BAB I1
-
Upload
anastasya-lunasikifa -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of BAB I1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Payudara memegang peranan penting dalam kebiasaan seksual manusia. Setiap manusia pada umumnya memiliki payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi.
1 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
“ Payudara Bengkak “
Ny.E usia 29 tahun datang kepraktek dokter umum dengan keluhan bengkak pada payudara sebelah kanan. Bengkak disertai rasa nyeri dan saat diraba terasa hangat. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak 3 hari yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering meriang beberapa hari ini dan merasakan badannya lemas. Pasien mengaku saat ini sedang menyusui bayinya yang baru berumur 2 bulan. Menurut pengakuan pasie ia lebih sering menyusui anaknya dengan payudara sebelah kiri.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital normal kecualisuhu 39ºC. Pada pemeriksaan payudara tampak hiperemis, adannya inverted nipple, cracked nipple, pada palpasi payudara kanan teraba keras dan panas. Pasien mengaku sejak sakit tidak berani menyusui anaknya karena merasa air susunya tidak aman diberikan untuk anaknya. Bagaimanakah anda menjelaskan seebagai dokter ?
2.2 Terminologi1. Hiperemis : kemerahan 2. Inverted nipple : payudara terbenam adalah putting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar.
3. Cracked nipple : putting lecet merupakan perlukaan pada putting susu yang disebabkan karena trauma pada putting susu saat menyusui.
2.3 Rumusan Masalah 1. Anatomi, fisiologi mamae dan laktasi !2. Mekanisme terjadinya inverted nipple dan cracked nipple ?3. Hubungan riwayat menyusui dengan keluhan diskenario ?4. Apakah berbahaya bila ibu tetap menyusui ?5. Mekanisme terjadinya keluhan pada skenario !6. Cara penegakkan diagnosis pasien diskenario ?7. Diagnosis banding pasien diskenario ?8. Diagnosis pasien diskenario !
2.4 Pembahasan Rumusan Masalah 2.4.1. Anatomi, fisiologi mamae dan laktasi !
a. Anatomi Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
2 | P a g e
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Gambar 1. Anatomi payudara (sumber : www.google.com )
Letak Payudara wanita disebut juga glandula mammaria yang merupakan
alat reprouksi tambahan. Payudara terletak pada sisi sternumdan meluas setinggi antara costa ke dua dan keenam. Payudara teletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensori.
Bentuk Masing masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor ( caudal). Dari jaringnan yang meluas ke ketiak atau axilla ( cauda axillaris spence ).
Ukuran Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung
pda stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain.
Struktur MakroskopisStruktur makroskopis dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Cauda Axillaris : jaringan payudara yang meluas ke arah axiila2. Areola : daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi dan masing masing payudara bergaris tengah kira – kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebigh gelap pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi lebih gelap ada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira – kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberkulum montgomery.
3. Papilla mamae : Terletak dipusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke 4. Papila mammae suatu tonjolan dengan panjang
3 | P a g e
kira – kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigme dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang – lubang berupa ostium papillare kecil –kecil yang merupakan ductus lactifer.ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 2 : kelainan payudara(sumber : www.google.com)
Struktur MikroskopisStruktur mikroskopis dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Alveoli : mengandung sel – sel yang mensekresi air susu. Sertiap alveoli dilapisi oleh sel – sel yang mensekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor – faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel – sel mioepitel yang kadang – kadang di sebut sel keranjang atau sel laba – laba. Apabila sel – sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
4 | P a g e
3. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
4. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
5. Jaringan ikat & lemak : jaringan penunjang & pelindung b. Fisiologi
Fisiologi Payudara ini melibatkan fisiologi laktasi dimana payudara menjalankan perannya sebagai penghasil air susu. Ada 2 faktor yang terlibat dalam fisiologi laktasi, yaitu hormone prolaktin dan hormone oksitosin.Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormone yang disekresi oleh glendula pituitary anterior, penting untuk produksi ASI tetapi walaupun kadar hormone ini di dalam siklus maternal meningkat selama kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun hingga tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin. Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar pat dilewat payudara dan dapat diekstraksi dan penting untuk pembentukan akhir susu. Globulun, lemak, dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberi air susu agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama air susu dilakukan pada malam hari yang biasanya memang demikian sebagai fungsi kontrasepsi.
c.Laktogenesis Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-horman yang berperan adalah :
1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone (FSH)4. Luteinizing hormone (LH)5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
5 | P a g e
6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Laktogenesis IMerupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus.
Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
2. Laktogenesis IIPengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya
kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
6 | P a g e
sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
3. Laktogenesis IIISistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
2.4.2. Mekanisme terjadinya inverted nipple dan cracked nipple ?a. Craked Niple
Terjadinya puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh salah satu atau kedua hal berikut: posisi dan pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusu, atau bayi tidak mengisap dengan baik. Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan belajar dengan sendirinya). Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh pelekatan yang kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di puting (disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting lecet. Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga dapat menyebabkan puting lecet. Rasa sakit yang disebakan oleh pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses menyusui dan bahkan setelahnya. Banyak ibu mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan yang kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa sakit akibat infeksi jamur seringkali
7 | P a g e
digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir tidak pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi jamur. Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan sakit pada puting ¹
. b. Inverted Nipple
Puting datar terjadi akibat pelekatan yang menyebabkan saluran susu lebih pendek ketimbang biasanya. Sebagai tambahan, ia pun menarik puting susu ke dalam (tied nipples). Kondisi ini biasanya merupakan bawaan lahir tapi bisa pula terjadi saat pubertas. Bila dibiarkan tanpa penanganan, puting susu datar memang akan menyulitkan prosesmenyusui kelak. Terutama bila mulut bayi gagal "menangkap" putting susu ibu dengan baik dan benar ²
2.4.3. Hubungan riwayat menyusui dengan keluhan diskenario ?Sebelum kita mengetahui hubungan riwayat dalam scenario kita perlu
mengetahui dulu perubahan perubahan selama siklus kehidupan, terutama pada masa pubertas dan pada saat melahirkan dan karena terjadinya infeksi yang bias seorang ibu mengalami sumbatan pada saat tidak melakukan penyusuan pada bayinya secara baik dan benar.
Perubahan-Perubahan Selama Siklus KehidupanPada masa pubertas, pembesaran payudara terutama karena
bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak. Pada setiap siklus menstruasi, terjadi perubahan-perubahan khusus dari pembesaran vaskular, pembesaran kelenjar pada fase pramenstruasi yang diikuti dengan regresi kelenjar pada fase postmenstruasi.Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara mensekresi kolostrum, cairan encer, kekuningan, sampai kira-kira 3-4 hari postpartum, di mana sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan penyedotan dari bayi.Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar.Pada menopause jaringan kelenjar lambat laun menghilang, sehingga payudara menjadi kecil dan menggantung.
Dari masa perubahan perubahan tersebut bias terjadi proses abnormalitas berupa infeksi maupun trauma yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada duktus laktiferus maupun dari papilla itu sendiri sehingga menyababkan ASI mengalami pembendungan didalam duktus laktiferus sehingga menyebabkan aliran vaskuler dan aliran limfe tersumbat dan menyebabkan pembengkakan. Dari scenario
8 | P a g e
itu juga dijelaskan bahwa papilla ibu mengalami trauma akibat menyusui dan cara dari bayi menyedot susu ibu ttersebut salah sehingga menyebabkan perlukaan dan terjadinya pembendungan.
InfeksiInfeksi – infeksi bacterial sering terjadi pada postpartum semasa
awal laktasi jika organism berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada puting.Organisme yang paling sering menyebabkan infeksi adalah S. aureus atau streptokok.Payudara menjadi merah, panas jika disentuh, membengkak, dan nyeri tekan.Gejala-gejalanya berupa demam tinggi, menggigil, dan malaise.Penanganan berupa pemanasan lokal, antipiretik dan analgesic ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI dan atau memompa, dan terapi antibiotika oral.Jika terjadi abses, pasien perlu masuk kerumah sakit untuk mendapatkan antibiotic intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase.Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemenksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.
TraumaCedera paling sering pada payudara adalah kontusio.Cedera ini
dapat sembuh secara spontan tetapi kadang-kadang mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang terasa keras dan bentuknya tidak teratur dan kadang-kadang menyebabkan retraksi kulit. Oleh karena itu perlu untuk menyingkirkan adanya karsinoma jika terjadi lesi seperti ini.5
2.4.4. Apakah berbahaya bila ibu tetap menyusui ?“Seorang ibu datang dengan keluhan bengkak pada payudara sebelah kanan.
Bengkak disertai dengan rasa nyeri dan saat di raba terasa panas dan badan merasa lemas. Pasien saat ini sedang menyusui bayinya baru berumur 2 bulan. Pasien lebih sering menyusui anaknya dengan payudara sebelah kiri. Pemeriksaan fisik suhu 39oC , payudara hiperemis, adanya inverted niple dan cracked niple. Pasien mengaku tidak berani menyusui ananknya karena merasa air susunya tidak aman di berikan untuk anaknya ?
Dari keluhan yang dialami pasien, kemungkinan besar terjadi infeksi pada payudara sebelah kanan pasien. Akibatnya, payudara akan membengkak dan terasa nyeri. Selain itu, payudara akan berubah warna menjadi kemerahan dan terasa hangat ketika menyentuhnya serta merasa demam dan menggigil. Pada umumnya peradangan ini dapat dialami semua wanita, namun, hal ini lebih sering dialami oleh wanita yang sedang menyusui (laktasi mastitis).
Kondisi ini membuat ibu merasa lelah dan letih sehingga sulit memberikan perawatan kepada bayi Anda, salah satunya dalam hal memberinya ASI.
9 | P a g e
Mayoritas dari ibu yang mengalami laktasi mastitis akan menghentikan proses menyusui. Bukan berarti tidak boleh melakukannya, tetap dapat menyusui karena penyakit ini tidak akan berdampak kepada bayi melainkan akan membantu untuk membersihkan infeksi pada payudara. Rasa sakit dapat muncul ketika menyusui dengan payudara yang terkena penyakit mastitis.
Pada kasus di atas bila payudara penuh dan bengkak, bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.
Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.3
10 | P a g e
2.4.5. Mekanisme terjadinya keluhan pada skenario ! Bengkak
Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis, dan dengan pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun, dapat berkembang menjadi bendungan, dan kedua kondisi ini sering membingungkan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematous. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Nyeri, demam, meriang, lemas, payudara teraba panas dan keras
akumulasi ASI sesaat melahirkan dapat menyebabkan respons
peradangan terlebih lagi jika sudah terjadi infeksi. Sitokin, baik inflamasi
dan antiinflamasi normal ditemukan dalam ASI. Sitokin antiinflamasi dan
faktor-faktor lain diduga merupakan pelindung bayi, tetapi sitokin inflamasi,
seperti interleukin-8 (IL-8), mungkin lebih penting sebagai pelindung
payudara terhadap infeksi. Peningkatan kadar IL-8 ditemukan dalam
payudara selama mastitis, dan merupakan tanda respon inflamasi telah
terjadi. Sebagai bagian dari respons inflamasi, jalur paraseluler, yang
berhubungan erat, dengan sel pensekresi ASI di alveoli payudara terbuka,
sehingga menyebabkan bahan-bahan dari plasma masuk ke dalam ASI,
terutama imunoprotein dan natrium. Pada saat yang sama, peningkatan
tekanan dalam saluran ASI dan alveoli dapat menyebabkan substansi
tersebut kembali masuk ke jaringan sekitar. Sitokin dari ASI dapat
menginduksi respons inflamasi di dalam jaringan sekitar, dan sitokin juga
membantu komponen lain menginduksi reaksi antigen. Inflamasi juga
bertanggung jawab terhadap tanda dan gejala mastitis. Sebagian payudara
sangat nyeri, merah, membengkak, dan keras. Biasanya hanya satu payudara
yang terkena. Wanita sering demam dan merasa tidak sehat.
2.4.6. Cara penegakkan diagnosis pasien diskenario ?
11 | P a g e
1) AnamnesisUntuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis secara umum dilanjutkan anamnesis khusus, meliputi :
a. Keluhan di payudara dan ketiak :
Benjolan di payudara, kecepatan tumbuhnya
Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi
Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak
Puting retraksi, meninggi atau melipat
Perubahan kulit di payudara, borok atau ulserasi
Benjolan dan rasa sakit di ketiak
Edema lengan
b. Riwayat sebelumnya :
Biopsi atau operasi payudara atau tempat lain
Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil KB dan lama
pemakaiannya
c. Riwayat reproduksi :
Usia menarche
Frekuensi menstruasi, lama menstruasi, teratur atau tidak
Jumlah kehamilan, anak, laki-laki atau perempuan, abortus
Riwayat menyusui, lamanya menyusui
Usia menopause, sudah berapa lama menopause
Penting : anamnesis keluarga lengkap
d. Riwayat keluarga :
Sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, Ca rekti,
sarkoma jaringan
lunak)Hubungan keluarga : ibu, adik, kakak, bibi
e. Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan metastase :
Sakit tulang, sakit punggung
Batuk, sesak nafas
Kelelahan umum
2) Pemeriksaan Fisik
12 | P a g e
Sangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan senyaman mungkin, kita jelaskankan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan pemeriksa dan kamar dalam keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis wanita.
a. Inspeksi :
Penderita diminta untuk membuka pakaian sampai ke pinggang. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi penderita duduk menghadap dokter dengan kedua lengan penderita di samping tubuh dan di pinggang.
1) Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau
kontur dari kedua payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak
papilla mammae juga dibandingkan dari kedua payudara. Letaknya
biasanya di SIC 4 atau 5 pada linea mid klavikularis untuk penderita
pria atau wanita muda. Karena faktor usia atau bila sudah terdapat
banyak lemak atau kelenjar susu maka posisi puting menjadi sangat
bervariasi.
2) Dilihat adakah nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang
dapat merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat
bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya, warnanya.
3) Adakah perubahan warna ? Perubahan warna kemerahan menunjukan
adanya peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh
inflamasi. Dapat juga disebabkan keganasan terutama bila segmen atas
ditemukan dilatasi dari vena.
4) Adakah luka/borok. Erosi pada aerola atau puting payudara biasanya
akan tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan
terlihat kulit yang mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan
kulit biasanya melibatkan kedua sisi sedangkan pada keganasan atau
Paget’s disease biasanya hanya satu sisi.
5) Adakah bengkak pada kulit ? Bengkak yang disebabkan karena infeksi
dan sumbatan saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk
yang berbeda. Sumbatan karena mekanis atau limfedema akan
memberikan gambaran peau d’orange atau orange peel atau pig skin.
13 | P a g e
Biasanya karena adanya infiltrasi keganasan pada limfonodi atau jalur
limfenya.
6) Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Dimpling ini bila ada akan
sangat mudah terlihat dan merupakan petunjuk ke arah keganasan,
walaupun dapat juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca
operasi atau bekas infeksi sebelumnya. Keadaan ini mungkin baru
akan nampak bila penderita mengangkat tangannya di atas kepala.
Cara yang lain dengan membungkukkan pasien di pinggang, dagu dan
bahu mengarah ke depan. Adanya lekukan, tarikan atau kulit yang
tidak rata akan segera terlihat.
7) Adakah nipple discharge atau keluar cairan dari papilla mammae yang
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada saat palpasi. Retraksi
dari papilla mammae mungkin merupakan pertumbuhan tumor ganas
yang telah menginfiltrasi duktus laktiferus yang menjadi retraksi dan
fibrosis. Tapi juga perlu diingat bahwa retraksi dapat terjadi secara
kongenital, biasanya bilateral. Inspeksi juga dilakukan dalam posisi penderita duduk dengan lengan di pinggang dan dengan lengan diangkat di atas kepala. Pada saat lengan diangkat ke atas kepala, kita berusaha mencari adanya fiksasi kulit atau puting pada kelenjar payudara atau adanya distorsi bentuk payudara karena adanya massa dan fiksasi. Axila juga diinspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan akibat pembesaran limfonodi karena tumor atau karena infeksi, ditandai dengan adanya perubahan warna kemerahan.
Gambar 3.Lengan di samping tubuh
14 | P a g e
Gambar 4.Lengan di atas kepala
Gambar 5.Lengan di pinggang
Gambar 6. Sedikit membungkuk ke depan
Manuver kontraksi muskulus pektoralisDigunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan muskulus
pektoralis. Dilakukan dengan cara penderita duduk dengan tangan
15 | P a g e
diletakkan di pinggang dan tangan menekan pinggang, sehingga muskulus pektoralis akan berkontraksi. Bila pada payudara terdapat benjolan atau ada area yang terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas.
Manuver ini juga dapat untuk membedakan apakah benjolan pada payudara tersebut terfiksasi atau dapat bergerak (mobile). Massa yang terfiksasi akan lebih sulit untuk digerakkan pada saat muskulus pektoralis dikontraksikan. Setelah dilakukan inspeksi pada seluruh payudara, aksila dan supraklavikula, kemudian kita lakukan palpasi.
b) Palpasi
Perlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi.
Ini memerlukan waktu dan pengalaman. Kelenjar susu yang
berlobulasi dapat disalahpersepsikan sebagai massa. Lemak subkutan
juga menyebabkan perbedaan hasil dari palpasi payudara. Juga perlu
diingat menjelang menstruasi dan saat hamil payudara menjadi
membengkak, berlobus dan lebih sensitif. Setelah menstruasi,
payudara akan mengecil & lebih lembek. Pada saat kehamilan,
payudara menjadi besar dan keras dengan lobulasi yang jelas sehingga
menyulitkan palpasi tumor. Bila penderita mengeluh terdapat benjolan
pada salah satu payudara, tetap lakukan seluruh prosedur pemeriksaan
dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat terlebih dahulu agar tidak
terlewat bila ada kelainan yang lain. Prosedur yang direkomendasikan
yaitu pemeriksaan dimulai dari lateral atas dari tiap payudara,
melingkar searah jarum jam ke arah dalam sampai ke tengah,
dilakukan dengan tekanan yang ringan.
16 | P a g e
Gambar 7. Palpasi payudara pada posisi berbaring
Palpasi harus dilakukan pada dua posisi, yaitu pada saat penderita duduk dan terlentang. Pada saat terlentang bahu dinaikkan sedikit dengan mengganjal punggung atas dengan bantal. Pemeriksaan dilakukan dengan lembut menggunakan seluruh jari mendatar pada satu tangan. Akan membantu bila pada saat memeriksa bagian medial tangan diletakkan di belakang kepala, bila memeriksa bagian lateral tangan penderita diletakkan di samping badan. Pada saat penderita duduk, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan payudara di antara kedua tangan pemeriksa. Teknik ini sangat mungkin untuk mendeteksi lesi pada subareola atau daerah puting, karena duktus laktiferus akan berkumpul di sekitar puting. Bila terdapat massa di bawah puting kemungkinan tidak akan teraba bila penderita berbaring. Saat penderita duduk, payudara diletakkan di antara kedua tangan maka massa di bawah putting sangat mungkin teraba. Untuk menentukan massa pada payudara mobile atau terfiksasi, dinilai menggunakan satu tangan. Satu tangan menekan massa perlahan-lahan, bila massa dapat digerakkan atau berkapsul maka massa akan menggelincir menjauh dan menghilang, bila tekanan dihilangkan maka massa akan kembali.
17 | P a g e
Gambar 8. Palpasi untuk menentukan massa mobile atau terfiksasi
Gambar 9. Pemeriksaan payudara dengan posisi penderita telentang, tangan penderitadiletakkan agak terentang di samping badan
Bila pemeriksa mencurigai adanya discharge dari puting, maka cara untuk menemukannya adalah dengan melakukan pijatan pada payudara ke arah puting secara lembut. Dengan demikian bila ada discharge akan dapat diketahui dan dari duktus mana discharge tersebut berasal. Bila ditemukan suatu discharge yang hemoragis maka perlu dilakukan pemeriksaan sitologis dengan menampungnya pada preparat dan difiksasi.
Gambar 10. Pijatan pada papilla mammae bila menemukan discharge
Daerah aksila dan supraklavikula diperiksa bergantian dengan penderita pada posisi duduk. Pada pemeriksaan aksila sangat penting untuk untuk melemaskan fasia aksilaris. Untuk dapat melakukan ini maka lengan penderita harus ditahan/ disangga dengan tangan pemeriksa. Dilakukan palpasi dari bagian lateral atas thoraks sampai dengan apeks dari aksila. Semakin hati-hati pemeriksa, maka semakin banyak informasi yang didapat. Untuk pemeriksaan payudara pada penderita dengan obesitas hasilnya kurang dapat dipercaya.
18 | P a g e
Gambar 11. Pemeriksaan kelenjar aksila dengan menahan lengan penderita
Pemeriksaan limfonodi supraklavikularis sangat tepat bila dilakukan dengan pemeriksa berdiri di belakang penderita. Berapa banyak benjolan dan konsistensinya harus dicatat. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah pembesaran kelenjar ini disebabkan oleh tumor atau infeksi.
Gambar 12. Pemeriksaan limfonodi supraklavikularis dari belakang penderita
2.4.7. Diagnosis banding pasien diskenario ?1) Mastitis
19 | P a g e
Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui sisura pada putting7
Tanda dan gejala : Payudara terasa nyeri Teraba keras dan tampak memerah Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah-pecah Badan terasa demam seperti hendak flu
2) Abses payudaraPenyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan), karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu5
Tanda dan gejala :
Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar
cairan nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus dan spesies streptokokus.
Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak
nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / ‘empuk sensasi rasa panas pada area yang terkena Demam dan kedinginan, menggigil Rasa sakit secara keseluruhan Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller,
parasternalis, dan subclavia.6
3) Karrsinoma mamae Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita, walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000.Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
20 | P a g e
yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.6
Tanda dan gejala :
terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model parasternal; terdapat nodul supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh; serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi
kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
4) kosta sarcoma filodes Kista sarcoma filodes (tumor filodes) adalah fibroadenoma yang tumbuh meliputi seluruh mammae.Tumor filodes juga merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup (invasive) secara lokal dan dapat menjadi ganas (10-15%) dan (80-95%) jinak.Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.Tumor ini timbul biasanya pada umur 35-40tahun, Tumor filodes ini dapat berukuran kecil sekitar 3-4 cm, dan dapat pula dalam ukuran yang sangat besar dan membuat payudara menjadi besar (bengkak)6
Tanda dan gejala : Kulit di atas tumor mengkIiap, regang, tipis, merah dan pembuluh-
pembuluh balik melebar & panas. Jarang terjadi mestastasis (pembesaran kelenjar regional) hal ini yang
menjadi petunjuk untuk membedakan tumor ini dari kanker karena jarang sekali kita menemukan kanker payudara dengan ukuran diameter 10 – 15 cm yang tidak bermestastasis dan menginfiltrasi kulit atau toraks.
Tumor tumbuh cepat, nekrosis dan radang pada kulit Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tajam dan biasanya
bergerak secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm
21 | P a g e
2.4.8. Diagnosis pasien diskenario !a. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak
disertai. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis
Laktasional/Mastitis Puerperalis”. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila
tidak diberi tindakan yang adekuat.
Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu
setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting
susu lecet atau luka.
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada
primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum
semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan
payudara melalui sisura pada putting.
Abses payudara(pengumpulan nanah local di dalam payudara) merupakan
komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang
berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.Selain itu, menurut penelitian
mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV melalui menyusui.
b. Epidemiologi
1. Insiden
Mastitis terjadi pada semua populasi,dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui.Insiden ini sangat bervariasi,dari sedikit sampai 33% wanita
menyusui,tetapi biasanya di bawah 10%.
2. Mula timbul
Mastitis paling sering timbul pada minggu kedua dan ketiga pasca
kelahiran.Dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai
95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.Namun mastitis dapat terjadi
pada setiap tahap laktasi,termasuk pada tahun kedua8
c. Etiologi
22 | P a g e
Penyebabnya adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya
merupakan penyebab primer,yang dapat disertai atau berkembang menuju
infeksi. Menurut “Gunther”,mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam
payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut.Selain itu infeksi bila terjadi bukanlah primer, tetapi diakibatkan oleh
stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri
Menurut “Thomson dkk.” Menghasilkan bukti tentang pentingnya statis
ASI,meraka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudar dengan
tanda klinis mastitis dan menghitung klasifikasi sbb:
- Stasis ASI
Terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara.Hal ini terjadi bila payudara terbendung segera setelah
melahirkan,atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI.Selain itu
kenyutan bayi yang buruk pada payudara,pengisapan yang tidak
efektif,pembatasan frekuensi atau durasi menyusui,sumbatan pada saluran
ASI,suplay ASI yang sangat berlebihan,menyusui untuk anak kembar dua
atau lebih.
Bendungan payudara menurut “Nelson tahun 1753” hal ini tidak
dapat terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir.Sehingga stasis ASI
terhindarkan.Sedangkan menurut “Naish tahun 1948” pentingnya
pengeluaran ASI yang segara pada tahap awal mastitis atau kongesti untuk
mencegah perkembangan penyakit dan pembentukan abses.
- Inflamasi noninfeksiosa (mastitis noninfeksiosa)
- Mastitis infeksiosa
- Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukanpada mastitis dan abses payudara
adalah organisme koagulase-positif, Staphylococcus aureus dan Stap.
Albus, Escherichiacioli, Streptococcus kadang-kadang ditemukan.
23 | P a g e
Mereka menemukan bahwa stasis ASI(leokosit <106 dan bakteri
<103) membaik hanya dengan terus menyusui.Mastitis Noninfeksiosa
(leokosit >106 dan bakteri <103) membutuhkan tindakan pemerasan
ASIsetelah menyusui.Mastitis Infeksiosa (leokosit >106 dan bakteri >103)
hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan antibiotika
sistemik.
Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,mastitis noninfeksiosa sering
berkembang menjadi mastitis infeksiosa,dan mastitis infeksiosa menjad
pembentukan abses8
d. Factor predisposisi
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita
dibawah usia 21 tahun dan di atas 35 tahun
2. Paritas
Primipara ditemukan sebagai factor resiko
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang
4. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis
5. Gizi
Misalnya asupan garam dan lemak yang tinggi,anemia,gizi buruk
6. Faktor Kekebalan dalam ASI
Faktor ini dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.Tetapi
menurut studi di Gambia menyatakan bahwa kadar factor ini rendah,
pertahanan ini rendah ,pertahanan efektif dapat berkurang,dan resiko
mastitis berulang meningkat
7. Stres dan kelelahan
Misalnya wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan
ingin istirahat,tetapi tidak jela apakah kelelahan dapat menyebabkan
keadaan ini atau tidak
8. Pekerjaan di luar rumah
24 | P a g e
Misalnya seorang ibu bekerja paruh waktu,lalu interval menyusui yang
panjang dan kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat
9. Faktor local dalam payudara
Misalnya jenis kulit,reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, pemajanan
terhadap suhu dingin tidak Nampak mempengaruhi insiden mastitis
10. Trauma
Misalnya kekerasan dalam rumah tangga,yang dialami banyak wanita di
masyarakat,dan sering terjadi selama laktasi
e. Tanda Dan Gejala
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras dan tampak memerah
3. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah
4. Badan terasa demam seperti hendak flu
f. Patologi Dan Gambaran Klinis
1. Bendungan
Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan
jaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran susu
terhambat,terjadi tekanan pada saluran ASI dan alveoli
meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematous
2. Sumbatan saluran payudara
Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi akibat
pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara
3. Mastitis Noninfeksiosa
Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon inflamasi
pada jalur para seluler yang berhubungan erat dengan sel pensekresi ASI
di alveoli payudara
4. Faktor Imun dalamASI
Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam ASI,sehingga
pertahanan yang efektif berkurang
5. Mastitis Infeksiosa
25 | P a g e
Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor imun dalam
ASI dan oleh respon inflamasi kalah.
6. Mastitis Subklinis
Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam
ASI,dan peningkatan konsentrasi interleukin.Peningkatan tersebut dapat
menunjukkan bahwa sedang terjadi respon inflamasi,walaupun tidak ada
tanda klinis
7. Abses Payudara
Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi lain,melokalisasi infeksi
dengan membentuk sawar jarinagn granulasi yang
mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi kapsul abses,yang terisi dengan
pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri dengan
kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak segara ditangani
benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan perubahan warna kulit
dan nekrosis8
g. Penatalaksanaan
1. Sumbatan Payudara
- Pastikan posisi bayi dan kenyutan baik
- Jelaskan perlunya menghindari factor yang dapat menyumbat aliran
ASI,misalnya pakaian ketat dll.
-Mendorong ibu untuk menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa batasan
-Menyarankan ibu menggunakan panas basah,mis: kompres hangan atau
pancuran hangat
2. Mastitis
-Konseling suportif
-Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui
yang aman untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena
tidak akan memhahayakan bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun
fungsinya
- Pengeluaran ASI yang efektif
26 | P a g e
- Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara
-Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa
batasan
- Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai
menyusui dapat dimulai lagi
- Terapi antibiotika
Terapi ini diindikasikan pada:
o Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
o Gejala berat sejak awal
o Terlihat putting pecah-pecah
o Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
o Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
o Pengobatan simtomatik
o Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)
o Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
o Penggunaan kompres hangat pada payudara
o Yakinkan ibu untuk cukup cairan
o Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan
diit,pengobatan herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin
3. Abses Payudara
- Terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan penyaliran)
- Dukungan untuk menyusui
27 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari hasil diskusi kelompok kami, kami mengambil diagnosis kasus pasien diskenario adalah mastitis karena dilihat dari tanda, gejala dan pemeriksaan fisik pada skenario. Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah atau infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui sisura pada putting.
28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Hal 102-105
2. Varney, Halen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC3. IDAI, 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI4. Inch S, Xylander S. 2000. Health Organization .Mastitis : causes and management.
Newyork : World
5. Price, Sylvia A. Lorraine M.Wilson. 2013. Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit. Jakarta. EGC hlm 1125.
6. Grace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga.Jakarta:Erlangga.
7. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.8. Wiknjosastro, Hanifa, SpoG. Prof. dr. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
29 | P a g e