BAB I Pendahuluan RDTR Kecamatan Tirto

download BAB I Pendahuluan RDTR Kecamatan Tirto

of 11

description

pendahuluan laporan rdtr pekalongan

Transcript of BAB I Pendahuluan RDTR Kecamatan Tirto

--- LAPORAN PENDAHULUAN ---

I.1 LATAR BELAKANGPenyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 terdiri dari kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang meliputi rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Kabupaten Pekalongan telah mempunyai Perda Nomor 2 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.

Seiringi dengan upaya untuk mengarahkan dan juga sebagai pedoman kegiatan diwilayah Kecamatan Tirto, serta untuk menyelaraskan dengan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Pekalongan, maka perlu disusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Tirto.

Berdasarkan dengan RTRW Kabupaten Pekalongan dan berlakunya Undang-undang No. 26 tahun 2007 yang mengamanatkan Peraturan Rencana Detail Tata Ruang sebagai perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, perlu dilakukan sesuai RTRW Kabupaten Pekalongan yang sudah ada dengan ditambahkan substansi mengenai peraturan detail.

Peraturan zonasi adalah buku manual bagi para planner dalam penyusunan rencana kota. Ketiadaan zoning dapat membuat rencana kota bersifat multi tafsir sehingga bisa dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang menyimpang. Tanpa adanya peraturan zonasi juga akan sangat sulit menyiapkan suatu rencana kota yang sifatnya operasional dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Rencana Umum Tata Ruang meskipun telah ditetapkan sebagai peraturan daerah, tetapi karena kandungan materinya masih sangat bersifat umum dan konsepsional, belum dapat dijadikan dasar dalam penerbitan berbagai macam perijinan yang menyangkut pembangunan kota.

I.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARANMaksud dan Tujuan dari penyusunan RDTR adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawsan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan. Bertujuan untuk menghasilkan keluaran hasil studi yang memadai sesuai Kerangka Acuan Kerja, yaitu antara lain :a. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisisan pembangunan fisik kawasan

b. Sebagai pedoman bagi instansi dalam penyusunan zonasi, dan pemberian perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahanSasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :

a. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman kawasan

b. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan

c. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta

d. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/swasta.

I.3 RUANG LINGKUPI.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Kecamatan Tirto merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupeten Pekalongan. Letaknya berada di bagian utara kabupaten. Wilayah Kecamatan Tirto terlintasi oleh jalur utama Pantai Utara (Pantura) yang merupakan jalur terpadat di Pulau Jawa. Kecamatan Tirto sendiri terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa diantaranya : 109' - 110' BT dan 6' - 7' LS. Memiliki luas wilayah 17.39 km2 dengan wilayah perkotaan kurang lebih 14.70 km2 dan wilayah perKelurahanan 2.69 km2. Batas wilayah Kecamatan Tirto adalah :

Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kota Pekalongan

Sebelah Selatan: Kec. Buaran dan Kec. Kedungwuni

Sebelah Barat

: Kec. Wiradesa dan Kec. Wonokerto

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Pekalongan, hampir 95 % wilayah Kecamatan Tirto memiliki tingkat kelerengan yang relatif datar, yaitu sekitar 0-3 %. Kelerengan yang cukup bergelombang yaitu sekitar 5-10 %. Sedangkan bebrapa wilayah di bagian utara, memiliki ketinggian di bawah permukaan air laut yaitu di kelurahan Jeruksari dan Mulyorejo. Kecamatan Tirto tidak memilki kelerengan curam, yaitu di atas 40%. Hal ini tentu merupakan keuntungan tersendiri bagi Kecamatan Tirto, karena dengan tingkat kelerengan yang relatif datar, maka perencanaan lahan terbangun tidak begitu menemukan kendala topografi. Terkait dengan pengembangan wilayah studi perancangan, hal ini akan sangat menuntungkan dengan kondisi topografi yang relative datar, maka pembangunan-pembangunan infrastruktur tidak akan menelan biaya terlalu banyak, karena tidak perlu menyediakan struktur, bahan ataupun alat yang disesuaikan dengan keadaan topografi yang curam.

I.3.2 Ruang Lingkup PekerjaanPekerjaan ini adalah penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tirto yang rincian pekerjaannya meliputi :

a. Pekerjaan Persiapan, antara lain :

Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR penyiapan anggaran biaya,

Kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR sebelumnya dan kajian awal RTRW kabupaten/kota dan kebijakan lainnya,

Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi/metode dan teknik analisis rinci, serta penyiapan rencana survey.

b. Pengumpulan Data terdiri dari :

Data untuk keperluan penyusunan RDTR

Untuk keperluan pengenalan karakteristik Bagian Wilyah Perkotaan (BWP), penyusunan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer setingkat kelurahan dilakukan melalui :

1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang perorang dan lain sebagainya dan

2) Pengenalan kondisi fisik dan social ekonomi BWP secara langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah perencanaan.

Data yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi :

1) Data wilayah administrasi

2) Data fisiografis

3) Data kependudukan

4) Data ekonomi dan keuangan

5) Data ketersediaan prasarana dan sarana

6) Data peruntukan ruang

7) Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan

8) Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata bangunan) dan

9) Peta dasar rupa bumi yang divalidasi dengan foto udara dan observasi lapangan dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan, penggunaan lahan, pada skala atu tingkat terkait minimal peta 1:5.000.Seperti halnya dalam penyusunan RTRW tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variable-variabel ketidakpastian, serta variable-variabel lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data, serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat kelurahan. Data berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi di wilayah perencanaan.

Data untuk keperluan Penyusunan Peraturan Zonasi

Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan dan penyusunan peraturan zonasi, harus dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui :

1) Wawancara atau temu wicara kepada masyarakat untuk menjaring aspirasi masyarakat terhadap kebutuhan yang diatur dalam peraturan zonasi serta kepada pihak yang melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang dan

2) Peninjauan kelapangan untuk pengenalan kondisi fisik wilayah kabupaten/kota secara langsung.

Data sekunder yang harus dikumpulkan meliputi :

1) Peta-peta rencana kawasan dari RTRW/RDTR/RTBL dan

2) Data dan informasi, meliputi : Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan

Jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan

Identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi bangunan dan lingkungannya)

Kajian dampak terhadap kegiatan yang ada atau akan ada di zona yang bersangkutan

Standar teknis dan administrative yang dapat dimanfaatkan dari peraturan perundang-undangan nasional maupun daerah

Peraturan perundang-undangan terkait pemanfaatan lahan dan bangunan, serta prasarana di daerah yang bersangkutan dan

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan lahan yang ada di kabupaten/kota yang akan disusun peraturan zonasinya.

Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi bagian dari dokumentasi buku data dan analisis

c. Pengolahan dan analisis data, terdiri dari :

Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR, meliputi :

1) Analisis karakteristik wilayah, meliputi :

Kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten/kota dalam wilayah yang lebih luas (kabupaten/kota)

Keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota dan antara bagian dari wilayah kabupaten/kota

Keterkaitan antar komponen ruang di BWP

Karakteristik fisik wilayah perencanaan

Kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim

Karakteristik social kependudukan

Karakteristik perekonomian

Kemampuan keuangan daerah

2) Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP, meliputi :

Analisis kebutuhan ruang dan

Analisis perubahan pemanfaatan ruang

3) Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan

Potensi dan masalah pengembangan di BWP

Peluang dan tantangan pengembangan

Kecenderungan perkembangan

Perkiraan kebutuhan pengembangan di BWP

Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung (termasuk prasarna/infrastruktur dan utilitas) dan

Teridentifikasi indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan

Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan Peraturan Zonasi, meliputi: Kegiatan analisis dan perumusan ketentuan teknis, meliputi :

1) Tujuan peraturan zonasi

2) Klasifikasi zonasi

3) Daftar kegiatan

4) Delineasi blok peruntukan

5) Ketentuan teknis zonasi, terdiri atas :

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang

Ketentuan tata bangunan

Ketentuan prasarana minimal

Ketentuan tambahan dan

Ketentuan khusus

6) Standar teknis

7) Ketentuan pengaturan zonasi

8) Ketentuan pelaksanaan, terdiri atas

Ketentuan variasi pemanfaatan ruang

Ketentuan insentif dan disinsentif dan

Ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai (non conforming situation) dengan praturan zonasi

9) Ketentuan dampak pemanfaatan ruang

10) Kelembagaan dan

11) Perubahan peraturan zonasid. Perumusan Rencana

Perumusan konsep RDTR dilakukan dengan :

Mengacu pada RTRW

Mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang dan

Memperhatikan RPJ kabupaten/kota dan RPJM kabupaten

Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternative konsep pengembangan wilayah, yang berisi :

Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota dan

Konsep pengembangan wilayah kabupaten/kota

Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternative terbaik sebagai dasar perumusan RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR terdiri atas :

Tujuan penataan ruang

Rencana pola ruang

Rencana jaringan prasarana

Penetapan dari bagian wilayah RDTR yang diprioritaskan penanganannya

Ketentuan pemanfaatan ruang dan

Peraturan zonasi

e. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda), terdiri dari :

1) Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi Kecamatan TirtoI.4DASAR HUKUMSebagai dasar dari kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tirto adalah sebagai berikut :1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043),

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274)

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419),

4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478)

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881)

6. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169),

7. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247),

8. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377),

9. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411),

10. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421),

11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)

12. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444),

13. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722),

14. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723),

15. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851),

16. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966),

17. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015),

18. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025),

19. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052),

20. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059),

21. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068),

22. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168),

23. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188),

24. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234),

25. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838),

26. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934),

27. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242),

28. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593),

29. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624),

30. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655),

31. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737),

32. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833),

33. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858),

34. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859),

35. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987),

36. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103),

37. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160),

38. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185),

39. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230),

40. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

41. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 134),

42. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 46 seri E Nomor 7),

43. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009 2029 (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Propinsi Jawa Tengah Nomor 28),

44. Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 2013I.5 SISTEMATIKA PEMBAHASANBAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan dasar hukum dan sistematikan penyusunan laporanBAB 2 KAJIAN TEORIBab ini menjelaskan mengenai kajian literature yang berkaitan dengan penyususunan RDTR dan peraturan zonasi

BAB 3 GAMBARAN KECAMATAN TIRTO

Bab ini berisi gambaran umum kawasan perencanaan yang meliputi kondisi geografis, penggunaan lahan, kependudukan, potensi perikanan serta kondisi perekonomian Kabupaten PekalonganBAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini berisi pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam penyusunan, pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk kerangka pikir, metodelogi survey dan pengolahan data, metodologi analisis, metodelogi perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, serta pengendalian RDTRBAB 5 RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Bab ini menjelaskan mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi waktu pelaksanaan, tim pelaksana pekerjaan, dan keluaran.

RDTR Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan

RDTR Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 BAB I-1