BAB II skripsi - Perpustakaan...

30
15 BAB II PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Pengertian, Dasar, Asas, Tujuan dan Metode Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a) Secara Etimologis 1) Bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan nasehat (giving advice). 1 2) Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consillum” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau memahami. 2 b) Secara Terminologi 1) Menurut Dewa Ketut Sukardi "Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) Mengambil keputusan, (d) Mengarahkan diri sendiri, dan (e) Mewujudkan diri mandiri". 3 1 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo, 1997), hlm. 65. 2 Prayetno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 3 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka Cipta, 200), hlm. 20.

Transcript of BAB II skripsi - Perpustakaan...

15

BAB II

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian, Dasar, Asas, Tujuan dan Metode Bimbingan dan

Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a) Secara Etimologis

1) Bimbingan berasal dari bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan

kata asal guide, yang diartikan menunjukkan jalan (showing the

way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan

petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan

(governing), memberikan nasehat (giving advice).1

2) Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consillum” yang berarti

“dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau

memahami.2

b) Secara Terminologi

1) Menurut Dewa Ketut Sukardi

"Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, (b) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) Mengambil keputusan, (d) Mengarahkan diri sendiri, dan (e) Mewujudkan diri mandiri".3

1W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Grasindo,

1997), hlm. 65. 2Prayetno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,

1999), hlm. 99. 3Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,

(Jakarta:Rineka Cipta, 200), hlm. 20.

16

2) Menurut Charles E. Skinner

"The guidance point of view in education today is characterized by its aim to assist each individual to make choices and decisions that are congruent with his abilities, interests, and opportunities and consistent with accepted sosial values"

Bimbingan menurut pendidikan dewasa ini dicirikan dengan tujuan membantu seseorang untuk membuat pilihan-pilihan dan keputusan-keputusan yang sesuai dengan kemampuan mereka, minat, kesempatan serta kesesuaian dengan penerimaan nilai-nilai sosial).4

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

pembimbing kepada seorang atau beberapa orang individu

(binimbing), agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan

kemampuan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.

3) Menurut Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu.

"Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah yang dihadapi oleh konseli".5

4) Menurut Bruce Shartzer dan Shelly C. Stone

"Counseling is a process which takes place in a one-to-one relationship between an individual troubled by problems with which he cannot cope alone, and a professional worker whose training and experience have qualified him to help other reach solution to various types of personal difficulties".6 (Konseling adalah sebuah proses pengambilan

4Charles E. Skinner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo: Maruzen Company

LTD, 1958), hlm. 469. 5Soli Abimanyu, M. Thayeb Manrihu, Teknik dan Laboratorium Konseling, (Jakarta:

Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, 1996), hlm. 12 6Bruce Shartzer dan Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling, (New York: Houghton

Mifflin Company, 1968), hlm. 23.

17

tempat (hati) dalam seorang kepada orang lain berhubungan dengan permasalahan individual di mana masalah itu tidak dapat dipecahkan sendiri, dan pekerja profesional (konselor) yang ahli dan berpengalaman punya ijazah membantu yang lain (konseli) mencapai solusi dari berbagai macam kesulitan atau permasalahan personal.

Dari beberapa pendapat para pakar tersebut dapat

disimpulkan bahwa konseling adalah sebuah proses pemberian

bantuan dengan cara wawancara antara seorang konselor dengan

seorang konseli yang sedang mengalami suatu masalah psikologi

dengan tujuan konseli memahami masalahnya tersebut dan dapat

menyelesaikannya sendiri.

Definisi-definisi tersebut hanyalah merupakan pemahaman

dari pemikiran empiris sains belaka yang tidak melibatkan unsur

Islam, dengan kata lain tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,

namun hanya berdasarkan data empiris belaka. Sedangkan dalam

Bimbingan dan Konseling adalah penjabaran dari ayat-ayat Al-

Qur’an sebagai dasar rujukan yang dijadikan landasan dalam proses

bimbingan dan konseling yang Islami.

2. Dasar Bimbingan dan Konseling

a. Al-Qur'an dan Hadits.

Landasan (fondasi atau dasar pijak) utama Bimbingan dan

Konseling adalah Al-Qur’an dan Hadits, sebab keduanya merupakan

sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Al-Qur’an

dan Hadits dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual

Bimbingan dan Konseling. Dari Al-Qur’an dan Hadits itulah gagasan

dan tujuan konsep-konsep Bimbingan dan Konseling bersumber.7

Jika Al-Qur’an dan Hadits merupakan dasar utama yang dilihat

dari sudut asal-usulnya, yang merupakan landasan "naqliyah", maka

dasar lain yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling yang

7H. Thahari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:

UII Press, 1992), hlm. 5.

18

sifatnya "aqliyah" adalah filsafat dan ilmu (pendapat para pakar

muslim).

Bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk membantu

pengembangan potensi dan atau mengatasi problem kehidupan

sekarang yang menyangkut semua aspeknya. Usaha ini tentunya

memberi petunjuk agar persoalan-persoalan atau hambatan-hambatan

yang dialami manusia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

secara khusus dalam pendidikannya, pekerjaannya dan lain sebagainya

dapat dipecahkan seoptimal mungkin.

Firman Allah SWT surat Al-Kahfi ayat 10:

ا منء لنيهة ومحر كنلد آ آتنا مننبف فقالوا رة الي الكهيى الفتاذ او )١٠: الكهف (امرنا رشدا

“Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa : “wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi- Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (Q.S Al-Kahfi: 10).8

Firman Allah Swt dalam surat Fushilat ayat 44:

ن ال يؤمنون فى أذانهم وقر و الذيصلىقل هو للذين أمنوا هدى و شفاء ... )٤٤: فصلت ( أولئك ينادون من مكان بعيد جو هو عليهم عمرا

“Katakanlah: Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (Q.S. Fusilat: 44).9

Bimbingan dan Konseling menurut ajaran Al-Qur’an adalah

merupakan upaya meningkatkan kemampuan daya tangkal yang

bersumber pada kemantapan iman dan jati diri menuju taqwa kepada

8 Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1995), hlm. 444. 9Ibid, hlm. 779.

19

Allah SWT. Sekarang dan pada waktu mendatang sesuai dengan fitrah

manusia yang berbahagia dan sejahtera hidupnya.

Sabda Nabi Muhammad SAW:

اريم الدميت نقال : ع لمس ه وليلى اهللا عص بىة : ان النحصيالن نيالد هللا و لكتابه و لرسوله و ألئمة المسلمين و عامتهم :لمن؟ قال : قلنا

10)رواه مسلم(

“Dari Tamim Ad-Dariyyi bahwa: sesungguhnya Nabi SAW, telah bersabda: Agama itu nasehat, kami bertanya kepada beliau: “untuk siapa?” Rasulullah menjawab: Kepada Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, para Imam kaum muslimin dan umat Islam seluruhnya”. (H.R. Muslim).

Dari beberapa ayat dan Hadits di atas menunjukkan secara jelas

bahwa Bimbingan dan Konseling adalah suatu aktivitas memberikan

bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta

bimbingan (Binimbing) dalam hal bagaimana seharusnya seorang

pembimbing dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,

kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi

problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara

mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah

SAW.

b. Menurut Pakar Muslim

1) Hallen A

"Bimbingan Islami adalah proses bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadits".11

10Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I, (Beriut: Daar Al Kutub Al Arabiyah, 1991), hlm.

74. 11Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islami, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 17.

20

2) Aunur Rahim Faqih

"Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat".12

3) HM. Hamdani Bakran Adz-Dzaky

"Konseling pada dasarnya adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan konseli/klien, yang mana konseli datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan atau kurang pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metode psikologis dalam upaya mengembangkan kualitas kesehatan mental, mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya, dan menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara mandiri".13

4) H. Thahari Musnamar.

"Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat".14

Dari beberapa definisi tentang bimbingan dan konseling

yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut baik dalam

kerangka term pendidikan secara umum maupun pendidikan Islam,

maka peneliti menyimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling

adalah proses pemberian bantuan secara kontinyu terhadap individu

agar mampu hidup selaras, mandiri dengan ketentuan dan petunjuk

dari Allah SWT. Sehingga mampu meningkatkan amal shaleh baik

dari pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi berbagai

masalah yang pada akhirnya akan mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

12Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Pres,

2001), hlm. 4. 13H.M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2004), Cet. 3, hlm. 180. 14H. Thahari Musnamar, op.cit, hlm. 5.

21

3. Asas-Asas Bimbingan dan konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional,

sesuai dengan makna uraian pemahaman, penanganan dan penyikapan

(yang meliputi unsur-unsur kognisi, efeksi dan perlakuan) konselor

terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan

mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektifitas proses dan

lain-lainnya.15 Oleh karenanya dalam penyelenggaraan layanan bimbingan

dan konseling terdapat kaidah-kaidah yang dikenal dengan asas-asas

bimbingan dan konseling, yaitu rambu-rambu yang harus ditetapkan dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu diikuti dan

terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan

mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Asas-asas yang

dimaksud secara umum adalah sebagai berikut:

a. Asas Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada guru

pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas ini akan

mendasari kepercayaan peserta didik kepada guru pembimbing.16 Asas

ini merupakan asas kunci dalam bimbingan dan konseling. Jika asas ini

benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi

bimbingan dan konseling akan mendapat kepercayaan dari semua

pihak, terutama penerima bimbingan (binimbing) sehingga mereka

akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-

baiknya.17

b. Asas Kesukarelaan

Jika asas kerahasiaan benar-benar telah tertanam pada diri konseli,

sangat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah akan

dengan sukarela membawa masalahnya tersebut kepada konselor untuk

15 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114-115. 16 H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 16. 17 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm.115..

22

meminta bantuan.18 Pelaksanaan bimbingan dan konseling berlangsung

atas dasar kesukarelaan antara kedua belah pihak.19 Konseli

diharapkan secara sukarela tanpa ragu-ragu atau merasa terpaksa

menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan

segenap fakta, data dan latar belakang berkenaan dengan masalahnya

itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan

bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor

memberikan bantuan dengan ikhlas.20

c. Asas Kekinian

Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang

sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan

masalah yang mungkin akan dialami dimasa yang akan datang.

Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau atau masa

mendatang yang perlu dibahas dalam upaya konseling yang sedang

diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar

belakang dan atau latar depan dari masalah yang dihadapi sekarang

sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan.21

d. Asas keterbukaan

Bimbingan dan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam

suasana keterbukaan, baik yang pembimbing maupun binimbing

bersikap terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti

"bersedia menerima saran-saran dari luar", tetapi dan ini lebih penting,

masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk

kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud.22

e. Asas Kemandirian

Kemandirian merupakan salah satu tujuan pemberian layanan

bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik agar dapat

18 Dewa KetutSukardi, op.cit, hlm. 115. 19 H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 16. 20 Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 116. 21 Ibid, hlm. 116. 22 Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, op.cit, hlm. 39.

23

mandiri atau tidak bergantung kepada pembimbing dan orang lain.

Kemandirian tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan peranan peserta didik dalam kehidupannya sehari-

hari.23

e. Asas Kegiatan

Pada dasarnya dalam proses bimbingan dan konseling, konselor hanya

bersifat membantu, usaha bimbingan dan konseling tidak akan berarti

bila konseli tidak bersifat aktif dalam kegiatan bimbingan dan

konseling. Oleh karenanya konselor hendaknya membangkitkan

semangat konseli hingga mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang

diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi pokok

pembicaraan dalam konseling.24

g. Asas Kedinamisan

Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya

perubahan pada iri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang

lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama,

yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju suatu

pembaharuan, sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah

perkembangan klien yang dikehendaki.25

h. Asas Keterpaduan

Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai

aspek dari individu yang dibimbing. Sebagaimana diketahui individu

yang dibimbing itu memiliki berbagai segi yang kalau keadaannya

tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah.

Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga

diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.

Jangan hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi/bahkan

bertentangan dengan aspek layanan yang lain.26

23Hellen, op.cit, hlm. 70. 24Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 118. 25 Hellen, op.cit, hlm. 70. 26Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, op.cit, hlm. 41.

24

i. Asas Kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma yang

berlaku, baik ditinjau dari norma agama, adat, hukum, negara, ilmu,

maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan

terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada.

Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak

boleh menyinggung dari norma-norma yang dimaksudkan.27

j. Asas Keahlian

Usaha bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan asas keahlian

secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik

dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling) yang memadai.

Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya. Sehingga

dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional

yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus didik untuk

pekerjaan itu.28

k. Asas Alih Tangan

Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan

jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk

membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat

terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim

individu tersebut kepada petugas/badan yang lebih ahli. Disamping itu

asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan

konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan

kewenangan petugas yang bersangkutan, dan setiap masalah ditangani

oleh ahli yang berwenang untuk itu.29

l. Asas Tutwuri Handayani

27Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm.35. 28Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 119 29Ibid, hlm. 119-120.

25

Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat

memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi

rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada

peserta didik.30

4. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu

memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan

dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar

belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan

tuntutan positif lingkungannya.31

Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan

penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan langsung dengan

permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai

dengan kompleksitas permasalahan itu. Masalah-masalah individu

bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-

masing bersifat unik oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan

konseling untuk masing-masing individu bersifat unik dan berbeda antara

individu satu dengan lainnya.32

Sedangkan dalam tujuan Bimbingan dan Konseling yaitu:

membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.33 Individu yang

dimaksud di sini adalah orang yang dibimbing (binimbing), baik dengan

cara individual maupun kelompok. Mewujudkan diri sebagai manusia

seutuhnya berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatnya sebagai

manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsur dirinya

dan pelaksanaan fungsi atau kedudukan sebagai makhluk Allah (makhluk

30H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudiarto, op.cit, hlm. 17. 31Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114. 32Prayitno, Eraman Amti, op.cit, hlm. 114. 33Aunur Rahim Faqih, op.cit, hlm. 33.

26

religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk

berbudaya.34

Dalam perjalanan hidupnya, karena berbagai faktor manusia bisa

tidak seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia yang seutuhnya.

Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah

(problem), yaitu menghadapi adanya kesenjangan antara yang seharusnya

(ideal) dengan senyatanya. Orang yang menghadapi masalah, lebih-lebih

jika masalah itu berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia.

Bimbingan dan Konseling berusaha membantu individu agar bisa hidup

bahagia, bukan saja di dunia melainkan juga di akhirat. Oleh karena itu

tujuan akhir Bimbingan dan Konseling adalah untuk mencapai

kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.35

Firman Allah SWT. Surat Al-'Ashr ayat 1-3

اال الذين آمنوا و عملوا الصالحات ) ٢(ان االنسان لفى خسر ) ١(و العصر )٣-١:العصر()٣(و تواصوا بالحق و تواصوا بالصبر

“Demi masa (1). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (2). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran (3)”. (Q.S. Al-'Ashr:1-3).36

Tujuan Bimbingan dan Konseling dapat dirumuskan sebagai

proses penemuan diri dan dunianya, sehingga individu dapat memilih,

merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah, menyesuaikan

secara bijaksana, dan berkembang sepenuh kemampuan dan

kesanggupannya serta dapat memimpin dari diri sendiri sehingga

individu dapat menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya,

produktif dan aktif bagi lingkungannya.37

34H. Thahari Musnamar, op.cit, hlm. 33. 35Ibid, hlm. 35. 36Soenarjo, dkk, op.cit, hlm. 1099. 37Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa,

(Jakarta: kerjasama APTIK dengan Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 41

27

5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling

Sedangkan dalam metode Bimbingan dan Konseling

diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi dikelompokkan menjadi dua

yaitu:

1. Metode Langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode

dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka)

dengan orang yang dibimbingnya.38 Metode ini dirinci lagi menjadi:

a. Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung

secara individual dengan bimbingan. Hal ini dapat dilakukan

dengan mempergunakan teknik:

1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak dibimbing.

2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan konselinya tetapi dilaksanakan di

rumah konseli sekaligus untuk mengamati keadaan rumah

konseli dan lingkungannya.

3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing/konseling

jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati

kerja konseli dan lingkungannya.

b. Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan konseli

dalam kelompok hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:

1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau

bersama kelompok konseli yang mempunyai masalah yang

sama.

38Aunur Rahim Faqih, op.cit, hlm 54.

28

2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata

sebagai forumnya.

3) Sosiodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah

timbulnya masalah (psikologis).

4) Psikodrama, yakni bimbingan dan konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah

timbulnya masalah (psikologis).

5) Group Teaching, yakni pemberian bimbingan dan konseling

dengan memberikan materi bimbingan dan konseling tertentu

(ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.

Di dalam bimbingan pendidikan, metode kelompok ini

dilakukan pula secara klasikal, karena sekolah umumnya mempunyai

kelas-kelas belajar.

2. Metode Tidak langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui media

komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun

kelompok, bahkan masal.

a. Metode Individual melalui: Surat menyurat, telepon, SMS dan

sebagainya.

b. Metode kelompok atau masal melalui: Papan bimbingan dan

Konseling, surat kabar/majalah, brosur, angket sosimetri dan

DCM, radio (media audio), televisi.

Metode dan teknik nama yang dipergunakan dalam

melaksanakan bimbingan dan konseling, tergantung pada:

a. Masalah atau problem yang sedang dihadapi/digarap.

b. Tujuan penggarapan masalah.

c. Keadaan binimbing/klien

29

d. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan metode atau

teknik.

e. Sarana dan prasarana yang tersedia.

f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.

g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.

h. Biaya yang tersedia.

Sedangkan metode spesifik yang digunakan oleh BK adalah:

a. Metode yang bersifat lahir, yang menggunakan alat yang dapat

dilihat, didengar atau dirasakan oleh pembimbing-konselor, yaitu

dengan menggunakan tangan dan lisan. Hal ini mengandung

pengertian bahwa pembimbing-konselor dapat menggunakan

kekuatan dan otoritasnya dalam memberikan nasehat, wejangan,

himbauan dan ajakan yang baik kepada peserta didik.

b. Metode yang bersifat batin, yaitu pendekatan yang hanya

dilakukan dalam hati dengan doa dan harapan bahwa masalah yang

sedang dihadapi oleh peserta didik semoga dapat teratasi dengan

cepat dan efesien.39

Dari pembahasan metode dan teknik tersebut dapat penulis

simpulkan bahwa pembimbing disamping harus selalu menjalin kerjasama

dengan peserta didik, orang tua, kolega-kolega (rekan seprofesi) dan

instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan BK dengan menggunakan

metode dan teknik-teknik yang tepat serta senantiasa mendekatkan pada

ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW.

B. Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pola umum bimbingan dan konseling di sekolah seiring disebut dengan

“BK pola 17”, karena di dalamnya terdapat 17 (tujuh belas) butir pokok yang

amat perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di

sekolah.40

39Hamdani Bakram Adz-Dzaky, op.cit., hlm. 213-215. 40Aminuddin Najib, dkk, Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Berdasarkan Kurikulum 1994, (Yogyakarta: Tim Instuktur BK, 1997), hlm. 8-10.

30

1. Bidang Bimbingan dan Konseling

a. Bimbingan dan konseling pribadi

Pelayanan bidang BK pribadi bimbingan dan konseling membantu

peserta didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta

sehat jasmani dan rohani.

b. Bimbingan dan konseling sosial

Bidang bimbingan dan konseling sosial, layanan BK bertujuan

membantu peserta didik dalam mengenal dan berhubungan dengan

lingkungan sosialnya (di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat

yang lebih luas) yang dilandasi oleh kesadaran norma, tata krama, budi

pekerti luhur dan tanggung jawab.

b. Bimbingan dan Konseling Belajar

Bimbingan dan Konseling Belajar, pelayanan BK bertujuan membantu

peserta didik dalam mengembangkan diri, mengembangkan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik untuk dapat menguasai pengetahuan dan

ketrampilan serta mempersiapkannya melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi.

c. Bimbingan dan Konseling Karir

Bimbingan dan Konseling Karir bertujuan membantu peserta didik

dalam mengembangkan perencanaan masa depan karirnya, sesuai

dengan potensi bakat minat dan kemampuannya.

2. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta

didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu terselenggara sesuai

dengan keempat bidang bimbingan dan konseling tersebut. Layanan dan

kegiatan pokok tersebut adalah:

31

a. Layanan orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang

dilakukan untuk memperkenalkan peserta didik baru dan atau seorang

terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.

b. Layanan Informasi

Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat

memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama

orang tua).

c. Layanan penempatan dan penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan

konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan

dan penyaluran yang tepat.

d. Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran yaitu layanan bimbingan dan konseling dalam

membantu peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar

yang baik, dapat mengikuti dan memperoleh manfaat optimal dari

kegiatan belajar mengajar di sekolah, serta manfaat-manfaat lain yang

berguna bagi kehidupan dan perkembangannya.

e. Layanan Konseling Perorangan

Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung

secara tatap muka dengan guru pembimbing-konselor dalam rangka

pembahasan dan pengentasan permasalahannya.

f. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang

diberikan kepada seseorang atau beberapa dalam kelompok dengan

memanfaatkan dinamika kelompok.

g. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling

yang memungkinkan sejumlah peserta didik memperoleh kesempatan

32

untuk membahas dan mengentaskan masalah yang mereka alami

melalui suasana dinamika kelompok.

Untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta

kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran

dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik. Kegiatan

pendukung yang pokok adalah : (1) Aplikasi instrumentasi bimbingan dan

konseling, (2) Penyelenggaraan himpunan data, (3) Konferensi kasus, (4)

Kunjungan rumah, (5) Alih tangan kasus.41

C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

1. Perencanaan Bimbingan dan Konseling

Perencanaan adalah suatu pemikiran yang mantap. Kajian khusus

terhadap suatu pekerjaan yang akan dilakukan agar bentuk dan tahapan

pelaksanaannya dapat berjalan menurut garis yang telah ditentukan dengan

jelas baik sasaran maupun sarananya.42 Dari definisi tersebut, pada

dasarnya setiap perencanaan memiliki empat hal:43

1. Permasalahan yang merupakan perkaitan tujuan dengan sumber

dayanya.

2. Cara untuk mencapai tujuan atau sasaran rencana dengan

memperhatikan sumber dayanya dan alternatif atau kombinasi

alternatif yang dipandang terbaik.

3. Penterjemahan rencana dalam program kegiatan yang kongkrit.

4. Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan atau sasaran.

Manfaat dilakukannya perencanaan program secara matang yaitu

sebagai berikut:

1. Adanya kejelasan arah pelaksanaan program Bimbingan dan

Konseling.

41Soeparwoto, Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Jurusan

Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES, 2004), Edisi II, hlm. 7 – 9. 42Kamal Muhammad Isa, Manajemen Pendidikan Islam ,(Jakarta: Fikahati Aneska, 1994),

hlm. 15. 43Soebagyo Admidiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya,

2000), hlm. 77-78.

33

2. Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan

Bimbingan dan Konseling yang dilakukan.

3. Terlaksananya Program Bimbingan dan Konseling kegiatan BK secara

lancar, efisien dan efektif.

Yang harus diperhatikan dalam merencanakan program Bimbingan

dan Konseling adalah faktor waktu. Dalam perencanaan program

Bimbingan dan Konseling, guru pembimbing harus dapat mengatur waktu

untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisis dan

menindaklanjuti program kegiatan Bimbingan dan Konseling dengan

memperhatikan:

1. Semua jenis program Bimbingan dan Konseling (tahunan, semesteran,

bulanan, mingguan dan harian).

2. Kontak langsung dengan peserta didik yang dilayani.

3. Kegiatan Bimbingan dan Konseling tidak merugikan waktu belajar di

sekolah.

4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di luar jam sekolah dapat sampai

50 %.

Disamping itu, guru pembimbing dalam merencanakan program

Bimbingan dan Konseling harus mampu membuat jadwal kegiatan

Bimbingan dan Konseling di dalam dan di luar jam belajar sekolah untuk

memenuhi minimal tugas wajib mingguan.

Khusus mengenai perencanaan program layanan atau pendukung

hal-hal yang perlu dilakukan yaitu:

1. Menetapkan materi layanan atau pendukung yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan atau permasalahan peserta didik yang akan dikenai

layanan atau pendukung. Materi tersebut juga harus dikaitkan dengan

taraf perkembangan peserta didik dan bidang bimbingan tertentu.

Lebih jauh materi itu perlu bersumber dari atau diperluas dengan

tuntutan dan kondisi sekolah, perkembangan, tuntutan dan kondisi

lingkungan, (lingkungan sekitar dan masyarakat, kondisi yang

34

menjurus ke arah globalisasi), serta perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni serta dunia kerja.

2. Menetapkan tujuan atau hasil yang ingin dicapai.

3. Menetapkan sasaran kegiatan, yaitu peserta didik asuh yang akan

dikenai kegiatan layanan atau pendukung atau yang lainnya.

4. Menetapkan bahan, sumber bahan, dan atau narasumber, serta personal

yang terkait dan peranannya masing-masing.

5. Menetapkan metode, teknik khusus, media dan alat yang akan

digunakan, sesuai dengan ciri khusus layanan atau pendukung yang

direncanakan itu.

6. Menetapkan rencana penilaian.

7. Mempertimbangkan keterkaitan antara layanan atau pendukung yang

direncanakan itu dengan kegiatan lainnya.

8. Menetapkan waktu dan tempat.44

2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.

SK Menpan No. 84/1993 menegaskan bahwa tugas pokok guru

pembimbing adalah "menyusun program bimbingan, melaksanakan

program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil

pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan

terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya" (Pasal 4).45

Unsur-unsur utama yang terdapat di dalam tugas pokok guru

pembimbing meliputi:

a. Bidang-bidang bimbingan

b. Jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling

c. Jenis-jenis kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

d. Tahap pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling

e. Jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing

untuk memperoleh pelayanan (minimal 150 peserta didik) untuk satu

pembimbing.

44H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 27-31. 45H. Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 6.

35

Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan ke dalam

program-program kegiatan. Program-program kegiatan itu perlu terlebih

dahulu disusun dalam bentuk satuan-satuan kegiatan yang nantinya akan

merupakan wujud nyata pelayanan langsung Bimbingan dan Konseling

terhadap peserta didik asuh.

Program yang telah direncanakan atau disusun itu dilaksanakan

melalui:

1. Persiapan pelaksanaan

a. persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat keras.

b. Persiapan bahan, perangkat lunak

c. Persiapan personel.

d. Persiapan ketrampilan menerapkan atau menggunakan metode,

teknik khusus, media dan alat.

e. Persiapan administrasi.

2. Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana

a. Penerapan metode, teknik khusus, media dan alat.

b. Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam.

c. Pengaktifan nara sumber.

d. Efisiensi waktu

e. Administrasi pelaksana.46

3. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan program Bimbingan dan Konseling di sekolah

terdapat berbagai komponen. Komponen-komponen yang dimaksud di sini

ialah saluran-saluran untuk melayani para peserta didik, tenaga-tenaga

Bimbingan dan Konseling atau kependidikan lainnya serta orang tua

peserta didik.47

Sebagaimana halnya kegiatan-kegiatan pendidikan yang lain di

sekolah seperti kegiatan belajar mengajar pada sewaktu-waktu tentu harus

46H. Achmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 34-36. 47W.S. Winkel, op.cit, hlm. 144

36

dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan itu tercapai.

Demikian pula hal dalam kegiatan BK di sekolah sebagai upaya tindakan

atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan program BK di sekolah dengan mengacu

kepada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program BK

yang dilaksanakan.

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan

pelaksanaan program layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah

mengacu pada terpenuhinya atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan

peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak

langsung, berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan

perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan evaluasi pelaksanaan

program Bimbingan dan Konseling merupakan satu kegiatan yang sangat

penting, karena berdasarkan hasil evaluasi itulah dapat diambil suatu

kesimpulan apakah kegiatan yang telah dilakukan itu dapat mencapai

sasaran yang diharapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan itu

perlu diteruskan atau tidak kegiatan itu perlu diteruskan atau tidak, dan

sebagainya.48

a) Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program BK

Evaluasi program Bimbingan dan Konseling mencakup usaha

menilai efisiensi dan efektifitas dari pelayanan BK itu sendiri demi

peningkatan mutu program BK. Pelaksanaan evaluasi ini menuntut

diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis,

menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh, mengadakan

penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.49

Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di

sekolah dimaksudkan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk

menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan

48Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 183-184. 49W.S. Winkel, op.cit, hlm. 150.

37

dengan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah

dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai

dengan program Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan.50

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan bahwa:

a. Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling

merupakan suatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitas

pelayanan Bimbingan dan Konseling demi peningkatan mutu

program Bimbingan dan Konseling.

b. Evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling ialah

suatu usaha penelitian, dengan cara mengumpulkan data secara

sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh

secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan

langkah-langkah perbaikan, pengembangan dan pengarahan staf.

b) Jenis Evaluasi Pelaksanaan Program BK di sekolah

Jenis evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah mencakup

dua komponen, yaitu:

i. Evaluasi proses

Evaluasi proses digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana

keefektifan layanan Bimbingan dan Konseling dilihat dari

prosesnya.

ii. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil digunakan untuk memperoleh informasi keefektifan

pelayanan BK dilihat dari hasilnya.

Aspek yang dievaluasi baik proses maupun hasil antara

lain: (1) kesesuaian antara program dan pelaksanaan, (2)

keterlaksanaan program, (3) hambatan-hambatan yang dijumpai,

(4) dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar

mengajar, (5) respon siswa, personel sekolah, orang tua, dan

masyarakat terhadap layanan BK, (6) perubahan kemajuan siswa

dilihat dari pencapaian tujuan layanan BK, pencapaian tugas-

50Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 184-185.

38

tugas perkembangan, hasil belajar, dan keberhasilan siswa

setelah menamatkan sekolah, baik dalam studi lanjutan maupun

pada kehidupan di masyarakat.

Dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi Bimbingan dan

Konseling bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan

dengan cara, yaitu: (1) mengamati partisipasi dan aktifitas siswa

dalam kegiatan BK, (2) mengungkapkan pemahaman siswa atas

masalah yang dialaminya, (3) mengungkapkan kegunaan layanan

bagi siswa dan perolehan siswa sebagai hasil dari partisipasi atau

aktifitasnya dalam kegiatan layanan BK, (4) mengungkapkan

minat siswa tentang perlunya BK lebih lanjut, (5) mengamati

perkembangan siswa dari waktu ke waktu, (6) mengungkapkan

kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan

layanan.51

D. Problematika pelaksanaan BK dan Solusinya

Setelah disusun rencana lengkap atas pertimbangan yang masak untuk

menyelenggarakan kegiatan Bimbingan dan Konseling suatu sekolah tertentu,

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah juga dengan kebutuhan

dan persoalan anak didik dan dengan memperhatikan faktor-faktor yang perlu,

personalia Bimbingan dan Konseling, pembagian tugas dan tanggung jawab,

dan bentuk kerjasamanya antar petugas maka kita telah siap dengan

penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah itu.

Dalam pembahasan ini dipikirkan problema-problema yang sering

dihadapi oleh petugas BK dalam melaksanakan rencananya. Sering kali oleh

rintangan-rintangan kesukaran-kesukaran yang lazim timbul belum tentu

disebabkan oleh kesalahan petugas, maka petugas yang belum berpengalaman

cenderung menjadi petugas saja. Dia takut meneruskan kariernya atau

membiarkan dirinya mengikuti aliran arus pemberian BK yang salah dan atau

51Ahmad Juntika Nurihsan, Akur Sudianto, op.cit, hlm. 45-46.

39

tidak memenuhi asas-asas BK, sehingga tidak memungkinkan dicapainya

tujuan Bimbingan dan Konseling.52

Adapun kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pembimbing dalam

pelaksanaan BK antara lain.

1) Kesalahan-kesalahan dalam perencanaan

Seringkali adanya kesalahan-kesalahan perencanaan dalam

pelaksanaan BK yaitu:

a. Tidak tepat/jelasnya definisi-definisi dan fungsi-fungsi di program

serta berjenis-jenis pelayanan yang hendak dicapai oleh program itu.

b. Pembagian tugas antara petugas-petugas yang over lapping demikian

juga mengenai pembagian tanggung jawab dari beberapa petugas.

c. Kegagalan di dalam merumuskan hubungan-hubungan kerja antar

petugas bimbingan, dan antara petugas bimbingan dengan staf lain di

sekolah.

d. Kegagalan dalam mengenal dan memperhitungkan adanya suasana

yang kurang baik, seperti iri, curiga, kurang pemahaman, dan lain-lain

sehubungan dengan tugas dan fungsi-fungsi yang diserahkan kepada

masing-masing petugas.

e. Kegagalan dalam memperkenalkan/menjelaskan langkah-langkah

dalam usaha mengimplementasikan Bimbingan dan Konseling kepada

masing-masing petugas.53

2) Problem Pelaksanaan BK

Perencanaan yang baik pasti meliputi penentuan petugas-petugas,

dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, bentuk kerjasama

yang dapat dilaksanakan dan dievaluasi dari pelaksanaan tugas masing-

masing, meskipun dalam prakteknya dirasakan adanya kemacetan dalam

pekerjaan, yang terletak dari beberapa sumber yaitu:

a. Metode serta teknik BK yang sudah berkembang pesat tidak dapat

dimanfaatkan oleh para pembimbing, karena mereka kurang banyak

52Pusat Bimbingan USKW, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, op.cit, hlm. 107. 53Pusat Bimbingan UKWS, op.cit, hlm. 113-114.

40

dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk

melaksanakan fungsinya sebagai pembimbing. Dengan demikian,

dapat diperkirakan bahwa keberhasilan mereka memberikan

bimbingan dan konseling kurang terjamin.54

b. Kerjasama tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini belum tentu

disebabkan oleh organisasi yang kurang baik, tetapi dapat disebabkan

oleh belum adanya pengalaman dari petugas bimbingan.

c. Ketidaklancaran kerja dapat menunjuk kepada perlu adanya penataran

(in service trining) untuk staf, baik staf yang tidak terlibat secara

langsung dari kegiatan bimbingan, maupun yang terlibat secara

langsung, pembimbing khusus, kepala sekolah, pengurus, inspektur

dan lain-lain.

d. Persoalan yang timbul oleh pengangkatan tenaga pembimbing di

sekolah.

e. Persoalan sehubungan dengan program bimbingan yaitu banyaknya

program BK yang membuituhkan penanganan yang khusus dan tenaga

yang professional serta pada waktu yang khusus pula.55

f. Menyusun program tanpa menyadari pentingnya program, hanya demi

program tersebut.

g. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang ada di

sekolah itu. Kurang kesadaran bahwa program harus dilaksanakan

dengan pemberian tempat pada adanya fleksibilitas/keluwesan,

mengingat pula sasaran yang dilayani, Persoalan yang ingin ditangani,

tenaga yang melaksanakan, sifat bidang bimbingan, dan lain-lain.

h. Kurang tepatnya hasil penelitian dalam berbagai bidang: seperti

kemampuan dan kesempatan tenaga, fasilitas yang ada, kelemahan dan

kekuatan pendidikan di sekolah, penentuan prioritas dari persoalan

yang perlu di tangani dan lain-lainnya.

54Hellen, op.cit, hlm. 44 55Pusat Bimbingan UKWS, op.cit, hlm. 111-112.

41

i. Dalam program dipilih kegiatan-kegiatan yang belum sempat

dilakukan oleh petugas yang ada.56

3) Problem dalam evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah.

Ada beberapa hambatan yang dirasakan sampai saat ini dalam

evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah. Beberapa diantaranya:

a. Pelaksanaan BK di sekolah tidak mempunyai waktu yang cukup

memadai untuk melaksanakan evaluasi pelaksanaan program

Bimbingan dan Konseling.

b. Pelaksanaan BK di sekolah memiliki latar belakang pendidikan yang

sangat bervariasi baik ditinjau dari segi jenjang maupun programnya,

sehingga kemampuannya pun dalam mengevaluasi pelaksanaan

program BK sangat bervariasi termasuk dalam menyusun,

membukukan dan mengembangkan instrumen evaluasi.

c. Belum tersedianya alat-alat atau instrumen evaluasi pelaksanaan

program BK di sekolah yang valid, reliable dan objektif.

d. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan/pelatihan khusus

yang berkaitan tentang evaluasi pelaksanaan program BK pada

umumnya dan penyusunan dan pengembangan instrumen evaluasi

pelaksanaan program BK di sekolah.

e. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak waktu dan uang.

f. Belum adanya guru inti atau instruktur BK yang ahli dalam bidang

evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah.

g. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi pelaksanaan BK dan yang

tegas dan baku belum ada sampai saat ini.57

Dari beberapa Problematika yang ada dalam pelaksanaan BK di

sekolah maka perlu adanya solusi untuk mencapai tujuan dan

terlaksananya fungsi program BK, maka pelaksanaannya harus dikelola

sebaik dan seefisien serta seefektif mungkin selaras dengan asas-asas serta

metode dalam pelaksanaan BK. Adapun solusi yang ditawarkan yaitu:

56Ibid 57Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm. 190-191.

42

1. Perencanaan pelaksanaan BK

Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan BK

di MAN Kendal, ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu

dilakukan yaitu:

a. Analisis kebutuhan permasalahan peserta didik.

b. Penentuan tujuan program layanan BK yang hendak dicapai.

c. Analisis situasi dan kondisi di sekolah.

d. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan.

e. Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam

kegiatan.

f. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang telah ditetapkan.

g. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan BK

yang dirancangkan.

h. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan

usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-

hambatan itu.58

2. Pelaksanaan BK

Mempersoalkan peran pembimbing dalam pelaksanaan BK di

sekolah harus adanya pembatasan yang jelas mengenai tugas dan

tanggung jawab seorang pembimbing yaitu:59

a. Kompetensi religius yaitu seperangkat kemampuan untuk

mengendalikan diri agar tidak melanggar perintah Allah SWT dan

sebaliknya tidak memperturutkan segala sesuatu yang dilarang oleh

Allah SWT.

b. Kompetensi akademis dan profesional adalah seperangkat

kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya

dimiliki sesuai dengan bidangnya masing-masing serta

pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam

58H. Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit, hlm. 28. 59Hellen, op.cit, hlm. 35-55.

43

kehidupan sehari-hari. Termasuk ke dalam kompetensi akademis

atau profesional ini adalah kompetensi dalam melakukan tanggung

jawab sesuai dengan keahliannya.

c. Kompetensi kemanusiaan individual adalah kemampuan para

pembimbing suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan

dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan

transformasi diri dan pemahaman diri. Pencapaian kompetensi ini

erat kaitannya dengan pencapaian kematangan dalam aspek

intelektual, emosional dan sosial.

d. Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan pada pembimbing

untuk memahami bahwa dirinya merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya

sebagai anggota masyarakat dan warga negara Indonesia.

3. Evaluasi Pelaksanaan BK

Dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program

BK di sekolah dengan menggunakan prinsip-prinsip program BK

sebagai berikut:60

a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan

program ini berarti perlu adanya kejelasan mengenai tujuan yang

ingin dicapai dalam suatu kegiatan evaluasi.

b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria yang jelas.

c. Evaluasi melibatkan berbagai pihak-pihak yang benar-benar

profesional dalam bidang BK secara keseluruhan.

d. Menuntut umpan balik (feed back) dan tindak lanjut (follow-up)

sehingga hasilnya dapat digunakan untuk membuat

kebijakan/keputusan adapun keputusan dapat menyangkut:

1) Personalia yang terlibat dan kemampuannya menggantikan atau

penambahan tenaga.

2) Jenis kegiatan dan pelaksanaannya disusun berdasarkan

prioritas kegiatan dan subjek yang ditangani.

60Dewa Ketut Sukardi, op.cit, hlm 191-192

44

3) Pembiayaan, waktu dan fasilitas lainnya harus

dipertimbangkan.

e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan.

Hal ini berarti bahwa evaluasi program BK bukan merupakan

kegiatan yang bersifat insidental, melainkan proses kegiatan yang

sistematis dan berkesinambungan.

Demikianlah landasan teoritik tentang pelaksanaan Bimbingan

dan Konseling.

_____000_____