Bab II Kelompok 8 Mpkp

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian MPKP Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan. Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar

description

mpkp

Transcript of Bab II Kelompok 8 Mpkp

Page 1: Bab II Kelompok 8 Mpkp

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur

pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan

(Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

Model praktek keperawatan profesional merupakan suatu sistem, baik menyangkut

struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut

diberikan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan.

Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien

sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan

klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga

yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.

Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran

dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung

jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap

ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau

berdasarkan sistem tubuh.

Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

(kombinasi metode tim dan keperawatan primer)

B. Tujuan MPKP

Tujuan MPKP adalah sebagai berikut :

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap

tim keperawatan

Page 2: Bab II Kelompok 8 Mpkp

C. Pilar-pilar dalam MPKP

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya

adalah :

1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (Manajemen approach)

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai

pilar praktik perawatan professional yang pertama.

Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :

a. Perencanaan

Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi

(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;

harian,bulanan,dan tahunan).

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara

matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat

juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,

bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.

Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :

1) Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang

disusun untuk 3 sampai 10 tahun.

2) Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.

3)  Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun

Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan

visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang

diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan

harian, bulanan, dan tahunan.

b. Pengorganisasian

Berfungsi untuk menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar

alokasi pasien.

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,

penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang

bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP

menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-

Page 3: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.

Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.

1) Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu

organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi

menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-

fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau

dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi

pekerjaan.

Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan

Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan

yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai

perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan

asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.

Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP :

a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim

diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.

b) Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas

(pagi, sore, malam)

c) Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.

d) Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena

kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat

Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.

e) Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan

shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak

bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten

dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah

Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan

oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara

anggota tim.

f) Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.

g) Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat

Pelaksana anggota Timnya.

Page 4: Bab II Kelompok 8 Mpkp

h) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila

Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung

jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di

dalam Tim.

i) Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.

j) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien

yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Daftar Dinas Ruangan

Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung

jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1

minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya

untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh

kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada

minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim

mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang

lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.

3) Daftar Pasien

Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,

nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat

saat menjalankan dinas di tiap shift.

Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung

jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang

bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.

Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar

kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan

tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan

pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar

pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk

berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien

di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya

dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Page 5: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Contoh Daftar Pasien:

No Nama

Pasien

Nama

Dokter

Nama Katim Perawat

PJ

Pagi Sore Malam

7/11-07 6/11-07 6/11-07

1

2

3

4

5

6

7

Tim I

Ferri

Zulkifli

Arman

Bary

Dullah

Ahmad

Dirman

Dr. Anton

Dr. Anton

Dr. Anton

Dr. Meti

Dr. Meti

Dr. Meti

Dr. Anton

Anita

Anita

Anita

Anita

Anita

Anita

Anita

Beti

Ujang

Henny

Ulfa

Tito

Pusti

Anita

Beti

Beti

Henny

Henny

Tito

Tito

Anita

Ulfa

Ulfa

Pusti

Ulfa

Pusti

Pusti

Pusti

Ujang

Ujang

Ujang

Ujang

Ujang

Ujang

Ujang

Tim II

Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim

berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas

sore.

Contoh diatas menunjukkan:

- Dinas pagi tanggal 7 November 2007 adalah Beti, Henny, Tito dan Anita. Beti merawat

Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet karena

Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam.

- Dinas sore tanggal 6 November 2007 adalah Ulfa dan Pusti.

- Dinas malam tanggal 6 November 2007 adalah Ujang.

c. Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim

motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post

conference, dan manajemen konflik.

Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah

lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,

pengaktifan.

Page 6: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu

kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan

pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &

Houston, 1998) sebagai berikut:

1) Menciptakan iklim motivasi

2) Mengelola waktu secara efisien

3) Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik

4) Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi

5) Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervise

6) Negosiasi

Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Menciptakan budaya motivasi

2) Manajemen waktu: Rencana Harian

d. Pengendalian

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.

Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya

terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,

serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan

kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.

Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika

muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.

Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar.

Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan

(standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu

pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan

pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang

merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan.

Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.

Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua

kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu

dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.

Page 7: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa

aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi

untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah

yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :

1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja

2) Melakukan pengukuran prestasi kerja

3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar

4) Mengambil tindakan korektif

2. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan

professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian

kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP

dan setiap ada penambahan perawatan baru.

Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen

keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan.

Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar

dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat

merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan

praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat

akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional

apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf

yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur,

sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga

keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada

pasien sesuai yang diharapkan.

Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,

kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses

ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan

perawat baru

3. Pilar III: Hubungan Professional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan)

dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya

Page 8: Bab II Kelompok 8 Mpkp

hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara

pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat

dengan tim kesehatan dan lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara

eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

4. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat

dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen

asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan

menerapkan proses keperawatan

D. Komponen-komponen MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu

sebagai berikut :

1. Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga

yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.

Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan

pasien dibagi 3 kategori, yaitu :

a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :

1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

2) Makan dan minum dilakukan sendiri

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas :

1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

4) Voley kateter/intake output dicatat

5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan

prosedur

c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :

Page 9: Bab II Kelompok 8 Mpkp

1) Segala diberikan/dibantu

2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena

4) Pemakaian suction

5) Gelisah/disorientasi

Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan

perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.

Waktu

Klasifikasi

Pagi Sore Malam

Minimal

Partial

Total

0,17

0,27

0,36

0,14

0,15

0,30

0,10

0,07

0,20

Sebagai contoh :

Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15

pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga

pagi adalah :

10 x 0,17 = 1,7

15 x 0,27 = 4,05

5 x 0,36 = 1,8

--------------------

Jumlah   = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas

pagi.

Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya

dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.

Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan

Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut

adalah :

a.       Perawat shift : 10 orang

b.      Libur cuti : 5 orang

c.       Ketua tim : 3 orang

Page 10: Bab II Kelompok 8 Mpkp

d.      Kepala Ruangan : 1 orang

Jumlah = 19 orang

2. Metoda pemberian asuhan keperawatan

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian

asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap

metoda memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,

yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.

a. Penugasan Keperawatan Fungsional :

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan

tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat

ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk

mengganti verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.

Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing

perawat pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu

mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan

perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang

dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada

kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh

untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.

Keuntungan :

1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.

2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga

keperawatan professional.

3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu

berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :

1) Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.

2) Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.

3) Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.

4) Pelayanan tidak professional.

5) Pekerjaan monoton, kurang tantangan.

3.

Page 11: Bab II Kelompok 8 Mpkp

4. 2.      Penugasan Keperawatan Tim :5. Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,

dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.

6. Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.

7.8. Keuntungan :9. a.       Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.10. b.      Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung

jawabkan.11. c.       Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.12. d.      Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.13.14. Kerugian :15. a.       Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.16. b.      Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena

anggotanya terbagi-bagi dalam shift.17. c.       Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan

dengan anggota tim.18.19. 3.      Penugasan Keperawatan Primer20. Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana

perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.

21. Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien.

22. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien di bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.

23.24. Keuntungan :25. a.       Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan

tanggung gugat meningkat.

Page 12: Bab II Kelompok 8 Mpkp

26. b.      Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.27. c.       Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.28. d.      Terciptanya kolaborasi yang baik.29. e.       Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.30. f.       Metoda ini mendukung pelayanan professional.31. g.      Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.32.33. Kerugian :34. a.       Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat

professional.35. b.      Biaya yang diperlukan banyak

36. Proses Keperawatan

37. Dokumentasi Keperawatan

E. Metode Penugasan Dalam Keperawatan

Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu

metode pendekatan di bawah ini :

1. Metode fungsional

Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada

pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi

menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum,

sebagai berikut :

a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan

perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima

instruksi dokter.

b. Perawat staf, tugasnya :

1) Melakukan askep langsung pada pasien

2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga

keperawatan

c. Perawat Pelaksana, tugasnya : Melaksanakan askep langsung pada pasien

dengan askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein

dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).

d. Pembantu Perawat, tugasnya : Membantu pasien dengan melaksanakan

perawatan mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat

tenun bersih.

Page 13: Bab II Kelompok 8 Mpkp

e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya : Menjawab telpon, menyampaikan

pesan, memberi informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan,

mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,

membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas

instruksi kepala ruangan.

1) Kerugian metode fungsional:

Pasien mendapat banyak perawat.

Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.

Pelayanan terputus-putus

Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

2) Kelebihan dari metode fungsional :

Sederhana

Efisien.

Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.

Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.

Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.

Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik

yang praktek untuk ketrampilan tertentu.

Contoh metode fungsional

Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan

klien.

Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua

klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam

pembagian tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta

menjawab semua pertanyaan tentang klien.

2. Metode penugasan pasien/metode kasus

Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau

beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode

waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam

pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.

Page 14: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi

asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.

a. Kekurangan metode kasus 

1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas

sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh

2) Membutuhkan banyak tenaga.

3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin

yang sederhana terlewatkan.

4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung

jawab klien bertugas.

b. Kelebihan metode kasus

1) Kebutuhan pasien terpenuhi.

2) Pasien merasa puas.

3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.

4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

3. Metode penugasan tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.

Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta

memiliki pengetahuan dalam bidangnya.

Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok,

selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota

tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien

serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami

kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan

tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.

Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam

memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :

a. Ketua tim

b. Pelakaana perawatan

c. Pembantu perawatan

Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik

dengan menggunakan tenaga yang tersedia.

Page 15: Bab II Kelompok 8 Mpkp

a. Kelebihan metode tim:

1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.

2) Pasien dilayani secara komfrehesif

3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

4) Tercipta kerja sama yang baik .

5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

6) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman

dan efektif.

b. Kekurangan metode tim

1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi

tanggung jawabnya.

2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim

ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi

dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas

terhambat.

3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung

atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.

4) Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode Perawatan Primer

Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus

antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.

Tugas perawat primer adalah :

a. Menerima pasien

b. Mengkaji kebutuhan

c. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.

d. Mengkoordinasi pelayanan

e. Menerima dan menyesuaikan rencana

f. menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

Page 16: Bab II Kelompok 8 Mpkp

b. Ada otonomi

c. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.

b. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

d. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.

Kepala bangsal :

a. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer

b. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.

c. Menyusun jadwal dinas

d. Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer:

a. Mendorong kemandirian perawat.

b. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

c. Berkomunikasi langsung dengan Dokter

d. Perawatan adalah perawatan komfrehensif

e. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.

f. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

g. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.

Kelemahan dari metode perawat primer:

a. Perlu kualitas dan

b. kuantitas tenaga perawat,

c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.

d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)

Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode

perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari

datang sampai pulang.

Keuntungan dan Kerugian

Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer. Semua

metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah

Page 17: Bab II Kelompok 8 Mpkp

staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang

sebelumnya.

F. Kelebihan Dan Kekurangan Dari  Model Praktik Keperawatan Profesional

Kelebihan model praktek keperawatan professional :

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan    

memberikankepuasan pada anggota tim

4. bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

5. ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar

6. ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

Kekurangan model praktek keperawatan professional :

1. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan

waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.

2. Akuntabilitas pada tim

3. beban kerja tinggi

4. pendelegasian tugas terbatas

5. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab

klien tugas.

G. Karateristik MPKP

1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan

2. Penetapan jenis tenaga keperawatan

3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan

4. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

H. Langkah-Langkah Implementasi MPKP

Tahap persiapan :

1. Pembentukan team

Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan, ketua

MPKP.

2. Rancangan penilaian mutu

Page 18: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi

kepuasan klien.

3. Presentasi MPKP

Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat presentasi.

4. Penetapan tempat implementasi

Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas tenaga

perawat apakah ada staf baru.

5. Identifikasi jumlah klien

Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)

6. Penetapan tenaga keperawatan

7. Penetapan jenis tenaga

a. kepala ruang rawat

b. clinical care manager

c. perawat primer

d. perawat asociate

8. Pengembangan standar asuhan keperawatan

Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya

habis untuk melakukan tindakan keperawatan

9. Penetapan format dokumentasi keperawatan

10. Identifikasi fasilitas

a. Badge atau kartu  nama tim

b. Papan nama

c. Papan MPKP

Tahap pelaksanaan :

1. Pelatihan MPKP

2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi

3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA

4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra

5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien

6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim

7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA

8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan

Page 19: Bab II Kelompok 8 Mpkp

Tahap evaluasi :

1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien pulang

2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian

3. Penilaian infeksi nosokominal di ruang rawat

4. Penilaian rata-rata lama hari rawat.