KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO.,...

12
JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230 219 KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., LTD DENGAN PESERTA MAGANG (EP) DARI AIESEC Mercy Pinasthi Mulya Rahaditya Puspa Kirana Program Studi Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286 Email: [email protected] Email: [email protected] Abstrak Konsep uchi-soto merupakan suatu konsep interaksi sosial yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang. Konsep uchi-soto adalah konsep yang membagi pola interaksi menjadi uchi (orang dalam) dan soto (orang luar) sehingga membedakan sikap masyarakat Jepang ketika mereka bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan sesama orang Jepang atau non-Jepang. Kesadaran akan konsep uchi-soto ini juga tampak pada pegawai di perusahaan Thoris Co., ltd terlebih lagi ketika mereka berinteraksi dengan peserta magang (EP) dari AIESEC. Adanya kesadaran konsep uchi-soto dalam pola interaksi pegawai Thoris Co., ltd ini membuat peneliti tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini menggunakan teori interaksi sosial dan konsep uchi-soto kemudian teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam pada tiga pegawai di Thoris Co., ltd. Dengan pemakaian teori interaksi sosial serta konsep uchi-soto, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing dari informan menganggap bahwa konsep uchi- soto ini dipandang sebagai patokan rambu-rambu dalam pola interaksi mereka serta membedakan bagaimana pola bahasa yang mereka gunakan pada lawan bicara. Kata kunci: uchi-soto, interaksi sosial, komunikasi Abstract The concept of uchi-soto is a concept of social interaction that has become part of the life of Japanese society. The concept of uchi-soto is a concept that divides interaction patterns into uchi (insiders) and soto (outsiders) so as to distinguish the attitude of Japanese society when socializing with other people, either fellow Japanese or non-Japanese. Awareness of the concept of uchi-soto is also apparent to employees at Thoris Co., ltd especially when they interact with apprentices (EP) from AIESEC. The awareness of the concept of uchi-soto in the interaction pattern of employees of Thoris Co., ltd this makes the researcher interested to study it. This study uses the theory of social interaction and concept of uchi-soto then data collection techniques using in-depth interview method at three employees in Thoris Co., ltd. With the use of social interaction theory and the concept of uchi-soto, researchers found that each of the informants considered that the concept of uchi-soto is seen as a benchmark of the signs in their interaction patterns and distinguish how the pattern of language they use on the other person. Keywords: uchi-soto, social interaction, communication

Transcript of KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO.,...

Page 1: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

219

KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI

THORIS CO., LTD DENGAN PESERTA MAGANG (EP) DARI

AIESEC

Mercy Pinasthi Mulya

Rahaditya Puspa Kirana

Program Studi Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Email: [email protected]

Email: [email protected]

Abstrak

Konsep uchi-soto merupakan suatu konsep interaksi sosial yang telah menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat Jepang. Konsep uchi-soto adalah konsep yang membagi pola interaksi

menjadi uchi (orang dalam) dan soto (orang luar) sehingga membedakan sikap masyarakat Jepang

ketika mereka bersosialisasi dengan orang lain, baik dengan sesama orang Jepang atau non-Jepang.

Kesadaran akan konsep uchi-soto ini juga tampak pada pegawai di perusahaan Thoris Co., ltd

terlebih lagi ketika mereka berinteraksi dengan peserta magang (EP) dari AIESEC. Adanya

kesadaran konsep uchi-soto dalam pola interaksi pegawai Thoris Co., ltd ini membuat peneliti

tertarik untuk menelitinya. Penelitian ini menggunakan teori interaksi sosial dan konsep uchi-soto

kemudian teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam pada tiga pegawai di Thoris Co., ltd. Dengan pemakaian teori interaksi sosial serta konsep uchi-soto, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing dari informan menganggap bahwa konsep uchi-

soto ini dipandang sebagai patokan rambu-rambu dalam pola interaksi mereka serta membedakan

bagaimana pola bahasa yang mereka gunakan pada lawan bicara.

Kata kunci: uchi-soto, interaksi sosial, komunikasi

Abstract

The concept of uchi-soto is a concept of social interaction that has become part of the life of Japanese society. The concept of uchi-soto is a concept that divides interaction patterns into uchi

(insiders) and soto (outsiders) so as to distinguish the attitude of Japanese society when socializing

with other people, either fellow Japanese or non-Japanese. Awareness of the concept of uchi-soto

is also apparent to employees at Thoris Co., ltd especially when they interact with apprentices (EP)

from AIESEC. The awareness of the concept of uchi-soto in the interaction pattern of employees

of Thoris Co., ltd this makes the researcher interested to study it. This study uses the theory of

social interaction and concept of uchi-soto then data collection techniques using in-depth interview

method at three employees in Thoris Co., ltd. With the use of social interaction theory and the

concept of uchi-soto, researchers found that each of the informants considered that the concept of

uchi-soto is seen as a benchmark of the signs in their interaction patterns and distinguish how the

pattern of language they use on the other person.

Keywords: uchi-soto, social interaction, communication

Page 2: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

220

1. Pendahuluan

Jepang dahulu menganut sistem keluarga tradisional yang disebut

dengan ie, yakni sistem kekeluargaan yang berisikan banyak orang meskipun

tidak berhubungan darah dalam satu rumpun keluarga. Implementasi dari

konsep ie ini terlihat pada sistem keluarga tradisional, dahulu suatu keluarga

dapat berisikan orang selain keluarga inti (ayah, ibu, anak-anak) tapi kakek,

nenek, saudara, bahkan orang lain yang bekerja pada keluarga tersebut dapat

termasuk menjadi satu ie.

Kata ie sendiri berasal dari kanji家 dan memiliki beberapa arti, yaitu

1) bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, 2) keluarga, rumah

tangga, 3) sebuah grup yang berisikan satu anggota keluarga berdasarkan

kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal dari seorang

leluhur yang akan berlanjut di masa depan (Davies dan Ikeno, 2002: 119).

Meskipun kini konsep keluarga tradisional tak lagi digunakan sebagai

patokan keluarga di Jepang, tetapi konsep ie ini telah menjadi adat budaya

kekeluargaan di Jepang. Konsep keluarga ie yang majemuk membuat

masyarakat Jepang merasa terbiasa untuk menjadi bagian dari suatu

kelompok, oleh karena itu terdapat juga kriteria formasi kelompok di

masyarakat yang berupa “kerangka” dan “atribut”. Kerangka adalah kriteria

yang beriorientasi ke kelompok sosial dan menjadi indentifikasi dari

kelompok tertentu sedangkan atribut adalah kriteria yang berorientasi ke

individu seseorang dan mengidentifikasi individu tersebut di dalam sebuah

kelompok. Atribut dapat tergabung ke dalam sebuah kerangka maupun lebih

dan kerangka dapat dengan bebas menerima berbagai macam atribut maupun

mendepak atribut dari bagiannya (Chie, 1967: 1).

Konsep uchi-soto adalah konsep turunan dari konsep ie, di mana

konsep ini membagi pola interaksi ke dalam uchi (no mono) sebagai orang

dalam dan soto (no mono) sebagai orang luar. Orang yang merasa tergabung

dengan suatu grup tertentu biasanya akan menyebut dirinya sebagai uchi

sedangkan orang yang di luar grupnya akan dianggap sebagai soto. Strategi

Page 3: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

221

komunikasi berbasis uchi-soto ini kerap digunakan orang Jepang sebagai

ekspresi interaksi sosialnya (Maynard, 1997: 32).

Dari kesadaran akan konsep uchi-soto di interaksi sosial orang Jepang

dapat berimbas pada gaya bahasa yang digunakan. Apabila berbicara dengan

orang yang dianggap sebagai uchi, akan cenderung menggunakan bahasa non-

formal sedangkan bila berbicara dengan orang yang dianggap sebagai soto maka

akan cenderung menggunakan bahasa formal dan sopan untuk menghormati orang

luar tersebut.

Kesadaran tentang konsep uchi-soto ini teraplikasikan secara luas di

Jepang, tak hanya di kalangan masyarakat biasa saja tapi juga teraplikasikan pada

perusahaan di Jepang. Dalam perusahaan selain pekerja tetap ada juga pekerja

magang. Pekerja magang adalah pekerja tidak tetap yang bekerja dalam kurun

waktu tertentu sesuai dengan kontrak. Sistem magang di Jepang berlangsung

dalam jangka yang lama (hingga 5 tahun) dan pilihan lapangan pekerjaannya pun

bervariasi tetapi cenderung pada pekerjaan lapangan dan praktik. Saat ini pekerja

magang di Jepang dapat dilakukan oleh orang-orang dari luar Jepang sehingga

kesempatan untuk bersentuhan dengan kultur baru menjadi lebih bersar.

Salah satu perusahaan yang menerapkan sistem pekerja magang adalah

Thoris Co., ltd cabang Tokyo1, suatu perusahaan desain grafis di mana perusahaan

tersebut sejak tahun 2015 mulai menerima pekerja magang internasional bekerja

sama dengan AIESEC (pekerja magang tersebut disebut sebagai EP). EP adalah

pekerja magang yang dinaungi oleh lembaga AIESEC, yaitu organisasi

kepemudaan internasional yang tidak dibawahi oleh organisasi politik maupun

pemerintah yang bertujuan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan

generasi muda yang telah berdiri sejak tahun 1948.

Perbedaan EP dengan pegawai magang biasa adalah status EP yang masih

menjadi mahasiswa aktif universitas sehingga EP bukan dari kalangan umum

(https://www.aiesec.org/about-us). AIESEC sendiri lebih mengedepankan anak-

anak muda yang ingin mendapatkan pengalaman kepemimpinan baru melalui

1 Perusahaan Thoris Co., ltd berdiri pada tahun 2003 di Tokyo dan memiliki 2 cabang lain, yakni

di Fukuoka dan Niigata. Per-bulan April 2017 jumlah pekerja sekitar 30 orang.

Page 4: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

222

bekerja magang di luar negeri. Hingga saat ini AIESEC telah tersebar hingga ke

125 negara dengan jumlah anggota lebih dari puluhan ribu.

Pada perusahaan Thoris Co., ltd, pegawai-pegawai yang biasanya hanya

berinteraksi dengan sesama orang Jepang dihadapkan pada tantangan untuk

bersosialisasi dengan EP. Dalam situasi tersebut, akan terlihat bagaimana sikap

dari pegawai Thoris Co., ltd apakah mereka menganggap EP sebagai anggota dari

uchi no mono perusahaan, ataukan menjadi soto no mono perusahaan. Oleh karena

itu, permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana bentuk kesadaran tentang

konsep uchi-soto pada pegawai Thoris Co., ltd ketika berinteraksi dengan pekerja

magang (EP) dari AIESEC yang bekerja magang di perusahaan mereka?

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,

2002: 3) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian ini

lebih sesuai menggunakan metode kualitatif karena mengangkat permasalahan

yang terjadi di lingkungan kerja perusahaan Thoris Co., ltd dan peneliti

mengamati kejadian dari kesadaran konsep uchi-soto di dalam perusahaan tersebut.

Penelitian kualitatif juga dianggap dapat memberikan gambaran dari sebab-akibat

suatu kejadian, hubungan persoalan yang terjadi di suatu tempat.

Lokasi penelitian di perusahan Thoris Co., ltd cabang Tokyo. Alasan

pemilihan Thoris Co., Ltd sebagai lokasi penelitian adalah karena peneliti pernah

melakukan magang di selama enam bulan perusahaan ini. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam pada tiga informan

yaitu Saitou, Oohara, dan Matsumoto. Selain itu, peneliti juga melakukan

observasi partisipatoris di mana peneliti turut serta mengikuti program magang

AIESEC dan menjadi EP di perusahaan tersebut. Penentuan informan untuk

wawancara yaitu pegawai Thoris Co., ltd dengan kriteria pegawai yang telah

bekerja selama lima tahun, pernah bertemu dan berinteraksi dengan EP ketika

bekerja maupun di luar jam kerja, dan tidak terbatas pada gender tertentu demi

Page 5: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

223

mendapatkan data dari berbagai sudut pandang. Kemudian setelah data terkumpul,

peneliti akan menganalisis data-data dengan mengumpulkan dan menyaring data

yang dibutuhkan, menarik data-data dari wawancara dan observasi, lalu menarik

kesimpulan.

3. Hasil Dan Pembahasan

Konsep uchi-soto adalah turunan dari sistem ie yang membedakan

pola interaksi antara orang dalam (uchi) atau orang luar (soto). Konsep orang

dalam-orang luar ini terfleksikan dalam diagram yang disusun oleh

Kuwayama (dalam Adams dkk, 2009: 6).

Gambar 1: Diagram posisi diri sendiri di dalam lingkup uchi-soto

Pada diagram tersebut, terlihat 私 watashi atau diri sendiri hadir di tengah-

tengah lingkungan miuchi atau keluarga, kemudian disusul oleh uchi atau orang

dalam. Lalu terdapat zona liminal yakni zona transisi atau batas antara siapa saja

yang menjadi bagian dari uchi atau soto. Kemudian ada soto atau orang luar dan

juga tannin yakni orang asing.

Dalam konsep ini tidak ada aturan jelas tentang keanggotaan uchi-soto

karena konsep ini lentur. Seperti teori kerangka dan atribut oleh Nakane Chie,

bahwa kerangka (sosial masyarakat) dapat dengan bebas memasukkan siapa saja

Page 6: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

224

anggota dari atribut (individu) dan atribut bebas untuk bergabung dengan

kerangka mana saja.

Dari hasil wawancara kepada ketiga informan, dapat terlihat bahwa ada

kesadaran akan konsep uchi-soto pada diri masing-masing informan namun

meskipun begitu mereka tidak terlalu ketat dalam menjalankan konsep uchi-soto

ketika berinteraksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“気になるところもあるけど、自分は深ふか

く意識い し き

したことはあまりない。

Ki ni naru tokoro mo arukedo, jibun wa fukai ishiki shita koto wa

amarinai.

“Ada rasa peduli namun aku tidak terlalu sadar (tentang

munculnya konsep itu).”

(Saitou, 2018)

“節度のようなことでしょうか。日本では多少は必要と思います。”

Setsudou no youna koto deshouka. Nihon de wa tashou wa

hitsuyou to omoimasu.

“Apakah ini seperti sebuah standar? Kurasa sedikit banyak

diperlukan di Jepang.”

(Oohara, 2018)

Berdasarkan jawaban dari Saitou dan Oohara, terlihat bahwa mereka

memiliki persepsi konsep uchi-soto berbeda-beda. Saitou menyadari konsep uchi-

soto ada namun tidak terlalu menyadari sedangkan Oohara merasa bahwa konsep

tersebut diperlukan karena dapat dijadikan sebagai standar berinteraksi sosial.

Konsep uchi-soto ini tetap dianggap penting di masyarakat Jepang dan menjadi

patokan norma bersosialisasi tetapi masyarakat Jepang cenderung tidak sadar

telah melakukan konsep uchi-soto. Dalam hal ini ketidaksadaran disebabkan oleh

konsep uchi-soto telah menjadi adat budaya di Jepang sehingga mereka telah

terbiasa melakukannya.

Konsep uchi-soto juga tetap perlu dipertahankan namun mengikuti situasi

dan kondisi tertentu seperti bila sedang di lingkungan kerja atau lingkungan luar

kerja khususnya ketika berinteraksi dengan EP dari AIESEC. Menurut mereka,

Page 7: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

225

konsep uchi-soto tidak perlu dipaksakan harus berjalan ketika berinteraksi sosial

dengan EP karena EP bukan berasal dari Jepang dan dengan waktu interaksi yang

singkat ingin lebih menjadi dekat dengan EP.

“どちらかにしないといけないなら「外」でもあり「内」でもある。客観的に

見ると自分の意思だけではなく外部からの支援やきっかけ、私の中に

「アイセックからのお客様」という意識も少しあったから。でも一緒に職

場での時間は間違いなく「内」。そこに「アイセック」や「EP」とかそういう

気持ちは芽生えることなく、普通にみんなが「仲間」っていう気持ちしか

なかったから。”

Dochira ka ni shinai to ikenai nara “soto” demo ari “uchi” demo

aru. Kyakkanteki ni miru to jibun no ishi dake de wa naku gaibu

kara no shien ya kikkake, watashi no naka ni “Aisekku kara no

okyaku sama” to iu ishiki mo sukoshi atta kara. Demo isshhoni

shokuba de no jikan wa machigainaku “uchi”. Soko ni “Aisekku”

ya “EP” toka sou iu kimochi wa nuboeru koto naku, futsuu ni

minna ga “nakama” tte iu kimochi shika nakattakara.

“Jika harus mengkategorikan, EP bisa menjadi ‘orang luar’ juga

‘orang dalam’. Kalau dilihat secara obyektif, tidak hanya dari dari

tujuan saja tapi juga dari alasan eksternal dukungan dari luar.

Dalam diriku aku sedikit merasa bahwa EP adalah ‘tamu dari

AIESEC’. Tetapi pada saat berada di dalam tempat kerja yang

sama tidak salah lagi EP adalah bagian dari ‘orang dalam’. Dari

situlah tanpa berpikiran membedakan ‘AIESEC’ kah ataukah ‘EP’,

semuanya melebur tergabung menjadi satu ‘rekan sesama’.”

(Saito, 2018)

“相手によります。社外の人とはきちんとすると思います。ただし、親し

い間柄であれば少し緩和すると思います。”

Aite ni yorimasu. Shagai no hito to wa kichinto suru to omoimasu.

Tadashi, shitashii aidagara de areba sukoshi kanwa suru to

omoimasu.

“Tergantung kepada lawan bicara. Kalau dengan orang di luar

perusahaan pastinya akan melakukannya dengan akurat, namun

kalau dengan orang yang dekat maka akan jadi sedikit lebih rileks.”

(Oohara, 2018)

Page 8: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

226

Berdasarkan tanggapan dari dua informan di atas dapat terlihat keluwesan

konsep uchi-soto di mana keanggotaan dari uchi-soto dapat berubah-ubah sesuai

dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Dalam pendapat Saitou menunjukkan

keluwesan di mana ia melihat status EP sebagai orang dalam perusahaan namun

ada juga perasaan bahwa EP tidak sepenuhnya menjadi orang dalam perusahaan

karena statusnya sebagai tamu dari AIESEC. Meskipun begitu ia tetap

beranggapan bahwa apabila sudah bekerja dan duduk di satu tempat, maka orang

tersebut termasuk ke dalam lingkup orang dalam.

Tanggapan dari Oohara lebih menitikberatkan pada siapa lawan bicaranya.

Ia baru akan mengaplikasikan konsep uchi-soto dengan patuh apabila sedang

bersosialisasi dengan orang di luar perusahaan tempatnya bekerja. Hal ini

dilakukan selain sebagai formalitas, juga untuk membedakan status antara dirinya

dengan lawan. Jika ia sedang bersama temannya, ia cenderung untuk melepaskan

konsep uchi-soto.

Selain itu ada keragaman kesadaran dan pandangan atas konsep uchi-soto

di diri mereka. Meskipun informan adalah sesama rekan kerja dan teman, tetapi

masing-masing memiliki persepsi berbeda tentang keanggotaan dari konsep uchi-

soto. Baik Saitou maupun Oohara beranggapan bahwa EP termasuk ke dalam uchi

no mono atau orang dalam di perusahaan (meskipun tidak menganggap

kedudukannya sejajar) karena sama-sama bekerja di satu perusahaan sedangkan

pendapat dari Matsumoto berbeda.

“同じとは思っていません。仕事への責任はありませんので。ただ、EP

は EPでとても尊敬できる存在と思っています。”

Onaji to wa omotteimasen. Shigoto he no sekinin wa arimsen

node. Tada, EP wa EP de totemo sonkei dekiru sonzai to

omotteimasu.

“Aku tidak menganggap sama karena tanggung jawab terhadap

pekerjaan tidak ada. Tetapi bagaimanapun juga, EP adalah EP

yang mana kedudukan maupun posisinya sebisa mungkin

kuhormati.”

(Oohara, 2018)

Page 9: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

227

Matsumoto menganggap bahwa EP adalah soto no mono dari perusahaan

karena mempertimbangkan cara masuk EP ke dalam perusahaan dan lamanya EP

berada di Thoris Co., ltd. Akan tetapi, meskipun Matsumoto dengan tegas

menyatakan bahwa EP termasuk sebagai soto no mono Matsumoto tetap berusaha

menjaga hubungan baiknya dengan para EP, mengingat ia juga menjadi rekan

kerja di satu perusahaan.

“会社の外一時的なものだから”

Kaisha no soto, ichijiteki na mono dakara.

“EP termasuk orang luar dari perusahaan karena sifat kehadiran

mereka yang sementara.”

(Matsumoto, 2018)

Konsep uchi-soto ini juga mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan

oleh pegawai Thoris Co., ltd. Gaya bahasa informal dipakai sebagai penunjuk

kedekatan antara individu dengan orang lain di mana sikap ini merujuk pada sikap

“honne” yakni sikap berkata jujur sesuai isi hati dan “tatemae” sikap yang lebih

disesuaikan kepada lawan bicara atau sosial sekitar (tidak sejujurnya). Gaya

bahasa yang digunakan oleh pegawai Thoris Co., ltd ketika berbicara dengan EP

cenderung memakai bahasa non-formal. Hal ini dikarenakan mereka ingin

berteman baik dengan EP.

普通仲良くなりたいから

Futsuu. Nakayoku naritai kara.

“Bahasa informal.Aku ingin berteman baik dengan EP.”

(Matsumoto, 2018)

普通だったと思います。多少は丁寧だったかもしれませんが。普通に

話すのは親しみを込めて、丁寧に話すのは尊敬の意味を込めてです。

Futsuu datta to omoimasu. Tashou wa teinei datta kamo

shiremasen ga. futsuu ni hanasu no wa shitashimi wo komete,

teinei ni hanasu no wa sonnkei no imi wo komete desu.

“Kupikir gaya bahasa futsuu kei. Kurang lebih mungkin aku tetap

memakai bahasa yang sopan. Berbicara dalam bahasa informal

Page 10: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

228

adalah untuk menerapkan keakraban, berbicara menggunakan

bahasa yang sopan (formal) adalah untuk menunjukkan rasa

hormat, respek kepada pembicara.”

(Oohara, 2018)

普通の言葉を使ってたと思います。日本語の敬語は難しく伝わりに

くいことと、少ない時間でより近づけるようにしたかったから、固い言葉

は使いませんでした。

Futsuu no kotoba wo tsukatteta to omoimasu. Nihon go no keigo

wa muzukashiku tsutawari nikui koto to, sukunai jikan de yori

chikadzukeru youni shitakatta kara, katai kotoba wa tsukaimasen

deshita.

“Kupikir aku menggunakan bahasa informal. Bahasa sopan atau

keigo dalam bahasa Jepang sukar dan susah untuk

menyampaikannya dan karena waktu yang pendek itu ingin

menjadi lebih dekat, aku tidak memakai bahasa yang kaku ketika

berbicara.”

(Saito, 2018)

Dari jawaban ketiga informan gaya bahasa yang cenderung dipakai oleh

mereka adalah gaya bahasa informal. Kecenderungan ini disebabkan karena para

informan ingin mengakrabkan diri dengan EP, juga karena pertimbangan bahasa

formal akan menyulitkan proses interaksi sosial. Jika hal ini dilihat hubungannya

dengan konsep uchi-soto, gaya bahasa informal yang dipakai oleh informan

kepada EP merupakan sebuah bentuk keakraban. Hal ini juga menunjukkan

bahwa informan yang merupakan pegawai Thoris telah menganggap bahwa EP

juga termasuk ke dalam anggota uchi no mono perusahaan.

4. Simpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa pegawai Thoris

Co., ltd menganggap penting konsep uchi-soto dalam interaksi mereka sehari-hari

baik dengan sesama rekan kerja maupun ketika berinteraksi dengan EP. Walaupun

para informan menganggap konsep uchi-soto sebagai patokan namun mereka

sendiri tidak terlalu memikirkan atau menerapkan secara ketat tentang konsep

uchi-soto ketika berinteraksi sosial. Terlebih lagi ketika berinteraksi dengan para

Page 11: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

229

EP yang berasal dari luar Jepang karena memaksakan konsep uchi-soto akan

menghambat interaksi sosial dan kedekatan antara pegawai dengan EP.

Selain itu konsep uchi-soto yang telah melebur menjadi bagian dari adat

budaya dari masyarakat Jepang pun cenderung tanpa sadar telah mempraktikkan

konsep tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Seperti penjelasan dari informan

Saitou, ia merasa bahwa konsep tersebut ada tetapi ia tidak terlalu m

Kesadaran konsep uchi-soto tersebut tampak pada pandangan mengenai

status EP bagi mereka, apakah EP termasuk sebagai orang dalam atau orang luar.

Jawaban yang diberikan pun beragam, Saito dan Oohara menganggap EP adalah

orang dalam perusahaan dikarenakan EP sama-sama bekerja di perusahaan Thoris

Co., ltd sedangkan Matsumoto menganggap bahwa EP adalah orang luar

perusahaan dikarenakan proses masuk dan jangka waktu kerja yang singkat.

Kesadaran konsep uchi-soto pada masing-masing informan dapat dilihat

pada pertimbangan kapan saatnya mereka memakai bahasa informal dan formal

ketika berbicara. Penggunaan bahasa informal menunjukkan tentang kedekatan

dari si pembicara dengan lawan bicaranya. penggunaan bahasa formal atau non-

formal untuk menunjukkan rasa hormat, tapi juga dari anggapan seberapa

dekatnya informan dengan lawan bicara.

Konsep ini begitu lentur karena bisa saja walaupun sama-sama menjadi

rekan satu tempat kerja, belum tentu menjadi bagian dari uchi malah dianggap

sebagai soto no mono atau orang luar, sebaliknya meskipun berasal dari luar

perusahaan bisa saja dianggap menjadi bagian dari uchi no mono atau orang

dalam. Penentuan keanggotaan ini dipengaruhi dari bagaimana informan

memandang kedudukan dari lawan bicaranya dan membuktikan betapa luwesnya

konsep uchi-soto ini.

Daftar Pustaka

Buku:

Davies, Roger J dan Osamu Ikeno. 2002. The Japanese Mind. Boston: Tuttle

Publishing

Page 12: KESADARAN KONSEP UCHI-SOTO PADA PEGAWAI THORIS CO., …journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jplgf2f4565e1bfull.pdf · kode sipil Jepang kuno, dan 4) garis keluarga yang berasal

JAPANOLOGY, VOL. 6, NO. 2, MARET – AGUSTUS 2018 : 219 - 230

230

Moleong, Lexy. J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nakane, Chie. 1981. Masyarakat Jepang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

Jurnal:

Adams, Murata K. dan Orito Y. Agustus 2009.The Japanese Sense of Information

Policy.Supported by Global Research Award from the UK’s Royal Academy

of engineering.

Maynard, Senko K. 1997. Japanese Communication: Language and Thought in

Context. University of Hawaii Press.

Website:

Thoris Co., ltd http://www.thoris.jp/company (diakses 17 April 2018)

AIESEC https://www.aiesec.org/about-us (diakses 17 April 2018)

PDF:

Ministry of Japan “New Technical Intern Training Program” (April, 2017)

Data Wawancara:

Wawancara terhadap Saitou, 2018.

Wawancara terhadap Matsumoto, 2018.

Wawancara terhadap Oohara, 2018.