BAB I1 metode kuadrat.docx

33
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig- Smith, 1983). Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah

Transcript of BAB I1 metode kuadrat.docx

Page 1: BAB I1 metode kuadrat.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur

struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.

Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi

untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.

Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan

komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat

digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-

tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2)

Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah

suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan

pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.

Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random

sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen,

misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan

penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan

“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah

contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk

vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan

contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini

dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa

komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu

Page 2: BAB I1 metode kuadrat.docx

suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan

individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama

dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis

tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan

contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari

jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Soemarto, 2001).

Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu

luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara

keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).

1. Rumusan masalah

Bagaimana kesuburan jenis individu tertentu di Coban Rondo dalam

perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungan?

Bagaimana rhytmis dalam kehidupan tumbuhan tertentu disana terkait

dengan musim?

Vegetasi atau tumbuhan apa saja yang mendominasi pada praktikum

kemarin?

Apakah jenis tumbuhan yang mendominasi suatu vegetasi pada praktikum

kemarin ?

o Bagaimana bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi dengan

menggunakan metode kuadrat dan metode garis.

o Bagaimana menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan

frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan

metode garis.

Bagaimana menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi,

dan frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa

plot)

Page 3: BAB I1 metode kuadrat.docx

1. Tujuan

o Untuk mengetahui rhytmis di dalam suatu kehidupan tumbuhan

tergantung dari musim ( karena setiap tumbuhan berbeda dalam

setiap musimnya).

o Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tumbuhan dalam

perkembangannya, sebagai reaksi terhadap lingkungan.

o Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi

dalam sebuah vegetasi.

o Untuk mengetahui jenis-jenis pohon dan hutan yang ada di Coban

Rondo.

o Untuk mengetahui bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi

dengan menggunakan metode kuadrat dan metode garis.

o Untuk dapat menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan

frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan

metode garis.

Untuk menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi, dan

frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa

plot)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi

2.1.1 Vitalitas

Page 4: BAB I1 metode kuadrat.docx

Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi yang

hidup

diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan tumbuhan

tahunan.

Tumbuhan musiman, segera akan tumbuh apabila hujan turun umumnya relatif

pendek, tetapi bijinya tahan lama. Sedangkan untuk tumbuhan menahun dengan

ciri-cirinya:

Berdaun kecil dan berdaun lebar

Terdiri dari kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, dan tumbuhan

tua.

Ada yang terdiri dari bunga, buah, dan biji.

Vitalitas bertujuan untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis

tanaman dalam perkembangannya, sebagai reaksi dengan lingkungan. Hal ini

dapat di lakukan

dengan lengkap tidaknya siklus hidup dari spesies tadi di dalam vegetasi. Salah

satu cara dalam menggambarkan vitalitas ini adalah memperhatikan empat

keadaan

sehubungan dengan siklus hidupnya, yaitu: adanya kecambah, adanya tumbuhan

muda, adanya tumbuhan dewasa, dan adanya tumbuhan tua. (Harun, 1993)

2.1.2 Perioditas

Perioditas ini menyatakan keadaan“Rhytmis” di dalam suatu kehidupan

tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan keadaan adanya daun, buah, bunga

dan biji (Rahardjanto, 2004).

2.1.3 Stratifikasi

Page 5: BAB I1 metode kuadrat.docx

Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh

keadaan bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai

sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995)

2.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan

Untuk memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk

menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan

tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anwar,1995)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah

adalah

1. Iklim

Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi

keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan

sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi

jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.

2. Keragaman Habitat

Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang

keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.

3. Ukuran

Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan

dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif.

Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka

daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).

Page 6: BAB I1 metode kuadrat.docx

2.3 Metode Kuadrat dan Metode Garis

2.3.1 Metode Kuadrat

Bentuk Cuplikan

Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas

tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan

luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap

bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan

terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel

kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies

yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).

Sistim analisis

1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis

tumbuhan didalam area cuplikan. Pada beberapa keadaan kesulitan dalam

melakukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara

pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.

2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan.

Apabila dalam menentukan kerapatan di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan,

maka untuk perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.

3. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan di jumpai

dlam sejumlah area cuplikan (n) di bandingkan dengan seluruh atau total

area cuplikan yang dibuat (N) biasa dalam persen (%).

Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau

lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai

Page 7: BAB I1 metode kuadrat.docx

dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis

yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel

kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan

demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan

dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas

(Michael, 1994).

Tabel skala nilai kelas kerapatan dan kerimbunan (dominansi) menurut Misra dan

Puri (1954), Braun Blanquet (1932).

Kelas Kerapatan Kerimbunan 5 Rapat sekali (dominan): tumbuhan sangat banyak

dan selalu terlihat disekeliling plot. Menutupi 100% - 76% luas plot 4 Rapat

(kodominan): terdapat dua atau lebih spesies yang dominan. Menutupi 75% -

51% luas plot 3 Agak jarang: tumbuhan masih terlihat dari tengah plot. Menutupi

50% - 26% luas plot

2 Sedikit: dapat dicrai sambil berjalan tanpa mengganggu tumbuhan lain.

Menutupi 25% - 0,5% luas plot 1 Sangat jarang: hanya dapat ditemukan dengan

jalan mencari diantara tumbuhan lain. Menutupi < 0,5% luas plot. Keragaman

spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah

tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh

spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks

keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas

adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah

bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-

Page 8: BAB I1 metode kuadrat.docx

jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Muller (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Danserau - Dombois, 1974)l.Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.

3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara,1998).

2.3.2 Metode Garis

Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan metode garis untuk

menganalisis vegetasi. Panjang sample berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat

lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan berupa

garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh kekompleksitasan dari hutan

tersebut

Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan

berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada

Page 9: BAB I1 metode kuadrat.docx

kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka

garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis

yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar,

garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada

vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,

1990).

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai

penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan

dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan

ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan

dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat

oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis

yang disebar (Rohman, 2001).

2.4 Metode Tanpa Plot (Intersepsi Titik)

Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan

menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis

hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau

yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini

variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi

(Rohman, 2001).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan

demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh

sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama

Page 10: BAB I1 metode kuadrat.docx

suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah

sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa plot) merupakan

analisa vegetasi yang mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area

sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga

sering juga metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan

luas area tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh

nilai penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.

Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks

lainnya.

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1

3.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum, dan Penyebaran Percontoh

3.2.1 Alat dan Bahan semula

Pasak ukuran 1 meter @ 12 buah

Tali raffia

Alat tulis

Kertas millimeter blok

3.2.3 Cara Kerja

Page 11: BAB I1 metode kuadrat.docx

a. menentukan luas minimum

Menyiapkan empat pasak dan talia raffia, mengikat tali raffia pada tiap pasak

sehingga membentuk bujur sangkar dengan ukuran (5x5) m2. Mencatat semua

jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.

Memperluas kuadrat yang telah dibuat 2x semula menjadi (5X10) m2.

Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang telah

diperluas lagi.

Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu menjadi (10x10)

m2, (20x20) m2,... dan seterusnya sampai tidak ada penambahan jenis

tumbuhan baru.

Membuat grafik luas minimum.

2. Penentuan jumlah minimum

Menyebarkan secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1 meter, mencatat jumlah

jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tadi.

Menyebarkan lagi tiga kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-

masing 1x1 m, dan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.

Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai 5 kali pengamatan masing-

masing membuat 3 kuadrat.

Menyusun seri kuadrat tadi berdasarkan jumlah jenis dari jumlah sedikit ke

jumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dulu diambil.

Membuat grafik jumlah minimum.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1 Vitalitas, Perioditas, dan Stratifikasi

Page 12: BAB I1 metode kuadrat.docx

Tabel1. Vitalitas

No Nama Pohon Kelengkapan (ada/tidak tumbuhan muda,tua dan dewasa)

1 Cemara _

2 Pinus _

3 Pohon A Tumbuhan muda

4 Pohon B _

5 Pohon C _

Tabel 2. Perioditas

No Nama Pohon Daun Bunga Buah Biji

1 Cemara √ - - -

2 Pinus √ √ - -

3 Pohon A √ - - -

4 Pohon B √ - - -

5 Pohon C √ - - -

Tabel 3. Stratifikasi

No Nama Pohon Tinggi Pohon (cm)

Dbh (cm)

Semai Pancang Tiang Pohon

1 Cemara 250 10 √

2 Pinus 700 13 √

3 Pohon A 157 2 √

4 Pohon B 3000 124 √

5 Pohon C 650 15 √

Page 13: BAB I1 metode kuadrat.docx

4.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan

Table luas minimum

no Nama spesies Luas plot

1x1 2x2 3x3 4x4 5x5

1 Cemara √ √ √ √ √

2 Pinus √ √ √ √ √

3 Pohon A √ √ √ √ √

4 Pohon B √ √ √ √ √

5 Pohon C √ √ √ √ √

Table jumlah minimum

No Seri 1 Seri 2 Seri 3

P1 P2 P3 pi P2 P3 P1 P2

1 Rumput teki √ √ √ √ √ √ √ √

2 Kelincir √ √ √ √ √

3 Ilalang √ √ √ √ √

4 Tumbuhan A √ √ √ √ √

5 Tumbuhan B √ √ √ √ √

Jumlah total 3 2 5 3 3 4 5 3

4.3. Pengamatan Metode Garis

Garis ke-1

Page 14: BAB I1 metode kuadrat.docx

No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑

1 Rumput teki 2 12 5 30 3 18 1 6 2 12 13

2 Klencir 9 36 3 12 5 20 2 8 3 12 22

Garis ke-2

No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑

1 Rumput teki 20 60 3 18 5 30 8 48 2 12 38

2 Klencir 10 40 2 8 4 16 2 8 3 12 21

Garis ke-3

No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑

1 Rumput teki 15 60 5 30 3 18 1 6 4 24 28

2 Klencir 7 28 6 24 2 8 - - 3 12 16

Garis ke-4

No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑

Rumput teki 20 120 1 6 8 48 3 18 10 60 42

Klencir 7 28 3 12 5 20 2 8 2 8 19

Garis ke-5

No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV

Page 15: BAB I1 metode kuadrat.docx

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑

Rumput teki 21 126 7 42 3 18 5 30 6 36 42

Klencir 8 32 5 20 2 8 2 8 3 12 20

Tabel NP (Nilai Penting)

No Jenis Tumbuhan NP%

1 Rumput teki 0,0026

2 Klencir 0,00236

4.4 Pengamatan metode Kuadrat

No Spesies Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot5 Total

∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov

1 Rumput teki 9 36 12 48 41 164 10 40 9 36 81 324

2 Tnm klencir 50 200 60 240 55 220 40 160 45 180 250 1000

3 Ilalang 30 120 40 160 7 28 20 80 15 60 112 448

4 Urang aring 22 88 4 16 11 44 11 44 13 52 61 244

5 P. Elephanus 19 76 70 280 9 36 43 172 54 216 195 975

Tabel.I.I NP ( Nilai Penting)

No Jenis Tumbuhan NP%

1 Rumput teki 9,606

2 Tanaman klencir 29,649

3 Ilalang 13,282

4 Urang aring 7,234

5 Pseudo elephanus 23,126

Page 16: BAB I1 metode kuadrat.docx

BAB V

PERHITUNGAN

4.1 Perhitungan Metode Garis

Kabs rumput teki = 150 : 50 = 3

Kabs Kelincir = 98 : 50 = 1.96

Dabs rumput teki = 888 : 1315 = 0.68

Dabs kelincir = 427 : 1315 = 0.325

Fabs rumput teki = 25 : 25 = 1

Fabs kelincir = 24 : 25 = 0.96

Page 17: BAB I1 metode kuadrat.docx

Krelatif rumput teki = 3 : 5.22 = 0.57

Krelatif kelincir = 1.96 : 5.22 = 0.37

Drelatif rumput teki = 0.68 : 1.005 = 0.67

Drelatif kelincir = 0.325 : 1.005 = 0.32

Frelatif rumput teki = 1 : 1.96= 0.51

Frelatif kelincir = 0.96 : 1.96 = 0.49

NP = Kr +Dr+Fr

NP A (Rumput teki) = Kr A+DrA+FrA

Page 18: BAB I1 metode kuadrat.docx

= 0.57+0.67+0.51 = 1.75

NP B (Kelincir) = Kr B +Dr B +Fr B

= 0.37+0.32+0.49 = 1.18

4.2. Perhitungan metode kuadrat

Dabs rumput teki = 81: 50 = 1.62

Dabs kelincir = 250 : 50 = 5

Dabs ilalang = 112 : 50 = 2.24

Dabs urang- arring = 61 : 50 = 1.22

Dabs p. elephanus = 195 : 50 = 3.9

Fabs rumput teki = 5 : 5 = 1

Fabs kelincir = 5 : 5 = 1

Fabs ilalang = 5 : 5 = 1

Fabs urang-aring = 5 : 5 = 1

Fabs p.elephanus = 5 : 5 = 1

Jumlah total semua jenis = 1.62 + 5 + 2.24 + 1.22 + 3.9

Page 19: BAB I1 metode kuadrat.docx

= 13.98

Jumlah total semua jenis = 1 + 1 + 1 + 1 + 1

= 5

Drelatif rumput teki = 1.62 : 13,98 x 100% = 11.58%

Drelatif kelincir = 5 : 13.98 x 100% = 35.76%

Drelatif ilalang = 2.24 : 13.98 x 100% = 16.02

Drelatif urang-aring = 1.22 : 13.98 x 100%= 8.72%

Drelatif p. elephanus = 3.9 : 13.98 x 100% = 27,8%

Frelatif rumput teki = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif kelincir = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif ilalang = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif urang-aring = 1 : 5 x 100% = 20%

Frelatif p. elephagus = 1 : 5 x 100% = 20%

NP X =

NP Rumput teki = 11.58% + 20% = 31.58%

NP Kelincir = 35.76% + 20% = 55,76%

Page 20: BAB I1 metode kuadrat.docx

NP Ilalang = 16.02% + 20% = 36.02%

NP Urang-Aring = 8,72% + 20% = 28.72%

NP P. elephagus = 27.8% + 20% = 47.8%

Page 21: BAB I1 metode kuadrat.docx

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi

Pada praktikum vitalitas, perioditas, dan stratifikasi ini di lakukan di Coban

Rondo. Pada pratikum mengenai vitalitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

kecambah, tumbuhan muda,tumbuhan dewasa, dan tumbuhan tua disekitar pohon

yang kita amati. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis pohon apakah yang

umum terdapat pada hutan ini. Hal ini pual bias digunakan sebagai gambaran jenis

hutan apakah Coban Rondo, Hutan masa lampau, masa sekarang atau masa depan.

Sesuai dengan hasil pengamatan dari segi vitalitas,perioditas dan startifiasi

dapat disimpulkan bahwa jenis hutan ini adalah hutan masa sekarang.

6.2 Luas Minimum dan Jumlah Minimum

Untuk metode jumlah minimum setelah di buat plot dengan ukuran 5 x 5 m2

secara acak yang masih di dalam luas area tertentu lalu didalamnya dibuat plot

1x1 meter. Pada plot kecil ini dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati

didalamnya, lalu setelah itu pebesar menjadi 2x2 dan catat kembali hasilnya.

Perbesaran plot dihentikan sampai ada jenis tanaman yang sama pada perbesaran

plot baru dengan plot sebelumnya. Secara garis besar kami dapatkan 5 jenis tanaman

yang berbeda yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan tumbuhan.

Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat dan sederhana.

Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi komunitas, frekuensi spesies

dan kisaran kondisi. Dengan metode ini 20-30 transek dalam kebanyakan kondisi

digunakan tiap baris, jumlah titik inilah yang memuat spesies tertentu merupakan

angka presentase. (Rasyid, 1993).

Page 22: BAB I1 metode kuadrat.docx

6.3 Metode Garis

Pada percobaan dengan menggunakan metode garis, dilakukan dengan menyebarkan

5 garis yang masing-masing sepanjang 6 meter dan dibagi menjadi 1 meter.

Melewatkan garis tersebut pada titik pusat kelompok vegetasi dan pengamatan

dilakukan. Invenarisasi jenis vegetasi dengan menghitung kerapatan, dominansi,

frekuensi serta indeks nilai penting.

Pada percobaan yang telah dilakukan untuk metode garis telah diketahui bahwa

terdapat 2 jenis vegetasi yang dilewati 5 garis. Pada masing-masing garis terdapat

spesies yang sama yaitu kelincir dan rumput teki. Dari kedua vegetasi tersebut

rumput teki memiliki nilai penting terbesar dari pada rumput kelincir, sehingga

kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi

dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam

pemberian nama suatu vegetasi.

6.4 Metode Kuadrat

Percobaan dengan menggunakan metode kuadrat hampir sama dengan

metode garis. Dalam metode kuadrat, suatu vegetasi dianalisa dengan parameter

dominansi dan frekuensi. Dominansi terbagi menjadi dominansi absolut dan

dominansi relatif. Dominansi absolut diperoleh melalui pembagian antara jumlah

titik yang tersentuh oleh jenis tertentu dibagi dengan jumlah titik total. Sedangkan

dominansi relatif diperoleh dari pembagian antara dominansi absolut jenis tertentu

dengan jumlah total dari dominansi absolut semua jenis dikalikan 100 persen. Sama

halnya dengan dominansi, frekuensi terbagi menjadi frekuensi absolut dan frekuensi

relatif. Frekuensi absolute diperoleh melalui pembagian antara jumlah seri yang

mengandung jenis tertentu dengan jumlah seluruh seri. Sedangkan frekuensi relatif

diperoleh dari pembagian antara frekuensi absolute jenis tertentu dengan jumlah

total frekuensi absolute semua jenis dikalikan 100 persen.

Dari data pengamatan dan perhitungan antara dominansi absolut, frekuensi

absolute, dominansi relatif serta frekuensi relatif dapat diketahui bahwa nilai penting

Page 23: BAB I1 metode kuadrat.docx

dari jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan yang terbesar adalah nilai penting pada

tanaman kelincir dan terendah pada yrang-aring. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

tanaman kelincir dapat berkembang dan tumbuh dengan baik pada lingkungan ini.

Dengan demikian bahwa dengan metode kuadrat (intersepsi titik) ini dapat diketahui

bahwa tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai

penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak

ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

BAB VII

KESIMPULAN

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan

menggunakan cuplikan berupa titik.

2. Dalam metode intersepsi titik, variabel-variabel yang digunakan adalah

dominansi dan frekuensi.

3. Tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai

penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan

tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

4. Pada metode garis rumput teki merupakan tumbuhan yang dominan dan

memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga

dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.

5. Pada pengamatan luas minimum ditemukan 5 jenis tumbuhan yang

ditemukan pada setiap plot, tumbuhan ini adalah pinus, cemara, pohon A,

Pohon B, dan pohon C. sedangkan pada tabel jumlah minimum ditemukan 5

Page 24: BAB I1 metode kuadrat.docx

jenis tumbuhan yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan

tumbuhan B. rumput teki mendominasi pada luas minimum ini.

6. Pada tabel vitalitas tumbuhan pada semua pohon tidak ditemukan apa-apa

kecuali pada pohon A ditemukan tumbuhan muda. Pada pengamatan

perioditas, semua jenis pohon yang ditemukan tidak lengkap. Pada semua

pohon hanya ditemukan daun, kecuali pohon pinus ditemukan daun dan

bunganya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 1995, BiologiLingkungan. Ganexa exact. Bandung.

Guritno, 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.

Horizon, 1969. Absorbtion of organicmumen soil science 50 hal 436-483

Page 25: BAB I1 metode kuadrat.docx

Haddy. 1986. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.

Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis.

Gramedia: Jakarta

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.

Rahardjanto Abdul Kadir, 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.

UMM Press. Malang

Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka

Rosdakarya

Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA

Biologu ITB

Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.