Rumah Terapung

12
Rumah Terapung, Solusi Atasi Banjir VIVAnews -- Relokasi warga korban gempa di tepian Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, menghabiskan dana Rp 50 miliar. Dana sebesar itu digunakan untuk membangun 798 unit rumah terapung bagi 3.802 warga yang saat ini masih mengungsi di tenda darurat. Menurut Zukri Saad, pelopor dan pencetus ide pembangunan hunian terapung di Danau Maninjau, 22 hektare kawasan danau akan dimanfaatkan sebagai lokasi hunian yang dilengkapi fasilitas umum dan fasilitas sosial. "Ide ini baru satu-satunya ada di dunia, dan konsep ini yang pertama," kata Zukri Saad saat berdiskusi di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Padang, Selasa 25 Mei 2010. Dalam presentasinya, hunian cantik ini dilengkapi fasilitas kesehatan, sekolah, pasar terapung, dan tempat ibadah yang terintegarsi dalam satu kawasan hunian terapung. Hunian terapung ini juga dilengkapi dengan taman bermain anak- anak. Bahkan lokasi ini juga dilengkapi dengan hotel terapung yang bisa dimanfaatkan para wisatawan. Komplek hunian terapung ini dicetuskan karena lokasi pemukiman warga di Tanjung Sani dan Malalak, Kabupaten Agam, sudah tidak layak huni. Rekomendasi Badan Geologi Departemen ESDM, pemukiman di sekitar alur sungai di Kenagarian Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, tidak layak huni karena berpotensi longsor dan banjir bandang. Diperkirakan, pembagunan satu unit rumah terapung berukuran sekitar 6 x 8 meter ini menghabiskan biaya Rp 36 juta hingga Rp 40 juta. Sedangkan pembangunan hotel di lokasi hunian terapung, menurut Zukri Saad, akan diserahkan ke investor. Sejauh ini, Ikatan Alumni ITB telah bersedia menyanggupi anggaran sebesar Rp 10 M untuk merealisasikan hunian terapung. Sejauh ini program hunian terapung tersebut telah disampaikan ke pemerintah daerah. "Pemerintah menyetujui, tapi belum mengarah ke pencairan dana sebesar Rp 40 M yang dibutuhkan untuk memulainya," ujarnya.

Transcript of Rumah Terapung

Page 1: Rumah Terapung

Rumah Terapung, Solusi Atasi Banjir VIVAnews -- Relokasi warga korban gempa di tepian Danau Maninjau di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, menghabiskan dana Rp 50 miliar. Dana sebesar itu digunakan untuk membangun 798 unit rumah terapung bagi 3.802 warga yang saat ini masih mengungsi di tenda darurat.Menurut Zukri Saad, pelopor dan pencetus ide pembangunan hunian terapung di Danau Maninjau, 22 hektare kawasan danau akan dimanfaatkan sebagai lokasi hunian yang dilengkapi fasilitas umum dan fasilitas sosial. "Ide ini baru satu-satunya ada di dunia, dan konsep ini yang pertama," kata Zukri Saad saat berdiskusi di kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Padang, Selasa 25 Mei 2010.Dalam presentasinya, hunian cantik ini dilengkapi fasilitas kesehatan, sekolah, pasar terapung, dan tempat ibadah yang terintegarsi dalam satu kawasan hunian terapung.Hunian terapung ini juga dilengkapi dengan taman bermain anak-anak. Bahkan lokasi ini juga dilengkapi dengan hotel terapung yang bisa dimanfaatkan para wisatawan.Komplek hunian terapung ini dicetuskan karena lokasi pemukiman warga di Tanjung Sani dan Malalak, Kabupaten Agam, sudah tidak layak huni.Rekomendasi Badan Geologi Departemen ESDM, pemukiman di sekitar alur sungai di Kenagarian Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, tidak layak huni karena berpotensi longsor dan banjir bandang.Diperkirakan, pembagunan satu unit rumah terapung berukuran sekitar 6 x 8 meter ini menghabiskan biaya Rp 36 juta hingga Rp 40 juta. Sedangkan pembangunan hotel di lokasi hunian terapung, menurut Zukri Saad, akan diserahkan ke investor.Sejauh ini, Ikatan Alumni ITB telah bersedia menyanggupi anggaran sebesar Rp 10 M untuk merealisasikan hunian terapung. Sejauh ini program hunian terapung tersebut telah disampaikan ke pemerintah daerah."Pemerintah menyetujui, tapi belum mengarah ke pencairan dana sebesar Rp 40 M yang dibutuhkan untuk memulainya," ujarnya. Relokasi ini tentunya tidak bebas dari persoalan karena masyarakat akan memulai hidup baru di rumah terapung yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

Page 2: Rumah Terapung

"Ide ini baru satu-satunya ada di

Rumah Terapung Di Masa Depan

Arsitek dari Belgia, Vincent Callebaut, mengajukan terobossan baru dalam menghadapi masalah perubahan ik lim dan kepadatan, solusinya dinamai: Daun Bunga Lili. Daun Bunga Lili ini digambarkan sebagai: prototipe kota amfibi yang mampu menghidupi diri sendiri, dengan masing2 daun mampu menampung 50.000 orang.

Di tengah Daun ini ada sebuah danau yang menampung dan menjernihkan air hujan. Kita terapung ini tidak membutuhkan jalan dan akan mengapung dan “terhanyut” ke seluruh dunia akibat pergerakan arus laut.

Desain dari Daun ini di memuat 3 marina dan 3 gunung yang dikhusukan bagi bisnis dan hiburan. Kota ini unik, karena kota ini merupakan kota amfibi, setengah kota air, setengah lagi kota darat.

Kota ini mendapat sumber daya dari matahari, angin dan arus laut, yang akan memproduksi lebih banyak energi daripada energi yang dikonsumsinya, dan akan menjadi kota yang ber-”emisi nol” karena semua karbon dan lim bah akan di daur ulang.

Harapan yang ada adalah pada tahun 2100, akan ada 250 juta orang yang melarikan diri dari perubahan cuaca, yang disebut “C lim actic refugee”, karena air laut akan menghancurkan kota2 seperti New York, Shanghai dan Bombai.

Vincent percaya, bahwa produknya ini adalah solusi jangka panjang untuk menghadapi naiknya air laut, dan bukannya memperkuat garis pantai, karena solusi garis pantai ini hanyalah solusi jangka pendek.

Page 3: Rumah Terapung

Desain dari Daun ini diinspirasikan oleh daun Amazonia Victoria Regia yang memiliki tulang daun yang sangat rapat.

Tujuan Vincent adalah untuk menciptakan “hubungan harmonis antara manusia dan alam”.

Berikut ini

Page 4: Rumah Terapung

Kompleks Perumahan Terapung di Belanda◄◄◄

ni merupakan sebuah komplek perumahan yg unik dimana terdapat 75 rumah apung modern yg terapung di IJburg, Belanda. Komplek perumahan ini menggunakan dok atau titian sebagai akses jalan ke rumah2 dan danau IJ sebagai halamannya, selain itu desain rumah2 ini juga dibikin sedemikian rupa agar dapat beradaptasi dengan kondisi pasang surut atau pasang air akibat dari global warming. Rumah2 ini merupakan desain a dengan desain yg fleksibel. Salah satu kelebihan dari komplek perumahaan ini adalah kalau cuaca sedang panas, para penghuni rumah tinggal melompat saja ke danau dan berenang disana.

Sebenarnya rumah apung seperti ini sudah lama ada, dan salah satunya Belanda yg mempunyai desain terbaik.

Page 5: Rumah Terapung
Page 6: Rumah Terapung
Page 7: Rumah Terapung
Page 8: Rumah Terapung
Page 9: Rumah Terapung
Page 10: Rumah Terapung
Page 11: Rumah Terapung
Page 12: Rumah Terapung