BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani...

29
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut. Rumput laut termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah (phylum Thallophyta) yang tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Secara keseluruhan merupakan “batang” yang di sebut thallus. Kelompok tunbuhan ini memiliki bentuk beraneka ragam mulai dari bulat silindris, pipih, dan bersifat keras karena substansi mengandun zat kapur, lunak seperti tulang rawan, kenyal seperti gel atau fleksibel seperti bunga karang. Serta mempunyai fungsi berbedabeda sebagai xrekat pada substrat, sebagai batang daun (Atmadja dalam Sulistijo.1996). Menurut Ali dan Rini (2009) rumput laut merupakan alga multiselular yang mengandung substansi yang aktif secara imunologi. Tumbuhan ini hidupnya berasosiasi dengan hewan karang, sehingga habitat rumput laut senantiasa berada di sekitar terumbu karang (Dahuri, 1998). Faktor- faktor oceanografi dan macam-macam substrat sangat menentukan pertumbuhan rumput laut (Soegiarto, 1979, dalam Netra, 2006). Rumput laut merupakan istilah dalam perdagangan yang berasal dari terjemahan kata “seaweed” dalam bahasa Inggris. Istilah ini tidak terlalu tepat karena jika ditinjau secara botanis, tumbuhan ini tidak tergolong rumput (graminae), maka lebih tepat jika digunakan istilah “alga laut benthikatau “alga benthik” saja (Aslan, 1991, dalam Kusuma, 2004).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Rumput Laut

Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di

laut. Rumput laut termasuk ke dalam tumbuhan tingkat rendah (phylum

Thallophyta) yang tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun.

Secara keseluruhan merupakan “batang” yang di sebut thallus. Kelompok

tunbuhan ini memiliki bentuk beraneka ragam mulai dari bulat silindris, pipih, dan

bersifat keras karena substansi mengandun zat kapur, lunak seperti tulang rawan,

kenyal seperti gel atau fleksibel seperti bunga karang. Serta mempunyai fungsi

berbeda–beda sebagai xrekat pada substrat, sebagai batang daun (Atmadja dalam

Sulistijo.1996).

Menurut Ali dan Rini (2009) rumput laut merupakan alga multiselular

yang mengandung substansi yang aktif secara imunologi. Tumbuhan ini hidupnya

berasosiasi dengan hewan karang, sehingga habitat rumput laut senantiasa

berada di sekitar terumbu karang (Dahuri, 1998). Faktor- faktor oceanografi dan

macam-macam substrat sangat menentukan pertumbuhan rumput laut (Soegiarto,

1979, dalam Netra, 2006). Rumput laut merupakan istilah dalam perdagangan

yang berasal dari terjemahan kata “seaweed” dalam bahasa Inggris. Istilah ini

tidak terlalu tepat karena jika ditinjau secara botanis, tumbuhan ini tidak tergolong

rumput (graminae), maka lebih tepat jika digunakan istilah “alga laut benthik”

atau “alga benthik” saja (Aslan, 1991, dalam Kusuma, 2004).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

9

Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan

antara bagian akar, batang, dan daun. Semua bagian tumbuhannya disebut thallus.

Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun

sebenarnya berbeda. Makroalgae bentuknya yang seperti rumput terutama yang

berukuran besar dan hidupnya di laut, sehingga orang awam terutama kaum

usahawan menyebutnya rumput laut. Sedangkan di kalangan ilmuwan atau

akademisi, rumput laut dikenal dengan nama algae (Susanto, 2003, dalam

Handayani, 2006).

Rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, kandungan serat (dietary

fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat dalam makanan atau disebut juga

serat makanan umumnya berasal dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang

berasal dari biji-bijian dan serealia. Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude

fiber) dan “serat makanan” (dietary fiber). Serat kasar adalah serat yang secara

laboratorium dapat menahan asam kuat (acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan

serat makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-

enzim pencernaan (Wisnu, 2010). Rumput laut di kenal sejak zaman kekaisaran

Sen Nung sekitar tahun 2700 Sebelum Masehi. Pada masa itu orang-orang Cina

telah sanggup memanfaatkannya sebagai bahan obat-obatan (medicement) dan

bahan makanan (victual). Secara ekonomis rumput laut baru di manfaatkan sekitar

tahun 1670 di Cina dan Jepang. Sejak memasuki abad ke- 17 beberapa negara

seperti Perancis, Normandia dan Inggris telah memanfaatkan pemanenan rumput

laut sebagai badan pembuat gelas. Indonesia sudah sejak dulu mengenal rumput

laut, terutama penduduk yang mendiami pulau-pulau di Nusantara yang telah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

10

mengumpulkan algae laut sebagai bahan sayuran, namun penggunaanya masih

sedikit dan biasanya hanya terbatas pada keluarga nelayan saja.

Yudhi (2009) menyatakan bahwa rumput laut merupakan tumbuhan laut

jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan seaweed. Tanaman ini

adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan

tanaman sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan

daun. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus

cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut

juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang

menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan

adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae),

ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).

Alga laut (Eucheuina sp.) merupakan salah satu sumberdaya alam hayati

Indonesia. Tumbuhan ini mempunyai nilai ekonomis yang penting dalam industri

kosmetik, pangan dan lain-lain (Nursanto, 2004, dalam Wibowo dan Evi, 2012).

2.2 Pemilihan Lokasi Usahatani Rumput Laut Eucheuma Sp.

Lokasi yang diharapkan untuk usaha tani rumput laut merupakan syarat

utama yang harus dilakukan. Pertumbuhan rumput laut sangat di tentukan oleh

kondisi ekologis setempat. Penentuan suatu lokasi harus disesuaikan dengan

metode usahatani yang akan digunakan. Penentuan lokasi yang salah akan

berakibat fatal bagi usaha rumput laut, karena laut yang dinamis tidak dapat di

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

11

prediksi. Dalam pemilihan lokasi untuk usaha tani rumput laut, ada 3 faktor yang

perlu di pertimbangkan yaitu faktor resiko, faktor kemudahan dan faktor ekologis.

2.2.1 Faktor resiko

Adapun faktor resiko dibedakan menjadi dua yatu masalah keterlindungan

dan masalah keamanan. Masalah keterlindungan. Untuk menghindari masalah

fisik dan sarana usaha tani tanaman rumput laut, maka diperlukan lokasi yang

terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung

biasanya di perairan teluk dan perairan terbuka tetapi terlindung oleh adanya

halangan karang laut atau pulau di depannya.

Masalah keamanan. Masalah pencurian dan perbuatan sabotase akibat

konflik kepentingan mungkin dapat terjadi, sehingga upaya pengamanan baik

secara individual maupun bersama-sama harus di lakukan. Beberapa pemilik

usaha berupaya menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya.

2.2.2 Faktor kemudahan

Faktor kemudahan pemilik usaha rumput laut biasanya memiliki lokasi

tempat usaha dekat dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan

penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Kemudian diharapkan lokasi

dekat dengan jalan untuk mempermudah pengangkutan sarana Usahatani, bibit

dan hasil panen, dan mempermudah monitoring dan penjagaan keamanan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

12

2.2.3 Faktor ekologis

Faktor ekologis yang diperhatikan antara lain: arus, kondisi dasar perairan,

kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran dan ketersediaan bibit serta tenaga

kerja yang terampil. Adapun penjelasan faktor ekolgis sebagai berikut: a) Arus.

Rumput laut merupakan organisme yang memperoleh makanan (nutrients)

melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yang cukup akan membawa

nutrients yang cukup pula dan sekaligus mencuci kotoran yang menempel pada

thallus (batang) rumput laut, membantu sirkulasi udara, dan mencegah adanya

fluktuasi suhu air yang besar. Kecepatan arus yang ideal antara 20 – 280 C.

Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adalah adanya tumbuhan

karang yang lunak dan padang lumut yang bersih dari kotoran dan miring ke satu

arah, b) Dasar perairan. Perairan yang mempunyai gerakan air yang stabil dan

terdiri atas dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, di pandang

baik untuk Usaha tani rumput laut, hal ini dapat di indikasikan adanya

pertumbuhan sea grass yang merupakan petunjuk adanya gerakan yang baik, c)

Kedalaman air. Kedalaman perairan yang baik untuk usaha tani rumput laut

adalah 0,3 – 0,6 m pada waktu surut terendah untuk lokasi rumput laut dengan

metode lepas dasar dan kedalaman 2 - 15 m cocok untuk metode rakit apung,

metode rawai (long line), dan sistem jalur. Hal ini menghindari rumput laut

mengalami kekeringan karena sinar matahari secara langsung pada waktu surut

terendah dan memperoleh penetrasi sinar matahari yang cukup pada waktu air

pasang, d) Salinitas. Rumput laut bersifat stenohaline. Rumput laut tidak tahan

terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28-35

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

13

ppm. Untuk memperoleh salinitas tersebut harus di hindari lokasi yang berdekatan

dengan muara sungai, e) Kecerahan. Cahaya matahari merupakan sumber energi

dalam proses fotosintesis terjadi pembentukan bahan organik yang diperlukan

bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kecerahan perairan yang ideal

lebih dari satu meter. Air yang keruh dapat menghalangi tembusnya cahaya

matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Disamping

itu kotoran dapat menutupi permukaan thallus yang dapat menyebabkan thallus

busuk dan patah, f) Pencemaran. Perairan yang telah tercemar oleh limbah rumah

tangga, industri maupun limbah kapal laut harus dihindari. Semua bahan cemaran

dapat menghambat pertumbuhan rumput laut, g) Ketersediaan bibit. Bibit

sebaiknya dipilih dari tanaman yang masih segar yang dapat di peroleh dari

tanaman rumput laut yang tumbuh secara alami maupun dari tanaman usaha tani.

Penyediaan harus tepat waktu yaitu segera setelah sarana kontruksi usaha tani

rumput laut terpasang. Bibit yang di gunakan merupakan setek, harus sehat, masih

muda, dan banyak cabang, h) Tenaga kerja. Tenaga kerja yang dipilih sebaiknya

di pilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi usaha tani rumput laut,

terutama petani/nelayan lokal. Menggunakan tenaga lokal dapat menghemat biaya

produksi dan sekaligus membuka peluang/kesempatan kerja.

Menurut Sulistijo (1994), lokasi dan lahan usaha tani rumput laut sangat

ditentukan oleh kondisi ekologi yang meliputi lingkungan fisik, kimia dan biologi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

14

2.2.4 Lingkungan fisik

Lingkungan fisik a) Untuk menghindari kerusakan fisik sarana usahatani

rumput laut dari pengaruh angin dan gelombang besar maka di perlukan lokasi

yang terlindung dari hempasan ombak, b) Dasar perairan yang paling baik untuk

pertumbuhan adalah stabil, terdiri atas potongan karang mati bercampur dengan

karang pasir. Hal ini dapat di indikasikan adanya sea grass yang merupakan

petunjuk adanya gerakan air yang baik, c) Kedalaman air yang baik pertumbuhan

rumput laut adalah 30-60 cm pada surut terrendah, d) Kenaikan temperatur yang

sangat tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut menjadi pucat kekuning-

kuningan. Suhu yang ideal antara 27-300 C, e) Tingkat kejernihan air yang tinggi

di perlukan dalam usaha tani rumput laut. Kondisi air yang jernih dengan tingkat

transparansi sekitar 1,5 meter cukup baik bagi pertumbuhan rumput laut, f)

Kesuburan dari rumpput laut di tentukan oleh gerakan air yang berombak maupun

berarus. Gerakan air di perlukan untuk mengangkut zat-zat makanan yang di

perlukan untuk pertumbuhan rumput laut. Di samping itu, gerakan air yang cukup

kuat dapat menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus. Adanya arus dapat

mengatasi kenaikan temperatur air laut yang tajam. Kecepatan arus yang baik

untuk usaha tani rumput laut sekitar 20- 40 cm/detik (Sulistijo, 1994).

2.2.5 Lingkungan kimia

Kondisi lingkungan kimia, a) Rumput laut tumbuh pada salinitas tinggi.

Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk akan menyebabkan pertumbuhan

rumput laut menjadi tidak normal. Oleh karena itu usahatani rumput laut

sebaiknya jauh dari muara sungai. Salinitas yang di anjurkan untuk usahatani

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

15

rumput laut adalah sebesar 28 - 34 per mil dengan optimum 32 per mil, b)

Kesamaan yang baik sekitar pH 6 - 9, tetapi yang optimum antara pH 7,5 - 8,0, c)

Untuk kegiatan usaha tani kisaran kandungan Nitrat 1,0 - 3,0 ppm dan kandungan

pospat berkisar antara 0,021 – 0,10 ppm (Sulistijo, 1994).

2.2.6 Lingkungan biologi

Sebaiknya untuk perairan rumput laut di pilih perairan yang secara alami

di tumbuhi oleh komunitas dari barbagai makro algae seperti Ulva, Cauleroa,

Padina, Hypnea dan lain-lain. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa

perairan tersebut cocok untuk usahatani rumput laut Eucheuma Sp. di samping

itu sebaiknya bebas dari hewan air lainnya yang bersifat herbivora terutama ikan

baronang (Sigarus Sp), penyu laut hijau (Chelonia midas), bulu babi (Diadema)

dan bulu babi duri pendek(Tripneustes) yang dapat memakan tanaman rumput laut

(Sulistijo, 1994).

2.3 Budidaya rumput laut

Rumput laut merupakan komoditi hasil laut yang sangat penting. Komoditi

ini paling banyak dibudidayakan di indonesia yaitu genus eucheuma yang tersebar

hampir diseluruh wilayah indonesia. Selain memiliki banyak kegunaan juga akan

bernilai ekonomis setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut. Pada umumnya

penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pengeringan saja

(Rachmi, 2012).

Budidaya rumput laut di Bali mengalami perkembangan cukup pesat,

terutama dilihat dari peningkatan produksi dan produktivitasnya. Peningkatan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

16

produksi ini antara lain karena adanya rangsangan berupa peluang ekspor ke

berbagai negara, beberapa bagian teluk perairan Bali memiliki kualitas air yang

memenuhi syarat tumbuh bagi beberapa jenis rumput laut (Novi, 2014).

Menurut Suasana (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008), walaupun

budidaya rumput laut di Bali mengalami perkembangan dilihat dari produksi dan

produktivitasnya, namun ada permasalahan yang di hadapi dalam pembudidayaan

rumput laut. Permasalahan yang dihadapi yaitu keterbatasan modal usaha untuk

pengadaan sarana media budidaya dan bibit rumput laut. Selain itu penyakit

rumput laut yang selama ini dikenal ice-ice, belum diketahui secara pasti

penyebabnya hal ini menyulitkan penanggulangannya di lapangan, pada daerah

potensial yang belum berkembang. Keberhasilan budidaya rumput laut selain

didukung oleh kondisi alam Indonesia yang potensial untuk budidaya juga

didukung oleh meningkatnya permintaan pasar dunia (Murdinah dkk., 2002).

Produksi rumput laut Indonesia berada pada posisi kedua di dunia dengan

total produksi 25.000 ton per tahun.Sedangkan posisi pertama yaitu Chili,

produksi per tahunnya 50.000 ton. Produksi rumput laut dalam negeri, didominasi

oleh Sulawesi Selatan (Iskandar, 2010). Pengembangan budidaya rumput laut

merupakan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan

dalam hal produk yang dihasilkan, mempunyai manfaat yang beragam, tersedia

lahan yang cukup luas, mudahnya teknologi budidaya yang diperlukan

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001). Pemanfaatan rumput laut sebagai

makanan, kosmetik dan obat-obatan tradisional sudah lama dikenal oleh

masyarakat pesisir. Sedangkan, pemanfaatannya sebagai bahan industri yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

17

memungkinkan untuk diekspor baru dikembangkan dalam beberapa dasawarsa

terakhir ini, sehingga merangsang pengembangan budidayanya (Netra, 2006).

Pengembangan budidaya rumput laut juga dilakukan mengingat besarnya potensi

lahan yang dimiliki Indonesia, yaitu sebesar 26.700ha dengan perkiraan potensi

produksi sebesar 462.400 ton per tahun (Dahuri, 1996).

Menurut Sugianto (1979, dalam Netra 2006) secara taksonomi rumput laut

Eucheuma sp. Dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Kelas: Rhodophyceae, 2)

Ordo: Gigartinales, 3) Famili: Solieriaceae, 4) Genus: Eucheuma, 5) Species:

Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii.

Ciri-ciri rumput laut jenis Eucheuma sp. Secara umum adalah thallus

(batang) dan cabang-cabangnya berbentuk silinder, permukaan licin, dan

pertumbuhan vegetatif secara fragmatis Ithallus dan cabang-cabangnya berbentuk

silinder, permukaan licin, dan pertumbuhan vegetatif secara fragmatis thallus

yang dapat tumbuh dan berkembang.

Menurut Ismail (1999) rumput laut jenis Eucheuma sp. Ini dapat

dimanfaatkan sebagai pengatur keseimbangan, pengemulsian, serta dapat

digunakan pada industri instan, makanan, farmasi dan kosmetik. Rumput laut

secara tradisional digunakan sebagai nutrisi bagi manusia dan hewan. Rumput laut

juga digunakan sebagai makanan tambahan (suplement) karena mempunyai

kandungan nutrisi antara lain : protein, beberapa elemen mineral dan vitamin.

Rumput laut jenis algae coklat digunakan untuk produksi zat makanan tambahan

untuk melengkapi nutrisi manusia antara lain protein, beberapa elemen mineral,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

18

vitamin, dan terutama hidrokoloid yang berupa alginat, agar, dan karaginan

(Fleurence, 1999, dalam Handayani, 2006).

Sumberdaya rumput laut dimanfaatkan untuk makanan dan produk

sayuran laut. Di beberapa negara Asia, rumput laut sering dikonsumsi sebagai

sayuran laut, bahkan orang-orang Jepang mengkonsumsi sayuran laut rata-rata 1,6

kg (berat kering) per tahun per kapita (Fujiwara-Arasaki et al. dalam Fleurence,

1999). Diketahui kurang lebih 25% dari makanan yang dikonsumsi di Jepang

adalah mengandung rumput laut yang dipersiapkan dan disimpan dalam beberapa

bentuk dan menjadi sumber penghasilan utama bagi nelayan di sana. Di Malaysia,

pemanfaatan rumput laut sebagai makanan tidak seperti di Jepang dan Cina.

Meskipun demikian, pada kenyataanya rumput laut hanya dikonsumsi di daerah

pantai khususnya sepanjang pantai timur Penisula Malaysia dan di Malaysia

Timur, rumput laut dimakan sebagai salad (Norziah & And Ching, 2000).

Sedangkan di Indonesia, rumput laut banyak dimanfaatkan penduduk pantai untuk

sayur dan lalapan, bahkan beberapa jenis rumput laut banyak dijual di pasar-pasar

tradisional (Handayani, 2006).

Menurut Laode (1998), ada sekitar 555 jenis rumput laut di Indonesia,

lebih dari 21 jenis di antaranya berguna dan di manfaatkan sebagai bahan

makanan serta memiliki nilai ekonomis sebagai komoditas perdagangan. Adapun

jenis-jenis rumput laut yang dapat di makan adalah: a) Grup Chlorophyceace

(Alga Hijau) Monostrama nitidium, Enteremorpha Sp, Caulerpa Lentillifer,

Caulerpa limonsa, b) Grup Cyanophyceace (Alga Hijau) Cladosiphon

okamuranus, Nemacytus decipiens, Hizkiafusiformis, Sargasum Sp, c) Grup

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

19

Rhodophyecea (Alga merah). Gracilaria blodgettii, Glacilaria acuata, Eucheuma

spinosum, Eucheuma cotonii.

Menurut Ismail (1999) rumput laut jenis Eucheuma Sp. dapat

dimanfaatkan sebagai pengatur keseimbangan, pengemulsian serta dapat di

gunakan untuk bahan obat, kosmetik dan bahan makanan. Pangsa pasar rumput

laut ini adalah Cina, Jepang, Ingrris, Perancis dan Kanada.

Almatsier (2009) menyatakan bahwa, ada 2 macam golongan serat yaitu

yang tidak dapat larut dalam air dan yang dapat larut air. Serat yang tidak dapat

larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang dapat larut dalam air

adalah pektin, gum, mucilage, glikan dan alga. Serat yang terdapat pada karaginan

merupakan bagian dari serat gum yaitu jenis serat yang larut dalam air. Serat

mempunyai peran yang penting bagi kesehatan tubuh.

Almatsier (2009) menyatakan bahwa, serat sangat penting dalam proses

pencernaan makanan dalam tubuh. Kekurangan Serat dapat menyebabkan

konstipasi, apenaistis, alverculity, hemoroid, diabetes melitus, penyakit jantung

koroner dan batu ginjal. Menambahkan kebutuhan serat untuk manusia sangatlah

bervariasi menurut pola makan dan tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara

khusus untuk serat makanan. Konsumsi Serat rata-rata 25 g/hari dapat dianggap

cukup untuk memelihara kesehatan tubuh.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

20

2.4 Metode usahatani rumput laut

Dalam melakukan usahatani rumput laut di lapangan dapat di lakukan

dengan lima metode yaitu:

2.4.1 Metode lepas dasar (off bottom method)

Metode ini dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau pasir

berlumpur. Hal ini penting untuk menancapkan patok/pancang. Patok terbuat dari

kayu yang kuat dengan diameter sekitar 10 cm sepanjang 1 meter yang salah satu

ujungnya runcing. Jarak antara patok untuk merentangkan ris sekitar 2,5 meter.

Setiap patok di pasang berjajar dan dihubungkan dengan tali ris polyrthylene (PE)

yang berdiameter 8 mm. Jarak antara tali rentang sekitar 20 cm. Tali ris yang telah

berisi tanaman direntangkan pada tali ris utama dan posisi tanaman usahatani

berada sekitar 30 cm di atas perairan (sesuaikan dengan pada saat surut terendah,

tanaman masih tetap terendam air).

2.4.2 Metode rakit apung (floating method)

Metode rakit apung adalah cara melakukan usahatani rumput laut dengan

menggunakan rakit yang terbuat dari bambu. Metode ini cocok diterapkan pada

perairan berkarang dengan pergerakan airnya yang di dominasi oleh ombak.

Ukuran tiap rakit bervariasi tergantung pada persediaan material yang di

sesuaikan dengan perairan. Jarak antara rakit idealnya satu meter. Untuk menahan

rakit tidak hanyut terbawa oleh arus di gunakan jangkar atau patok dengan tali

penahan (rope) yang berukuran sembilan mm. Metode rakit apung ini cocok

dilakukan pada kedalaman lebih dari dua meter. Keuntungan pemeliharaan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

21

dengan metode ini antara lain adalah pemeliharaan mudah di lakukan, gangguan

hama sedikit, pemilihan lokasi fleksibel, dan intensitas cahaya matahari lebih

besar. Kelemahannya dari metode ini adalah biaya yang di butuhkan untuk

membuat sarana usahatani relatif tinggi. Masing-masing rakit berukuran 5 m x 2,5

m. Satu unit rakit terdiri atas 24 tali dengan jarak antara masing-masing 20 – 25

cm. Setiap tali dapat di ikatkan sembilan titik rumpun tanaman, sehingga satu

rakit berisi 300 rumpun tanaman dengan berat rata-rata 100 gram per rumpun atau

kebutuhan bibit sebanyak 30 kilogram. Jarak antara rumpun lainnya 25 cm.

2.4.3 Metode rawai (Long Line)

Metode rawai (long line) adalah metode usahatani rumput laut dengan

menggunakan tali panjang. Tali (diameter 8 mm) yang digunakan sepanjang 50 –

100 meter pada kedua ujungnya di beri jangkar dan pelampung besar. Setiap jarak

25 meter di beri pelampung utama yang di buat dari drum plastik atau Styrofoam.

Setiap jarak lima meter di beri pelampung yang terbuat dari potongan Styrofoam

atau karet sandal atau botol aqua bekas (500 ml) yang berfungsi untuk

memudahkan pergerakan tanaman setiap saat.

Sewaktu memasang tali utama yang harus di perhatikan adalah arah arus.

Arus harus berada pada posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari

terjadinya belitan tali satu dengan yang lain. Bibit rumput laut seberat 100 gram

diikatkan sepanjang tali dengan jarak antara 20 – 25 cm. Antara tali satu dengan

yang lainnya berjarak 100 cm dengan mempertimbangkan kondisi arus dan

gelombang setempat. Jarak antara blok selebar satu meter (dalam satu blok

terdapat 4 tali) yang berfungsi untuk jalur sampan. Untuk satu hektar hamparan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

22

dapat di pasang 128 tali. Setiap tali terdiri atas 500 titik. Jadi setiap hamparan

usaha tani rumput laut terdapat 64.000 titik.

2.4.4 Metode jalur (combination)

Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode rawai.

Kerangka metode ini di buat dari bambu dihubungkan dengan tali polyethylene

(PE) diameter 0,6 mm, sehingga membentuk segi panjang dengan ukuran 5 m x 7

m per petak. Satu unit terdiri dari 7 – 10 petak.

2.4.5 Metode keranjang

Metode keranjang adalah metode usaha tani rumput laut dengan

menggunakan kantong jaring sebagai wadah produksi. Kantong jaring tersebut di

gantungkan pada tambang apung (rawai) atau rakit. Metode ini merupakan solusi

usaha tani rumput laut dalam mengatasi masalah serangan hama ikan baronang

dan penyu.

Dalam metode ini digunakan jaring bermata jaring 1 – 1,5 inci yang

terbuat dari benang PE ukuran D 18 – 21. Kantong memiliki diameter 30 – 50 cm

dengan tinggi 50 – 75 cm dan di tunjang oleh rangka kawat. Kantong jaring di

gantungkan ke tambang rawai atau rakit dengan jarak 50 – 100 cm antar kantong,

dan pada kedalaman 50 – 150 cm dari permukaan air.

Persyaratan aplikasi metode ini adalah adanya arus laut yang relatif kuat

(0,25 – 0,40 m/detik), sehingga memungkinkan sirkulasi air laut menembus

kantong dan biomass rumput laut di dalam kantong keranjang mati dan

membusuk.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

23

2.5 Kendala pengembangan budidaya rumput laut

Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2001) beberapa kendala

dalam pengembangan rumput laut adalah sebagai berikut: 1) Pengadaan bibit

unggul dan teknik pengadaan bibit, 2) Pengembangan metode budidaya yang

dapat mengatasi perubahan alam, 3) Penataan dan menafaatan lahan budidaya,

4) Pemberdayaan masyarakat dan pembinaan petani agar dapat menerapkan

metode serta teknik budidaya yang baik.

Kegagalan dalam mengatasi masalah pengelolaan menurut Anwar dan

Rustiadi (2000) memberikan implikasi antara lain percepatan degradasi

sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya. Dinyatakan juga bahwa penyebab

utama terjadinya kegagalan tersebut karena (1) perbedaan hak-hak (entitlemen)

yang sangat mencolok antara berbagai lapisan masyarakat, (2) sumberdaya

alamnya mengalami semacam akses terbuka (quasi-open-access resources) yang

semua pihak cenderung memaksimumkan keuntungan dalam pemanfaatannya,

dan (3) kekurangan dalam sistem penilaian (undervaluation) terhadap sumber

daya di dalam sistem ekonomi pasar yang sedang terjadi, yang semuanya

sesungguhnya terkait erat dengan aspek teknis-finansial produksi dan aspek

sosial-ekonomi-budaya masyarakat setempat.

2.6 Keberlanjutan Usaha Tani

Usaha tani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan

cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

24

mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang

menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001). Usaha tani adalah usaha yang

dilakukan patani dalam memperoleh pendapatan dengan jalan memanfaatkan

sumber daya alam, tenaga kerja dan modal yang mana sebagian dari pendapatan

yang diterima digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berhubungan

dengan usahatani.

Usaha tani berkelanjutan artinya usahatani untuk kesehatan masyarakat

dan lahan dalam jangka panjang. Para petani yang menggunakan metode

berkelanjutan berusaha untuk memenuhi kebutuhan makanan yang bernutrisi bagi

keluarga dan komunitasnya di samping menjalankan konservasi air, meningkatkan

kesuburan tanah, dan menyimpan benih untuk masa depan.

Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR,

1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil

untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah

sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan

melestarikan sumberdaya alam” (http://agroteknologihimagrotek.2011/05/sistem-

pertanian-berkelanjutan, diakses, 29 Juni 2014).

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan

sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya

tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian

dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.

Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan

kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

25

berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang

ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997) (http://agro teknologi

himagrotek. 2011/05/sistem-pertanian- berkelanjutan, diakses, 29 Juni 2014).

Arah pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis serta potensi

wilayah setempat harus ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan agribisnis.

Agribisnis merupakan orientasi usahatani yang mengarah kepada perolehan

keuntungan dan keberlanjutan (Saragih, 2001). Untuk memperoleh keuntungan

secara berkelanjutan maka semua subsistem dalam pertanian harus dilibatkan

secara terus menerus.

Petani bukan hanya mampu mengerjakan usahatani di lahan tetapi juga

harus mampu menjalin kerjasama dengan penyedia sarana produksi pertanian,

permodalan sumber informasi, pasar, dan kelembagaan agribisnis lainnya. Dengan

kata lain, petani harus memiliki kemampuan untuk mengupayakan usahataninya

agar memiliki nilai tambah. Kompetensi agribisnis ini dapat dibangun melalui

proses pembelajaran dan keterlibatan petani dalam kelompoknya, disertai dengan

kegiatan penyuluhan yang intensif.

2.7 Perkembangan Pariwisata

Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. (Salah satu

tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan

daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga

memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta

mendorong pembangunan daerah). Untuk itu sudah selayaknya pariwisata dapat

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

26

dijadikan alternatif penggerak perekonomian hingga sedemikian rupa menjadi

sumber pendapatan bagi setiap daerah yang memiliki potensi untuk

menyelenggarakannya, dalam upaya memperoleh atau meningkatkan pendapatan

daerah.

Proses pembangunan pariwisata harus berjalan seiring dengan peningkatan

“Sadar Wisata” masyarakat. Tugas aparat pemerintah adalah untuk menciptakan

kondisi yang memungkinkan terwujudnya peran serta masyarakat dengan cara-

cara yang mudah difahami dan dilaksanakan oleh masyarakat. Sadar Wisata

dikalangan masyarakat tidak tumbuh dengan sendirinya, masyarakat lebih

mudah memahami apa yang mereka lihat, apa yang mereka rasakan.

Pembangunan pariwisata yang manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh

masyarakat akan menciptakan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan

berkembangnya sadar wisata dikalangan masyarakat.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan

melibatkan masyarakat yang dituju, sehingga membawa dampak terhadap

masyarakat setempat. Oleh karena pariwisata banyak dikatakan sebagai perubah

yang luar biasa, mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan

dalam berbagai aspek. Tujuan wisatawan datang ke suatu daerah antara lain

didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui/mempelajari daerah dan

kebudayaan masyarakat lokal. Selama di tempat wisata, wisatawan pasti

berinteraksi dengan masyarakat lokal diberbagai bidang (http://purnamaalam.

com/2011//dampak-pariwisata-terhadap-perubahan.html,diakses,23Agustus 2014).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

27

Wilayah pesisir seperti sumberdaya perikanan, perhubungan,

pertambangan mineral, serta kepariwisataan di samping memiliki berbagai sumber

daya yang bermanfaat bagi masyarakat juga memiliki potensi permasalahan

yang sangat besar, sehingga pengelolaan wilayah ini harus secara terpadu,

mengingat bahwa sumber daya yang ada di wilayah pesisir ini adalah umumnya

milik bersama.

Kepariwisataan sebagai salah satu wilayah pesisir juga dapat

dikembangkan, karena merupakan kegiatan yang strategis jika ditinjau dari segi

pengembangan ekonomi dan sosial budaya. Kepariwisataan mendorong

terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air terhadap nilai-nilai

budaya bangsa sekaligus sebagai instrumen untuk melestarikan lingkungan

(Suradnya (2008).

Pertumbuhan pariwisata tentunya merupakan suatu peluang dan tantangan

bagi berbagai pihak termasuk bagi pengelola daerah tujuan wisata. Merancang

strategi pemasaran daerah tujuan wisata yang tepat akan mampu meraih

peluang dan tantangan tersebut. Demikian juga pertumbuhan pasar pariwisata

secara global saat ini, telah mendorong banyak negara di dunia menggunakan

kesempatan untuk melakukan persaingan secara natural dalam industri

pariwisata, dengan menawarkan program-program yang diharapkan dapat menarik

para wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata yang disediakan

(Martaleni, 2011).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

28

2.8 Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pendapatan

2.8.1 Dampak ekonomi

Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu perubahan yang

terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut dapat bersifat

alamiah, baik kimia, fisik, dan biologi. Berbagai dampak potensial baik positif

maupun negatif di sektor sosial dan ekonomi dapat terjadi akibat pengembanagan

pariwisata. Dampak positifnya adalah pasti akan tersedia fasilitas sosial dan

fasilitas umum, kesempatan berusaha dan bekerja akan tersedia karena adanya

penerimaan tenaga kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar

pengembangan pariwisata.

Dampak positif ini tentu akan dapat memberikan pengaruh juga terhadap

pendapatan masyarakat. Karena banyak sekali usaha-usaha penunjang pariwisata

bermunculan, warung-warung untuk penjualan berbagai kebutuhan untuk makan

dan minum untuk pengunjung tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Usaha

tukang parkir akan terbuka luas, penyewaan kamar mandi dan WC, serta berbagai

pelayanan lainnya yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat pengunjung saat

berada di wilayah pengembangan pariwisata tersebut (Pitana dan Gayatri, 2007).

Selanjutnya Pitana dan Gayatri (2007) menyatakan bahwa dampak negatif

yang terjadi akibat pengembangan pariwisata adalah menurunnya jumlah

kelompok tani yang menggarap potensi laut, petani rumput laut jumlahnya terus

berkurang, kemungkinan akan terjadi peningkatan kecelakaan lalu lintas karena

dibukanya jalan baru menuju pantai, dan biasanya akan terjadi konflik sosial saat

terjadi pembebasan lahan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

29

2.8.2 Dampak sosial budaya

Pengaruh yang nampak dari pesatnya pembangunan adalah terjadinya

perubahan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni

perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari

nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial

merupakan salah satu dampak yang dirasakan sebagaimana yang dikemukakan

oleh Ahmadi (2004). Perubahan sosial dan budaya meliputi berbagai bidang

kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial seperti : industri,

agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan perkumpulan dan

pendidikan. Pokok yang terjadi pada perubahan social dan budaya diakibatkan

dari perubahan yang berkembang pesat saat ini selain dari pengaruh

Pembangunan, juga karena adanya penetrasi kebudayaan dari luar yang masuk

dengan mudah akibat proses pembangunan itu sendiri. Diantaranya adalah proses

dan berkembangnya pariwisata disuatu daerah yang banyak dikunjungi

wisatawan.

Telah disadari bahwa praktik-praktik pariwisata, yang melihat kebudayaan

(juga alam), terutama sebagai sumber komoditi, ternyata membawa dampak yang

tidak selalu positif. Dampak positif yang biasanya langsung dan segera dapat

dirasakan adalah dalam segi keuntungan ekonomi, sebagaimana yang telah di

gariskan dalam Undang-Undang Tentang Kepariwisataan. No.9 Tahun 1990 yaitu

salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan

pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat, juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

30

kerja serta mendorong pembangunan daerah. Untuk itu sudah selayaknya

pariwisata dapat dijadikan alternatif penggerak perekonomian hingga sedemikian

rupa menjadi sumber pendapatan bagi setiap daerah yang memiliki potensi untuk

menyelenggarakannya, dalam upaya memperoleh atau meningkatkan pendapatan

daerah. tetapi sesungguhnya keuntungan tersebut hanya merupakan keuntungan

jangka pendek. Yang dirasakan kemudian adalah dampak buruknya, yaitu

terhadap ekspresi dan eksistensi budaya yang dijadikan sumber komoditi itu.

Pariwisata yang menekankan pendekatan ekonomi cenderung memberikan

peranan utama pada pemerintah atau pemilik modal, dan tujuannya juga

ditentukan dan terutama untuk kepentingan mereka. Peranan masyarakat sangat

rendah sehingga mereka cenderung tampak patuh dan tidak punya inisiatif karena

lebih ditempatkan sebagai obyek daripada sebagai subyek. Sebagai akibatnya,

adat-istiadat, nilai-nilai, dan norma-norma menjadi semakin terkikis. Ritual-ritual

suci menjadi semakin dangkal dan pertunjukan-pertunjukan seni semakin tidak

berjiwa. Masyarakat menjadi apatis dan kesejahteraan mereka pun tidak

mengalami perbaikan. Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat (kebudayaan)

setempat, harus disadarai bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang secara internal

terdeferensiasi, aktif, dan selalu berubah. Oleh karena itu pendekatan yang kiranya

lebih realistis adalah dengan menganggap bahwa pariwisata adalah „pengaruh luar

yang kemudian terintegrasi dengan masyarakat‟, dimana masyarakat mengalami

proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya, atau apa yang

disebut sebagai proses „turistifikasi‟ (touristification). Di samping itu perlu juga

diingat bahwa konsekuensi yang dibawa oleh pariwisata bukan saja terbatas pada

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

31

hubungan langsung host-guest. Pengaruh di luar interaksi langsung ini justru lebih

penting, karena mampu menyebabkan restrukturisasi pada berbagai bentuk

hubungan di dalam masyarakat (http://purnamaalam.com/2011/07/dampak-

pariwisata-terhadap-perubahan.html, diakses, 23 Agustus 2014).

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata di suatu daerah

terhadap sosial budaya sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh

dengan cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.

Salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang

lemah dalam bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan

dan merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah

mata pencaharian semula yang mereka lakukan secara tradisional menjadi

lebih modern. Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya

selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-

budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum yaitu

(Martin, 1998): 1) perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar,

umumnya dari sistem sosial-budaya yang superordinat terhadap budaya penerima

yang lebih lemah; 2) perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya

indigenous; 3) perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya,

dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri

dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented

economy, dan jet-age lifestyles.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

32

2.8.3 Pendapatan

Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan

yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam

struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan

pekerjaan (http://digilib. unimed. ac.id/ public/ Undergraduate - BABII. Diakses,

10 September 2014).

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Friedman

dalam Ragandhi (diakses, 10 September 2014). Pendapatan masyarakat dapat

digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan

pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen

adalah: 1) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat

diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah, 2) Pendapatan

yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang

menciptakan kekayaan).

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari

pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih

bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan

dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income

(Anonim, 2014a).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004), kata income diartikan

sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income)

meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

33

adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan

sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen,

royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian yang berbeda dimana

income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas, income meliputi

pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan maupun yang

berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari

penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang

terjadi (Anonim, 2014a).

2.8.4 Kesejahtraan

Kegiatan ekonomi yang tidak terlepas dari pasar pada dasarnya

mementingkan keuntungan pelaku ekonomi dari pasar tersebut. Sehingga sangat

sulit menemukan ekonomi yang menyejahterakan jika dilihat dari mekanisme

pasar yang ada. Kesejahteraan adalah salah satu aspek yang cukup penting

untuk menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial dan ekonomi, kondisi

tersebut juga diperlukan untuk meminimalkan terjadinya kecemburuan sosial

dalam masyarakat (Firri, 2014).

Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap

keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara

hidup yang berbeda akan memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-faktor

yang menentukan tingkat kesejahteraan. Pengertian keluarga sejahtera menurut

UU No 1992 merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang

sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,

bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

34

seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya

(BKKBN 1992, diacu oleh Nuryani 2007). Kesejahteraan keluarga akan tercapai

apabila keluarga memiliki ketahanan yang kuat (Anonim, 2014a).

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan

manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik,

sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun

1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1,

adalah: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan

sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan

dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga

negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah,

rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai

dengan Pancasila” (Anonim, 2014a).

2.9 Peneliti Terdahulu

Peneliti terdahulu yang diacu dalam penelitian ini adalah penelitiannya

Netra (2006), yang meneliti tentang”Analisis Pengembangan Budidaya Rumput

Laut Eucheuma sp. Di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Disimpulkan

bahwa pengembangan budidaya rumput laut ini layak untuk dikembangkan.

Raihani (2008), penelitiannya yang berjudul prospek pengembangan rumput laut

di Kabupaten Morowali, memberikan kesimpulan bahwa jenis-jenis rumput laut

yang bernilai ekonomis dan mempunyai peluang untuk dikembangkan di

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

35

Kabupaten Morowali adalah Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum

(karaginofit), Gracillaria sp (agarofit). Pengusahaan rumput laut oleh masyarakat

pesisir di Kabupaten Morowali tergolong masih secara tradisional.

Loura (2012), Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Pulau

Nain Kabupaten Minahasa Utara, menyimpulkan bahwa tiga prioritas utama

strategi pengembangan budidaya rumput laut di Pulau Nain adalah dengan

mengefektifkan peran Dinas Kelautan dan Perikanan, serta lembaga terkait dalam

pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan sumber

permodalan usaha, pengadaan pola kerjasama kemitraan usaha.

Penelitian Anna (2012) yang berjudul: Analisis Finansial Usaha Budidaya

Rumput Laut Dan Nilai Tambah Tepung Karaginan Di Kecamatan Kei Kecil,

Kabupaten Maluku Tenggara, memberi kesimpulan bahwa hasil perhitungan

analisis finansial usaha budidaya rumput laut dalam satu kali produksi di wilayah

penelitian menunjukkan bahwa usaha tani yang dijalankan berdasarkan kriteria

adalah layak dan mempunyai arti bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan

sebesar Rp 1000,-, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1880,-. Pabrik

pengolahan rumput laut menjadi tepung karaginan di wilayah Kecamatan Kei

Kecil Kabupaten Maluku Tenggara memiliki nilai tambah tinggi yaitu sebesar Rp

9.362,50,- per kg bahan baku atau sebesar 48,01 % dari nilai produksi.

Pemanfaatan rumput laut selama ini masih terbatas pada produk karagenan

dan agar. Potensi rumput laut di bidang pengendalian penyakit masih

belum banyak di eskplorasi dan di eksploitasi. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa rumput laut mempunyai prospek yang masih terbuka bagi

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut BAB_II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Rumput Laut Rumput laut atau sea weed merupakan algae makro bentik yang hidup di laut.

36

pengembangannya dalam bidang pengendalian penyakit. Ekstrak rumput laut

telah diketahui mempunyai aktivitas sebagai antitumor, meningkatkan aktivitas

kemotaksis macrophage, menstimulasi aktivitas sekresi radikal oksigen dan

fagositosis pada peritonial and splenic murine macrophage (Castro et al., 2004).

Metabolit sekunder dari Halimeda macroloba memiliki senyawa bioaktif

anti jamur (Widiastuti, 2003). Rumput laut Ulva sp., Dendrilla sp., Spirulina

sp., Enteromorpha sp., Dictyota sp., dan Porphira sp. telah terbukti

mampu meningkatkan aktifitas imunostimulan udang (Castro et al., 2004; Selvin

et al., 2004).

Sejumlah penelitian secara epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan

kesehatan orang-orang Jepang berkaitan dengan konsumsi rumput laut yang

dipicu oleh tradisi kuno dan kebiasaan sehari-hari mereka (Teas 1981, Hiqashi et

al. 1999, Funahashi et al. 1999).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki

kesamaan menjadikan rumput laut sebagai kajian termasuk di dalam manajemen

usahataninya terutama di on farm. Selain itu, dalam penelitian ini juga membahas

pendapatan petani, prospek pertanian rumput laut. Yang membedakan penelitian

ini dengann penelitian terdahulu adalah mengintegrasikan pariwisata dan

pertanian rumput laut. Jika penelitian terdahulu membahas pendapatan petani

rumput laut dari data kuantitatif yang didukung dengan angka-angka, maka dalam

penelitian ini penulis lebih membahas dalam bentuk data-data kualitatif dengan

cara mendeskripsikan dan menganalisis sesuai dengan teori-teori pendukung.