rdtr bab 3 kota batu

79
Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota) Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1 BAB III RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA BWK I (PUSAT KOTA BATU) 3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas. Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ; 3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang koridor Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya S

description

ini peraturan daerah tenteng tata kota batu. semoga membantu kalian yaa

Transcript of rdtr bab 3 kota batu

Page 1: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 1

BAB III RENCANA DETAIL TATA

RUANG KOTA BWK I (PUSAT KOTA BATU)

3.1. Rencana Struktur Ruang BWK I

truktur ruang dalam kaidah keplanologian adalah suatu

sistem hirarki berjenjang yang mewadahi kegiatan kota baik

itu secara spatial maupun non spatial. Pembentukan

struktur ruang ini memerlukan beberapa preparat ukur

antara lain yaitu ; kependudukan, kelengkapan fasilitas, dan aksesbilitas.

Berdasarkan hal tersebut maka dihasilkan wilayah yang dijadikan pusat orientasi

pergerakan dengan skala luas dan wilayah di bawahnya yang merupakan

wilayah pengaruh. Struktur ruang yang ada di BWK I adalah sebagai berikut ;

3.1.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan BWK Berdasarkan kondisi eksisting, pusat pelayanan yang sudah terbentuk di

wilayah perencanaan terdapat di sekitar Alun – alun dengan konsentrasi di sepanjang

koridor Jalan Diponegoro, Gajah Mada, dan Panglima Sudirman dengan adanya

S

Page 2: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2

kegiatan perkotaan skala kota yang mengelompok di sekitar koridor jalan tersebut.

Pengembangan lebih lanjut pusat pelayanan yang ada saat ini dipertahankan dengan

pengembangan pada kegiatan perkotan yang melengkapi dari yang ada.

Menyesuaikan dengan konsep pengembangan yang menggunakan konsep

multiple nucklei maka untuk wilayah yang lain akan diarahkan sebagai Unit Lingkungan

yang juga memiliki pusat. Untuk lebih lebih jelasnya mengenai struktur pusat

pelayanan BWK I adalah sebagai berikut ;

1. Kelurahan Sisir Unit Lingkungan I dengan Pusat di Krajan 2. Kelurahan Temas Unit Lingkungan II dengan Pusat Genengan

3. Kelurahan Songgokerto Unit Lingkungan III dengan Pusat di Songgoriti 4. Kelurahan Ngaglik Unit Lingkungan IV dengan Pusat di Ngalik Utara dan Selatan

5. Desa Pesanggrahan Unit Lingkungan V Pusat di Srebet 6. Desa Oro-oro Ombo Unit Lingkungan VI Pusat di Oro – Oro Ombo

Untuk lebih mengefesienkan struktur pelayanan dan juga dalam proyeksi

kebutuhan nantinya, maka pusat Unit Lingkungan yang berdekatan dengan pusat kota/BWK peletakkannya diintegrasikan ke dalam pusat BWK tersebut. Adapun pusat yang dimaksud adalah pusat Unit Lingkungan I dan Unit Lingkungan IV. Hal ini

dimungkinkan karena wilayah Krajan (UL I) dan Ngaglik Utara serta Selatan (UL IV) masih merupakan pusat BWK/kota. Tujuan dari arahan struktur pusat pelayanana ini ;

Untuk lebih mengintegralkan wilayah BWK I ke dalam kesatuan ruang yang memilki

efesiensi pergerakan baik itu barang maupun manusia sehingga diharapkan

akan relatif mampu untuk meminimalisasi konflik lalu-lintas.

Memberikan arahan pengembangan kota yang disesuaikan dengan

kemampuan daya dukungnya. Sehingga diharapkan akan relatif mampu

untuk memberikan keseimbangan ekologis

Relatif akan lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih merata, karena

pusat – pusat pelayanan telah terdistribusikan sampai pada unit yang tekecil.

Masyarakat akan lebih dapat mengakses dengan lebih mudah terhadap

fasiltias yang ada pada pusat pelayanan tersebut. Dapat menjadi embrio bagi perkembangan wilayah tersebut baik dari segi

spatial maupun dari segi non spatial.

Mengurangi beban pusat kota sebagai pusat pelayanan skala kota, karena

ada beberapa fungsi pelayanan yang telah ada pada tingkat lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan struktur pelayanan dapat dilihat pada

skema berikut dan peta 3.1.

Skema Struktur Pusat Pelayanan BWK I (Pusat Kota Batu)

Keterangan ;

I. Pusat BWK , Pusat Kota, dan pusat unit lingkugan I Krajan, Unit Lingkungan IV

Ngalik Utara dan Selatan

II. Pusat Unit Lingkungan II Genengan

III. Pusat Unit Lingkungan III Songgoriti

V. Pusat Unit Lingkungan V Srebet

VI. Pusat Unit Lingkungan VI Oro – Oro Ombo

Adapun luasan dari masing – masing desa dan kelurahan tersebut adalah

sebagai berikut ;

I

II

VI

V

III

Ke Desa Beji

Ke Desa Beji

Ke Desa Sidomulyo Ke Desa Sumberejo

Ke Pujon

I IV

Page 3: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 3

Peta 3.1. rencana struktur ruang

Page 4: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 4

TABEL 3.1. LUAS DESA DAN KELURAHAN DI BWK I

1 UL I (Kelurahan Sisir) 263.402 UL II (Kelurahan Temas) 461.053 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.864 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.275 UL V (Desa Pesangrahan) 699.406 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63

4002.61Total

No. BWK/UL LUAS (Ha)

Sumber ; RTRW Kota Batu

3.1.2. Rencana Struktur Kegiatan Fungsional

Sebagai suatu pusat kota maka akan terjadi bayak konsentrasi atau

aglomerasi kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini jika tidak diberi arahan yang

sistematis akan berpotensial menimbulkan inefesiensi keruangan. Dampak

berikutnya lagi akan dapat menurunkan tingkat kemampuan pelayanan dari

pusat kota.

Salah satu solusi yang ditawarkan disini adalah memberikan suatu

arahan sistematis agar struktur fungsional kota dapat berjalan dengan baik

sampai pada Unit Lingkungan. Arahan struktur kegiatan fungsional ini

diupayakan untuk dapat terdistribusikan secara berjenjang disesuaikan dengan

skala pelayanannya.

Adapun arahan terhadap rencana struktur kegiatan fungsional di

wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai berikut ;

F 1 (Fungsi Primer )

F 1.1. Pariwisata

F 1.2. Perdagangan dan Jasa

F 1.3. Pendidikan

F 1.4. Kesehatan

F 1.5. Perkantoran

F 2 (Fungsi Sekunder )

F 2.1. Perdagangan dan Jasa

F 2.2. Pendidikan

F 2.3. Kesehatan

F 2.4. Permukiman

F 2.5. Transportasi

Pembagian menjadi dua fungsi pokok ini dimaksudkan agar terjadi

pengkhususan fungsi dalam lingkup skala pelayanan yaitu skala kota / BWK dan

skala pelayanan Unit Lingkungan. Aktualisasinya akan teraplikasikan pada

arahan pengembangan fasilitas kegiatan fungsional yang tentunya akan terjadi

pembedaan antara fasilitas skala pelayanan kota / BWK dengan fasilitas skala

unit llingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan pengembangan kegiatan

fungsional dapat dilihat pada peta 4.2 berikut.

Berdasarkan kegiatan dan pembagian Unit Lingkungan yang ada di BWK I

Pusat Kota Batu maka arahan kegiatan fungsional masing – masing Unit

Lingkungan dijabarkan dalam dua kegiatan utama, yaitu :

Kegiatan Primer, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan

pelayanan kota dan regional dengan didukung potensi, daya dukung

lahan, sosial budaya dan sistem jaringan jalan yang ada maupun yang

akan dikembangkan.

Kegiatan Sekunder, yaitu kegiatan fasilitas yang mempunyai jangkauan

pelayanan terbatas pada penduduk yang ada di kota maupun di Bagian

Wilayah Kota (BWK) dan Unit Lingkungan (BWK).

Dari dua dua jenis kegiatan tersebut, pusat-pusat pelayanan yang telah

ditetapkan dikembangkan kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan Primer

Pasar Induk (F 1.2) arahan pada pasar induk ini berupa kegiatan

perdagangan dengan skala aktifitas tingkat grosir dan juga eceran

dengan jenis komoditi sembilan bahan pokok. Sentra pasar induk ini

Page 5: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 5

dikembangkan dengan mempertahankan eksistensi pasar di Jalan

Dewi Sartika.

Pusat Perdagangan dan Jasa (Kawasan Komersial) (F 1.2) arahan

fungsi ini berupa pengembangan kawasan komersial dengan komoditi

jual berupa sandang, pangan dan papan, serta pelengkap.

Konsentrasi kegiatan ini di sepanjang ruas jalan Patimura,

Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman bagian bawah sebelum

fasilitas pendidikan Yayasan Sang Timur.

Obyek Wisata Rekreasi dan Pusat Pelayanan Usaha Jasa Wisata

(F1.1) arahan fungsi ini berupa pengembangan kawasan wisata di

lokasi Jatim Park, Agro Wisata, dan Songgoriti.

Fasilitas Umum dan Sosial skala Kota dan BWK (F 1.3, F 1.4, F 1.5)

arahan fungsi ini berupa pengembangan fasilitas umum yang

diperuntukkan bagi warga Kota Batu secara keseluruhan termasuk

wilayah BWK I. Konsentrasi fasilitas ini di Jalan Panglima Sudirman,

Sultan Agung, Agus Salim, Samadi, Ikhwan Hadi, WR Supratman, dan

seterusnya.

Kegiatan Sekunder

Perdagangan dan Jasa (F 2.1) arahan fungsi sekunder perdagangan

dan jasa berupa pengembangan fasilitas ini dengan konsentrasi skala

pelayanan hanya pada tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

Fasilitas Umum dan Sosial (F 2.2, F 2.3) arahan fungsi ini berupa

pengembangan fasilitas antara lain berupa perkantoran permerintah

(keluruhan/desa), pendidikan (TK, SD), Kesehatan (Balai Pengobatan,

Praktek Dokter), dan fasilitas lain dengan skala pelayanan hanya pada

tingkat unit lingkungan (Kelurahan/desa).

Sub Terminal (F2.5) arahan pengembanganya berupa pengembangan

sub terminal baru di Songgorit (Jalan Arum Dalu) dan mengubah

status terminal Batu menjadi Sub Terminal Temas.

Permukiman Intensitas Rendah–Tinggi (F2.4) arahan

pengembanganya berupa alokasi lahan bagi fasilitas ini di tiap unit

lingkungan.

Sedangkan untuk pusat pelayanan Unit Lingkungan dikembangkan kegiatan

sebagai berikut :

1. UL I (Kelurahan Sisir), pusat pelayanan di Krajan ditandai dengan

keberadaan Kantor Kelurahan, tempat ibadah, pendidikan, dan

perdagangan dan jasa. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan I :

Perdagangan dan Jasa Intensitas sedang-tinggi berada di

sepanjang koridor Jalan Diponegoro, dan sebagian Gajah Mada.

Fasilitas Umum dan Sosial berada di Agus Salim, Sultan Agung,

Bromo, Semeru, Arjuno.

Permukiman Intensitas Tinggi berada di wilayah Meduran dan

Kaliputih.

Wisata dan Rekreasi di Jatim Park, dan Alun - Alun

2. UL II (Kelurahan Temas), pusat pelayanan di Genengan ditandai dengan

keberadaan pasar Induk Batu di Jalan Dewi Sartika, tempat peribadatan,

perkantoran, terminal, dan perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di

Unit Lingkungan II :

Pasar Induk berada di Jalan Dewi Sartika

Perdagangan dan Jasa intensitas sedang - tinggi berada di Jalan

Patimura, Dewi Sartika, Imam Bonjol.

Fasilitas Umum dan Sosial berada di Jalan Wukir, Dewi Sartika.

Sub Terminal berada di Jalan Dewi Sartika.

Permukiman Intensitas Sedang -Tinggi di wilayah, Raya Oro – Oro

Ombo, Gelonggong, Besul, Temas Barat, Genting.

3. UL III (Kelurahan Songgokerto), pusat pelayanan di Songgoriti ditandai

dengan keberadaan obyek wisata permandian, hotel, villa, pasar wisata,

Page 6: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 6

tempat ibadah, dan pendidikan. Pengembangan kegiatan di Unit

Lingkungan III :

Wisata Songgoriti dan Pasar Wisata di Jalan Songgoriti.

Pendaratan Paralayang Gunung Banyak.

Perdagangan dan Jasa intensitas sedang di Jalan Songgoriti, dan

Arum Dalu

Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Arum Dalu, dan Songgoriti

Usaha Jasa Wisata secara terbatas Intensitas sedang di Jalan

Arum Dalu, dan Jalan Songgoriti.

Sub Terminal di Jalan Arum Dalu.

Permukiman dan Villa Intensitas sedang di Jalan Arum Dalu, dan

Jalan Songgoriti.

4. UL IV (Kelurahan Ngaglik), pusat pelayanan di Ngaglik Utara dan

Selatan ditandai dengan keberadaan fasilitas Kesehatan, Peribadatan,

Pendidikan, Perdagangan/jasa. Pengembangan kegiatan di Unit

Lingkungan IV :

Perdagangan dan Jasa intensitas sedang-tinggi di Jalan Gajah

Mada, sebagian Jalan Panglima Sudirman, Brantas.

Wisata Rekreasi di Agro Wisata.

Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Panglima Sudirman, Ikhwan

Hadi.

Permukiman dengan intensitas sedang-tinggi di wilayah Ngalik

Utara, Ngalik Selatan, dan Ngemul.

5. UL V (Desa Pesanggrahan), pusat pelayanan di Srebet ditandai dengan

keberadaan Kantor Desa, tempat peribadatan, dan pendidikan.

Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan V :

Perdagangan dan Jasa intensitas rendah – sedang di Suropati,

Hasanuddin,

Usaha Jasa Wisata Intensitas sedang di Jalan Panglima Sudirman,

Hasanuddin, dan Indragiri.

Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Suropati, Samadi,

Permukiman dan Villa dengan intensitas sedang di Jalan Anggrek

dan Mawar.

6. UL VI (Desa Oro-oro Ombo), pusat pelayananan di Oro-oro Ombo di

tandai dengan keberadaan Kantor Desa, pendidikan, dan tempat

peribadatan. Pengembangan kegiatan di Unit Lingkungan VI :

Perdagangan dan Jasa intensitas rendah-sedang di Jalan Oro –

Oro Ombo Raya, dan Dresel, serta Gondorejo.

Obyek Wisata Coban Rais di Gunung Panderman

Fasilitas Umum dan Sosial di Jalan Gondorejo, dan Oro – Oro

Ombo raya sert Dresel.

Permukiman dan Villa dengan intensitas rendah – sedang di Jalan

Gondorejo, Dresel, dan Oro – Oro Ombo Raya.

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur kegiatan fungsional dapat

dilihat peta 3.2 berikut ;

Page 7: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 7

Peta 3.2 struktur kegiatan fungsional

Page 8: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 8

3.2. Rencana Proyeksi dan Distribusi Penduduk

Perkembangan suatu kota salah satu indkatornya adalah terlihat dari

bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk di wilayah rencana sampai

tahun akhir perencanaan 2008 sejumlah 73.800 jiwa. Distribusi terbesar sampai

tahun 2008 teralokasikan di Unit Lingkungan Sisir sebesar 21.579 jiwa

sedangkan yang terkecil di Unit Lingkungan Songgokerto sejumlah 6.622 jiwa.

Untuk kepadatan yang tertinggi diarahkan di Unit Lingkungan Sisir

sejumlah 81 jiwa/ha, sedangkan yang terendah di arahkan pada Unit Lingkungan

Oro-oro Ombo sejumlah 5 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ; TABEL 3.2.

JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

2001 2003 2008 2003 20081 UL I (Kelurahan Sisir) 263.40 18,593 19,344 21,358 73.44 81.082 UL II (Kelurahan Temas) 461.05 12,493 12,998 14,351 28.19 31.133 UL III (Kelurahan Songgolerto) 566.86 5,765 5,998 6,622 10.58 11.684 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 320.27 10,285 10,701 11,814 33.41 36.895 UL V (Desa Pesangrahan) 699.40 10,197 10,609 11,713 15.17 16.756 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1691.63 6,914 7,193 7,942 4.25 4.69

4002.61 64,247 66,843 73,800 27.51 30.37

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Total

Kepadatan (Jiwa/Ha)No. BWK/UL LUAS (Ha)

Sumber ; Hasil rencana

3.3. Rencana Penggunaan Lahan 3.3.1. Rencana Kawasan Lindung Non Budidaya

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan mempunyai fungsi

utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa bagi

kepentingan pembangunan berkelanjutan. Termasuk dalam fungsi kawasan

lindung adalah kawasan yang memberi perlindungan bagi kawasan bawahannya

(kawasan hutan lindung, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat

(kawasan sekitar sumber mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar

waduk atau danau, kawasan terbuka hijau); kawasan pelestarian alam dan

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Kawasan tak terbangun dibagi dalam dua, yaitu kawasan lindung meliputi

kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya (hutan dan gunung);

Kawasan perlindungan setempat (sumber mata air dan kawasan sempadan

sungai); kawasan rawan bencana (banjir, longsor dan letusan gunung berapi,

kebakaran hutan); kawasan ilmu pengetahuan dan cagar budaya (nilai sejarah,

balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan) dan kawasan budidaya

tidak terbangun semak, sawah, tegalan, perkebunan, lahan kosong dan ruang

terbuka hijau.

Berdasarkan kriteria yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya,

dan arahan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu maka kawasan lindung

di wilayah perencanaan BWK I adalah sebagai berikut ;

3.3.1.1. Kawasan Perlindungan Bawahannya A. Kawasan Hutan Wisata Kawasan hutan wisata merupakan fungsi hutan produksi atau hutan

lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat berupa olahraga,

penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan alam laiinya. Hutan

wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini digunakan untuk

pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan pegunungan.

Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian menuju ke

puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto, sebagai desa

terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa pesanggrahan, Desa

Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

Taman wisata Songgoriti sebagai daerah peristirahatan dan area rekreasi

dimana daerah sekelilingnya sebelah Utara dan Barat merupakan kawasan

hutan produksi sehingga memiliki kawasan alam yang indah, sedangkan sebelah

Barat dan sekelilingnya merupakan kawasan pertanian hortikultura.

Kawasan Air terjun Coban Rais terletak di Desa Oro-Oro Ombo, termasuk

area hutan wisata dimana kondisi sekitarnnya dapat digunakan untuk penelitian,

olahraga dan camping. Kawasan ini sering digunakan untuk jogging dengan

Page 9: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 9

pemandangan hutan Pinus di sekitar area tersebut. Kesegeran dan nuansa

alami merupakan bagian dari ciri hutan wisata yang berfungsi sebagai daerah

penyangga kawasan sekitarnya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan

wisata alam. Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu untuk kawasan Hutan Wisata di

wilayah perencanaan di arahkan wilayahnya pada Kawasan Wisata Gunung

Panderman.

Pemanfaatan kawasan hutan wisata pada saat ini merupakan fungsi hutan

produksi atau hutan lindung yang diperuntukkan sebagai kegiatan wisata dapat

berupa olahraga, penelitian, peristirahatan, camping, pendakian dan kegiatan

alam lainya. Hutan wisata terdapat di Gunung Panderman, biasanya kawasan ini

digunakan untuk pendakian para pecinta alam dan area camping alam dan

pegunungan. Kawasan Panderman telah ada jalan setapak untuk pendakian

menuju ke puncak Gunung dan jalur pendakian melalui Desa Toyomerto,

sebagai desa terakhir. Gunung Panderman berbatasan dengan Desa

pesanggrahan, Desa Oro-Oro Ombo dan Kelurahan Ngaglik.

Permasalahan saat ini adalah penggunaan kawasan ini untuk budidaya

pertanian sayuran dan perladangan. Hal ini dapat membahayakan karena jenis

komoditi yang ditanam memiliki perakaran yang kurang kuat kuat sehingga pada

musim penghujan akan rawan terjadi erosi.

Arahan Pengendalian dari kondisi ini perlu dilakukan pendekatan yang

kontinu dan humanis mengingat petani yang menggarap lahan di kawasan ini

menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. Sistem kerja sama yang saling

menguntungkan antara petani, dan pemerintah dalam hal ini Perhutani, Dinas

Pertanian, dan Pemda Kota perlu dilakukan. Langkah strategis seperti

penerapan pola sistem tumpang sari antara tanama sayuran dengan tanaman

yang memiliki perakaran kuat dapat dijadikan alternatif termasuk juga

penerapan sistem bertani terasering yang relatif mampu memperlambat laju run

off air hujan dengan harapan tingkat erosi dapat ditekan. Pola ini diharapkan

akan merupakan solusi yang saling menguntungkan dimana petani mengarap

lahan tetapi pengawasan dan rehabilitasi lahan akan tetap berjalan seiring.

Pembukaan areal baru untuk lahan budi daya dilarang dan arel yang telah ada

diawasi dengan ketat. Pengawasan dan pengendalian ketat diberlakukan pada

kawasan ini bekerja sama dengan pihak Perhutani sebagai lembaga teknis dan

perangkat legalisasi Perda oleh Pemda Kota Batu.

B. Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Lindung di wilayah berdasarkan kriteria diatas dan arahan

dari RTRW Kota Batu dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I

Pusat Kota Batu diarahkan pada wilayah ;

Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum Perhutani) yaitu

di kawasan Gunung Srandil, dan Gunung Panderman.

Kawasan hutan lindung terdapat di kawasan sekitar Gunung Panderman

dan Gunung Srandil dengan kemiringan lahan > 40% dan ketinggian > 2000 M.

Pemandangan di kawasan ini sangat indah karena dapat melihat Kota Batu

secara keselurahan dengan pemandangan yang indah pada malam hari.

Kawasan hutan lindung di Gunung Panderman termasuk Desa Pesanggrahan

dan Desa Oro-Oro Ombo. Fungsi dan kedudukan kawasan hutan lindung

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kedudukan BWK Pusat Kota Batu

karena sebagai daerah resapan, penyangga dan penyeimbang bahkan Kota

Batu secara keseluruhan.

Permasalahan sama seperti kawaan hutan wisata, yaitu pemanfaatan

kawasan untuk lahan budidaya pertanian berupa tegalan dengan komoditi

saryuran dan juga digunakan sebagai areal villa estate Panderman Hill.

Arahan pengendalian untuk kegiatan perladangan sama seperti pada

penanganan kawasan hutan wisata. Sedangkan untuk kawasan villa estate

Panderman Hill akan dibatasi pengembangannya secara ketat, dan mewajibkan

untuk melakukan penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat pada

kavling yang belum dibangun. Mengingat pada saat ini banyak kavling yang

belum dibangun dan dibiarkan kosong tanpa vegetasi penyanggaa. Pola

Page 10: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 10

penanaman vegetasi dapat diatur sinergi dengan rencana pertamanan villa

tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta 3.3 arahan kawasan lindung ;

C. Kawasan Peresapan Air Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu dan berdasarkan kriteria

kawasan peresapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur

tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu

meresapkan air hujan secara besar-besaran. Maka arahan Rencana Detail Tata

Ruang Kota BWK I Pusat Kota Batu untuk kawasan ini adalah ;

Sebelah Barat Daya wilayah perencanaan di lereng Gunung. Srandil dan

Gunung Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, dan Desa

Oro-oro Ombo.

Permasalahan mengingat kawasan resapan air ini lokasinya integral

dengan kawan hutan wisata, dan hutan lindung maka memiliki permasalahan

yang sama. Untuk itu arahan pengendaliannya juga menerapkan pola yang

sama dengan dua kawasan sebelumnya.

3.3.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat A. Sumber Mata Air Kawasan sekitar sumber mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian mata air.

Kawasan ini ditentukan sekurangnya dalam radius 200 m sekitar mata air.

Sumber mata air yang ada di Pusat Kota Batu jumlahnya 27 sumber yang

tersebar di seluruh kawasan ini. Untuk lebih spesifik sumber mata air ini

dideskripsikan berdasarkana administrasi di BWK Pusat Kota Batu, yaitu :

1. Kelurahan Sisir Sumber mata air yang ada tersebar di beberapa titik, yaitu Sumber

Pingkan, Sumber Kauman, Sumber Pendem, Sumber Torong I, II, III. Sumber

Pingkan dan Kauman berada di daerah permukiman penduduk di Krajan;

sedangkan Sumber Pendem, Sumber Belik dan Sumber Torong berada di

daerah pertanian sawah, Kaliputih.

2. Kelurahan Temas

Sumber mata air terdapat di beberapa titik yaitu, Sumber Genting, Sumber

Wunut, Sumber Tulus, Sumber Torongkubo, Sumber Ceprik, Sumber

Trenggolan, Sumber Ledok, Sumber Kandang, Sumber Genenggal, Sumber

Kampungteh, dan Sumber Reco

Sumber Genting, Wunut, Tulus, Torongtubo, Kampungteh, dan Ceprik

berada di daerah pemukiman penduduk; sedangkan Sumber Trenggolan, Ledok,

Kandang, dan Genenggal, di daerah pertanian sawah.

3. Kelurahan Nganglik Sumber mata air di Kelurahan Ngaglik hanya satu, yaitu Sumber Belik

Ciduk. Sumber air yang berada di daerah pemukiman dan dalam kondisi baik.

Letaknya di Ngaglik Utara.

4. Kelurahan Songgokerto

Sumber mata air yang ada di daerah ada di beberapa titik, yaitu sumber

Torengdadap, Sumber Kasinan, Sumber Torongbelok, dan Sumber Karang

Wlico. Sumber Kasinan berada di daerah pertanian hortikultura, sedangkan

Torongbelok, Torengdadap dan Karang Wlico berada di kawasan hutan. Sumber

Karang wlico dan Kasinan dimanfaatkan untuk sumber air bersih bagi penduduk

setempat. Debit dan kondisinya masih sangat baik sebagai sumber untuk

kepentingan penduduk.

5. Desa Pesanggrahan Sumber air yang terdapat di Unit Lingkungan ini ada 2, yaitu Sumber

Seruk dan Sumber Belik Belur. Sumber Seruk berada di daerah pertanian

hortikultura dan telah dibuatkan bak penampung air yang ada dan kadang

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mandi. Kondisi debit air keduanya cukup

baik.

Page 11: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 11

Peta 3.3. kaw lindung

Page 12: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 12

6. Desa Oro-Oro Ombo

Sumber yang terdapat di unit linkungan ini ada 3, yaitu Sumber Andong,

Gondorejo dan Sumber Dami. Sumber Andong dan Gondorejo berada di daerah

tegalan Gondorejo; sedangkan Sumber Darmi di kawasan hutan Lindung dekat

air terjun Coban Rais.

Sumber mata air yang ada di wilayah rencana, secara kaidah tata ruang

akan ditetapkan memiliki sempadan seperti yang telah disebut diatas, apabila

pada saat ini telah terdapat kegiatan budi daya pada areal sempadan tersebut

maka perkembangnnya akan dibatasi secara ketat terutama untuk pengunaan

lahan katagori areal terbangun. Sedang pada areal mata air yang masih alami

kawasan sempadan akan berlaku secara mutlak.

B. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan

sungai, termasuk sungai buatan./kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kriterianya adalah :

sungai besar di luar kawasan pemukiman selebar minimal 100 m

anak sungai di luar kawasan permukiman selebar 50 m

sungai di kawasan permukiman selebar 15 m

sungai bertanggul sempadannya diukur dari kiri-kanan kaki tanggul bagian

luar sempadan tanggul sungai.

Sungai tidak bertanggul diukur dari titik banjir tertinggi ke arah darat. Permasalahan di beberapa lokasi sungai seperti sungai Brugan, Clumprit,

Curah Krikil dan Mranak ada sempadan yang digunakan sebagai permukiman.

Untuk Sungai Brugan di wilayah Songgoriti, untuk Sungai Clumprit di wilayah

Sukomulyo, Besul dan Glonggong, Sungai Curah Krikil di wilayah Glonggong,

Sungai Mranak di wilayah Genengan.

Arahan pengendalian bagi kondisi ini adalah pengendalian ketat dengan

membatasi secara ketat pembangunan di sekitar sempadan ini Sedangkan untuk

sempadan sungai yang penggunaan sempadannya masih didominasi oleh

kegiatan non terbangun seperti di pinggir Sungai Brantas (batas Utara wilayah

perencanaan) maka akan tetap dipertahankan dan pemberlakuan ketetapan

sempadan sungai berlaku mutlak.

Adapun arahan pengendalian untuk pengaturan sempadannya adalah

sebagai berikut ;

1) Sungai Brantas yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter untuk

sempadan sungainya ditetapkan :

Sungai Brantas yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan

sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai.

Sungai Brantas yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman

sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di

sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

2) Sungai kecil yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter di wilayah

BWK I Pusat Kota terdapat pada Kali Klumprit, Kali Mranak, Kali Brugan dan

Kali Curah Krikil sempadan sungainya ditetapkan :

Sungai yang tidak bertanggul, garis sempadan sungai ditetapkan

sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai.

Sungai yang bertanggul yang berada di kawasan permukiman sempadan

sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar

sepanjang kaki tanggul.

3) Untuk anak sungai yang mengalir ke sungai kecil yang biasanya dimanfaatkan

untuk irigasi (pengairan) dan drainase sekunder untuk yang bertanggul

ditetapkan garis sempadan 1 (satu) meter di sebelah luar sepanjang kaki

tanggul untuk yang berada di dalam kawasan permukiman. Dan 3 meter

untuk yang tidak bertanggul dihitung dari tepi sungai.

C. Sempadan SUTT dan SUTET.

Keberadaan Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi yang

berada di wilayah perencanan perlu mendapat perhatian mengingat cukup

tinginya perkembangan penggunaan lahan yang dikhawatirkan dapat juga

Page 13: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 13

menggunakan lahan di bawah SUTT dan SUTET. Untuk mengatur hal tersebut

beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan adalah sebagai berikut ;

TABEL3.3 JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET

DENGAN TANAH DAN BENDA LAINNYA

No Lokasi

SUTT 66 kV

SUTT 150 kV SUTET 500 kV

(m) (m) Sirkit-ganda (m)

Sirkit- tunggal (m)

1. Lapangan terbuka pada luar kota

6,5 7,5 10 11

2. Jalan raya 8 9 15 15 3. Pohon-pohon pada umumnya

3,5

4,6

8,5

8,5 4. Bangunan tidak tahan api dan

lapangan olah raga

12,5

13,5

14

15 5. Bagian bangunan yang tahan

api 3,5 4,5 8,5 8,5

6. SUTT lainnya: penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi dan kereta gantung

3

4

8,5

8,5

7. Rek kereta biasa 8 9 15 15 8. Jembatan besi, rangka besi

penahan penghantar kereta listrik terdekat dan sebagainya

3

4

8,5

8,5 9. Titik tertinggi tiang kapal pada

kedudukan air pasang/tertinggi pada lalu lintas air

3

4

8,5

8,5

Sumber : Peraturan instalansi listrik tahun 1987

Jaringan SUTT/SUTET di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu

berada dari arah Selatan melalui Kelurahan Temas (dusun Kampungteh),

Kelurahan Sisir (dusun Genengan – jalan Sultan Agung – dusun Kampung

Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (dusun Srebet).

Permasalahan terdapat sempadan SUTT/SUTET yang peruntukkannya

digunakan sebagai lahan terbangun yaitu berada di wilayah Kampung Teh,

Genengan dan Kampung Anyar.

Arahan Pengendalian untuk wilayah Kampung Teh, dan Genengan

pelarangan pembangunan secara ketat terutama secara vertikal, maupun

horizontal. Sedangkan untuk Kampung Anyar segera diupayakan semacam jalur

larangan membangun mengingat masih ada lahan kosong di wilayah ini tepat di

bawah jaringan. Penyusunan Perda oleh Pemda dan Peraturan dari PLN

mengenai jalur larangan ini perlu segara di lakukan sebelum lahan kosong

tersebut berubah fungsi. Selanjutnya setelah pembebasan areal tersebut dapat

difungsikan dengan fungsi lahan non terbangun yang dikelola oleh Pemda

ataupun oleh PLN. Sedangkan perlakuan fisik konservasi pada daerah yang

dilalui SUTT/SUTET diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di

jalan kembar Sultan Agung akan tetap dipertahankan. Sedangkan untuk

SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya dibuat jalan diarahkan untuk

dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri dari pulau-pulau taman. Untuk

lebih jelasnya lihat peta 3.4 arahan perlindungan setempat (kawasan konservasi)

3.3.2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di wilayah perencanaan

BWK I terdapat di beberapa lokasi yaitu di Songoriti, dan Jalan Panglima

Sudiman, serta WR. Supratman.

Dari dua lokasi tersebut dapat dibagi menjadi dua spesifikasi yaitu

kawasan budaya peninggalan jaman kerajaan berupa keberadaan bangunan

Candi di Songgoriti, dan kawasan budaya peninggalan jaman Kolonial Belanda

yang dintandai dengan keberadaan bangunan arsitektural Kolonial.

Bila dilihat dari kriterianya suatu kawasan disebut memiliki potensi

dikembangkan sebagai kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan apabila ;

kawasan yang dimaksud merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia

yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

Page 14: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 14

peta 3.4 arahan perlindungan setempat (konservasi)

Page 15: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 15

Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu, untuk kawasan cagar budaya dan ilmu

pengetahuan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu diarahkan pada ;

1. Candi Songgoriti atau Candi Supo

2. Bangunan-bangunan Kuno peninggalan dari Belanda pada masa penjajahan

yang ada di jalan Panglima Sudirman dan jalan WR. Supratman yang banyak

terdapat bangunan tempat tinggal bekas kolonial Belanda.

3. Bangunan peribadatan seperti Gereja Katolik di Jalan Panglima Sudirman,

Gereja GPIB di jalan Raya Trunojoyo yang bercorak gaya kolonial.

Permasalahan secara teknis fisik bangunan untuk Candi Suko perlu

dilakukan konstruksi ulang agar tampilan candi secara utuh dapat dilihat,

sedangkan untuk bangunan dengan corak kolonial adalah masih rentanya

persepsi sejarah arsitektur bangunan oleh perubahan. Pemilik bangunan masih

sebagian masih belum menyadari bahwa bangunanya merupakan cagar budaya

sehingga jika pihak pemilik rumah ingin merenovasi secar total maka hal itu sah

saja.

Arahan Pengendalian Pemerintah Kota Batu perlu segera menetapkan

Perda yang berkaitan secara spesifik lokasi kawasan cagar budaya, berikut

pedoman peraturan yang bersisikan larangan, dan tindakan disintensif bagi

pelanggaran dan intensif bagi pihak yang telah mengikuti peraturan. Hal ini perlu

dilakukan agar salah satu identitas wajah Kota Batu tidak hilang, dan contoh

kasus di Kota Malang yaitu kawasan Jalan Ijen (kawasan konservasi bangunan)

dimana perlahan tapi pasti banyak rumah yang berganti total arsitekturalnya dari

gaya Kolonial ke gaya Mediteran serta Romawi tidak terjadi di Kota Batu.

3.3.3. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana dikategorikan seperti rawan longsor, kebakaran

hutan dan rawan banjir. Kawasan yang rawan bencana dikarenakan gundulnya

hutan dan degradasi lingkungan, berada pada kawasan konservasi dan berada

pada cekungan jurang jika dipandang dari ketinggian dan kemiringan Kota Batu.

Secara keseluruhan gundulnya hutan dan kawasan sekitarnya menjadikan

rawan bencana.

Kawasan rawan bencana longsor, berada di Dusun Toyomerto,

Panderman Hill, Songgoriti, Flamboyan dan Dresel, jalan sepanjang kawasan

Payung. Jika ditinjau dari kemiringan lahan kawasan ini berada pada ketinggian

15-40% dimana berada pada kawasan penyangga dan pengendalian ketat.

Ditambah lagi keberadaan kawasan hutan sekitarnya telah gundul dan

mengalami degradasi lingkungan yang parah. Adapun kawasan rawan bencana

tersebut terdapat pada :

Kawasan berlereng di sekitar Gunung Panderman yaitu di Dusun Toyomerto,

Oro-Oro Ombo (kawasan Villa Paderman Hill dan sekitarnya).

Payung

Permasalahan pada kawasan ini kondisi hutannya terjadi pengundulan

dan beberapa lokasi dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sayur, tanaman

pangan dan kegiatan permukiman terutama villa.

Pengendalian pada kawasan ini berupa penghutan kembali atau reboisasi

dengan vegetasi yang memiliki perakaran kuat tetapi memiliki waktu tumbuh

yang relatif cepat. Sedangkan untuk kawasan yang telah dibudidayakan harus

diawasi dengan ketat perkembangannya, dan berupaya dilakukan pendekatan

kepada para petani agar pola tanam memanfaatkan juga komoditi tanaman yang

memiliki sifat perakaran kuat. Sistem pola tanam tumpang sari dimana tanaman

komoditi ditamam dengan tamanan dengan perarakaran kuat juga sangat

dianjurkan. Pembuatan terasiring dapat juga dilakukan dikombinasikan

penanaman tanaman pelindung dengan sistem tumpang sari.

3.3.4. Rencana Kawasan Budidaya

Penggunaan lahan untuk kawasan budidaya meiliputi pemukiman,

perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, kesehatan, pariwisata,

pertanian, perindustrian, dan fasum dan fasos serta ruang terbuka hijau.

Penggunaan lahan yang paling dominan adalah untuk pertanian dibandingkan

Page 16: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 16

penggunaan lahan lainnya. Wilayah budidaya dibedakan dalam dua karakter di

wilayah perencanaan, yaitu karakter pedesaan dan perkotaan. Karakter

penggunaan lahan pedesaan ada di Unit Lingkungan V dan Unit Lingkungan VI,

sedangkan karakter perkotaan ada di Unit Lingkungan I, II, III dan IV. Jelasnya

Kawasan permukiman dijabarkan sebagai berikut ;

3.3.4.1. Rencana Kawasan Permukiman

Berdasarkan kriteria dan arahan dari RTRW Kota Batu maka permukiman

di wilayah perencanaan masuk dalam katagori karakter perkotaan berlokasi

antara lain di ;

UNIT LINGKUNGAN I (Sisir), yaitu : Jalan Diponegoro, Jalan Minwarso,

Jalan Kapten Ibnu, Jalan Sultan Agung, Jalan Diman, Jalan Masowari, Jalan

Basket, Jalan.Kartini, Jalan Tenes, Jalan Sudiro.

UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : Jalan Dewi Sartika, Jalan Dewi

Sartika Atas, Jalan Imam Bonjol, Jalan Patimura.

UNIT LINGKUNGAN III (Songgokerto), yaitu : Jalan Trunojoyo, Jalan

Flamboyan, Jalan Terusan Flamboyan, Jalan Mawar.

UNIT LINGKUNGAN IV (Ngaglik), yaitu : Jalan Panglima Sudirman, Jalan

Ahmad Yani, Jalan Ikhwan Hadi, Jalan Suropati, Jalan Kasiman, Jalan Hadi,

Jalan WR. Supratman, Jalan Mustari, Jalan Sudarso, Jalan Kasan Kaiso,

Jalan Terusan Kasiman, Jalan Kasan Kaiso, Jalan Abdul Rachman, Jalan

Darsono, Jalan Abdul Jalil, Jalan Abdul Gani, Jalan Abdul Gani Atas, Jalan

Gajah Mada.

UNIT LINGKUNGAN V (Desa Pesanggrahan), yaitu : Jalan Panglima

Sudirman, Jalan Samadi, Jalan Sareh, Jalan Sajid, Jalan Suropati, Jalan

Kamboja, Jalan Anggrek, Jalan Seruni, Jalan Sakura dan Jalan Melati.

Dan permukiman dengan karakter perdesaan antara lain berlokasi di ;

UNIT LINGKUNGAN II (Temas), yaitu : di Dusun Temas Barat, Putuk dan

Babatan

UNIT LINGKUNGAN V (Pesanggrahan), yaitu : Dusun Toyomerto dan

Srebet

UNIT LINGKUNGAN VI (Oro-Oro Ombo), yaitu : Daerah Dresel, Gondorejo

Oro-Oro Ombo atas dan Oro-Oro Ombo Raya

Permasalahan berdasarkan kriterianya akan dibagi menjadi dua bagian

yang pertama Permukiman Perkotaan yaitu ;

Permukiman padat di wilayah perencanaan yang berada di Klumusan,

Pesantren, Ngaglik Utara, Krajan, Genteng, Putuk, Klerek, Babatan, Besul

Meduran, Toyomerto, Dresel dan Kaliputih. Jika perkembangan permukiman

padat ini tidak segera dikendalikan dan ditata, maka dikhawatirkan akan

berkembang menjadi permukiman kumuh.

Pada wilayah permukiman padat ini utilitas berupa drainase dan sistem

persampahannya masih perlu mendapat pembenahan.

Wilayah permukiman padat ini juga miskin akan tata hijau sehingga terkesan

kurang asri.

Pembangunan kawasan permukiman mewah dalam hal ini villa yang semakin

mendesak kawasan konservasi yaitu Panderman Hill, Villa Songgoriti, Villa

Batu Permai dan keberadaan villa di Jalan Flamboyan.

Masih adanya minat untuk membangun permukiman skala besar di wilayah

perenanaan BWK I oleh developer karena letaknya yang strategis.

Perlahan tapi pasti akan terjadi peningkatan areal kawasan permukiman di

wilayah perencanaan sehingga akan berpengaruh pada semakin kecilnya

areal resapan hujan.

Arahan penanganan dan pengendalian adalah sebagai berikut ;

Penerapan program perbaikan kampung pada wilayah – wilayah ini yang

langsung diintegralkan dengan penanganan masalah drainase dan

persampahan.

Meneruskan program P2KP sebagai salah satu akses untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat miskin kota yang nota bene tinggal di wilayah padat

Page 17: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 17

sehingga memiliki pendapatan lebih dengan harapan sebagian dapat

digunakan untuk melakukan perbaikan lingkungan dan bangunannya.

Mengupayakan penghijauan dengan koordinasi tiap RT dan RW

menggunakan bahan-bahan yang sederhana misalnya kaleng bekas

dijadikan sebagai pot tanaman, ataupun swadaya dengan pengadaan pot

konvensional.

Membatasi secara ketat perkembangan villa estate dengan perangkat Perda

antara lain Perda Tata Ruang, dan Perda lainnya yang lebih teknis lagi dan

mendetail mengenai pengaturan di kawasan ini.

Pemberlakuan pelarangan pembangunan villa estate di wilayah sekitar

kawasan konservasi.

Melakukan pola disinsentif bagi kawasan yang memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi kawasan villa misalnya dengan tidak mengeluarkan

ijin peruntukan bangunan dan tidak menyediakan akses maupun fasilitas dan

uttilitas penunjangnya.

Arahan untuk pembangunan permukiman perkotaan skala besar oleh

developer diarahkan ke luar wilayah perencanaan BWK I untuk itu perlu

Perda yang menjadi landasan kuat bagi pengaturan hal ini.

Untuk pengembangan permukiman masih dapat dilakukan di wilayah BWK I

dengan syarat ; sedapat mungkin menghindari kawasan pertanian irigasi

teknis, kawasan konservasi, dan kawasan lindung lainnya. Arahan

pengembangan kawasan permukiman di wilayah perencanaan diarahkan ke

arah arah Krajan Timur dan Desa Genting, Temas Barat, Besul, Ke Selatan

Oro-Oro Ombo, Sukoarjo Utara, Jalan Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.

Pembuatan sumur resapan air hujan pada tiap lokasi perumahan yang baru

akan dibangun.

Untuk Permukiman dengan karakter perdesaan yang masih terdapat di

wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu Permasalahan adalah ;

Kondisi lingkungan dan bangunan yang masih kurang memenuhi standar

kesehatan seperti ada beberapa rumah yang masih berdekatan dengan

kandang ternak seperti di Desa Toyomerto dan di Dresel Desa Oro-Oro

Ombo.

Masih kurangnya utilitas berupa jaringan drainase, dan masih kurangnya

tingkat kebersihan yang terkait dengan penanganan persampahan.

Beberap unit rumah di Toyomerto dan Dresel menempati lokasi yang rawan

seperti di bawah tebing curam.

Arahan penanganan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut ;

Penerapan program pembangunan khusus untuk desa yang memiliki

ketertigalan. Dengan program ini percepatan pembangunan di wilayah desa

yang dimaksud dapat dipacu denga lebih cepat lagi. Keterlibatan peran serta

masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan dapat dimasukan dalam

program ini sehingga rasa memiliki terhadap apa yang telah dibangun lebih

tinggi.

Untuk lokasi rumah yang berada di daerah rawan pihak pemerintah desa

dengan pemerintah kota dapat bekerja sama dalam melakukan relokasi bila

kondisinya sudah benar – benar mengkhawatirkan.

Segera melakukan sosialisasi bekerja sama dengan pihak pemerintah desa

mengenai lokasi yang tidak boleh diperuntukkan bagi bangunan.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan kawasan permukiman dapat dilihat

pada peta 3.5 berikut ;

Page 18: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 18

Peta 3.5 arahan kaw permukiman

Page 19: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 19

3.3.4.2. Kawasan Perdagangan dan Jasa A. Perdagangan

Pada kawasan perdagangan dan jasa yang telah ada merupakan

kawasan perdagangan dan jasa campuran antara lain supermarket (hanya di

depan Alun-alun), pertokoan, rumah makan/restauran, show room, bengkel,

bank, salon, dan lain sebagainya di Kota Batu saat ini didominasi disekitar jalan-

jalan utama antara lain di sekitar jalan Diponegoro, jalan Gajah Mada, Panglima

Sudirman bawah, WR Supratman, Kartini, Imam Bonjol, Sudiro, Dewi Sartika,

KH. Agus Salim

Arahan pengklasifikasian kawasan perdagangan jasa berdasarkan

komoditi yang dijual adalah sebagai berikut ;

Komoditi Sembako (Sembilan Bahan Pokok)

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika.

o Eceran di arahkan di Jalan Dewi Sartika, Oro – Oro Ombo Raya ke arah

Jalan Agus Salim.

Komoditi Sandang

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu.

o Eceran di arahkan di Gajah Mada, dan Panglima Sudirman.

Komoditi Papan (bahan bangunan)

o Grosir dan eceran di arahkan di Pasar Induk Batu Jalan Dewi Sartika.

o Eceran di arahkan di Jalan Diponegoro dan Patimura.

Komoditi Pelengkap (alat listrik, kosmetik, restoran, alat tulis/perkantoran,

pecah belah, furniture, hiburan, alat elektronik dan komunikasi untuk grosir

dan eceran berada di sepanjang jalan utama.

Pola kecenderungan kuat untuk perkembangan perdagangan dan jasa,

adalah ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan. Oro-Oro Ombo Raya dan

ke Selatan arah Jalan. Patimura menuju Beji. Pola kecenderungan

perkembangan untuk perdagangan dan jasa biasanya mengikuti koridor jalan

utama atau pusat kegiatan kota. Beberapa jenis perdagangan dan jasa yang

ada di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 3.4 JENIS PERDAGANGAN DAN JASA DI BWK I

TAHUN 2003 No. Unit Lingk Ruas Jalan Jenis Peruntukkan

1 Kel Temas Patimura Restoran Sate Kelinci, Wartel, pembuatanbatako, panti pijat Rini Jaya, restoran Bebek Kwali, cuci mobil, wisma Madura Jaya, toko bangunanSumber Rejeki, bengkel las, warung makan, Koperasi Citra Abadi, showroom, meubel Sejaticounter HP Booam Cell, meubel makmur, pecel Madiun, bengkel motor Awang, KoperasiPertanian Batu, Koperasi Mandiri, Yulianto Laswarung Soto Medan, warung sate hot plate, wartel Tiara, wisma Nala

Dewi Sartika Toko eceran Family, warung, Koperasi KusumaJaya, bengkel, BPR Bumi Rinjani, Bank KrisnaMandala, Bank BRI Unit Batu I, meubel sejati,Dermaga Kencana motor, kios buah, bengkel Honda, toko listrik cahaya abadi, dealer Kanzentoko listrik santoso, Bank Jatim, BNI,Columbiakredit, Pegadaian, Krisna Motor, Bank Danamontoko besi sumber jaya, Koperasi simpan pinjamArta Karya, bank Mandiri, toko alat rumah tangga surya kencana, depot, sanjaya motor,kios oleh-oleh kripik kentang super, wismaNala,

Imam Bonjol Hotel Imam Bonjol, toko Ismaniya, warung,bengkel, toko kain Barokah, bengkel motor, wartelkios buah, toko kain Mulyo, salon Liana

Oro-oro Ombo Toko kayu Kalimantan, warung, bengkelRayaSukoharjo Warung, bengkelWukir Warung, bengkel

2 Kel. Sisir Diponegoro Pembibitan kaktus, depot rejeki, BPR Pancadana Batu, toko material 27, BRI Kacab Batu,toko keramik Anugerah, bengkel Diponegoro,kios oleh-oleh, toko oli mobil Diponegoro 86,restoran rawon brintik, persewaan alat pestakomando, warung amanda, toko oli sinar terangwijaya motor, SPBU, restoran ayam kalasan,subur motor, notaris Roy Pudyo,bougenvillecafé resto, restoran mesir, bank Lippo, depomaterial rejo agung

Agus Salim Warung, bengkel, BPR Tripakarti, Koperasi Pegawai Negeri,wartel, salon, BPR Artorejotoko meubel Olympic, pangkas rambut

Sultan Agung Koperasi Distribusi Langgeng, Imam Bonjol Atas Fitri CateringAbdul Gani Atas Lesehan Pondok Bambu, Hotel Paleran SoerabayaGajah Mada Batu PlazaSudirno Pedagang Kaki Lima makanan dan minumanWR Supratman Asuransi Jiwa Sraya, bengkel, warung, toko

onderdil,3 Kel. Ngaglik Gajah Mada Toko baju, toko alat tulis dan kantor, restoran Bang

Mari'e, toko emas Anda, toko emas Ratna Sarie,warung nikmat, toko alat tulis Pelajar, toko listrikTerang, toko tekstil Santoso, toko sepatu, Bank

Sudirman BCA, restoran Pelangi, Showroom Suzuki HeroSakti, BPR Dwi Cahaya Nusaperkasa, restoranMetro, foto klasik, toko material Tunggal Jaya Makmur, warung Asri, Salon Kawi, Salon Lili, tokoSurya Indah, Pelangi motor, Kurnia Motor, BumiPutera, BTPN, warung

4 Desa Pesangrahan Sudirman SPBU, Mutiara Batu hotel, Metropole hotel, Apple Green hotel, Asida hotel, Kartika Wijaya hotel, BPR Sumber Dana Makmur,

Indragiri Orchid hotel Hasanudin Batu Permai hotel

5 Kel. Songgokerto Trunojoyo Nirwana hotel, Batu Inn, SPBU, PKL PayungPalem hotel, showroom, warung, bengkellosmen wisata indah, Aster hotel

Songgoriti Kartika Raya hotel, Kami Sato hotel, permandianair panas Songgoriti, Tirtanirwana,

6 Desa Oro-Oro Ombo Oro-Oro Ombo Raya Warung, bengkel Sumber ; Hasil Survey

Page 20: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 20

Permasalahan kawasan perdagangan dan jasa adalah ;

Masih kurangnya areal parkir off street di lokasi ruas jalan Kartini, Gajah

Mada, WR. Supratman, Panglima Sudirman Bawah, Diponegoro, Imam

Bonjol dan Dewi Sartika.

Sudah tingginya intensitas pemanfaatan lahan pada kawasan di sepanjang

koridor jalan tersebut diatas.

Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;

Keberadaan perdagangan dan jasa ini tetap dipertahankan dan dapat

dikembangkan intensitasnya dengan ketentuan perdagangan dan jasa yang

banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan diwajibkan memiliki

parkir sendiri di dalam bangunan perdagangan itu sendiri (parking off street).

Pembagian pengembangan intensitas pemanfaatan lahan untuk kawasan

perdagangan dan jasa ini adalah sebagai berikut ;

o Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,

diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang - tinggi dengan

ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan

kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off

street)

o Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan

Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, dan jalan-jalan

utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan jasa

intensitas sedang -rendah.

o Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan Jalan Sultan Agung

pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan

secara ketat dan diarahkan untuk kegiatan permukiman dan fasilitas

umum serta sosial. Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan

intensitasnya rendah dengan lingkup pelayanan lokal.

Arahan bagi pengembangan areal perdagangan dan jasa yang baru

diarahkan ke arah Utara Jalan. Brantas, ke selatan Jalan Oro-Oro Ombo

Raya dan Jalan Patimura menuju Beji. Intensitas yang direncanakan adalah

sedang dan kecil

o Pasar Induk Pasar Induk di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini berada

di Jalan Dewi Sartika. Pengembangan lebih lanjut mengenai Pasar Induk

Kota Batu tetap dipertahankan pada tempat ini dan perlu peningkatan

mengenai kondisi bangunan dan lingkungannya yang dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang memadai, misalnya musholla, parkir, TPS dan

lain sebagainya.

o Pasar Wisata Pengembangan pasar wisata di Kota Batu diutamakan pada perdagangan

hasil kerajinan (souvenir) masyarakat Kota Batu, makanan dan minuman

khas Batu, hasil pertanian (terutama tanaman hias dan bunga potong).

Pengembangan pasar wisata selain dekat dengan obyek dan kawasan wisata

juga pada kawasan strategis yang ada ada di pusat Kota Batu untuk

memudahkan para wisatawan mengunjunginya. Adapun lokasi pasar wisata

diarahkan pada :

Pasar Songgoriti

Pasar Wisata di jalan Sudiro.

Permasalahan dari pengembangan pasar wisata ini adalah sebagai

berikut ;

Pasar Songgoriti masih perlu pembenahan terutama pada penyediaan

areal parkir dan areal disekitar pasar yang masih ada yang belum

mendapat perekerasan.

Saluran drainase yang masih kurang penyediaanya

Tempat sampah yang masih kurang.

Penataan kios yang masih kurang rapi.

Untuk pasar wisata di Jalan R.A Kartini masih kurang dalam penataan

pedangangnya dan tempat sampah.

Arahan Penanganan adalah sebagai berikut ;

Melakukan perkerasan dengan paving stone ataupun dengan conblok

Page 21: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 21

Membangun saluran drainase di sepajang jalan lokasi pasar wisata

Songoriti

Menyediakan tempat sampah di kedua lokasi pasar

Penataan kios di kedua pasar agar lebih menarik dan artistik misalnya

dengan menggunakan warna tenda dan bervariasi, penataan barang

dagangan yang lebih variatif.

Membangun pasar wisata di jalan Sudiro

Untuk melaksanakan hal tersebut maka kerja sama antara Pemda Kota

dengan Paguyuban pedagang setempat diperlukan.

o Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedangang kaki lima terkonsentrasi sebagian besar di ruas Jalan Sudiro,

Munif, R.A Kartini dan disamping Taman Makam Pahlawan. Kondisi saat ini

untuk lokasi PKL di sekitar Alun-Alun adalah ; PKL siang hari berlokasi di

depan Gedung Ganesha berjualan dari pukul 08.00 - 17.00. Pada malam

hari lokasinya dialihfungsikan sebagai areal parkir untuk pengunjung PKL di

Jalan Munif dan Sudiro.

Permasalahan dilokasi ini adalah ;

Adanya APK dokar/delman yang jaraknya berdekatan dengan lokasi PKL

di depan Gedung Ganesha sehingga bau dari aktivitas APK ini

menggangu pengunjung.

Masih kurangnya fasilitas drainase di Jalan Sudiro sehingga pada saat

hujan air limpasan dengan deras menggenangi lokasi PKL di depan

Gedung Ganesha.

Masih kurangnya tempat sampah di semua lokasi PKL.

Masih dapat ditingkatkan tampilan dari PKL sehingga lebih menarik lagi

Arahan Penanganan lokasi PKL Alun – Alun secara garis besar adalah ;

Pertama Menyekat antara lokasi APK dokar dengan lokasi PKL dengan

tanaman penghalang. Tanaman ini dapat di tempatkan dalam pot dengan

dimensi agak besar dan berisikan tanaman yang memiliki morfologi

dedaunan yang rimbun serta mampu meyerap bau secara maksimal.

Kedua merelokasi APK agak menjauh dari PKL kearah mendekati Alun-

Alun.

Membangun saluran drainase di Jalan Sudiro yang kemudian menyatu

dengan saluran bawah tanah yang ada di depan Gedung Ganesha.

Menyediakan tempat sampah yang merata di tiap lokasi PKL

Menata tampilan PKL dengan tenda yang lebih variatif dan cara penyajian

makanan yang lebih unik serta papan nama/daftar menu yang lebih variatif

pula.

C. Jasa Jasa merupakan suatu bentuk layanan kepada konsumen dalam bentuk

non fisik. Untuk aktifitas jasa bisanya memiliki kecenderungan untuk menyatu

dengan kegiatan perdaganganl karena memiliki tipikal yang cenderung sama.

Arahan pengembangan kawasan jasa di BWK I adalah sebagai berikut ;

Jasa Kursus/Pendidikan (mengemudi, computer, bahasa) diarahkan pada

Jalan Imam Bonjol, WR. Supratman, Jendral Sudirman.

Jasa Komunikasi (wartel, Warnet) diarahkan sepanjang koridor jalan utama

untuk wartel dan Jalan WR Supratman, Jalan Agus Salim, serta Jalan

Panglima Sudirman untuk Warnet.

Jasa Percetakan (foto kopi, afdruk foto, sablon) diarahkan pada Jalan

Panglima Sudirman, Gajah Mada, dan Brantas.

Jasa Kecantikan (salon, pangkas rambut) diarahkan pada Jalan Gajah

Mada, Agus Salim, dan Diponegoro.

Jasa Hiburan (rental VCD, Play Station, Billyard) diarahkan pada Jalan

Gajah Mada, Diponegoro.

Jasa Kesehatan (fitness, panti pijat, pengobatan alternatif) diarahkan pada

Jalan Patimura, Diponegoro.

Jasa Perbengkelan mobil, motor dan alat pertanian, diarahkan pada Jalan

Patimura, Diponegro, dan Jalan Dewi Sartika.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.6. arahan kawasan Perdagangan

dan jasa.

Page 22: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 22

Peta 3.6. arahan kawasan Perdag dan jasa

Page 23: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 23

3.3.4.3. Pendidikan

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu pengembangan pendidikan

dilihat dari spatialnya di wilayah perencanaan tidak direncanakan dalam bentuk

kawasan melainkan menyebar sesuai dengan kebutuhannya terutama untuk

jenis pendidikan TK dan SD. Sedangkan pendidikan jenis SLTP dan SMU/SMK

negeri direncanakan tiap BWK terdapat pada fasilitas jenis ini

Arahan bagi pengembangan fasilitas pendidikan di wilayah perencanan

BWK I Pusat Kota Batu adalah ;

Menetapkan keberadaan fasilitas pendidikan yang telah ada sekarang.

Lebih mengarahkan pada penambahan sekolah kejuruan yang mengkhusus

pada bidang – bidang aplikatif sesuai tuntutan pasar. Fasilitas ini diarahkan

pada lokasi jalan Sultan Agung.

Pengembagan BLK – BLK yang berkonsentrasi pada perbengkelan dan

pertukangan, pariwisata dan sebagainya yang lokasinya dapat menyebar

sesuai dengan kondisi lahan yang ada di unit – unit lingkungan.

Pengembangan fasilitas pendidikan perguruan tinggi di wilayah perencanaan

BWK I tidak direncanakan, karena faktor kedekatan wilayah rencana dengan

Kota Malang yang merupakan kota pendidikan dengan keberadaan berbagai

jenis pendidikan perguruan tinggi di Kota Malang.

3.3.4.4. Perkantoran

Arahan pengembangan perkantoran adalah sebagai berikut ;

Mempertahankan aglomerasi perkantoran yang telah ada sekarang bagi

kantor pemerintahan yang telah memiliki fasilitas gedung. Kawasan ini

berada di jalan Sultan Agung dan Panglima Sudirman.

Berdasarkan arahan RTRW Kota Batu bagi instansi pemerintah yang belum

memiliki fasilitas kantor diarahkan di luar BWK I yaitu di wilayah Junrejo.

3.3.4.5. Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang ada di BWK I Pusat Kota Batu secara umum

telah memadai baik dari segi kuantitas dan kualitas. Untuk skala pelayanan BWK

dan Kota memusat di alun-alun, Jalan. Panglima Sudirman, Jalan. Trunojoyo

dan koridor jalan utama lainnya. Juga untuk peribadatan selain Masjid pada

umumnya ada di kawasan strategis, karena jumlah umatnya tidak banyak dan

terbatas. Sedangkan untuk Masjid dan Langgar hampir tersebar di seluruh

permukiman penduduk.

Arahan bagi kawasan peribadatan tidak perlu dikelompokkan dalam satu

kawasan, dirahakan untuk terdistribusikan secara merata di tiap unit lingkungan

dan diarahkan berdekatan dengan pemukiman masyarakat.

3.3.4.6. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan berupa Rumah

Sakit Paru – Paru, dan Rumah Sakit Hasta Brata yang masing – masing

berlokasi di jalan A.Yani dan Puskesmas Batu di jalan Samadi. Serta beberapa

balai pengobatan swasta lainnya. Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu

pengembangan lebih lanjut mengenai fasilitas kesehatan di wilayah

perencanaan BWK I sebagai berikut :

Pengembangan Rumah Sakit Umum (RSU) dapat berlokasi di Jalan Sultan

Agung

Pengembangan Puskesmas yang didalamnya dilengkapi dengan sarana dan

prasarana inap dan operasi yang memadai.

Pengembangan prakter dokter bersama pada kawasan permukiman baru

terutama pada perumahan baru yang dapat didistribusikan di tiap unit

lingkungan.

Penetapan keberadaan dan peningkatan kualitas pelayanan puskesmas

pembantu, BKIA dan posyandu.

Page 24: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 24

Pengembangan jumlah apotek yang akan didistribusikan di tiap unit

lingkungan

3.3.4.7. Perindustrian dan Pergudangan

Kawasan industri di wilayah perencanaan lokasinya menyebar di

beberapa tempat antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di Jalan

Sukoharjo, di Jalan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, Jalan

Moh Sahar industri minuman, di Jalan Sudiro industri pembuatan kompor minyak

tanah, di Jalan Agus Salim industri penyamakan kulit, industri tegel di Jalan

Brantas, industri genteng dan batu bata di Jalan Abdul Gani, di Jalan Darsono

industri makanan ringan Double G dan industri tusuk gigi terletak di Jalan

Abdulgani.

Untuk pergudangan terkonsentrasi di Jalan Dewi Sartika, Sudiro berupa

gundang Bawang, Moh Sahar, jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.

Supratman.

Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah ;

Menyatunya lokasi industri dengan permukiman seperti industri makanan

ringan di Jalan Darsono, industri kompor di Jalan Sudiro.

Menyatunya lokasi industri dengan perkantoran seperti industri Wastra Indah

dengan Kantor Walikota Batu.

Kedekatan lokasi ini akan rawan menimbulkan pencemaran bagi kawasan

padat disekitarnya

Lokasi yang berdekatan juga rawan bencana misalnya kebakaran

Arahan pengedalian adalah sebagai berikut ;

Tidak memperpanjang ijin usaha bagi PT. Wastra Indah dan direlokasi di luar

BWK I.

Mempersiapkan relokasi industri ke luar wilayah BWK I dalam hal ini

berdasarkan arahan RTRW berlokasi di Giripurno.

Membatasi perkembangan industri yang sudah menyatu dengan permukiman

atau fasilitas yang lain.

Mengawasi secara ketat limbah buangan dari industri dan segera merespon

jika terjadi peningkatan limbah dalam jumlah yang besar.

Merekomendasikan dan mewajibkan penyediaan fire safety yang memadai di

tiap industri.

3.3.4.8. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya

Fasilitas umum dan sosial disini merupakan fasilitas yang memiliki skala

pelayanan kota, adalah beberapa arahan yang terkait adalah :

Alun-alun Kota

Bila dilihat dari tipologi kota yang ada di dunia maka keberadaan Alun - Alun

tidak dapat dilepaskan dalam konteks keruangan kota. Kota Batu memiliki

sebuah Alun – Alun yang menjadi landmark atau tengaran kota. Lokasinya

yang berada di tengah Kota Batu menjadikan Alun – Alun sangat strategis.

Mengingat hal tersebut maka arahan bagi Alun – Alun ini adalah

mempertahankan keberadaanya dengan melakukan beberapa pendekatan

perencanaan berupa upaya penyatuan dalam konsep Identitas Kawasan

Pusat Kota. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada bahasan Idenitas

Kawasan.

Gedung Olah Raga (Ganesha)

Gedung olah raga Indoor di wilayah perencanaan (Kota Batu) terdapat di

Jalan R.A Kartini (sebelah Barat) dan Jalan Sudirno (Utara). Kondisi

bangunan saat ini sudah perlu mendapat renovasi terlebih bila dikaitkan

dengan upaya penataan Alun – Alun dalam Konsep Identitas Kawasan.

Penampilan kesan arsitektural yang lebih kuat lagi sehingga identitas gedung

olah raga dapat muncul merupakan alternatif pertama yang dapat diupayakan

dalam renovasi gedung ini.

Page 25: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 25

Stadion Brantas

Stadion Brantas berada di Jalan Stadion Barat, merupakan fasilitas umum

skala kota yang ada di BWK I. Arahan bagi fasilitas ini berupa pelengkapan

fasilitas yang ada di dalamnya berikut renovasi dan perbaikan gedung. Lahan

terbuka di sekitar stadion dapat dimanfaatkan sebagai taman atau areal

penanaman vegetasi, sehingga kesan hijau dan asri yang identik dengan

kawasan olah raga dapat diinterprestasikan secara baik.

Gedung Kesenian

Gedung kesenian tempat dimana dilakukannya acara – acara pementasan

budaya baik tradisional maupun modern sudah selayaknya mulai

dikembangkan. Gedung ini diarahkan memiliki daya tampung yang cukup

banyak serta dilengkapi dengan panggung untuk pementasan, work shop dan

fasilitas pelengkap lainnya. Lokasi Gedung Kesenian ini diarahkan berada

ditempat yang strategis untuk mempermudahkan dalam pencapaiannya,

seperti di sekitar jalan Sultan Agung.

3.3.4.9. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau yang ada di wilayah BWK I Pusat Kota Batu adalah

sebagai berikut ;

Alun – alun Kota Batu

Boulevard jalan Sultan Agung

Stadion Brantas

Lapangan Olah Raga

Taman pulau di perempatan Jalan Agus Salim, Sultan Agung, dan Imam

Bonjol.

Makam yang ada di wilayah perencanaan (terutama Makam Pahlawan,

Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di Jalan Agus Salim,

makam Jalan Sakura, makam di Jalan Arum Dalu, makam di belakang

Wastra Indah, makam di Kaliputih).

Permasalahan yang terkait adalah ;

Kondisi boulevard di Jalan Sultan Agung masih perlu peningkatan lagi

terutama dari segi masih kurangnya vegetasi dan pengaturan pola

tamannya. Hal ini perlu ditindaklanjuti mengingat ruas jalan ini dilalui oleh

rute angkutan antar kota sehingga dapat menjadi representasi tampilan

keasrian Batu.

Ruang terbuka di sekitar Stadion Brantas masih perlu peningkatan terutama

karena masih kurangnya pengaturan pertamanan dan vegetasi tambahan

misalnya tanaman hias.

Masih kurangnya taman – taman di wilayah perencanaan BWK I

Masih kurangnya perawatan taman yang ada sehingga memiliki kesan

kurang terawatt dan tampil apa adanya.

Koridor Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo perlu di tempatkan boulevard

sebagai representasi wajah Kota Batu yang asri, indah dan tertata rapi.

Pada permukiman yang padat masih sangat jarang dijumpai ruang yang

masih hijau.

Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;

Mempertahankan lokasi ruang terbuka hijau yang telah ada.

Mengembangkan boulevard di Jalan Sultan Agung dengan penataan taman

yang lebih artistik lagi, dengan penambahan vegetasi dan pengatuan pola

pertamanan sehingga mampu memberikan kesan visual yang asri dan indah.

Mengembangkan ruang terbuka yang ada disekitar Alun-Alun dengan taman

– taman bervegetasi tanaman hias dan bunga – bunga.

Mengembangkan boulevard di sepanjang Jalan Panglima Sudirman –

Trunojoyo dengan penempatan vegetasi tanaman hias yang banyak

dibudidayakan di Kota Batu. Juga sekaligus menjadi tempat promosi bagi

komoditi tanaman hias Kota Batu.

Perawatan yang intensif dan kontinu dari semua taman sehingga tampilan

asri, terawat dan alami tetap terjaga.

Page 26: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 26

Untuk permukiman yang padat dapat penggunaan pot – pot dapat menjadi

alternatif untuk memberikan kesan hijau dan keindahan. Penggunaan pot

tersebut dapat secara konvesional dengan pot tamanan khusus maupun

dengan memanfaatkan barang bekas. Program ini dapat dikoordinasikan

dengan seluruh RT/RW yang ada sehingga tampilan pusat kota yang asri

dan hijau tidak hanya terdapat di jalan – jalan utama saja, tetapi telah merata

di seluruh wilayah perencanaan.

Adapun pemilihan vegetasi diarahkan pada vegetasi yang memiliki fungsi ;

o Dapat menjadi sarana peneduh bagi penjalan kaki.

o Mampu menjadi saran pengendali secara visual contohnya menjadi

penghalang untuk menutupi vista yang kurang baik dan menjadi pengarah

untuk vista yang lebih baik dipandang.

o Mampu sebagai pembatas antara kawasan pejalan kaki dan arus

kendaraan.

o Mampu sebagai pengedali iklim secara mikro.

o Mampu sebagai peningkat unsur estetika.

o Mampu meredam polusi baik udara, maupun suara.

3.3.4.10. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian berupa persawahan di wilayah rencana berada di

Utara klumusan, Ngaglik Utara, Kaliputih, Genting, Besul, Babatan, Kampung

Teh, Putuk dan Gondorejo. Untuk tegalan berada di wilayah ; Oro-Oro Ombo,

Sukomulyo, Srebet Timur, dan Songgokerto

Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola persawahan yang

terkait dengan tata ruang adalah ;

Adanya pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan terbangun

Permasalahan yang terkait untuk pertanian dengan pola tegalan yang

terkait dengan tata ruang adalah ;

Lokasi tegalan yang berada di kawasan – kawasan lindung

Arahan penanganannya adalah sebagai berikut ;

Untuk persawahan yang beralih fungsi menjadi lahan terbangun, diakui

adalah cukup komplek permasalahan yang dihadapi mengingat masih

jauhnya margin keuntungan antara hasil produksi pertanian dengan margin

keuntungan bila lahan pertanian tersebut dialihfungsikan misalnya untuk

permukiman. Alternatif yang dapat digunakan untuk memperlambat laju

pengalihfungsian ini adalah pemberian IMB yang sangat selektif terutama

untuk lahan pertanian yang akan diubah fungsinya, penerapan harga

pengalihfungsian dari lahan sawah menjadi lahan pekarangan (pengeringan)

yang cukup tinggi untuk per meternya, penerapan disintensif (misalnya tidak

membuka atau meningkatkan akses jalan, dan tidak memberikan pelayanan

utilitas).

Untuk tegalan yang telah menggunakan kawasan lindung, maka perlu

pembatasan yang ketat dan penerapan sistem pola tanam tumpang sari

antara tanaman komoditi dengan vegetasi yang mendukung fungsi lindung.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penggunaan tanah dapat dilihat

pada peta 3.7 berikut ;

3.3.5. Rencana Kawasan Pengendalian Ketat (High Control Zone) High control zone merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan

wilayah perencanaan BWK I sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya.

Rencana kawasan pengendalian ketat di BWK I dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi untuk melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya

buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di BWK I yang perlu

dikendalikan secara ketat meliputi:

Page 27: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 27

Peta 3.7 Rencana Land use 2008

Page 28: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 28

a. Kawasan hutan

Untuk kawasan hutan akan tetap dipertahankan dan ditingkatkan dengan

melakukan penghijauan kembali, serta melakukan kerja sama saling

menguntungkan dengan pihak yang telah terlanjur memanfaatkan sebagai

lahan pertanian dengan program pertanian yang lebih ramah lingkungan

dan tetap mengindahkan fungsi utama hutan. Arahan pengendalian ketat

untuk kawasan hutan pada ;

Kawasan Hutan sebelah Barat Daya (masuk wilayah Perum. Perhutani)

yaitu di kawasan Gunung Srandil yang termasuk dalam wilayah Desa

Oro – Oro Ombo, dan Gunung Panderman yang termasuk dalam

wilayah Desa Pesangrahan.

b. Kawasan peresapan air

Kawasan peresapan air merupakan kawasan yang memiliki kemampuan

menyerap air hujan secara maksimal dan besar – besaran (masal). Hal ini

perlu diarahkan dalam rangka memberikan keseimbangan volume air

tanah yang pada akhirnya nantin akan dimanfaatkan juga. Kawasan yang

perlu dikendalikan secara ketat yaitu :

Sebelah Barat Daya BWK I di lereng Gunung Srandil dan Gunung

Panderman yaitu di sebelah selatan Desa Pesanggrahan, Desa Oro-

oro Ombo dan sebelah Barat Desa Tlekung.

Dengan demikian disekitar kawasan ini tidak boleh didirikan bangunan dan

dapat ditanami dengan jenis tanaman yang sesuai dengan fungsinya

terutama tanaman keras.

c. Kawasan sempadan sungai

Sempadan sungai yang perlu dilakukan pengendalian yang ketat antara

lain sempadan Sungai Brantas yang merupakan batas Utara wilayah

perencanaan. Untuk kawasan di sekitar sempadan sungai, rencana

pengendalian kawasan terutama digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang

tidak membutuhkan masa bangunan. Membatasi perkembangan lahan

terbangun pada sungai yang sempadannya dimanfaatkan untuk

permukiman tertutama di sungai Brugan, Clumprit, Curah Krikil, dan

Mranak.

d. Kawasan sumber mata air

Penetapan rencana pengendalian ketat sekitar kawasan mata air adalah

sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air diluar

kawasan permukiman dan 100 m didalam kawasan permukiman. Dengan

demikian disekitar kawasan sumber air tersebut dapat ditanami dengan

jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar

sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan. Dan untuk

mata air yang sempadannnya telah dimanfaatkan untuk kawasan

terbangun dilakukan pengawasan ketat bagi perkembannya. Di wilayah

perencanaan terdapat 27 buah mata air yang tersebar di semua unit

lingkungan.

e. Kawasan ruang terbuka hijau

Kawasan yang perlu dilakukan pengawasan ketat untuk ruang terbuka

hijau terutama di sekitar tepi sungai (garis sempadan sungai). Selain itu

juga di sekitar tepi jalan yang dapat digunakan sebagai estetika

lingkungan, sekaligus paru-paru kota untuk mengurangi terjadinya polusi.

Pengendalian ketat yang terkait dengan kawasan ini antara lain:

Pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan fungsi kawasan

sehingga tidak mengganggu atau merusak konstruksi bangunan

disekitarnya.

Jenis-jenis ruang terbuka hijau disesuaikan juga dengan fungsi

kawasan.

Untuk kawasan RTH dipertahankan di lokasi Alun – alun Kota Batu,

Boulevard jalan Sultan Agung, Stadion Brantas, Lapangan Olah Raga,

pulau jalan di perempatan Agus Salim – Imam Bonjol – Sultan Agung.

Dan makam yang ada di wilayah perencanaan yaitu ; terutama Makam

Pahlawan, Makam Cina Temas, Makam Gang Karate, makam di Jalan

Agus Salim, makam Jalan Sakura, makam di Jalan Arum Dalu, makam di

Page 29: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 29

belakang Wastra Indah, makam di Kaliputih. Serta Arahan pengembangan

di sepanjang koridor Jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo.

f. Kawasan sempadan SUTT dan SUTET

Jaringan SUTT/SUTET di BWK I berada Kelurahan Temas (Dusun

Kampungteh), Kelurahan Sisir (Dusun Genengan – jalan Sultan Agung –

Dusun Kampung Anyar) sampai Desa Pesanggrahan (Dusun Srebet).

Rencana pengendalian ketat pada daerah yang dilalui SUTT/SUTET

diarahkan berupa jalan dibawah SUTT/SUTET seperti di jalan kembar.

Sedangkan untuk SUTT/SUTET yang tidak dimungkinkan dibawahnya

dibuat jalan diarahkan untuk dijadikan sebagai jalur hijau yang bisa terdiri

dari pulau-pulau taman.

2. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya juga perlu dilakukan pengendalian yang ketat. Kawasan-

kawasan yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan

permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, fasilitas umum dan sosial

lainnya (kantor, pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan fasilitas umum lain),

kawasan wisata, kawasan industri, kawasan pertanian dan kawasan militer.

Rencana pengawasan pengendalian ketat (high control) pada kawasan

budidaya terbangun, dapat dilakukan dengan pembatasan pengembangan

pada kawasan rawan erosi, kawasan hutan lindung serta kawasan hutan

produksi.

A. Kawasan Terbangun

Untuk budidaya lahan terbangun diarahkan dengan ketat di wilayah Krajan

Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek, Srebet

Timur, Ngemul, Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Jalan. Indragiri dan ke arah Desa

Gondorejo.

Langkah-langkah spesifik yang dapat diambil dalam rangka pengendalian

ketat kawasan budidaya terbangun di wilayah perencanaan BWK I antara lain:

Tidak berada di kawasan lindung dan pengembangan di kawasan pertanian

produktif yang pengembangannya dibatasi. Arahan pengendalian di wilayah

Krajan Timur, Meduran, Desa Genting, Temas Barat, Besul, Putuk, Klerek,

Ke Selatan Oro-Oro Ombo, Jalan. Indragiri dan ke arah Desa Gondorejo.

Pengembangan permukiman diarahkan berada dikemiringan lahan 0 - 15 %

yang tidak berada pada lahan produktif untuk pertanian. Sedangkan

pengembangan permukiman pada kemiringan 25 - 40 % dikendalikan

secara ketat atau diperuntukan untuk pengembangan pertanian tanaman

tahunan atau tanaman keras sebagai kawasan penyangga yang berfungsi

untuk menjaga atau mengamankan kawasan-kawasan lindung dari

rambahan atau pengaruh perkembangan dan pengembangan kawasan

budidaya terutama kawasan terbangun. Arahan wilayah pengendalian di

Desa Toyomerto dan Dresel Desa Oro – Oro Ombo

Wilayah BWK I diarahkan untuk tidak dilakukan budidaya lahan terbangun

secara besar – besaran dan diarahkan ke luar BWK.

Tidak berada pada kawasan rawan bencana (daerah yang berbahaya) serta

kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Arahan ini

dilakukan pada wilayah Desa Toyomerto dan Dusun Dresel. Bagi kawasan

permukiman yang berada di luar tanggul atau permukiman yang berada di

luar sempadan sungai 10-15 meter, dengan kondisi fisik lingkungan yang

sudah baik, maka konsep yang diterapkan disini adalah meningkatkan

kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota dan juga

meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna dan fungsi dari kawasan

konservasi, baik manfaat konservasi, keuntungan maupun kerugian-kerugian

yang akan dihadapi jika konservasi tidak berfungsi lagi dan dampak-dampak

lain yang timbul. Arahan ini dilakukan pada wilayah yang berdekatan dengan

sungai yaitu di Glongong, Sukomulyo, Songgoriti, Srebet Barat dan Timur,

Ngalik Utara, Kaliputih, Meduran, Genting, Putuk, Besul, Babatan, Temas

Barat, Genting.

Page 30: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 30

Tidak merusak lingkungan dan harus memperhatikan ketentuan tentang

bangunan, seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai

Bangunan (KLB) serta Tinggi Lantai Bangunan (TLB). Selain itu juga harus

membatasi tingkat kepadatan bangunan agar diperoleh tingkat kepadatan

bangunan ideal. Arahan ini dilakukan di wilayah Ngemul, Srebet Timur,

Srebet Barat, Kampung Anyar, Sukomulyo, Ngaglik Selatan.

Membatasi dengan ketat perkembangan industri yang ada di wilayah

perencaan antara lain ; Industri Indofood Sukses Makmur di Jalan Sukoharjo,

di Jalan Panglima Sudirman yaitu industri tektil Wastra indah, di Jalan WR

Supratman industri Kembang Gula, Jalan Moh Sahar industri minuman, di

Jalan Sudiro industri pembuatan kompor minyak tanah, di Jalan Agus Salim

industri penyamakan kulit, industri tegel di Jalan Brantas, industri genteng

dan batu bata di Jalan Abdul Gani, dan industri tusuk gigi terletak di Jalan

Abdulgani. Dan sedapat mungkin mengusahakan relokasi ke luar wilayah

BWK I Pusat Kota Batu.

Untuk pergudangan terkonsentrasi di Jalan Dewi Sartika, Sudiro berupa

gundang Bawang, Moh Sahar, jalan Abdul Gani Atas, dan jalan WR.

Supratman. Juga dibatasi perkembangannya dan untuk pembangunan baru

diarahkan ke luar BWK I menyatu dengan lokasi industri di Giripurno.

B. Kawasan Tidak Terbangun

Langkah-langkah spesifik lainnya dalam rangka pengendalian ketat pada

kawasan budidaya tidak terbangun adalah :

Pengembangan pertanian menggunakan sistem terasering, hal ini untuk

mengurangi terjadinya gangguan erosi. Selain itu juga sesuai dengan kondisi

topografinya. Arahan pada wilayah Desa Toyomerto, dan Dresel,

Flamboyan, Srebet Tirmur.

Pada lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai ruang hijau ataupun yang bersifat

khusus, sebaiknya tidak dialihfungsikan untuk kegiatan terbangun sehingga

menurunkan kualitas lingkungan. Arahan pada Stadion Brantas, Alun – Alun,

Taman serta Pulau jalan di Jalan Agus Salim, Boullevard di Jalan Sultan

Agung, Makam.

Penerapan pola intensifikasi, pertanian organic, dan diversifikasi pola serta

jenis tanaman terutama untuk jenis komoditi dengan harga jual tinggi.

Arahan untuk wilayah pertanian di Songgoriti, Utara Desa Pesanggrahan,

Utara Kelurahan Temas, Utara Kelurahan Sisir, Dusun Gondorejo dan Desa

Oro – Oro Ombo.

C. Kawasan Perkotaan

Pengendalian ketat pada kawasan perkotaan terutama diarahkan untuk

kegiatan-kegiatan perdagangan dan jasa yang cenderung bersifat komersial.

Untuk wilayah perencanaan, tetap mempertahankan keberadaan perdagangan

dan jasanya saat ini (yaitu pada kawasan perkotaan). Selain itu juga dapat

dikembangkan dengan syarat, memenuhi ketentuan-ketentuan tentang

mendirikan bangunan perdagangan dan jasa serta penyediaan fasilitas

perparkiran. Khusus untuk perdagangan dan jasa di kawasan pusat kota

terutama yang ada disekitar koridor jalan-jalan utama diarahkan sebagai berikut :

Sekitar koridor jalan Patimura, Diponogoro, Dewi Sartika, Imam Bonjol,

diarahkan perdagangan dan jasa intensitas sedang – tinggi dengan

ketentuan apabila perdagangan dan jasa tersebut menimbulkan tarikan

kendaraan cukup besar harus mempunyai parkir sendiri ( parking off street)

Sekitar koridor jalan Gajah Mada, Ahmad Yani, jalan Abdul Gani, jalan

Hasanudin, jalan Brantas, jalan Bromo, jalan Semeru, jalan Selecta dan

jalan-jalan utama lainnya di kawasan pusat kota diarahkan perdagangan dan

jasa intensitas sedang – rendah.

Sekitar koridor jalan Panglima Sudirman dan Jalan Sultan Agung

pengembangan perdagangan dan jasa dibatasi dan dikendalikan secara

ketat dan diarahkan untuk kegiatan fasilitas umum dengan skala kota

Sedangkan perdagangan dan jasa yang diarahkan intensitasnya rendah

dengan lingkup pelayanan lokal.

Page 31: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 31

D. Kawasan Perdesaan

Rencana high control pada kawasan pedesaan di wilayah perencanaan

BWK I diarahkan pada Desa oro-oro Ombo, dan Toyomerto. Langkah-langkah

yang dapat dilakukan terkait dengan kawasan tersebut antara lain:

Mengembangkan sarana dan prasarana yang memadai, terutama yang

dapat mendukung kegiatan pertanian yang merupakan kegiatan dominan di

wilayah tersebut

Pembatasan pada pengembangan kegiatan perkotaan agar tetap berbasis

kearah kegiatan pertanian

3.3. Rencana Intensitas Bangunan Arahan intensitas bangunan pada wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota

Batu dibagi atas ;

Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu bilangan pokok atau prosentase atas

perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas

kapling/pekarangan.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu bilangan pokok atas perbandingan

antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan.

Tinggi Lantai Bangunan, yaitu jumlah lantai bangunan.

Penetapan KDB, KLB dan TLB ditetapkan berdasarkan tiap jenis

peruntukannya yaitu :

A. Permukiman Rencana Intensitas bangunan jenis permukiman dibedakan atas :

Rumah Kapling Besar dengan luas > 500 M2 ditetapkan KDB 40 – 50%,

KLB 0,4 – 1,5 dan TLB 1-3 lantai diarahkan berada di wilayah Kampung

Anyar, Sukomulyo, dan Oro – Oro Ombo.

Rumah Kapling Sedang dengan luas 300-500 M2 ditetapkan KDB 50 -60%,

KLB 0,4 – 1,2 dan TLB 1 - 2 lantai diarahkan berada di wilayah Glonggong,

Srebet Timur.

Rumah Kapling Kecil dengan luas 150 – 300 M2 ditetapkan KDB 60 – 70%,

KLB 0,6 – 1,4 dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah Meduran,

Ngaglik Utara, Klumusan, Besul, Babatan, Genengan, Genting, dan

Gondorejo.

Rumah Sederhana dengan luas dibawah 150 M2 ditetapkan untuk KDB 70-

80 %, KLB 0,6 -1,4 dan TLB 1-2 lantai diarahkan berada di wilayah

Medurah, Ngaglik Utara, Klumusan, Besul, Babatan, Genting, dan

Gondorejo.

Rumah Susun dengan segmen pasar menengah ke bawah ditetapkan untuk

KDB 20 – 30 %, KLB 0,8 – 1,2 dan TLB 4 lantai diarahkan berada di wilayah

Pesanggrahan, dan Temas.

B. Perdagangan dan Jasa

Intensitas Bangunan untuk jenis perdagangan dan jasa antara lain

Pertokoan, Ruko, Bank, Bengkel, Salon, Restauran dan lain sebagainya

dibedakan atas :

Perdagangan dan Jasa di Kawasan Pusat BWK I dan Pusat Kota, serta jalan

– jalan utama yang meliputi Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Sudirman,

dan Trunojoyo ditetapkan untuk KDB 70 – 90 %, KLB 0,7 – 3,6 dan TLB 1 –

3 Lantai. Untuk pengembangan kawaasan baru diarahkan pada ruas jalan

Oro – Oro Ombo Raya dan Brantas ke arah Utara.

Perdagangan dan Jasa di luar kawasan Pusat Kota atau di pusat pelayanan

BWK (jalan utama) dan sekitarnya ditetapkan untuk KDB 60 - 70 %, KLB 0,6

– 2,1 dan TLB 1 – 3 lantai.

Pasar ditetapkan untuk KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 1,2 dan TLB 1 – 2 lantai

termasuk pengembangan pasar umum di Oro - Oro Ombo.

Supermarket ditetapkan KDB 40 – 60 %, KLB 0,4 – 2,4 dan TLB 1-4 lantai.

Untuk bangunan yang banyak menimbulkan tarikan kendaraan yang cukup

besar dan rawan terjadi kemacetan lalu lintas harus menyediakan parking off

sreet (parkir dalam bangunan), dimana tempat parkir tersebut masuk pada

Page 32: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 32

KDB yang telah ditetapkan terutama perdagangan dan jasa yang ada di

kawasan pusat kota.

C. Fasilitas Umum dan Sosial Jenis Intensitas Bangunan fasilitas umum dan sosial ini terdapat pada

peruntukan bangunan untuk perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan,

gedung olah raga, gedung kesenian dan lain sebagainya ditetapkan untuk KDB

40-60% dan KLB 0,4 - 2,4 dan TLB 1 – 4 lantai. Fasilitas umum dan sosial ini

diarahkan pada lahan sekitar Jalan Sultan Agung, dan lahan bekas relokasi PT.

Wastra Indah khusus untuk fasilitas pelayanan skala Kota dan BWK.

D. Industri dan Pergudangan

Industri di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu tidak

direncanakan untuk pengembangan jenis industri arahan pengembangan

diarahkan ke luar wilayah perencanaan yaitu di Giripurno. Sedangkan untuk

industri hanya diarahkan industri kecil yang lokasinya tidak memerlukan lahan

khusus. Sedangkan untuk industri yang telah terlanjur ada, pengendaliannya

seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya mengenai intensitas bangunan dapat dilihat pada

tabel berikut ;

TABEL 3.5 RENCANA INTENSITAS BANGUNAN

DI WILAYAH BWK I

NO Jenis Kegiatan KDB (%) KLB TLB

1 Permukiman - Kapling Besar - Kapling Sedang - Kapling Kecil - Rumah Sederhana - Rumah Kampung Pada - Rumah Susun

40 - 50 50 - 60 60 - 70 70 - 80 80 - 90 20 - 30

0,4 - 1,5 0,5 - 1,2 0,6 - 1,4 0,7 - 1,6 0,8 - 1,8 0,8 - 1,2

1 - 3 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1- 2

4 2 Perdagangan dan Jasa

- Perdagangan dan Jasa di Kawasan Pusat Kota

- Perdagangan dan Jasa di Luar Kawasan Pusat Kota

- Supermarket - Pasar

70 - 90

60 - 70

40 - 60 40 - 60

0,7 - 3,6

0,6 - 2,1

0,4 - 2,4 0,4 - 1,2

1 - 4

1 - 3

1 - 4 1 - 2

3 Fasilitas Umum dan Sosial - Perkantoran - Pendidikan - Kesehatan - Peribadatan

40 - 60 40 - 60 40 - 60 40 - 60

0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4 0,4 - 2,4

1 - 4 1 - 4 1 - 4 1 - 4

4 Pariwisata - Tempat Wisata (Obyek

Wisata) - Hotel

20-30

40-60

0,2 – 0,6

0,4 – 2,4

1 – 2

1 - 4

5 Industri & Pergudangan 40-60 0,4 – 0,6 1 Sumber: RTRW Kota Batu

3.4.1. Ketinggian Bangunan

Ketinggian bagunan pada prinsipnya akan menyesuaikan dengan kondisi

bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan serta tidak

berdampak negatif terhadap lingkungan.

Pengaturan ketinggian bangunan-bangunan pada kawasan perencanaan

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 33: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 33

Bangunan yang dikembangkan pola blok (kompleks Ruko), maka perlu

ada penonjolan atas keberadaan serta kompensasi atas rendahnya

angka KDB. Untuk itu ketinggian bangunan yang diusulkan adalah

maksimal 3 lantai. Pengembangan diarahkan pada lokasi pengembagan

perdagangan dan jasa yaitu ruas jalan Patimura ke arah Malang, Jalan

Brantas dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.

Untuk bangunan pertokoan dan bangunan grosir lain yang tidak

dikembangkan dalam bentuk blok, ketinggian bangunan yang diusulkan

adalah maksimal 3 lantai. Diarahkan di sepanjang ruas jalan Dewi

Sartika dan Oro – Oro Ombo setelah persimpangan ke arah Selatan.

Untuk menciptakan kesan visual kawasan yang dinamis pada beberapa

blok kapling diperbolehkan bangunan dengan ketinggian lebih 3 lantai,

sehingga terbentuk garis langit sky line yang tidak monoton/datar.

Diarahkan sepanjang koridor Jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,

Panglima Sudirman bawah, Brantas dan Jalan Agus Salim.

Untuk bangunan dengan garis sempadan muka bangunan lebih besar 8

meter, diberikan intensif untuk membangun bangunan dengan ketinggian

4 lantai. Diarahkan pada lokasi pengembagan baru di sepanjang ruas

Jalan Patimura ke arah Malang, dan Jalan Raya Oro-Oro Ombo.

3.3.2. Garis Sempadan Bangunan Garis Sempadan Bangunan adalah jarak antara as jalan dengan

tembok/bangunan terdepan. Faktor yang menentukan ukuran GSB adalah fungsi

jalan yang berada di depan suatu bangunan. Arahan GSB di wilayah

perencanaan berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengikuti pola

pembangunan terdapat dua pilihan dalam membangun, yaitu mengembangkan

secara individual atau membangun dengan pola blok. Pengaturan lebar garis

muka bangunan sebagai berikut :

Untuk bangunan individual seluruhnya dikembangkan dalam bentuk

overdeck, maka garis muka bangunannya ditetapkan maksimal 1 meter dari

batas Damija kearah jalan.

Untuk bangunan yang dikembangkan dalam bentuk blok, maka garis muka

bangunannya ditentukan maksimal 2 meter dari batas garis sempadan

bangunan yang dapat dipergunakan untuk areal pedestrian.

Dari arahan ditas maka ruas jalan yang memiliki fungsi tersebut diatas

bangunan di sisi jalan tersebut menyesuaiakan.

Pengendalian dari garis sempadan tersebut dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut ;

Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan permanen, namun tidak

memenuhi syarat GSB maka penerapannya dilakukan pada saat bangunan

melakukan perombakan, peremajaan, rehabilitasi atau renovasi atau pada

saat keadaan khusus misalnya pelebaran jalan.

Untuk daerah terbangun yang kurang teratur dan kondisi bangunannya

kurang baik maka penerapannya pada saat dilakukan program peremajaan

atau rehabilitasi lingkungan.

Untuk daerah yang kosong dilakukan pada saat mengajukan IMB.

Untuk lebih jelasnya mengenai KDB, KLB dan TLB dapat dilihat pada peta

3.8 intensitas bangunan berikut ;

3.5. Rencana Transportasi Arahan rencana pengembangan transportasi akan terkait dan integral

dengan pola transportasi seluruh kota Batu dan wilayah sekitarnya. Adapun

pembagian lingkup wilayahnya adalah ;

Pengembangan transportasi regional, yaitu pengembangan sistem

transportasi wilayah BWK I terkait dengan sistem transportasi

kota/kabupaten yang ada disekitar BWK I.

Pengembangan transportasi intra BWK I yang integral dengan Kota Batu,

yaitu pengembangan transportasi yang ada di dalam wilayah perencanaan

Page 34: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 34

Peta 3.8. Intensias pengunaan lahan KDB KLB TLB

Page 35: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 35

BWK I terkait dengan rencana struktur tata ruang dan rencana penggunaan

tanah yang akan dikembangkan di Kota Batu keseluruhan.

Arahan rencana transportasi di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota

Batu adalah sebagai berikut ;

3.5.1. Rencana Fungsi Jalan

Jalan kolektor primer diarahkan pada :

Jaringan jalan jalan Indragiri - jalan Jalan Trunojoyo

Jalan Sekunder, Yaitu jaringan jalan kota yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan yang

ada di Kota Batu maupun yang akan direncanakan sesuai dengan rencana

struktur tata ruang maupun rencana pemanfaatan ruang Kota Batu, meliputi :

1) Jalan Arteri Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat

kota dengan pusat pelayanan BWK atau menghubungkan antar pusat

pelayanan BWK.

Pengembangan jaringan jalan arteri sekunder diarahkan pada :

Jalan Patimura – Diponegoro - jalan Gajahmada – jalan Panglima

Sudirman – jalan Hasanuddin..

jalan raya Oro-oro ombo – jalan raya Dewi Sartika – jalan Sultan Agung

- jalan Abdul Gani – jalan Surapati – jalan Hasanudin (jalan alternatif

pengembangan Kota Batu).

Dari jalan Suropati – jalan Jend. Ahmad Yani - jalan Brantas – jalan

Bromo – jalan jalan Semeru sampai jalan Diponegoro.

2) Jalan Kolektor Sekunder, yaitu jaringan yang menghubungkan pusat

pelayanan BWK dengan pusat pelayanan Unit Lingkungan atau antar

pusat pelayanan Unit Lingkungan.

Pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder ini diarahkan pada :

Jalan Samadi, jalan WR. Supratman, jalan KH. Agus Salim, jalan Imam

Bonjol, jalan Songgoriti sampai jalan Arumdalu (jalan keluar dari

Songgoriti), jalan Ikwan Hadi.

3) Jalan Lokal Sekunder, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan pusat

pelayanan UL dengan pusat pelayanan kawasan permukiman atau antar

kawasan permukiman. Jaringan jalan lokal sekunder diarahkan pada :

jaringan jalan poros desa yang menghubungkan antar pusat kawasan

permukiman atau dusun yaitu Jalan Mustari, jalan Sahar, jalan Abdul Jalil,

jalan Utomorejo, jalan Flamboyan, jalan Diran, jalan Cempaka.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan fungsi jalan dapat dilihat pada peta 3.9.

3.5.2. Rencana Dimensi Jalan

Arahan untuk dimensi Jalan di wilayah perencanaan akan disesuaikan

dengan arahan dari RTRW Kota Batu. Sebelumnya kondisi eksisting dimensi

jalan di wilayah perencanaan adalah seperti pada tabel berikut ;

Adapun penentuan dimensi jalan berdasarkan rencana fungsi jalan di

Kota Batu berdasarkan kajian jalan-jalan eksisting di Kota Batu dan

pengembangan kedepan dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 3.7

1 P a n g l i m a S u d i r m a n 1 8 . 5 2 0 . 5 2 5 . 52 B r a n t a s 1 6 . 5 1 7 . 5 1 7 . 53 B r o m o 1 1 . 5 1 2 . 5 1 4 . 54 A g u s S a l i m 1 3 1 7 2 05 T r u n o j o y o 1 2 . 5 1 6 . 5 1 8 . 56 F l a m b o y a n 6 . 5 8 . 5 1 2 . 57 D i p o n e g o r o 1 4 . 5 1 7 . 5 2 1 . 58 P a t t i m u r a 1 5 . 5 2 1 . 5 2 6 . 59 H a s a n u d i n 1 2 1 4 1 6

1 0 S a m a d i 5 . 7 6 . 5 9 . 51 1 C e m p a k a 6 . 5 9 1 21 2 S a k u r a 6 . 5 9 1 21 3 S a j i d 6 . 5 9 1 21 4 M u s t a r i 6 . 5 9 1 21 5 S u r o p a t i 1 2 1 6 2 01 6 M a s o w a r i 6 . 5 9 1 21 7 A b d u l G a n i 8 1 0 1 21 8 S u l t a n A g u n g 2 6 . 5 3 0 . 5 4 0 . 51 9 I m a m B o n j o l 1 0 . 5 1 5 2 22 0 O r o - O r o O m b o R a y a 1 0 1 6 2 22 1 D i r a n 7 . 5 1 1 1 42 2 I c h w a n h a d i 6 8 1 02 3 A b d u l R a h m a n 8 . 5 1 1 1 52 4 D a r s o n o 6 . 5 9 1 22 5 M e l a t i 6 . 5 9 1 22 6 K a m b o j a 6 . 5 9 1 22 7 K a r t i n i 1 2 1 6 2 02 8 G a j a h M a d a 1 8 . 5 2 0 . 5 2 0 . 52 9 D e w i S a r t i k a 1 8 . 5 2 2 . 5 2 8 . 53 0 I n d r a g i r i 8 . 5 1 4 2 43 2 A r u m d a l u 8 1 2 1 7

S u m b e r : H a s i l S u r v e y

T a b e l 3 . 1 8 .D i m e n s i J a l a n D i B W K I P u s a t K o t a B a t u T a h u n 2 0 0 3

N o R u a s J a l a n D a m a j a D a m i j a D a w a s j a

TABEL 3.6 KONDISI DIMENSI JALAN DI BWK I

TAHUN 2003

Page 36: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 36

Peta 3.9. arahan Fungsi Jalan

Page 37: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 37

TABL 3.7 RENCANA DIMENSI JALAN DI BWK I

TAHUN 2003 - 2008

No Fungsi Jalan Badan Jalan

Minimum

Lebar Perkerasan Minimum

DAMAJA DAMIJA DAWASJA

1 Arteri Sekunder 10 8 14 -20 20-35 35 - 45

2 Kolektor Primer 9 7 13-18 18 -26 .26 - 40

3 Kolektor

Sekunder

8 6 12-15 15 - 20 20 - 35

4 Lokal Primer 7 5 9-12 12-18 18 - 25

5 Lokal Sekunder 5 4 7-10 10-15 15 - 20

Sumber : Arahan RTRW Kota Batu 2003 – 2013

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu tersebut maka ada beberapa

ruas jalan yang diarahkan untuk mendapatkan penyesuaian dimensi jalannya.

Arahan penyesuaian dimensi jalan di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota

Batu disesuaikan dengan rencana fungsi jalan yang terdiri dari :

Jalan Kolektor primer

Indragiri kondisi eksisting damaja 8,5 m, damija 14, dawasja 24.

Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.

Trunojoyo kondisi eksisting damaja 12,5 m, damija 16,5, dawasja 18,5.

Diarahkan menjadi damaja 13 m, damija 18 m, dawasja 26 m.

Jalan Arteri Sekunder

Patimura kondisi eksisting damaja 15,5 m, damija 21,5 dawasja 26,5.

Diarahkan menjadi dawasja 35 m.

Diponegoro kondisi eksisting damaja 14,5 m, damija 17,5, dawasja 21,5.

Diarahkan menjadi damija 20 m, dawasja 35 m.

Gajah Mada kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5, dawasja

20,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.

Panglima Sudirman kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 20,5,

dawasja 25,5. Diarahkan menjadi dawasja 35 m.

Hasanuddin kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Raya Oro- Oro Ombo kondisi eksisting damaja 10 m, damija 16 dawasja

22. Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Dewi Sartika kondisi eksisting damaja 18,5 m, damija 22,5 dawasja 28,5

m. Diarahkan dawasja 35 m.

Sultan Agung kondisi eksisting damaja 26,5 m, damija 30,5 dawasja

40,5. Diarahkan untuk tetap dipertahankan dimensinya.

Abdul Gani kondisi eksisting damaja 8 m, damija 10 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Surapati kondisi eksisting damaja 12 m, damija 16 dawasja 20.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

A. Yani kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Bromo kondisi eksisting damaja 11,5 m, damija 12,5 dawasja 14,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Semeru kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 10,5.

Diarahkan menjadi damaja 14 m, damija 20 m, dawasja 35 m.

Jalan Kolektor Sekunder

Samadi kondisi eksisting damaja 5,7 m, damija 6,5 dawasja 9,5.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

WR. Supratman kondisi eksisting damaja 12 m, damija 14 dawasja 9,5.

9,5. Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

Agus Salim kondisi eksisting damaja 13 m, damija 17 dawasja 20.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

Imam Bonjol kondisi eksisting damaja 10,5 m, damija 15 dawasja 25.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja tetap.

Page 38: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 38

Songgoriti kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

Arum Dalu kondisi eksisting damaja 8 m, damija 12 dawasja 7.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

Ikhwan Hadi kondisi eksisting damaja 8 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 12 m, damija 15 m, dawasja 20 m.

Jalan Lokal Sekunder

Mustari kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12. Diarahkan

menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Sahar kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 10 dawasja 12. Diarahkan

menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Abdul Jalil kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Utomorejo kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Flamboyan kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 8,5 dawasja 12,5.

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Cempaka kondisi eksisting damaja 6,5 m, damija 9 dawasja 12.

Diarahkan menjadi damaja 7 m, damija 10 m, dawasja 15 m.

Untuk jaringan jalan eksisting yang sekitar koridornya jalannya terdapat

permukiman padat dan tidak memungkinkan untuk pengembangan dimensi

jalan sebagaimana yang telah ditetapkan, maka lebih diutamakan pada

penentuan dimensi jalan Daerah Milik Jalan (Damija) dengan lebar minimum.

Untuk jalan eksisting yang kondisi dimensinya terutama damija melebihi

dari ketetapan minimum sebagaimana tabel diatas maka dimensi jalan yang

digunakan adalah dimensi jalan eksisting.

3.5.3. Rencana Sirkulasi Lalu Lintas 3.5.3.1. Rencana Sirkulasi

Arus sirkulasi di wilayah perencanaan akan diarahkan sebagai berikut ;

Arus dua arah pada ruas Jalan Patimura – Diponegoro akan tetap

dipertahankan.

Arus pada Jalan Gajah Mada akan diarahkan satu arah dengan arah arus

dari Malang – Kediri/Jombang.

Arus pada ruas jalan Panglima Sudirman – Trunojoyo akan tetap

dipertahankan dua arah.

Khusus sirkulasi di wilayah obyek wisata Songgoriti akan memiliki arahan

sebagai berikut ;

o Khusus untuk kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat,

Entering Gate (gerbang masuk) diarahkan pada gerbang keluar saat ini.

Arus lalu – lintas masuk melalui Jalan Arum Dalu – Jalan Songgoriti dan

keluar (Exiting Gate) melalui gerbang masuk saat ini.

o Khusus untuk angkutan umum diberlakukan dua arah, dalam arti

kendaraan dari arah Kota Batu arah masuk melewati gerbang masuk

saat ini di Jalan Songgoriti kemudian Jalan Arum Dalu (Sub Terminal

Songgoriti) lalu keluar dengan melewati gerbang keluar saat ini.

o Untuk mencegah terjadinya pemberhentian yang cukup lama di obyek

wisata permandian Songgoriti, maka perlu diarahkan penempatan rambu

peraturan waktu berhenti dan penempatan petugas.

Arus kendaraan berat yang akan melewati BWK I akan diarahkan sebagai

berikut ;

o Kendaraan dari arah Kediri/Jombang diarahkan melewati ruas jalan

Trunojoyo – Indragiri ke arah Utara (Talangsari).

o Kendaraan dari arah Pasuruan/ Surabaya diarahkan melewati ruas jalan

Giripurno – Raya Dieng – Raya Sidomulyo – Raya Punten – ke arah

barat sampai dengan jalan Indragiri – Jl. Trunojoyo.

o Kendaraan dari arah Malang lewat jalan Raya Oro – Oro Ombo – Sultan

Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin – Trunojoyo.

Untuk lebih jelas mengenai arahan pengembangan sirkulai lihat peta 3.10

berikut ;

Page 39: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 39

Gambar dimensi jalan 3.1

Page 40: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 40

Gambar dimensi jalan 3.2

Page 41: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 41

Peta 3.10. arahan sirkulasi lalu lintas

Page 42: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 42

3.5.3.2. Rencana Sirkulasi Persimpangan

Sirkulasi lalu – lintas tidak selalu dalam lintasan yang lurus dan dalam satu

lintasan saja. Sangat dimungkinkan terjadi persilangan arus lalu – lintas

terutama di persimpangan. Persilangan arus lalu – lintas ini dapat menjadi

sumber dari terjadinya konflik yang berakibat pada kemacetan atau setidaknya

perlambatan arus lalu – lintas.

Wilayah perencanaan BWK I yang terletak di pusat kota sangat rawan

akan terjadinya konflik di persimpangan jalan. Hal ini dimungkinkan mengingat

BWK I merupakan sentra aktifitas termpat teraglomerasinya fasilitas pelayanan

skala kota. Kondisi ini menimbulkan tarikan lalu – lintas dalam jumlah yang besar

dibandingkan wilayah BWK yang lain.

Persimpangan yang rawan titik konflik di wilayah perencanaan BWK I ;

Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim.

Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas).

Persimpangan Jalan Dewi Sartika – Patimura.

Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq).

Arahan rencana penanganan untuk sirkulasi pada tiga persimpangan

tersebut adalah sebagai berikut ;

A. Persimpangan Jalan Imam Bonjol – Sultan Agung – Agus Salim

Memperpanjang dimensi boulevard Jalan Sultan Agung.

Perlebaran dimensi jalan, dan mengurangi taman jalan.

Memasang rambu pengatur lalu – lintas pada ruas jalan Imam Bonjol,

Raya Oro – Oro Ombo, dan Sultan Agung.

B. Marka Timbul / Pemisah Jalan di Jalan Patimura – Glonggong (Temas)

Memotong marka timbul ± 20 m agar persimpangan jalan yang menuju

perkempungan Temas dapat bebas.

Pemasangan marka dan rambu – rambu.

C. Persimpangan Jalan Dewi Sartika - Patimura

Peningkatan daya dukung jembatan sebelah Barat.

Menggeser Pos Polisi ke sebelah Barat.

Membangun pulau jalan di bekas Pos Polisi.

Pemasangan rambu dan marka.

D. Jembatan Jalan Agus Salim (Selatan Rumah Makan Pak Sidiq)

Membongkar jembatan dan menyatukannya dengan ruas Jalan Agus

Salim.

Untuk lebih jelasnya mengenai arahan penanganan permasalahan

persimpangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ;

3.5.3.3. Rencana Sirkulasi Angkutan Kota

Pengembangan angkutan perkotaan sudah mulai diupayakan untuk

dikembangkan. Hal ini perlu mengingat perkembangan Kota Batu umumnya dan

BWK I khsususnya akan ditunjang oleh keberadaan angkutan kota yang terarah.

Keberadaan angkutan kota dapat menjadi akses pembuka bagi perkembangan

suatu wilayah secara spatial.

Beberapa kondisi yang perlu diperhatika dalam pengembangan angkutan

perkotaan adalah ;

1. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan dengan simpul –

simpul pusat orientasi pergerakan dalam kota.

2. Angkutan kota diupayakan untuk dapat menghubungkan pusat bangkitan

(permukiman) dengan pusat – pusat tarikan (pendidikan, perdagangan dan

jasa, rekreasi dan hiburan, peribadatan, perkantoran)

3. Arahan untuk kawasan permukiman sebaiknya jarak maksimum yang

ditempuh adalah 250 meter menuju ke salah satu jalur angkutan umum.

4. Diupayakan untuk dapat menghubungkan antar pusat – pusat pelayanan

yang ada di BWK I dengan permukiman yang ada.

6. Melakukan arahan pengembangan berupa pengadaan halte sebagai titik

pemberhentian dengan lokasi pada sentara – sentra bangkitan dan tarikan.

Page 43: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 43

Gambar persimpangan 3.4.

Page 44: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 44

Gambar persimpangan 3.5.

Page 45: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 45

Arahan pengembangan sirkulasi angkutan kota di BWK I akan integral dengan

pengembanan sirkulasi angkutan Kota Batu secara umum. Adapun arahanya

ruas jalan yang akan dilalui angkutan umum adalah ;

Rute A melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) – Patimura –

Imam Bonjol - Sultan Agung – Abdul Gani – Suropati – Hasanuddin –

Trunojoyo – Arum Dalu – Sub Terminal Songgoriti – Jalan Songgoriti –

Trunojoyo – Panglima Sudirman – Brantas – Bromo – Semeru – Diponegoro

– Dewi Sartika (Sub Terminal Temas ).

Rute B melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) - Oro Oro Ombo

Raya – Agus Salim – WR. Supratman – A. Yani – Panglima Sudirman -

Trunojoyo – Arum Dalu – Sub Terminal Songgoriti – Jalan Songgoriti –

Trunojoyo – Samadi – Suropati – Abdul Gani – Sultan Agung – Oro Oro

Ombo Raya - Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika).

Rute C melewati ; Sub Terminal Temas (Jalan Dewi Sartika) – Patimura –

Diponegoro – Gajah Mada – A. Yani – W R. Supratman – Agus Salim –

Imam Bonjol – Wukir - Putuk – Babatan – Besul - Patimura - Sub Terminal

Temas (Jalan Dewi Sartika).

Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.11 arahan lokasi terminal dan rute angkutan

umum ;

3.5.4. Rencana Prasarana Perangkutan Di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota Batu saat ini memiliki 1 unit

Terminal di jalan Dewi Sartika. Jumlah prasaran terminal yang terbatas ini

mengharuskan Kota Batu umumnya masih tergantung dengan fasilitas terminal

yang ada di Malang yaitu Terminal Arjosari dan Terminal Landungsari. Dari

kedua terminal ini terjadi pergantian moda kendaraan dimana untuk angkutan

antar kota antar propinsi di terminal Arjosari, sedangkan untuk terminal

Landungsari melayani penumpang dari Kota Malang yang akan ke Kota Batu

atau Kota Jombang/ Kediri (antar kota dalam Propinsi)

Berdasarkan arahan dari RTRW Kota Batu mengenai relokasi terminal

Batu di Jalan Dewi Sartika maka fungsi dari terminal yang lama adalah sebagai

sub terminal. Fungsi dari Sub Terminal ini adalah ; untuk membantu pergerakan

perangkutan perkotaan dan perdesaan dari Terminal Regional, maka diperlukan

sub terminal untuk mengoptimalkan pelayanan dan distribusi barang serta jasa

di wilayah Kota Batu secara keseluruhan. Penempatan lokasi Sub Terminal ini

berdasarkan pada kawasan yang saat ini muncuk kegiatan-kegiatan ekonomi

maupun kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan di kawasan tersebut.

Adapun rencana sub terminal yang akan dikembangkan di

diarahkan pada ;

Sub Terminal Temas.

Sub Terminal Temas merupakan terminal Kota Batu saat ini. Pengalihan

status dari terminal induk ke sub terminal ini disusuaikan dengan arahan

pengembangan Terminal Induk ke arah Giripurno. Kondisi terminal masih

cukup layak untuk dijadikan sebagai sub terminal oleh sebab itu fasilitas

yang ada akan tetap dipertahankan.

Sub Terminal Songgoriti

Sub Terminal Songgoriti diarahkan untuk melayani perangkutan

perdesaan dan perkotaan di Songgoriti sekitarnya dan wilayah Sumberejo –

Gunungsari. Sub terminal Songgoriti akan berlokasi di Jalan Arum Dalu sebelah

barat sungai Brugan. Kemenyatuan antara terminal dan obyek wisata Songgoriti

perlu diperhatikan, oleh sebab itu dalam arahan pengembangan nantinya perlu

pula dikembangkan pedestrian way yang dikhususkan bagi penjalan kaki.

Pengembangan jalur pedestrian dibuat seatraktif mungkin dengan mendesain

senyaman mungkin berikut elemen peneduh seperti pengadaan vegetasi pohon

dan tanaman hias sehingga pada pejalan kaki dapat menempuh perjalanan

secara nyaman dan menyenangka.

Page 46: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 46

Arahan sirkulasi 3.11

Page 47: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 47

3.5.5. Rencana Prasarana Jalan Lainnya

Rencana prasarana jalan lainnya yang perlu dikembangan lebih lanjut di

wilayah perencanan BWK I Pusata Kota Batu adalah :

1. Halte

Perletakan halte di Kota Batu diarahkan pada lokasi tempat mengumpulkan

penumpang yang biasaya terdapat pada kawasan yang banyak menimbulkan

bangkitan dan tarikan penduduk, seperti di kawasan perdagangan dan jasa,

perkantoran, pendidikan dan lain sebagainya.

Lokasi halte seperti yang disebutkan diatas diarahkan pada : jalan utama

yaitu jalan Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan

Trunojoyo. Sekitar Makam Pahlawan, sekitar Pasar di Jalan Dewi Sartika,

sekitar kawasan pendidikan di jalan KH. Agus Salim, sekitar perempatan

Immanuel, pada ruas jalan Suropati, A. Yani, Hasanuddin, Sultan Agung,

sekitar kantor Desa Oro-Oro Ombo, jalan Brantas, Bromo, dan Semeru.

2. Median Jalan Median jalan yang merupakan jalur pemisah sirkulasi lalu lintas sebelah

kanan dan kiri jalan pada wilayah perencanaan yang volume lalu lintasnya

cukup tinggi diarahkan menggunakan median permanen/bullevard. Hal ini

untuk menghindari adanya penyeberangan kendaraan disembarang tempat

sehingga akan menyebabkan sirkulasi akan terhambat dan merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Median jalan ini jika

kondisi geometri jalan memungkinkan juga bisa dibuat jalur hijau sebagai

paru-paru kota, penyerap gas C02, peredam polusi suara, peneduh, estetika

dan lain sebagainya.

Untuk rencana sistem median di wilayah perencanaan BWK I Pusat Kota

Batu, utamanya tetap mempertahankan median jalan yang sudah ada seperti

di ruas Jalan Sultan Agung. Sedangkan koridor jalan lainnya yang perlu

direncanakan median jalannya antara lain : di ruas Jalan Patimura, Jalan

Diponegoro, Jalan Panglima Sudirman sampai Jalan Trunojoyo. Median jalan

ini direncanakan lebarnya antara ½ - 1 meter tergantung kapasitas jalannya.

Selain itu untuk menambah nilai estetika median jalan, dapat digunakan pot-

pot tanaman yang menarik ataupun pemilihan jenis tanaman yang sesuai dan

dapat juga ditambahlan lampu-lampu hias sebagai pemanis kota pada waktu

malam. Rencana pembangunan median jalan tersebut mempunyai tujuan

juga untuk mengarahkan pandangan bagi pengemudi kendaraan serta

mengatur lalu lintas agar tertib.

3. Tempat Penyeberangan

Tempat penyeberangan bagi pejalan kaki berupa zebra cross yang beralokasi

di ruas jalan pada wilayah perencanaan sebagian besar sudah ada, hanya

perlu penambahan pada lokasi-lokasi yang mendatangkan/tarikan dan

membangkitkan penduduk. Hal ini seperti fasilitas-fasilitas perkantoran,

pendidikan, pasar, pariwisata, kesehatan / rumah sakit, dan lain sebagainya.

Adapun rencana lokasi-lokasi tersebut antara lain seperti :

a. Jalan. Gajahmada (depan Plaza Batu)

b. Jalan. Dewi Sartika (disekitar pasar dan terminal)

c. Pada tiap-tiap traffic light

d. Didepan fasilitas umum yaitu di Jalan Agus Salim, Sudarno, Suropati,

Ikhwan Hadi, Hasanuddin, A.Yani, Abdul Gani, Sutan Agung, Brantas,

Bromo, Semeru, dan WR Supratman.

4. Sistem Parkir

Sistem parkir yang ada saat ini berupa parkir badan jalan (on street) dan

parkir di luar badan jalan (off street). Arahan parkir on street terutama pada

ruas jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya,

dan sebaiknya pada setiap bangunan (terutama perkantoran, fasilitas umum

dan komersial) sudah menyediakan tempat parkir khusus sehingga tidak

Page 48: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 48

mengganggu kelancaran lalu lintas. Parkir on street ini terutama diarahkan

pada wilayah-wilayah dengan intensitas bangunan padat.

Rencana arahan pengembangan sistem perparkiran di wilayah perencanaan

BWK I Pusat Kota Batu adalah sebagai berikut ;

a. Koridor Jalan Gajahmada direncanakan merupakan kawasan on street

dengan menggunakan salah satu bagian bahu jalan (sebelah kanan jalan

dari arah Kota Malang). Sudut kemiringannya 450.

b. Ruas jalan yang direncanakan sebagai parkir on street di kedua sisinya

(sejajar) yaitu Jalan. Brantas, Jalan. Agus Salim, Jalan Panglima

Sudirman dan Jalan Diponegoro.

c. Ruas Jalan WR. Supratman direncanakan sistem on street sejajar di

sebelah kiri jalan.

d. Parkir off street direncanakan pada intensitas bangunan yang mempunyai

tarikan kendaraan cukup besar, misalnya hotel, villa, plaza, rumah sakit,

dan fasilitas rekreasi.

5. Pendestrian Way

Pembangunan pedestrian Way lebih diarahkan untuk koridor jalan yang

mempunyai intensitas kegiatan yang cukup tinggi di sekitarnya, dengan lalu

lintas jalan yang cukup ramai. Pembangunan ini bertujuan untuk

mengarahkan pengguna jalan kaki agar tidak memakai badan jalan, sehingga

lalu lintas tidak terganggu dan pejalan kakipun dapat dengan aman berjalan.

Untuk wilayah BWK I, kawasan-kawasan yang perlu diberi dan dipertahankan

pedestrian way-nya antara lain:

Kawasan-kawasan di sekitar pusat kota, antara lain: Jalan. Patimura,

Jalan Diponegoro, Jalan. Gajahmada, Jalan. Panglima Sudirman.

Kawasan di sekitar perkantoran dan fasilitas umum, antara lain: Jalan.

Sultan Agung, Jalan. Suropati, Jalan. Agus Salim, dan Jalan. Abdul Gani

Kawasan-kawasan di sekitar pusat kegiatan perdagangan dan jasa, antara

lain: Jalan. Dewi Sartika, Jalan. Imam Bonjol .

Kawasan obyek wisata Songgoriti Jalan Arum Dalu, Jalan Songgoriti.

6. Perabot Jalan

Perabot jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat

mendukung terbentuknya pola transportasi kota. Termasuk dalam perabot

jalan ini adalah jaringan listrik, jaringan telepon dan telepon umum, hidrant,

bak sampah, pertandaan dan bus surat. Sesuai dengan kebutuhan

perancangan ditinjau dari segi lokasi, ketinggian, jarak dan pembentukan

lingkungan.

Jaringan listrik dan telepon

Jaringan listrik merupakan salah satu perabot jalan yang harus ada di

setiap ruas jalan sehingga meminimalkan potensi kecelakaan dan

kejahatan. Elemen perancangan jaringan listrik meliputi jarak antar tiang

listrik, posisinya terhadap jaringan telepon, jarak terhadap tanah dan jarak

dengan benda lain terdekat dan kesesuian dalam tata cara penempatan

jaringan utilitas pada jaringan jalan. Terkait dengan jaringan listrik ini

adalah pemasangan lampu penerangan jalan dengan sistem partial atau

menerus. Untuk penataan tiang listrik baik SUTM maupun SUTR di

wilayah perencanaan diarahkan berjarak antara 40 sampai 50 meter,

sedangkan jarak penghantar/kabel listrik diarahkan minimal 5 meter dari

tanah, sedangkan jarak dengan benda terdekat diarahkan sekitar 0,5

meter. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan kenyaman.

Sedangkan untuk jaringan telepon relatif tidak memelukan persyaratan

yang ketat, yaitu hanya tergantung pada posisinya terhadap jaringan

listrik. Kebutuhan akan telepon umum ternyata tidak memiliki syarat

tertentu terhadap jumlah ataupun lokasi penempatannya. Untuk optimasi

penempatannya maka digunakan pendekatan; pusat kegiatan atau

perbelanjaan memerlukan telepon umum dengan jarak kemampuan rata-

rata pejalan kaki, terletak di luar bangunan, tidak berdekatan dengan

perempatan jalan, tidak terletak pada larangan berhenti dan larangan

Page 49: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 49

parkir, tidak terletak pada pusat kebisingan dan memiliki ruangan yang

cukup.

Hidrant PMK

Penempatan hidrant pemadam kebakaran pada dasarnya diarahkan pada

kawasan-kawasan yang mempunyai kerawanan terjadi kebakaran,

misalnya pada kawasan perdagangan, kawasan permukiman yang padat

dan kawasan-kawasan lainnya yang mempunyai kerawanan terjadi

kebakaran yang sulit ditempuh dengan mobil kebakaran. Hidrant PMK

diarahkan pada ruas jalan utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada,

Panglima Sudirman, dan Trunojoyo. Ruas Jalan Dewi Sartika, Agus Salim,

Sultan Agung, Moch. Sahar, Sudarno, Suropati, Semeru, dan Indragiri.

Bus Surat

Penentuan kebutuhan akan bus surat ternyata tidak ada strandart baku.

Dengan demikian maka arahan lokasi penempatan bus surat yaitu pada

kawasan-kawasan yang mempunyai tingkat keramaian yang tinggi,

misalnya kawasan perdagangan, kawasan pendidikan ataupun pada jalan-

jalan utama yang strategis. Arahan penempatan bis surat pada ruas jalan

utama Patimura, Diponegoro, Gajah Mada, Panglima Sudirman, dan

Trunojoyo. Ruas Jalan Agus Salim, dan A.Yani

Pertandaan

Jenis pertandaan disini adalah nama jalan, rambu lalu lintas, papan

pengumuman, dan iklan. Biasanya lokasi pertandaan ini berada di tepi

jalan dan trotoar. Sesuai dengan kebutuhan penempatannya, maka tata

cara penempatan penandaan ini adalah:

- Petunjuk nama jalan penempatannya pada ujung ruas jalan dan

keberadaannya mudah dilihat.

- Rambu lalu lintas yaitu pengaturan dan penempatannya disesuaikan

dengan hasil pengaturan sirkulasi dan penataan parkir.

- Iklan yaitu untuk efesiensi penempatan dan estetika maka diarahkan

untuk pemasangan iklan secara permanen dan pemasangan jenis

umbul-umbul sebaiknya dihindari.

3.6. Rencana Identititas Kawasan

Upaya untuk menampilkan identitas kawasan Pusat Kota Batu

merupakan salah satu elemen kuat yang dapat mewakili image atau gambaran

Kota Batu secara keseluruhan. Kota Batu yang sudah dikenal sebagai kota

wisata alam baik itu buatan maupun alami yang memiliki iklim sejuk, dengan

beragam hasil pertanian dan perkebunan seperti buah – buahan, sayuran,

maupun bunga dan tanaman hiasnya.

Dari hasil analisa didapat gambaran bahwa BWK I Pusat Kota Batu adalah

kawasan yang sangat ideal dalam pembentukan identitas kawasan tidak hanya

untuk lingkup BWK I saja tetapi juga untuk lingkup Kota Batu secara

keseluruhan.

Identitas kawasan secara konseptual memiliki beberapa elemen

pembentuk yang apabila digabungkan akan dapat menghasilkan suatu kawasan

yang memiliki citra yang mendalam. Adapun elemen yang dimaksud adalah

sebagai berikut ;

Path adalah ;

elemen pembentuk ruang kota (biasanya linier) yang dapat berupa jalan

setapak, jalur pedestrian, jalan kendaraan dan sungai. Path merupakan

rute – rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan

pergerakan secara umum, yakni jalan, gang – gang utama, jalan transit,

lintasan kereta api, saluran, dan sebagainya. Path mempunyai identitas

yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang lebih besar (misalnya tugu, alun

– alun, dan lain – lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya fasad,

pohon, dan lain – lain), atau ada belokan yang jelas

Page 50: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 50

Landmark adalah ;

elemen pembentuk kota yang dapat berupa bangunan fisik atau gubahan

massa atau ruang, atau detail arsitektur yang ‘sangat spesifik’ dan

terkadang sangat konstektual terhadap kawasan. Elemen ini dapat

berupa lapangan, gapura, dan kemungkinan juga berkaitan dengan

historis dari kawasan tersebut. Merupakan elemen penting dari bentuk

kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota

dan membantu orang mengenali suatu daerah.

Node adalah ;

Nodes adalah area yang menjadi pusat aktivitas dimana orang dapat

merasakan perubahan aktivitas dari suatu struktur ruang kesuatu struktur

ruang yang lain, misalnya tempat dimana transportasi berhenti,

pertemuan network, pusat kegiatan bisnis dan ujung jalan.

Edges

Edges adalah ujung tepian dari matrik atau kawasan kota. Merupakan

elemen linear yang tidak dipakai sebagai path, berada pada batas antara

dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear. Edges

merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district

dengan yang lainnya. Edges memiliki identitas yang lebih baik jika

kontinuitas tampak jelas batas dan fungsinya.

District

areal spesifik yang dapat diidentifikasikan batas-batasnya secara fisik.

Citra district akan mempengaruhi citra kawasan karenanya tidak boleh

hilang, jika hilang maka citra dari kawasan juga menjadi kabur. Sebuah

kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, dan wujudnya)

dan khas pula batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau

memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior

maupun eksterior. District mempunyai indentitas yang lebih baik jika

batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen,

serta fungsi dan posisi-posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri

sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).

Kesemua citra Kota Batu yang telah ada tersebut akan diupayakan untuk

ditampilkan dalam penataan Pusat Kota Batu yang lebih variatif dengan

menggabungkan elemen yang telah disebut diatas dalam visualisasi yang dapat

dilihat pada halaman berikut ;

3.7. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Fasilitas 3.7.1. Permukiman

Perumahan merupakan kebutuhan esensial dari masyarakat untuk dapat

hidup layak Kebutuhan perumahan akan sejalan dengan perkembangan

penduduk yang ada. Kebutuhan akan perumahan harus direncanakan dan

disesuaikan dengan perkembangan penduduk. Jumlah rumah yang ada

berdasarkan kondisi eksisting kurang lebih sebesar 13.369 rumah.

Sampai tahun akhir perencanaan 2008 diperlukan pertambahan unit

rumah sejumlah 14.760 unit dengan perincian 1.476 unit tipe besar dengan luas

lahan lebih dari 500 M2, 4.428 unit tipe sedang dengan luas lahan 300 M2, dan

8.856 unit tipe kecil dengan luas lahan 150 M2.

Dari pertambahan yang ada jumlah terbesar berada di unit lingkungan

Sisir dengan jumlah 4.272 unit rumah untuk semua tipe, sedangkan jumlah yang

terkecil di unit lingkungan Songgokerto sejumlah 1.324 unit rumah untuk semua

tipe. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fasilitas permukiman dapat dlihat

pada tebel berikut ;

Page 51: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 51

Gambar 3.3. Identitas

Page 52: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 52

3.4

Page 53: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 53

3.5.

Page 54: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 54

3.6

Page 55: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 55

3.7

Page 56: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 56

3.8

Page 57: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 57

3.9

Page 58: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 58

3.10

Page 59: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 59

TABEL 3.8 RENCANA FASILITAS PERUMAHAN DI BWK I

TAHUN 2008

BESAR SEDANG KECIL JUMLAH1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 1281 2563 42722 UL II (Kelurahan Temas) 287 861 1722 28703 UL III Kelurahan Songgokerto 132 397 795 13244 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 709 1418 23635 UL V (Desa Pesangrahan) 234 703 1406 23436 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 477 953 1588

1476 4428 8856 14760

No. BWK/UL 2008

TotalSumber ; Hasil Rencana

Kecenderungan perkembangan rumah yang paling dominan sejalan

dengan mayoritas penduduk dari golongan masyarakat kecil maka rumah yang

banyak dibutuhkan adalah rumah tipe kecil dan sedang. Asumsi perbandingan

rumah berdasarkan standart dibagi dalam 3 kategori, yaitu rumah dengan skala

besar, sedang dan kecil. Untuk pencapaian tujuan yang maksimal atau

memenuhi standar kenyamanan rumah yang layak. Berdasarkan standard yang

dikeluarkan pemerintah, maka perbandingan rumah didasarkan pada

perbandingan besaran luas rumah, yaitu tiap 1 rumah berukuran besar, terdapat

3 rumah berukuran menengah dan 6 rumah berukuran kecil (perbandingan 1 : 3

: 6). Kapling tanah untuk rumah ukuran besar seluas 500 M2, rumah berukuran

menengah seluas 300 M2, dan rumah ukuran kecil seluas 150 M2.

Berdasarkan analisa tersebut rumah berukuran besar yang dibutuhkan di

wilayah perencanaan adalah sebanyak 1476 rumah, sedangkan rumah tipe

menengah dibutuhkan sebanyak 4428 rumah, dan tipe kecil dibutuhkan

sebanyak 8.856 rumah.

Selain faktor tipe rumah yang ada di kawasan perencanaan juga harus

mempertimbangkan faktor lokasi/harga, aksesbilitas serta kenyamanan dan

keamanan lokasi. Untuk perumahan umum diharapkan perkembangannya

mengisi kantong-kantong pemukiman yang telah ada dan lahan yang kosong,

serta diusahakan tidak mengkonversi lahan pertanian yang subur dan produktif.

Untuk devoleper yang ada diharapkan juga tidak mengkonversi lahan pertanian

yang subur dan produktif, tetapi lebih memprioritaskan lahan kosong dan

pertanian yang tidak produktif. Oleh karena itu rambu-rambu pengarahan dan

kebutuhan fasilitas perumahan harus diperhatikan dan diprioritaskan karena

merupakan fundamental dalam pemanfaatan lahan dan representasi dari

karakter kota.

3.7.2. Perdagangan dan Jasa

Perkembangan Pusat Kota Batu harus disertai dengan peningkatan

pelayanan fasilitas perdagangan lokal di setiap Unit Lingkungan (UL). Kawasan

perdagangan dan jasa di Kota Batu cenderung tersebar di pusat kota terutama

untuk jenis perdagangan skala kota terdapat di kekitar jalan Panglima Sudirman,

jalan Hasanudin, jalan Dewi Sartika tepatnya disekitar alun-alun, pasar dan jalur

transporatasi utama. Untuk kawasan perdagangan skala kecil dan menengah

tersebar di beberapa tempat mengikuti pola permukiman penduduk. Sedangkan

untuk kawasan jasa pada umumnya berkembang sesuai dengan kebutuhan

sehari-hari masyarakat seperti perbengkelan, warung, wartel, salon dan lain-

lain.

Fasilitas perdagangan dan jasa harus dibedakan dalam 2 aspek, yaitu

fungsi perdagangan dan jasa skala pelayanan kota dan regional serta fungsi

pelayanan skala unit lingkungan yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Skala

perdagangan dan jasa mengikuti fungsi dan pelayanan utama kota seperti

kegiatan yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan RTRW yaitu di

Pasar Batu di sekitar Jalan.Dewi Sartika, Jalan. Ahmad Yani, Jalan Munif dan

Jalan. Agus Salim serta Jalan. Sudiro, sedangkan skala pelayanan unit

lingkungan dijabarkan dalam kebutuhan setiap unit lingkunan di wilayah

perencanaan.

Sampai tahun akhir perencanaan di wilayah rencana direncanakan

terdapat 7 unit pasar umum, 30 unit toko, 295 unit kios, 295 unit warung, dan 1

unit pasar swalayan. Untuk fasilitas perdagangan yang telah ada sekarang akan

tetap pertahankan, jika jumlah rencana masih lebih kecil dari kondisi yang ada

Page 60: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 60

maka jumlah yang ada sekarang masih tetap dipertahankan. Beberapa standar

yang digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan fasilitas perdagangan dan

jasa ini adalah ;

Untuk lebih jelasnya mengenai pertambahan fasilitas perdagangan dan

jasa dapat dilihat pada tabel berikut ; TABEL 3.9

RENCANA FASILITAS PERDAGANAN DAN JASA DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 1 69 100 0 0 2 9 85 85 12 1 69 100 0 0 1 6 57 57 03 1 0 28 25 0 1 3 26 26 04 1 26 0 16 0 1 5 47 47 05 1 0 43 48 1 1 5 47 47 06 0 0 0 0 0 1 3 32 32 0

5 164 271 89 1 7 30 295 295 1Total

UL I (Kelurahan Sisir)UL II (Kelurahan Temas)UL III (Kelurahan Songgokerto)UL IV (Kelurahan Ngaglik)UL V (Desa Pesangrahan)UL VI (Desa Oro-oro Ombo)

No. Unit Lingkungan Eksisting 2003 2008

Fasilitas Perdagangan dan Jasa Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Sumber ; Hasil Rencana Keterangan ; 1. Pasar umum, 2. toko, 3. Kios, 4. Warung, 5. Swalayan

3.7.3. Pendidikan Jenis fasilitas pendidikan yang akan dikembangkan di wilayah rencana

adalah Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar, SLTP dan SMU.

1. TK

Berdasarkan standar pelayanan fasilitas pendidikan TK, jumlah penduduk

pendukungnya sebesar 1000 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk satu unit

TK sebesar 0,12 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di kawasan

perencanaan adalah sebanyak 19 unit sekolah yang tersebar di seluruh unit

lingkungan. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II

sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN

IV sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 4 unit dan UNIT

LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit.

Sampai tahun akhir perecanaan fasilitas pendidikan TK di wilayah

perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 74 unit. Jadi dibutuhkan

penambahan TK sebanyak 55 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan

datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas

ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 17 unit, UNIT LINGKUNGAN II

dibutuhkan sebanyak 10 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 5

unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 8 unit, UNIT LINGKUNGAN V

dibutuhkan sebanyak 8 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 7

unit.

Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan Tk baru diharapkan di pusat

sub unit lingkungan dan berdekatan dengan posyandu dan balai pengobatan

masyarakat.

2. SD Berdasarkan standart fasilitas pelayanan SD dibutuhkan daya dukung

penduduk sebesar yaitu 1600 jiwa dengan luas lahan yang ideal adalah 0,24 Ha.

Kondisi saat ini di wilayah perencanaan jumlah SD ada 24 yang tersebar di

seluruh UNIT LINGKUNGAN. Jumlah terbesar ada di UNIT LINGKUNGAN IV

dengan 6 unit. Sedangkan UNIT LINGKUNGAN lainnya telah merata

keberadaan SD. Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas SD yang ada di

wilayah perencanaan sampai tahun 2008 maka dibutuhkan 46 unit dengan

jumlah penduduk 73.800 jiwa.

Penempatan fasilitas SD di wilayah perencanaan diprioritaskan di daerah

yang membutuhkan dan mengoptimalkan daya tampung yang telah ada.

Penambahan fasilitas SD juga diharapkan sekaligus peningkatan mutu dan

kualitasnya. Penempatan fasilitas SD diupayakan berdasarkan UNIT

LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I sebesar 13 unit, UNIT

LINGKUNGAN II sebesar 5 unit, UNIT LINGKUNGAN III sebesar 1 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV sebesar 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebesar 3 unit, UNIT

LINGKUNGAN VI sebesar 5 unit.

Page 61: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 61

Dalam pengembangannya di masa mendatang pemerataan kebutuhan SD

ini sebaiknya menggunakan asumsi perbandingan jumlah SD berdaya tampung

besar, sedang dan kecil, dimana kapasitas tiap kategori adalah sebagai berikut :

- SD berdaya tampung kecil = kurang dari 200 murid

- SD berdaya tampung sedang = 200 – 400 murid

- SD berdaya tampung besar = lebih dari 400 murid

Perbandingan sekolah dengan daya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 7

: 27.

3. SLTP

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SLTP, jumlah

penduduk pendukungnya sebesar 4500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk

satu unit SLTP sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di

kawasan perencanaan adalah sebanyak 6 unit sekolah yang tersebar di 5 UNIT

LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III. UNIT LINGKUNGAN I sebanyak

1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN IV

sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit dan UNIT

LINGKUNGAN VI sebanyak 1 unit.

Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SLTP di wilayah

perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 16 unit. Jadi dibutuhkan

penambahan SLTP sebanyak 9 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan

datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas

ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan

sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V

dibutuhkan sebanyak 1 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 1

unit.

Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTP baru dikembangkan

juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya

pengembangannya optimal.

Untuk masa mendatang dengan adanya kemungkinan perkembangan

wilayah tertentu, maka akan diperlukan penambahan pada kawasan yang belum

terdapat fasilitas pendidikan SLTP ini sesuai dengan arahan kegiatan di tiap

kawasan. Sedangkan di wilayah lainnya akan diperkirakan mengalami

pengurangan karena berkurangnya jumlah murid. Penambahan yang dilakukan

sebaiknya mempertimbangkan asumsi perbandingan SLTP dengan daya

tampung besar, sedang dan kecil, dimana masing-masing mempunyai kapasitas

murid yang berbeda, yaitu :

- SMP berdaya tampung kecil = kurang dari 350 murid

- SMP berdaya tampung sedang = 350 – 700 murid

- SMP berdaya tampung besar = lebih dari 700 murid

Perbandingan sekolah berdaya tampung besar : sedang : kecil adalah 1 : 1 : 2.

4. SMU Berdasarkan standart pelayanan fasilitas pendidikan SMU, jumlah

penduduk pendukungnya sebesar 4800 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk

satu unit SMU sebesar 0,27 Ha. Kondisi saat ini jumlah fasilitas pendidikan di

kawasan perencanaan adalah sebanyak 8 unit sekolah yang tersebar di 4 UNIT

LINGKUNGAN, kecuali UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT LINGKUNGAN V.

UNIT LINGKUNGAN I sebanyak 1 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 1 unit,

UNIT LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit, dan UNIT LINGKUNGAN VI sebanyak

4 unit.

Sampai tahun akhir perencanaan fasilitas pendidikan SMU di wilayah

perencanaan sampai tahun 2008 dibutuhkan sebanyak 15 unit. Jadi dibutuhkan

penambahan SMU sebanyak 7 unit dalam jangka waktu 5 tahun yang akan

datang. Penambahan fasilitas pendidikan disesuaikan dengan prioritas

Page 62: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 62

kebutuhan dan pengoptimalan yang telah ada. Penempatan kebutuhan fasilitas

ini berdasarkan UNIT LINGKUNGAN adalah sebagai berikut : UNIT

LINGKUNGAN I dibutuhkan sebanyak 4 unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan

sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan sebanyak 1 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV dibutuhkan sebanyak 2 unit, UNIT LINGKUNGAN V

dibutuhkan sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan sebanyak 2

unit.

Penempatan ini diprioritaskan di tempat yang belum ada dan yang telah

ada dioptimalkan daya tampungnya. Penempatan SLTA baru dikembangkan

juga di pusat UNIT LINGKUNGAN atau kawasan khusus karena supaya

pengembangannya optimal dan peningkatan mutu dari sekolah yang ada.

Berikut standar daya tampung untuk sekolah dengan daya tampung besar,

sedang dan kecil :

- Daya tampung kecil = kurang dari 550 murid

- Daya tampung sedang = 550 – 1.000 murid

- Daya tampung besar = lebih dari 1.000 murid

Perbandingan sekolah daya tampung kecil : sedang : besar adalah 1 : 4 : 5.

Penambahan fasilitas pendidikan ini merupakan ukuran standard yang

normantif, yang bersifat dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuan pendanaan dari pemerintah kota dalam pembangunannya.

Sedangkan untuk fasilitas yang telah ada keberadaannya akan tetap

dipertahankan.

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jumlah fasilitas

pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 3.10 RENCANA FASILITAS PENDIDIKAN DI BWK I

TAHUN 2008

TK SD SLTP SMU PONPES AKADEMI TK SD SLTP SMU AKADEMI1 UL I (Kelurahan Sisir) 4 4 1 1 0 0 21 13 5 4 02 UL II (Kelurahan Temas) 4 4 1 1 0 0 14 9 3 3 03 UL III (Kelurahan Songgokerto) 2 3 0 0 0 1 7 4 1 1 14 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 4 6 1 2 0 1 12 7 3 2 15 UL V (Desa Pesangrahan) 4 4 2 0 1 0 12 7 3 2 06 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1 3 1 4 0 0 8 5 2 2 0

19 24 6 8 1 2 74 46 16 15 2Total

No. Unit Lingkungan JUMLAH DAN JENIS FASILITAS EKSISTING RENCANA TAHUN 2008

Sumber ; Hasil Rencana

3.7.4. Perkantoran

Kebutuhan pelayanan fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan dapat

dibedakan, yaitu perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta. Perkantoran

pemerintah dibagi dalam 2 kategori dari sudut pandang pelayanan, yaitu

pelayanan lokal dan pelayanan regional. Pelayanan lokal seperti Kantor

Kelurahan dan Kantor kecamatan, sedangkan kantor pemerintahan berskala

kota seperti kantor Dinas yang jangkauannya skala pelayanan Kota bahkan

regional.

Perkantoran swasta terkait dengan pelayanan pada sektor perdagangan

dan jasa. Kantor swasta biasanya terkait dengan investasi dan peluang pasar,

dimana pasar melihat berkembangnya peluang ekonomi yang terkait dengan

pengembangan Kota Batu. Pusat Kota Batu sebagai pusat kegiatan skala

pelayanan kota dan regional, maka kemingkinan berkembangya fungsi

perkantoran sangat besar. Perkantoran yang berpotensi sangat besar untuk

berkembang adalah kantor pengacara, notaris, konsultan, bank, kegiatan

ekspedisi dan jasa terkait dengan pariwisata. Fasilitas perkantoran juga akan

dikembangkan dalam koridor dan zoning wilayah perkantorannya. Diharapkan

keberadaan kantor baru sejalan dengan view dan koridor sky line di kawasan

perencanaan yang ada.

Sarana perkantoran juga harus dilengkapi dengan parkir dan sarana

umum lainnya yang mendukung kegiatan tersebut. Sarana parkir dan sirkulasi

Page 63: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 63

tranportasi harus menjadi acuan utama penentuan kawasan perkantoran supaya

tidak menimbulkan kemacetan dan titik konflik baru di wilayah perencanaan

tersebut. Kebutuhan fasilitas perkantoran diarahkan di sekitar Jalan. Sultan

Agung, Jalan Panglima Sudirman, Jalan. Wr. Supratman dan Jalan. Diponegoro

dan Jalan. Oro- Oro Ombo Raya Untuk fasilitas perkantoran yang memiiliki standard dalam penyediaanya

adalah ;

1. Kantor Pos

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk

adalah 1 kantor pos kota didukung oleh 120.000 jiwa dengan luas lahan yang

dibutuhkan sebesar 0,05 m2/orang. Kategori kantor pos ini termasuk kantor pos

dengan skala pelayanan kecamatan. Kebutuhan akan kantor pos tidak hanya

skala pelayanan BWK, tetapi juga dibutuhkan sebuah kantor pos untuk skala

pelayanan kota.

Kondisi eksisting di wilayah perencanaan sampai saat ini belum memiliki

kantor pos untuk pelayanan skala kota, berdasarkan estimasi sampai tahun

2008, maka dibutuhkan sebuah kantor pos untuk pelayanan kota. Dalam lima

tahun yang akan datan maka adanya penambahan 1 unit. Letaknya diarahkan

di pusat Kota sekitar Jalan Sultan Agung.

2. Pos Polisi Berdasarkan standart kebutuhan pelayanan yang ideal, 1 pos polisi

didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan 0,13 m2/orang.

Kondisi eksisting di wilayah perencanaan saat ini ada 1 pos kantor polisi di

Jalan. Ahmad Yani. Berdasarkan estimasi kebutuhan sampai dengan tahun

2008 dengan umlah penduduk mencapai 73.800 jiwa maka dibutuhkan 2 kantor

pos polisi. Sehingga dibutuhkan penambahan 1unit di BWK I untuk skala

pelayanan BWK.

Penambahan kebutuhan ini juga seiring peningkatan kepolisian di Kota

Batu menjadi Polresta dan rencananya akan dibangun kantornya di Junrejo,

distribusi dari kantor polisi untuk idealnya disesuaikan dengan master plan dari

kepolisisan itu sendiri. Diharapkan keberadaan kantor polisi berada di lokasi

strategis dan dapat memberikan rasa pengayoman masyarakat.

3.7.5. Peribadatan

Pelayanan kebutuhan fasilitas Peribadatan harus disesuaikan dengan

karakter masyarakat dan kesesuaian dengan prinsip pluralisme yang menjadikan

Kota Batu sebagai kota terbuka sejalan dengan prinsip pariwisata dan

agropolitan yang madani. Kebutuhan akan pelayanan fasilitas peribadatan

disesuaikan dengan jenis agama yang ada yaitu, Islam, Kristen Protestan dan

Katholik, Hindu dan Budha. Selain itu juga kebutuhan akan pengembangan

masyarakat yang menganut sistem kepercayaan juga harus diberikan tempat,

tetapi dalam analisa kebutuhan fasilitas peribadatan tidak diproyeksikan. Dalam

proyeksi kebutuhan fasilitas peribadatan yang diproyeksikan adalah Masjid,

Langgar, Gereja dan Wihara.

1. Masjid

Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas peribadatan di masa mendatang

digunakan perkirakan jumlah penduduk menurut agama yang dianutnya selama

periode perencanaan. Sedangkan dasar perkiraan jumlah pemeluk agama di

masa mendatang adalah dengan menggunakan proporsi pemeluk agama saat

ini. Dengan anggapan bahwa tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi

sehingga proporsi tersebut tetap selama masa periode perencanaan. Daya

dukung untuk Masjid di kawasan perencanaan secara standart adalah 30.000

penduduk. Berdasarkan kondisi eksisting Jumlah Masjid yang ada di kawasan

perencanaan sebanyak 38 unit, dengan komposisi 1 Masjid Agung. Jumlah

Masjid yang ada tersebar di 6 UNIT LINGKUNGAN, yaitu : UNIT LINGKUNGAN

I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V

masing-masing memiliki 8 Masjid, sedangkan UNIT LINGKUNGAN III dan UNIT

LINGKUNGAN VI ada 3 unit.

Page 64: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 64

Berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas maka hanya dibutuhkan total 2

unit Masjid di wilayah perencanaan, sedangkan saat ini telah memiliki 38 unit,

oleh karena itu keberadaan yang telah ada akan tetap dipertahankan. Mengingat

peran serta masyarakat dalam pembangunan tempat ibadah ini cukup tinggi

maka penambahan jumlah berdasarkan swadaya masyarkat akan tetap

diperbolehkan.

2. Langgar

Berdasarkan standart kebutuhan keberadaan langgar didukung oleh

jumlah penduduk sebesar 2500 jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sebuah

langgar yang ideal adalah 0,03 Ha. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada

jumlah langgar di wilayah perencanaan sebanyak 162 unit yang tersebar di

seluruh UNIT LINGKUNGAN yang ada dengan jumlah terbesar di UNIT

LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 47 unit. Sedangkan

jumlah terkecil ada di UNIT LINGKUNGAN III Songgokerto sebanyak 9 unit.

Sampai tahun 2008 kebutuhan langgar sampai dengan 2008 dibutuhkan

sebanyak 27 unit sedangkan saat ini telah berjumlah 162 unit langgar. Oleh

karena itu sampai tahun 2008 tidak dibutuhkan penambahan langgar lagi apabila

dilihat secara standar. Tetapi bila ada penambahan maka masih dapat diterima

mengingat swadaya masyarakat yang tinggi.

3. Gereja Berdasarkan standart kebutuhan fasilitas, Gereja didukung oleh 10.000

jiwa. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,05 Ha dengan sarana penunjang

seperti parkir, gedung pertemuan dan perpustakaan mini. Kondisi saat ini di

BWK I Pusat Kota Batu memiliki 8 gereja yang tersebar di UNIT LINGKUNGAN

IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Di UNIT LINGKUNGAN IV ada 6 gereja,

sedangkan di UNIT LINGKUNGAN V ada 2 gereja. Peribadatan gereja dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu Gereja Katholik dan Gereja Protestan.

Sampai tahun akhir perencanaan tahun 2008 maka dibutuhkan total

keseluruhan penambahan hanya 1 unit gereja di UNIT LINGKUNGAN I.

4. Wihara

Jumlah fasilitas ibadah Vihara saat ini sebanyak 3 unit yang terletak di

UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Berdasarkan jumlah

penduduk pendukung untuk 1 unit Vihara dapat melayani 1000 penduduk, maka

sampai dengan tahun 2008 tidak dibutuhkan penambahan karena

keberadaannya masih memadai.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kebutuhan fasilitas ibadah dari

tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, maka dijabarkan dalam tabel di bawah

ini. TABEL 3.11

RENCANA FASILITAS PERIBADATAN DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

Masjid Langgar Gereja Wihara Masjid Langgar Gereja Wihara1 UL I (Kelurahan Sisir) 8 47 0 0 1 8 1 02 UL II (Kelurahan Temas) 8 47 0 0 1 6 0 03 UL III (Kelurahan Songgokerto) 8 9 0 0 0 2 0 04 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 8 13 6 2 0 4 6 25 UL V (Desa Pesangrahan) 3 27 2 1 0 4 2 16 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 3 19 0 0 0 3 0 0

38 162 8 3 2 27 9 3

Tahun 2008

Total

No. Unit Lingkungan Tahun 2003

Sumber ; Hasil Rencana

3.7.6. Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah perencanaan BWKI Pusat Kota

Batu meliputi : Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Swasta, Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, tempat praktek dokter, dan Apotik.

Proyeksi ke depan maka berdasarkan kondisi eksisting akan ditambah BKIA dan

Rumah sakit Bersalin. Adapun penambahan fasilitas kesehatan mengikuti

standart disesuaikan dengan daya dukung penduduk di wilayah perencanaan.

Perkiraan jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan ini diperlukan dalam

rangka mempersiapkan kemampuan pelayanan atas meningkatnya jumlah

penduduk di masa mendatang. Peningkatan pelayanan kesehatan perlu pula

disertai dengan peningkatan kesadararan masyarakat akan masalah kesehatan.

Page 65: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 65

Berdasarkan standart di atas maka proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan

dijabarkan sesuai jenis fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh penduduk.

1. Apotek

Berdasarkan standart dan ratio perbandingan dengan penduduk, maka

jumlah penduduk pendukung untuk 1 unit apotek adalah 10.000 jiwa dengan

luas lahan yang dibutuhkan adalah 0,035 Ha (350 m2). Sarana penunjang untuk

apotik adalah adanya tempat parkir sehingga tidak menimbulkan kemacetan.

Lokasinya diharapkan ada pada pusat unit lingkungan. Jumlah apotik yang ada

di wilayah perencanaan saat in sebanyak 9 buah untuk melayani kebutuhan

penduduk dengan skala pelayanan BWK dan Pusat Kota Batu dengan jumlah

penduduk sebesar 66.843 jiwa.

Jumlah apotek yang ada di kawasan perencanaan terletak di 4 UNIT

LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT

LINGKUNGAN IV dan UNIT LINGKUNGAN V. Jumlah apotik di UNIT

LINGKUNGAN I sebanyak 3 unit, UNIT LINGKUNGAN II sebanyak 2 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV sebanyak 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V sebanyak 2 unit.

Sampai tahun akhir perencanaan 2008 berdasarkan rencana masih belum

dibutuhkan penambahan, karena berdasarkan standad dibutuhkan 7 unit

sedangkan saat ini masih terdapat 9 unit apotek.

2. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Konsep pengembangan Puskesmas yang digunakan di BWK Pusat Kota

Batu yaitu konsep kewilayahan, jadi tidak hanya berdasarkan standar

penduduk pendukungnya. Dalam hal ini diharapkan ada 6 puskesmas pada

BWK Pusat Kota Batu Saat ini jumlah Puskesmas yaitu 1 unit di UNIT

LINGKUNGAN III Songgokerto. Jika dikaji berdasarkan konsep kewilayahan

maka pertambahan Puskesmas harus ada pada setiap UNIT LINGKUNGAN

karena fungsi dan perannya yang sangat vital bagi kesehatan masyarakat,

khususnya masyarakat kelas bawah. Kondisi ideal ini mengoptimalkan fungsi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Namun jika berdasarkan pada perhitungan analisa yang dilakukan, yaitu

dengan standar daya tampung 1 unit Puskesmas, maka harus didukung oleh

120.000 penduduk maka berdasarkan analisa itu sampai tahun 2008 masih

belum dibutuhkan penambahan. Satu unit puskesmas disesuaikan dengan

jumlah penduduk di Pusat Kota Batu sampai tahun 2008 mencapai 73.800 jiwa.

Lokasi yang ideal untuk puskesmas sebaiknya diletakkan di pusat BWK. Sarana

pendukung untuk puskesmas adalah tempat parkir, pelayanan pemerintah dan

sosial yang terkait, gedung serba guna dan apotik. Luas lahan yang layak untuk

fasilitas Puskesmas sebesar 2400 m2.

Kebutuhan pendekatan ini sebaiknya menggabungkan kebutuhan

berdasarkan standart pelayanan dan penyesuaian dengan kewilayahan

sehingga setiap UNIT LINGKUNGAN ada 1 Puskesmas pembantu untuk

menunjang pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal. Penambahan

puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak dan setiap tahun

terjadi 1 penambahan sehingga sampai tahun 2008 seluruh UNIT LINGKUNGAN

di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki puskesmas pembantu. Oleh karena itu

Puskesmas pembantu di wilayah perencanaan dibutuhkan penambahan

sebanyak 5 unit. Luas lahan yang layak untuk puskesmas pembantu adalah

sebesar 1200 m2 dengan sarana pendukung lainnya.

3. Tempat Praktek Dokter Sarana praktek dokter juga merupakan salah satu sarana yang

terintegrasi pada kawasan perumahan dengan daya dukung 5000 penduduk.

Lokasi tempat praktek dokter dapat terintegrasi dengan rumah atau tempat

praktek tersendiri. Sampai saat ini jumlah tempat praktek dokter di BWK I Pusat

Kota Batu ada 16 unit yang tersebar di 4 UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT

LINGKUNGAN I, UNIT LINGKUNGAN II, UNIT LINGKUNGAN IV dan UNIT

LINGKUNGAN V. Jumlah praktek dokter di UNIT LINGKUNGAN I ada 7 unit,

UNIT LINGKUNGAN II ada 2 unit, UNIT LINGKUNGAN IV ada 11 unit dan UNIT

LINGKUNGAN III ada 3 unit.

Page 66: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 66

Praktek dokter biasanya ada pada pemukiman berkarakter perkotaan

karena masyarakat cenderung modern dan biayanya relatif lebih mahal daripada

puskesmas dan mantri secara umum. Berdasarkan proyeksi sampai tahun 2008

praktek dokter dibutuhkan sebanyak 25 unit dengan tersebar di seluruh UNIT

LINGKUNGAN yang ada di BWK Pusat Kota Batu. Jumlah terbesar ada di UNIT

LINGKUNGAN I dengan 7 tempat praktek dokter, sedangkan UNIT

LINGKUNGAN II ada 3 unit, UNIT LINGKUNGAN III ada 2 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV ada 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V ada 3 unit dan UNIT

LINGKUNGAN VI ada 3 unit.

4. Rumah Sakit Rumah sakit umum merupakan rumah sakit dengan jangkauan pelayanan

skala kota dengan pendukung yaitu 240.000 penduduk. Luas tanah yang

dibutuhkan secara ideal untuk sebuah rumah sakit adalah 86.400 m2. Sarana

pendukungnya dapat berupa taman, area parkir, sekaligus apotik dan penunjang

kebutuhan kesehatan lainnya. Lokasinya tidak harus bergabung dengan fasilitas

lainnya, tetapi dibutuhkan kawasan yang tenang dan nyaman diharapkan

memiliki aksesbilitas yang cukup baik.

Sampai saat ini di BWK Pusat Kota Batu telah memiliki 3 unit Rumah Sakit

yang terletak di UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit dan UNIT LINGKUNGAN V

ada 1 unit. Sampai tahun 2008 berdasarkan proyeksi kebutuhan penduduk di

BWK Pusat Kota Batu, maka tidak dibutuhkan keberadaan rumah sakit. Oleh

karena itu BWK Pusat Kota Batu sebagai pusat pelayanan skala Kota maka

fungsi dan pelayanan rumah sakit yang ada tidak dapat digunakan acuan

berdasarkan skala pelayanan BWK saja, tetapi penduduk Kota Batu secara

keseluruhan.

Rumah Sakit yang ada di BWK I, ada secara khusus yaitu Rumah Sakit

Paru-Paru bahkan untuk skala pelayanan regional Jawa Timur. Keberadaan

Rumah Sakit Paru-paru ada di Batu karena kesegaran dan kenyamanannya

yang mendukung untuk pengobatan dan penyembuhan paru-paru. Keberadaan

Rumah sakit paru-paru secara kewenangan langsung berada di bawah Propinsi

Jawa Timur. Sedangkan di Batu belum memiliki rumah sakit umum maka ada

dua kemungkinan untuk pengembangan ke depan, yaitu memperluas dan

meningkatkan pelayanan rumah sakit Paru-Paru ditambah dengan pelayanan

medis umum atau menyiapkan 5 tahun ke depan untuk mendirikan rumah sakit

umum daerah untuk skala pelayanan Kota Batu.

Fasilitas keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah harus dikembangkan

dan dipersiapkan karena sebagai Kota Batu belum memiliki rumah sakit

tersendiri. Oleh karena itu mengingat fasilitas ini merupakan salah satu sarana

vital untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya yang

murah maka perlu dikembangkan. Keberadaannya juga sangat mendukung

untuk pengembangan sumber daya manusia yang sehat dan mandiri. Arahan

untuk pengembangan rumah sakit umum ini berloksi di UNIT LINGKUNGAN II

Temas di ruas Jalan Sultan Agung.

5. Balai Pengobatan

Berdasarkan standart yang ada, Fasilitas Balai Pengobatan harus

didukung dengan jumlah penduduk 3000 orang dengan kebutuhan standart

untuk setiap unitnya seluas 0,03 Ha. Sarana pendukungnya diharapkan adanya

tempat parkir. Lokasinya diharapkan dalam radius ideal yaitu 500 m2 dan

keberadaannya di Pusat Unit Lingkungan. Sampai saat ini jumlah Balai

Pengobatan di kawasan perencanaan adalah sebanyak 5 unit yang tersebar di 2

UNIT LINGKUNGAN, yaitu UNIT LINGKUNGAN I dan UNIT LINGKUNGAN IV.

Di UNIT LINGKUNGAN I ada 3 unit dan UNIT LINGKUNGAN IV ada 2 unit

dengan jumlah penduduk saat ini sebesar 66.843 jiwa.

Berdasarkan analisa sampai dengan tahun 2008, kebutuhan akan fasilitas

Balai Pengobatan dibutuhkan sebanyak 25 unit untuk mendukung jumlah

penduduk 73.800 jiwa. Sampai tahun 2008 maka dibutuhkan penambahan

fasilitas Balai Pengobatan sebanyak 20 unit. Penempatan kebutuhan sebanyak

20 unit, yaitu di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 7 unit, UNIT LINGKUNGAN II

Page 67: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 67

dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 2 unit, UNIT

LINGKUNGAN IV dibutuhkan 4 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 4 unit,

dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Diharapkan distribusi Balai

Pengobatan ada pada daerah pemukiman dan Pusat Sub Unit Lingkungan.

Kebutuhan penambahan prioritas Balai Pengobatan lebih diutamakan

pada UNIT LINGKUNGAN yang belum memiliki Balai Pengobatan dan jauh dari

jangkauan pelayanan fasiltas kesehatan lainnya : seperti UNIT LINGKUNGAN VI

dan UNIT LINGKUNGAN V, penambahan fasiltas Balai Pengobatan dilakukan

secara bertahap dan disesuaikan berdasarkan skala prioritas. TABEL 3.12

RENCANA FASILITAS KESEHATAN DI BWK I TAHUN 2003 - 2008

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 61 3 0 1 7 0 3 2 0 1 7 1 72 2 0 0 2 0 0 1 0 0 5 0 53 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 0 24 2 0 0 11 2 2 1 0 0 4 0 45 2 0 0 3 1 0 1 1 0 4 0 46 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0 3

9 1 1 16 3 5 7 1 2 25 1 25

No. Unit Lingkungan

Total

UL I (Kelurahan Sisir)UL II (Kelurahan Temas)UL III (Kelurahan Songgokerto)UL IV (Kelurahan Ngaglik)UL V (Desa Pesangrahan)UL VI (Desa Oro-oroOmbo)

2008Jenis Fasilitas Kesehatan Jenis Fasilitas Kesehatan

Eksisting 2003

Sumber ; Hasil Rencana

Keterangan ; 1. Apotek, 2. Puskesmas, 3. Puskesmas Pembantu, 4. Praktek Dokter,

5. Rumah Sakit, 6. Balai Pengobatan

3.7.7. Fasilitas Umum dan Sosial Lainnya 1. Pos Hansip

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas kebutuhan pos hansip dan balai

pertemuan didukung oleh 2500 jiwa dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar

0,16 m2/orang. Kategori kebutuhan pos hansip dan balai pertemuan termasuk

dalam kategori pelayanan sub unit lingkungan.

Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka dibutuhkan pos hansip

dan balai pertemuan sebanyak 30 unit dari masing-masing. Penambahan

dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.

Sampai tahun akhir rencana 2008 di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9

unit, UNIT LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III

dibutuhkan 3 unit, UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT

LINGKUNGAN V dibutuhkan 5 unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3

unit. Pembangunan pos hansip dan balai pertemuan juga seringkali atas

swadaya masyarakat dan sumbangan dari dunia usaha di sekitarnya.

2. Gedung Serbaguna

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas dengan daya dukung penduduk

adalah 1 gedung serbaguna didukung oleh 30.000 jiwa dengan luas lahan yang

dibutuhkan sebesar 0,13 m2/orang. Gedung serbagunan masuk dalam skala

kategori pelayanan BWK atau Kecamatan

Sampai tahun akhir rencana maka dibutuhkan 2 unit gedung serbaguna di

BWK I Pusat Kota Batu. Dalam lima tahun yang akan datang maka dibutuhkan

penambahan 2 unit. Jika dikaji dari jumlah penduduk dan komposisi kewilayahan

maka penempatannya di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 1 unit, dan UNIT

LINGKUNGAN V dibutuhkan 1 unit.

3. Lapangan Olahraga

Berdasarkan standart pelayanan fasilitas lapangan olahraga memiliki daya

dukung penduduk sebesar 30.000 jiwa. Lapangan olahraga merupakan sarana

sosialisasi masyarakat dan memiliki nilai strategis dalam menciptakan harmoni

sosial.

Berdasarkan estimasi sampai tahun 2008, maka kebutuhan lapangan

olahraga di kawasan perencanaan dibutuhkan 2 unit. Dalam lima tahun yang

akan datang maka adanya penambahan 2 unit. Penempatannya berdasarkan

jumlah penduduk dan faktor kewilayahan maka diletakkan di UL I dan UL IV.

Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan fasilitas umum di BWK I Pusat Kota

Batu lihat tabel berikut ;

Page 68: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 68

TABEL 3.13 RENCANA FASILITAS UMUM DI BWK I

TAHUN 2008

GEDUNG SERBAGUNA POS HANSIP GEDUNG MAKAM LAPANGAN OLAH RAGA SERBAGUNA

1 UL I (Kelurahan Sisir) 1 9 1 9 12 UL II (Kelurahan Temas) 0 6 0 6 03 UL III (Kelurahan Songgokerto) 0 3 0 3 04 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 0 5 1 5 05 UL V (Desa Pesangrahan) 0 5 1 5 06 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 0 3 0 3 0

Total 2 31 3 31 2

No. Unit Lingkungan JENIS (UNIT)

Sumber ; Hasil Rencana

3.7.8. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Persebaran taman biasanya ada di lingkungan pemukiman dan sebagian

lagi berada di ujung dan pertemuan jalan-jalan raya, serta taman kota (alun-

alun), sedangkan dari sisi pemanfaatannya RTH dapat sebagai penyejuk,

daerah resapan, respirasi dan estetika lingkungan dan juga sebagai sarana

sosialisasi masyarakat dan olahraga. RTH yang ada di Pusat Kota Batu tersebar

di Kelurahan/desa yang ada :

Taman Makam Pahlawan berada di Jalan Suropati

Stadion Gelora Brantas berada di Jalan Sultan Agung

Alun-alun Kota Batu berada di Selatan Jalan Gajah Mada.

Taman-taman lingkungan yang berada di kawasan perumahan,villa dan hotel

Lapangan olahraga dan makam yang tersebar di setiap Kelurahan

Keberadaan ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam

keseimbangan lingkungan dan pertumbuhan kota yang berkelanjutan.

Berdasarkan kebutuhan standart untuk taman di perumahan dan taman

pada lingkup pelayanan RW. Taman di lingkup perumahan dibutuhkan dengan

jumlah penduduk 250 jiwa, sedangkan taman lingkup RW didukung dengan

jumlah 2500 jiwa penduduk. Estimasi kebutuhan taman di BWK I Pusat Kota

Batu sampai tahun 2008 dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 73.800 jiwa

maka dibutuhkan taman untuk perumahan disesuasikan dengan kebutuhan per

UL dengan asumsi 1 m2/jiwa, dan kebutuhan taman pada lingkup RW dengan

luasan 0,5 m2/jiwa. Jelasnya lihat tabel berikut untuk estimasi kebutuhan taman

di BWK Pusat Kota Batu. TABEL 3.14

RENCANA FASILITAS RUANG TERBUKA HIJAU DI BWK I TAHUN 2008

No.

Unit Lingkungan

Tahun 2008 Taman (m2/jiwa)

Taman (Lingkup Perumahan) Taman ( Lingkup

RW) 1 UL I (Kelurahan Sisir) 85 8,54 2 UL II (Kelurahan Temas) 57 5,74 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 26 2,65 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 47 4,73 5 UL V (Desa Pesangrahan) 47 4,69 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 32 3,18

Total 295 29,52 Sumber ; Hasil Rencana

Makam merupakan fasilitas umum yang penting, tetapi seringkali

diabaikan dan disepelekan. Permasalahan makam seringkali muncul khususnya

perumahan devoleper karena masyarakatnya bukan asli dari kampung setempat

ketika meninggal ditolak untuk dimakamkan di makam kampung. Oleh karena itu

masalah makam merupakan fasilitas umum yang perlu dipertimbangkan ke

depan karena keterbatasan lahan.

Berdasarkan standart pelayanan untuk makam didukung oleh 2500 jiwa

dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar 0,16 m2/orang. Berdasarkan Arahan

rencana sampai tahun 2008, maka dibutuhkan makam sebanyak 30 unit.

Penambahan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan skala prioritas.

Berdasarkan estimasi di UNIT LINGKUNGAN I dibutuhkan 9 unit, UNIT

LINGKUNGAN II dibutuhkan 6 unit, UNIT LINGKUNGAN III dibutuhkan 3 unit,

UNIT LINGKUNGAN IV dibutuhkan 5 unit, UNIT LINGKUNGAN V dibutuhkan 5

unit dan UNIT LINGKUNGAN VI dibutuhkan 3 unit. Kondisi makam yang ada

telah memadai di kawasan perencanaan. Pemukiman masyarakat pada

umumnya telah memiliki tanah pemakamannya masing-masing.

Page 69: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 69

3.8. Rencana Kebutuhan dan Pelayanan Utilitas 3.8.1. Listrik

Untuk pemenuhan kebutuhan listrik di BWK I secara umum seluruh

wilayah terlayani jaringan listrik dari PLN. Sehingga untuk perencanaan masa

mendatang kebutuhan listrik yang perlu diperhatikan yaitu perluasan jaringan ke

wilayah-wilayah permukiman baru dan penyediaan daya sesuai dengan

perkiraan kebutuhan. Kebutuhan terhadap listrik ini tidak hanya untuk konsumsi

rumah tangga, tetapi juga untuk penerangan jalan, fasilitas sosial, perdagangan

dan jasa. Standar yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan listrik di suatu

wilayah adalah sebagai berikut

Rumah tangga kapling besar : 1300 watt

Rumah tangga kapling sedang : 900 watt

Rumah tangga kapling kecil : 450 watt

Kebutuhan komersial : 15 % dari kebutuhan rumah tangga

Kebutuhan sosial : 10 % dari kebutuhan rumah tangga

Kehilangan daya : 10 % dari kebutuhan rumah tangga

Cadangan : 10 % dari kebutuhan rumah tangga

Penerangan Jalan : 40% dari kebutuhan rumah tangga

Berdasarkan perhitungan terhadap tiap jenis kebutuhan listrik di BWK I

Pusat Kota Batu, maka sampai dengan tahun 2008 diperkirakan kebutuhan

untuk perumahan kavling besar, sedang dan kecil totalnya sebesar 9.889.150

watt. Sedangkan kebutuhan jaringan listrik secara keseluruhan di BWK I Pusat

Kota Batu adalah sebesar 18.294.298 Watt.

TABEL 3.15 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA DI BWK I

TAHUN 2008

No. Unit Lingkungan Kebutuhan 2008 (watt)

1 UL I (Kelurahan Sisir) 2.861.908 2 UL II (Kelurahan Temas) 1.922.972 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 887.371 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 1.583.108 5 UL V (Desa Pesangrahan) 1.569.562 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 1.064.230

Total 9.889.150 Sumber ; Hasl Rencana

TABEL 3.16 RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI BWK I

TAHUN 2008

No. Jenis Kebutuhan Kebutuhan

Tahun 2008

(Watt) 1 Rumah Tangga 9.889.150 2 Komersial 1.483.373 3 Sosial 988.915 4 Kehilangan Daya 988.915 5 Cadangan 988.915 6 Penerangan Jalan 3.955.660

Total 18.294.928 Sumber ; Hasl Rencana

Dalam pengembangannya dibutuhkan koordinasi dengan instansi terkait,

khususnya PLN Batu sehingga utilitas kebutuhan listrik dapat terkait dengan

pemanfaatan rencana ruang di BWK I Pusat Kota Batu. Utilitas listrik di kawasan

perencanaan dibutuhkan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dan

bagaimana mensosialisasikan hemat listrik sehingga kebutuhan listrik dapat

terlayani dengan baik dan keberlanjutan. Perlu juga dipertimbangkan sumber

alternatif listrik baru di kawasan perencanaan yang berbasiskan pedesaan

dengan pemanfaatan kotoran sapi dan panas bumi sebagai sumber energi baru

serta pemanfaatan teknologi sinar matahari. Untuk lebih jelas mengenai

kebutuhan listrik dan arahan pengembangan jaringan listrik di BWK I Pusat Kota

Batu sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat di tabel dan peta 3.12 berikut ;

Page 70: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 70

Peta Jar Listrik 3.12

Page 71: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 71

3.8.2. Air Bersih

Sumber air bersih untuk BWK I Pusat Kota Batu ada dua, yaitu

berdasarkan sumber mata air dan pelayanan air bersih PDAM. Sumber air

bersih untuk wilayah perkotaan dan khususnya jalan-jalan utama maka

sumbernya berdasarkan PDAM, sedangkan untuk daerah yang berkarakter

pedesaan dan agak jauh dari jalan-jalan utama, seperti Toyomerto, Oro-Oro

Ombo, Srebet Pesanggrahan, Songgoriti dan Trunojoyo menggunakan sumber

mata air. Kawasan perdagangan dan jasa, sentra

perkantoran, perhotelan dan kawasan wisata pada umumnya menggunakan

sumber PDAM.

Sumber mata air yang ada di BWK I Pusat Kota Batu ada 30 titik sumber

mata air yang tersebar di seluruh UL yang ada. Sedangkan sumber mata air

yang pemanfaatan airnya digunakan oleh PDAM adalah Sumber Darmi, Sumber

Kasinan, dan Sumber Torongbelok. Kondisinya dari sumber air yang ada baik

dan kelestarian lingkungan sekitar dan daerah penyangganya harus dilestarikan

supaya debit dan kualitas airnya tetap baik.

Untuk mengetahui tingkat kebutuhan penduduk terhadap penyediaan air

minum/bersih ini, maka digunakan standar bahwa :

Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr, sehingga rumah tangga

dengan jumlah keluarga 5 orang dibutuhkan 400 lt/kk/hr.

Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15 % dari kebutuhan

rumah tangga.

Fasilitas komersial sebesar 20 % dari kebutuhan rumah tangga.

Industri sebesar 10 % dari kebutuhan rumah tangga.

Cadangan kebocoran 10 % dari kebutuhan total.

Pemadam kebakaran sebesar 10 % dari kebutuhan total.

Dengan demikian berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air minum

sesuai proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2008 adalah 5.904.000 lt/hr.

Sedangkan untuk total kebutuhan air bersih secara keseluruhan di BWK I Pusat

Kota Batu adalah 9.741.600 lt/hr. Jelasnya kebutuhan air bersih di kawasan

perencanaan lihat pada tabel berikut ; TABEL 3.17

RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI BWK I TAHUN 2008

No. Unit Lingkungan KEBUTUHAN 1 ORANG/HARI (80 Lt) 2008

1 UL I (Kelurahan Sisir) 1.708.640 2 UL II (Kelurahan Temas) 1.148.080 3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 529.760 4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 945.120 5 UL V (Desa Pesangrahan) 937.040 6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 635.360

Total 5.904.000 Sumber ; Hasil Rencana

TABEL 3.18 RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH PER FASILITAS DI BWK I

TAHUN 2008

No. Jenis Kebutuhan Kebutuhan Tahun 2008 (lt/hari)

1 Rumah Tangga 5.904.000 2 Komersial 1.180.800 3 Sosial dan Perkantoran 885.600 4 Industri 590.400 5 Cadangan 590.400 6 Pemadam kebakaran 590.400

Total 9.741.600 Sumber ; Hasil Rencana

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut, perlu pula

dipertimbangkan adanya permasalahan yang akan datang yaitu dapat

berkurangnya debit air yang dihasilkan oleh sumber air yang digunakan PDAM

sekarang ini. Masalah tesebut terjadi karena semakin gundulnya hutan dan

degradasinya fungsi lingkungan sehingga mengakibatkan berkurangnya daerah

resapan air dan konversi penggunaan lahan khususnya kawasan lindung

menjadi perumahan dan villa.

Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan berkurangnya sumber air

yang ada dengan pemanfaatan sumber mata air baru untuk mengantisipasi

kebutuhan air bersih ke depan dan penghijauan serta rehabilitasi hutan dan

Page 72: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 72

lingkungan yang mengalami degradasi. Pusat Kota Batu memiliki banyak

sumber air bersih yaitu sekitar 30 sumber air dan sangat ironis jika kesulitan air

bersih pada masa yang akan datang.

Disamping permasalahan utama diatas, dalam pelayanannya PDAM

menghadapi permasalahan yang khususnya di bidang teknis, yaitu :

1. Tingginya biaya operasional akibat adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan

barang-barang kebutuhan PDAM.

2. Tingginya tingkat kehilangan air akibat masih dioperasikannya jaringan pipa

distribusi lama dan kurangnya akurasi meter air yang dipasang pada

pelanggan.

3. Rendahnya tingkat pelayanan.

4. Kurang efisiennya penyediaan air bersih dalam hal pemasangan jaringan,

sehingga perlu adanya alternatif baru dengan adanya kerja sama dengan

pihak-pihak lain yang terkait.

Dengan pertimbangan permasalahan yang terkait dengan pelayanan air

minum/air bersih itulah, untuk masa mendatang diperlukan adanya terobosan

baru dalam hal sumber air baru dan penanganan masalah teknis yang dihadapi.

Upaya yang dilakukan dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan

instansi/pihak terkait lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat peta 3.13 arahan pengembangan air bersih.

3.8.3. Drainase

Drainase dan sanitasi sangat erat kaitannya dengan air buangan atau

limbah. Air buangan atau limbah yang terbesar dalam suatu kawasan

perencanaan, berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Umumnya dapat

mencapai prosentase 80% dari limbah yang dihasilkan dari suatu kota,

sedangkan sisanya adalah limbah non domestik.

Saat ini belum ada keluhan yang menyolok terhadap gangguan masalah

drainase dan sanitasi, meskipun demikian perlu antisipasi dini untuk mencegah

masalah-masalah yang akan timbul. Hal ini juga untuk menunjang Kota Batu

yang sedang dalam proses pemekaran untuk menjadi kota yang bercitrakan kota

wisata dan bersifat agropolitan.

Berdasarkan hasil evaluasi rencana sebelumnya dapat diketahui bahwa ;

Saluran drainase eksisting di sepanjang ruas Jalan Panglima Sudirman

kurang besar dimensinya, sehingga di saat hujan aliran air hujan tidak dapat

tertampung di dalam saluran tersebut.

Saluran di Jalan Gajah Mada dimensinya kurang besar.

Di sepanjang ruas Jalan Diponegoro, seharusnya aliran air hujan dapat

tertampung di dalam saluran drainase eksisting, tetapi kemungkinan karena

bentuk saluran ayng tertutup (berupa bis beton) maka dibutuhkan waktu

untuk menuju saluran tersebut. Stret Inlet saluran harus diperlebar, agar air

yang tergenang di ruas Jalan. Diponegoro cepat mengalir ke dalam saluran.

Untuk merencanakan pengembangan saluran drainase di BWK I harus

dititik beratkan pada darah yang berpotensi terjadi genangan air sesaat yaitu di

ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan. Gajahmada. Maka harus dilakukan

normalisasi saluran. Normalisasi saluran dapat dilakukan dengan cara:

Memperbesar dimensi dengan memperbesar saluran

Memperdalam saluran dengan pengerukan sediment transport

Mengubah dimensi saluran dengan talud (dimensi trapezium)

Mengubah cathment area dengan memotong arah aliran ataupun menyudet

(by pass)

Pada perencanaan pengembangan kali ini, normalisasi saluran dilakuka

dengan cara memperbesar dimensi saluran dengan memperbesar saluran

eksisting yang berbentuk saluran segi empat. Secara estetika maupun jalannya

arah aliran, memang lebih baik menggunakan saluran drainase yang berbentuk

trapesium. Kekurangan dari saluran drainase yang berbentuk trapesium adalah

memakan lahan yang luas (lebar), sementara daerah potensi genangan sesaat

berada di tengah kota maka lahan yang harus disiapkan sebagai perluasan

saluran drainase eksisting akan menjadi masalah.

Page 73: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 73

3.13. rencana air bersih

Page 74: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 74

Selain normalisasi saluran drainase eksisting di ruas Jalan Panglima

Sudirman dan Jalan. Gajahmada, untuk mengatasi masalah genangan air

sesaat di ruas Jalan Dipongoro harus dilakukan:

Memperbesar street inlet, terutama untuk saluran sebelah kanan jalan

Pembersihan street inlet dari sampah maupun pasir yang dapat menghalangi

masuknya aliran air dari jalan ke saluran tertutup tersbut

Pengembangan drainase terutama drainase sekunder diutamakan pada

jalan-jalan utama yang berfungsi sebagai jalan arteri dan kolektor.

Pengembangan drainase tersebut antara lain terdapat pada koridor Jalan

Suropati, Jalan Sultan Agung, Jalan Abdul Gani, Jalan Hasanudin. Selain itu

juga perlu pembangunan drainase terasering yang dimulai dari wilayah Temas.

Untuk mengatasi masalah genangan air sesaat dapat diambil tindakan

sebagai berikut:

Melakukan pengerukan sedimen secara rutin minimal 1 bulan sekali pada

seluruh saluran drainase yang ada

Untuk menghindari masukknya sampah ke dalam saluran drainase dan

pemanfaatan lahan bagian atas saluran sebagai trotoar, saluran tetap

mengikuti pola aliran terbuka tetapi diberi tutup pada bagian atas saluran

Warga setiap bulan diajak berpartisipasi/gotongroyong untuk melakukan

pengerukan dan pembersihan saluran-saluran drainase

Melakukan normalisasi saluran dengan memberbesar dimensi saluran

eksisting di ruas Jalan Panglima Sudirman dan Jalan Gajah Mada dan street

inlet setiap 2 meter panjang saluran

Untuk ruas Jalan Diponegoro, dilakukan pembesaran stret inlet terutama

untuk saluran sebelah kanan jalan serta pembersihan street inlet dari

sampah maupun pasir yang dapat menghalangi masuknya aliran air dari

jalan ke saluran tertutup tersebut

Mengadakan penyuluhan pada masyarakat atau warga supaya ikut menjaga

kebersihan aluran dan tidak membuang sampah ke dalam saluran drainase

serta tidak menutup street inlet yang telah dibangun di sepanjang saluran

yang telah dinormalisasi

Untuk mengetahui lebih jelas tentang rencana drainase dan sanitasi ini,

dapat dilihat pada peta 3.14 arahan jaringan drainase ;

3.8.4. Telepon

Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting

bagi masyarakat saat ini sehingga harus ditingkatkan kualitas pelayanannya di

masa mendatang, terutama penyediaan sarana telekomunikasi dan pelayanan

jaringan baru untuk pemukiman yang belum memiliki sambungan telepon.

Perkembangan telekomunikasi ke depan juga berjalan sangat cepat sehingga

perlu diantisipasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Penambahan fasilitas telepon untuk pelayanan umum berupa wartel, dan

telepon umum juga perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Sarana telekomunikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai

fasilitas pelayanan umum, dimana dalam penempatannya dititikberatkan pada

lokasi-lokasi yang merupakan pusat pelayanan dan juga didistribusikan secara

merata sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat. Dalam penyediaan

telepon umum ini digunakan standar, yaitu setiap kelompok penduduk dengan

jumlah 1.000 jiwa perlu disediakan 20 unit telepon, setiap 200 penduduk

disediakan 1 unit telepon umum dan setiap 1000 penduduk terdapat 1 unit

wartel. Perkiraan kebutuhan sarana telekomunikasi ini disesuaikan dengan

proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2008 seperti yang terdapat

pada tabel berikut dan peta 3.15 arahan jaringan telepon ;

Page 75: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 75

Peta 3.12 Jarigan Drainase

Page 76: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 76

Peta 3.13 Jarigan Telepon

Page 77: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 77

TABEL 3.19 RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI BWK I

TAHUN 2008 No.

Unit Lingkungan

TELEPON PRIBADI WARTEL TELEPON UMUM

JUMLAH SAMBUNGAN (Sst)

JUMLAH SAMBUNGAN

(Sst)

JUMLAH SAMBUNGAN

(Sst) 2008 2008 2008

1 UL I (Kelurahan Sisir) 427 18 4

2 UL II (Kelurahan Temas) 287 12 3

3 UL III (Kelurahan Songgokerto) 132 6 1

4 UL IV (Kelurahan Ngaglik) 236 10 2

5 UL V (Desa Pesangrahan) 234 10 2

6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo) 159 7 2

Jumlah 1.476 61 15

3.8.5. Persampahan

Persampahan yang ada diwilayah perencanaan dirahkan untuk lebih

ditanganai dengan memperhatikan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah

penduduk yang meningkat maka akan terjadi pula peningkatan jumlah produksi

sampah. Peningkatan ini diprediksikan dengan asumsi sebagai berikut ;

1. Sampah rumah tangga 2,5 lt/hari.

2. Pasar menghasilkan sampah sebanyak 25% dari sampah produksi rumah

tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5% dari

sampah rumah tangga.

3. Jalan menghasilkan 10% dari sampah rumah tangga.

4. Lain-lain diasumsikan 5% dari sampah produksi rumah tangga.

Dari hasil prediksi didapat bahwa jumlah tetinggi untuk sampah rumah

tangga terdapat di unit lingkungan unit lingkungan I Kelurahan Sisir sejumlah

8.543 litr, dan yang terendah di unit lingkngan III Kelurahan Songgokerto

sejumlah 2.648 liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 3.20 PRODUKSI SAMPAH DOMESTIK DI BWK I TAHUN 2008

1 UL I (Kelurahan Sisir)2 UL II (Kelurahan Temas)3 UL III (Kelurahan Songgokerto)4 UL IV (Kelurahan Ngaglik)5 UL V (Desa Pesangrahan)6 UL VI (Desa Oro-oro Ombo)

Volume Sampah Rumah Tangga (L/kk/hari)No. Unit Lingkungan

Total

8,543.015,740.212,648.874,725.694,685.263,176.81

29,519.85 Sumber ; Hasil Rencana

TABEL 3.21 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I TAHUN 2008

No. Jenis Kegiatan Volume sampah (L/hari)

1 Rumah Tangga 29,520 2 Perdagangan Pasar 7,380 3 Perdagangan 1,476 4 Jalan 2,952 5 Lain-lain 2,952

Total 44,280 Sumber ; Hasil Rencana

Untuk pembuangan sampah akhir TPA berada di Kelurahan Ngalik

tepatnya di Ruas Jalan arah Ke Panderman Hill. TPA ini merupakan

penampungan sampah untuk seluruh Kota Batu. Untuk masa datang

keberadaan TPA in perlu untuk mendapat relokasi yang berdasarkan arahan

RTRW Kota Batu diarahkan ke wilayah Desa Sumberejo.

Berdasarkan jumlah produksi sampah maka untuk penanganannya

diperlukan prasarana berupa pengadaan tong sampah, TPS (Tempat

Pembuangan Sampah Sementara) biasannya berupa container kapasitas 4000

liter, dan gerobak sampah kapasitas . Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ;

Sumber ; Hasil Rencana

Page 78: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 78

TABEL 3.22 PRODUKSI SAMPAH KESELURUHAN DI BWK I PER JENIS DAN KEBUTUHAN PERALATAN

TAHUN 2008 No. Desa/Kelurahan

Sampah Pasar Perdagangan dan Jalan Lain Lain Jumlah Tong Sampah Gerobak TPSRumah Tangga Jasa 40 Ltr Sampah 4000 Ltr

1 Oro-oro Ombo 3176 794 158.8 317.6 158.8 4605.2 115 2 12 Temas 5740 1435 287 574 287 8323 208 2 23 Sisir 8543 2135.75 427.15 854.3 427.15 12387.35 309 4 34 Ngaglik 4725 1181.25 236.25 472.5 236.25 6851.25 171 2 25 Pesangrahan 4685 1171.25 234.25 468.5 234.25 6793.25 169 2 26 Songgokerto 2648 662 132.4 264.8 132.4 3839.6 95 2 1

Produksi Sampah Kebutuhan Peralatan

Sumber ; Hasil Rencana

Kondisi yang ada saat ini, tidak semua penduduk di wilayah Kota Batu

mendapatkan pelayanan persampahan. Hal ini disebabkan karena Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Batu masih melayani 30% pengangkutan dari

seluruh jumlah timbulan sampah yang ada. Untuk perencanaan selanjutnya,

pelayanan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan harus ditingkatkan.

Untuk perencanaan TPS di BWK I, didasarkan pada jumlah timbulan

sampah yang harus diangkut dan juga luas lahan. Diasumsikan bahwa satu TPS

dapat menampun ± 4000 liter sampah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

penduduk dalam membuang sampah, sehingga apabila jaraknya terlalu jauh

maka akan mempersulit masyarakat untuk menjangkaunya. Pengelolaan

sampah BWK I dapat juga direncanakan sebagai berikut:

Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di Kota Batu akan

menggunakan sistem container yang ditempatkan pada :

Setiap pasar

Pusat kegiatan penduduk

Sekitar permukiman penduduk

Sekitar perkantoran dan fasilitas sosial lainnya

Untuk lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) diarahkan di luar

BWK I berdasarkan RTRW Kota Batu tahun 2003 – 2013 yaitu di

Sumberejo.

Sistem pembuangan sampah dilakukan dengan sistem pengambilan

sampah dari ruimah penduduk oleh petugas kebersihan, kemudian dibawa

ke TPS dan selanjutnya ke TPA.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 3.16 arahan lokasi TPS sebagai

berikut ;

Page 79: rdtr bab 3 kota batu

Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK I (Pusat Kota)

Rencana Detail Tata Ruang Bagian Wilayah Kota I Batu (Kawasan Pusat Kota Batu) Tahun 2003 - 2008 Bab III - 2

Peta 3.14 Lokasi TPS