Pemeriksaan Cedera Pelvis
-
Upload
mosher-munda -
Category
Documents
-
view
522 -
download
41
Transcript of Pemeriksaan Cedera Pelvis
PEMERIKSAAN CIDERA PELVIS
OLEH :
M Ali Shodiq
Stase Sub.Bag.Bedah Orthopedi
Bulan September 2008
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP-RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG
PEMERIKSAAN CIDERA PELVIS
PENDAHULUAN
Angka kejadian cidera pelvis tercatat kurang dari 5 % dari keseluruhan
cidera skeletal, tetapi penting untuk diketahui karena tingginya insiden keterlibatan
kerusakan jaringan lunak dan resiko terjadinya kehilangan darah yang berat, syok,
sepsis dan ARDS. Sekitar dua per tiga dari seluruh kejadian fraktur pelvis terjadi
karena kecelakaan, ini terjadi karena high energy blunt trauma. Di Amerika, pada
orang dewasa fraktur pelvis paling banyak terjadi karena kecelakaan mobil ( 50-
60% ), kecelakaan sepeda motor ( 10-20 ), pejalan kaki yang tertabrak mobil ( 10-
20% ), jatuh dari ketinggian ( 8-10% ).
Aspek yang terpenting dalam pengelolaan fraktur pelvis tidak hanya pada
frakturnya saja, tetapi juga penanganan komplikasi yang menyertai seperti
perdarahan massif akibat putusnya pembuluh darah dan ekstravasasi urin akibat
cedera pada organ urogenetalia.
Fraktur pelvis ini ditandai dengan antara lain :
- Pelvis asimetri
- Perbedaan panjang kaki
- Nyeri tekan pada pelvis, dengan penekanan pada ke-2 iliac wing
- Pada bimanual kompresi, didapatkan pelvis tidak stabil
- Instabilitas pada pinggul yang aduksi disertai nyeri gerak
- High riding prostate, scrotal hematoma atau meatal discharge, hematuria
- Perdarahan rectal ( Earle Sign )
- Perdarahan diatas lig.Inguinale, paha bagian atas, atau perineum ( destot
sign )
- Ekimosis pada flank yang berhubungan dengan perdarahan retroperitoneal
(Grey Turner sign)
- Asimetris bilateral jarak antara trokanter mayor dan pubic spine pada
masing-masing sisi ( Roux sign )
- Kelainan neurovascular pada ekstremitas bawah
Anatomi Pelvis
Pelvic ring dibentuk dari dua tulang inominata dan sacrum, dan
dihubungkan oleh simfisis pubis dibagian anterior, dan sacroiliac joint kanan dan
kiri dibagian posterior. Struktur ini menahan beban berat badan dari trunk ke
ekstremitas inferior dan memberikan perlindungan organ dalam pelvis, pembuluh
darah dan saraf.
Stabilitas pelvic ring tergantung dari rigiditas tulang penyusunnya dan
ligament-ligamen yang mengikat ke-3 struktur tersebut. Ligamentum yang paling
penting peranannya adalah ligamentum sacroiliac dan ligamentum iliolumbal,
selama ligamentum ini utuh, penahanan beban tidak terganggu dan ini merupakan
factor yang penting untuk membedakan cedera pelvis yang stabil dan tidak stabil.
Organ-organ urogenetalia berada di belakang simfisis pubis, yaitu prostat,
buli-buli dan pelvic floor. Organ tersebut difiksasi oleh ligamentum-ligamentum
pada pelvis, cedera pada pelvis dapat mengenai organ-organ tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme Fraktur Pada Pelvic Ring
Berdasarkan mekanisme traumanya, dapat dibagi menjadi anteroposterior
compression (APC), lateral compression (LC), vertical shear (VS) dan kombinasi.
Study Lateral
Compression, %
AP Compression,
%
Vertical Shear,
%
Complex Forces,
%
Young et al 57 15 6 22
McCort and Mindelzun
70 16 7 7
Tile 71 13 16 0
APC biasanya terjadi karena trauma dari depan. Terjadi fraktur pada ramus
pubis atau tulang inominata akan terpisah dan berotasi eksterna disertai dengan
disrupsi simfisis pubis ( disebut ‘open book’ injury ). Keadaan ini bisa di
subklasifikasikan lagi berdasarkan tingkat kerusakannya menjadi :
- APC I : diastasis simfisis pubis kurang dari 2 cm, sacroiliac joint dan
ligamentum sacroiliac posterior masih intak, pelvic ring masih stabil
- APC II : diastasis lebih lebar dan ligamentum sacroiliac anterior rusak
( sering juga terjadi kerusakan pada ligamentum sacrotuberous dan
sacrospinosus ). Bila ligamentum sacroiliac posterior masih intak, pelvic
ring akan tetap stabil.
- APC III : ligamentum sacroiliac anterior dan posterior rusak. Akan tampak
pelebaan sacroiliac joint pada CT scan. Pelvic ring tidak stabil.
Lateral Compression Injury (LC), ditandai dengan fraktur tranversal pada
ramus pubis. Paling baik tampak pada foto X-ray inlet view. Bisa juga didapatkan
fraktur kompresi pada sacrum. Dapat diklasifikasikan menjadi bentuk yang paling
sederhana yaitu
1. LC I, dimana pelvic ring stabil.
2. LC II didapatkan fraktur anterior, bisa didapatkan fraktur pada iliac wing.
Tetapi pelvic ring tetap stabil.
3. LC III adalah yang terparah, pada kasus ini biasanya korban terlindas.
Kompresi lateral pada iliac wing akan menyebabkan pembukaan
anteroposterior pada sisi yang berlawanan.
Pada Vertical Shear Injury (VS), akan terjadi displaced hemipelvis kearah
kranial,dan sering pula ke posterior menghasilkan asimetris pada pelvis. Pada
keadaan ini pelvic ring tidak stabil.
Combination Injury kadang terjadi, klasifikasi diatas menggambarkan tipe
trauma yang sering terjadi. LC II sering berhubungan dengan trauma abdomen,
kepala, dan dada. Semua tipe fraktur yang tidak stabil beresiko tinggi akan
terjadinya perdarahan hebat dan mengancam nyawa.
Klasifikasi Fraktur Pelvis Menurut Young-Burgess ( berdasar derajat trauma )
Mechanism and Type
CharacteristicsHemipelvis
DisplacementStability
AP compression, type I
Pubic diastasis <2.5 cm External rotation Stable
AP compression, type II
Pubic diastasis >2.5 cm, anterior SI joint disruption
External rotation
Rotationally unstable, vertically stable
AP compression, type III
Type II plus posterior SI joint disruption External rotationRotationally unstable, vertically
unstable
Lateral compression, type I
Ipsilateral sacral buckle fracture, ipsilateral horizontal pubic rami fractures (or disruption of symphysis with overlapping pubic bones)
Internal rotation Stable
Lateral compression, type II
Type I plus ipsilateral iliac wing fracture or posterior SI joint disruption
Internal rotation
Rotationally unstable, vertically stable
Vertical shearVertical pubic rami fractures, SI joint disruption +/- adjacent fractures
Vertical (cranial)
Rotationally unstable, vertically unstable
Klasifikasi Fraktur Pelvis Menurut Tiles ( berdasar stabilitas pelvis ) :
Type CharacteristicsHemipelvis
DisplacementStability
Type A, posterior arch intact
A1, pelvic ring fracture (avulsion)
A1.1 Anterior iliac spine avulsion
None Stable
A1.2 Iliac crest avulsion
A1.3 Ischial tuberosity avulsion
A2, pelvic ring fracture (direct blow)
A2.1 Iliac wing fracture None Stable
A2.2 Unilateral pubic rami fracture
A2.3 Bilateral pubic rami fracture
A3, transverse sacral fracture
A3.1 Sacrococcygeal dislocation
None Stable
A3.2 Nondisplaced sacral fracture
A3.3 Displaced sacral fracture
Type B, B1, AP B1.1 Pubic diastasis, External Rotationa
incomplete posterior arch disruption
compression anterior SI joint disruption
rotation lly unstable, vertically stableB1.2 Pubic diastasis,
sacral fracture
B2, lateral compression
B2.1 Anterior sacral buckle fracture
Internal rotation Rotationally unstable, vertically stable
B2.2 Partial SI joint fracture/subluxation
B2.3 Incomplete posterior iliac fracture
B3.1, AP compression
B3.1 Bilateral pubic diastasis, bilateral posterior SI joint disruption
External rotation
Rotationally unstable, vertically stable
B3.2, AP and lateral compression
B3.2 Ipsilateral B2 injury, contralateral B1 injury
Ipsilateral internal rotation, contralateral external rotation
Rotationally unstable, vertically stable
B3.3, bilateral lateral compression
B3.3 Bilateral B2 injury Bilateral internal rotation
Rotationally unstable, vertically stable
Type C, complete posterior arch disruption
C1, vertical shear
C1.1 Displaced iliac fracture
Vertical (cranial) Rotationally unstable, vertically unstable
C1.2 SI joint dislocation or fracture/dislocation
C1.3 Displaced sacral fracture
C2, vertical shear and AP/lateral
C2 Ipsilateral C1 injury, contralateral B1 or B2 injury
Ipsilateral vertical (cranial),
Rotationally unstable,
compression contralateral internalor external rotation
vertically unstable
C3, bilateral vertical shear
C3 Bilateral C1 injury Bilateral vertical (cranial)
Rotationally unstable, vertically unstable
Diagnosis
Riwayat trauma sering dapat mengarahkan jenis fraktur pelvis dan kemungkinan
komplikasi yang menyertai. Syok mungkin ditemukan, merupakan gambaran yang
menonjol dan harus dicari pada pasien, akibat perdarahan internal yang hebat.
Fraktur pelvis yang disertai perdarahan seringkali disebabkan oleh fraktur
sakroiliaka, dislokasi atau fraktur sacrum yan kemudian menyebabkan kerusakan
posterior osseus ligament complex ( sendi sakroiliaka, sakrospinosus,
sakrotuberous atau dasar panggul yang fibromuskular ). Arah gaya yang
menyebabkan terbukanya cincin pelvis dapat menyebabkan robeknya pleksus
vena di pelvis dan arteri iliaka interna ( pada trauma kompresi antero-posterior ).
Trauma yang biasanya berhubungan dengan fraktur pelvis adalah antara lain :
- cidera kepala (51%), fraktur tulang panjang (48%), cidera nervus perifer
(26%), trauma toraks (20%), trauma uretra pada pria ( 15%), trauma buli-
buli (10%), trauma lien (10%),trauma hepar (7%), trauma GI tract (7%),
trauma ginjal (7%), trauma uretra pada wanita (6%), trauma mesenterium
(4%), dan trauma diafragma (2%).
1. Anamnesa
Anamnesa secara singkat yang diperlukan adalah mekanisme dan saat
terjadinya trauma serta besarnya kekuatan dan arah kekuatan. Beberapa
asumsi dapat digunakan saat anamnesa untuk membantu diagnosis :
- Pria mempunyai uretra yang lebih panjang dari pada wanita, sehingga
resiko trauma uretra pada pria lebih besar.
- Pada wanita, bila masih sadar dan didapatkan perdarahan pervaginam
perlu ditanyakan saat menstruasi atau tidak untuk menyingkirkan
kesalahan diagnosa.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan pembengkakan lokal dan nyeri.
Jika fraktur tidak stabil, akan didapatkan deformitas panggul sesuai dengan
bentuk instabilitas cincin pelvis. Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi,
pemeriksaan tungkai bawah, pemeriksaan rectal, pemeriksaan pervaginam,
pemeriksaan abdomen, perineum, rectum dan meatus uretra eksterna apakah
didapatkan perdarahan.
Pemeriksaan inspeksi dan palpasi :
Inspeksi : memar, hematom, laserasi, deformitas pelvis dan tungkai bawah
(rotasi eksterna, rotasi interna dan pemendekan), bila didapatkan tanda-tanda
keluar darah dari MUE, tak bisa BAK, dan teraba buli-buli yang penuh
kemungkinan terjadi ruptur uretra baik partial maupun total.
Palpasi : Bentuk tulang pelvis, simfisis pubis, spina dan krista iliaka. Instabilitas
mekanis diperiksa dengan manipulasi manual dari pelvis dan dikerjakan satu
kali selama pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan berulang pada instabilitas
pelvis akan menyebabkan penambahan trauma dan perdarahan.
3. Pemeriksaan radiologist, foto pelvis dapat dikerjakan untuk menunjang
pemeriksaan klinis.
Foto pelvis AP dapat mengidentifikasi disrupsi pelvis mayor, seperti fraktur
ramus pubis, fraktur ipsilateral atau kontralateral pada elemen posterior,
simfisiolisis, kerusakan sendi sakroiliaka atau kombinasinya. Foto ini dapat
juga digunakan untuk menilai instabilitas pelvis yang ditandai dengan :
- Fraktur dengan displacement hemipelvis > 1 cm
- Avulsi ala sacrum / ischium
- Avulsi processus spinosus L5.
Proyeksi radiologis khusus diperlukan bila proyeksi diatas kurang
memuaskan akibat tulan innominata yang overlapping. Untuk itu diperlukan
proyeksi foto :
- Proyeksi tangensial, dengan pelvis dalam posisi datar dan sumber sinar
diarahkan dari kaki ke kepala pada sudut 45º.
- Proyeksi inlet, dengan pelvis dalam keadaan datar dan sumber sinar
diarahkan dari arah kepala ke kaki pada sudut 45º.
Pada fraktur pelvis yang kompleks, pemeriksaan CT-Scan berguna untuk
meneliti letak fraktur secara teliti dan berhubungan antara fragmen fraktur.
Gill dan Bucholz menganjurkan pemeriksaan CT-Scan pada fraktur pelvis,
bila didapatkan :
- Fraktur-dislokasi vertikal ganda dimana dengan foto polos tidak dapat
menentukan stabilitas panggul.
- Fraktur cincin pelvis dengan perluasan ke asetabulum
- Cedera panggul berat yang memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi
interna.
Tinjauan Pustaka
1. Steven J Morgan, Fractures of The pelvis and acetabulum University of
Colorado School of Medicine Denver, Colorado, USA 2007
2. Solomon; Injuries of the Pelvis; Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures 8th Ed;2004;
3. Jones A.L; Fractures of the Pelvic Ring; Rocwood and Green’s Fractures in
Adult 5th Ed; 2006
4. Armis,MD ; Pelvic Ring Fractures ; Principles of the Fracture Care ;2003;
175-188
5. Koraitim M.M ; Risk Faktor and Mechanism Injury of Pelvic Fracture ;
British Journal of Urology ; 2005 ;
6. Thornton D ; Pelvic Ring Fractures ; eMedicine ; 2003
7. Sheppard C ; Pelvic Fractures ; eMedicine ; 2005