BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi...

13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosial Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55). Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra,1987:50). Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup: 1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya). 2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan gelisah). Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Adaptasi Sosial

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian

ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat

berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi (Gerungan,1991:55).

Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut

penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk),

sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis (allo

artinya yang lain, palstis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya “pasif” yang

mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”,

yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan (Karta Sapoetra,1987:50).

Menurut Suparlan (Suparlan,1993:20) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya

adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan

kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:

1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk

menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam

hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya).

2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari

perasaan takut, keterpencilan gelisah).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat

melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai

kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Menurut Soerjono Soekanto (Soekanto, 2000: 10-11) memberikan beberapa batasan

pengertian dari adaptasi sosial, yakni:

1) Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

2) Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.

3) Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.

4) Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.

5) Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan

dan sistem.

6) Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan

proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial

terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan.

Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin menyebutkan bahwa

penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu (Aminuddin, 2000: 38), di

antaranya:

a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.

b. Menyalurkan ketegangan sosial.

c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial.

d. Bertahan hidup.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan. Menurut Suyono (1985), pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang

sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal

menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari definisi tersebut diatas,

pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur-unsur yang sudah menetap

dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan proses adaptasi dalam kehidupan

sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-

istiadat kebudayaan yang ada. Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan

waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat,

lambat, atau justru berakhir dengan kegagalan.

Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio-

organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat pemukiman yang sedikit

banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis yang

harus dipenuhinya, keduanya merupakan lingkungan alam fisio-organik tempat

manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio organik

disebut juga lingkungan eksternal. Adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan

eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam mengorganisasikan

kemampuan manusia yang disebut teknologi. Keseluruhan prosedur adaptasi dan

campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk keterampilan, keahlian

teknik, dan peralatan mulai dari alat primitif samapai kepada komputer elektronis

yang secara bersama-sama memungkinkan pengendalian aktif dan mengubah objek

fisik serta lingkungan biologis untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup

manusia. (Alimandan, 1995:56).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

Stategi adaptasi yang dilakukan dalam masyarakat pasca bencana alam dapat

dilakukan dengan penanggulangan bencana alam yang tepat, agar masyarakat bisa

aktif kembali pasca bencana alam. Besarnya potensi ancaman bencana alam yang

setiap saat dapat mengancam dan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat Indonesia serta guna meminimalkan risiko pada kejadian mendatang,

perlu disikapi dengan meningkatkan kapasitas dalam penanganan dan pengurangan

risiko bencana baik di tingkat Pemerintah maupun masyarakat. Sejauh ini telah

tersedia perangkat regulasi penanggulangan bencana, yaitu UU Nomor 24 Tahun

2007 yang memberikan kerangka penanggulangan bencana, meliputi prabencana,

tanggap darurat, dan pascabencana. Aktivitas penanggulangan bencana yang menjadi

prioritas utama meliputi: mitigasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

1. Mitigasi yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah apa yang akan

terjadi terutama berdampak negatif pada lingkungan akibat bencana alam.

2. Rehabilitasi yaitu pemulihan kembali yang dilakukan terhadap kerusakan-

kerusakan berupa fisik dan infrastruktur akibat bencana alam.

3. Rekontruksi yaitu membangun kembali dari kerusakan kerusakan yang

terjadi akibat bencana alam.

Penaggulangan bencana yang telah ditetpakan pemerintah dibuat guna membangun

kembali daerah yang terkena bencana menggingat indonesia rawan akan bencana

alam.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

2.2 Perubahan Sosial

Setiap kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Perubahan itu dapat

mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, perekonomian, lapisan-

lapisan sosial dalam masyarakat, interaksi sosial dan yang lainya. Perubahan sosial

terjadi pada semua masyarakat dalam setiap proses dan waktu, dampak perubahan

tersebut dapat berakibat positif dan negatif. Terjadinya perubahan merupakan gejala

yang wajar dalam kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena setiap manusia

mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan sosial adalah proses sosial

yang dialami masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial,

dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh

unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial

yang baru. Perubahan sosial terjadi pada dasarnya karena ada anggota masyarakat

pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupanya yang lama

dan menganggap sudah tidak puas lagi atau tidak memadai untuk memenuhi

kehidupan yang baru.

Menurut Gillin dan Gillin (Abdulsyani,2002:163) perubahan-perubahan sosial

sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan

geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena

adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain itu, Selo

Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan

pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang

memepengaruhi sistem sosial lainya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap, dan pola

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

prilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. (Soerjono

Soekanto,2007:263).

Soerjono Soekanto (2000:338) berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial

primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,

teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan

pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang mengatakan

bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan

perubahan-perubahan sosial.

Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain:

a. Perubahan sosial terjadi secara terus menerus

b. Perubahan sosial selalu diikuti oleh perubahan-perubahan sosial lainnya

c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi

yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri

d. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis)

Faktor Penyebab Perubahan Sosial:

Perubahan sosial tidak terjadi begitu saja. Selo Soemardjan dan Soelaeman

Soemardi berpendapat bahwa perubahan sosial dapat bersumber dari dalam

masyarakat (internal) dan faktor dari luar masyarakat (eksternal).

1. Faktor internal

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

Perubahan sosial dapat disebakan oleh perubahan-perubahan yang berasal dari

masyarakat itu sendiri. Adapun faktor tersebut antara lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan, Penemuan-penemuan baru akibat

perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa

gagasan-gagasan menyebar kemasyarakat, dikenal, diakui, dan

selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

2. Kependudukan, faktor ini berkaitan erat dengan bertambah dan

berkurangnya jumlah penduduk.

3. Penemuan baru untuk memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha untuk

mencoba hal-hal yang baru. Pada suatu saat orang akan menemukan suatu

yang baru baik berupa ide maupun benda. Penemuan baru sering

berpengaruh terhadap bidang atau aspek lain.

4. Konflik dalam masyarakat, adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat

dapat menyebabkan perubahan sosial dan budaya, pertentangan antara

indvidu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok sebenarnya

didasari oleh perbedaan kepentingan.

2. Faktor eksternal

Perubahan sosial disebabkan oleh perubahan-perubahan dari luar masyarakat itu

sendiri seperti:

1. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, Adanya interaksi langsung (tatap

muka) antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan

menyebabkan saling berpengaruh. Disamping itu, pengaruh dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

berlangsung melalui komunikasi satu arah, yakni komunikasi masyarakat

dengan media-media massa.

2. Peperangan, Terjadinya perang antar suku atau antar negara akan

berakibat munculnya perubahan-perubahan pada suku atau negara yang

kalah. Pada umumnya mereka akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan

yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, ataupun kebudayaan yang

dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan.

3. Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

terjadinya gempa bumi, topan, banjir besar, gunung meletus dan lain-lain

mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-

daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya dan

kemungkinan masih bertahan di daerahnya tersebut. Hal tersebut akan

mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga

kemasyarakatanya karena masyarakatnya harus memulai kehidupan baru

kembali. Sebab yang bersuber dari lingkungan alam fisik kadang-kadang

ditimbulkan oleh tindakan para warga masyarakat itu sendiri.

2.3 Mobilitas Sosial

Didalam sosiologi, proses keberhasilan seseorang mencapai jenjang status

sosial yang lebih tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh di kelas sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

yang lebih rendah itulah yang disebut mobilitas sosial. Dengan demikian, jika kita

berbicara mengenai mobilitas sosial hendaknya tidak terlalu diartikan sebagai bentuk

perpindahan dari tingkat yang lebih rendah ke suatu tempat yang lebih tinggi karena

mobilitas sosial sesungguhnya dapat berlangsung dalam dua arah. Sebagaian orang

berhasil mencapai status yang lebih tinggi, beberapa orang mengalami kegagalan, dan

selebihnya tetap tinggal pada ststus yang dimiliki orang tua mereka.

Menurut horton dan hunt (1987), lembaga sosial dapat diartikan sebagai suatu

gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainya. Mobilitas sosial bisa

berupa peningkatkan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk

juga segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh

keseluruhan anggota kelompok.

Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda.

Masyarakat yang sistem kelas sosialnya terbuka maka mobilitas sosial masyarakatnya

akan cenderung tinggi. Tetapi sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti

masyarakat feodal atau masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga

masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan

sama sekali tidak ada.

Jenis mobilitas sosial

Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial

vertikal dan mobilitas sosial horizontal.

1. mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari

kedudukan sosial kekedudukan sosial lainya yang tidak sederajat

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

(sukato,1982:244). Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis

mobilitas sosial vertikal , yakni:

a. Gerak sosial yang meningkat (social climbing), yakni gerak

perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas

sosial yang lebih tinggi.

b. Gerak sosial yang menurun (social sinking) yakni gerak perpindahan

anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial lain kebih

rendah posisinya.

Menurut Soedjatmoko (1980), mudah tidaknya seseorang melakukan

mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan

struktur sosial dimana orang itu hidup. Seseorang yang memiliki bekal

pendidikan yang tinggi bergelar doktor atau MBA, misalnya hidup di

lingkungan masyrakat yang menghargai profesionalisme, besar kemungkinan

akan lebih mudah menembus batasan-batasan lapisan sosial dan naik pada

kedudukan lebih tinggi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Berbeda

dengan mobilitas sosial vertikal yang berarti perpindahan dalam jenjang status

yang berbeda,

2. mobilitas sosial horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek

sosial lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial

lainnya yang sederajat. Dalam mobilitas sosial horizontal tidak terjadi

perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

Mobilitas sosial memungkinkan orang untuk menduduki jabatan yang sesuai

dengan keinginannya, tetapi terdapat juga beberapa kerugian disamping manfaatnya.

Beberapa kerugian akibat adanya mobilitas sosial antara lain adalah memungkinkan

terjadinya ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan di benak seseorang karena impian

yang didambakan tidak semuanya dapat dicapai dengan mudah.

Secara rinci horton dan hunt (1987), mencatat beberapa konsekuensi negatif dari

mobilitas sosial vertikal seperti kecemasan akan terjadinya penurunan status bila

terjadi mobilitas menurun, ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status

jabatan yang meningkat, keretakan hubungan antara anggota kelompok primer yang

semula karena seseorang bepindah ke status yang lebih tinggi atau status yang lebih

rendah. Mobilitas sosial dapat merenggangkan ikatan sosial yang sudah lama terjalin,

sehingga memungkinkan pula terjadinya keterasingan di antara warga masyarakat.

Perubahan mobilitas yang terjadi dalam masyarakat dapat diterima masyarakat bila

telah melakukan penyesuaian atau adaptasi.(Suyanto 2010: 207-213)

2.4 Human capaital dalam mengatasi kemiskinan akibat bencana alam.

Teori human capital adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa

manusia merupakan suatu bentuk capital atau barang modal sebagaimana barang-

barang modal lainnya, seperti tanah, gedung, mesin, dan sebagainya. Menurut

Moskowitz, R. and Warwick D(1996) berpendapat, bahwa human capital yang

mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan dan keahlian masyarakat.

(http://infohumancapital.blogspot.com/2010/03/pengertian-dan-pengukuran-human-

capital.html diakses 25 mei 2011 pukul 12.32wib)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

Akibat perkembangan dan perubahan yang semakian pesat human capital,

bukanlah lagi memposisikan manusia sebagai modal layaknya mesin, sehingga

seolah-olah manusia sama dengan mesin, sebagaimana teori human capital terdahulu.

Namun setelah teori ini semakin meluas, maka human capital justru bisa membantu

pengambil keputusan untuk memfokuskan pembangunan manusia dengan

menitikberatkan pada investasi pendidikan (termasuk pelatihan) dalam rangka

peningkatan mutu organisasi sebagai bagian pembangunan bangsa. Penanganan SDM

sebagai human capital menunjukkan bahwa hasil dari investasi non fisik jauh lebih

tinggi dibandingkan investasi berupa pembangunan fisik.

Investasi tersebut (human capital) dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh tingkat konsumsi yang lebih tinggi di masa yang akan datang. Walaupun

kontroversi mengenai diperlakukannya human resources sebagai human capital

belum terselesaikan, namun beberapa ekonom klasik dan neo-klasik seperti Adam

Smith, Von Threnen, dan Alfred Marshall sependapat bahwa human capital terdiri

dari kecakapan-kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan dan berguna bagi

semua anggota masyarakat. Kecakapan-kecakapan tersebut merupakan kekuatan

utama bagi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan modal manusia diyakini tidak hanya dapat meningkatkan

pembangunan produktivitas dan pertumbuhan, namun juga berperan sentral dalam

mempengaruhi distribusi pendapatan disuatu perekonomian. Dengan demikian,

pembangunan modal manusia berdampak pada pengentasan kemiskinan. Modal

manusia tidak hanya diidentifikasi sebagai kontributor kunci dalam pertumbuhan dan

pengurangan kemiskian, sehingga kurangnya investasi dalam perkembangan ilmu

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pola Adaptasi Sosialrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31455/4/Chapter II.pdf · Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,

pengetahuan (human knowldage) dapat berdampak pada rendahnya kemampuan

masyarakat untuk berkreativitas dan meningkatkan kreativitasnya.

(http://www.Prosiding_diskusi_intellectual_capital_dan_pembangunan.pdf diakses25

mei 2011,pukul13.03wib

Rendahnya kualitas SDM Indonesia diperburuk oleh fakta kemiskinan yang

dihadapi masyarakat indonesia. Masih rendahnya SDM menjadi tantangan dan

kendala yang sangat serius dalam pembangunan di Indonesia, dapat dilihat dari

tingkat pendidikan dan keterampilan yang masih sangat rendah pada masyarakat.

Jika hal ini terus terjadi maka semakin banyak masyarakat miskin di Indonesia.

Dalam hal ini pemerintah maupun masyarakat perlu berupaya dan melakukan

pemberdayaan untuk meningkatkan sumber daya manusia.

)

Sumber daya manusia dapat dikembangkan melalui pembangunan maupun

pelatihan yang diberikan pada masyarakat agar bisa bertahan hidup. Ketika terjadi

bencana alam human capital sangat berperan penting dan besar dalam masyarakat

agar tetap bisa bertahan hidup.

Universitas Sumatera Utara