BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdfMakna uchi ni, aida ni dan kagiri, ......
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdfMakna uchi ni, aida ni dan kagiri, ......
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai
pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Anggraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan
Makna uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dalam Novel
Ryoma Ga Yuku Karya Ryōtarō Shiba” membahas tentang bagaimanakah bentuk
dan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri, dalam novel Ryoma Ga Yuku
karya Ryōtarō Shiba. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah
metode agih dengan teknik ganti. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah
teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001), dan analisis mengenai bentuk
setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri mengacu pada pendapat Makino dan Tutsui
(1989), serta pendapat Ichikawa (2007).
Hasil dari penelitian Anggraini adalah uchi ni, aida ni dan kagiri, yang
berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam
bahasa Jepang yaitu verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki
arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna adanya dua buah
peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya
10
suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang
terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu
persyaratan agar suatu hal dapat terjadi.
Persamaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode agih pada tahap analisis data serta menggunakan teori makna
dari Pateda (2001) yang kemudian mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui
(1989). Perbedaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah objek kajian
yang berbeda. Penelitian Anggaraini menganalisis tentang uchi ni, aida ni dan
kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi, sedangkan pada penelitian ini
menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Dalam penelitian ini
membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan
nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian
Anggaraini bermanfaat bagi penelitian ini, karena memberikan wawasan mengenai
cara menganalisis makna. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Anggaraini
adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat
di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam
teori.
Dwita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan
Setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke”
membahas tentang bagaimanakah fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan
setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke.
Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian Dwita adalah
metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Dalam penelitiannya,
11
Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori mengenai setsuzokushi ga dan
keredomo yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Koizumi (1993),
Takayuki (1993), Chaer (1995), Yuriko (1998), serta Katsumi dan Y. Shinichi
(1998).
Hasil dari penelitian Dwita adalah setsuzokushi ga dan keredomo memiliki
empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan,
menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan
menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi dan makna
yang menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu;
pertama, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan
keredomo. Kedua, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat,
sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat.
Secara makna, ga dapat menggantikan keredomo dengan memerhatikan konteks.
Sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang
dihubungkan dengan ga dalam bentuk baku atau hormat.
Persamaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode agih pada tahap analisis data. Perbedaan penelitian Dwita
dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Dwita
membahas mengenai fungsi dan makna setsuzokushi ga dan keredomo sedangkan
pada penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo
dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.
Penelitian Dwita bermanfaat bagi penelitian ini karena digunakan sebagai acuan
bagaimana menganalisis makna serta bagaimana menganalisis struktur kalimat.
12
Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Dwita adalah dalam penelitian ini tidak
hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga
menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.
Octarina (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kalimat dan
Makna Bentuk Pertentangan Temo dan Noni Dalam Novel Mado Giwa No
Tottochan Karya Tetsuko Kuroyanagi” yang bertujuan untuk meneliti proses
penggabungan temo dan noni pada kata, baik pada verba, adjektiva-i, dan nomina
struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni. Metode dan teknik yang
digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai
pembentukan kata (Tsujimura, 1996:148), teori hubungan antar klausa (Arifin dan
Junaiyah, 2009:34), dan teori mengenai makna gramatikal (Djajasudarma, 1993:16-
17).
Hasil penelitian Octarina menunjukkan bahwa temo dan noni dapat
digabungkan dengan verba, adjektiva, dan nomina. Ketika digabungkan dengan
verba, verba harus diubah menjadi bentuk {~te} kemudian ditambah mo. Pada
adjektiva-i pada proses penggabungan dengan temo mengalami proses konjungsi
pada i di akhir kata menjadi ku kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-na dan
nomina, kopula da berubah menjadi de kemudian ditambah mo. Noni pada proses
penggabungan dengan verba, nomina, dan adjektiva-i dalam bentuk futsuu-kei.
Struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaan yang terdapat diantaranya adalah menjadi penghubung antar
klausa. Perbedaan penggunaan temo dan noni pada struktur kalimat adalah untuk
13
temo dapat diletakkan di awal kalimat setelah kata yang digabungkan, sedangkan
pada noni dapat diletakkan di akhir kalimat. Makna gramatikal yang terdapat pada
kalimat yang yang menggunakan temo dan noni adalah untuk menyatakan hal yang
bertentangan. Perbedaan makna gramatikal antara temo dan noni adalah temo untuk
hal-hal yang sifatnya subjektif, sedangkan noni untuk hal-hal yang sifatnya objektif.
Persamaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis tentang setsuzokujoshi serta sama-sama menganalisis tentang makna
dan struktur kalimat. Perbedaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah
terletak pada setsuzokujoshi yang dibahas. Pada penelitian Octarina menganalisis
tentang setsuzokujoshi temo dan noni sedangkan pada penelitian ini menganalisis
tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya
Ryoutarou Shiba. Penelitian Octarina bermanfaat bagi penelitian ini karena bisa
dijadikan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna dan bentuk setsuzokujoshi
noni. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Octarina adalah dalam penelitian
ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga
menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.
2.2 Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan. Konsep-konsep
tersebut yaitu setsuzokujoshi, noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu.
14
2.2.1 Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi memiliki fungsi dan ciri-ciri yang hampir sama dengan
setsuzokushi. Setsuzokujoshi adalah partikel yang dipakai untuk menghubungkan
bagian kalimat sebelumnya dengan bagian kalimat berikutnya (Takayuki dalam
Sudjianto, 2000:50). Setsuzokujoshi biasanya dipakai setelah verba, adjektiva-i dan
adjektiva-na sebagai bagian kalimat yang diletakkan sebelum setsuzokujoshi yang
ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Selain itu, ada juga
setsuzokujoshi yang dipakai setelah nomina. Partikel-partikel yang termasuk ke
dalam setsuzokujoshi adalah ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari,
temo dan lain sebagainya (Sudjianto,2000:51).
2.2.2 Noni
Partikel noni dapat dipakai untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang
memiliki makna yang bertolak belakang. Bagian kalimat pertama yang menyatakan
keadaan atau aktivitas kemudian kalimat berikutnya menyatakan keadaan atau
aktivitas tidak bisa terjadi atau tidak bisa dilakukan berdasarkan pada keadaan atau
aktivitas sebelumnya (Sudjianto, 2000:61).
Makino dan Tsutsui (1989) menyatakan bahwa :
Contrary to everybody’s expectation based on the sentence preceding noni,
the proposition in the sentence following noni is the case.
‘Bertentangan dengan harapan semua orang berdasarkan pada kalimat yang
sebelum noni, hal dalam kalimat yang mengikuti noni adalah permasalahnya.’
(ADBJG, 1989 :331)
15
Contoh :
4) 毎日 漢字 を 勉強している のに よく 覚えられない。
Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.
setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat
BTK NEG
‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’
5) 清水さん は ゴルフ が 下手な のに 好き です。
Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.
Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP
‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa noni berfungsi untuk
menyatakan dua hal yang berlawanan. Pernyataan sebelumnya berlawanan dengan
pernyataan selanjutnya.
2.2.3 Nagara-mo
Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :
A disjunctive conjunction used normally in written Japanese with the meaning
‘although’.
‘Sebuah konjungsi kata pemisahan yang biasanya digunakan dalam penulisan
bahasa Jepang yang memiliki arti 'meskipun'.
(ADIJG, 1995 : 199)
Contoh :
6) 山口 は その こと を 知り ながらも
Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo
Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun
黙っていた。
damatteita.
tutup mulut
BTK LAM
‘Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’
16
7) あの 子 は 小さい ながらも、 両親 の 気持ち
Ano ko wa chiisai nagara mo, ryooshin no kimochi
Itu anak TOP kecil meskipun orang tua GEN perasaan
が よく わかっている。
Ga yoku wakatte iru.
NOM baik mengerti.
‘Meskipun anak itu masih kecil, dia mengerti dengan baik perasaan orang
tuanya.’
8) 彼 は 会社 の 社長 ながら、 いつも
Kare wa kaisha no shachou nagara, itsumo
Dia TOP perusahaan GEN kepala perusahaan meskipun selalu
腰 の 低い 人だ。
koshi no hikui hitoda.
punggung GEN rendah orang.
‘Meskipun dia adalah kepala perusahaan, orangnya selalu rendah hati.’
Berdasarkan contoh di atas, penggunaan nagara-mo menyatakan dua
pernyataan yang berbeda. Pernyataan kedua tidak sesuai dengan apa yang di
paparkan pada pernyataan sebelumnya.
2.2.4 Nimokakawarazu
Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :
Without any relation to a preceding event / situation.
‘Tanpa kaitannya dengan peristiwa / situasi sebelumnya.’
(ADIJG, 1995 : 257)
Contoh :
9) 間に合う ように 駅 に 着いた にもかかわらず、
Maniau youni eki ni tsuita nimokakawarazu,
tepat waktu supaya stasiun di tiba meskipun
17
電車 は もう 出てしまった 後 だった。
densha wa mou deteshimatta ato datta.
kereta api TOP sudah berangkat sesudah KOP
‘Meskipun sudah tepat waktu tiba di stasiun, kereta api sudah berangkat.’
10) あの 人 は よく 運動 を する にもかかわらず、
Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,
itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun
太っている。
futotteiru.
gemuk
‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa nimokakawarazu
menyatakan situasi sebelumnya tidak ada keterkaitan dengan situasi yang terjadi.
2.3 Kerangka Teori
Dalam suatu penelitian harus dilandasi oleh sebuah teori. Dalam penelitian
yang membahas struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan dalam novel
Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba digunakan teori sintaksis
menurut Verhar (2012) yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995
dan 1989) tentang struktur kalimat noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Selain
itu, digunakan juga teori makna kontekstual dari Pateda (2001) untuk menganalisis
makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.
18
2.3.1 Sintaksis
Verhaar (2012:161) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis
adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Menganalisis klausa
secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut
adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Teori sintaksis yang
digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur kalimat yang
mengandung noni, nagara mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku
karya Ryoutarou Shiba dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995
dan 1989).
1. Noni
Adapun struktur kalimat yang menggunakan noni menurut Makino dan
Tsutsui (1986:331) adalah sebagai berikut :
a. Penggabungan verba dengan noni
Verba bentuk biasa (futsukei) + noni
Contoh :
毎日 漢字 を 勉強している のに よく 覚えられない。
Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.
setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat
BTK NEG
‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan noni
Adjektiva (i) + noni
Contoh :
この ステーキ は 高い のに おいしくない。
Kono suteki wa takai noni oishikunai.
Ini steak TOP mahal meskipun enak
BTK NEG
‘Meskipun steak ini mahal, tidak enak.’
19
c. Penggabungn adjektiva (na) dengan noni
Adjektiva (na)(na/datta)+ noni
Contoh :
清水さん は ゴルフ が 下手な のに 好き です。
Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.
Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP
‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’
d. Penggabungan nomina dengan noni
Nomina (na/datta)+ noni
Contoh :
ホールさん は アメリカ 人な のに 肉 が
Hourusan wa Amerika jinna noni niku ga
Houru TOP Amerika orang meskipun daging NOM
嫌い です。
kirai desu.
tidak suka KOP
‘Meskipun Houru orang amerika, dia tidak suka daging.’
2. Nagara-mo
Aadapun struktur kalimat yang menggunakan nagara-mo menurut Makino
dan Tsutsui (1995:200) adalah sebagai berikut :
a. Penggabungan verba dengan nagara-mo
Verba bentuk masu /verba bentuk te-iru + nagara-mo
Contoh :
山口 は その こと を 知り ながらも
Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo
Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun
20
黙っていた。
damatteita.
tutup mulut
BTK LAM
‘Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’
たばこ は 体 に 悪い と 分かってい ながらも、
Tabako wa karada ni warui to wakattei nagara mo,
Rokok TOP tubuh untuk tidak baik kalau mengetahui meskipun
吸ってしまう。
sutteshimau.
merokok.
‘Meskipun mengetahui kalau rokok tidak baik untuk tubuh, ia merokok.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nagara-mo
Adjektiva (i) bentuk biasa + nagara-mo
Contoh :
この 部屋 は 狭い ながらも 居心地 が よい。
Kono heya wa semai nagara mo igokochi ga yoi.
Ini kamar TOP sempit meskipun nyaman NOM bagus
‘Meskipun kamar ini sempit, nyaman.’
c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nagara-mo
Adjektiva (na) stem + nagara-mo
Contoh :
この 辺 は 不便 ながらも、 車 も 少なく、
Kono hen wa fuben nagara mo, kuruma mo sukunaku,
Ini daerah TOP tidak praktis meskipun mobil pun sedikit
空気 が きれい だ。
kuuki ga kirei. da
udara NOM bersih KOP
‘Meskipun daerah ini tidak praktis, mobilpun sedikit dan udara bersih.’
21
d. Penggabungan nomina dengan nagara-mo
Nomina + nagara-mo
Contoh :
あの 人 は 若い ながらも なかなか 有能 だ。
Ano hito wa wakai nagara mo nakanaka yuunou da.
Itu orang TOP muda meskipun sangat mampu KOP
‘Meskipun orang itu muda, dia sangat mampu.’
3. Nimokakawarazu
Adapun struktur kalimat yang menggunakan nimokakawarazu menurut
Makino dan Tsutsui (1995:258) adalah sebagai berikut :
a. Penggabungan verba dengan nimokaakawarazu
Verba bentuk biasa (futsukei) + (no) nimokaakawarazu
Contoh :
あの 人 は よく 運動 を する にもかかわらず、
Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,
itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun
太っている。
futotteiru.
gemuk
‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’
b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nimokaakawarazu
Adjektiva (i) bentuk biasa + (no) nimokaakawarazu
Contoh :
試験 が 難しかった にもかかわらず、 よく できた。
Shiken ga muzukashikatta nimokakawarazu, yoku dekita.
Ujian NOM sulit meskipun baik bisa
BTK LAM BTK LAM
‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’
22
c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nimokaakawarazu
Adjektiva (na) stem { nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) } +
nimokaakawarazu
Contoh :
冬山 は 危険な のにもかかわらず、
Fuyuyama wa kikenna nonimokakawarazu,
pegunungan musim dingin TOP berbahaya meskipun
一郎 は 山 へ 出かけた。
Ichiro wa yama e dekaketa.
Ichiro TOP gunung ke pergi
BTK LAM
‘Meskipun pegunungan musim dingin berbahaya, Ichiro pergi ke gunung.’
d. Penggabungan nomina dengan nimokaakawarazu
Nomina {ø/ nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) }+nimokaakawarazu
Contoh :
懸命な 努力 にもかかわらず、 健一 は
Kenmeina doryoku nimokakawarazu, kenichi wa
Keras berusaha meskipun Kenichi TOP
大学 入試 に 失敗した。
daigaku nyuushi ni shippaishita.
perguruan tinggi masuk PAR gagal
‘Meskipun berusaha dengan keras, Kenichi gagal masuk perguruan
tinggi.’
Pendapat dari Makino dan Tsutsui akan digunakan untuk menganalisis
rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana struktur kalimat yang
mengandung noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku
karya Ryoutarou Shiba.
23
2.3.2 Makna kontekstual
Makna yang dianalisis pada penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori
kontekstual yang digunakan mengacu pada pendapat Pateda (2001). Menurut
Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang
muncul akibat adanya hubungan antara ujaran dengan konteks. Konteks yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis klamin,
kedudukan pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi
pembicara/pendengar. Dalam konteks orangan seseorang dipaksa
menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai
dengan usia, jenis klamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang
pendidikan.
2. Koneks situasi misalnya situasi ribut, situasi aman. Seseorang akan mencari
kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi, misalnya menggunakan
kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya.
3. Konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan sesuatu. Misalnya tujuan
untuk meminta maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya
meminta.
4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa seseorang mencari
kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.
5. Konteks suasana hati pembicara/pendengar memaksa seseorang mencari
kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara/pendengar,
misalnya takut, gembira atau jengkel.
24
6. Konteks waktu, misalnya waktu malam, waktu akan beristirahat. Jika
seseorang bertemu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang
yang diajak pembicara akan merasa kesal. Hal itu bisa dilihat dari makna
kata-kata yang digunakan oleh pembicara.
7. Konteks tempat, misalnya di depan bioskop, di pasar. Konteks tempat
sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat-tempat tersebut
orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna
yang berhubungan dengan informasi.
8. Konteks objek adalah apa yang menjadi fokus dalam pembicaraan.
Misalnya fokus pembicaraan adalah tentang ekonomi, maka orang akan
mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.
9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar.
Misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya melafalkan suatu kata,
namun kata tersebut tidak bisa dilafalkan dengan baik sehingga orang yang
mendengar tidak bisa memahami apa isi kalimat dan akan menyebabkan
salah pengertian.
10. Konteks kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kaidah
bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak apakah sudah sesuai dengan
kaidah kebahasaan. Misalnya dalam tulis-menulis hal yang diperhatikan
adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan yang perlu
diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang
menunjukkan emosi tertentu.
25
11. Konteks bahasa adalah bahasa yang digunakan. Dalam konteks bahasa
kedua belah pihak harus menguasai bahasa yang digunakan
Dari kesebelas konteks yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya
menganalisis makna konteks orangan, konteks situasi, konteks suasana hati,
konteks tempat dan konteks tujuan.