BAB I PENDAHULUAN -...

62
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian dari ilmu alam yang memerlukan kemampuan berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya. Kemampuan berpikir memudahkan seseorang untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena fisika. Kemampuan berpikir dibedakan menurut Taksonomi Bloom mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Kemudian taksonomi ini direvisi oleh Anderson dan Krathwhol dengan mengklasifikasi enam proses kognitif yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). 1 Kemampuan menganalisis merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. 2 Kemampuan menganalisis memudahkan siswa berpikir secara logis mengenai hubungan antara konsep dan situasi yang dihadapinya, hal ini dibutuhkan dalam kehidupan baik dilingkungan pekerjaan maupun masyarakat, hal ini juga merupakan salah satu kemampuan yang perlu dioptimalkan dalam proses pembelajaran di abad ke-21. 3 Fakta menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis siswa di Indonesia masih rendah. 4 Menurut Maghfiroh, hasil belajar kognitif siswa SMA pada kompetensi dasar menganalisis masih rendah. 5 Data pendukung juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa guru fisika SMA Negeri Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan fakta bahwa siswa mengalami masalah dalam kemampuan menganalisis pada mata pelajaran fisika. Beberapa faktor yang 1 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R., Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (RevisiTaksonomi Pendidikan Bloom)Terj. Agung Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, h. 43 2 Ramos, J. L. S., et al, “Higher order thinking skills and academic performance in physics of college students: A regression analysis”, International Journal of Innovative Interdisciplinary Research, Vol.4, 2013, p. 48-60. 3 Suwarna, Iwan P., “Laporan Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa Melalui Computer Based Test Pada Program Studi Pendidikan Fisika”, Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, h. 2 4 OECD, PISA 2015 Results, Paris: OECD Publishing, 2016, h.5 5 Maghfiroh, “Penerapan Pembelajaran Fisika Bervisi SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Kelas X”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2011, h.6

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan bagian dari ilmu alam yang memerlukan kemampuan

berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya. Kemampuan

berpikir memudahkan seseorang untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

fenomena fisika. Kemampuan berpikir dibedakan menurut Taksonomi Bloom

mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi. Kemudian taksonomi ini direvisi oleh

Anderson dan Krathwhol dengan mengklasifikasi enam proses kognitif yaitu

mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6).1 Kemampuan menganalisis merupakan

bagian dari berpikir tingkat tinggi.2 Kemampuan menganalisis memudahkan siswa

berpikir secara logis mengenai hubungan antara konsep dan situasi yang

dihadapinya, hal ini dibutuhkan dalam kehidupan baik dilingkungan pekerjaan

maupun masyarakat, hal ini juga merupakan salah satu kemampuan yang perlu

dioptimalkan dalam proses pembelajaran di abad ke-21.3

Fakta menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis siswa di Indonesia

masih rendah.4 Menurut Maghfiroh, hasil belajar kognitif siswa SMA pada

kompetensi dasar menganalisis masih rendah.5 Data pendukung juga peneliti

dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa guru fisika SMA Negeri Kota

Tangerang Selatan yang menunjukkan fakta bahwa siswa mengalami masalah

dalam kemampuan menganalisis pada mata pelajaran fisika. Beberapa faktor yang

1 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R., Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (RevisiTaksonomi Pendidikan Bloom)Terj. Agung

Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, h. 43 2 Ramos, J. L. S., et al, “Higher order thinking skills and academic performance in

physics of college students: A regression analysis”, International Journal of Innovative

Interdisciplinary Research, Vol.4, 2013, p. 48-60. 3 Suwarna, Iwan P., “Laporan Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa

Melalui Computer Based Test Pada Program Studi Pendidikan Fisika”, Jakarta: Pusat Penelitian

dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, h. 2 4 OECD, PISA 2015 Results, Paris: OECD Publishing, 2016, h.5 5 Maghfiroh, “Penerapan Pembelajaran Fisika Bervisi SETS untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Kelas X”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2011, h.6

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

2

menyebabkan hal tersebut antara lain siswa kurang memiliki pengetahuan awal

dalam menjawab soal, dan kurang terlatih dalam menyelesaikan soal yang

membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk di dalamnya

kemampuan menganalisis.6 Oleh sebab itu, siswa perlu dibiasakan dengan cara

belajar yang menuntut penggunaan analisa. Terlatihnya siswa menggunakan

analisa dalam pembelajaran maka akan mudah menghubungkan ide-ide,

membedakan materi yang relevan dan yang tidak relevan, serta menangkap

asumsi-asumsi yang tidak dikatakan dalam perkataan.7

Sebelum kemampuan menganalisis, terdapat kemampuan berpikir yang

lebih rendah yaitu kemampuan mengaplikasi. Salah satu konsep yang relevan

dengan kemampuan mengaplikasi yaitu konsep penerapan asas Bernoulli prinsip

Torricelli yang termasuk dalam KD 3.4 dan 4.4.8 Konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli termasuk konsep yang sulit dipahami oleh siswa,

padahal konsep ini sangat dekat dengan fenomena kehidupan sehari-hari.9 Namun

demikian, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam menguasai konsep

penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli dan mengaplikasikannya dalam

berbagai permasalahan. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran di sekolah

siswa cenderung kurang mendapatkan pembelajaran praktik menggunakan alat

praktikum sebagai media pembelajaran.10 Guru lebih banyak menampilkan

gambar, video, dan animasi dibandingkan dengan menunjukkan fenomena

penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli secara konkrit. Apabila hal ini

dilakukan terus-menerus maka permasalah yang ada di sekitar siswa mungkin

tidak dapat diselesaikan, maka dari itu siswa membutuhkan alat praktikum yang

dapat membantu kesulitan siswa dalam memahami dan menganalisis konsep

penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli.

6 Sinaga, Tarida N., “Pengembangan Soal Model PISA Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam Terpadu Konten Fisika untuk Mengetahui Penalaran Siswa Kelas IX”, Jurnal Inovasi dan

Pembelajaran Fisika, Vol. 2, No. 2, 2015, h. 194 7 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R, Op.Cit, h.120 8 Permendikbud No. 37, “KI-KD SD-SMP-SMA”, 2018, h. 61 9 Mariyo, Hadis dan Sudrajad, H., “Rancang Bangun dan Validasi Perangkat Eksperimen

Fluida Dinamis Sebagai Media Pembelajaran Fisika SMA, Jurnal Online Mahasiswa (JOM)

Bidang Keguruan dan Ilmu, 2017, h. 4 10 Wicaksana, Adam., “Pengembangan Alat Peraga pada Materi Gerak Parabola untuk

Melatih Keterampilan Proses Sains Siswa”, Skripsi, 2017, h.2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

3

Penggunaan alat praktikum memiliki banyak sekali manfaat. Diantara

manfaat penggunaan alat praktikum yaitu memberikan pengalaman yang nyata

untuk dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada tiap diri siswa dan

memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain.11 Hasil

observasi peneliti di 5 SMA Negeri Kota Tangerang Selatan dengan total

responden 333 diperoleh data sebanyak 93% siswa memerlukan media

pembelajaran yang dapat membantu memvisualisasikan konsep fisika; 81% siswa

memerlukan alat praktikum pada pelajaran fisika; 73% siswa merasa bahwa alat

praktikum yang digunakan guru sebagai alat bantu pembelajaran sangat efektif

untuk membantu memahami konsep fisika. Berdasarkan data tersebut dapat

peneliti simpulkan, bahwa alat praktikum penting dimiliki oleh guru dan sekolah

untuk membantu proses belajar siswa.

Alat praktikum dapat melatih keterampilan menganalisis dan dapat

mengembangkan pemahaman konsep siswa melalui proses pengamatan. Alat

praktikum menghasilkan data yang berbeda-beda dan berubah-ubah disebabkan

oleh beberapa faktor yang terjadi,12 hal inilah yang dapat melatih kemampuan

menganalisis siswa dan mengembangkan pemahamannya. Kegiatan praktik

membuat siswa menemukan fakta-fakta nyata hasil dari interaksi dengan alat

praktikum sehingga siswa dapat memahami suatu konsep menjadi lebih baik.13

Selain itu, alat praktikum juga dapat membantu guru dalam menjelaskan secara

fisis materi dan rumus-rumus pada materi fisika yang terdapat pada alat tersebut.14

Terkait dengan alat praktikum, ada dua penelitian yang dilakukan

sebelumnya menggunakan alat praktikum sebagai media pembelajaran untuk

membantu guru dalam menjelaskan konsep penerapan asas Bernoulli prinsip

Torricelli. Penelitian pertama, merancang dan memvalidasi perangkat praktikum

fluida dinamis sebagai media pembelajaran fisika yaitu aliran laminer dan

11 Hartati, B., “Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 2010, h.128-132 12 Wicaksana, Adam., Op.Cit, h.3 13 Prasetyo, D.R. dkk, “Pengembangan Alat Praktikum Refraktometer Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep Siswa”, Journal of

Innovative Science Education, 2015, h.16 14 Wicaksana, Adam., Op.Cit, h. 5

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

4

turbulen, laju aliran dengan perbedaan luas penampang, serta Torricelli.15

Penelitian kedua, mengembangkan dan menghasilkan set praktikum fluida

dinamis sebagai media praktikum pembelajaran fisika berupa tangki bocor, dan

venturimeter.16 Dari penelitian tersebut masih terdapat beberapa kelemahan, baik

dari ukuran alat yang terlalu besar, alat belum memiliki sensor yang dapat

mengukur kecepatan aliran air, belum terdapat skala ukur pada alat, aliran air pada

alat belum siklus, dan alat belum dapat melatih dan meningkatkan kemampuan

menganalisis siswa.

Alat praktikum yang akan peneliti kembangkan untuk melengkapi

kekurangan pada penelitian terdahulu yaitu Alat Praktikum Torricelli. Alat ini

merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan pembelajaran fisika sebagai

media pembelajaran. Melalui Alat Praktikum Torricelli yang dikembangkan

diharapkan dapat menjelaskan konsep penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli

yang sulit menjadi mudah, membuktikan persamaan konsep penerapan asas

Bernoulli pada tangki bocor dengan mengandalkan sensor flowmeter dilengkapi

display layer yang dihubungkan ke mikro kontroler arduino UNO agar hasilnya

dapat termonitoring,17 alat dilengkapi dengan LKS sehingga alat dapat melatih

dan meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.18

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pertimbangan yang telah

dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengembangan Alat Praktikum Torricelli untuk Meningkatkan Kemampuan

Menganalisis Siswa pada Konsep Penerapan asas Bernoulli.

15 Mariyo, Hadis dan Sudrajad, H., Op.Cit, h. 5 16 Alfiyah, Sifa, “Pengembangan Set Praktikum Fluida Dinamis untuk Sekolah Menengah

Atas (SMA) Kelas XI”, Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 2016, h. 49-51 17 Supriyo, Bambang, dkk., "Alat Peraga Kendali Pemanas Udara Berbasis Arduino Uno

sebagai Penunjang Praktikum Laboratorium Kendali Politeknik Negeri Semarang." Jurnal Fa-ST

Sains dan Teknologi, 2017, h. 5 18 Hidayat, Tofik, “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Model

Problem Solving Polya pada Konsep Fluida Dinamis terhadap Kemampuan Menganalisis Siswa”,

Skripsi, 2014, h. 78

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi

beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Kemampuan menganalisis siswa masih rendah.

2. Siswa kesulitan memahami konsep penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli.

3. Alat praktikum penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli sebelumnya belum

mampu melatih dan meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.

4. Alat praktikum penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli sebelumnya memiliki

kelemahan dari segi ukuran yang terlalu besar, belum dilengkapi sensor

flowmeter dengan display layer untuk membuktikan persamaan yang ada, belum

terdapat skala ukur, dan aliran air pada alat praktikum belum dibuat siklus.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terarah dan masalah

dapat dikaji lebih dalam, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai yaitu:

1. Alat praktikum menunjukkan penerapan asas Bernoulli pada prinsip Torricelli.

2. Fluida yang dapat digunakan hanya fluida dalam jenis cair yang tidak kental.

3. Pengujian efektivitas menggunakan instrumen soal dengan tingkat kognitif

menganalisis (C4).

4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dari Akker.

D. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini difokuskan pada:

1. Bagaimana kelayakan alat praktikum Torricelli?

2. Bagaimana keefektifan alat praktikum Torricelli meningkatkan kemampuan

menganalisis?

3. Bagaimana kepraktisan alat praktikum Torricelli yang dikembangkan dalam

pengimplementasiannya?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

6

E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat praktikum Torricelli memenuhi aspek kelayakan, keefektifan, dan

kepraktisan untuk digunakan pada kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Alat praktikum Torricelli efektif meningkatkan kemampuan menganalisis

siswa.

3. Alat praktikum Torricelli dapat digunakan untuk percobaan prinsip Torricelli.

4. Alat praktikum Torricelli yang dikembangkan dapat membuat siklus air,

memiliki skala ukur dan sensor flow meter dengan display layer yang akan

dihubungkan ke arduino UNO sehingga dapat memonitoring data.

5. Data yang diperoleh melalui sensor flow meter dapat dibandingkan dengan hasil

perhitungan manual sehingga bisa membuktikan persamaan prinsip Torricelli.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian

ini yaitu:

1. Mengetahui kelayakan alat praktikum Torricelli yang dikembangkan.

2. Mengetahui keefektifan alat praktikum Torricelli yang dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan menganalisis.

3. Mengetahui kepraktisan alat praktikum Torricelli yang dikembangkan.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa

pihak diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sebagai latihan

memperoleh ilmu pengetahuan melalui analisa praktik lapangan dengan

disertai data konkrit dalam penelitian tersebut.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

7

b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mendukung sekolah

dalam mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program pendidikan dan

pengajaran pada siswa dalam mata pelajaran fisika.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk berupa

media pembelajaran alat praktikum yang dapat membantu dalam mempelajari

konsep penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat menjadi solusi untuk meningkatkan

kemampuan menganalisis siswa, menjadi media pembelajaran alternatif dalam

menyampaikan materi.

b. Bagi siswa, penelitan ini dapat menjadi solusi dari permasalahan siswa dalam

memahami konsep penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli, menjadikan

siswa agar mampu menganalisis serta aktif dalam pembelajaran.

c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

informasi dan bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN

PERTANYAAN PENELITIAN

A. Alat Praktikum

1. Pengertian Alat Praktikum

Alat praktikum belum memiliki suatu definisi yang pasti untuk

menggambarkan secara khusus mengenai alat praktikum. Beberapa definisi alat

praktikum yang dapat terangkum, yaitu alat didefinisikan dalam KBBI sebagai

benda yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.19 Sedangkan praktikum

merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang bertujuan utuk

memantapkan pengetahuan siswa terhadap materi melalui aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi terhadap teori yang dilakukan baik di dalam laboratorium

ataupun di lapangan.20 Alat praktikum bisa juga didefinisikan sebagai media

pembelajaran yang digunakan saat melakukan kegiatan praktikum dan

mengandung atau membawa ciri-ciri dari konsep yang dipelajari agar bisa diuji

oleh siswa.21 Alat praktikum merupakan alat yang digunakan untuk praktikum

sains, matematika, teknik, bahasa, ilmu sosial, humaniora, dan keilmuan lainnya.22

a. Jenis-Jenis Alat Praktikum

Jenis-jenis alat praktikum yaitu sebagai berikut:

1) Alat praktikum sains (matematika, fisika, biologi, kimia)

2) Alat praktikum teknik (mesin, listrik, sipil)

3) Alat praktikum bahasa, sosial, humaniora, dan lainnya.23

19 https://kbbi.web.id/alat.html diakses pada 17 Februari 2019; pukul. 05.20 20 Alfiyah, Sifa, Op.Cit, h. 17 21 Widowati, Wigati, “Pengembangan Alat Praktikum Venturimeter untuk Pembelajaran

Materi Fluida di SMA/MA kelas XI”, Skripsi, 2017, h.11 22 Kemendikbud, “Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi

Guru Pembelajar”, 2016, h. 54 23 Ibid

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

9

b. Kriteria Alat Praktikum

Alat praktikum mempunyai ciri dapat digunakan untuk praktikum di

sekolah/madrasah. Alat praktikum terbagi menjadi dua kategori yaitu kompleks

dan sederhana.24

Alat praktikum dikategorikan kompleks apabila memenuhi kriteria:

1) Memiliki tingkat inovasi yang tinggi

2) Tingkat kesulitan pembuatan yang tinggi

3) Memiliki konstruksi atau alur kerja yang rumit atau apabila berupa hasil

modifikasi, memiliki tingkat modifikasi yang tinggi

4) Waktu pembuatannya relatif lama

5) Biaya pembuatannya relatif tinggi.

Alat praktikum dikatakan sederhana apabila memenuhi kriteria:

1) Memiliki tingkat inovasi yang rendah

2) Tingkat kesulitan pembuatan yang rendah

3) Memiliki konstruksi atau alur kerja yang tidak rumit atau apabila berupa hasil

modifikasi, memiliki tingkat modifikasi yang rendah

4) Waktu pembuatannya relatif pendek

5) Biaya pembuatannya relatif rendah.

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Alat Praktikum

Pembelajaran IPA (Fisika, Kimia, Biologi, atau IPA terpadu) di sekolah

hampir selalu dilakukan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis

praktikum dan penggunaan alat praktikum. Ketika alat praktikum tidak tersedia di

sekolah, atau rusak, atau karena alasan lainnya, maka sebaiknya guru melakukan

suatu inovasi. Guru dapat melakukan inovasi dengan menciptakan model, alat

pengganti, alat sederhana buatan sendiri, atau alat praktikum lainnya atau paling

tidak melakukan modifikasi terhadap alat praktikum.25

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menginovasi alat

praktikum yang baik:

24 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, “Pedoman Pembuatan Alat Peraga

untuk SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan”, 2011, h.20 25 Alfiyah, Sifa, Op.Cit, h. 21-22

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

10

a. Kemudahan cara/teknologi

Suatu alat praktikum dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila

terdapat kemudahan padanya baik cara ataupun teknologi dibandingkan dengan

alat praktikum sejenisnya atau sebelumnya yang kemudian dimodifikasi oleh

guru.

b. Efisiensi

Alat praktikum hasil modifikasi atau inovasi murni ciptaan guru dikatakan

berkualitas apabila memiliki tingkat efisiensi yang baik bila ditinjau dari aspek-

aspek seperti waktu pembuatannya, biaya yang diperlukan untuk membuatnya,

dan sebagainya.

c. Estetika

Ketika suatu alat praktikum yang dimodifikasi guru atau dibuat dan

diciptakan oleh guru secara orisinil dikatakan memiliki mutu yang baik, maka alat

praktikum tersebut harus memiliki kenyamanan saat dipakai dan tentu aspek

keindahan.

d. Sumber/perolehan energi bahan

Beberapa alat praktikum seringkali menggunakan energi atau bahan

tertentu. Alat praktikum yang baik harusnya lebih unggul jika ditinjau dari jenis

bahan yang digunakan, kemudahan mendapatkan bahan-bahan tersebut, hingga

sumber energi yang diperlukan untuk memanfaatkannya dalam kegiatan

pembelajaran IPA siswa.

e. Aplikasi konsep

Satu hal penting yang harus dipenuhi oleh sebuah alat praktikum yang

baik adalah berkaitan dengan aplikasi konsep. Alat praktikum yang baik dapat

menjelaskan konsep-konsep IPA yang ingin dibelajarkan kepada siswa.

Kemampuan alat praktikum hasil inovasi guru ini sangat penting karena memang

tujuan dikembangkannya suatu alat praktikum adalah memudahkan pemahaman

konsep-konsep IPA bagi siswa.

f. Dampak lingkungan

Sudah sepantasnya alat praktikum yang diciptakan dan dimodifikasi oleh

guru harus aman dan tidak berdampak negatif bagi lingkungan. Ketika suatu alat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

11

praktikum tidak dapat memenuhi syarat ini, maka alat praktikum tersebut belum

dapat dikategorikan sebagai alat praktikum yang bermutu.

g. Dampak kesehatan

Alat praktikum yang merupakan hasil modifikasi atau inovasi guru juga

harus aman digunakan dan tidak membahayakan kesehatan penggunanya, baik

guru maupun siswa. Jika suatu alat praktikum aman untuk kesehatan maka ia telah

memenuhi syarat atau kriteria sebagai alat praktikum yang bermutu.

h. Resiko/bencana

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya alat-alat praktikum dapat

menimbulkan suatu bahaya. Bahaya ini seperti telah disebutkan di atas dapat

berupa dampaknya yang buruk bagi kesehatan guru dan siswa. Selain itu alat

praktikum yang baik harus dapat diminimalisir prospek bencana yang mungkin

dapat timbul ketika pemanfaatannya di kelas. Lebih baik lagi jika alat praktikum

yang dibuat oleh guru aman korsleting, memicu rusaknya alat lainnya, kebakaran,

dan sebagainya.

d. Kriteria Pemilihan Alat Praktikum

Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat praktikum

untuk pembelajaran masa kini terutama jika melihat karakteristik kurikulum 2013

yaitu mencakup:

1) Kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis

kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa;

2) Kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudahan dalam

perancangannya;

3) Kemudahan dalam penggunaannya;

4) Kemampuan dana;

5) Kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.26

Pada penelitian ini akan dikembangkan alat praktikum fisika pada konsep

penerapan asas Bernoulli prinsip Torricelli. Pengembangan alat praktikum ini

26 Ibid, h. 22-23

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

12

dikembangkan dari percobaan sederhana saat semasa sekolah yakni penerapan

asas Bernoulli kondisi khusus yaitu tangki berlubang atau bocor.

B. Alat Praktikum Torricelli

Alat praktikum torricelli merupakan alat praktikum penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli yang peneliti buat sendiri. Alat praktikum ini terbuat

dari akrilik dibentuk seperti balok berongga dengan lubang-lubang kecil yang

sejajar pada dinding balok. Lubang kecil pada balok berfungsi untuk

mengeluarkan air dari balok sehingga kecepatan air dapat diukur melalui lubang

kecil tersebut menggunakan sensor flowmeter atau dengan persamaan prinsip

Torricelli. Selain itu, dengan menggunakan alat praktikum Torricelli dapat terlihat

hubungan jarak pancaran air terhadap ketinggian lubang. Melalui percobaan

menggunakan alat praktikum Torricelli ini siswa dapat membuktikan teori prinsip

Torricelli. Bentuk fisik alat praktikum Torricelli secara keseluruhan dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Alat Praktikum Torricelli

Gambar 2. 1 Alat Praktikum Torricelli

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

13

Komponen utama alat praktikum Torricelli yaitu:

1. Bak Penampung Air (BPA)

Gambar 2. 2 Bak Penampung Air (BPA)

Bak penampung air atau BPA merupakan wadah yang berfungsi sebagai

penampung air saat melakukan percobaan, tempat meletakkan pompa air, dan

tempat meletakkan dudukan tangki bocor. BPA memiliki enam buah penyangga

yang dipasang permanen yang berfungsi untuk menyangga sayap agar tidak jatuh

dan berpindah posisi. BPA juga memiliki enam buah kaki yang berfungsi agar

BPA mudah untuk dipindahkan.

2. Tangki Bocor

Gambar 2. 3 Tangki Bocor

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

14

Tangki bocor memiliki lima lubang kecil dengan diameter 7 mm dan satu

lubang besar dengan diameter 2 cm. Kelima lubang kecil berfungsi untuk

melakukan pengamatan kecepatan dan jarak pancaran air yang terbentuk ketika air

diisi ke dalam tangki bocor, sedangkan lubang besar berfungsi sebagai jalur untuk

memasukkan air ke dalam tangki bocor yang berasal dari BPA lalu disalurkan

melalui pipa L. Lubang kecil pertama berada pada kedalaman 24 cm, lubang

kedua berada pada kedalaman 19 cm, lubang ketiga berada pada kedalaman 14

cm, lubang keempat berada pada kedalaman 9 cm, dan lubang kelima berada pada

kedalaman 4 cm. Masing-masing lubang kecil dilengkapi dengan penutupnya dan

tangki bocor juga dilengkapi dengan penutupnya.

3. Dudukan Tangki Bocor

Gambar 2. 4 Dudukan Tangki Bocor

Dudukan tangki bocor berfungsi sebagai tempat meletakkan tangki bocor

agar tangki bocor berada pada posisi yang tinggi dan dapat dilihat jarak pancaran

air yang terbentuk. Selain itu, dudukan tangki bocor dibuat seperti ruangan yang

berfungsi sebagai tempat meletakkan pompa air agar pompa air tidak berpindah

posisi yang dapat mengganggu jalannya praktikum.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

15

4. Pompa Air

Gambar 2. 5 Pompa Air

Pompa air berfungsi untuk memompa air dari BPA ke tangki bocor dengan

menggunakan pipa L. Terdapat sambungan listrik (treker) pada pompa air untuk

menghubungkannya dengan arus listrik agar pompa air menyala. Spesifikasi

pompa air yang digunakan yaitu: AC 220 V-240 V, frekuensi 80 Hz, daya 32

Watt, Hmax 2m, dan debit keluaran 2000 𝑙/jam.

5. Pipa L

Gambar 2. 6 Pipa L

Pipa L berfungsi untuk mengalirkan air yang dipompa menggunakan

pompa air dari BPA ke tangki bocor. Bagian ujung bawah pipa L terhubung atau

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

16

terpasang dengan pompa air, bagian tengahnya terdapat stop keran yang berfungsi

untuk menghentikan aliran air ke tangki bocor, dan bagian ujung atasnya

berbentuk seperti huruf L yang terhubung dengan tangki bocor. Pada pila L juga

terdapat pengatur arus aliran air. Pipa L dipasang seperti huruf L terbalik.

6. Sayap

Gambar 2. 7 Sayap

Sayap terdiri dari tiga bagian yaitu sayap depan berwarna putih, sayap

kanan dan kiri yang transparan. Sayap berfungsi untuk mencegah cipratan air

yang berlebihan saat melakukan praktikum. Pada sayap kanan dan kiri

ditempelkan skala ukur, fungsinya adalah untuk mengukur ketinggian air yang

ada di BPA dan jarak pancaran air yang keluar dari tangki bocor. Sayap dipasang

pada penyangga yang sudah disediakan di BPA.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

17

7. Set Sensor Flowmeter

Gambar 2. 8 Set Sensor Flowmeter

Set sensor flowmeter terdiri dari sensor flowmeter, box display layer, dan

kabel USB arduino. Set sensor flowmeter ini berfungsi untuk mengukur debit air

yang keluar pada lubang-lubang tangki bocor. Box display layer dihubungkan ke

sensor flowmeter dan power bank, lalu dipasang dengan tripod. Set sensor

flowmeter ini bekerja menggunakan micro controller arduino UNO yang sudah

dipasang permanen di dalam box display layer. Arduino UNO dimasukkan kode

agar sensor dapat berfungsi dan data dapat muncul pada display layer.

8. Power Bank

Gambar 2. 9 Power Bank

Power bank berfungsi sebagai sumber listrik portable untuk

menghidupkan arduino UNO. Power bank memiliki spesifikasi sebesar 8800

mAh. Dengan bantuan power bank maka untuk menghidupkan arduino UNO dan

display layer, maka alat sensor pada praktikum Torricelli akan lebih praktis dan

efisien digunakan dalam pengamatan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

18

9. Tripod

Gambar 2. 10 Tripod

Tripod berfungsi agar set sensor flowmeter dapat berada pada posisi tinggi

yang sesuai, sehingga memudahkan pengamatan dan pengambilan data.

C. Kemampuan Menganalisis

1. Pengertian Kemampuan Menganalisis

Kemampuan menganalisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi

menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antara setiap

bagian dan struktur keseluruhannya.27 Kemampuan menganalisis merupakan

gerbang dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan menganalisis

merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di

sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan

menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan

menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif

yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian

besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat dan

menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

27 Anderson, Lorin W dan Krathwohl, David R, Loc.Cit

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

19

2. Tujuan Menganalisis

Meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis materi pelajaran

merupakan tujuan dalam banyak bidang studi. Beberapa tujuan pokok

pembelajaran yang sering digunakan untuk meningkatkan kemampuan

menganalisis siswa misalnya:

a. Membedakan fakta dari opini (atau realitas dari khayalan);

b. Menghubungkan kesimpulan dengan pernyatan-pernyataan pendukungnya;

c. Membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan;

d. Menghubungkan ide-ide;

e. Menangkap asumsi-asumsi yang tak dikatakan dalam perkataan;

f. Menemukan bukti pendukung tujuan-tujuan pengarang.28

3. Kategori Proses Menganalisis

Kategori proses menganalisis meliputi proses-proses kognitif

membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan

yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan

potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan),

menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut

(mengorganisasi), dan menentukan tujuan di balik informasi itu

(mengatribusikan). Secara rinci, kategori menganalisis sebagai berikut:

a. Membedakan

Membedakan adalah memilah bagian-bagian yang relevan atau penting

dari sebuah struktur. Membedakan terjadi sewaktu siswa mendiskriminasikan

informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak penting, dan

kemudian memilihkan informasi yang relevan atau penting. Kemampuan

membedakan berbeda dengan proses-prose kognitif dalam kategori memahami,

karena membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara struktural dan

terutama menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur

keseluruhannya. Secara lebih khusus, membedakan berbeda dengan

membandingkan dalam hal penggunaan konteks yang lebih luas untuk

28 Ibid

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

20

menentukan mana informasi yang relevan atau penting dan mana yang tidak.29

Kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk membuat tujuan pembelajaran

dari indikator membedakan yaitu menyendirikan, memilah, memfokuskan,

memilih, dan lain-lain.30

b. Mengorganisasi

Mengorganisasi adalah memadukan bagian-bagian yang relevan atau

penting dalam suatu struktur. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi

elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-

elemen tersebut dapat membentuk sebuah struktur yang koheren.

1) Mengorganisasi dapat terjadi bersamaan dengan membedakan ketika kegiatan

pembelajaran diawali dengan mengidentifikasi bagian-bagian relevan atau

dari sesuatu, kemudian menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut

membentuk sebuah struktur.

2) Mengorganisasi dapat terjadi bersamaan dengan mengatribusikan ketika

fokus kegiatan pembelajaran adalah menentukan tujuan atau sudut pandang

penulis.

Kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk membuat tujuan

pembelajaran dari indikator mengorganisasi adalah memadukan, menstrukturkan,

menemukan koherensi, membuat garis besar, dan mendeskripsikan peran.31

c. Mengatribusikan

Mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang,

pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi. Mengatribusikan melibatkan

proses dekonstruksi, yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu

tulisan yang diberikan oleh guru. Berkebalikan dengan menafsirkan, yang di

dalamnya siswa berusaha memahami makna tulisan tersebut, mengatribusikan

melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan atau

sudut pandang di balik tulisan itu. Kata kerja operasional yang biasa digunakan

29 Ibid 30 Ibid., h. 101 31 Ibid., h. 122-123

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

21

untuk membuat tujuan pembelajaran dari indikator mengatribusi adalah

mendekonstruksi.32

Dengan menggunakan alat praktikum Torricelli diharapkan dapat melatih

kemampuan menganalisis siswa dan dapat mengembangkan pemahaman siswa

melalui proses pengamatan.33 Alat praktikum menghasilkan data yang berbeda-

beda dan berubah-ubah disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi, hal inilah

yang dapat melatih kemampuan menganalisis siswa.34 Selain itu, kegiatan

praktikum membuat siswa menemukan fakta-fakta nyata hasil dari interaksi

dengan alat praktikum sehingga siswa dapat memahami suatu konsep menjadi

lebih baik.35

D. Prinsip Torricelli

Sebuah tangki dengan luas penampang 𝐴1 diisi fluida sampai kedalaman

ℎ. Ruang di atas fluida berisi udara dengan tekanan 𝑃1. Pada alas tangki terdapat

suatu lubang kecil dengan luas 𝐴2 (dengan 𝐴2 jauh lebih kecil daripada 𝐴1) dan

fluida dapat memancar keluar dari lubang 𝐴2.

Titik 1 ditetapkan di permukaan atas fluida dengan kelajuan aliran di titik

itu adalah 𝑣1, dan titik 2 berada di lubang pada dasar tangki dengan kelajuan

aliran di titik itu adalah 𝑣2, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11 tekanan pada

titik 2 adalah 𝑃2 = 𝑃0, sebab titik 2 berhubungan dengan atmosfer (udara luar).

Jika diambil acuan ketinggian nol di dasar tangki (ℎ2 = 0), dan dengan

menggunakan asas Bernoulli di titik 1 dan 2 maka dapat diperoleh:

32 Ibid., h. 124 33 Hartati, B., Op.Cit, h.132 34 Wicaksana, Adam., Loc.Cit 35 Prasetyo, D.R. dkk., Loc.Cit

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

22

Gambar 2. 11 Tangki Berlubang I

𝑃1 +1

2𝜌𝑣1

2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 +1

2𝜌𝑣2

2 + 𝜌𝑔ℎ2

𝑃1 +1

2𝜌𝑣1

2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑃0 +1

2𝜌𝑣2

2 + 0

sebab 𝑃2 = 𝑃0, ℎ1 = ℎ, ℎ2 = 0

𝜌𝑣22

2=

𝜌𝑣12

2+ 𝑃1 − 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ

Kalikan kedua ruas persamaan dengan 2/𝜌 , maka diperoleh

𝑣22 = 𝑣1

2 +2(𝑃1 − 𝑃0)

𝜌+ 2𝑔ℎ

Karena 𝐴2 jauh lebih kecil daripada 𝐴1, maka 𝑣12 sangat kecil

dibandingkan dengan 𝑣22 dan dapat diabaikan. Kemudian didapatkan

𝑣22 =

2(𝑃1−𝑃0)

𝜌+ 2𝑔ℎ (Persamaan 2.1)

Jadi kelajuan 𝑣2 bergantung pada perbedaan kedua tekanan (𝑃1 − 𝑃0) dan

kedalaman ℎ di bawah permukaan fluida dalam tangki. Jika bagian atas tangki

dibuka ke atmosfer, maka 𝑃1 = 𝑃0, dan tidak ada beda tekanan: 𝑃1 − 𝑃0 = 0.

Dalam kasus ini persamaan (2.1) menjadi

𝑣22 = 0 + 2𝑔ℎ

𝑣2=√2𝑔ℎ (Persamaan 2.2)

Kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak ℎ

di bawah permukaan atas fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan

diperoleh sebuah benda yang jatuh bebas dari ketinggian ℎ. Persamaan ini disebut

Zat

cair

𝑣2 𝑃2

----------------------------------------------

𝑃1, 𝑣1

1

2

Udara

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

23

prinsip Torricelli.36 Walaupun tampaknya merupakan kasus khusus dari

persamaan Bernoulli, prinsip ini ditemukan satu abad sebelum Bernoulli oleh

Evangelista Torricelli, seorang murid Galileo, sehingga namanya dipakai.

Persamaan 2.2 memberitahu kita bahwa cairan tersebut meninggalkan keran

dengan laju yang sama seperti laju benda yang jatuh bebas dari ketinggian yang

sama.37

Debit fluida yang menyembur keluar dari lubang dengan luas 𝐴2 dapat

dihitung dari persamaan debit yaitu

𝑄 = 𝑉/𝑡 = 𝐴𝑣 → 𝑄 = 𝐴2√2𝑔ℎ

Misalnya tangki cairan ditaruh di lantai, jarak mendatar dari semprotan

cairan yang keluar dari lubang B jika diukur dari kaki tangki 𝐾. Lintasan yang

ditempuh cairan adalah parabola dengan komponen kecepatan awal pada sumbu

𝑥, 𝑣0𝑥 = √2𝑔ℎ dan pada sumbu 𝑦, 𝑣0𝑥 = 0 (lihat Gambar 2.12).

Gambar 2. 12 Tangki Berlubang II

Apabila titik 𝐵 sebagai titik asal dan arah sumbu 𝑌 ke bawah sebagai arah

positif, maka

∆𝑦 = 𝑣0𝑦𝑡 +1

2𝑎𝑦𝑡2 dengan 𝑎𝑦 = 𝑔 dan ∆𝑦 = 𝐻 − ℎ

𝐻 − ℎ = 0 +1

2𝑔𝑡𝐵𝑇

2 → 𝑡𝐵𝑇 = √2(𝐻−ℎ)

𝑔 (Persamaan 2.3)

∆𝑥 = 𝑣0𝑥𝑡 (gerak lurus beraturan)

36 Kanginan, Marthen, Fisika SMA/MA Kelas XI Jilid 2, Jakarta: Elex Media, 2016, h.

335-336 37 Giancoli, Douglas C., Fisika Jilid 1 Edisi kelima, Jakarta: Erlangga, 2001, h. 344

(𝐻 − ℎ)

𝑣 = √2𝑔ℎ

𝐾𝑇 = 𝑥

𝐵

udara

𝑃0

𝐾 𝑇

𝐻

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

24

𝑥 = √2𝑔ℎ (√2(𝐻 − ℎ)

𝑔)

Jarak jangkauan mendatar pancaran

𝑥 = 2√ℎ(𝐻 − ℎ) (Persamaan 2.4)

Dengan 𝐻 = ketinggian permukaan air pada tangki, ℎ = kedalaman

lubang, dan 𝐻 − ℎ = kedalaman dasar di bawah lubang.

E. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan pengembangan alat

praktikum Torricelli diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hadis Mariyo (2016) yang berjudul, “Rancang

Bangun dan Validasi Perangkat Eksperimen Fluida Dinamis Sebagai Media

Pembelajaran Fisika SMA”. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh

bahwa perangkat eksperimen fluida dinamis telah valid untuk digunakan

sebagai media pembelajaran fisika SMA dengan nilai 3,46 oleh para ahli;

namun alat yang dirancang masih besar ukurannya dan belum ditambahkan

sensor38.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wewel Guccia Bakri (2017) yang berjudul,

“Praktikalitas Perangkat Percobaan Fluida Dinamis Sebagai Media

Pembelajaran Fisika SMA”. Penelitian ini mempraktekan penggunaan

perangkat eksperimen dari penelitian Mariyo (2016), hasilnya menunjukkan

bahwa perangkat percobaan fluida dinamis praktis digunakan dalam

pembelajaran dengan 3,55 oleh siswa dan 3,54 oleh guru.39

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sifa Alfiyah (2016) yang berjudul,

“Pengembangan Set Praktikum Fluida Dinamis untuk Sekolah Menengah

Atas (SMA) Kelas XI”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa set praktikum

fluida dinamis memenuhi valid, praktis, dan efektif sebagai media praktikum

38 Mariyo, H. dan H. Sudrajad, Op.Cit, h.2 39 Bakri, Wewel G, “Praktikalitas Perangkat Percobaan Fluida Dinamis Sebagai Media

Pembelajaran Fisika SMA”, Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, 2018, h.2

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

25

dalam membantu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir ilmiah

siswa pada materi fluida dinamis dengan tingkat penilaian berada pada

rentang interpretasi skor 81-100%.40

4. Penelitian yang dilakukan oleh Hafizh Jundu Muhammad (2018) yang

berjudul, “Pengaruh Media Alat Peraga Gerak Parabola Terhadap

Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Gerak Parabola”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa alat peraga gerak parabola berpengaruh terhadap

kemampuan analisis siswa dengan nilai rata-rata N-Gain seluruh indikator

sebesar 60% (sedang).41

5. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh (2011) yang berjudul, “Penerapan

Pembelajaran Fisika Bervisi SETS Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Analitis Siswa Kelas X”. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan berpikir analitis siswa dalam penerapan

pembelajaran bervisi SETS dengan besar indeks kategori yang diperoleh dari

uji gain secara berurutan yaitu 0,155 dan 0,164.42

6. Penelitian yang dilakukan oleh Filippos Evangelou dan Konstantinos Kotsis

yang berjudul, “Real vs virtual physics experiments: comparison of learning

outcomes among fifth grade primary school students. A case on the concept of

frictional force”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode efektif

meningkatkan pemahaman gaya gesek siswa dengan nilai p=0.2899>0.05

yang tidak signifikan berdasarkan Tukey HSD test criterion.43

7. Penelitian yang dilakukan oleh Sukarno dan Sutarma (2014) yang berjudul,

“The Development of Right Reflection Props as a Physic Learning Media in

Vocational High School Number 6 Tanjung Jabung Timur”. Hasil penelitian

ini menjelaskan bahwa alat peraga pantulan cahaya yang telah dikembangkan

memiliki tingkat kesesuaian, kenyamanan, dan daya tarik yang tinggi

40 Alfiyah, Sifa. Op.Cit, h.48 41 Muhammad, Hafizh J., “Pengaruh Media Alat Peraga Gerak Parabola terhadap

Kemampuan Analisis Siswa pada Konsep Gerak Parabola”, Skripsi, 2018, h.56 42 Maghfiroh, Loc.Cit 43 Evangelou, Filippos dan Kotsis, Konstantinos, “Real vs virtual physics experiments:

comparison of learning outcomes among fifth grade primary school students. A case on the

concept of frictional force”, International Journal of Science Education, 2018, p. 15.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

26

sehingga alat ini layak digunakan, terutama untuk bahan pembelajaran Fisika

SMK dan mahasiswa umum pada tingkat yang sama.44

8. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. David J. Olinger dan Profesor Dr. James

C. Hermanson (2013) yang berjudul, “Integrated Thermal-Fluid Experiments

in WPI’s Discovery Classroom”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hampir 90% dari 360 siswa lebih menyukai kelas eksperimen daripada kelas

berorientasi kuliah tradisional, mereka juga memperoleh pemahaman yang

lebih baik tentang dasar-dasar teknik.45

9. Penelitian yang dilakukan oleh Loo Kang Wee (2012) yang berjudul, “Using

Tracker as a Pedagogical Tool for Understanding Projectile Motion”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media tracker dalam

pembelajaran dapat membuat siswa aktif tidak hanya guru yang berperan,

pembelajaran lebih menyenangkan, dan pemahaman terkait gerak jatuh bebas

lebih mendalam dan meningkat dengan nilai gain dari kelompok eksperimen

sebesar d = 0.79 ± 0.23 (sangat signifikan).46

10. Penelitian yang dilakukan Salih Demircioglu, dkk. (2015) yang berjudul,

“Demonstrating the Direction of Angular Velocity in Circular Motion”. Hasil

penelitian ini menjelaskan bahwa demonstrasi langsung menggunakan alat

peraga kecepatan sudut pada materi gerak melingkar sangat efektif digunakan

dalam pembelajaran. Siswa lebih mudah memahami materi gerak melingkar

dengan menggunakan vektor kecepatan sudut pada alat peraga.47

44 Sukarno dan Sutarma, “The Development of Light Reflection Props as a Physics

Learning Media in Vocational High School Number 6 Tanjung Jabung Timur”, Jouenal

Innovative Space of Scientific Research, Vol.12, No.2, 2014, p. 354. 45 Olinger, D.J. dan Hermanson, J.C, “Integrated Thermal-Fluid Experiments in WPI’s

Discovery Classroom”, Journal of Engineering Education, Vol. 91, No. 2, 2013, p. 239. 46 Wee, Loo Kang., “Using Tracker as a Pedagogical Tool for Understanding Projectile

Motion”, Journal Physics Education, Vol. 47, No.4, 2012, p.436 47 Demircioglu, Salih, dkk., “Demonstrating the Direction of Angular Velocity in Circular

Motion”, Journal American Association of Physics Teachers (AAPT), Vol.53, No. 360, 2015,

p.362

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

27

F. Kerangka Berpikir

Kemampuan menganalisis siswa SMA di Kota Tangerang Selatan

masih mengalami masalah. Faktor penyebabnya adalah siswa kurang memiliki

pengetahuan awal dalam menjawab soal, kurang terlatih dalam menyelesaikan

soal yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk di

dalamnya kemampuan menganalisis, dan siswa cenderung kurang

mendapatkan pembelajaran praktik menggunakan alat praktikum sebagai alat

bantu belajar yang mampu melatih kemampuan menganalisis siswa. Maka dari

itu siswa membutuhkan alat praktikum yang dapat membantu kesulitan siswa

dalam memahami dan menganalisis konsep-konsep fisika, namun sekolah

belum memiliki alat-alat praktikum yang lengkap. Salah satu alat praktikum

yang belum dimiliki sekolah yaitu alat praktikum Torricelli.

Penelitian pengembangan alat praktikum Torricelli sebelumnya belum

mengoptimalkan sensor sebagai pembanding data perhitungan manual dengan

data yang didapatkan oleh sensor. Selain itu, penelitian terdahulu belum

mengamati peningkatan kemampuan menganalisis siswa menggunakan alat

praktikum tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk

mengembangkan alat praktikum Torricelli yang dapat membuktikan

persamaan prinsip Torricelli dan dapat melatih kemampuan menganalisis

siswa. Peneliti mengharapkan agar alat praktikum Torricelli ini menjadi layak,

praktis, serta efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.

Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui Gambar

2.13 berikut:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

28

Gambar 2. 13 Kerangka Berpikir

Belum adanya pemanfaatan alat praktikum pada konsep penerapan Asas

Bernoulli prinsip Torricelli untuk mengukur kemampuan menganalisis.

Alat praktikum yang dikembangkan sebelumnya belum menggunakan sensor

flowmeter untuk membuktikan data praktikum.

Perlunya alat praktikum yang dapat membuktikan data praktikum dan mampu

mengukur kemampuan menganalisis siswa pada konsep penerapan Asas

Bernoulli prinsip Torricelli.

Menguji kelayakan, keefektifan, dan kepraktisan alat praktikum Torricelli yang

dikembangkan.

Alat praktikum yang tervalidasi layak dan praktis digunakan dalam pembelajaran

dan efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.

Pengembangan alat

praktikum Torricelli

Kelebihan

Mampu meningkatkan

kemampuan menganalisis

siswa.

Mampu membuktikan

persamaan prinsip Torricelli

dengan sensor flowmeter

dilengkapi display layer yang

dihubungkan ke mikro

kontroler arduino UNO agar

hasilnya dapat termonitoring.

Dilengkapi dengan skala ukur

pada alat sehingga pengukuran

lebih praktis dilakukan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

29

G. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori, maka pertanyaan penelitian dalam

pengembangan ini adalah “Apakah produk pengembangan alat praktikum

Torricelli sudah layak, praktis, dan efektif meningkatkan kemampuan

menganalisis siswa?”.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode development/design

research. Penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti menggunakan model

development studies karena peneliti bertujuan untuk menghasilkan suatu produk

yang dapat memecahkan masalah pendidikan. Development studies didasarkan

pada masalah di lapangan dan dalam pelaksanaannya melibatkan partisipan,

peneliti, ahli, dan stakeholder lainnya.48 Tahap-tahap penelitian dalam model

development studies menurut Akker yaitu preliminary research, prototyping

stage, summative evaluation, systematic reflection and documentation.49

B. Prosedur Pengembangan

Langkah-langkah pengembangan alat praktikum Torricelli digambarkan

pada Gambar 3.1.

48Akker, Jan Van den, et al., Educational Design Research, New York: Routledge, 2006,

h.153 49 Ibid, h.154

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

31

I

Preliminary Research

Alur Penelitian

II

Prototyping Stage

III

Summative Evaluation

IV

Systematic Reflection

and Documentation

Gambar 3.1 Bagan Tahap Pengembangan

Adapun keterangan dari tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan (Premilinary Research)

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

lengkap terkait permasalahan yang terjadi agar diberikan solusinya. Penelitian

pendahuluan dilakukan melalui studi literatur dan survei lapangan.

Studi Pendahuluan

Studi Literatur Survei Lapangan

Rancangan Pedoman Desain

Pengoptimalan Prototipe

Evaluasi Formatif (uji ahli,

evaluasi satu-satu, evaluasi

kelompok kecil, uji lapangan)

Revisi

Evaluasi Sumatif

Uji Efektivitas Uji Praktibilitas

Pelaporan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

32

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai: kelemahan

pada alat praktikum Torricelli yang telah ada sebelumnya, metode pembelajaran

konsep penerapan asas Bernoulli, kemampuan menganalisis siswa, dan sebagainya.

b. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mendukung permasalahan yang

ditemukan dari studi literatur. Peneliti melakukan survei lapangan dengan

mewawancarai guru mata pelajaran fisika dan memberikan angket ke siswa untuk

mendapatkan informasi mengenai kebutuhan penggunaan alat praktikum di

sekolah. Survei lapangan dilakukan di 5 sekolah menengah atas negeri kota

Tangerang Selatan yaitu SMAN 1 Tangerang Selatan, SMAN 3 Tangerang

Selatan, SMAN 4 Tangerang Selatan, SMAN 6 Tangerang Selatan, dan SMAN 9

Tangerang Selatan dengan memberikan angket kepada 333 siswa dan wawancara

dengan salah satu guru mata pelajaran fisika di 5 sekolah tersebut.

2. Tahap Prototipe (Prototyping Stage)

Setelah melakukan penelitian pendahuluan dan menemukan masalah yang

terjadi, tahap selanjutnya yaitu membuat prototipe produk untuk memecahkan

masalah yang ditemukan. Dalam tahap prototipe ini dilakukan perancangan

pedoman desain, mengoptimalkan prototipe, evaluasi formatif dan revisi.

Penjelasan dari masing-masing tahap yaitu:

a. Perancangan dan Pengoptimalan Alat Praktikum Torricelli

Tahap perancangan merupakan tahap membuat desain awal produk. Alat

yang sudah ada sebelumnya dianalisa kekurangannya kemudian peneliti

kembangkan sehingga dapat mengatasi kekurangan alat sebelumnya. Desain awal

produk berupa rancangan alat praktikum Torricelli yang masih dalam bentuk

sketsa gambar. Pembuatan desain alat ini disesuaikan dengan indikator atau tujuan

pembelajaran khusus yang berkaitan dengan apa yang akan dikerjakan pengguna.

Desain alat praktikum Torricelli yang dikembangan dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

33

Gambar 3. 2 Sketsa Alat Praktikum Torricelli

Keterangan gambar

1) Bak penampung air (BPA)

2) Tangki bocor

3) Pompa air dan dudukan tangki bocor

4) Sayap

5) Set display layer dan kabel penghubung sensor

6) Pipa L

7) Sensor flowmeter

8) Batang penanda

Setelah alat selesai didesain, maka alat akan mulai dibuat agar dapat

digunakan di dalam kelas (tidak harus di laboratorium). Alat praktikum Torricelli

ini dilengkapi dengan LKS dan buku panduan. Alat yang dikembangkan

mengintegrasikan hasil praktikum atau percobaan dengan hasil perhitungan

sehingga siswa dapat membuktikan sendiri persamaan prinsip Torricelli. Selain itu

siswa dapat melakukan analisis dari hasil perhitungan dan percobaan yang telah

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

34

dilakukan apakah hasil perhitungan dan hasil percobaan sama, berbeda, atau

mendekati dengan menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh.

1) Pemilihan Material/Komponen

Material yang digunakan dalam pembuatan Alat Praktikum Torricelli

dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Material/Komponen Pada Alat Praktikum Torricelli

No Material/

Komponen Fungsi

1. Akrilik Bahan utama pembuatan alat praktikum Torricelli untuk

membuat bak penampung air (BPA), tangki bocor, dudukan

tangki, sayap, dan tutupan tangki. Bahan akrilik lebih ringan,

tahan lama, dan tidak mudah pecah dibandingkan dengan

bahan kaca.

2. Plastik Komponen yang mengandung bahan plastik yaitu sensor

flowmeter, selang, pompa air, power bank, dan sambungan

pipa L.

3. PVC Komponen yang mengandung PVC yaitu kotak display layer.

4. Karet Komponen yang mengandung karet yaitu karet gelang pada

pipa L.

5. Logam Komponen yang mengandung besi yaitu kabel USB Arduino,

Arduino UNO dan display layer.

2) Prosedur Pembuatan Alat Praktikum Torricelli

Pembuatan alat ini dimulai dengan mencari material dan komponen yang

dibutuhkan. Kemudian, peneliti mulai membuat alat menggunakan beberapa alat

bantu seperti ampelas, cutter,gergaji besi, gunting, lem silikon, korek gas, dan

seal tape. Tahap-tahap pembuatan alat praktikum Torricelli ditampilkan pada

Gambar 3.3.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

35

Gambar 3. 3 Prosedur Pembuatan Alat Praktikum Torricelli

b. Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Pada tahap ini prototipe di evaluasi kefektifan, kepraktisan, penerimaan

alat praktikum agar dapat disempurnakan lagi sebelum diuji coba dalam skala

yang lebih besar. Tahapan evaluasi formatif menurut Tessmer yaitu uji ahli

(expert review), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok

kecil (small grup evaluation) dan uji lapangan (field study).50

Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi formatif dapat dilihat pada

Gambar 3.4.

50 Tessmer, Martin., Planning and Conducting Formative Evaluation, London:Routledge,

1993, h. 16.

Alat Praktikum Torricelli siap digunakan

Tahap 3

Melakukan pengecekanPengecekan dilakukan secara

keseluruhan termasuk komponen yang terhubung dengan arus listrik.

Tahap 2

Merangkai komponenMenghubungkan setiap komponen

hingga menjadi satu kesatuan.

Tahap 1

Membuat komponenPembuatan bak penampung air (BPA), tangki bocor, dudukan tangki, sayap, tutupan tangki, set sensor flowmeter.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

36

Gambar 3. 4 Tahap Evaluasi Formatif

Gambar 3.4 merupakan tahapan-tahapan pada evaluasi formatif yang

dijelaskan sebagai berikut:

1) Uji Ahli (expert review)

Uji ahli atau validasi ahli dilakukan untuk melihat validitas (kelayakan)

alat praktikum Torricelli. Beberapa ahli yang dipilih pada penelitian ini antara

lain; subject matter expert (ahli materi) yaitu ahli yang akan menilai kesesuaian

alat praktikum dengan materi pembelajaran, dan media expert (ahli media) yaitu

ahli yang akan menilai secara detail hal-hal yang berkaitan dengan teknis dari

media pembelajaran yang dikembangkan.51

2) Evaluasi Satu-Satu (One-to-One Evaluation)

Evaluasi satu-satu adalah evaluasi yang melibatkan dua atau lebih siswa

untuk menilai versi awal alat praktikum yang sedang dikembangkan dengan

didampingi oleh seorang guru. Siswa melakukan evaluasi mengenai kelayakan

alat praktikum yang dikembangkan dengan mengamati, melakukan uji coba, serta

menyampaikan saran dan komentar. Pada tahap ini dilakukan kepada 3 orang

siswa. Setelah dilakukan evaluasi kemudian produk atau rancangan direvisi.

Informasi yang diperoleh pada evaluasi ini yaitu materi, desain pembelajaran,

implementasi, dan kualitas teknik.52

3) Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)

Tahap ini dilakukan terhadap sekelompok siswa dengan jumlah 10-20

siswa yang akan mengevaluasi alat yang dikembangkan.53 Evaluasi kelompok

51 Sadiman, Arief, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Manfaatnya, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006, h. 183. 52 Ibid, h. 184. 53 Ibid.

Expert

review

One to one

evaluation

Small group

evaluation Field test

Revisi Revisi

Martin Tessmer, 1993

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

37

kecil pada penelitian ini melibatkan 15 orang siswa. Informasi yang diperoleh dari

tahap ini yaitu efektivitas dan efisiensi media pembelajaran, aspek implementasi

dan aspek materi. Setelah dilakukan evaluasi, selanjutnya media akan direvisi.

4) Uji lapangan (field test)

Uji lapangan dilakukan terhadap alat yang sudah selesai dikembangkan

tetapi masih memungkinkan untuk direvisi akhir.54 Tahap ini dilakukan untuk

mengkonfirmasi akhir, memperoleh pendapat akhir, dan menguji keefektifan

media pembelajaran yang sudah dalam tahap akhir pengembangan. Tahap ini

dilakukan pada 30 orang siswa dengan kondisi pembelajaran yang sebenarnya.

Informasi yang diperoleh pada evaluasi ini mengenai kemampuan untuk dapat

dilaksanakan (implement ability), kesinambungan (sustainability), kecocokan

dengan lingkungan (appropriateness) serta penerimaan dan kemenarikan

(acceptance and attractiveness).

3. Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)

Setelah alat praktikum diperbaiki dan disempurnakan berdasarkan saran-

saran dari evaluasi formatif, tahap selanjutnya yaitu evaluasi sumatif. Fungsi

evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program atau

produk yang dikembangkan.55 Tahap ini menguji kepraktisan dan keefektifan alat

praktikum kepada siswa dengan memberikan angket dan tes kognitif menganalisis

(pretest dan posttest). Selain siswa guru juga akan mendapatkan angket yang

harus diisi. Kemudian angket dan hasil tes kognitif tersebut akan diolah dan

dianalisis kepraktisan dan keefektifan alat praktikum Torricelli.

4. Refleksi Sistematik dan Dokumentasi (Systematic Reflection and

Documentation)

Tahap refleksi sistematik dan dokumentasi menggambarkan keseluruhan

kegiatan penelitian. Tahap refleksi sistematik dan dokumentasi merupakan tahap

akhir dari penelitian pengembangan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan

54 Ibid, h.185 55 Ibid, h. 182.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

38

dokumentasi secara keseluruhan setelah penyempurnaan media pembelajaran

untuk mendukung analisis hasil penelitian.56 Peneliti menuliskan keseluruhan

studi untuk mendukung analisis, kemudian melakukan spesifikasi prinsip desain

dan mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka berpikir yang telah

ditetapkan.57 Tahap ini merupakan tahap penyusunan deskripsi mengenai proses

pengembangan yang telah dilakukan, mulai dari perancangan, pembuatan hingga

pengujian alat praktikum. Pendeskripsian ini bertujuan agar pengembangan alat

praktikum Torricelli dapat dengan mudah dipahami dan direfleksikan.

C. Desain Uji Coba

Alat praktikum Torricelli diuji coba pada tahap evaluasi formatif untuk

menguji desain prototipe hingga menjadi suatu produk yang dapat digunakan

untuk uji coba pada tahap evaluasi sumatif. Saran-saran dari evaluasi formatif

menjadi acuan untuk merevisi alat berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian dan kemungkinan-kemungkinan untuk dilakukan revisi.

Tahap pertama evaluasi formatif yaitu alat praktikum Torricelli diuji

kelayakan dari aspek media pembelajaran dan aspek materi oleh ahli. Ahli media

dan ahli materi yang memvalidasi alat praktikum Torricelli masing-masing

sebanyak 7 orang ahli. Selain itu, 3 orang siswa dengan kemampuan rendah,

sedang, dan tinggi juga akan memberi pendapat mengenai prototipe alat. Tahap

ini disebut dengan tahap evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation). Uji coba

terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui apakah alat praktikum Torricelli

layak dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Saran-saran dari hasil uji ahli dan

evaluasi satu-satu menjadi acuan untuk melakukan revisi pada alat (revisi

pertama).

Tahap kedua evaluasi formatif yaitu alat praktikum Torricelli yang telah di

revisi kemudian diuji cobakan kembali pada siswa yang berbeda dari uji

sebelumnya dengan 15 orang siswa yang sudah mempelajari konsep penerapan

56 Akker, Jan Van de, et al, Loc.Cit 57 Lidinillah, Dindin A.M., “Design Reserch Sebagai Model Penelitian Pengembangan”,

Artikel pada Kegiatan Pembekalan Penulisan Skripsi Mahasiswa S1 PGSD Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung, 2012, h. 2, tidak dipublikasikan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

39

asas Bernoulli. Tahap ini disebut dengan tahap evaluasi kelompok kecil. Siswa

diberi angket penilaian dan tes kognitif menganalisis (C4) konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli. Hasil tes digunakan untuk mengukur keefektifan alat

dalam proses pembelajaran, sedangkan hasil angket penilaian siswa akan menjadi

acuan dalam merevisi alat (revisi kedua).

Tahap evaluasi formatif yang terakhir yaitu uji lapangan (field test). Pada

tahap ini, prototipe diujicobakan ke skala yang lebih besar dengan jumlah 30

orang siswa yang belum mempelajari konsep penerapan asas Bernoulli prinsip

Torricelli. Tahap ini juga siswa diberikan angket penilaian dan tes kognitif

menganalisis. Uji lapangan dilakukan untuk mengkonfirmasi akhir kemampuan

alat praktikum Torricelli untuk digunakan pada tahap akhir pengembangan.

Prototipe yang telah direvisi melalui tahap evaluasi formatif

diimplementasikan dalam kondisi yang sesungguhnya pada evaluasi sumatif.

Evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui keefektifan dan kepraktisan alat

praktikum dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini, prototipe diujikan ke 4

orang guru dan 15 orang siswa yang belum mempelajari konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli. Guru menilai kepraktisan dan keefektifan alat melalui

angket penilaian. Siswa diberi angket penilaian untuk menilai kepraktisan alat dan

tes kognitif menganalisis yang hasilnya akan digunakan untuk menilai keefektifan

alat. Desain uji coba alat praktikum dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Desain Uji Coba Alat Praktikum Torricelli

Tahap Subjek Instrumen

Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Uji validitas ahli

(expert review)

Tujuh ahli media pembelajaran

dan tujuh ahli materi

Angket uji ahli

Evaluasi satu-satu

(one-to-one evaluation)

Tiga orang siswa yang pernah

mempelajari konsep penerapan

asas Bernoulli prinsip

Torricelli yang terdiri dari satu

siswa berkemampuan rendah,

Angket penilaian

siswa

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

40

sedang, dan tinggi

Evaluasi kelompok kecil

(small group evaluation)

Lima belas orang siswa yang

pernah mempelajari konsep

penerapan asas Bernoulli

prinsip Torricelli yang terdiri

dari 5 siswa berkemampuan

rendah, sedang, dan tinggi

Tes dan angket

penilaian siswa

Uji lapangan

(field test)

Tiga puluh orang siswa yang

belum pernah mempelajari

konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli

yang terdiri dari 10 siswa

berkemampuan rendah,

sedang, dan tinggi

Tes dan angket

penilaian siswa

Evaluasi sumatif (summative evaluation)

Evaluasi sumatif

(summative evaluation)

1) Lima belas orang siswa

yang belum pernah

mempelajari konsep

penerapan asas Bernoulli

prinsip Torricelli yang

terdiri dari yang terdiri

dari 10 siswa

berkemampuan rendah,

10 siswa berkemampuan

sedang, dan 10 siswa

berkemampuan tinggi.

2) Empat orang guru mata

pelajaran fisika yang

terdiri dari 2 guru fisika

SMAN 3 Tangerang

Tes, angket penilaian

siswa, dan angket

penilaian guru

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

41

Selatan dan dua guru

fisika SMAN 6

Tangerang Selatan

D. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba alat praktikum Torricelli terdiri dari siswa dan guru dari

dua SMA di Kota Tangerang Selatan, yaitu SMAN 3 Tangerang Selatan dan

SMAN 6 Tangerang Selatan. Populasi yang digunakan ialah seluruh siswa dari

kedua sekolah tersebut. Sampel pada penelitian ini dipilih secara purposive

sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.58 Pertimbangan peneliti dalam menentukan sekolah yang

ditentukan karena sekolah tersebut memiliki akreditasi yang sama (A), terdapat

fasilitas yang sudah cukup dalam menunjang media pembelajaran, seperti

tersedianya laboratorium di sekolah dan sekolah tersebut sudah menggunakan

kurikulum 2013 revisi. Subjek penelitian ini pada masing-masing tahapan dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Subjek Penelitian Pegembangan Alat Praktikum Torricelli

Tahap Penelitian Subjek Penelitian

Penelitian pendahuluan

(prelimenary Research)

1) SMAN 1 Tangerang Selatan: 68

siswa kelas XII MIPA 4 & 5, dan satu

guru fisika

2) SMAN 3 Tangerang Selatan: 67

siswa kelas XI MIPA 2 & 4, dan satu

guru fisika

3) SMAN 4 Tangerang Selatan: 70

siswa kelas XII MIPA 1 & 4, dan satu

guru fisika

4) SMAN 6 Tangerang Selatan: 67

siswa kelas XII MIPA 2 & 5, dan satu

58 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2007, h.68

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

42

guru fisika

5) SMAN 9 Tangerang Selatan: 61

siswa kelas XII MIPA 3 & 5, dan satu

guru fisika

Tahap prototipe

(prototyping

stage)

Uji validitas ahli

(expert review)

1) Tujuh ahli media pembelajaran

2) Tujuh ahli materi

Evaluasi satu-satu

(one-to-one

evaluation)

Tiga siswa kelas XI MIPA 3 SMAN 3

Tangerang Selatan, dengan masing-masing

siswa berkemampuan rendah, sedang, dan

tinggi

Evaluasi

kelompok kecil

(small group

evaluation)

Lima belas siswa kelas XI MIPA 1

SMAN 3 Tangerang Selatan yang terdiri

dari 5 siswa berkemampuan rendah,

5 siswa berkemampuan sedang, dan 5

siswa berkemampuan tinggi

Uji lapangan

(field test)

Tiga puluh siswa kelas X MIPA 7

SMAN 3 Tangerang Selatan, yang terdiri

dari 10 siswa berkemampuan rendah,

10 siswa berkemampuan sedang, dan

10 siswa berkemampuan tinggi

Evaluasi sumatif

(summative evaluation)

1) Lima belas siswa kelas X MIPA 2

SMAN 6 Tangerang Selatan, yang

terdiri dari 5 siswa berkemampuan

rendah, 5 siswa berkemampuan

sedang, dan 5 siswa berkemampuan

tinggi.

2) Empat guru mata pelajaran fisika

yang terdiri dari 2 guru fisika SMAN

3 Tangerang Selatan dan 2 guru fisika

SMAN 6 Tangerang Selatan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

43

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

instrumen non-tes dan tes yang bertujuan untuk melihat kriteria kelayakan,

keefektifan, dan kepraktisan alat praktikum Torricelli yang dikembangkan.

Instrumen non tes dan tes yang digunakan diantaranya pedoman wawancara,

angket penelitian pendahuluan, angket uji ahli, angket penilaian siswa dan guru,

dan instrumen tes (pretest-posttest) dengan tingkat kognitif yang diukur adalah

menganalisis (C4). Instrumen yang digunakan dalam penelitian tiap tahap dapat

dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3. 4 Penggunaan Instrumen Penelitian Pengembangan

Tahap Penelitian Instrumen Penelitian

Penelitian pendahuluan

(prelimenary Research)

1) Pedoman wawancara guru

2) Angket penelitian pendahuluan untuk

siswa

Tahap prototipe

(prototyping

stage)

Uji ahli

(expert review)

1) Angket skala bertingkat ahli media

2) Angket skala Guttmann ahli materi

Evaluasi satu-satu

(one-to-one

evaluation)

1) Angket skala bertingkat untuk siswa

Evaluasi

kelompok kecil

(small group

evaluation)

1) Tes kemampuan menganalisis

(pretest-posttest)

2) Angket skala bertingkat untuk siswa

Uji lapangan

(field test)

1) Tes kemampuan menganalisis

(pretest-posttest)

2) Angket skala bertingkat untuk siswa

Evaluasi sumatif

(summative evaluation)

1) Tes kemampuan menganalisis

(pretest-posttest)

2) Angket skala bertingkat untuk siswa

3) Angket skala bertingkat untuk guru

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

44

1. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab.59 Pedoman

wawancara yang digunakan dibuat secara terstruktur menggunakan pertanyaan

terbuka. Pedoman wawancara digunakan pada penelitian pendahuluan. Pedoman

digunakan untuk memperoleh informasi yang terarah dari sumber sesuai

kebutuhan penelitian mengenai permasalahan sekolah dan penggunaan media

pembelajaran di sekolah. Kisi-kisi pedoman wawancara guru dapat dilihat pada

Tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator No

Pertanyaan Jumlah

1. Kurikulum Kurikulum yang digunakan dan

tahun diterapkan

1 1

Penerapan kurikulum dalam

proses pembelajaran di sekolah

2 1

Jumlah jam pelajaran fisika 3 1

2. Materi Kesulitan siswa terhadap konsep

penerapan asas Bernoulli Prinsip

Torricelli

1 1

Perlunya kemampuan analisis

pada konsep penerapan asas

Bernoulli Prinsip Torricelli

2 1

Adanya permasalahan siswa

dalam kemampuan berpikir

analisis dan faktor yang

mempengaruhinya

3 1

Adanya pelatihan dalam

menjawab soal yang memerlukan

4 1

59 Arikunto, Suharsimi., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2015,

h.44

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

45

kemampuan berpikir analisis

(C4) dan hasilnya

Perlunya demonstrasi/praktikum

pada konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli

4 1

3. Media

Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran

pada konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli

1 1

Efek penggunaan media

pembelajaran dalam memahami

konsep penerapan asas Bernoulli

prinsip Torricelli dan kekurangan

media tersebut

2 1

Ketersediaan media

pembelajaran oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan

berpikir analisis siswa

3 1

Pendapat guru mengenai

pentingnya media pembelajaran

yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir analisis

siswa

4 1

Penggunaan media alat

peraga/praktikum pada konsep

penerapan asas Bernoulli

5 1

Ketersediaan alat praktikum

fluida dinamis yang dapat

membuktikan persamaan pada

konsep penerapan asas Bernoulli

6 1

Pengetahuan guru mengenai 7 1

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

46

Arduino UNO

Guru memiliki alat praktikum

dengan bantuan Arduino UNO

8 1

Pendapat guru mengenai

perlunya alat praktikum yang

terintegrasi Arduino UNO untuk

mempermudah perolehan data

9 1

Pendapat guru mengenai

perlunya alat praktikum fluida

dinamis yang terintegrasi

Arduino UNO untuk mengukur

kecepatan aliran air

10 1

Penilaian siswa saat

menggunakan media

pembelajaran

11 1

2. Angket Penelitian Pendahuluan

Angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi

oleh responden. Dengan angket ini dapat diketahui tentang keadaan atau dara

diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.60 Angket

pendahuluan diberikan kepada siswa pada penelitian pendahuluan untuk

memperoleh informasi mengenai pandangan siswa terhadap penggunaan alat

praktikum dalam pembelajaran fisika. Angket yang digunakan pada penelitian

pendahuluan ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan guna

mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah

laku dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden

(siswa).61 Siswa diminta memberikan pilihan jawaban atau penilaian dalam

skala ukur yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

60 Ibid, h.42 61 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h.146

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

47

setuju, dan sangat tidak setuju. Kisi-kisi angket penelitian pendahuluan dapat

dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Kisi-kisi Angket Penelitian Pendahuluan

No Aspek Indikator

No

Pernyataan Jumlah

(+) (-)

1. Penggunaan

media

pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran

di kelas

1, 2 - 5

Kegunaan media pembelajaran

dikelas

4 5

Media pembelajaran yang

dibutuhkan siswa

3 -

2. Penggunaan alat

praktikum di

kelas

Kebutuhan alat praktikum dalam

proses pembelajaran

- 6 5

Penggunaan alat praktikum di

kelas

7,8

Alat praktikum yang dibutuhkan

siswa

9, 10 -

Jumlah 8 2 10

3. Angket Uji Ahli (Expert Review)

Angket uji ahli (expert review) digunakan untuk memvalidasi alat

praktikum yang dikembangkan dalam penelitian dengan hasil, dapat digunakan

baik tanpa revisi atau harus direvisi dan alat praktikum tidak layak digunakan.

Angket uji ahli terdiri dari dua yaitu angket uji ahli media pembelajaran dan uji

ahli materi pembelajaran fisika. Angket uji ahli media pembelajaran digunakan

untuk memvalidasi aspek kelayakan media dari alat praktikum yang akan

dikembangkan. Sedangkan angket uji ahli materi pembelajaran fisika digunakan

untuk memvalidasi kesesuaian isi dan konsep yang terdapat pada alat praktikum

terhadap teori fisika. Ahli dapat memberikan catatan sebagai masukan apabila ada

yang harus diperbaiki dari alat praktikum.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

48

Angket uji ahli media yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating

scale (skala bertingkat) dengan 5 kategori penilaian dari yang tertinggi, yaitu:

4, 3, 2, 1, 0. Sedangkan pengukuran angket uji ahli materi menggunakan skala

Guttmann. Kisi-kisi angket ahli media dan ahli materi fisika yang digunakan

dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan 3.8.

Tabel 3. 7 Kisi-kisi Angket Ahli Media

No Aspek Indikator No

Pernyataan Jumlah

1. Kriteria

kesesuaian

dengan bahan

ajar

Kesesuaian media alat

praktikum dengan konsep yang

diajarkan

1 3

Kejelasan media alat praktikum

dalam membantu menjelaskan

konsep

2

Kesesuaian media alat

praktikum dengan kompetensi

siswa

3

2. Ketahanan

Alat

Ketahanan alat praktikum

terhadap cuaca

4 2

Alat praktikum dibuat

menggunakan bahan yang kuat

5

3. Keakuratan Ketahanan komponen-

komponen alat praktikum yang

sesuai pada dudukan awalnya

6 2

Ketepatan pemasangan setiap

komponen alat ukur

7

4. Efisiensi Alat Alat mudah dalam perawatan 8 4

Alat praktikum mudah untuk

dirangkai

9

Alat praktikum mudah untuk 10

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

49

digunakan/dioperasikan

Alat praktikum mudah untuk

dibawa

11

5. Keamanan

bagi siswa

Alat praktikum memiliki

keamanan dan kenyamanan

untuk digunakan oleh siswa

12 3

Konstruksi alat praktikum kokoh

sehingga memiliki keamanan

saat digunakan oleh siswa

13

Alat praktikum menggunakan

bahan ramah lingkungan dan

tidak menggunakan zat beracun

14

6. Estetika

Alat praktikum memiliki warna

yang menarik dan nyaman untuk

digunakan

15 3

Alat praktikum dirancang

dengan bentuk yang sesuai

dengan kebutuhan materi

16

Alat praktikum memiliki bentuk

yang menarik, rapi dan nyaman

untuk digunakan oleh siswa

17

7. Kelengkapan

alat

Alat dilengkapi dengan manual

book dalam membantu

menjelaskan cara untuk

merangkai alat

18 3

Alat dilengkapi dengan video

demonstrasi dalam membantu

menjelaskan penggunaan alat

19

Alat dilengkapi dengan lembar

kerja siswa (LKS)

20

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

50

8. Tempat

Penyimpanan

Alat praktikum dilengkapi

dengan tempat penyimpanan

agar mudah untuk

menyimpan/mengambil

21 3

Alat praktikum dilengkapi

dengan tempat agar mudah

untuk dibawa

22

Tempat penyimpanan alat

praktikum memiliki ketahanan

dalam menyimpan alat

praktikum

23

Jumlah 23 23

Tabel 3. 8 Kisi-kisi Angket Ahli Materi

No Aspek Indikator No

Pernyataan Jumlah

1. Relevansi Isi Relevansi konten konsep pada alat

praktikum dengan KI/KD

1 3

Relevansi LKS dengan indikator

dan tujuan pembelajaran

2

Relevansi dengan pemahaman

siswa

3

2. Relevansi

konsep

Relevansi alat praktikum dalam

menunjukkan fenomena nyata

terkait konsep

4 6

Relevansi alat praktikum dalam

menjabarkan konsep

5, 6, 7, 8

Relevansi LKS dengan informasi

konsep

9

Jumlah 9 9

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

51

4. Angket Penilaian Siswa dan Guru

Angket penilaian siswa dalam penelitian pengembangan ini digunakan

untuk mengetahui respon siswa terhadap kemenarikan dan kemampuan alat

praktikum pada evaluasi formatif, serta kepraktisan pembelajaran menggunakan

alat praktikum pada evaluasi sumatif.62 Sedangkan angket penilaian guru

bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap efektivitas dan praktikalitas

alat yang dikembangkan pada evaluasi sumatif.63

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating-scale (skala

bertingkat) dengan 5 kategori penilaian dari yang tertinggi, yaitu 4, 3, 2, 1, 0.

Kisi-kisi angket penilaian siswa yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.9 – 3.12.

Tabel 3. 9 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Evaluasi Satu-Satu (One-to-One

Evaluation)

No Aspek Indikator No

Pernyataan Jumlah

1. Isi (content) Kemampuan alat praktikum

dalam membantu mengatasi

kesulitan dalam memahami

konsep

1 3

Kemampuan alat praktikum

dalam membantu memperjelas

konsep

2

Kemenarikan penyajian konsep

yang disajikan alat praktikum

3

2. Desain

Pembelajaran

Kemampuan alat praktikum

dalam memvisualisasikan konsep

4 3

Kemampuan alat praktikum

dalam membuat pembelajaran

menjadi lebih menarik

5

62 Tessmer, Martin., Op.cit., p. 15-16. 63 Akker, Jan Van de, et al, Loc.Cit.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

52

Kemampuan alat praktikum

dalam membantu pembelajaran

menjadi lebih logis

6

3. Implementasi Kemudahan alat praktikum untuk

digunakan

7 4

Kemudahan alat praktikum untuk

dibawa dan dipindahkan

8

Kesesuaian alat praktikum dengan

lingkungan belajar di sekolah

9

Intensitas penggunaan alat

praktikum (dapat digunakan

berkali-kali)

10

4. Kualitas

Teknis

Kualitas bentuk (desain) alat

praktikum

11 3

Kualitas bahan yang digunakan

pada alat praktikum

12

Kualitas warna alat praktikum 13

Jumlah 13 13

Tabel 3. 10 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Evaluasi Kelompok Kecil

(Small Group Evaluation)

No Aspek Indikator No

Pernyataan Jumlah

1. Isi (content) Kemampuan alat praktikum dalam

membantu mengatasi kesulitan

dalam memahami konsep

1 4

Kemampuan alat praktikum dalam

membantu memperjelas konsep

2

Kemenarikan penyajian konsep

yang disajikan alat praktikum

3

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

53

Keterbaruan konsep yang disajikan

alat praktikum

4

2. Desain

Pembelajaran

Kemampuan alat praktikum

membuat pembelajaran menjadi

lebih aktif

5 3

Kemampuan alat praktikum dalam

membuat pembelajaran menjadi

lebih menarik

6

Kemampuan alat praktikum dalam

membantu pembelajaran menjadi

lebih logis

7

3. Implementasi Kemudahan alat praktikum untuk

digunakan

8 4

Kemudahan alat praktikum untuk

dibawa dan dipindahkan

9

Kesesuaian alat praktikum dengan

lingkungan belajar di sekolah

10

Intensitas penggunaan alat

praktikum (dapat digunakan

berkali-kali)

11

4. Efisiensi Kecukupan waktu untuk

memahami konsep asas Bernoulli

(prinsip Torricelli)

12 2

Kemudahan memahami konsep

penerapan asas Bernoulli (prinsip

Torricelli) melalui kegiatan

praktikum

13

Jumlah 13 13

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

54

Tabel 3. 11 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Uji Lapangan (Field Test)

No Aspek Indikator No

Pernyataan Jumlah

1. Kemampuan untuk

dapat dilaksanakan

(implementability)

Kemudahan perangkaian 1 3

Kemudahan penggunaan 2

Intensitas penggunaan 3

2. Kesinambungan

(sustainability)

Kemudahan perawatan dan

pemeliharaan alat praktikum

4 3

Potensi penggunaan di masa

yang akan datang

5

Penggunaan bahan

pembuatan alat praktikum

6

3. Efisiensi Kecukupan waktu untuk

memahami konsep penerapan

asas Bernoulli prinsip

Torricelli

7 2

Kemudahan memahami

konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli

melalui kegiatan praktikum

8

4. Kecocokan dengan

lingkungan

(appropriateness)

Kesesuaian dengan

lingkungan belajar

9 2

Kesesuaian dengan situasi

belajar

10

5. Penerimaan dan

Kemenarikan

(acceptance and

attractiveness)

Penerimaan 11 3

Kemenarikan 12,13

Jumlah 13 13

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

55

Tabel 3. 12 Kisi-Kisi Angket Penilaian Siswa Evaluasi Sumatif

No Aspek Indikator Pernyataan No

Pernyataan Jumlah

1. Kepraktisan

(practically)

Kemudahan perakitan dan

penggunaan Alat (sesuai dengan

petunjuk pada manual book)

1 4

Kemudahan Alat untuk

dipindahkan/dibawa (portable)

2

Kemudahan pelaksanaan praktikum 3

Alat praktikum mudah dalam

perawatan

4

Jumlah 4 4

Sedangkan kisi-kisi angket penilaian guru dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3. 13 Kisi-Kisi Angket Penilaian Guru Evaluasi Sumatif

No Aspek Indikator Pernyataan No

Pernyataan Jumlah

1. Kepraktisan

(practically)

Kemudahan perakitan dan

penggunaan Alat (sesuai dengan

petunjuk pada manual book)

1 4

Kemudahan Alat untuk

dipindahkan/dibawa (portable)

2

Kemudahan pelaksanaan praktikum 3

Alat praktikum mudah dalam

perawatan

4

2. Keefektifan

(efectivity)

Ketercapaian tujuan pembelajaran 5 4

Kemampuan membantu guru dalam

menjelaskan konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli melalui

fakta/data

6

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

56

Kemampuan menunjang

pembelajaran menjadi lebih aktif

7

Melatih kemampuan menganalisis

siswa

8

Jumlah 8 8

5. Tes (Pretest dan Posttest)

Tes ini diberikan pada tahap evaluasi kelompok kecil, uji lapangan, dan

evaluasi sumatif. Soal terdiri dari soal dengan ranah kognitif menganalisis (C4).

Soal yang diberikan bertujuan untuk melihat progres peningkatan hasil belajar

siswa. Dengan adanya tes ini maka dapat diketahui alat praktikum yang digunakan

efektif atau tidak meningkatkan kemampuan menganalisis siswa.

F. Uji Coba Produk

Uji coba produk pengembangan alat praktikum Torricelli dilakukan

kepada siswa dan guru. Pada uji ini, produk yang telah selesai di revisi pada tahap

evaluasi formatif selanjutnya memasuki tahap evaluasi sumatif. Siswa dan guru

mencoba menggunakan alat praktikum Torricelli dan menilai keefektifan serta

kepraktisannya. Uji coba produk ini dilakukan oleh 15 orang siswa kelas

X MIPA 2 di SMAN 6 Tangerang Selatan dan 4 orang guru fisika. Lima belas

orang siswa tersebut terdiri dari: 5 orang siswa berkemampuan rendah, 5 orang

siswa berkemampuan sedang, dan 5 orang siswa berkemampuan tinggi. Empat

orang guru fisika terdiri dari 2 orang guru SMAN 3 Tangerang Selatan dan 2

orang guru SMAN 6 Tangerang Selatan.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan harus melalui tahap uji

kelayakan, uji keefektifan, uji kepraktisan, dan uji penerimaan. Data yang

diperoleh dari wawancara akan diolah secara kualitatif. Data yang diperoleh dari

angket dengan pernyataan menggunakan skala Likert, rating scale, dan Guttman

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

57

akan diubah terlebih dahulu ke dalam data kuantitatif. Adapun teknik analisis data

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Wawancara Guru

Hasil wawancara guru akan dikumpulkan menjadi satu dan diambil

kesimpulannya untuk memastikan hasil wawancara secara keseluruhan.64

% =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛× 100% (3.1)

2. Analisis Data Angket Penelitian Pendahuluan

Data yang diperoleh melalui angket penelitian pendahuluan dengan skala

Likert diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk persentase.

3. Analisis Data Angket Penilaian Ahli, Penilaian Siswa, dan Guru

a. Skala Bertingkat

Data yang diperoleh dari angket uji ahli media, angket penilaian siswa dan

guru akan dianalisis menggunakan rating scale (skala bertingkat) maka akan

diperoleh data berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Hasil jawaban dari seluruh item diketahui melalui perolehan persentase dengan

menggunakan rumus 3.2.65

% =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 × ∑ 𝑖𝑡𝑒𝑚 ×4× 100% (3.2)

Kesimpulannya dapat digambarkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3. 5 Garis Kesimpulan

b. Skala Guttmann

Angket uji ahli materi menggunakan skala Guttman. Skala Guttman

merupakan skala yang menghasilkan jawaban tegas ya – tidak, dalam hal ini yang

64 Sukardi, Loc.Cit 65 Sugiyono, Op.Cit, h. 99.

Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai

Sangat Tidak Baik/

Layak/Praktis

Kurang Baik/

Layak/Praktis

Cukup Baik/

Layak/Praktis

Baik/Layak/Praktis

Sangat Baik/

Layak/Praktis

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

58

digunakan adalah jawaban layak – tidak layak. Pada skala ini, nilai tertinggi

adalah 1 dan nilai terendah adalah 0.66

Data dari skala Guttman dapat dicari menggunakan rumus 3.2.67

% =∑ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛× 100% (3.3)

Keterangan:

0 – 50% = Tidak Layak/ Tidak Relevan

51% - 100% = Layak/ Relevan

4. Analisis Uji Efektivitas

Uji efektivitas dilakukan dengan menentukan persentase banyaknya siswa

yang tuntas mendapatkan hasil tes ≥ KKM setelah belajar menggunakan alat

praktikum Torricelli. Persentase banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan nilai

≥ KKM diperoleh dengan menggunakan rumus 3.4.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖≥𝐾𝐾𝑀

∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎× 100% (3.4)

Kriteria Efektivitas berdasarkan persentase siswa dapat dilihat pada tabel

3.14.68

Tabel 3. 14 Kriteria Efektivitas

Skor Presentasi Kategori

≥ 80% Sangat Efektif

70% − 79% Efektif

60% − 69% Cukup Efektif

50% − 59% Kurang Efektif

< 50% Sangat Tidak Efektif

5. Data Validasi Instrumen Tes

Validasi instrumen tes dilakukan untuk memastikan apakah isi tes /

instrumen sudah sesuai dan relevan dengan tujuan dari penelitian itu sendiri atau

66 Ibid, h.96 67 Ibid 68 Suwarna, Iwan Permana, Op.Cit, h. 56

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

59

tidak.69 Validasi instrumen tes dapat dilihat dari kisi-kisi tes. Untuk mengetahui

validitas instrumen, hasil ahli diolah dengan menggunakan content validity ratio

(CVR). Pemberian skor untuk butir yang dikatakan sesuai adalah 1. Sedangkan

skor untuk butir yang tidak sesuai bernilai 0. Untuk mengukur validitas isi

digunakan pendekatan yang dikembangkan oleh Lawshe, validitas isi (content

validity ratio/CVR) dihitung dengan menggunakan Nilai CVR dan Koefisien

Kappa yang ditentukan dengan rumus 3.4.70

𝐶𝑉𝑅 =𝑛𝑒−

𝑁

2𝑁

2

(3.5)

Keterangan:

CVR = rasio validitas isi,

𝑛𝑒= Jumlan skor ahli atau judgement pemberi nilai (penting/relevan/esensial),

N = Jumlah ahli atau judgement.

Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+)

menunjukkan bahwa setidaknya setengah ahli menilai item tersebut

penting/esensial. Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan

semakin tinggi validitas isinya. Nilai CVR sebesar 0.500 menunjukkan item yang

digunakan sudah memenuhi validitas isi yang baik. Nilai minimum CVR untuk α

= 0,05 dapat dilihat pada Tabel 3.15.

Tabel 3. 15 Nilai minimum CVR untuk α = 0,05

Jumlah Responden Nilai Minimal

5 0,99

6 0,99

7 0,99

8 0,75

9 0,78

10 0,62

69 Ibid, h. 50. 70 Ibid.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

60

Setelah butir yang valid teridentifikasi selanjutnya mencari nilai indeks validitas

konten (CVI). Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR yang

dapat dihitung menggunakan rumus 3.5.

𝐶𝑉𝐼 =∑ 𝐶𝑉𝑅

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 (3.6)

Kategori hasil perhitungan CVI:

Tabel 3. 16 Kategori hasil perhitungan CVI

Rentang nilai Kategori

0,00 – 0,33 Tidak sesuai

0,34 – 0,67 Sesuai

0,68 – 1,00 Sangat sesuai

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

123

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data pada hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan

yang dapat diambil dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut:

1. Alat praktikum Torricelli dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran

berdasarkan penilaian ahli media dengan persentase kelayakan sebesar 93%

termasuk dalam kategori sangat layak dan penilaian ahli materi menyatakan

alat praktikum Torricelli sangat relevan dengan konsep penerapan asas

Bernoulli prinsip Torricelli. Penilaian kelayakan oleh siswa pada tahap

evaluasi satu-satu memperoleh persentase kelayakan sebesar 82% termasuk

dalam kategori layak, pada tahap evaluasi kelompok kecil memperoleh

persentase kelayakan sebesar 80% termasuk dalam kategori layak, dan pada

tahap uji lapangan memperoleh persentase kelayakan sebesar 80% termasuk

dalam kategori layak.

2. Alat praktikum Torricelli dinyatakan efektif membantu meningkatkan

kemampuan menganalisis siswa berdasarkan hasil posttest sebanyak 66,7%

siswa dari 15 orang siswa tuntas memperoleh nilai di atas KKM pada tahap

evaluasi kelompok kecil, sebanyak 60% siswa dari 30 orang siswa tuntas

memperoleh nilai di atas KKM pada tahap uji lapangan, sebanyak 73% siswa

dari 15 orang siswa tuntas memperoleh nilai di atas KKM pada tahap evaluasi

sumatif.

3. Alat praktikum Torricelli dinyatakan praktis digunakan dalam pembelajaran

berdasarkan penilaian oleh siswa dengan persentase kepraktisan sebesar 78%

termasuk dalam kategori praktis dan penilaian oleh guru dengan persentase

kepraktisan sebesar 98% termasuk dalam kategori sangat praktis.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45955/1/ACHDA FITRIAH-FITK.pdf1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan bagian

124

B. Saran

Alat praktikum Torricelli secara keseluruhan mampu memberikan dampak

positif pada pembelajaran, namun masih memiliki beberapa kekurangan. Saran

yang dapat diajukan peneliti sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian

pengembangan ini sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya dapat mengembangakan alat praktikum Torricelli

dengan tingkat keakuratan yang lebih tinggi dan dapat menghubungkan data

hasil pengukuran dari sensor ke laptop agar seluruh siswa dapat melihat

perubahan data dengan jelas.

2. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan satu jenis praktikum lagi pada

lembar kerja siswa (LKS) yaitu menentukan koefisien gravitasi bumi.

3. Ujung-ujung pada alat dan kotak penyimpanan sebaiknya dibuat tumpul agar

lebih aman untuk digunakan oleh siswa.

4. Sebaiknya lebih komprehensif lagi dalam mengujicoba alat pada siswa.

5. Sebaiknya alat praktikum Torricelli dibuat lebih banyak lagi sehingga siswa

tidak perlu bergantian pada saat melakukan percobaan.