Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

36
REFERAT Penyusun : Marlissa Oleh: Marlissa 0810221069 Pembimbing : dr. Abdul Rohman, Sp.P Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Periode 03 Januari 2010 – 11 Maret 2011 1

Transcript of Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Page 1: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

REFERAT

Penyusun :

Marlissa

Oleh:

Marlissa

0810221069

Pembimbing :

dr. Abdul Rohman, Sp.P

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo

Periode 03 Januari 2010 – 11 Maret 2011

Fakultas Kedokteran UPN “Veteran”

Jakarta

1

Page 2: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi

penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini

bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan

influenza kembali merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian

nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah

mempertinggi angka kematian.1

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar

tubuh penderita.1

Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah

sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial

(PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. PA lebih sering dijumpai

pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut.1,3

Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat

respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.

Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan

tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi

yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda.2,4

Agen-agen mikroba yang menyebabakan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi

primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada

orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian

ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang

menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi.3

2

Page 3: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

1.2 Tujuan khusus

a. Tujuan umum

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program studi kepaniteraan klinik

Ilmu Penyakit Dalam di RSAL Mintohardjo.

b. Tujuan khusus

Untuk mengetahui dan memahami pneumonia aspirasi dari segi patofisiologi, gambaran

klinis, serta penatalaksanaan.

3

Page 4: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi

benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.1

II.2. Epidemiologi

Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah

sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial

(PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. PA lebih sering dijumpai

pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut. Aspirasi pneumonia adalah

penyebab kematian paling umum pada pasien dengan disfagia karena gangguan neurologis, suatu

kondisi yang mempengaruhi sekitar 300.000 sampai 600.000 orang setiap tahun di Amerika

Serikat.1,5

II.3. Etiologi

Terdapat 3 macam penyebab sindroma  pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam

lambung yang menyebabkan  pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal

menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapat

menyebabkan  exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan

paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.1,3

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial

namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di RS. Pada

PAK, kuman patogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitar

gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiella

pnemoniae dan Stafilococcus, atau fusobacterium nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan

Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob

4

Page 5: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

fakultatif, batang Gram negatif, pseudomonas, proteus, serratia, dan S. aureus di samping bisa

juga disertai oleh kuman ananerob obligat di atas.1,4

II.3. Daya tahan traktus respiratorius

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah

infeksi dan terdiri dari:3

a. Susunan anatomis rongga hidung

b. Jaringan limfoid di nasoorofaring

c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang

dikeluarkan oleh set epitel tersebut

d. Refleks batuk

e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

g. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imunoglobulin A

(IgA).

Gambar 1: Sistem respirasi Manusia7

II.4. Patofisiologi

5

Page 6: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Aspirasi merupakan hal yang dapat  terjadi pada setiap orang. Di sini terdapat peranan

aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat 3

faktor determinan yang berperan dalam  pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,

volume aspirasi, serta faktor defensif host.2

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara

berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai

bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,

pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi sel

radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktus

alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin dan

perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.2

Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret orofaringeal,

nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah. Kebanyakan individu

mengaspirasi sedikit secret orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secara

normal.3

Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah:1

Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex batuk (kejang,

stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak)

Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)

Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran jumlah bahan aspirasi,

hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas.

6

Page 7: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Tabel 1: predisposisi terjadinya pneumonia aspirasi10

Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara

infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan

pneumonia bakteri. Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal

yang terdiri dari mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides, Fusobacterium,

Peptococcus, dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang paling sering

ditemukan diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Awitan gejala

biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama 1 hingga 2 minggu, dengan demam,

penurunan berat badan, anemia, leukositosis, dispnea, dan batuk disertai produksi sputum

berbau busuk. Abses-abses paru yang terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan

empiema dapat timbul seperti mikroba-mikroba yang berjalan ke permukaan pleura.

7

Page 8: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk pada paru kanan bagian posterior dan segmen

basilar bronkopulmonal akibat gaya gravitasi karena banyak cabang yang langsung

menuju cabang bronkus utama kanan.2

Aspirasi isi lambung secara bersama dengan adanya partikel, menyebabkan terjadi

fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap benda asing dengan kerusakan jaringan

secara menyeluruh akibat asam. Partikel dan asam lambung bekerja sama secara sinergis

menyebabkan kebocoran kapiler alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga aspirasi yang

terjadi dapat disertai bakteri. Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman anaerob.

Gabungan kuman aerob dan anaerob sering dijumpai pada aspirasi yang terjadi di Rumah

sakit.2,5

Gambar 2: paru-paru yang mengalami infeksi8

Sindrom aspirasi lain berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan)

atau cairan bukan asam (misalnya karena hampir tenggelam atau saat pemberian

makanan) yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus

segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Bila yang diaspirasi adalah bahan

padat, maka gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan

lokasinya dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas

trakea, akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian

8

Page 9: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

cepat. Jika bahan tersangkut pada bagian saluran pernapasan yang kecil, tanda dan gejala

yang timbul dapat berupa batuk kronik dan infeksi berulang.2

Gambar 3: Alveoli yang terisi oleh aspirasi makanan10

II.5. Gejala Klinis

Gejala klinis dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia lobar, pneumonia nekrotikans,

atau abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema. Pasien mendadak batuk dan sesak napas

sesudah makan atau minum. Awitan umumnya insidious, walaupun pada infeksi anaerob bisa

memberikan gambaran akut seperti pneumonia pneumokokus berupa sesak napas pada saat

istirahat, sianosis. Umumnya pasien dating 1-2 minggu sesudah aspirasi, dengan keluhan demam

mengigil, nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau ( pada 50% kasus). Kemudian bisa

9

Page 10: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan, bersuara saat napas (mengi),

takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa marah atau cemas.1,2,5

II.6. Diagnosis

Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, harus melihat gejala pasien dan temuan dari

pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur sputum yang

juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah sakit dan

beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek umum),

pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja. Mendiagnosis

pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka dengan penyakit  penyerta

lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakan

pneumonia dari penyakit lain.1,5

Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik oleh

tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan

(tachypnea), penurunan tekanan darah (hipotensi) , denyut jantung yang cepat (takikardi) dan

rendahnya saturasi oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan

oleh oksimetri atau analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau

memiliki sianosis memerlukan perhatian segera.2,5

Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan terlihat bagian

yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat disisi yang sakit. Pada perkusi

ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni, “whispered

pectoriloquy”. Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi

abdomen terutama pada konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan

kolesistitis dan peritonitis akut akibat perforasi.2

Pemeriksaan penunjang

a.Gambaran Radiologis

Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah foto

polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk

menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi

10

Page 11: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

dengan “air bronchogram”, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau  tanpa

disertai gambaran kaviti pada  segmen  paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai

dengan infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses

paru atau fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang

positif menunjukkan para pneumonic pleural effusion.4

b.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat (lebih dari

10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan adanya

infeksi atau inflamasi. Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenis

leukosit “shift to the left”. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapat

meningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli

dan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan

hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.3

Lokasi infiltrate:

Bagian tengah dan bawah lobus kanan paru paling sering terjadi inflamasi dengan

ukuran lebih besar

Pasien yang mengalami aspirasi pada keadaan berdiri, infiltrat akan terbentuk pada

lobus kanan dan kiri bagian bawah.

Pasien yang mengalami aspirasi pada pada keadaan berbaring posisi dekubitus lateral

kiri, infiltrate akan terbentuk pada sisi kiri.

Pada pasien pecandu alcohol yang mengalami aspirasi pada posisi prone, kosolidasi

yang terbentuk lebih sering pada lobus atas paru-paru kanan.

11

Page 12: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Gambar 4: rontgen thorax pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru kiri5

12

Page 13: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Gambar 5: rontgen thorax pasien dengan aspirasi masif pada paru-paru kanan.5

13

Page 14: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Gambar 6: CT-Scan dada pada Pneumonia aspirasi10

II.7. Penatalaksanaan

Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau

gangguan reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi,

trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Lakukan manuver

Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila bahan yang teraspirasi tidak

dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi (krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang

tersangkut, biasanya dilakukan dengan bronkoskopi. Berikan oksigen nasal atau

masker bila ada tanda gagal napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan

postural drainage untuk membantu pengeluaran mukus dari paru-paru 1,2,5

Pada PAK terapi empiric haruslah mencakup patogen anaerob, sedangkan pada

PAN harus pula mencakup pathogen Gram negatif dan S. aureus sampai hasil kultur

sputum memberikan hasil untuk penentuan terapi antibiotika.1

14

Page 15: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan

penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600 mg iv/ 8 jam bila

penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila PA didapatkan di rumah

sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya

aminoglikosida dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau

klindamisin. Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di rumah sakit

bersangkutan. Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan

gambaran klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian

antibiotic (AB).1

Tidak ada patokan pasti lamanya terapi. Antibiotik perlu diteruskan hingga kondisi

pasien baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya

diperlukan terapi 3-6 minggu. 1

Follow up

Pasien dengan keadaan hemodinamik berat atau dengan distress respiratory di

rawat di ICU.

Pasien dengan respiratori yang stabil di rawat di bangsal perawatan umum.

Gambar 7: Bronchoscopy9

15

Page 16: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

EMPIRICAL ANTIBIOTICS RECOMMENDED FOR THE MOST COMMON ASPIRATIONS SYNDROMES5

SYNDROME AND CLINICAL SITUATION ANTIBIOTIC (USUAL DOSE)*

Aspiration pneumonia Levofloxacin (500 mg/day) † or ceftriaxone

Community-acquired pneumonia (1-2 gr/day)

Residence in a longterm care Levofloxacin (500 mg/day) † or piperacillin-

Facility tazobactam (3.375 gr every 6hr) or

ceftazidime (2gr every 8 hr)

Severe periodontal disease, Piperacillin- tazobactam (3.375 gr every 6hr)

Putrid sputum, or alcoholism or imipenem (500mg every 8 hr to 1gr every

6hr) or a combination of two drugs:

Levofloxacin (500 mg/day) † or ciprofloxacin

(400 mg every 12hr) or ceftriaxone (1-2 gr/

day) plus clindamycin (600 mg every 8 hr) or

metronidazole (500 mg every 8 hr)

*The doses listed are those for patients with normal renal function

†Levofloxacin is given by slow infusion over a 60 -minute period. Levofloxacin (500 mg/day) may be replaced by gatifloxacin (400 mg/day).

16

Page 17: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Postural drainage11

To drain mucus from the upper lobe apical segments, the patient sits in a comfortable position on a bed or flat surface and leans on a pillow against the headboard of the bed or the caregiver. The caregiver percusses and vibrates over the muscular area between the collar bone and very top of the shoulder blades (shaded areas of the diagram) on both sides for 3 to 5 minutes. Encourage the patient to take a deep breath and cough during percussion in order to help clear the airways. Do not percuss over bare skin.

The patient sits comfortably in a chair or the side of the bed and leans over, arms dangling, against a pillow. The caregiver percusses and vibrates with both hands over upper back on both the right and left sides.

17

Page 18: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

In position #3, the patient lies flat on the bed or table with a pillow for comfort under his or her head and legs. The caregiver percusses and vibrates the right and left sides of the front of the chest, between the collar bone and nipple.

The patient lies with their head down toward the foot of the bed on the right side, hips and legs up on pillows. The body should be rotated about a quarter-turn towards the back. A pillow can also be placed behind the patient and their legs slightly bent with another pillow between the knees. The caregiver percusses and vibrates just outside the nipple area.

18

Page 19: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

The patient lies head-down on his left side, a quarter-turn toward the back with the right arm up and out of the way. The legs and hips should be elevated as high as possible. A pillow may be placed in back of the patient and between slightly bent legs. The caregiver percusses and vibrates just outside the right nipple area.

The patient lies on his right side with his head facing the foot of the bed and a pillow behind his back. The hips and legs should be elevated as high as possible on pillows. The knees should be slightly bent and a pillow should be placed between them for comfort.

The caregiver percusses and vibrates over the lower ribs on the left side, as shown in the shaded part of the diagram. This should then be repeated on the opposite side, with percussion and vibration over the lower ribs on the right side of the chest.

19

Page 20: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

The patient lies on his right side with his head facing the foot of the bed and a pillow behind his back. The hips and legs should be elevated as high as possible on pillows. The knees should be slightly bent and a pillow should be placed between them for comfort.

The caregiver percusses and vibrates over the lower ribs on the left side, as shown in the shaded part of the diagram. This should then be repeated on the opposite side, with percussion and vibration over the lower ribs on the right side of the chest.

The patients lies on his or her stomach, with the hips and legs elevated by pillows. The caregiver percusses and vibrates at the lower part of the back, over the left and right sides of the spine, careful to avoid the spine and lower ribs.

20

Page 21: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

The patient lies on his right side, leaning forward about one-quarter of a turn with hips and legs elevated on pillows. The top leg may be flexed over a pillow for support and comfort.

The caregiver percusses and vibrates over the uppermost portion of the lower part of the left ribs, as shown in the shaded area. This should then be repeated on the opposite side, with percussion and vibration over the uppermost portion of the right side of the lower ribs.

For this position, the patient lies on his stomach on a flat bed or table. Two pillows should be placed under the hips.

The caregiver percusses and vibrates over the bottom part of the shoulder blades, on both the right and left sides of the spine, avoiding direct percussion or vibration over the spine itself.

21

Page 22: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Tabel 3: Diagnosis pneumonia aspirasi10

II.8. Komplikasi

Gagal nafas dan sirkulasi

Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering

kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa

bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti

mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan

endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan.

Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress

22

Page 23: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

syndrome(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru

segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras

menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi

mekanik yang dibutuhkan.2

Syok sepsis dan septik

Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena

mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.

Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia

merupakan salah satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit

perawatan intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan

untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis

dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering

menyebabkan kematian.2

Effusi pleura,empyema dan abces

Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan

bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura).

Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut

empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil

dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Pada

kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat

dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tiak menembus dengan

baik ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax

dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering

mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada

paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.2

II.9. Prognosis

23

Page 24: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang meningkat menjadi 20% pada

PAN.Angka mortalitas pneumonia aspirasi yang tidak disertai komplikasi adalah sebesar

5%, sedangkan pada aspirsai masif dengan atau tanpa disertai sindrom Mendelson

mencapai 70%. Angka mortalitas aspirasi pneumonia disertai empyema sebesar 20%.1,3

II.10. Pencegahan3

Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari aspirasi asam

lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk mengurangi aspirasi dengan diet

lunak dan takaran yang lebih sedikit

Posisikan kepala 45º dari bed tempat tidur pada pasien beresiko untuk

terjadinya aspirasi.

Pasang NGT pada pasien dengan disfagia.

Puasa 6-8 jam sebelum operasi elektif agar perut kosong sebelum operasi

berlangsung.

BAB III

KESIMPULAN

24

Page 25: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar

tubuh penderita.3

Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah

sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial

(PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. PA lebih sering dijumpai

pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut.1

Terdapat 3 macam penyebab sindroma  pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam

lambung yang menyebabkan  pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan

oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau

vegetable oil dapat menyebabkan  exogenous lipoid pneumonia. Terdapat 3 faktor

determinan yang berperan dalam  pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,

volume aspirasi, serta faktor defensif host.1,3

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan

antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim

disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,

pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi

sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial,

duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin

dan perdarahan intra alveolar.2

Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali yaitu: (1) Penurunan kesadaran

yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex batuk (kejang, stroke, pembiusan, cedera

kepala, tumor otak). (2) Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker

nasofaring, scleroderma). (3) Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga

peran jumlah bahan aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens

saluran napas.1

25

Page 26: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara

infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan pneumonia

bakteri. Awitan gejala biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama 1 hingga 2 minggu,

dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis, dispnea, dan batuk disertai

produksi sputum berbau busuk.2

Sindrom aspirasi lain berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan)

atau cairan bukan asam (misalnya karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan)

yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka gejala

yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya dalam saluran

pernapasan.2

Gejala klinis dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia lobar, pneumonia

nekrotikans, atau abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema. Pasien mendadak batuk

dan sesak napas sesudah makan atau minum. Awitan umumnya insidious, walaupun pada

infeksi anaerob bisa memberikan gambaran akut seperti pneumonia pneumokokus berupa

sesak napas pada saat istirahat, sianosis. Umumnya pasien dating 1-2 minggu sesudah

aspirasi, dengan keluhan demam mengigil, nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau

( pada 50% kasus). Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat

badan, bersuara saat napas (mengi), takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa

marah atau cemas.1,2,5

Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, harus melihat gejala pasien dan temuan

dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur

sputum yang juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di

rumah sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat

(praktek umum), pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik

saja. Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka

dengan penyakit  penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain

diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.1,5

Pada pasien dengan disfagi dan atau gangguan reflex menelan mungkin perlu

dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk

menghilangkan obstruksinya. Lakukan manuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi

26

Page 27: Bab i Pneumonia Aspirasi Revisi

bahan padat, bila bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan

trakeotomi (krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan

dengan bronkoskopi.2

Pada PAK terapi empiric haruslah mencakup patogen anaerob, sedangkan pada

PAN harus pula mencakup pathogen Gram negatif dan S. aureus sampai hasil kultur

sputum memberikan hasil untuk penentuan terapi antibiotika.1

Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan gagal napas dan sirkulasi, syok sepsis dan

septik, efusi pleura, empyema, serta abses. Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang

meningkat menjadi 20% pada PAN. Angka mortalitas pneumonitis yang tidak disertai

komplikasi adalah sebesar 5%, sedangkan pada aspirsai masif dengan atau tanpa disertai

sindrom Mendelson mencapai 70%.1,3

27