di
sekolah itu. Kurang kesadaran bahwa program harus dilaksanakan
dengan pemberian tempat pada adanya fleksibilitas/keluwesan,
mengingat pula sasaran yang dilayani, Persoalan yang ingin ditangani,
tenaga yang melaksanakan, sifat bidang bimbingan, dan lain-lain.
h. Kurang tepatnya hasil penelitian dalam berbagai bidang: seperti
kemampuan dan kesempatan tenaga, fasilitas yang ada, kelemahan dan
kekuatan pendidikan di sekolah, penentuan prioritas dari persoalan
yang perlu di tangani dan lain-lainnya.
54Hellen, op.cit, hlm. 44 55Pusat Bimbingan UKWS, op.cit, hlm. 111-112.
41
i. Dalam program dipilih kegiatan-kegiatan yang belum sempat
dilakukan oleh petugas yang ada.56
3) Problem dalam evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah.
Ada beberapa hambatan yang dirasakan sampai saat ini dalam
evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah. Beberapa diantaranya:
a. Pelaksanaan BK di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup
memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program
Bimbingan dan Konseling.
b. Pelaksanaan BK di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang
sangat bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya,
sehingga kemampuannya pun dalam mengevaluasi pelaksanaan
program BK sangat bervariasi termasuk dalam menyusun,
membukukan dan mengembangkan instrumen evaluasi.
c. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan
program BK di sekolah yang valid, reliable dan objektif.
d. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan/pelatihan khusus
yang berkaitan tentang evaluasi pelaksanaan program BK pada
umumnya dan penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi
pelaksanaan program BK di sekolah.
e. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang.
f. Belum adanya guru inti atau instruktur BK yang ahli dalam bidang
evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah.
g. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan BK dan yang
tegas dan baku belum ada sampai saat ini.57
Dari beberapa Problematika yang ada dalam pelaksanaan BK di
sekolah maka perlu adanya solusi untuk mencapai tujuan dan
terlaksananya fungsi program BK, maka pelaksanaannya harus dikelola
sebaik dan seefisien serta seefektif mungkin selaras dengan asas-asas serta
metode dalam pelaksanaan BK. Adapun solusi yang ditawarkan yaitu:
56Ibid 57Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm. 190-191.
42
1. Perencanaan pelaksanaan BK
Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan BK
di MAN Kendal, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Analisis kebutuhan permasalahan peserta didik.
b. Penentuan tujuan program layanan BK yang hendak dicapai.
c. Analisis situasi dan kondisi di sekolah.
d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan.
e. Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam
kegiatan.
f. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang telah ditetapkan.
g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan BK
yang dirancangkan.
h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan
usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-
hambatan itu.58
2. Pelaksanaan BK
Mempersoalkan peran pembimbing dalam pelaksanaan BK di
sekolah harus adanya pembatasan yang jelas mengenai tugas dan
tanggung jawab seorang pembimbing yaitu:59
a. Kompetensi religius yaitu seperangkat kemampuan untuk
mengendalikan diri agar tidak melanggar perintah Allah SWT dan
sebaliknya tidak memperturutkan segala sesuatu yang dilarang oleh
Allah SWT.
b. Kompetensi akademis dan profesional adalah seperangkat
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya
dimiliki sesuai dengan bidangnya masing-masing serta
pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam
58H. Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit, hlm. 28. 59Hellen, op.cit, hlm. 35-55.
43
kehidupan sehari-hari. Termasuk ke dalam kompetensi akademis
atau profesional ini adalah kompetensi dalam melakukan tanggung
jawab sesuai dengan keahliannya.
c. Kompetensi kemanusiaan individual adalah kemampuan para
pembimbing suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan
dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan
transformasi diri dan pemahaman diri. Pencapaian kompetensi ini
erat kaitannya dengan pencapaian kematangan dalam aspek
intelektual, emosional dan sosial.
d. Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan pada pembimbing
untuk memahami bahwa dirinya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya
sebagai anggota masyarakat dan warga negara Indonesia.
3. Evaluasi Pelaksanaan BK
Dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program
BK di sekolah dengan menggunakan prinsip-prinsip program BK
sebagai berikut:60
a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan
program ini berarti perlu adanya kejelasan mengenai tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu kegiatan evaluasi.
b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria yang jelas.
c. Evaluasi melibatkan berbagai pihak-pihak yang benar-benar
profesional dalam bidang BK secara keseluruhan.
d. Menuntut umpan balik (feed back) dan tindak lanjut (follow-up)
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membuat
kebijakan/keputusan adapun keputusan dapat menyangkut:
1) Personalia yang terlibat dan kemampuannya menggantikan atau
penambahan tenaga.
2) Jenis kegiatan dan pelaksanaannya disusun berdasarkan
prioritas kegiatan dan subjek yang ditangani.
60Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 191-192
44
3) Pembiayaan, waktu dan fasilitas lainnya harus
dipertimbangkan.
e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan.
Hal ini berarti bahwa evaluasi program BK bukan merupakan
kegiatan yang bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan.
Demikianlah landasan teoritik tentang pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling.
_____000_____