BAB I1 Obstet

33
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Induksi persalinan adalah semua usaha memulai kontraksi uterus sebelum kejadian persalinan spontan sebagai fasilitas persalinan pervaginam. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa induksi persalinan adalah cara menimbulkan kontraksi uterus sebelum tanda dan gejala persalinan terjadi. Persalinan adalah sebuah proses dimana terjadi perpindahan bayi dari lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. Pada kondisi normal proses kehamilan akan diakhiri dengan proses persalinan, kehamilan mempunyai batas waktu tersendiri yang ditentukan oleh kemampuan uterus untuk meregang, perubahan hormon progesteron yang

description

obstetri

Transcript of BAB I1 Obstet

16

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangInduksi persalinan adalah semua usaha memulai kontraksi uterus sebelum kejadian persalinan spontan sebagai fasilitas persalinan pervaginam. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa induksi persalinan adalah cara menimbulkan kontraksi uterus sebelum tanda dan gejala persalinan terjadi. Persalinan adalah sebuah proses dimana terjadi perpindahan bayi dari lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. Pada kondisi normal proses kehamilan akan diakhiri dengan proses persalinan, kehamilan mempunyai batas waktu tersendiri yang ditentukan oleh kemampuan uterus untuk meregang, perubahan hormon progesteron yang menurun, peningkatan produksi hormon oksitosin, dan peningkatan hormon prostaglandin.Angka induksi persalinan bervariasi berdasarkan lokasi dan institusi, namun dari data data yang ada menunjukkan peningkatan. Dalam dua decade terakhir, angka induksi persalinan di Amerika Serikat telah bertambah dua kali lipat dari sebelumnya, dengan lebih dari 22% dari semua wanita hamil menjalani induksi persalinan. Induksi persalinan sebaiknya dipertimbangkan ketika keuntungan bagi ibu dan bayi yang diberikan melebihi dari kerugian yang mungkin terjadi. Masalah ini harus didiskusikan dengan sang ibu sebelum dimulainya induksi persalinan.1

Terdapat banyak situasi obstetri dimana membutuhkan induksi persalinan dimana kondisi serviks yang belum tipis dan kurang mendukung. Penipisan dan pelebaran serviks adalah sebuah proses dimana serviks melunak, membuka dan menipis. Serviks yang belum matang secara umum dikatakan apabila belum lunak, membuka kurang dari 2 cm dan menipis kurang dari 50%. Jika tindakan membuka selaput ketuban secara sengaja saat pembukaan masih kurang dari 4 cm, kemungkinan akan terjadi kegagalan induksi, peningkatan resiko infeksi dan meningkatnya angka seksio sesaria Dari sekian banyak obat farmakologis yang digunakan untuk induksi, oksitosin dan prostaglandin adalah yang paling sering. Beberapa studi memperlihatkan bahwa drip oksitosin yang kontinyu sebenarnya kurang efektif, khususnya ketika kondisi serviks yang belum matang, dimana dapat menyebabkan kegagalan induksi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Fisiologi Persalianan Faktor pencetus timbulnya persalinan masih belum diketahui sampai saat ini. Perubahan hormon yang bekerja saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang diduga menimbulkan dimulainya persalinan. Kadar hormon estrogen meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Hal tersebut berakibat meningkatnya aktivitas miometrium dan mematangkan serviks. Estrogen juga mempunyai peran dalam produksi dan penyimpanan prostaglandin didalam desidua diantara membran dan dinding uterus. Prostaglandin bekerja meningkatkan aktivitas uterus dan pematangan serviks. Prostaglandin meningkatkan efek oksitosin. Oksitosin tidak memuncak pada saat persalinan, tetapi pelepasan prostaglandin pada permulaan persalinan memungkinkan oksitosin bereaksi. Oksitosin meningkatkan kerja sel otot polos dan memperlambat konduksi aktivitas elektrik sehingga mendorong serat-serat otot berkontraksi. Prostaglandin memperkuat efek oksitosin, menimbulkan kontraksi menjadi lebih sering dan lebih kuat. Ketika miometrium berkontraksi, kontraksi tersebut menghasilkan tekanan pada dinding uterus. Tekanan tersebut ditransmisikan ke serviks. Jik serviks telah teregang, bentuk serviks akan berubah.Kemajuan persalianan tergantung pada interaksi dari tiga variable yaitu power(tenaga), passage (jalan lahir), passenger (janin). Kontraksi uterus akibat peningkatan aktivitas oksitosin menimbulkan power (tenaga) yang baik untuk persalinan.3

2.2. Definisi Induksi PersalinanInduksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medis, untuk merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.2.3. Tujuan Induksi Persalinan Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu.2.4. Indikasi induksi persalinan Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih ( > 9 bulan). Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan. Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.Indikasi induksi persalinan berdasarkan tingkat kebutuhan penanganan, antara lain:a. Indikasi darurat Hipertensi gestasional yang berat Insufisiensi plasenta, perdarahan antepartum, Diduga komplikasi janin yang akut Penyakit maternal yang bermakna dan tidak respon dengan pengobatan

oligohidramnion, korioamnionitis, pertumbuhan janin terhambat (PJT) intrauterine fetal death (IUFD) yang beratb. Indikasi segera (Urgent) KPD saat aterm atau dekat aterm DM yang tidak terkontrolc. Indikasi tidak segera ( Non urgent ) Kehamilan post-term DM terkontrol baik Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya2.5. Kontra indikasi induksi persalinan Diantaranya didasarkan pada kondisi ibu dan janin :a. Kontra indikasi menurut ibu Riwayat trauma pada uterus, abnormalitas dari (uterus vagina atau panggul), adanya plasenta previa, adanya herpes type II dalam traktus genitalia, grandemultipara, gamelli, polihidramnion, adanya karsinoma serviks, riwayat sectio caesar.

b. Kontra indikasi berdasarkan faktor janin Malpresentasi atau kelainan letak, gawat janin, berat badan bayi rendah.2.6. Risiko Melakukan Induksi Persalinan Risiko induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah: Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi caesar. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal. Emboli meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu. 2.7. Syarat Induksi Persalinan Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi dibawah ini, yaitu:1. Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks mengarah ke depan.2. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).3. Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya berhasil diinduksi dengan hanya menggunakan induksi. Jika kondisi serviks tidak baik (skor 24 jam), perdarahan ringan, perdarahan post partum (resiko relatif 2 kali dibandingkan dengan tanpa induksi persalinan), hiperbilirubinemia neonatus (bilirubin > 250 mol/l)5).Stimulasi putting susuUntuk stimulasi payudara gunakan pedoman CST dan pantau DJJ denganauskultasi atau pemantauan janin dengan cardiotografi. Observasi adanya hiperstimulasi pada uterus.

BAB 3

KESIMPULANInduksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medis, untuk merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.Persalinan adalah sebuah proses dimana terjadi perpindahan bayi dari lingkungan intrauterine ke ekstrauterin. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. Pada kondisi normal proses kehamilan akan diakhiri dengan proses persalinan, kehamilan mempunyai batas waktu tersendiri yang ditentukan oleh kemampuan uterus untuk meregang, perubahan hormon progesteron yang menurun, peningkatan produksi hormon oksitosin, dan peningkatan hormon prostaglandin.Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya, kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan zat prostaglandin yang berfungsi sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi.a. Secara kimia atau farmakologis Prostaglandin E2 (PGE2) Prostaglandin E1 (PGE1) Donor nitrit oksida Pemberian oksitosin 20

b. Secara mekanis atau tindakan Kateter Transservikal (Kateter Foley) Batang Laminaria Stripping membrane Amniotomi Stimulasi putting susu

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar R, Sinopsis Obstetri Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002.2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), Jakarta, Depkes RI : 2010.3. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009.4. Ronald S, dkk, Danforts Obstetrics and Gynecology 10th Edition, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, 20085. Guyton A, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997