BAB II KONSEP DASAR Pengertian -...
-
Upload
hoangtuong -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of BAB II KONSEP DASAR Pengertian -...
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Carsinoma adalah pertumbuhan yang ganas terdiri dari sel-sel epitel
yang cenderung mempengaruhi jaringan sekitar dan menimbulkan metastasis
(Kamus Saku Kedokteran Dorland, 1998).
Carsinoma cervik adalah adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada
servik, dimana jaringan itu tumbuh meluas dan ganas, kanker servik
merupakan karsinoma gynekologi yang masih menduduki urutan pertama di
Indonesia (Wiknjasastro, Hanifa 1999, 380).
Kanker servik adalah kondisi yang jarang terjadi dibanding
sebelumnya akibat deteksi dini dengan pap smear (Smeltzer, Suzanne C. :
2001).
Dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan yang ganas atau jaringan
abnormal pada servik yang masih menduduki urutan pertama yang dapat
dicegah lebih dini dengan adanya pap smear.
7
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna
dan genetalia interna.
(Sobotta, 2006)
1. Genitalia Eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
8
satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda
ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
9
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perineum.
(Sobotta, 2006)
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
10
ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar ± 5 cm, tebal ± 2 cm.
Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametium
11
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.
Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).
C. Etiologi
1. Endogen (berasal dari dalam tubuh)
a. Hormon penunda kehamilan
Sering disebut estrogen, salah satu faktor yang biasa mempermudah
terjadi kanker adalah wanita yang terpapar dengan hormon estrogen.
Jadi semakin lama wanita terpapar estrogen semakin tinggi risiko
terjadi kanker.
12
b. Faktor genetik
Di dalam keluarga yang pernah menderita kanker serviks ataupun jenis
kanker yang lain lebih berpengaruh untuk terjadi kanker pada anggota
keluarga yang lain atau turun temurunnya sangat besar.
2. Eksogen (berasal dari luar tubuh)
a. Karsinoma kimiawi
Contohnya : alkohol, obat (pil KB)
b. Fisika
Contohnya : radiasi ionisasi, sinar X
c. Makanan yang mengandung bahan pengawet, formalin, termasuk
bahan karsinogenik
Contohnya : bakso, makanan kaleng dan sebagainya.
(Bagus, Ida, 2002)
3. Gaya hidup
a. Kehidupan seksual dengan ganti-ganti pasangan
Dengan seringnya berganti-ganti pasangan, virus herpes tipe 2 yang
merupakan salah satu faktor penyebab kanker serviks dapat ditularkan
melalui hubungan kelamin, jadi kehidupan dengan ganti-ganti
pasangan sangat berisiko terjadi kanker serviks.
b. Tidak Sirkumsisi
Hubungan seksual dengan pria belum sunat berisiko terkena kanker
serviks. Hal ini disebabkan smegma pada laki-laki yang belum disunat
akan menumpuk yang mengkibatkan tempat kuman bersarang.
13
c. Kawin/senggama pada usia kurang dari 17 tahun
Uterus perempuan usia kurang 20 tahun belum sempurna, sehingga
sperma yang pertama kali mengenai leher rahim pada usia kurang dari
20 tahun mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadi kanker
rahim.
d. Persalinan yang berulang/banyak anak
Semakin sering melahirkan, semakin sering terjadi disstres, tekanan,
menimbulkan luka pada organ reproduksi terutama uterus, servik, dan
vagina. Hal tersebut yang menyebabkan karsinoma serviks.
4. Penyakit
Peradangan Ca. Servix yang menahun dan hygiene yang kurang baik.
Contoh peradangan disebabkan oleh :
a. Streptococcus
b. Neisseria Genorhoe
c. Virus herpes simpleks tipe 2
d. Human Pappiloma Virus/HPV
5. Lingkungan
Adanya pencemaran lingkungan yang mengandung karsinoma. Contoh :
pembangkit tenaga nuklir dan lingkungan bahan kimia tertentu.
14
D. Pathofisiologi
Faktor risiko mayor ungtuk kanker serviksal adalah infeksi dengan
virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian
epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor
penting dalam perkembangan kanker servikal.Lebih dari 20 tipe HPV yang
berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal.Faktor resiko lain yang
dapat menyenbabkan kanker servikal aktivitas seksual pada usia muda, paritas
tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosek yang rendah,
dan merokok.Karsinoma sel skuomosa biasanya muncul pada taut epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamnokulomar atau zona
informasi.Bentuk displasia servikal prainfasif termasuk karsinoma disitu dapat
diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,
kauter, atau bedah mikro.Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor
menginvasi epitalium masuk kedalam stroma serviks.Kanker servikal
menyebar luas secara langsung kedalam jaringan paraservikal.Pertumbuhan
yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih
progresif pada jaringa servikal.Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi
atau meluas kediniding vagina, ligamentum kardinale, dan rongga
endometrium, invasi kekelenjar getah bening dan pembuluh darah dapat
mengakibatkan metastase kebagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker
servik.Karesinoma ser vikal prainvasnsif tidak memiliki gejala, namun
karsinoma servikal yang dini dapat menyebabkan perdarahan
15
vagina.Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan perdarahan tidak
selalu muncul pada saat-saat awal sehingga kanker dapat sudah dalam
keadaan lanjt pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling
sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan
tumbuhnya kanker, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri pumggung
bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan sareaf lumbrosakraliis,
frekuensi berkemih yang seriing dan mendesak, hematuria atau perdarahan
rektum.enyebab radang pada serviks adalah infeksi dari virus yang
diakibatkan karena hygiene yang kurang baik. Hubungan seksual pada usia
dini, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status
sosioekonomi yang rendah, dan merokok dengan frekuensi sering. Dapat juga
dikarenakan jumlah kelahiran yang banyak.
Karsinoma servik inpasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, dan ke dalam jaringan paraservikal. Dan invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah menyebabkan metastasis ke bagian tubuh yang
jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks.
Namun pada karsinoma invasive dapat menyebabkan secret vagina atau
perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,
perdarahan tidak selalu muncul saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam
keadaan lanjut pada saat diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling
sering adalah pascacoitus atau bercak antara menstruasi.
16
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan
saraf lumbalsakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria dan perdarahan rectum (Sylvia A, 2005).
Pembagian tingkat keganasan menurut klasifikasi IFGO (International
Federation of Obsetrics and Ginecology), 1978 (Wiknjosastro, 1999).
Tingkat Kriteria 0 I
Ia
Ib
II
II a
II b
III
III a
III b
IV
IV a
IV b
: : : : : : : : : : : : :
Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel membran basalis masih utuh. Proses terbatas pada cervix walaupun ada perluasan ke korpus uteri Karsinoma mikro invasive bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tetapi sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau pembuluh darah. Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang menunjukkan invasi ke dalam stome serviks uteri. Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina, tetapi tidak sampai ke dinding panggul Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor Penyebararn ke parametrium, tetapi belum sampai ke dinding panggul Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai ke dinding panggul Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina tetapi tidak sampai ke dinding panggul Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul Proses keganasan telah keluar dari panggul dan telah melibatkan kandung kemih/rectum & terjadi metastasis ke tempat yang jauh Proses keganasan keluar dari panggul dan menginfiltrasi mukosa rectum dan kandung kemih Proses keganasan sampai penyebaran ke tempat jauh
17
Sedangkan pembagian tingkat keganasan menurut sistem Tumor Nodule
Metastase
T T1 T1S
T1a
T1b T2
T2a T2b T3
T4
T4a
T4b Nx
N0 N1
N2
M0 M1
: : : : : : : : : : : : : : : : : :
tak ditemukan tumor primer karsinoma pra-invasif, ialah KIS (karsinoma insitu) karsinoma terbatas pada serviks (walaupun adanya perluasan ke korpus uteri) pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan dengan pemeriksaan histologik secara klinis jelas karsinoma yang invasive karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul, atau karsinoma telah men jalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3 bagian distal karsinoma belum menginfiltrasi parametrium karsinoma telah menginfiltrasi parametrium karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau telah mencapai dinding panggul karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau kandung kemih atau meluas sampai di luar panggul karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik karsinoma telah meluas sampai di luar panggul bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfe regional. Tanda -/+ ditambahkan untuk ada/tidaknya informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NZ+ atau NX- tidak ada deformite kelenjar limfe pada limfografi kelenjar limfe regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara diagnostik yang tersedia (misal : limfografi, CT-Scan panggul) teron massa padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat dan diantara masa ini dengan tumor. tidak ada metastase berjarak jauh terdapat metastase berjarak jauh, termasuk kelenjar limfe di atas biforkasia arteri iliaka komunis.
E. Manifestasi Klinis
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang
keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
18
jaringan. Perdarahan yang dialami setelah senggama (perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin
lama akan sering terjadi, juga di luar senggama (perdarahan kontak), pada usia
wanita lanjut atau sudah menopause sering terlambat memeriksakan diri ke
dokter. Perdarahan spontan saat defekasi perlu dicurigai adanya karsinoma
serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat adanya
karsinoma.
Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan per vagina yang
yang berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Gejala
lain yang timbul adalah gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum
tingkat akhir, penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan
faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum masuk kandung kemih,
yang menyebabkan obstruksi total.
(Wiknjosastro, 1999)
F. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim kanker / tim onkologi.
1. Pada Tingkat Klinis (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi,
elektrofugeresi, bedah krio atau dengan sinar laser, kecuali bila yang
menangani seorang ahli dalam kolkoskopi dan penderita masih muda atau
belum mempunyai anak. Jika penderitanya telah punya anak dan cukup
19
tua dilakukan histerektomi sederhana. Jika operasi merupakan suatu
kontraindikasi aplikasi radium dengan dosis 6500 – 7000 rads/c by di titik
A tanpa penambahan penyinaran luar.
2. Pada tingkat klinik Ia penanganannya seperti pada KIS
3. Pada tingkat klinik Ib, Ib GCC dan IIa dilakukan histerektomi medical
dengan limfatenektomi panggul, pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan
penyinaran, tergantung ada/tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe
regional yang diangkat.
4. Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,
tindakan primer adalah radioterapi.
5. Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif,
pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan.
(Wiknjosastro, 1999)
G. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia
Paling sering terjadi pada usia 45 – 50 tahun, tetapi juga dapat terjadi
pada usia dini yaitu 18 tahun.
b. Lingkungan
Lingkungan bahan kimia tertentu, sosial ekonomi rendah (hygiene
seksual yang jelek), hubungan seksual pada usia dini. Kebiasaan
20
seseorang yang sering ganti-ganti pasangan berisiko terkena kanker
serviks.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan).
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian DES/estrogen stefoid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang pernah menderita kanker servik atau tidak.
d. Riwayat Obstetri
Gravida Partus Abortus (GPA), infeksi masa nifas, operasi kandungan
tumor.
e. Pemeriksaan Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Kemotherapi (sitostatika) pada karsinoma serviks
2) Radiotherapi pada karsinoma serviks
3) Enzim test
4) Biopsy pada serviks
5) MRI/CT scan abdomen atau pelvis
21
H. Pathway Keperawatan Sosial ekonomi rendah
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Imunitas kurang
Terinfeksi virus (papiloma, herpes, simplek, dll)
Faktor etiologi
Hub. Seksual
Laki-laki tidak sunat, usia dini, frekuensi sering
Perubahan sel serviks
Radang
Jumlah partus
Perubahan parsio
Perubahan serrviks
Ca. Serviks
Metastase
Paru
Sekresi jar. Paru
Gg. Pertukaran gas
Colap paru
Ginjal Pielo nefritis
Gg. Pola eliminasi urine (produksi urine
berkurang)
Laju infiltrasi glumerulus (GFR)
Hidronefrosia
Peningkatan tekanan intra abdomen
Nusea vomitus
Gg. Pemenuhan kebutuhan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
Terapi
Radiologi
Efek radioterapi
Integumen
Puritus
Gg. Integritas kulit
Histerektomi
Gastrointestinal
Peristaltik usus ↑
Diare
Kemoterapi
Alopesia
Harga diri rendah
Mual muntah
Pembesaran massa
Penipisan sel
Pemb. Darah terbuka
Perdarahan
Anemia Syok hipovolemik
Penurunan imunitas
Rentan infeksi
Resiko tinggi infeksi
Penurunan suplai O2
Intoleransi aktivitas
Suplai syaraf
Nyeri
Sumber : Doengoes, Boback, 2001
22
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kecacatan, penghinaan oleh orang
lain dan ansietas.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetaholik berkenaan dengan kanker.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perforasi terhadap kanker.
5. Risiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan radiasi dan
kemoterapi.
6. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru
sekunder terhadap kanker.
7. Perubahan kebutuhan seksual berhubungan dengan proses penyakit,
perdarahan pasca coitus, perubahan anatomis pada alat genetalia, efek
pengobatan kanker.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia, keletihan, malnutrisi.
9. Diare berhubungan dengan peristaltik usus meningkat akibat kemoterapi,
histerektomi
10. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
dengan penurunan Glumerulus Filtrasi Rate sekunder terhadap kanker.
11. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urin,
inkontinensia , proses penyakit atau intervensi pembedahan.
12. Gangguan pola napas tidak yang berhubungan dengan edema pulmonal.
23
13. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sisitemik.
24
J. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan
b. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
a. Kaji keluh nyeri, perhatikan lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10)
perhatikan petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Membantu dalam mengindikasi derajat ketidaknyamanan
dan kebutuhan untuk menaikkan keefektifan analgetik.
b. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional : Untuk menghilangkan ketidaknyamanan akibat distensi
abdomen, dapat dipasang gelang NGT (Naso Gastro Tube).
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar (contoh, perubahan posisi pada
punggung, atau sisi yang tidak sakit, pijatan punggung dan aktivitas
terapeutik)
Rasional : Menaikkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan
perhatian dan dapat menaikkan kemampuan koping.
d. Kolaborasi pemberian obat analgetik berisi indikasi
Rasional : Memberikan penghilangan ketidaknyamanan / nyeri dan
memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pasca operasi.
25
2. Harga diri rendah berhubungan dengan kecacatan, penghinaan oleh orang
lain dan ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak timbul harga diri
rendah.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengabaikan masalah dan menunjukkan cara sehat untuk
menghadapinya
b. Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap
perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan
orang terdekat
Rasional : Memberikan nasihat dan perhatian
b. Kaji stress emosi pasien identifikasi kehilangan pada pasien atau orang
terdekat, dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat.
Rasional : Perawat perlu menyadari apakah tindakan kurang hati-hati
atau menyendiri tergantung pada alasan pembedahan.
c. Berikan info akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya.
Rasional : Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan
mengasimilasi informasi.
d. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah
sexsualitas
26
Rasional : Meningkatkan saling berbagi keyakinan atau nilai tentang
subyek sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep /
mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
e. Rujuk ke konseling profesional berisi kebutuhan
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi
perasaan kehilangan.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Mendemontrasikan berat badan ideal, penambahan berat badan secara
progresif.
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual.
c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk meransang nafsu makan.
Intervensi:
a. Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
b. Ukur tinggi badan, berat badan dan tebal kelipatan kulit trisep
Rasional : Membantu dalam identifikasi saat nutrisi, protein-kalori
khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang
dari normal.
27
c. Dorong klien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrient dengan
masukan cairan adekuat
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan.
d. Kontrol faktor lingkungan hindari terlalu manis, berlemak atau
makanan pedas
Rasional : Dapat merespon mual muntah
e. Berikan antimetik sesuai indikasi
Rasional : Mual / muntah paling menurunkan kemampuan dan efek
samping psikologis kemoterapi dengan menimbulkan
stress.
4. Resti infeksi (peritonitis) berhubungan dengan perforasi terhadap kanker
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil, klien akan :
a. Mengidentitikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi
b. Tidak mengalami tanda/gejaia infeksi
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan
pada isolasi sesuai indikator
Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
28
b. Tekankan hygiene personal
Rasional : Membantu potensi sumber infeksi dan atau pertumbuhan
sekunder
c. Pantau suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor. Misal efek
samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi
identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang
tepat untuk dimulai dengan segera.
d. Hindari/batasi prosedur invasif. Taati tekhnik aseptic
Rasional : Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi entri portal
terhadap agen infeksius.
e. Kolaborasi dapatkan kultur sesuai indikasi
Rasional : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat
f. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentitikasi infeksi atau
diberikan secara protilaktik pada pasien imunisupresi.
g. Dikompresi kandung kemih dengan perlahan.
Rasional : Bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung
kemih cepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis.
h. Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasikan.
Rasional : Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap,
retensi urine meningkatkan kemampuan untuk infeksi dan
ketidaknyamanan atau nyeri.
29
5. Risiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek
radiasi dan kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadinya iritasi.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifiksi intervensi yang tepat untuk kondisi khusus.
b. Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : Efek kemerahan dan atau kulit samak dapat terjadi pada
area radiasi
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
c. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk
Rasional : Membantu mencegah truma kulit.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun
Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi yang nyata.
e. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar
Rasional : Kulit sangat sensitive selama pengobatan dan setelahnya,
dan semua iritasi harus dihindari untuk mencegah cidera
dermal.
f. Kolaborasi pemberian salep topical
Rasional : Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi atau
memudahkan penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia.
30
6. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru
sekunder terhadap kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, jalan nafas menjadi
efektif.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dan
bebas gejala distress pernapasan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan, cabut penggunaan otot aksesori,
napas bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang.
Rasonal : Berguna dalam evaluasi derajat pernapasan dan atau proses
penyakit
b. Tinggikan kepala bila tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah bernapas. Dorong dengan perlahan atau napas bibir sesuai
toleransi individu.
Rasional : Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan naeas, dispnea dan kerja napas.
c. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
Penghisapan dibutuhkan bila batuk efektif.
31
d. Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Takikardi, disritmia dan perubahan tidak dapat menunjukan
efek hipoksemia sistemik pada pemeriksaan jantung.
e. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
Rasional : Dapat memperbaiki / mencegah hipoksia.
f. Berikan penakan SSP (Sistem Saraf Pusat), misal, antiarsietus, sedatif
dengan hati-hati sesuai dengan indikasi.
Rasional : digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang
menaikkan konsumsi O2/kebutuhan. Eksaserbi dispnea
dipantau kebutuhan karena dapat terjadi gagal napas.
7. Perubahan kebutuhan seksual berhubungan dengan proses penyakit
kanker, perdarahan pasca coitus, perubahan anatomis pada alat genetalia,
efek dari pengobatan kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam perubahan pola seksual dapat diatasi
Kriteria Hasil : klien dan pasangan akan kembali mendapatkan kepuasan
dalam hubungan seksual.
a. Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat klien tentang sifat
seksualitas dan reaksi bila ini berubah atau terancam.
Rasional : Klien dapat memberikan pengakuan tentang masalah
seksual yang dialaminya.
b. Anjurkan klien tentang efek pengobatan kanker yang mempengaruhi
seksualitas.
32
Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu klien dan orang
terdekat mulai proses adaptasi pada keadaan baru.
c. Berikan waktu pada pasien untuk menenangkan tentang keadaan
psikologisnya yang berhubungan dengan kebutuhan seksualitas.
Rasional : Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena klien dirawat di
RS.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia, keletihan, malnutrisi
Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara bertahap
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi hipoksia
b. Aktivitas klien terpenuhi
Intervensi :
a. Observasi keadaan umum klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien.
b. Ukur tanda-tanda vital, kaji tanda hipoksia (vertigo)
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda hipoksia atau vertigo.
c. Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : Untuk memberikan rasa segar setelah bangun tidur.
d. Ajarkan aktivitas secara bertahap
Rasional : Untuk mengembalikan aktivitas klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menemani klien
Rasional : untuk memberikan rasa aman saat klien beraktivitas.
33
9. Diare berhubungan dengan peristaltik usus meningkat akibat kemoterapi,
histerektomi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi diare
Kriteria hasil : Klien diare berkurang.
Intervensi :
a. Kaji penyebab diare
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi.
b. Hindari produk susu, lemak, serat tinggi
Rasional : Untuk mengurangi absorbsi secara berlebih.
c. Secara bertahap makanan semi padat dan padat (krakers, pisang, apel,
nasi)
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan klien secara bertahap.
d. Tingkatkan masukan oral untuk mempertahanan berat jenis normal
urine
Rasional : Untuk mengembalikan cairan yang hilang.
e. Konsultasikan dengan dokter, efek obat.
Rasional : Untuk mengetahui efek obat yang diminum klien.
10. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
dengan penurunan Glumerulus Filtrasi Rate sekunder terhadap kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan adekuat.
Kriteria hasil : Pasien akan menunjukan haluan urin tepat dengan berat
jenis/hasil laboratorium. Mendekati normal, berat badan stabil, tidak ada
edema.
34
Intervensi :
a. Awasi tekanan darah dan Cardiac Ventral Pulse
Rasional : Pengawasan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler.
b. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat. Teknik cairan tersembunyi
saeoerti aditif anti biotik, dan perkiraan kehilangan tekanan kasat
mata, contoh berkeringat
Rasional : Perlu menentukan fungsi ginjal, kebutuhan pengganti
cairan dan penurunan risiko kelebihan cairan.
c. Awasi berat jenis urin
Rasional : Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
urine.
d. Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
cairan terbaik, peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga
ada retansi cairan.
e. Auskultasi paru dan bunyi jantung
Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru
dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra
f. Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya Natrium dan kreatinin
urine, Na serum, Hemoglobin/Hematokrit
g. Berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
35
11. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urin,
inkontinensia berhubungan dengan proses penyakit atau intervensi
pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam pola
eliminasi BAK klien kembali normal
Kriteria Hasil : Klien mampu mengendalikan BAK, mendemonstrasikan
penatalaksanaan pengeluaran urin normal.
Intervensi :
a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konnsistensi, bau, volume,
dan warna.
Rasional : Mengetahui karakteristik urin dan pola berkemih.
b. Pantau tanda dan dan gejala retensi urin meliputi tidak berkemih dan
adanya distensi abdomen bawah.
Rasional : Mencegah distensi kandung kemih.
c. Beritahu klien atau keluarga tentang tanda ISK, meliputi: demam,
nyeri sekitar panggul, disuria, dan hematuria.
Rasional : Memberikan informasi pada keluarga tentang ISK.
d. Anjurkan klien untuk minum cairan sesuai advis dokter.
Rasional : Meningkatkan aliran urin yang adekuat.
12. Gangguan pola napas tidak yang berhubungan dengan edema pulmonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola napas klien efektif.
Kriteri hasil : Klien dapat bernafas dengan normal, tanpa menggunakan
alat bantu dan RR 18-24x / menit.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman, ekspansi dada.
Rasional : Biasanya frekuensi pernapasan mengalami peningkatan.
36
b. Berikan posisi yang nyaman semi fowler / tinggikan kepala.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
mempermudah untuk pernapasan.
c. Auskultasi adanya bunyi tambahan
Rasional : Bunyi npas biasanya mengalami penurunan atau tidak ada
bila jalan nafas obstruksi skunder terhadap perdarahan.
d. Kolaborasi untuk pemberian O2.
Rasional : Memaksimalkan untuk bernafas dan menurunkan kerja paru
untuk bernafas.
13. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sisitemik.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria: tekanan darah dalam batas normal, nadi dalam batas normal, nadi
perifer yang kuat, capilary refill time yang baik.
Intervensi :
a. Awasi denyut jantung, tekanan darah, auskultasi suara jantung dan
paru.
Rasional : Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal
mengeluarkan urine, pembatasan cairan berlebihan, terjadi udema
paru, kongesti vaskuler dan keluhan dispnea menunjukkan adanya
renal failure.
b. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk terjadinya udema
37
Rasional : Udema biasanya terjadi pada area tergantung seperti kaki
dan tangan..
c. Kaji tingkat kesadaran : adanya gelisah
Rasional : Dapat menujukkan perpindahan cairan akumulasi toksin ,
asidosis, hipoksia.
d. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin
klirens, pemeriksaan thoraks foto.
Rasional : Untuk mengetahui penyakit lain, tindakan selanjutnya dan
penanganan disfungsi atau gagal ginjal.