BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdfMakna uchi ni, aida ni dan kagiri, ......

18
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Anggraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan Makna uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dalam Novel Ryoma Ga Yuku Karya Ryōtarō Shiba” membahas tentang bagaimanakah bentuk dan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri, dalam novel Ryoma Ga Yuku karya Ryōtarō Shiba. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik ganti. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001), dan analisis mengenai bentuk setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri mengacu pada pendapat Makino dan Tutsui (1989), serta pendapat Ichikawa (2007). Hasil dari penelitian Anggraini adalah uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam bahasa Jepang yaitu verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna adanya dua buah peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 ... 2.pdfMakna uchi ni, aida ni dan kagiri, ......

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai

pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Anggraini (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan Perbedaan

Makna uchi ni, aida ni dan kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi dalam Novel

Ryoma Ga Yuku Karya Ryōtarō Shiba” membahas tentang bagaimanakah bentuk

dan makna setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri, dalam novel Ryoma Ga Yuku

karya Ryōtarō Shiba. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah

metode agih dengan teknik ganti. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah

teori makna yang dikemukakan oleh Pateda (2001), dan analisis mengenai bentuk

setsuzokushi uchi ni, aida ni dan kagiri mengacu pada pendapat Makino dan Tutsui

(1989), serta pendapat Ichikawa (2007).

Hasil dari penelitian Anggraini adalah uchi ni, aida ni dan kagiri, yang

berfungsi sebagai setsuzokushi dapat digabungkan dengan kelas kata lain dalam

bahasa Jepang yaitu verba, adjektif, dan nomina. Setsuzokushi tersebut memiliki

arti yang hampir sama namun di dalamnya mengandung makna adanya dua buah

peristiwa atau situasi yang berlangsung dalam waktu yang bersamaan, dan adanya

10

suatu perubahan yang terjadi pada saat adanya suatu situasi atau tindakan yang

terjadi secara bersamaan. Setsuzokushi kagiri mengandung makna adanya suatu

persyaratan agar suatu hal dapat terjadi.

Persamaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan metode agih pada tahap analisis data serta menggunakan teori makna

dari Pateda (2001) yang kemudian mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui

(1989). Perbedaan penelitian Anggaraini dengan penelitian ini adalah objek kajian

yang berbeda. Penelitian Anggaraini menganalisis tentang uchi ni, aida ni dan

kagiri, yang berfungsi sebagai setsuzokushi, sedangkan pada penelitian ini

menganalisis tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Dalam penelitian ini

membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan

nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Penelitian

Anggaraini bermanfaat bagi penelitian ini, karena memberikan wawasan mengenai

cara menganalisis makna. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Anggaraini

adalah dalam penelitian ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat

di dalam teori tetapi juga menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam

teori.

Dwita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan

Setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke”

membahas tentang bagaimanakah fungsi dan makna serta perbedaan penggunaan

setsuzokushi ga dan keredomo dalam novel Kappa Karya Akutagawa Ryūnosuke.

Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian Dwita adalah

metode agih dengan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Dalam penelitiannya,

11

Dwita menggunakan beberapa teori yaitu teori mengenai setsuzokushi ga dan

keredomo yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Koizumi (1993),

Takayuki (1993), Chaer (1995), Yuriko (1998), serta Katsumi dan Y. Shinichi

(1998).

Hasil dari penelitian Dwita adalah setsuzokushi ga dan keredomo memiliki

empat fungsi yang sama yaitu menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan,

menggabungkan dan menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan

menunjukkan kalimat yang belum selesai. Keredomo memiliki fungsi dan makna

yang menyatakan dua hal yang berbeda. Adapun perbedaan ga dan keredomo yaitu;

pertama, ga lebih sering digunakan dalam bahasa tulisan jika dibandingkan dengan

keredomo. Kedua, ga dapat digunakan dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat,

sedangkan keredomo tidak dapat digunakan dalam bentuk baku atau bentuk hormat.

Secara makna, ga dapat menggantikan keredomo dengan memerhatikan konteks.

Sedangkan keredomo tidak dapat menggantikan ga jika kedua kalimat yang

dihubungkan dengan ga dalam bentuk baku atau hormat.

Persamaan penelitian Dwita dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan metode agih pada tahap analisis data. Perbedaan penelitian Dwita

dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti. Penelitian Dwita

membahas mengenai fungsi dan makna setsuzokushi ga dan keredomo sedangkan

pada penelitian ini membahas tentang struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo

dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba.

Penelitian Dwita bermanfaat bagi penelitian ini karena digunakan sebagai acuan

bagaimana menganalisis makna serta bagaimana menganalisis struktur kalimat.

12

Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Dwita adalah dalam penelitian ini tidak

hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga

menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

Octarina (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Struktur Kalimat dan

Makna Bentuk Pertentangan Temo dan Noni Dalam Novel Mado Giwa No

Tottochan Karya Tetsuko Kuroyanagi” yang bertujuan untuk meneliti proses

penggabungan temo dan noni pada kata, baik pada verba, adjektiva-i, dan nomina

struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni. Metode dan teknik yang

digunakan pada tahap analisis data adalah metode agih dengan teknik bagi unsur

langsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai

pembentukan kata (Tsujimura, 1996:148), teori hubungan antar klausa (Arifin dan

Junaiyah, 2009:34), dan teori mengenai makna gramatikal (Djajasudarma, 1993:16-

17).

Hasil penelitian Octarina menunjukkan bahwa temo dan noni dapat

digabungkan dengan verba, adjektiva, dan nomina. Ketika digabungkan dengan

verba, verba harus diubah menjadi bentuk {~te} kemudian ditambah mo. Pada

adjektiva-i pada proses penggabungan dengan temo mengalami proses konjungsi

pada i di akhir kata menjadi ku kemudian ditambah mo. Pada adjektiva-na dan

nomina, kopula da berubah menjadi de kemudian ditambah mo. Noni pada proses

penggabungan dengan verba, nomina, dan adjektiva-i dalam bentuk futsuu-kei.

Struktur kalimat yang menggunakan temo dan noni memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan yang terdapat diantaranya adalah menjadi penghubung antar

klausa. Perbedaan penggunaan temo dan noni pada struktur kalimat adalah untuk

13

temo dapat diletakkan di awal kalimat setelah kata yang digabungkan, sedangkan

pada noni dapat diletakkan di akhir kalimat. Makna gramatikal yang terdapat pada

kalimat yang yang menggunakan temo dan noni adalah untuk menyatakan hal yang

bertentangan. Perbedaan makna gramatikal antara temo dan noni adalah temo untuk

hal-hal yang sifatnya subjektif, sedangkan noni untuk hal-hal yang sifatnya objektif.

Persamaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah sama-sama

menganalisis tentang setsuzokujoshi serta sama-sama menganalisis tentang makna

dan struktur kalimat. Perbedaan penelitian Octarina dengan penelitian ini adalah

terletak pada setsuzokujoshi yang dibahas. Pada penelitian Octarina menganalisis

tentang setsuzokujoshi temo dan noni sedangkan pada penelitian ini menganalisis

tentang noni, nagara-mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku karya

Ryoutarou Shiba. Penelitian Octarina bermanfaat bagi penelitian ini karena bisa

dijadikan sebagai acuan bagaimana menganalisis makna dan bentuk setsuzokujoshi

noni. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian Octarina adalah dalam penelitian

ini tidak hanya membahas struktur kalimat yang terdapat di dalam teori tetapi juga

menganalisis struktur kalimat yang tidak terdapat di dalam teori.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan. Konsep-konsep

tersebut yaitu setsuzokujoshi, noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu.

14

2.2.1 Setsuzokujoshi

Setsuzokujoshi memiliki fungsi dan ciri-ciri yang hampir sama dengan

setsuzokushi. Setsuzokujoshi adalah partikel yang dipakai untuk menghubungkan

bagian kalimat sebelumnya dengan bagian kalimat berikutnya (Takayuki dalam

Sudjianto, 2000:50). Setsuzokujoshi biasanya dipakai setelah verba, adjektiva-i dan

adjektiva-na sebagai bagian kalimat yang diletakkan sebelum setsuzokujoshi yang

ada hubungannya dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi. Selain itu, ada juga

setsuzokujoshi yang dipakai setelah nomina. Partikel-partikel yang termasuk ke

dalam setsuzokujoshi adalah ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari,

temo dan lain sebagainya (Sudjianto,2000:51).

2.2.2 Noni

Partikel noni dapat dipakai untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang

memiliki makna yang bertolak belakang. Bagian kalimat pertama yang menyatakan

keadaan atau aktivitas kemudian kalimat berikutnya menyatakan keadaan atau

aktivitas tidak bisa terjadi atau tidak bisa dilakukan berdasarkan pada keadaan atau

aktivitas sebelumnya (Sudjianto, 2000:61).

Makino dan Tsutsui (1989) menyatakan bahwa :

Contrary to everybody’s expectation based on the sentence preceding noni,

the proposition in the sentence following noni is the case.

‘Bertentangan dengan harapan semua orang berdasarkan pada kalimat yang

sebelum noni, hal dalam kalimat yang mengikuti noni adalah permasalahnya.’

(ADBJG, 1989 :331)

15

Contoh :

4) 毎日 漢字 を 勉強している のに よく 覚えられない。

Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.

setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat

BTK NEG

‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’

5) 清水さん は ゴルフ が 下手な のに 好き です。

Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.

Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP

‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’

Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa noni berfungsi untuk

menyatakan dua hal yang berlawanan. Pernyataan sebelumnya berlawanan dengan

pernyataan selanjutnya.

2.2.3 Nagara-mo

Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :

A disjunctive conjunction used normally in written Japanese with the meaning

‘although’.

‘Sebuah konjungsi kata pemisahan yang biasanya digunakan dalam penulisan

bahasa Jepang yang memiliki arti 'meskipun'.

(ADIJG, 1995 : 199)

Contoh :

6) 山口 は その こと を 知り ながらも

Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo

Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun

黙っていた。

damatteita.

tutup mulut

BTK LAM

‘Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’

16

7) あの 子 は 小さい ながらも、 両親 の 気持ち

Ano ko wa chiisai nagara mo, ryooshin no kimochi

Itu anak TOP kecil meskipun orang tua GEN perasaan

が よく わかっている。

Ga yoku wakatte iru.

NOM baik mengerti.

‘Meskipun anak itu masih kecil, dia mengerti dengan baik perasaan orang

tuanya.’

8) 彼 は 会社 の 社長 ながら、 いつも

Kare wa kaisha no shachou nagara, itsumo

Dia TOP perusahaan GEN kepala perusahaan meskipun selalu

腰 の 低い 人だ。

koshi no hikui hitoda.

punggung GEN rendah orang.

‘Meskipun dia adalah kepala perusahaan, orangnya selalu rendah hati.’

Berdasarkan contoh di atas, penggunaan nagara-mo menyatakan dua

pernyataan yang berbeda. Pernyataan kedua tidak sesuai dengan apa yang di

paparkan pada pernyataan sebelumnya.

2.2.4 Nimokakawarazu

Makino dan Tsutsui (1995) menyatakan bahwa :

Without any relation to a preceding event / situation.

‘Tanpa kaitannya dengan peristiwa / situasi sebelumnya.’

(ADIJG, 1995 : 257)

Contoh :

9) 間に合う ように 駅 に 着いた にもかかわらず、

Maniau youni eki ni tsuita nimokakawarazu,

tepat waktu supaya stasiun di tiba meskipun

17

電車 は もう 出てしまった 後 だった。

densha wa mou deteshimatta ato datta.

kereta api TOP sudah berangkat sesudah KOP

‘Meskipun sudah tepat waktu tiba di stasiun, kereta api sudah berangkat.’

10) あの 人 は よく 運動 を する にもかかわらず、

Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,

itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun

太っている。

futotteiru.

gemuk

‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’

Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa nimokakawarazu

menyatakan situasi sebelumnya tidak ada keterkaitan dengan situasi yang terjadi.

2.3 Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian harus dilandasi oleh sebuah teori. Dalam penelitian

yang membahas struktur kalimat dan makna noni, nagara-mo dan dalam novel

Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba digunakan teori sintaksis

menurut Verhar (2012) yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995

dan 1989) tentang struktur kalimat noni, nagara-mo dan nimokakawarazu. Selain

itu, digunakan juga teori makna kontekstual dari Pateda (2001) untuk menganalisis

makna noni, nagara-mo dan nimokakawarazu.

18

2.3.1 Sintaksis

Verhaar (2012:161) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang ilmu sintaksis

adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Menganalisis klausa

secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut

adalah subjek, predikat objek yang ada dalam sebuah kalimat. Teori sintaksis yang

digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur kalimat yang

mengandung noni, nagara mo dan nimokakawarazu dalam novel Tobu ga Gotoku

karya Ryoutarou Shiba dengan mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui (1995

dan 1989).

1. Noni

Adapun struktur kalimat yang menggunakan noni menurut Makino dan

Tsutsui (1986:331) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan noni

Verba bentuk biasa (futsukei) + noni

Contoh :

毎日 漢字 を 勉強している のに よく 覚えられない。

Mainichi kanji wo benkyoushiteiru noni yoku kangaerarenai.

setiap hari kanji AKU belajar meskipun sering ingat

BTK NEG

‘Meskipun belajar kanji setiap hari, sering tidak ingat.’

b. Penggabungan adjektiva (i) dengan noni

Adjektiva (i) + noni

Contoh :

この ステーキ は 高い のに おいしくない。

Kono suteki wa takai noni oishikunai.

Ini steak TOP mahal meskipun enak

BTK NEG

‘Meskipun steak ini mahal, tidak enak.’

19

c. Penggabungn adjektiva (na) dengan noni

Adjektiva (na)(na/datta)+ noni

Contoh :

清水さん は ゴルフ が 下手な のに 好き です。

Shimizusan wa gorufu ga hetana noni suki desu.

Shimizu TOP golf NOM tidak pintar meskipun suka KOP

‘Meskipun Shimizu tidak pintar bermain golf, dia suka.’

d. Penggabungan nomina dengan noni

Nomina (na/datta)+ noni

Contoh :

ホールさん は アメリカ 人な のに 肉 が

Hourusan wa Amerika jinna noni niku ga

Houru TOP Amerika orang meskipun daging NOM

嫌い です。

kirai desu.

tidak suka KOP

‘Meskipun Houru orang amerika, dia tidak suka daging.’

2. Nagara-mo

Aadapun struktur kalimat yang menggunakan nagara-mo menurut Makino

dan Tsutsui (1995:200) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan nagara-mo

Verba bentuk masu /verba bentuk te-iru + nagara-mo

Contoh :

山口 は その こと を 知り ながらも

Yamaguchi wa sono koto wo shiri nagara mo

Yamaguchi TOP itu hal AKU mengetahui meskipun

20

黙っていた。

damatteita.

tutup mulut

BTK LAM

‘Meskipun Yamaguchi mengetahui hal itu, dia tutup mulut.’

たばこ は 体 に 悪い と 分かってい ながらも、

Tabako wa karada ni warui to wakattei nagara mo,

Rokok TOP tubuh untuk tidak baik kalau mengetahui meskipun

吸ってしまう。

sutteshimau.

merokok.

‘Meskipun mengetahui kalau rokok tidak baik untuk tubuh, ia merokok.’

b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nagara-mo

Adjektiva (i) bentuk biasa + nagara-mo

Contoh :

この 部屋 は 狭い ながらも 居心地 が よい。

Kono heya wa semai nagara mo igokochi ga yoi.

Ini kamar TOP sempit meskipun nyaman NOM bagus

‘Meskipun kamar ini sempit, nyaman.’

c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nagara-mo

Adjektiva (na) stem + nagara-mo

Contoh :

この 辺 は 不便 ながらも、 車 も 少なく、

Kono hen wa fuben nagara mo, kuruma mo sukunaku,

Ini daerah TOP tidak praktis meskipun mobil pun sedikit

空気 が きれい だ。

kuuki ga kirei. da

udara NOM bersih KOP

‘Meskipun daerah ini tidak praktis, mobilpun sedikit dan udara bersih.’

21

d. Penggabungan nomina dengan nagara-mo

Nomina + nagara-mo

Contoh :

あの 人 は 若い ながらも なかなか 有能 だ。

Ano hito wa wakai nagara mo nakanaka yuunou da.

Itu orang TOP muda meskipun sangat mampu KOP

‘Meskipun orang itu muda, dia sangat mampu.’

3. Nimokakawarazu

Adapun struktur kalimat yang menggunakan nimokakawarazu menurut

Makino dan Tsutsui (1995:258) adalah sebagai berikut :

a. Penggabungan verba dengan nimokaakawarazu

Verba bentuk biasa (futsukei) + (no) nimokaakawarazu

Contoh :

あの 人 は よく 運動 を する にもかかわらず、

Ano hito wa yoku undou wo suru nimokakawarazu,

itu orang TOP sering berolahraga AKU melakukan meskipun

太っている。

futotteiru.

gemuk

‘Meskipun orang itu sering berolahraga, dia gemuk.’

b. Penggabungan adjektiva (i) dengan nimokaakawarazu

Adjektiva (i) bentuk biasa + (no) nimokaakawarazu

Contoh :

試験 が 難しかった にもかかわらず、 よく できた。

Shiken ga muzukashikatta nimokakawarazu, yoku dekita.

Ujian NOM sulit meskipun baik bisa

BTK LAM BTK LAM

‘Meskipun ujiannya sulit, bisa mengerjakan dengan baik.’

22

c. Penggabungan adjektiva (na) dengan nimokaakawarazu

Adjektiva (na) stem { nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) } +

nimokaakawarazu

Contoh :

冬山 は 危険な のにもかかわらず、

Fuyuyama wa kikenna nonimokakawarazu,

pegunungan musim dingin TOP berbahaya meskipun

一郎 は 山 へ 出かけた。

Ichiro wa yama e dekaketa.

Ichiro TOP gunung ke pergi

BTK LAM

‘Meskipun pegunungan musim dingin berbahaya, Ichiro pergi ke gunung.’

d. Penggabungan nomina dengan nimokaakawarazu

Nomina {ø/ nano /dearu (no) / datta (no) / de atta (no) }+nimokaakawarazu

Contoh :

懸命な 努力 にもかかわらず、 健一 は

Kenmeina doryoku nimokakawarazu, kenichi wa

Keras berusaha meskipun Kenichi TOP

大学 入試 に 失敗した。

daigaku nyuushi ni shippaishita.

perguruan tinggi masuk PAR gagal

‘Meskipun berusaha dengan keras, Kenichi gagal masuk perguruan

tinggi.’

Pendapat dari Makino dan Tsutsui akan digunakan untuk menganalisis

rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana struktur kalimat yang

mengandung noni, nagara-mo, dan nimokakawarazu dalam novel Tobu Ga Gotoku

karya Ryoutarou Shiba.

23

2.3.2 Makna kontekstual

Makna yang dianalisis pada penelitian ini adalah makna kontekstual. Teori

kontekstual yang digunakan mengacu pada pendapat Pateda (2001). Menurut

Pateda (2001:116) makna kontekstual atau makna situasional adalah makna yang

muncul akibat adanya hubungan antara ujaran dengan konteks. Konteks yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Konteks orangan adalah konteks yang berkaitan dengan jenis klamin,

kedudukan pembicara/pendengar, latar belakang sosial ekonomi

pembicara/pendengar. Dalam konteks orangan seseorang dipaksa

menggunakan kata-kata yang maknanya dipahami oleh lawan bicara sesuai

dengan usia, jenis klamin, latar belakang sosial ekonomi dan latar belakang

pendidikan.

2. Koneks situasi misalnya situasi ribut, situasi aman. Seseorang akan mencari

kata-kata yang maknanya berkaitan dengan situasi, misalnya menggunakan

kata-kata yang maknanya ikut bersedih, kasihan, sayang dan lain sebagainya.

3. Konteks tujuan, misalnya meminta, mengharapkan sesuatu. Misalnya tujuan

untuk meminta maka seseorang akan mencari kata-kata yang maknanya

meminta.

4. Konteks formal atau tidaknya pembicaraan memaksa seseorang mencari

kata-kata yang sesuai dengan formal atau tidaknya pembicaraan.

5. Konteks suasana hati pembicara/pendengar memaksa seseorang mencari

kata-kata yang maknanya menyatakan suasana hati pembicara/pendengar,

misalnya takut, gembira atau jengkel.

24

6. Konteks waktu, misalnya waktu malam, waktu akan beristirahat. Jika

seseorang bertemu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang

yang diajak pembicara akan merasa kesal. Hal itu bisa dilihat dari makna

kata-kata yang digunakan oleh pembicara.

7. Konteks tempat, misalnya di depan bioskop, di pasar. Konteks tempat

sangat mempengaruhi kata yang digunakan. Di tempat-tempat tersebut

orang akan mencari kata-kata yang bermakna biasa-biasa, misalnya makna

yang berhubungan dengan informasi.

8. Konteks objek adalah apa yang menjadi fokus dalam pembicaraan.

Misalnya fokus pembicaraan adalah tentang ekonomi, maka orang akan

mencari kata-kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.

9. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar.

Misalnya orang yang tidak normal alat bicaranya melafalkan suatu kata,

namun kata tersebut tidak bisa dilafalkan dengan baik sehingga orang yang

mendengar tidak bisa memahami apa isi kalimat dan akan menyebabkan

salah pengertian.

10. Konteks kebahasaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kaidah

bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak apakah sudah sesuai dengan

kaidah kebahasaan. Misalnya dalam tulis-menulis hal yang diperhatikan

adalah tanda baca dan diksi, sedangkan dalam bahasa lisan yang perlu

diperhatikan adalah tekanan suara, panjang-pendek, dan getaran suara yang

menunjukkan emosi tertentu.

25

11. Konteks bahasa adalah bahasa yang digunakan. Dalam konteks bahasa

kedua belah pihak harus menguasai bahasa yang digunakan

Dari kesebelas konteks yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini hanya

menganalisis makna konteks orangan, konteks situasi, konteks suasana hati,

konteks tempat dan konteks tujuan.

26