Makalah MPKP Dan SP2KP

35
MPKP (Model Praktek Keperawtaan Profesional) dan SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Dosen Koordinator : Agus Santoso, S.Kp., M.Kep. Oleh : Devi Merry Evendi 22020111120002 Mutiara Rachmawati 22020111120005 Rakhmatika Isnaeni 22020111130069 Rena Widyasari 22020111130083 Susi Susanti 22020111140116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

hhh

Transcript of Makalah MPKP Dan SP2KP

Page 1: Makalah MPKP Dan SP2KP

MPKP (Model Praktek Keperawtaan Profesional) dan

SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Koordinator :

Agus Santoso, S.Kp., M.Kep.

Oleh :

Devi Merry Evendi 22020111120002

Mutiara Rachmawati 22020111120005

Rakhmatika Isnaeni 22020111130069

Rena Widyasari 22020111130083

Susi Susanti 22020111140116

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Page 2: Makalah MPKP Dan SP2KP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan jaman di bidang kesehatan khususnya di bidang pelayanan

keperawatan, menuntut perawat sebagai tenaga kesehatan untuk bersikap

professional dan penuh kreatif serta inovasi dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Adapun beberapa usaha yang telah

dilakukan dari beberapa pihak untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

yaitu mulai dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan

diantaranya adalah dengan adanya pendidikan pada tingkat Sarjana, Diploma III

keperawatan, pendidikan profesi yaitu Ners serta adanya pelatihan bagi tenaga

keperawatan. Upaya lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di

Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk

meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan

dapat ditingkatkan (Sitorus, 2006).

Banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan,

tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan. Layanan

keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap

dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien

atau keluarga. Dari masalah yang terjadi di lapangan hal tersebut muncul karena

tidak terstrukturnya pengorganisasian dan pembagian tugas kepada perawat di

rumah sakit, banyaknya tanggung jawab yang diberikan kepada perawat, maka

dari itu salah satu usaha untuk memberikan pelayanan berkualitas dan

professional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan

(MPKP).

Model pratek keperawatan professional (MPKP) dilakukan hanya pada

pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter.

Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak

adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk

mengatasi masalah tersebut diperlukan pengubahan sistem, pemberian asuhan

Page 3: Makalah MPKP Dan SP2KP

keperawatan melalui pengembangan Model Praktek Keperawatan Profesional

(MPKP) yang diperbaharui dengan SP2KP (Sitorus, 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian MPKP?

2. Apa tujuan didirikannya MPKP?

3. Apa saja macam metode penugasan MPKP?

4. Bagaimana penetapan jenis tenaga di MPKP?

5. Apa saja komponen MPKP?

6. Bagaimana struktur organisasi MPKP?

7. Bagaimana pilar-pilar MPKP?

8. Apa kekurangan penerapan sistem MPKP di rumah sakit?

9. Apa pengertian SP2KP?

10. Apa kelebihan SP2KP?

11. Bagaimana kekurangan penerapan SP2KP di RSUP dr. Kariadi Semarang?

12. Perbedaan SP2KP dan MPKP?

13. Bagaimana struktur tingkatan SP2KP?

14. Bagaimana kinerja perawat di RSUP dr. Kariadi Semarang setelah MPKP

diubah menjadi SP2KP?

15. Jika SP2KP dianggap baik buat pasien dan perawat, bagaimana cara perawat

rumah sakit menilai kepuasan pasien terhadapan pelayanan rumah sakit?

16. Bagaimana syarat menjadi kepala ruangan dan perawat penanggung jawab?

17. Apakah manfaat dari system SP2KP untuk pasien?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian MPKP

2. Mengetahui tujuan MPKP

3. Mengetahui macam metode penugasan MPKP

4. Mengetahui penetapan jenis tenaga di MPKP

5. Mengetahui komponen MPKP

6. Mengetahui struktur organisasi MPKP

Page 4: Makalah MPKP Dan SP2KP

7. Mengetahui pilar-pilar MPKP

8. Mengetahui kekurangan penerapan sistem MPKP di rumah sakit

9. Mengetahui pengertian SP2KP

10. Mengetahui kelebihan SP2KP

11. Mengetahui kekurangan penerapan SP2KP di RSUP dr. Kariadi Semarang

12. Mengetahui perbedaan SP2KP dan MPKP

13. Mengetahui struktur tingkatan SP2KP

14. Mengetahui kinerja perawat di rumah sakit setelah MPKP diubah menjadi

SP2KP

15. Mengetahui jika SP2KP dianggap baik buat pasien dan perawat, bagaimana

cara perawat rumah sakit menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah

sakit

16. Mengetahui syarat menjadi kepala ruangan dan perawat penanggung jawab

17. Mengetahui manfaat dari sistem SP2KP untuk pasien

Page 5: Makalah MPKP Dan SP2KP

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian MPKP

Model praktik keperawatan professional diaplikasikan dalam model

keperawatan primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan

komprehensif. Motode keperawatan primer adalah motode pemberian asuhan

keperawatan komprehensif yang merupakan gabungan dari model praktik

keperawatan professional.

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang didalmnya terdapat

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang

dapat menopang pemberian asuhan tersebut.

B. Tujuan MPKP

Tujuan dari MPKP yaitu untuk memfasilitasi agar asuhan keperawatan

yang diberikan itu lebih focus, holistic, diberikan kepada pasien jadi masalah

pasien itu bisa diatasi secara bertahap melalui program-program MPKP itu

sendiri selain itu tujuan dari MPKP yaitu mensejahterakan perawat ruangan

dengan adanya reward, namun hal ini tidak sesuai dengan keadaan dilapangan,

karena pada MPKP reward diberikan menurut kesepakatan ruangan.

(Sumber : wawancara )

Tujuan MPKP (Sitorus, Ratna.2006):

1. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan

3. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan

bagi setiap tim keperawatan

4. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

5. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

Page 6: Makalah MPKP Dan SP2KP

C. Apa saja macam metode penugasan MPKP

1. Metode Kasus

Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan

kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien

yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat

tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien (Sitorus, 2006).

2. Metode Fungsional

Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan

pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau

beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan

(Sitorus, 2006).

Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam

satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada

kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam

pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam

menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak

mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya (Sumber : wawancara).

Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :

a. Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang

menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistic

b. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan

keperawatan yang utama

c. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu

perawat yang mengetahui tentang satu klien secara menyeluruh.

d. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap

pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak

mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.

e. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan

perawat.

Page 7: Makalah MPKP Dan SP2KP

3. Metode tim

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu

seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui

upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan

bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan

dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung

jawab yang tinggi (Sitorus, 2006).

Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :

a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat

keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan

keperawatan.

b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.

Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,

terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan

asuhan, supervisi, dan evaluasi.

c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan

berhasil baik

4. Motode perawat primer

Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab

terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary

nurse) disingkat dengan PP. Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri

yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu

kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen (Sitorus,

2006).

5. Differentiated practice

Differentiated practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan

menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber keperawatan

yang tepat. Terdapat dua model yaitu model kompetensi dan model

Page 8: Makalah MPKP Dan SP2KP

pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar (registered nurse)

diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai

dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas

keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan pendidikan, perawat akan

ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana

hubungan antar tenaga tersebut diatur (Sitorus, 2006).

6. Manajemen kasus

Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan

secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi

berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat

dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal. Metode manajemen kasus

meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien,

koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil,

efisiensi sumber dan kolaborasi (Sitorus, 2006).

Pada penerapan MPKP di RSUP dr. Kariadi Semarang dulu terdiri dari

kepala bidang keperawatan, kelapa ruangan, ketua tim atau perawat penanggung

jawab dan lainnya perawat pelaksana, namun 1 ruangan hanya terdiri 1 ketua

tim dan lainnya sebagai perawat pelaksana yang bertanggung jawab semua

pasien diruangan (Sumber : wawancara).

D. Penetapan Jenis Tenaga di MPKP

Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan

adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu

ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:

1. Kepala ruang rawat

Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat

a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat.

b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk mencegah masalah di ruangan.

Page 9: Makalah MPKP Dan SP2KP

d. Membimbing siswa/ mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing

klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan

mengikuti system MPKP yang sudah ada.

e. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.

f. Mengorientasi pegawat baru, residen, mahasiswa kedokteran dan

mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan.

g. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan

klien/ keluarga dan tim kesehatan lain.

h. Memeriksa kelengkapan persedian status keperawatan minimal 5 set

setiap hari.

i. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi

MPKP termasuk sikap dan tingkah laku professional.

j. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada

PA senior.

k. Merencanakan dan memfasilitasi ketersedian fasilitas yang dibutuhkan

di ruangan.

l. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada

di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.

m. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk

membahas kebutuhan di ruangan.

n. Merencanakan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan

untuk membahas kebutuhan di ruangan.

o. Merencanakan dan melaksanakan kebutuhan di ruangan.

p. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

q. Membuat peta risiko di ruang rawat.

2. Clinical care manager

Tugas CCM:

a. Membimbing PP pada implementasi MPKP.

b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.

c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

Page 10: Makalah MPKP Dan SP2KP

e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan

penelitian.

f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.

g. Bekerjasama dengan kepala ruang.

h. Mengevaluasipendidikan kesehatan yang dilakukan PP danmemberi

masukan untuk penelitian.

i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian

tentang askep.

j. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrument

evaluasi implementasi MPKP.

3. Tanggung jawab PP (Perawat Primer)

a. Melakukan kontak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan

sehingga tercipta hubungan terapeutik.

b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian

yang sudah dilakukan PP pada sore, malam dan hari libur

c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar

renpra sesuai dengan hasil pengkajian.

d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah

tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat.

e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali

giliran jaga.

f. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan

keperawatan apakah sudah sesuai dengan SOP atau belum.

g. Memonitor dokumentasi yang telah dilakukan PA

h. Mmebantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA

i. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium

j. Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya

bersama dengan PA

k. Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP

tidak ada, visit didampingi oleh PA dan sesuai timnya

Page 11: Makalah MPKP Dan SP2KP

l. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan

perkembangan klien setiap hari

m. Melakukan pertemuan dengan klien atau keluarga minimal 2 hari sekali

untuk membahas kondisi keperawatn klien

n. Bila PP libur atau cuti, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang

telah ditunjuk (wakil PP). Dengan bimbingan kepala ruang atau CCM

o. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien atau keluarga

p. Membuat perencanaan pulang

q. Bekerja sama dengan clinical care manager CCM dalam

mengidentifikasikan isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta

evidence based practice (EBP)

4. Perawat Asosiet

a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP.

b. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga.

c. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan

format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.

e. Melakukan evaluasi terdahap tindakan yang telah dilakukan dan

mendokumentasikannya pada format yang tersedia.

f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.

h. Membut laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

i. Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah.

j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,

pengobatan dan tindakan.

k. Berperan serta dalam memberikan pendkes pada klien/keluarga.

l. Melakukan inventarisasi faslitas yang terkait dengan timya.

m. Membantu tim lain yang membutuhkan.

n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi

tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP

Page 12: Makalah MPKP Dan SP2KP

E. Apa saja komponen MPKP

Model praktik keperawatan professional (MPKP) terdiri dari 5 subsistem

sebagai berikut:

1. Pendekatan Management (management approach )

Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar

tersebut seorang perawat harus melakukan pendekatan penyelesaian

masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat

diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.

2. System Pemberian Asuhan (care delivery system)

Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,

digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya

metode kasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen

kasus. Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling

memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode

yang menggunakan the breath of keperawatan primer.

3. Nilai-Nilai Professional (professional values)

Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik

keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari

MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai

klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan

dalam suatu proses keperawatan.

4. Hubungan Professional (professional relationships)

Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa

anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah

klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu

perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan kolaborasi tersebut.

5. Kompensasi Dan Penghargaan (compensasion and rewards)

Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak

atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang

didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih dahulu

Page 13: Makalah MPKP Dan SP2KP

dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat

disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa

layanan keperawatan adalah pelayanan profesional.

F. Bagaimana struktur organisasi MPKP?

(Kusnanto, 2004)

Dari hasil penelitian yang dilakukan Arum Pertiwi 2008, dirumah sakit

PKU Muhamammadiyah, struktur pengorganisasian sebagai berikut perawat

pelaksana bertanggung jawab terhadap perawat primer di pagi hari, perawat

primer bertanggung jawab terhadap kepala ruang, sedangkan pada shif malam

dan sore perawat pelaksana bertanggung jawab terhadap ketua shift alasannya

adalah karena ketua tim membawahi dua orang perawat pelaksana.

Pada Rumah Sakit Moewardi struktur pengorganisasiannya sebagai

berikut: kepala ruangan, dibawahnya terdapat perawat pelaksana bertanggung

jawab terhadap perawat primer, baik pagi hari, sore, maupun malam. Perawat

primer bekerjasama dengan kepala ruang dan dokter yang merawat pasien.

Page 14: Makalah MPKP Dan SP2KP

G. Bagaimana pilar-pilar MPKP ?

1. Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan

a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP

meliputi ( perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka

pendek, harian, bulanan dan tahunan).

b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas,

dan daftar alokasi pasien.

c. Pengarahan

Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,

manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post

conference, dan manajemen konflik.

2. Pilar 2: Sistem penghargaan

Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses

rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini

selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada

penambahan perawatan baru.

3. Pilar 3: Hubungan professional

Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan keluarga).

Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal artinyahubungan

yang terjadi antara pembentuk

Pelayanan kesehatan misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan

tim kesehatan lain, sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah

hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

4. Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah

asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

H. Kekurangan penerapan system MPKP di rumah sakit?

1. Beban kerja perawat lebih berat karena kurangnya system pembagian tugas

dan semua perawat bertanggung jawab atas semua pasien

Page 15: Makalah MPKP Dan SP2KP

2. Di dalam teori disebutkan bahwa dalam system MPKP terdapat system

pemberian penghargaan sesuai dengan kebijakan ruangan, namun dilapangan

khususnya di RSUP Dr. Kariadi, tidak ada pemberian reward yang diberikan

kepada perawat.

I. Apa pengertian SP2KP ?

SP2KP atau Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di

rumah sakit.SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan

di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan yang profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem

pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara profesional (Sitorus, 2006).

J. Kelebihan SP2KP ?

1. Sumber : wawancara

a. Kerja perawat lebih terstruktur

b. Kerja perawat lebih ringan karena adanya pembagian pasien

c. Perawat lebih mengenali pasiennya sehingga dapat mempermudah proses

asuhan keperawatan

d. Perawat lebih bersemangat dalam bekerja karena adanya pemberian

reward

2. Kelebihan SP2KP adalah pelayanan keperawatan kepada pasien lebih

terstruktur dan kinerja perawat lebih professional.

K. Bagaimana kekurangan penerapan SP2KP di RSUP dr. Kariadi

Semarang?

SP2KP memerlukan sumber daya manusia khususnya perawat yang

sudah mendapat pendidikan professional minimal Ners sebagai perawat

penanggung jawab, sedangkan perawat dengan pendidikan minimal diploma III

atau sekolah perawat kejuruan seharusnya berperan sebagai perawat pelaksana

Page 16: Makalah MPKP Dan SP2KP

namun pada kenyataanya masih banyak ditemui perawat DIII menjabat sebagai

perawat penanggung jawab. Hal ini akan berdampak pada standar mutu

pelayanan. Maka saat ini RSUP dr. Kariadi Semarang mengharuskan perawat

penanggung jawab meneruskan pendidikan minimal Ners.

(Sumber : wawancara)

L. Perbedaan SP2KP dan MPKP?

Perbedaan terletak pada struktur pembagian perawat diruangan, seperti

tidak adanya perawat penangggung jawab pasien dan perawat pelaksana pada

model MPKP, namun pada model SP2KP struktur pembagian perawat terbagi

atas perawat penanggung jawab pasien dengan jumlah pasien yang telah

ditentukan, dan terdapat perawat pelaksana, tidak hanya itu system SP2KP juga

lebih menghargai kinerja perawat dengan bentuk pemberian reward pada

perawat yang memiliki kinerja yang baik di rumah sakit. Reward yang diberikan

dari rumah sakit kepada perawat dapat berupa bentuk remunisasi yang

jumlahnya berbeda,sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

tiap perawat.

(Sumber : wawancara)

Hasil penelitian dari Rantung 2013, hasil yang diperoleh dari ruangan

yang menggunakan system SP2KP hasil mean 78,14, sedangkan ruangan dengan

non SP2KP hasil mean 54, 2. Hasil uji analisis menunjukkan nilai P = 0.000 <

0.05, sehingga membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan anatara

pendokumentasian asuhan keperawatan pada ruangan yang menerapkan system

SP2KP dengan ruangan yang tidak menerapkan system SP2KP di RSUP

Prof.R.D. Kandou Manado. Dalam hal ini perbedaanya terletak pada

kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan, namun pada jurnal tidak

dijelaskan kelengkapan dokumentasi seperti apa yang dimaksudkan.

Pendokumentasian ini berhubungan erat dengan standar pendidikan

perawat. Perawat diruangan yang menerapkan system SP2KP memiliki 54

perawat dengan 18 lulusan Ners, 5 perawat lulusan S.Kep. Sedangkan ruangan

Page 17: Makalah MPKP Dan SP2KP

yang tidak menerapkan sytem SP2KP didominasi oleh lulusan DIII sebanyak 23

orang, untuk lulusan Ners 6 orang, S.Kep. 5 orang.

Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan

kepada klien meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan mauapun

pendokumentasian data pasien, perawat dituntut untuk professional (Dermawan,

2012). Prinsip pendokumentasian yang professional yaitu proses dan hasil

dokumentasi dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, pendidikan dan

pengalaman perawat (Wahid,2012).

M. Struktur Tingkatan SP2KP ?

(Sumber : wawancara)

N. Bagaimana kinerja perawat dirumah sakit setelah MPKP diubah menjadi

SP2KP ?

Kinerja perawat menjadi lebih tersetruktur dengan adanya pembagian

pasien, dan dengan diterapkannya system reward perawat menjadi lebih

bersemangat saat menjalakan tugas dan tanggung jawabnya, tidak hanya itu

perawat juga lebih kreatif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

(Sumber : wawancara)

Kabid.Keperawatan

Kasie. Kep

PA

PPJP 1

Kep.Ruangan

PPJP 2 PPJP 3

PAPA

5-6 KLIEN 5-6 KLIEN5-6 KLIEN

Page 18: Makalah MPKP Dan SP2KP

O. Jika SP2KP dianggap baik buat pasien dan perawat, bagaimana cara

perawat rumah sakit menilai kepuasan pasien terhadapan pelayanan

rumah sakit?

Berdasarkan penerapan SP2KP di Rumah Sakit Kariadi untuk penilaian

kepuasan pasien setelah dirawat inap dibangsal para perawat diharuskan

membagikan quisioner yang berisi tentang penilaian kepuasan pelayanan selama

pasien dirawat di bangsal RSUP Dr. Kariadi Semarang. Evaluasi dari quisioner

penialaian kepuasan pasien dibuka setiap hari dan di evaluasi setiap bulan

sebagai bahan koreksi dan peningkatan mutu pelayanan bagi pasien di RSUP

Dr.Kariadi. Selama ini hasil dari evaluasi penilaian kepuasan pasien rata-rata

menunjukkan angka 85, dan ini menurut salah satu perawat kariadi tergolong

Baik.

(Sumber : wawancara)

P. Bagaimana syarat menjadi kepala ruangan dan perawat penanggung jawab

1. Syarat menjadi kepala ruangan :

a. Kompetensi yang dimiliki

b. Jenjang pendidikan yang tinggi

c. Lama kerja di rumah sakit

d. Banyaknya pelatihan-pelatihan yang diikuti

e. Pengkaderan

2. Syarat menjadi perawat penanggung jawab :

a. Sesuai dengan jenjang pendidikan (di RSUP dr. Kariadi Semarang,

syarat menjadi PP harus minimal Ners.)

b. Kompetensi yang dimiliki

Q. Apakah manfaat dari system SP2KP untuk pasien?

Askep pada pasien lebih lengkap dan terstrukur sehingga berbagai

masalah keperawatan yang muncul pada pasien baik diagnosa aktual dan

diagnosa resiko bisa teratasi semua. Sebagai contoh di RSUP Dr. Kariadi yang

Page 19: Makalah MPKP Dan SP2KP

sudah menerapkan system SP2KP sudah dipersiapkan fasilitas untuk pasien

yang berisiko dekubitus misalnya kasur dekubitus. Selain itu dalam sistem

SP2KP tidak ada kesenjangan profesi antar rekan kerja di rumah sakit, misalkan

antara perawat dengan ahli gizi, dan perawat dengan dokter, serta perawat

dengan fisioterpis.

(Sumber : wawancara)

Page 20: Makalah MPKP Dan SP2KP

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,

proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat

menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

SP2KP atau Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di

rumah sakit.SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan

di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan yang profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem

pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara profesional (Sitorus, 2006).

Dari kesimpulan pernyataan diatas, SP2KP lebih baik dari MPKP hal ini

dibuktikan SP2KP lebih terstruktural dengan pembagian perawat terbagi atas

perawat penanggung jawab pasien dengan jumlah pasien yang telah ditentukan,

dan terdapat perawat pelaksana, tidak hanya itu system SP2KP juga lebih

menghargai kinerja perawat dengan bentuk pemberian reward pada perawat

yang memiliki kinerja yang baik di rumah sakit. Reward yang diberikan dari

rumah sakit kepada perawat dapat berupa bentuk remunisasi yang jumlahnya

berbeda,sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh tiap perawat.

B. Saran

Dengan adanya suatu metode yang disusun dalam SP2KP atau Sistem

Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional adalah kegiatan pengelolaan

asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit, diharapkan

pelayanan keperawatan di seluruh rumah sakit Indonesia dapat lebih tertata

sehingga bisa memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.

Page 21: Makalah MPKP Dan SP2KP

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.

Yogyakarta : Gosyen Publising.

Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:

EGC.

Pratiwi, Arum.,& Muhlisin, Abi. 2008. Kajian Penerapan Model Praktik Keperawatan

Profesional (MPKP) dalam pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.

Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621.Volume 1. Nomor 1. Halaman 73-80.

Rantung, R. Steffy., Robot, Fredna J., Hamel, Rivelino S. 2013. Perbedaan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruangan SP2KP dan Non-SP2KP di

Ruang Irina A dan Irina F RSUP. DR.R.D. Kandou Manado. Ejournal

Keperawatan, Volume 1.Nomor 1.Halaman 1-7

Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:

Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di

Ruang Rawat. Jakarta: EGC.

Wahid, A., & Suprapto, I. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Page 22: Makalah MPKP Dan SP2KP

PERTANYAAN

1. Rumah sakit seperti apa yang menerapkan SP2KP? Apakah ada standarisasi dari

SP2KP?

2. Menurut jurnal Rantung, R 2013, pendokumentasian dalam SP2KP lebih

lengkap daripada MPKP. Pendokumentasian seperti apa yang ada dalam

SP2KP?

3. Bagaimana rumah sakit mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada

pelaksanaan SP2KP?

4. Secara teori dalam buku Sitorus (2006) struktur organisasi MPKP dan SP2KP

hampir sama. Tetapi dari hasil wawancara, dalam MPKP terdapat satu perawat

penganggungjawab untuk seluruh pasien, sedangkan dalam SP2KP satu perawat

hanya memegang beberapa pasien. Sebenarnya apakah ada perbedaan struktur

dari MPKP dan SP2KP?

5. Apakah kepala ruang mempunyai wewenang memberikan asuhan keperawatan

secara langsung kepada pasien? Sedangkan dalam SP2KP tugas kepala ruang

adalah sebagai manajerial di ruangan?

6. Apa yang akan terjadi jika SP2KP dipaksa diterapkan pada rumah sakit yang

tidak memenuhi standar?

7. Alasan apa yang mendasari MPKP dirubah menjadi SP2KP?

8. Untuk menjadi perawat primer, syarat utama adalah jenjang pendidikan yang

tinggi, minimal profesi. Bagaimana jika ada kasus di lapangan seorang perawat

primer dengan pendidikan diploma dia ingin melanjutkan ke tingkat sarjana dan

terkendali oleh biaya dan tidak medapatkan biaya pendidikan dari rumah sakit.

Apakah dia diturunkan dari jabatannya atau bagaimana?

9. Menurut penjelasan narasumber yang merupakan seorang perawat RSUP Dr.

Kariadi Semarang menyatakan bahwa hanya ruangan dengan status kelas 2 dan

3 saja yang menerapkan SP2KP sedangkan kelas 1 dan VIP tidak. Mengapa bisa

seperti itu?

10. Apakah tugas kepala bidang keperawatan di rumah sakit?

11. Apakah profesi lain harus mempelajari SP2KP sedangkan di lapangan sering

kami jumpai di dalam ruangan (bangsal) terdapat bidan yang melakukan asuhan

Page 23: Makalah MPKP Dan SP2KP

keperawatan serta membuat dokumentasi keperawatan. Bagaimana menyikapi

hal tersebut?

12. Apakah kriteria menjadi seorang ketua tim di ruangan? Sedangkan dalam

beberapa rumah sakit ada ketua tim yang masih lulusan diploma sedangkan ada

anggota yang lulusan sarjana ataupun profesi?

13. Sampai sekarang apakah ada kekurangan dari penerapan SP2KP?

14. Penerapan SP2KP apakah hanya di bangsal atau di semua ruangan di rumah

sakit, di antaranya ruang operasi, IGD, dll?

15. Apakah SP2KP mempengaruhi akreditasi rumah sakit? Jelaskan!

Page 24: Makalah MPKP Dan SP2KP

LAMPIRAN

Dokumentasi