PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL...
Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL...
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL
(Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(S.H.)
Oleh:
Evi Fitriah
11150490000070
HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
ABSTRAK
Evi Fitriah. 11150490000070. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
TENAGA KERJA LOKAL (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor
20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing). Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019.
Pembangunan perekonomian nasional menuntut penggunaan tenaga
kerja asing, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja professional
dalam rangka alih pengetahuan dan meningkatkan investasi asing. Dalam
menghadapi derasnya tenaga kerja asing, Indonesia menghadapi tantangan
yang cukup besar diantaranya jumlah pengangguran yang besar, dan
terbatasnya jumlah bibit-bibit unggul tenaga kerja yang belum bisa memenuhi
kebutuhan sektor-sektor pekerjaan. Pemerintah menetapkan peraturan baru
mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia yakni dengan
mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang menuai pro dan kontra dari berbagai
pihak. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana peran
pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum dan peningkatan
kemampuan tenaga kerja lokal agar mampu bersaing dengan tenaga kerja
negara asing
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif dilakukan dengan melakukan kajian terhadap
Peraturan Perundang-ndangan, Peraturan Presiden, dan bahan-bahan hukum
seperti buku, artikel dan berita yang diperoleh dari media cetak dan media
elektronik, yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan tenaga kerja asing di
Indonesia tidak dapat dihindari dan menjadi kebutuhan negara. Namun
demikian pemerintah juga telah melakukan penguatan daya saing tenaga kerja
lokal dan penegasan melalui seperangkat kebijakan dan didukung oleh
program-program untuk tenaga kerja lokal dalam menghadapi tenaga kerja
asing. Pemerintah juga melakukan pengawasan dan penegakan hukum bagi
para pelanggar penggunaan tenaga kerja asing.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja Lokal, Tenaga Kerja Asing
Pembimbing: Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H.
Daftar Pustaka: 1992-2019
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat Nya dan karunia Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perlindungan Hukum
Terhadap Tenaga Kerja Lokal (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor
20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing)”. Shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad sallalahu ‘alaihi wasallam yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderan ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan
baik berupa arahan, pengajaran, bimbingan, bahan informasi dan data dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kepada bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah bapak A. M.
Hasan Ali, MA. dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bapak
Abdurrauf. MA. , sekaligus dosen pembimbing akademik penulis
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Terkhusus kepada bapak Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H.,
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
memberikan bimbingan, saran, dan arahan yang sangat berharga bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada bapak Mustolih, SH.I, MH, CLA yang memberikan ide
kepada penulis dalam membuat judul skripsi ini.
iii
5. Kepada om Hery yang telah meluangkan waktunya untuk wawancara.
Dan memberikan informasi serta data yang berharga bagi skripsi
penulis.
6. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah dan mamah yang selalu
mendo’akan, memotivasi dan memberikan saran kepada penulis. Juga
kepada abang Faiz, kakak Aci, kakak Ita, dede Lily, kak Ihsan, kak
Tyo yang selalu memberikan semangat. Dan kepada kelima
keponakan tersayang Syakira Zayyan Nisa, Naila Almeera Khadafi,
Raqilla Nasyitha Tjahjono, dan Khawla Ghaziya Khadafi yang selalu
menghibur penulis dengan tingkah lucu mereka.dan Zaren Sherina
Maryam yang jauh di lampung dan hanya bisa melihat tingkah lucu
nya dari media sosial.
7. Kepada para sahabatku tercinta Rizka Salamah, Uswatun Khasanah,
Kholidah Hanum, Farah Fitriana, Restu Amalia, Pratiwi, Amalia
Hanifa Unsi, Muzdalifah Zulkarnain Putri, Mesya Tiara Adilla,
Witada Pratiwi yang selalu menghibur, memotivasi.
8. Kepada teman-teman seperjuanganku, Hukum Ekonomi Syariah
angkatan 2015. Yang telah memberi motivasi serta informasi selama
perkuliahan ini.
9. Serta pihak-pihak lain yang telah berkontribusi kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini dan tidak bisa disebutkan oleh penulis.
Akhir kata dari penulis, semoga Allah subnahanahu wa ta’ala
membalas dukungan yang mereka beri dengan kebaikan. Penulis juga
berharap rahmat Allah subhanahu wa ta’ala agar skripsi ini dapat berguna
kedepannya.
Jakarta, 24 November 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………….. 6
C. Pembatasan Masalah………………………………………. 6
D. Rumusan Masalah…………………………………………. 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 7
1. Tujuan Penelitian……………………………………… 7
2. Manfaat Penelitian…………………………………….. 7
F. Metode Penelitian…………………………………………. 7
1. Jenis Penelitian………………………………………… 7
2. Sumber Data…………………………………………… 8
3. Teknik Pengumpulan Data…………………………….. 9
4. Teknik Analisis Data…………………………………... 10
G. Rancangan Sistematika Penulisan…………………………. 10
BAB II KERANGKA KONSEP DAN TEORI…………………. 12
A. Kerangka Konsep………………………………………….. 12
1. Perlindungan Hukum………………………………….. 12
2. Tenaga Kerja Lokal……………………………………. 14
3. Tenaga Kerja Asing Di Indonesia……………………... 16
B. Kerangka Teori…………………………………………….. 18
1. Teori Perlindungan Hukum…………………………… 18
2. Teori Hak Asasi Manusia……………………………... 21
3. Teori Negara Kesejahteraan (Walfare State)………….. 23
v
C. Kajian (Review) Studi Terdahulu………………………… 26
BAB III POTRET TENAGA KERJA INDONESIA…………. 30
A. Angka Tenaga Kerja Indonesia…………………………... 30
B. Regulasi Tentang Tenaga Kerja Indonesia………………. 33
C. Tantangan Banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA)
Di Indonesia……………………………………………… 39
BAB IV UPAYA PEMERINTAH MELINDUNGI TENAGA KERJA
LOKAL…………………... .……………………………………. 43
A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)……... 43
B. Dukungan Kebijakan Pemerintah………………………… 50
C. Pengendalian Laju Tenaga Kerja Asing (TKA)………….. 53
BAB V PENUTUP………………………………………………. 61
A. Kesimpulan………………………………………………. 61
B. Saran……………………………………………………… 52
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pembangunan nasional, tenaga kerja adalah salah
satu unsur penunjang yang memiliki peran yang sangat penting bagi kesuksesan
pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh program pembangunan nasional adalah mempercepat
pemulihan ekonomi dan memperluas landasan pembangunan berkelanjutan dan
berkeadilan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.1 Maka dalam hal ini
kebijakan ketenagakerjaan dalam program pembangunan nasional perlu adanya
usaha agar terciptanya kesempatan kerja sebanyak mungkin dari berbagai bidang
usaha dengan peningkatan kualitas dan peningkatan perlindungan bagi tenaga
kerja yang bersifat menyeluruh.2
Tenaga kerja lokal (TKL) adalah salah satu sumber daya manusia sebagai
pelaku pembangunan yang memiliki etos kerja yang produktif, keterampilan,
kreativitas, disiplin, dan profesionalisme, dan juga mampu memanfaatkan,
mengembangkan juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Namun kenyataannya, TKL yang ada belum dapat sepenuhnya menguasai
kemajuan dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Kelangkaan TKL
dengan kualitas yang telah sesuai dengan kebutuhan pada beberapa sektor
pekerjaan yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan memiliki keahlian
khusus, ternyata tidak mudah bagi pemberi kerja untuk menemukan TKL yang
1 Sunartono, Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia, Jurnal Sains Dan
Tekonologi Indonesia Vol. 10 No.1, 2008. Hal: 48. 2 Saputri Ratu, Skripsi : Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing Oleh Dinas Tenaga
Kerja Kota Bandar Lampung, (Lampung:Universitas Bandar Lampung), 2017. Hal:4.
2
memenuhi kualifikasi tersebut, hal ini merupakan salah satu faktor yang
mendorong penggunaan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia.3
Dalam era globalisasi yang terjadi di Indonesia saat ini, penggunaan TKA
tidak dapat dihindari. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga
kerja yang professional dalam bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh
TKL dengan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan meningkatkan investasi
asing sebagai pendorong pembangunan perekonomian nasional.4
Penggunaan TKA secara filosofis yaitu asas manfaat, aspek keamanan, aspek
legalitas, yaitu masuknya TKA harus mendapatkan ijin kerja dari Menteri Tenaga
Kerja, sejalan dengan penggunaan TKA adalah untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang profesional di bidang tertentu yang belum dapat terisi oleh TKI
dengan percepatan ahli teknologi dan keahlian serta peningkatan investasi.
Sehingga TKA di Indonesia tidak dapat dihindari penggunaannya, dan pada
prinsipnya penggunaan TKA di Indonesia adalah mereka yang dibutuhkan dalam
dua hal yakni mereka TKA yang membawa modal (sebagai investor) dan
membawa skill dalam hal transfer of knowledge. Selain kedua hal tersebut maka
pada hakekatnya tidak di perkenankan dan harus mengutamakan penggunaan
tenaga kerja dari Indonesia.5
Maraknya TKA khususnya berasal dari china yang masuk ke wilayah
Indonesia menimbulkan persoalan terkait aktivitas mereka selama ini. Bahkan
Menteri Hukum dan HAM (MENKUMHAM) Yasonna H Laoly menegaskan
bahwa isu serbuan 10 juta TKA asal china tidak benar, karena jumlah TKA yang
tercatat di Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER)
3 Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan
Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 5 No. 1, 2011, Hal 70. 4 Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan, Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja
Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016. Hal: 17. 5 C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, Jakarta : HIPSMI.
2006. Hal: 56.
3
Republik Indonesia hanya berjumlah 21 ribu dari tenaga kerja asal China yang
bekerja di Indonesia.6
Upaya untuk menghindari penggunaan tenaga kerja asing yang berlebihan,
pemerintah telah membuat beberapa peraturan pada tahun 2018 Indonesia yang
telah mendetailkan syarat-syarat penggunaan TKA dengan mengeluarkan
Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing sebagai pengganti dari perpres Nomor 72 Tahun 2014.
Menurut Presiden Joko Widodo kehadiran Perpres Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing memang untuk menarik investasi.
Selama ini ditenggarai dengan regulasi tentang TKA yang ada masih belum
mampu mempermudah masuknya TKA karena proses perizinannya yang berbelit-
belit.7
Menurut data Badan Pusat Statisktik (BPS) jumlah pengangguran di Indonesia
pada februari 2019, sebanyak 5,01 persen pengangguran atau sekitar 6,82 juta dari
136,18 juta orang jumlah angkatan kerja. Dilihat dari tingkat pendidikan pada
Februari 2019, TPT (tingkat pengangguran terbuka) untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) masih tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar
8,63 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat Diploma I/II/III (6,89
persen). Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja tidak terserap terutama
pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma I/II/III. Mereka yang berpendidikan
rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke
bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,65 persen.
6Menkumham Tegaskan Isu Serbuan TKA Itu Hoaks, Diakses Dari
Http://Kemnaker.Go.Id/Berita/Beritanaker/Menkumham-Tegaskan-Isu-Serbuan-Tka-China-Itu-Hoax,
Tanggal 14 Maret 2019 09.00 WIB. 7 Ihsannuddin, Jokowi Teken Perpres Permudah Tenaga Kerja Asing. diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/10393051/jokowi-teken-perpres-permudah-tenaga-kerja-
asing?page=all, pada tanggal 14 maret 2019 pukul 09.15 WIB.
4
Apabila dibandingkan kondisi setahun yang lalu, penurunan TPT terjadi pada
semua tingkat pendidikan.8
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) februari 2019
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tinggi mengakibatkan jumlah
angkatan kerja semakin meningkat setiap tahunnya, sedangkan kesempatan kerja
yang tersedia belum dapat memenuhi semua kebutuhan pencari kerja. Disisi lain
dari segi kualitas tenaga kerjanya, tenaga kerja lokal dapat dikatakan belum dapat
menguasai ilmu pengetahuan dalam hal penguasaan teknologi. Hal ini menjadikan
masalah penggunaan TKA semakin bertambah begitu juga dengan tingkat
pengangguran di Indonesia.9
UUD 1945 telah jelas mengamanatkan kepada pemerintah untuk memenuhi
hak-hak warga Negara atas lapangan pekejaan dan kehidupan yang layak bagi
rakyat Indonesia seperti dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “tiap-tiap warga
8 Diakses Dari Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--Tingkat
Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html, Pada Tanggal 5 Oktober 2019 Pukul 20:50
WIB. 9 Syafaruddin, Skripsi : Aspek Hukum Tenaga Kerja Asing Pada Perusahaan Swasta Di Kota
Medan, (Medan: Universitas Sumatera Utara). 2002. Hal : 5.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dilihat dari
tingkat pendidikan
Diploma I/II/III SMK SMP SD
5
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”,
dalam pasal 28 D ayat (2) yang berbunyi “setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam setiap hubungan
kerja”,10 dalam hal ini pemerintah memiliki kewajiban untuk kesejahteraan
rakyatnya, begitu juga pada Pasal 28 D ayat (2) yang mana berimplikasi pada
kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar dapat memperoleh
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Di era globalisasi ini yang menuntut
tenaga kerja professional, baik itu perusahaan swasta asing maupun swasta
nasional, sehingga pengaturan tersebut sebagai landasan terhadap penggunaan
TKA di Indonesia terhadap kondisi pasar kerja dalam negeri, kebutuhan investasi,
kesepakatan Internasional dan liberalisasi pasar bebas dengan berkaitan
kepentingan nasional untuk memberikan perlindungan terhadap kesempatan
tenaga kerja lokal.11
Negara wajib memberikan perlindungan kepada pekerja khususnya dalam hal
finansisal. Salah satunya bentuk perlindungan negara adalah terjaminnya
pekerjaan bagi pengangguran12 Ketimpangan kompetensi pekerja ini membuat
tenaga kerja sangat rentan dengan isu – isu dan membutuhkan proteksi dan
memerlukan kesempatan kerja yang lebih luas.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas,
penulis tertarik untuk mengkaji “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja
Lokal (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing) ”.
10 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan,. (Jakarta: Sinar Grafika). 2009. Hal:1. 11 I Wayan Gede Wiryawan. Perlindungan Hak Konstitusional Pekerja Dalam Sistem Hukum
Ketenagakerjaan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana. Vol. 19 No. 2 .2013.Hal: 142. 12 Sri Herianingrum Tika Widiastuti, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi
Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), hal: 245.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan kedalam
beberapa masalah, yaitu :
1. Pembangunan nasional menuntut adanya tenaga kerja professional.
2. Belum optimalnya kualitas tenaga kerja lokal.
3. Banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia.
4. Angka/jumlah penggunaan tenaga kerja asing yang terus meningkat.
5. Perlindungan hukum tenaga kerja lokal dari derasnya masalah penggunaan
tenaga kerja asing.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan fokus mengenai “perlindungan hukum bagi
tenaga kerja lokal dan apa saja upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal”. Karena, penulis tertarik untuk
membahas bagaimana peran pemerintah dalam melindungi dan meningkatkan
daya saing tenaga kerja lokal dari banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Berpijak pada pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan dengan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi tenaga kerja lokal menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?
2. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
daya saing tenaga kerja lokal atas tenaga kerja asing?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis tentang aspek perlindungan hukum bagi tenaga kerja lokal di
Indonesia.
7
b. Menganalisis upaya yang sudah dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal (TKL) ditengah
meningkatnya jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi penulis, untuk mengembangkan ilmu yang telah didapatkan
selama perkuliahan, dan juga memberikan wawasan bagi penulis tentang
regulasi dan peran pemerintah dalam melindungi tenaga kerja lokal.
b. Manfaat bagi praktisi, untuk menjadi masukan bagi pemerintah dan
penegak hukum dalam menegakan hukum dan tugas-tugas mulia yang
lainnya dalam memperjuangkan keadilan dan mewujudkan tujuan hukum
yang dicita-citakan.
c. Manfaat bagi akademis, untuk menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum normatif.
Menurut Soerjono Soekanto, Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang
dilakukan berdasarkan bahan baku utama, menelah hal yang bersifat teoritis yang
menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin
hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder,
diantaranya: asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku,
peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan
penelitian.13
13 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada),
2006. Hal: 24.
8
2. Data dan Sumber Data penelitian
a. Data penelitian
Data primer dan sekunder di bidang hukum yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
1) Bahan hukum primer, yaitu:
• Undang-Undang Dasar 1945.
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
• Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing.
• Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga kerja Asing.
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40
Tahun 2012 Tentang Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki
Oleh Tenaga Kerja Asing.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu:
• Buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
• Jurnal dan literature yang berhubungan dengan penelitian.
• Media internet.
b. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber objek darimana data
tersebut diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini
adalah:
1) Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Contohnya catatan atau dokumentasi tentang penggunaan tenaga
kerja asing di Indonesia yang diperoleh melalui buku, jurnal dan website.
9
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
library research (penelitian kepustakaan). Metode library research adalah metode
pengumpulan data yang menggunakan literature baik berupa buku-buku, majalah,
jurnal, web (internet), laporan hasil penelitian terdahulu dan sebagainya yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.14
4. Teknik analisis Data
Menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, analisis data merupakan kegiatan
dalam penelitian yang berupa kajian atas hasil dari pengolahan data terhadap
teori-teori yang sesuai.15 Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis non-statiska (kualitatif). Analisis kualitatif merupakan analisis
yang tidak menggunakan perhitungan statiska dan analisis dilakukan dengan cara
membaca data yang telah diolah, dan dibentuk dalam kalimat yang teratur, runtun,
logis, tidak tumpak tindih dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan
pemahaman hasil analisis.16
G. Rancangan Sistematika Penulisan
Penelitian yang dilakukan oleh penulis terbagi kedalam 5 (lima) bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai pokok pemikiran yang
melatarbelakangi penelitian. Terdiri dari 6 (enam) sub-bab, yang
memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
14 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Bogor:
Ghalia), 2002. Hal: 11. 15 Mukti Fajar Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif,
(Jakarta: Pustaka Pelajar). 2010. Hal: 183. 16 Trini Diyani, Skripsi: Paradigma Baru Kebijakan Penanaman Modal Asing PT. Freeport
Indonesia, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta), 2019. Hal: 14.
10
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, serta sistematika penulisan
Bab II : Kerangka Konsep dan Teori
Bab ini diawali dengan pemaparan kerangka konsep, agar tidak
terjadi kekaburan dan kerancuan pemahaman terhadap istilah-
istilah kunci, penulis mendeskripsikan dan merumuskan istilah-
istilah yang dimaksud. Bagian kedua penulis akan menjelaskan
teori yang akan digunakan untuk menganalisis data penelitian,
teori yang dimaksud adalah teori perlindungan hukum, teori hak
asasi manusia, dan teori negara kesejahteraan (walfare state). pada
bagian ketiga, akan membahas tentang review (kajian) studi
terdahulu, pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil
penelusuran penulis terhadap studi terdahulu yang inti bahasannya
mirip dengan fokus penelitian yang dilakukan penulis.
Bab III : Potret Tenaga Kerja Indonesia
Bab ini berjudul potret tenaga kerja Indonesia, penulis akan
menjabarkan angka tenaga kerja, regulasi tentang tenaga kerja dan
tantangan banyaknya tenaga kerja asing bagi tenaga kerja
Indonesia
Bab IV : Langkah Pemerintah Bagi Tenaga Kerja Lokal
Bab ini terbagi menjadi 3 (tiga) sub-bab, yaitu: peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), dukungan kebijakan
pemerintah dan pengendalian laju tenaga kerja asing.
11
Bab V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan yang menjadi jawaban terhadap inti
masalah penelitian dan saran yang dapat diberikan dari hasil
penelitian.
12
BAB II
KERANGKA KONSEP DAN TEORI
A. Kerangka Konsep
Agar tidak terjadi kekaburan dan kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah
kunci, penulis terlebih dahulu akan mendeskripsikan dan merumuskan istilah-
istilah dimaksud, dalam kerangka konseptual ini, Penulis akan memaparkan tentang
pengertian tentang perlindungan hukum, tenaga kerja Indonesia, dan tenaga kerja
asing di Indonesia.
1. Perlindungan Hukum
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung
yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi.
Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan
bunker. Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang
berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.
Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh
seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan
hukum dapat diartikan Perlidungan oleh hukum atau perlindungan dengan
menggunakan pranata dan sarana hukum.1
Pengertian hukum dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang,
peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan
1 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua, cet.1,(Jakarta: Balai Pustaka), 1991. Hal:745.
13
atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang
ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis.2
hukum yang dinyatakan oleh Dr. O. Notohamidjojo, S.H Hukum ialah
keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat
memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antara negara
yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai
dalam masyarakat.3
Menurut Soedjono Dirdjosisworo pengertian hukum dapat dilihat dari delapan
arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas, hukum
dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum dalam arti
jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, hukum
dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut
pandang yang dikemukakan menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata
peraturan perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang
selama ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi
hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan
masyarakat.4
Prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia sendiri landasannya adalah
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara yang didasarkan pada konsep
Rechstaat dan “rule of the law”. Dimana prinsip perlindungan hukum Indonesia
menitikberatkan pada prisip perlindungan hukum pada harkat dan martabat
manusia yang bersumber pada pancasila. Sedangkan prinsip perlindungan hukum
terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
2 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua, Hal 596. 3 Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, (Medan: Medan Area University Press), 2012.
Hal 5 4 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2008.
Hal; 25
14
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Lahirnya konsep-
konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia
tersebut merupakan konsep yang lahir dari sejarah barat, yang diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban oleh masyarakat dan
pemerintah.5
Menurut Satjipto perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman
kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut
diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai
upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan
rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman
dari pihak manapun.6
2. Tenaga Kerja Lokal
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Menurut Sumarsono, tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk
sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk
diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah
atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti
mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. Tenaga
5 Philipus M. Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu),
1987. Hal: 25 6 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000. Hal:53.
15
kerja mencangkup penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari pekerjaan dan
yang melakukan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.7
Menurut Murti, tenaga kerja adalah individu yang menawarkan keterampilan
dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan dapat
meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut akan memperoleh gaji atau upah
sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.8
Menurut Payaman Simanjuntak tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja
dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan
kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, mengurus rumah tangga, golongan
lain-lain atau penerima pendapatan.9
Mulyadi juga memberikan definisi tenaga kerja sebagai penduduk dalam usia
kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang
dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka,
dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.10
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
tenaga kerja adalah setiap penduduk yang mampu menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan batas usia minimal angkatan kerja
yaitu 15 tahun.
7 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta: Graha Ilmu), 2009. hal: 3. 8 Murti Sumarni & John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan,
(Yogyakarta: Liberty). 2014, hal: 5. 9 Annisa Amalia, Skripsi: Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Outsourcing (Studi
Komparasi Antara Hukum Islam Dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan),
Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018. Hal:38. 10 Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada), 2014, Hal: 71.
16
3. Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Pengertian Tenaga Kerja Asing (TKA) sebenarnya dapat ditinjau dari segala
segi, dimana salah satunya yang menentukan kontribusi terhadap daerah dalam
bentuk retribusi dan juga menentukan status hukum serta bentuk-bentuk
persetujuan dari pengenaan retribusi. Tenaga Kerja Asing adalah tiap orang bukan
warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.11
Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi Undang-Undang, yang dimana
pada pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang berbunyi bahwa tenaga kerja asing adalah warga Negara
asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
Mempekerjakan tenaga kerja asing adalah suatu yang ironi. sementara di dalam
negeri masih banyak masyarakat yang menganggur.12 Akan tetapi, karena beberapa
sebab, mempekerjakan TK A tersebut tidak dapat dihindarkan. Menurut Budiono,
ada beberapa tujuan penempatan TKA di Indonesia, yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang-
bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.
b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat
proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang
industri.
c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.
11 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti). 2009. hal: 27. 12 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi Buruh
Di Indonesia Bandung: Universitas Pasundan. 2017. Hal: 30.
17
d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di
Indonesia.13
Tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan
pemerintah/swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang terampil sehingga
dapat membantu proses pembangunan ekonomi dan teknologi di Indonesia. Untuk
itu proses alih teknologinya kepada TKL baik dalam jalur menajerial maupun
profesionalnya harus mendapat pengawasan yang ketat dengan memberikan
sertifikasi kepada tenaga ahli tersebut.14 Oleh karena itu pemerintah telah
mengaturnya dalam peraturan Menteri nomor 10 tahun 2018 bahwa setiap TKA
yang bekerja di Indonesia wajib:
a. Memiliki Pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki
oleh TKA.
b. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja paling
sedikit 5 (lima) tahun yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang akan
diduduki TKA.
c. Mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja pendamping.
Setiap TKA yang bekerja di indonesia wajib memiliki Visa Tinggal Terbatas
(VITAS) untuk bekerja. Vitas dapat diajukan oleh pemberi kerja TKA atau TKA
itu sendiri kepada Menteri atau pejabat yang berwenang. Arti vitas itu sendiri
Menurut Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2018 adalah keterangan tertulis yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang di perwakilan Republik Indonesia atau di
tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat
persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan
13 Budiono Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada). 1995. hal:115. 14 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi Buruh
Di Indonesia. 2017. Hal: 29.
18
menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal Terbatas (ITAS) dalam rangka
bekerja.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Izin Tinggal Terbatas
(ITAS) adalah izin yang diberikan kepada orang asing tertentu untuk berada dan
tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu untuk bekerja.
B. Kerangka Teori
Dalam kerangka teori ini, penulis akan membahas mengenai teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian ini yang digunakan untuk menganalisis dan
menginterprestasi data penelitian.15 Teori yang akan dibahas adalah teori
perlindungan hokum, teori hak asasi manusia dan teori kesejahteraan negara
(walfare state).
1. Teori Perlindungan Hukum
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya tersebut. Pemberian
kekuasaan, atau yang sering disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur,
keluasan dan kedalamannya.16
Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan
manusia terlindungi, penegakkan hukum harus memperhatikan 3 unsur, yaitu :
a. Kepastian Hukum (Rechtssicherkeit), ialah jaminan bahwa hukum dijalankan,
bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa
putusan dapat dilaksanakan.
15 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah Dan
Hukum Uin Syarifhidayatullah Jakarta). 2017. hal: 42. 16 Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya), 1994. Hal: 64.
19
b. Kemanfaat Hukum (Zeweckmassigkeit), ialah didasarkan pada filsafat sosial,
bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum merupakan
salah satu alatnya.
c. Keadilan Hukum (Gerechtigkeit), ialah memberikan hak yang setara dengan
kapasitas seseorang atau pemberlakuan kepada tiap orang secara proporsional,
tetapi juga bisa berarti memberi sama banyak kepada setiap orang apa yang
menjadi jatahnya berdasarkan prinsip keseimbangan..17
Perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu
negara hukum. Dianggap penting karena dalam pembentukan suatu negara akan
dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap warga negaranya. Sudah lazim untuk
diketahui bahwa suatu negara akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara
warga negaranya sendiri. Dalam hal tersebut akan melahirkan suatu hak dan
kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak tiap warga
negaranya. Terlepas dari perlindungan hukum, adanya perlindungan hukum
dimulai dari munculnya teori perlindungan hukum bersumber dari teori hukum
alam atau aliran hukum alam.18
Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum
bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap
kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai
kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan
kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk
menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan
hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan
hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada
17 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika), 2009. Hal: 43 18 Elva, Skripsi: Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Yang
Dilakukan Penderita Gangguan Jiwa, ( Lampung: Universitas Lampung), 2019. Hal: 3.
20
dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan
perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan.19
Menurut Setiono Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak
sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman
sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai
manusia.20
Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan.21
Perlindungan hukum terbagi menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum
preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif adalah
suatu upaya perlindungan yang diberikan pemerintah dalam bentuk pencegahan
sebelum terjadinya pelanggaran. Sedangkan perlindungan hukum represif adalah
perlindungan hukum yang berupa perlindungan yang diberikan ketika suatu
pelanggaran atau sengketa telah terjadi. 22
Teori ini mengisyaratkan bahwa, ketika pemerintah telah menerima hak-hak
yang diberikan rakyat kepada mereka, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk
melindungi dan menyelesaikan segala masalah yang terjadi di negaranya, namun
di negara hukum (Rechtsstaat) seperti Indonesia, setiap kekuasaan yang dijalankan
19 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum. Hal: 53. 20 Setiono, Tesis: Rule Of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2004. Hal:3. 21 Glosarium, Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, Diakses Dari
Http://Tesishukum.Com/Pengertian-Perlindungan-Hukum-Menurut-Para-Ahli/. Tanggal 29 Juli 2019
Pukul 15.05 WIB. 22 Muchsin, Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, (Surakarta:
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2003. Hal: 14.
21
harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Legalitas merupakan asas
terpenting dari negara hukum.23
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan hukum
adalah segala bentuk upaya pengayoman serta pengakuan terhadap hak asasi
manusia dibidang hukum. perlindungan hukum merupakan gambaran dari
bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam
bentuk yang bersifat represif.
2. Teori Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semenjak
lahir sebagai anugerah Tuhan Yang maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak
asasi manusia tersebut tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-
mata bersumber dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga
hak asasi manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable righ). Oleh karena itu,
yang diperlukan oleh negara dan hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan
perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut.24
Hak Asasi Manusia (HAM) umumnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Hak Sipil dan Politik (Civil and Political Rights) , yang artinya adalah hak
yang berkaitan dengan kebebasan individu sebagai warga dari suatu negara
yang demokratis, yang meliputi perlindungan dari tirani penguasa yang
sewenang-wenang, persamaan di hadapan hukum, kebebasan untuk
memilih dan dipilih dalam proses demokrasi, kebebasan berpendapat,
23 Siti Romlah, Skripsi Problematika Legal Protection Ojek Online Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 41/PUU-XVI/2018, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta). 2019. Hal : 12. 24 Rozali Abdullah, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia,
(Jakarta: Ghalia Indonesia), 2002. hal: 10
22
b. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Economic, Social, and Cultural Rights),
Yang artinya hak yang berkaitan dengan hak individu dalam pemenuhan
kebutuhan hidup, yang meliputi hak atas pekerjaan, hak atas pemeliharaan
kesehatan, hak atas lingkungan yang sehat, hak atas jaminan sosial, dan
seterusnya.25
Hak ekonomi, sosial, dan budaya mempunyai relevansi yang sangat besar
dengan hukum ketenagakerjaan, hak mendapatkan pekerjaan yang layak,
sedangkan bentuk hak sipil dan politik yang ada relevansinya dengan hukum
ketenagakerjaan di antaranya adalah hak berserikat bagi pekerja hak mogok, dan
hak untuk tidak mendapatkan diskriminasi di tempat kerja.26
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan
dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun pelaksanaannya.
Upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep
kerja sama Internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati,
kesederajatan, dan hubungan antar negara.27
Dalam penyelenggaraan ketatanegaraan di Indonesia hak asasi tersebut
diwujudkan dalam suatu legitimasi hukum. Bentuk legitimasi tersebut terdapat
pada norma-norma yang terdapat dalam UUD 1945 yang tidak hanya mengatur
organisasi kekuasaan lembaga negara dan hubungan antar kekuasaan lembaga
negara yang melahirkan kewenangan konstitusional tetapi juga mengatur hubungan
25 Joko ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan, jurnal
hukum Vol.2 No.1 , 2018. Hal: 357. 26 Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan. Hal:
357. 27 Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan. Hal:
360.
23
negara dengan warga negara dalam konteks kewenangan negara tersebut yang
berhadapan dengan hak konstitusional warga negaranya.28
Dalam hubungan tersebut, hak warga negara diatur dalam UUD 1945 sebagai
bentuk perlindungan hak warga negara yaitu hak konstitusional warga negara atas
tindakan negara dalam penyelenggaraan negara. Hak tersebut tidak boleh dilanggar
dan menjadi koridor pembatas tindakan negara dalam peyelenggaraan negara baik
hak asasi maupun hak konstitusional warga negara.29
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM tersebut, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus
dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.
Dengan demikian hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.30
3. Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State)
Sebuah teori yang bernama Negara Kesejahteraan (Welfare State) merupakan
teori yang sejalan dengan dasar Negara Indonesia dan menegaskan bahwa Negara
yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dan
untuk dapat mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada lima pilar
kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy), Penegakan Hukum (Rule of Law),
28 Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Mahkamah Konstitusi),
2010. hal:3. 29 Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Hal: 3. 30 Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:
Prenada Media), 2003. Hal:201.
24
Perlindungan Hak Asasi Manusia (The Human Right Protection), Keadilan Sosial
(Social Justice) dan Anti Diskriminasi (Anti Discrimination).31
Sebenarnya gagasan tentang Negara Kesejahteraan (welfare state) bukanlah
suatu gagasan yang baru. Ide tentang Negara Kesejahteraan (welfare state) sudah
lahir sejak sekitar abad ke-18. Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith (2006),
ide dasar negara kesejahteraan beranjak dari abad ke-18 ketika Jeremy Bentham
(1748-1832) mempromosikan gagasan bahwa pemerintah memiliki tanggung
jawab untuk menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan yang ekstra. Menurutnya,
aksi-aksi pemerintah harus selalu diarahkan untuk meningkatkan kebahagian
sebanyak mungkin orang. Gagasan Bentham mengenai reformasi hukum, peranan
konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan kebijakan sosial membuat ia
dikenal sebagai “bapak negara kesejahteraan” (father of welfare states).32
Membangun negara kesejahteraan, menjadi obsesi banyak negara baru terutama
di Asia yang merdeka setelah Perang Dunia II. Demikian pula Negara kesatuan
Republik Indonesia yang didesain sebagai Negara kesejahteraan (walfare state),
yang dapat dilihat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“Pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.33
Terdapat Empat prinsip umum dari Negara Kesejahteraan (Welfare State),
yakni:
(1) Prinsip hak-hak sosial dalam negara demokrasi
(2) Prinsip hak kesejahteraan (walfare rights)
31 Prabu Bhatara, Implementasi Teori Negara Kesejahteraan Di Indonesia, Diakses Dari
https://www.indonesiana.id/read/127150/implementasi-teori-negara-kesejahteraan-di-indonesia.
Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 22.18 WIB. 32 Oman Sukmana, Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State), Jurnal Social
Politik, Vol.2 No.1,2016. Hal:105. 33 Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan. (Jakarta:LP3ES). 2006.
Hal:17.
25
(3) Prinsip kesetaraan kesempatan bagi warga negara, dan
(4) Prinsip keseimbangan otoritas publik dan ekonomi, dan efisiensi ekonomi.
Ke-Empat prinsip umum dari negara kesejahteraan (welfare state) memiliki
relevansi dan sinergi dengan tujuan dari pembangunan negara Republik
Indonesia.34
Namun dengan merujuk pada empat prinsip asas dari Negara kesejahteraan
diatas, tidak membuat welfare state abai terhadap dinamika pasar bebas dan
pentingnya efisiensi ekonomi. Negara kesejahteraan justru berpijak pada prinsip-
prinsip keadilan sosial, demokrasi sosial yang memperjuangkan kesetaraan tiap-
tiap warga Negara, pengutamaan manusia sebagai makhluk sosial, dan efisiensi
ekonomi yang berbasis ekonomi pasar namun responsif terhadap keberlanjutan
kehidupan publik.35
Di dalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus Bab XIV yang
didalamnya memuat pasal 33 tentang sistem perekonomian dan pasal 34 tentang
kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak telantar) serta
sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya merupakan
flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia. Sehingga, sejatinya
Indonesia adalah negara yang menganut faham “Negara Kesejahteraan" (welfare
state) dengan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif” (participatory welfare
state) yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme
Kesejahteraan atau welfare pluralism. Model ini menekankan bahwa negara harus
tetap ambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan
sosial (social security), meskipun dalam operasionalisasinya tetap melibatkan
masyarakat. Sedangkan menurut Mubyarto, Kedua pasal tersebut merupakan suatu
hubungan kausalitas yang menjadi dasar disahkannya UUD 1945 oleh para pendiri
34 Oman Sukmana, , Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State). Hal:109. 35 Oman Sukmana, , Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State). Hal:109.
26
negara, karena baik buruknya perekonomian nasional akan ikut menentukan tinggi
rendahnya kesejahteraan sosial.36
Negara kesejahteraan juga bermaksud menggerakkan roda perekonomian
secara positif untuk mendorong agar setiap sumber daya manusia dimanfaatkan
secara produktif untuk menggerakkan aktivitas ekonomi, dengan memenuhi
kebutuhan dasar dari tiap-tiap orang. Selanjutnya prinsip Negara kesejahteraan juga
berniat untuk mendorong partisipasi penuh pada pasar tenaga kerja maupun
aktivitas investasi dan menabung.37
Maka secara singkat Negara kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu negara
dimana pemerintah memegang peranan penting dalam melindungi dan menjamin
kesejahteraan rakyatnya melalui kebijakan yang mengakomodasi kepentingan
rakyat demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang dicita-citakan.
C. Kajian (Review) Studi Terdahulu
“Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan Dengan
Tenaga Kerja Asing”. Oleh Frankiano B.Randang,SH,MH. Tahun 2011. Dalam
jurnalnya membahas tentang kualitas tenaga kerja Indonesia. Dan menyatakan
bahwa kondisi ketenagakerjaan Indonesia yang semakin memburuk baik dari segi
pendidikan, pengalaman dan juga keterampilan maupun keahlian. Sehingga
menyebabkan tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing rendah dengan tenaga
kerja asing yang bekerja di Indonesia. Sejak tahun 2005, semua pemasok jasa harus
diperkenankan untuk memperdagangkan jasanya begitu juga bagi TKA. Dengan
demikian, sangat berbahaya bagi meningkatnya tingkat pengangguran dengan
menurunnya daya beli dan ekonomi dan sosial Negara yang sangat nyata
36 Agung Syarifudin, Skripsi “Pengawasan Terhadap Perizinan Pembangunan Perumahan
Dengan Hunian Berimbang Di Kota Bandung Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare
State)”, (Bandung: Universitas Pasundan).2016. Hal:30. 37 Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan. (Jakarta: LP3ES). Hal: 21.
27
dampaknya.38 Perbedaannya dengan penelitian ini, hanya membahas tentang
kondisi dan kesiapan tenaga kerja Indonesia tanpa ditinjau dari regulasi-regulasi
yang ada terkait ketenagakerjaan.
“Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga Kerja
Indonesia”. Oleh Nina Juwita Sari, Sanhaji Dan Solechan. Tahun 2016. Dalam
jurnalnya yang khusus membahas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan bagaimana kebijakan pemerintah terhadap penerimaan tenaga
kerja asing untuk bekerja asing di Indonesia.metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang bersifat deskriptif analitis, yaitu
dimana penulis berusaha menjelaskan secara sistematis tentang kenyataan objek
dan masalahnya beserta prosedur-prosedur pelaksanaannya yang didukung oleh
data-data dari DISNAKERTRANSDUK (dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi
penduduk), kemudian di analisis secara kualitatif dengan menguraikan kata demi
kata secara sistematis sehingga mendapatkan jawaban dari permasalahan.
Penelitian ini dilakukan oleh penulis di daerah jawa tengah pada September 2015.
Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan penggunaan tenaga kerja asing di provinsi
jawa tengah lebih menekan pada strategi dan prinsip dasar penggunaan tenaga kerja
asing yaitu kebutuhan tenaga kerja yang terampil serta kebutuhan investasi dan
modal.Tenaga kerja asing yang datang harus membawa manfaat bagi perlindungan
tenaga kerja lokal dan perluasan usaha yang berdapak positif bagi terciptanya
perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi dari tenaga kerja asing ke tenaga
kerja local.39 Perbedaannya dengan penelitian ini, khusus membahas undang-
undang nomor 13 tahun 2003 dan hanya berfokus di provinsi jawa tengah.
38 Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan
Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 5 No. 1, 2011. 39 Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan ,Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja
Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016.
28
“Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam
Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia”. oleh Suhandi. Tahun
2016. Penelitian hukum ini menggunakan beberapa pendekatan, dengan
pendekatan tersebut penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu hukum yang sedang diteliti, yaitu pendekatan undang-undang,
pendekatan kasus, pendekatan historis, pendekatan komparatif dan pendekatan
konseptual. Dalam jurnalnya menyatakan bahwa era masyarakat ekonomi ASEAN
harus dihadapi oleh para tenaga kerja Indonesia dalam bersaing di berbagai bidang
dan yang paling penting adalah implementasi peraturan hukum ketenagakerjaan
yang benar-benar diterapkan dalam penggunaan TKA.40 Perbedaan dari penelitian
ini adalah khusus membahas tentang MEA dan tidak membahas bagaimana upaya
pemerintah dalam meningkatkan kualitas TKL atas masuknya TKA.
“Kepastian Hukum Pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia”.
Oleh Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Tahun 2018.
Dalam jurnalnya menyatakan bahwa dalam proses penggunaan tenaga kerja asing
harus mengacu pada undang-undang yang mengatur tenaga kerja asing seperti pada
pasal 42-49 bab VI undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang penggunaan
tenaga kerja asing. Dan adanya ketidakpastian hukum pada Peraturan Menteri
Nomor 35 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Adanya pasal-pasal yang mengetatkan dan juga membebaskan penggunaan tenaga
kerja asing di Indonesia.41 Perbedaan dengan penelitian ini adalah khusus
membahas tentang kepastian hukum atas penggunaan tenaga kerja asing di
40 Suhandi, Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia, vol.XXI No.2, 2016. 41 Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Kepastian Hukum Pengaturan
Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia. Jurnal Hokum Vol.5 No.3. 2018.
29
Indonesia pada Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2015 atas perubahan Peraturan
Menteri Nomor 16 Tahun 2015.
“Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan Literatur”.oleh Nasri Bachtiar dan Rahmi
Fahmi. Tahun 2011. Dalam jurnalnya menyatakan bahwa walaupun telah banyak
penelitian tentang pengaruh tenaga kerja asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan
peluang kesempatan kerja, namun masih ada perbedaan pendapat diantara peneliti-
peneliti sebelumnya untuk itu peneliti ini mengkaji hasil dari penelitian
sebelumnya, maka berdasarkan penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa masuknya
TKA ke dalam pasar tenaga kerja suatu negara membawa dampak negative bagi
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, namun penelitian-penelitian tersebut
mengabaikan unsur Pendidikan, dan mobilitas goegrafi dari TKL. Dalam
kenyataannya, TKL yang bekerja dalam industri tertentu akan berpindah dari satu
jenis pekerjaan ke pekerjaan lain bila tingkat upah dan fasilitas yang diterima di
tempat pekerjaan baru jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Dan dalam kajian
yang memperhitungkan mobilitas tenaga kerja ini dijumpai keadaan yang
sebaliknya, yaitu masuknya TKA membawa dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal.42 Perbedaan dengan
penelitian ini hanya fokus membahas dampak TKA bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja tanpa membahas dan mengkaji peran pemerintah dan
meninjaunya dari regulasi yang ada.
42 Nasri Bachtiar dan Rahmi Fahmi, Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dan Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan Literatur. Jurnal kependudukan Indonesia. Vol.1
No.1. Tahun 2011.
30
BAB III
POTRET TENAGA KERJA INDONESIA
A. Angka Tenaga Kerja Indonesia
Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah
Cina, India dan Amerika Serikat). Selanjutnya, negara ini juga memiliki
populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk
Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan,
indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang
besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka
menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian
terbesar di Asia Tenggara.1
Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi
beban negara, terutama dari segi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
yang juga harus meningkat seiring dengan jumlah tenaga kerja yang semakin
tinggi. 2
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah angkatan kerja pada
Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding
Februari 2018. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang
bekerja dan pengangguran. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang
adalah penduduk bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur.3
1 Diakses Dari Https://Www.Indonesia-Investments.Com/Id/Keuangan/Angka-Ekonomi
Makro/Pengangguran/Item255 Pada Tanggal 6 Oktober 2019 Pukul 14.13 WIB. 2 Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono,Yuyun Hidayat, Pelatihan Dan Pengembangan
SDM Sebagai Salah Satu Upaya Menjawab Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains Dan Teknologi
Vol. 2, No. 2, 2018. Hal: 186. 3 Diakses Dari Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--
Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html Pada Tanggal 6 Oktober 2019
Pukul 14.20 WIB.
31
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka pengangguran dan
kemiskinan yang cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah angkatan
kerja yang terus meningkat, sebaliknya kesempatan kerja semakin terbatas.4
Dalam menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap
dalam pemecahan masalah pengangguran. Pengangguran adalah suatu hal yang
tidak dikehendaki, namun suatu penyakit yang terus menjalar di Negara
Indonesia, dikarenakan banyak faktor – faktor yang mempengaruhinya, Berikut
adalah beberapa faktor peyebab pengangguran:
1. Bidang kependudukan, terutama pertumbuhan penduduk yang
mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang akan memasuki pasar kerja.
2. Sektor Pendidikan, turut mempengaruhi kualitas angkatan kerja yang pada
gilirannya juga berpengaruh produktivitas tenaga kerja.
3. Sektor ekonomi, akan mempengaruhi daya tampung dan daya serap
terhadap angkatan kerja yang ada di pasar kerja.5
Salah satu solusi bagi masalah pengangguran adalah dengan memanfaatkan
kesempatan kerja di luar negeri, selain itu pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) memberikan konstribusi terhadap perekonomian Indonesia sebagai
devisa.6 Menurut World Bank Survey saat ini Jumlah tenaga kerja Indonesia
yang bekerja di luar negeri tercatat lebih dari 9 juta orang dengan 3/4
diantaranya merupakan pekerja berketrampilan rendah pada 2016. Sementara
itu, World Bank juga mengestimasi jumlah pekerja migran non prosedural
sebanyak 4,3 juta. Dari persebarannya, Malaysia menjadi negara tujuan utama
4 Muhdar HM, Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di Indonesia:
Masalah dan Solusi, jurnal IAIN Gorontalo Vol. 11 No.1, 2015. Hal: 47. 5 Riska Franita, Analisa Pengangguran Di Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Vol.1, 2016. Hal: 89. 6 Budi Astuti, Tesis: Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi
Tenaga Kerja Indonesia /Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana Rumah Tangga (TKI / TKW PLRT),
(Semarang: Universitas Diponegoro), 2008. Hal: 1.
32
dengan komposisi pekerja migran Indonesia sebesar 55%, diikuti oleh Arab
Saudi 13%, China dan Taiwan 10%, Hong Kong 6%, dan Singapura 5%. 7
Bila dibandingkan dengan TKA di Indonesia yang jumlahnya tidak sampai
100.000 orang. Menurut Faisal Basri angka itu juga jauh jika dibandingkan
dengan jumlah TKI yang berada di luar negeri yang jumlahnya 40 kali lipat
lebih banyak. Berikut adalah jumlah TKA dari tahun 2016-2018. 8
Sumber: Kemnakertrans
Jumlah TKA pada 2018 memang meningkat dibandingkan pada 2016 yang
hanya berjumlah 74.183 jiwa. Namun jumlah itu tidak sebanding dengan jumlah
penduduk Indonesia, Itu berarti jumlah TKA di Indonesia hanya sebesar 0.04%
dari total penduduk Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa atau sebesar 0,07%
dari total angkatan kerja nasional. Persentase ini lebih kecil dibandingkan
dengan di beberapa negara lainnya.9
7 Linda Teti Silitonga, SURVEI WORLD BANK: 9 Juta Pekerja Indonesia di Luar Negeri,
diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20171128/12/713425/survei-world-bank-9-juta-
pekerja-indonesia-di-luar-negeri pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 21.45 WIB. 8 Ribut Jumlah TKA RI, Ekonom: TKI Di Luar Negeri 40 Kali Lipat, diakses dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4506547/ribut-jumlah-tka-di-ri-ekonom-tki-di-
luar-negeri-40-kali-lipat pada tanggal 14 oktober 2019 pukul 14;02 WIB. 9 Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Hanya 0,04% Dari Total Penduduk, Diakses Dari
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/04/10/Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-
Hanya-004-Dari-Total-Penduduk Pada Tanggal 15 Oktober 2019 Pukul 14;06 WIB.
95,335
85,974
74,183
2018
2017
2016
Jumlah Tenaga Kerja Asing
33
B. Regulasi Tentang Tenaga Kerja Indonesia
Tenaga kerja merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap
semua perkembangan perekonomian nasional, Oleh karena itu hukum
ketenagakerjaan harus dapat menjamin kepastian hukum, nilai keadilan, asas
kemanfaatan, ketertiban, perlindungan dan penegakan hukum.10
Pada dasarnya hukum ketenagakerjaan mempunyai sifat melindungi dan
menciptakan rasa aman, tentram, dan sejahtera dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. Hukum ketenagakerjaan dalam memberi
perlindungan harus berdasarkan pada dua aspek, pertama, hukum dalam
perspektif ideal diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan (heterotom)
dan yang kedua, hukum yang bersifat otonom.11
Ranah hukum ini harus dapat mencerminkan produk hukum yang sesuai
cita-cita keadilan dan kebenaran, berkepastian, dan mempunyai nilai manfaat
bagi para pihak dalam proses produksi. Hukum ketenagakerjaan tidak semata
mementingkan pelaku usaha, melainkan memperhatikan dan memberi
perlindungan kepada pekerja yang secara sosial mempunyai kedudukan sangat
lemah.12
Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor
asing, demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia
sebagai negara anggota World Trade Organization (WTO) harus membuka
kesempatan masuknya tenaga kerja asing. Untuk mengantisipasi hal tersebut
diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan tenaga kerja
asing, serta pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut
harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak
10 Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Di
Indonesia, Jurnal Selat Vol.5 No.1. 2017. Hal: 75 11 Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Di
Indonesia. Hal: 76. 12 Krismena Natalina Panjaitan, Pembinaan Karier Ketenagakerjaan dalam Perbankan
(Studi Kasus di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karangayu Semarang),
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2010. Hal: 16.
34
hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan tenaga kerja asing secara
selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.13
Oleh karena itu dalam upaya melindungi tenaga kerja lokal, pemerintah
membuat peraturan-peraturan dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, salah
satunya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing sebagai pengganti dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014
tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
sebagaimana tertera pada pasal 38 huruf a Perpres TKA tahun 2018.
Penerbitan Perpres TKA mengundang kontroversi di Masyarakat,
banyaknya tanggapan mengenai Perpres ini yaitu pihak pro dan kontra itu
sendiri. Adanya beberapa pasal dalam Perpres ini yang mengundang
kontroversi dalam masyarakat, yang diduga menampakkan adanya
disharmonisasi dengan norma hukum di atasnya, juga mengandung
konsekuensi merugikan hak-hak tenaga kerja lokal.14 Pasal yang dimaksud
tersebut, antara lain :
1. Pasal 9 yang berbunyi “Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 merupakan izin untuk memperkerjakan TKA”.
Dengan adanya Pasal 9 Perpres TKA berarti pengesahan RPTKA
merupakan izin memperkerjakan TKA. Adapun dalam UU Ketenagakerjaan,
izin mempekerjakan TKA dan RPTKA diatur dalam pasal yang berbeda.
Izin mempekerjakan TKA diatur dalam Pasal 42 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan, sedangkan RPTKA diatur dalam Pasal 43 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan, Artinya pengesahan RPTKA bukan merupakan izin untuk
memperkerjakan TKA. Dalam hal ini, substansi dalam Pasal 9 Perpres TKA
13 Tenaga Kerja Asing Di Indonesia: Kebijakan Dan Implementasi, Diakses Dari
Http://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Hukum-Bisnis/1427-Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-
Kebijakan-Dan-Implementasi.Html Pada Tanggal 10 Oktober 2019, Pukul 06:54 14 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
,Vol. 4 No. 1, April 2019. Hal: 4.
35
seharusnya bukan dalam bentuk Peraturan Presiden, namun harus
dituangkan dalam bentuk perubahan Pasal 42 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (1)
UU Ketenagakerjaan.15
2. Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi : “ Pemberi Kerja TKA tidak wajib memiliki
RPTKA untuk memperkerjakan TKA yang merupakan :
a. Pemegang saham yang menjabat sebagai anggota Direksi atau Anggota
Dewan Komisaris pada Pemberi kerja TKA.
b. Pegawai diplomatikdan konsuler pada kantor perwakilan negara asing;
atau
c. TKA pada jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh pemerintah”.
Pengecualian ini tidak sesuai Pasal 43 ayat (3) UU Ketenagakerjaan yang
mengatur pengecualian hanya bagi instansi pemerintah, badan-badan
internasional, dan perwakilan negara asing. Pasal 10 ayat (1) Perpres TKA
memperluas pengecualian dalam UU Ketenagakerjaan dan mengatur norma
baru yang belum diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Perpres TKA
seharusnya merupakan peraturan pelaksanaan dari UU Ketenagakerjaan dan
bukan membuat norma baru. Dalam hal ini, perluasan pengecualian tersebut
seharusnya diatur dalam bentuk perubahan UU Ketenagakerjaan, bukan
dalam Peraturan Presiden16.
Selanjutnya, dalam pasal 10 ayat (1) yang mencantumkan adanya ketidak
wajiban memiliki RPTKA untuk memperkerjakan TKA yang
dikualifikasikan tersebut, berdampak pada kepastian lama waktu bekerjanya
TKA di Indonesia, RPTKA memuat lamanya waktu Penggunaan TKA, jika
RPTKA tidak ada maka darimana masyarakat mengetahui Durasi TKA
tersebut berkerja untuk jabatan atau jenis pekerjaan tersebut. Pada ayat (1)
huruf C Oleh Indra Munaswar menunjukkan adanya Bias pengaturan, sebab
pasal ini tidak menjelaskan secara rinci definisi pekerjaan yang dibutuhkan
15 Monika Suhayati, Kontroversi Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing, Jurnal Hukum Vol. 10 No. 9, 2018. Hal: 4. 16 Putu Genta Prayoga Mahardika Dan I Made Sarjana, Kajian Izin Penggunaan Tenaga
Kerja Asing Dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018, Vol.9 No.9, 2019. Hal: 11.
36
pemerintah. Bahkan dalam Peraturan Presiden pengaturan mengenai jenis
pekerjaan yang dimaksudkan akan ditetapkan oleh Menteri, yaitu dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permen) atau Keputusan Menaker
(Kepmen)17.
3. Pasal 19 yang berbunyi “Pejabat imigrasi pada Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri memberikan Vitas Paling lama 2 (dua) hari sejak
Permohonan di terima secara lengkap”,
Dengan adanya percepatan proses dan permudahaan Pengurusan Vitas ini
maka akan membawa implikasi baik positif maupun negatif, dalam tataran
implikasi positif Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan
dengan permudahaan Visa maka akan mempercepat terjadinya proses
Transfer knowledge dan Teknologi antara Tenaga Kerja Asing dengan
Tenaga Kerja Lokal dan dari segi tataran implikasi negatifnya dengan
adanya kemudahan pengurusan Vitas ini akan mengakibatkan semakin
masifnya arus masuknya Tenaga Kerja Asing ke Indonesia.18
4. Pasal 26 ayat (1) yang berbunyi “Setiap pemberi Kerja TKA Wajib:
a. menunjuk tenaga kerja indonesia sebagai tenaga kerja pendamping.
b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja indonesia
sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA;dan
c. Memfasilitasi pendidikan dan Pelatihan Bahasa Indonesia Kepada
TKA”.
Rumusan pasal ini menimbulkan masalah sebab tujuan utama masuknya
Tenaga Kerja Asing ke Indonesia untuk transfer ilmu pengetahuan dan
Teknologi bisa terabaikan, Terabaikannya tujuan tersebut disebabkan
karena dalam pasal ini hanya menjelaskan kewajiban dari pemberi kerja
17 Pemerintah Siapkan Aturan Turunan Perpres Tenaga Kerja Asing,
https://biz.kompas.com/read/2018/04/18/161326328/pemerintahsiapkan-aturan-turunan-perpres-
tenaga-kerjaasing Diakses Tanggal 12 Oktober 2019 15.22 WIB. 18 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,
Hal: 5.
37
TKA tidak memberikan kewajiban kepada TKA untuk menyukseskan
terjadinya transfer skill kemampuan.19
Adapun pasal-pasal dalam Perpres TKA yang berdampak positif bagi TKL,
berikut:
1. Pasal 4 yang berbunyi : “ (1) Setiap Pemberi Kerja TKA wajib
mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia pada semua jenis
jabatan yang tersedia. (2) Dalam hal jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) belum dapat diduduki oleh tenaga kerja Indonesia, jabatan tersebut
dapat diduduki oleh TKA”.
Dalam mencegah hal-hal yang meminggirkan rakyat dan mengancam
keberadaan TKL, maka pemerintah membuat peraturan bagi seluruh
pemberi kerja TKA wajib mendahulukan/mengutamakan TKL yang
mengisi jabatan-jabatan dalam perusahan, kecuali jabatan yang belum bisa
diduduki oleh TKL.
2. Pasal 5 yang berbunyi : “(1) TKA dilarang menduduki jabatan yang
mengurusi personalia dan/atau jabatan tertentu. (2) Jabatan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. (3) Dalam
hal kementerian/lembaga mensyaratkan kualifikasi dan kompetensi, atau
melarang TKA untuk jabatan tertentu, menteri/kepala lembaga
menyampaikan syarat atau larangan dimaksud kepada Menteri untuk
ditetapkan”.
Ada beberapa jabatan yang tidak bisa diduduki oleh TKA ketika bekerja di
Indonesia. Aturan mengenai posisi kerja atau jabatan yang tidak boleh
diduduki oleh Tenaga Kerja Asing tertuang didalam Keputusan Menteri
Tenaga kerja. perusahaan dilarang merekrut TKA untuk ditempatkan
didalam posisi kerja sebagaimana tercantum pada pasal 5 Perpres TKA dan
19 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,
hal: 6.
38
Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Hal ini karena jabatan diatas
berhubungan langsung dengan pengelolaan sumber daya manusia,
pengembangan, keselamatan dan perekrutan personalia. Tentu saja semua
hal yang berkaitan dengan personalia harus dipegang oleh tenaga kerja lokal
yang memiliki kewarganergaraan Indonesia (WNI). Hal ini bertujuan agar
setiap keputusan yang diambil tidak akan berdampak buruk terlebih jika
berkaitan dengan personalia atau karyawan.20
3. Bab III yang membahas tentang Pelaksanaan Pelatihan dan Pendidikan,
dimana pasal 26 ayat (1) huruf a yang berbunyi “Setiap pemberi kerja TKA
wajib menunjuk TKI sebagai tenaga kerja pendamping” .
4. Pasal 27 yang berbunyi: “Penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai
Tenaga Kerja Pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
huruf a dilaksanakan untuk alih teknologi dan alih keahlian”.
5. Pasal 29 yang berbunyi: “Tenaga Kerja Pendamping yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan mendapat sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Ketiga pasal tersebut menegaskan bahwa strategi dan prinsip dasar
penggunaan TKA yaitu kebutuhan tenaga kerja ahli dan terampil. TKA yang
datang harus bermanfaat bagi TKL dalam hal alih teknologi dan alih keahlian
dari TKA kepada TKL,21 serta sertifikasi yang akan memberikan beberapa
manfaat bagi tenaga kerja, antara lain meningkatkan mobilitas, daya saing,
pengakuan kompetensi, prospek karier, rasa percaya diri, dan kebanggaan.
Sertifikasi berguna bagi pribadi, perusahaan, dan negara. Bagi sisi pribadi,
20 Nilo Catur, “Ini Jabatan Yang Tidak Boleh Diduduki Oleh TKA Di Indonesia”, Diakses
Dari Http://Www.Mpssoft.Co.Id/Blog/Hrd/Ini-Jabatan-Yang-Tidak-Boleh-Diduduki-Oleh-Tka-Di-
Indonesia/ Pada Tanggal 15 oktober 2019 Pukul 16.17 WIB. 21 Nina Juwitasari, Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga
Kerja Di Indonesia, Jurnal Diponegoro, Vol.5 No.2, 2016. Hal: 5.
39
seorang tenaga kerja yang sudah tersertifikasi akan lebih mudah untuk
berkarier.22
Dalam hal ini bagi TKL seharusnya mampu memanfaatkan kedatangan
TKA itu untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan
mengalihkan teknologi yang mereka kuasai, sehingga dalam jangka panjang
ketergantungan terhadap penggunaan TKA sedikit demi sedikit dapat dikurangi
dan akhirnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan tenaga kerja yang
berkualitas dari dalam negeri.23
C. Tantangan Banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) Di Indonesia
Pada tahun 1994 indonesia telah mengikat diri sebagai anggota World
Trade Organization, Dengan meratifikasi The Agreement Of World Trade
Organization Estabilishment, dan secara resmi menyatakan keterikatan tersebut
di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Sebagai konsekuensinya
Indonesia selaku anggota World Trade Organization (WTO) adalah bahwa
Indonesia harus membuka pasarnya terhadap perdagangan barang dan jasa dari
negara anggota WTO.24
Arus masuk TKA ke Indonesia tidak dapat dihindari hanya dengan
memperhatikan kepentingan pasar kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi)
serta kepentingan nasional (national interest), bahwa dalam pembangunan
nasional diperlukan modal/investasi, teknologi dan tenaga ahli asing, karena
pasar kerja dalam negeri belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga
ahli/skill baik secara kuantitas maupun kualitas.25
22 Azmi, Strategi Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Kearsipan Indonesia
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Diakses Dari
http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_peningkatan_daya_saing_ten
aga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.pdf Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB. 23 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU Press), 2010.
Hal: 103. 24 Frankiano B.Randang, kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi persaingan
dengan tenaga kerja asing, jurnal ilmiah hukum Vol, 5 No.1. 2011. Hal: 6. 25 Fitratunnisa, Dampak Tenaga Kerja Asing Terhadap Sosial Kemasyarakat Masyarakat
Kota Dumai, Jurnal FISIP Universitas Riau Vol. 4 No.1, 2016, Hal: 6.
40
Ketua Komite Tetap Kadin (kamar dagang dan industri) Bidang
Pemberdayaan Tenaga Kerja, Frans Go, menilai sektor tenaga kerja di
Indonesia menghadapi tiga permasalahan utama yang dapat mempengaruhi
daya saing tenaga kerja, yaitu:
1. Persoalan kesempatan kerja yang terbatas. Situasi ini, disebabkan
karena pertumbuhan ekonomi yang belum mampu menyerap angkatan
kerja yang masuk ke dalam pasar kerja dan jumlah penganggur riil.
2. Rendahnya kualitas angkatan kerja, terlihat dari perkiraan komposisi
angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan SD ke bawah yang
masih mencapai 52 juta orang atau 46,95 persen.
3. Tingginya tingkat pengangguran 26
Indonesia yang dikenal sebagai negara sedang berkembang, memerlukan
banyak sokongan dan bantuan dari negara-negara lain termasuk negara tetangga
yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain/luar, hal itu
semata karena Indonesia ingin mampu maju dan bersaing di era pasar bebas
internasional .27
Kehadiran TKA di Indonesia bisa menjadi peluang maupun ancaman.
Menjadi peluang jika TKA berhasil masuk ke dalam negeri dimana bisa menjadi
penggerak ekonomi, dan menjadi ancaman jika tenaga kerja dan produk-produk
dari negara lain berhasil masuk dan mendominasi di dalamnya. Jadi, simpulan
logisnya kita nyaris tidak ada pilihan lain untuk segera memperbaiki SDM lokal
demi memaksimalkan investasi dalam jangka panjang.28
26 Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya Perlindungan
Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Vol. 10 No. 2, 2016. Hal: 218. 27 Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya Perlindungan
Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal: 218. 28 Candra Fajri Ananda, SDM Tanggung Jawab Siapa?, Diakses Dari
Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul
20.04 WIB.
41
Disisi yang lain, The Human Capital Report 2016 yang dirilis World
Economic Forum (WEF) juga menunjukkan daya saing SDM Indonesia yang
begitu rendah karena berada pada urutan ke-72 dari 130 negara. Urutan ini
menempatkan Indonesia di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya
seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan bahkan kita kalah unggul
dari Sri Lanka yang telah menembus jajaran 50 besar. Jadi sudah banyak
indikator yang mengisyaratkan kita memiliki pekerjaan besar untuk segera
menemukan strategi yang dapat memobilisasi kapasitas SDM lokal.29
Tingkat pendidikan suatu negara dapat dilihat dan dijadikan indikator
tentang kualitas tenaga kerja negara tersebut. Indonesia masih rendah dalam hal
tingkat pendidikannya hal ini menyebabkan penguasaan serta penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi rendah jika dibandingkan dengan negara-
negara tetangga. Minimnya penguasaan serta penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini
akan berpengaruh terhadap daya saing produk dan jasa karena rendahnya
kualitas dan kuantitas hasil produksi.30
Indonesia masih memiliki masalah dalam ketimpangan kompetesi. Jika
dibandingkan secara kasar, pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) meliputi 45,13%
dari populasi, sedangkan tenaga kerja ditingkat Sarjana ke atas hanya 8,29%.
Ketimpangan kompetensi pekerja ini membuat tenaga kerja sangat rentan
dengan isu-isu dan membutuhkan proteksi dan memerlukan kesempatan kerja
yang lebih luas.31
29 Candra Fajri Ananda, SDM Tanggung Jawab Siapa?, Diakses Dari
Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul
20.04 WIB. 30 Jepi Adianto dan Muhammad Fedryansyah, Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Dalam
Menghadapi Asean Economy Community, Jurnal Pekerjaan Sosial Vol.1 No.2. Bandung:
Universitas Padjajaran. 2018. Hal: 79. 31 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi
Buruh Di Indonesia, Bandung: Universitas Pasundan, 2016. Hal: 3.
42
Jika masyarakat Indonesia tidak mengantisipasi hal tersebut dengan
profesionalisme, bukan tidak mungkin banyak pekerjaan di negeri ini akan
diambil alih tenaga kerja asing termasuk lapangan kerja. tenaga kerja lokal
membutuhkan suatu strategi yang tepat untuk menghadapi era perdagangan
bebas, sehingga banyaknya TKA bukan sebagai ancaman (threat) akan tetapi
lebih membuka peluang (opportunity) bagi tenaga kerja.32
32 Azmi, Strategi Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Kearsipan Indonesia
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Diakses Dari
http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_peningkatan_daya_saing_ten
aga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.pdf Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB..
43
BAB IV
UPAYA PEMERINTAH BAGI MELINDUNGI TENAGA KERJA LOKAL
A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada suatu bangsa memiliki
konstribusi terhadap kemajuan bangsa tersebut. Sebuah bangsa yang maju
ternyata adalah bangsa yang didukung oleh sumber daya yang berkualitas, dan
dapat melahirkan berbagai kreatifitas untuk mendukung pengembangan
bangsanya. Indikator dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dapat
dilihat dari rata-rata tingkat pendidikan anggota masyarakatnya dan juga
kualitas pendidikannya.1
Tingkat produktivitas merupakan indikator penting daya saing, daya saing
TKL relatif masih tertinggal dibandingkan dengan daya saing tenaga kerja di
negara-negara yang selama ini dianggap sebagai kompetitor, seperti Malaysia
dan Thailand, Brunei Darussalam, Philipina, bahkan dengan negara Vietnam
yang baru saja bangkit dari keterpurukannya .2
Dengan demikian, meskipun secara kuantitas Indonesia memiliki angkatan
kerja yang besar, tetapi rendahnya kualitas membuat angkatan kerja yang
berhasil memasuki pasar kerja belum benar-benar berperan secara optimal
dalam mendukung peningkatan daya saing perekonomian. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan lulusan SD masih mendominasi angkatan kerja di
Indonesia.
1 Yerma, Pengembangan SDM Dalam Menghadapi Globalisasi,
https://yermanetri.wordpress.com/2011/04/21/pengembangan-sdm-dalam-menghadapi-globalisasi-
2/ Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2019 Pukul 13.38 WIB. 2 Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui Peningkatan
Produktivitas, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 11 No. 2, 2016. Hal: 72.
44
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) .
Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang memberi
banyak manfaat terutama pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
mulai diberlakukan pada desember 2015, mengharuskan pemerintah Indonesia
lebih berkomitmen dan memiliki perencanaan serta langkah-langkah
implementasi yang jelas dan terstruktur untuk mendorong peningkatan daya
saing tenaga kerja.3
Sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi juga merupakan faktor
penentu reformasi ekonomi, dan memberikan pengaruh yang sangat baik
apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat yang baik akan berguna
bagi masyarakat dan negara itu sendiri. dalam konteks ini sejalan dengan teori
negara kesejahteraan (walfare state) yang dikemukakan Jeremy Bentham
bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin perlindungan dan
kesejahteraan masyarakatnya. Menurutnya, seluruh aksi-aksi pemerintah harus
3 Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui Peningkatan
Produktivitas. Hal: 72.
0% 10% 20% 30% 40% 50%
SD kebawah
SMP
SMA
SMK
Universitas
Pekerja Indonesia Berdasarkan Latar Belakang
Pendidikan (2017-2019)
2019 2018 2017
45
selalu diarahkan untuk mendorong agar setiap SDM dimanfaatkan secara
produktif untuk menggerakan roda perekonomian.4
SDM yang berkualitas hanya dapat dibentuk melalui pendidikan yang
berkualitas. Manusia yang memiliki kompetensi akan siap bersaing di era
globalisasi. Untuk itu, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
melalui pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah tidak dapat
mampu menjalankan tugas dan fungsinya membangun manusia berkualitas
sendiri, perlu peran serta masyarakat dalam mewujudkan SDM berkualitas.5
Direktur pengendalian penggunaan tenaga kerja asing, kementerian
ketenagakerjaan Wisnu Pramono, mengatakan ada tiga cara meningkatkan
kualitas SDM agar berkualitas dan bersaing. Antara lain jalur Pendidikan
pelatihan dan pelatihan kerja, dan pengembangan karier di tempat kerja.6
Menteri ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan pemerintah telah
melakukan upaya dalam menghadapi tenaga kerja asing dengan menetapkan 85
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta akreditasi 725
balai latihan kerja dan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS), pemerintah
juga bekerja sama dengan seluruh stakeholder (kementerian/Lembaga, Kadin,
Apindo dan asosiasi profesi) sebagai percepatan peningkatan kompetensi dan
daya saing tenaga kerja untuk mempercepat pengembangan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKNNI) dan percepatan Penerapan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).7
4 Oman Sukmana, Konsep Dan Design Negara Kesejahteraan (Walfare State), Jurnal
Social Politik, Vol.2 No.1, 2016. Hal: 105. 5 Rudihartono Ismail dan Helmawati, Meningkatkan SDM Berkualitas Melalui Pendidikan
Menyiapkan SDM Papua Yang Berdaya Saing, (Bandung: Alfabeta), 2018. Hal: 16. 6 Akfa Nasrulhaq, Kemnaker Beberkan Tiga Strategi Tingkatkan Kualitas SDM, Diakses
Dari Https://News.Detik.Com/Berita/D-4448778/Kemnaker-Beberkan-Tiga-Strategi-Tingkatkan-
Kualitas-Sdm Pada Tanggal 20 November 2019 Pukul 22.49 WIB. 7 Pusat Humas Kemnaker, Upaya Pemerintah Persiapkan Pekerja Jelang MEA, Diakses
Dari Https://Www.Tribunnews.Com/Tribunners/2016/01/04/Upaya-Pemerintah-Persiapkan-
Pekerja-Jelan-Mea Pada Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.30 WIB.
46
Disamping itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian
perindustrian juga telah menggagas kerjasama yang melibatkan 1.245 SMK dan
415 industri untuk menyelaraskan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan
industri. Melalui kerjasama ini, perusahaan yang terlibat dapat memberikan
pembinaan dan bantuan peralatan untuk praktek kepada SMK yang menjadi
mitranya.8 Pemerintah juga telah menggalakkan program wajib belajar selama
9 tahun, yaitu setingkat dengan sekolah menengah pertama, serta memberi
insentif dalam bentuk beasiswa di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.9
Dalam hal pendanaan peningkatan kualitas SDM melalui jalur Pendidikan,
pemerintah membentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Hal ini
dilatarbelakangi adanya amanah UUD 1945 mengamanahkan bahwa sekurang-
kurangnya 20% Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) digunakan
untuk fungsi pendidikan. Melalui Undang-undang Nomor 2 tahun 2010 tentang
APBN-P 2010, pemerintah dan DPR sepakat bahwa sebagian dari dana fungsi
pendidikan dijadikan sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang
dikelola dengan mekanisme pengelolaan dana abadi (endowment fund) oleh
sebuah Badan Layanan Umum (BLU).10
Selain itu, pada tahun 2015 tiap tenaga kerja diharapkan sudah memiliki
sertifikat profesi sebagai modal penting, juga sebagai bukti dan pengakuan
kompetensi yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI), dengan begitu, mereka tidak kalah dalam persaingan dengan tenaga
kerja asing yang sudah memiliki sertifikat. Selain itu sertifikasi juga berguna
bagi pribadi, perusahaan dan negara. Bagi perusahaan, dengan adanya
sertifikasi pekerja, mereka akan lebih mudah untuk merekrut karyawan yang
8 Awhan Putri, Peningkatan Kualitas SDM Menghadapi Tantangan Global, diakses dari
Https://Www.Dev-Cafe.Org/Peningkatan-Kualitas-Sdm-Menghadapi-Tantangan-Global/ Pada
Tanggal 19 November 2019 Pukul 14.57 WIB. 9 Sintaningrum Dan Liiklai Felfina, Kebijakan Proteksi Tenaga Kerja Indonesia Dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, Jurnal Fisip Universitas Padjajaran Vol.15 No.1. 2017.
Hal: 93. 10 Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono, Pelatihan Dan Pengembangan Sdm Sebagai
Salah Satu Upaya Menjawab Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains dan Profesi. 2018. Hal: 186.
47
sesuai kriteria. Sedangkan bagi negara, terjaminnya sertifikasi akan berdampak
pada kemajuan ekonomi.11
Pada awal tahun 2000 menteri tenaga kerja bekerja sama dengan menteri
pendidikan nasional dan ketua umum Kadin Indonesia membentuk lembaga
independen, yaitu Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang bertanggung
jawab kepada presiden yang memiliki kewenangan sebagai otoritas sertifikasi
personil dan bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga
kerja. Pembentukan BNSP merupakan bagian integral dari pengembangan
paradigma baru dalam sistem penyiapan tenaga kerja yang berkualitas.12
Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga berperan dalam
meningkatkan kualitas SDM, salah satunya membuat strategi pembangunan
dalam mencapai visi Indonesia kedepan,13 dalam mencapai visi tersebut, berikut
target dan strategi yang dirancang Bappenas, antara lain:
No Target Pembangunan SDM Strategi Pembangunan SDM
1. Membentuk sumber daya
manusia yang sehat
a. Perluasan jaminan kesehatan.
b. Penguatan gerakan masyarakat
hidup sehat
c. Pencegahan dan pengendalian
penyakit
d. Pelayanan berkualitas dan inovatif.
2. Pemrataan Pendidikan yang
berkualitas
a. Pengembangan anak usia dini
b. Percepatan wajib belajar 12 tahun.
c. Pemenuhan sarana prasarana
Pendidikan yang berkualitas.
11 Ridwan Iskandar dan Budi Setiawan, Sertifikasi Kompetensi Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata Dalam Menyambut MEA,Vol. 2
No 2, 2015. Hal: 239. 12 Diakses Dari https://bnsp.go.id/informasi/93/Sejarah-BNSP Pada Tanggal 21 November
2019 Pukul 17.00 WIB. 13 Diakses Dari Https://Lpmpkaltara.Kemdikbud.Go.Id/Wp
Content/Uploads/2019/02/Bappenas.Pdf Pada Tanggal 21 November 2019 Pukul 17.26 WIB.
48
d. Profesionalisme, kualitas,
pengelolaan, dan penempatan guru.
e. Pembelajaran keterampilan abad-
21
3. Perlibatan industri dalam
pengembangan vokasi
a. Pendidikan kewirausahaan.
b. Pendidikan dan pelatihan vokasi
sistem ganda.
c. Guru dan instruksi vokasi yang
kompeten
d. Lulusan vokasi yang kompeten dan
tersertifikasi
4. Peningkatan relevansi dan
daya saing Pendidikan tinggi
a. Kerja sama perguruan tinggi
dengan industri dan pemerintah.
b. Perguruan tinggi sebagau
pengembangan iptek dan pusat
unggulan.
c. Pemanfaat teknologi untuk inovasi
pembelajaran.
d. Peningkatan kualitas lulusan
perguruan tinggi..
5. Penguasaan adopsi teknologi
dan menciptakan inovasi
a. Penguasaan teknologi
b. Penciptaan ekosistem inovasi.
c. Peningkatan produktivitas SDM
iptek.
6. Membangun manusia
Indonesia berkarakter
a. Pengembangan budaya literasi.
b. Pendidikan agama, karakter dan
budi pekerti.
c. Pengembangan budaya dan prestasi
olah raga.
49
d. Pendidikan kewarganegaraan dan
bela negara.
Pun dalam hal penggunaan TKA yang bertujuan untuk alih
keahlian/tekonologi juga sebagai salah satu usaha pemerintah untuk
meningkatkan kualitas SDM, pemerintah telah mengaturnya pada pasal 26-29
Perpres TKA 2018, yang mengatur tentang pelaksanaan Pendidikan dan
pelatihan. Pada pasal 26 yang berbunyi : “ setiap pemberi kerja TKA wajib:
a. Menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga kerja pendamping.
b. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia
sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA, dan
c. Memfasilitasi Pendidikan dan pelatihan Bahasa Indonesia kepada
TKA.”
Selanjutnya pada pasal 29 Perpres TKA 2018 disebutkan bahwa “Tenaga
kerja pendamping yang mengikuti pendidikan dan pelatihan mendapat sertifikat
pelatihan dan/ atau sertifikat kompetensi sesuai dengan perundang-undangan”.
Maka dari itu TKA yang didatangkan oleh perusahaan pemerintah/swasta
hendaknya yang benar-benar terampil sehingga dapat membantu proses
pembangunan ekonomi di Indonesia. Dimana diharapkan dalam jangka waktu
tertentu tersebut, alih teknologi khususnya transfer of knowledge telah dikuasai
atau sekurang-kurangnya dipahami dengan baik oleh tenaga kerja dalam negeri.
Untuk itu proses alih teknologinya kepada tenaga kerja lokal harus
mendapatkan pengawasan yang ketat oleh pengawas ketenagakerjaan pada
kementerian dan dinas provinsi serta memberikan sertifikasi kepada tenaga
kerja pendamping.
50
B. Dukungan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mengakui daya saing tenaga kerja Indonesia masih kurang
dalam segi kualitas dan kuantitasnya dibanding negara-negara lain. Namun,
pemerintah menyatakan untuk tetap menyepakati pasar bebas. Apabila kita
kembali melihat keadaan ketenagakerjaan di Indonesia ditandai oleh beberapa
masalah pokok, antara lain:
1. Kesempatan kerja yang terbatas.
2. Rendahnya kualitas Angkatan kerja.
3. Masih tingginya tingkat pengangguran.14
Kondisi ini mengharuskan Indonesia untuk mencari terobosan dan
pemecahan. Sebagai negara hukum (rechtstaat) tentunya yang menjadi salah
satu kewajiban bagi negara Indonesia untuk memberikan kepastian hukum,
yaitu bentuk-bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja lokal tanpa harus
melanggar kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dalam dengan negara lain.15
Hal ini karena posisi tawar pekerja Indonesia baik yang di dalam negeri maupun
di luar negeri sangat juga ditentukan oleh dukungan politik dan hukum dari
Pemerintah Indonesia.16
Peran pemerintah merupakan hal yang mutlak dalam membangun
kesejahteraan negara, menurut teori negara kesejahteraan (walfare state) dimana
pemerintah memegang peranan penting dalam melindungi dan menjamin
kesejahteraan rakyatnya melalui kebijakan yang mengakomodasi kepentingan
rakyat demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang dicita-citakan. Sebagaimana
yang telah diamanatkan oleh negara pada pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yang berbunyi “Pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh
14 Sunarso Dan Puji Lestari, Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Dalam PJPT II Sebagai
Strategi Untuk Memperkokoh Ketahanan Nasional, Jurnal Pendidikan No.1, 1995. Hal: 151. 15 Anis Tiana Pottag, Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang Bekerja Di
Indonesia, Jurnal Politik Hukum Vol. 1 No. 2, 2018. Hal: 239 16 Muhammad Fadli, Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam Menghadap
Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jurnal Rechtvinding Vol.3 No.4, 2014, Hal : 284.
51
tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa”.17
Berdasarkan hasil telusur kebijakan, berikut adalah peraturan perundangan
yang telah dikeluarkan Pemerintah dalam membuat payung hukum untuk
melindungi TKI dalam menghadapi derasnya TKA yang bekerja di indonesia,
No Kebijakan Keterangan
1. Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
Terdiri dari 193 pasal: pasal 42-49
mengenai penggunaan Tenaga Kerja
Asing dan pasal 67-101 tentang
Perlindungan, Pengupahan, dan
Kesejahteraan. Pasal 185 tentang
sanksi bagi pemberi kerja TKA yang
melanggar.
2. Peraturan Presiden Nomor 20
Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja
Asing.
Terdiri dari 38 pasal, ruang lingkung
pengaturan dalam Peraturan Presiden
ini adalah Tata Cara Penggunaan dan
Pengesahan Rencana penggunaan
TKA, Persyaratan TKA yang ingin
bekerja di indonesia, pelatihan dan
pendidikan, pelaporan, pengawasan,
sanksi, pembayaran dana kompensasi
penggunaan TKA, dan Ketentuan
Penutup.
Peraturan ini merupakan petunjuk
teknis penggunaan TKA sehingga lebih
bersifat prosedural.
17 Eddy Kiswanto, Negara Kesejahteraan (Walfare State): Mengembalikan Peran Negara
Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Di Indonesia. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi
Politik Vol.9 No.2, 2005. Hal: 97.
52
3. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 10
Tahun 2018 Tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga
Kerja Asing
Terdiri dari 43 pasal, yang merupakan
penegasan kembali serta rincian syarat
dan peraturan yang telah diatur
sebelumnya oleh peraturan diatasnya
seperti Undang-Undang
Ketenagakerjaan tahun 2013 serta
Perpres TKA 2018.
4. Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Dan
Transmigrasi Nomor 40
Tahun 2012 Tentang Jabatan
Tertentu Yang Dilarang
Diduduki Oleh Tenaga Kerja
Asing
Dalam keputusan Menteri ini terdapat
19 jabatan yang tidak boleh diduduki
TKA. Dikarenakan jabatan tersebut
berhubungan langsung dengan
kepegawaian.
Disamping itu, saat ini kementerian ketenagakerjaan tengah menyusun
Rencana Strategis (Renstra) ketenagakerjaan tahun 2020-2024 sebagai upaya
peningkatan kesiapan sumber daya manusia Indonesia. Dalam paparannya,
Sekretaris Jenderal (Sekjen) kemnaker Khairul Anwar menyebut delapan arah
kebijakan renstra kemnaker pada tahun 2020-2024. Rinciannya sebagai berikut:
1. Mengembangkan pasar tenaga kerja terbuka bagi sektor-sektor
pekerjaan yang bernilai tambah tinggi.
2. Meningkatkan kualitas Pendidikan dan pelatihan yang adptif terhadap
teknologi, khususnya bagi milenial (Pendidikan vokasi) dan soft skills.
3. Pengembangan pusat-pusat pelatihan ketenagakerjaan (Lembaga
kursus/komunitas) bagi kelompok berpendidikan rendah.
4. Mengembangkan informasi pasar kerja yang terbuka serta menjangkau
seluruh daerah serta potensi “demand” tenaga kerja.
53
5. Menguatkan relevensi dunia Pendidikan dan dunia kerja baik dari
kurikulum, pendidik, sarana dan prasarana, metode pembelajaran,
hingga sertifikasi keahlian (SKKNI).
6. Meningkatkan kualitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada bidang
dan keahlian tertentu serta pengembangan pasar baru PMI di luar negeri.
7. Peningkatan kuantitas dan kualitas hubungan industrial untuk
menciptakan iklim ketenagakerjaan yang baik.
8. Peningkatan kapasitas pengawasan ketenagakerjaan untuk iklim
ketenagakerjaan yang baik.18
Penyusunan renstra ini diharapkan dapat memetakan apa saja yang
dilakukan pemerintah khususnya kemnaker dan sesuai target yang sudah
disepakati untuk menjadi indikator kinerja pemerintah kedepan.
C. Pengendalian Laju Tenaga Kerja Asing (TKA)
Hadirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) di negara Indonesia akan berdampak
bagi ekonomi negara sebagai investasi jangka panjang dalam hal pembangunan
nasional. Permasalahan yang timbul adalah bahwa jumlah TKA yang bekerja di
Indonesia semakin meningkat dan dikhawatirkan berdampak pada kesempatan
kerja bagi tenaga kerja lokal. Terlebih kualitas SDM dan ketenagakerjaan di
Indonesia yang masih berada diperingkat bawah.
Indonesia perlu melakukan upaya untuk menata tenaga kerja lokal.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan diantaranya adalah pengembangan standar
kompetensi kerja, pengembangan pendidikan dan pelatihan berbasis
kompetensi, serta harmonisasi regulasi antar instansi. Terkait harmonisasi
regulasi antar instansi, langkah ini memegang peranan yang penting.
Untuk dapat mengendalikan jumlah TKA di Indonesia maka pemerintah
harus membatasi penggunaan TKA dan melakukan pengawasan. Pembatasan
18 Kemnaker Beberkan 8 Rencana Strategis Ketenagakerjaan, Diakses Dari
Https://Money.Kompas.Com/Read/2019/04/09/185936726/Kemnaker-Beberkan-8-Rencana-
Strategis-Ketenagakerjaan-2020-2024 Pada Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.56.
54
TKA sangat diperlukan sebagai penjamin atas kesempatan kerja yang layak di
indonesia bagi TKL. Sesuai penetapan pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang
berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”.
Hal ini merupakan implementasi dari pemenuhan hak asasi manusia
termasuk dalam hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan hak
individu dalam pemenuhan kebutuhan hidup, yang meliputi hak atas pekerjaan,
hak asasi untuk bekerja secara bebas di negaranya sendiri.19
Dalam hal pengendalian TKA, pemerintah telah mengatur secara tegas
tentang penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia untuk mencegah terjadinya
penggunaan TKA yang berlebihan. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan,
salah satunya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Asing sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Secara prinsip pemerintah mengendalikan masuknya TKA melalui
berbagai persyaratan yang telah diatur dalam regulasi, kemudian melakukan
pengawasan dan penegakan hukum. Salah satunya adalah mewajibkan kepada
seluruh perusahaan memiliki Rencana Penggunaan Tenaga kerja Asing
(RPTKA) yang disahkan pejabat yang berwenang sebagaimana yang telah
diatur pada pasal 7 ayat (1) Perpres TKA 2018 yang menyebutkan : “ Setiap
pemberi kerja TKA yang menggunakan TKA harus memiliki RPTKA yang
disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk ”, dilanjutkan dengan pasal 7
ayat (2) Perpres TKA 2018 yang berbunyi “ RPTKA sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. Alasan penggunaan TKA.
b. Jabatan dan atau kedudukan TKA dalam struktur organisasi perusahaan
yang bersangkutan.
19 Ario Adrianto, Skripsi: Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem
Ketenagakerjaan Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Makassar: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2017. Hal: 69.
55
c. Jangka waktu penggunaan TKA, dan
d. Penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA yang
dipekerjakan.”
Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja mengajukan
permohonan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk, sebagaimana yang
dimuat pada pasal 7 ayat (4) Perpres TKA 2018 yang menyebutkan: “
permohonan pengesahan RPTKA yang dimaksud pada ayat (3) Perpres TKA
2018 disampaikan oleh pemberi kerja TKA dengan melampirkan :
a. Surat izin usaha dari instansi yang berwenang.
b. Akta dan keputusan pengesahan pendirian dan atau perubahan dari
instansi yang berwenang.
c. Bagan struktur organisasi perusahaan
d. Surat pernyataan untuk penunjukan tenaga kerja pendamping dan
pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan kerja.
e. Surat pernyataan untuk melaksanakan Pendidikan dan pelatihan kerja
bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang
diduduki oleh TKA.”
Selain itu perlunya RPTKA dimaksudkan agar penggunaan TKA
dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja lokal
dan juga pengawasan bagi TKA.20 Pengendalian laju tenaga kerja asing melalui
RPTKA merupakan langkah pemerintah untuk melindungi TKL Indonesia,
dalam konteks ini maka sesuai dengan teori perlindungan hukum yang
dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo ialah perlindungan yang diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.21
Berdasarkan perpres TKA 2018 ini, setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan TKA wajib mengutamakan tenaga kerja lokal pada semua jenis
20 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Khairul Anwar Sekretaris Jendral Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada 14 November 2019 21 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Karya Bakti), 2000. Hal: 53.
56
jabatan yang tersedia dan memperhatikan jabatan-jabatan yang dilarang
diduduki oleh TKA, oleh karenanya pemerintah mempertegas pada pasal 4
Perpres TKA 2018 yang mengharuskan kepada seluruh pemberi kerja untuk
mengutamakan TKL pada semua jenis jabatan yang tersedia kecuali jabatan
tersebut tidak dapat diduduki oleh TKL. Adapun jabatan yang tidak boleh
diduduki oleh TKA yang disebutkan di pasal 5 ayat (1) Perpres TKA 2018 yaitu
“ TKA dilarang untuk menduduki jabatan yang mengurusi personalia, atau
jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri ”, Aturan mengenai posisi kerja
atau jabatan yang tidak boleh diduduki oleh Tenaga Kerja Asing tertuang
didalam Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor 40 Tahun 2012 Tentang
Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing.
Didalam aturan tersebut, tertulis jabatan apa saja yang tidak boleh diduduki oleh
TKA yang bekerja di Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut berikut adalah
jabatan yang tidak boleh dipegang oleh TKA:
1. Direktur Personalia (Personnel Director).
2. Manajer Hubungan Industrial (Industrial Relation Manager).
3. Manajer Personalia (Human Resource Manager).
4. Supervisor Pengembangan Personalia (Personnel Development
Supervisor).
5. Supervisor Perekrutan Personalia (Personnel Recruitment Supervisor).
6. Supervisor Penempatan Personalia (Personnel Placement Supervisor).
7. Supervisor Pembinaan Karir Pegawai (Employee Career Development
Supervisor).
8. Penata Usaha Personalia (Personnel Declare Administrator).
9. Kepala Eksekutif Kantor (Chief Executive Officer).
10. Ahli Pengembangan Personalia dan Karir (Personnel and Careers
Specialist).
11. Spesialis Personalia (Personnel Specialist).
12. Penasehat Karir (Career Advisor).
57
13. Penasehat tenaga Kerja (Job Advisor).
14. Pembimbing dan Konseling Jabatan (Job Advisor and Counseling).
15. Perantara Tenaga Kerja (Employee Mediator).
16. Pengadministrasi Pelatihan Pegawai (Job Training Administrator).
17. Pewawancara Pegawai (Job Interviewer).
18. Analisis jabatan (Job Analyst).
19. Penyelenggaraan penempatan kerja (Occupational Safety Specialist ).
Perusahaan dilarang merekrut TKA untuk ditempatkan didalam posisi kerja
sebagaimana tercantum diatas. Hal ini karena jabatan diatas berhubungan
langsung dengan pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan,
keselamatan dan perekrutan personalia. Tentu saja semua hal yang berkaitan
dengan personalia harus dipegang oleh tenaga kerja lokal yang memiliki
kewarganergaraan Indonesia (WNI).
Hal ini bertujuan agar setiap keputusan yang diambil tidak akan berdampak
buruk terlebih jika berkaitan dengan personalia atau karyawan. Sebagaimana
dalam teori perlindungan hukum dan hak asasi manusia , yaitu perlindungan
bagi tenaga kerja lokal yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak asasi dasar
pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar
apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha.
Pemberi kerja juga dilarang untuk mempekerjakan TKA yang
berpendidikan rendah/ sebagai buruh kasar. Pada pasal 5 ayat (3) Perpres TKA
2018 tentang syarat kualifikasi dan kompetensi TKA, syarat tersebut
disampaikan pada pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018, yaitu :
1. Memiliki Pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki
oleh TKA.
2. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja paling
sedikit 5 (lima) tahun yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang akan
diduduki TKA.
58
3. Mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja pendamping.
Pada pasal 30 Perpres TKA 2018 ini juga mewajibkan pemberi kerja TKA
untuk melapor pelaksanaan penggunaan TKA setiap 1 (satu) kepada Menteri,
yang meliputi :
a. Pelaksaan penggunaan TKA, dan
b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping.
Dilanjutkan pada pasal 31 Perpres TKA 2018 yang berbunyi “ Menteri atau
pejabat yang ditunjuk harus menyampaikan data yang dipekerjakan oleh
pemberi kerja TKA kepada unit kerja pemerintahan provinsi/kabupaten/kota
yang membidangi ketenagakerjaan sesuai dengan lokasi kerja TKA.”
Kemudian secara khusus pengawasan TKA yang tertera pada pasal 33
Perpres TKA 2018, yaitu pengawasan terhadap TKA dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan pada kementerian dan dinas provinsi yang membidangi urusan
di bidang ketenagakerjaan dan pegawai imigrasi yang bertugas pada bidang
pengawasan dan penindakan keimigrasian, secara terkoordinir sesuai dengan
lingkup tugas dan kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
Mengenai sanksi bagi pemberi kerja yang melanggar, telah diatur khusus
pada pasal 34 Perpres TKA 2018 yang berbunyi :
(1) Pemberi kerja TKA yang melanggar ketentuan penggunaan TKA,
pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping, dan
pelaporan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
(2) Pemberi kerja TKA yang memberikan keterangan tidak benar dalam
pernyataan penjaminan atau tidak memenuhi jaminan yang
diberikannya dan TKA yang melanggar ketentuan izin tinggal
keimigrasian dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang keimigrasian.
59
Sanksi yang dijatuhkan kepada pemberi kerja TKA yang tidak sesuai
dengan peranturan Perundang-undangan tertuang pada pasal 185 Undang-
Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003, yaitu:
a. Bagi pemberi kerja yang tidak memiliki izin kerja dikenakan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400
juta.
b. Jika jabatan tidak sesuai kompetensi dan/atau tidak menunjuk TKI
Pendamping, akan dikenakan sanksi berupa kurungan selama 1 s.d. 12
bulan dan denda sebesar Rp 10 juta s.d. Rp 100 juta.
c. Jika pemberi kerja TKA tidak melakukan pembayaran Dana
Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (DKPTKA) dan/atau
memulangkan TKA setelah masa perjanjian kerja selesai, maka
dikenakan sanksi administrasi yang salah satunya berupa Pencabutan
IMTA.
Terhadap setiap pengajuan RPTKA di Indonesia harus dibatasi baik dalam
jumlah maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing.
Serta pengawasan yang ketat yang dilakukan oleh dinas ketenagakerjaan. Hal
ini bertujuan agar kehadiran TKA di Indonesia bukanlah sebagai ancaman yang
cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai
pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan selalu
menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antar sesama tenaga
kerja lokal maupun tenaga kerja asing.
Peran negara dan pemerintah bukan hanya cukup dengan membuat
peraturan perundang-undangan saja, tetapi lebih dari itu adalah melaksanakan
peraturan yang telah dibuat diwujudkan menjadi kenyataan. Hal ini merupakan
tuntutan, karena Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau
negara kesejahteraan atau negara kemakmuran (welfare state) yang menjamin
terselenggaranya kesejahteraan negara dan keadilan kepada warganya yang
tercipta karena atas berkat rahmat serta ridha Allah Yang Maha Kuasa dan
60
dengan didorong oleh keinginan luhur bangsa untuk berkehidupan, kebangsaan
yang bebas, merdeka berdasarkan suatu ketertiban menuju kesejahteraan.22
Ketentuan tersebut merupakan landasan bagi arah politik pembangunan
hukum nasional dalam rangka melindungi segenap bangsa sebagai asas tentang
persatuan seluruh bangsa Indonesia dan asas perlindungan hukum, tanpa
kecuali. Artinya negara turut campur dan bertanggung jawab dalam upaya
mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai perwujudan perlindungan
hukum.23
Kehadiran tenaga kerja asing juga dapat dikatakan sebagai salah satu
pembawa devisa bagi negara dimana adanya pembayaran kompensasi atas
setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan yang tertuang pada pasal 24 Perpres
TKA 2018, pembayaran dana kompensasi penggunaan tenaga kerja asing
merupakan penerimaan negara bukan pajak, pembayaran kompensasi dilakukan
setiap tahun sesuai jangka waktu TKA bekerja di Indonesia dan dikecualikan
pada pemberi kerja.
22 Moh. Busyro Muqoddas, Politik Pembangunan Hukum Nasional, (Yogyakarta: UII
Press), 1992. Hal: 4. 23 Ujang Charda S, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Anak
Yang Bekerja Di Luar Hubungan Kerja Pada Bentuk Pekerjaan Terburuk. Jurnal Syi’ar Hukum
Vol . XII . No. 2. 2010. Hal: 130.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab terdahulu maka, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam hal perlindungan tenaga kerja lokal, pemerintah
melakukan pengendalian laju masuknya TKA di Indonesia, yaitu
dengan menerbitkan beberapa peraturan, salah satunya Peraturan
Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing. TKA yang akan bekerja di Indonesia dikendalikan
melalui perizinan (RPTKA) yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang. Penggunaan TKA hanya dibuka untuk jabatan
professional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, selain itu dalam perpres tka 2018 ini juga mengatur
bahwa pemberi kerja harus mengutamakan TKL disetiap jabatan
yang ada kecuali jabatan tersebut tidak bisa diisi oleh TKL. TKA
juga tidak dapat menduduki jabatan-jabatan yang dilarang
diduduki oleh TKA yang secara rinci disebutkan dalam Keputusan
Menteri Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun
2012 Tentang Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh
Tenaga Kerja Asing. Pemerintah juga melakukan pengawasan dan
pemberian sanksi bagi para pemberi kerja yang melanggar sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Membatasi penggunaan
TKA dan melakukan pengawasan diperlukan untuk
meminimalisir agar TKA tidak menjadi ancaman bagi TKL dan
mengambil alih semua pekerjaan yang ada. TKA yang masuk ke
Indonesia seharusnya dijadikan peluang untuk memajukan
perekonomian negara Indonesia.
2. Dalam hal peningkatan kualitas SDM dan daya saing tenaga kerja
untuk memasuki pasar kerja global, dilakukan melalui sejumlah
strategi, yaitu menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional
62
Indonesia (SKKNI), sertifikasi kompetensi, pengembangan
program kerja sama, dan perbaikan kualitas pendidikan.
B. Rekomendasi
1. Bagi pemerintah, harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang masuknya tenaga kerja asing dan cara menghadapinya,
serta sosialisasi tentang program-program yang dibuat pemerintah
untuk meningkatkan kualitas SDM. Pemerintah juga harus
konsisten dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum
untuk mencegah adanya pelanggaran.
2. Bagi tenaga kerja lokal, untuk terus mengasah kemampuan/ skill,
melatih kemampuan dalam bidang iptek, dan update dengan
kondisi pasar tenaga kerja dalam negeri.
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika). 2009.
Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti). 2009.
Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU
Press), 2010.
Budiono Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada). 1995.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), 2008.
C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia,
Jakarta : HIPSMI. 2006.
Hermawan Wasito, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama), 1992.
Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika), 2009.
Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Mahkamah
Konstitusi), 2010
Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya), 1994.
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan
Aplikasinya, (Bogor: Ghalia), 2002.
Moh. Busyro Muqoddas, Politik Pembangunan Hukum Nasional,
(Yogyakarta: UII Press), 1992.
Mukti Fajar Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &
Normatif, (Jakarta: Pustaka Pelajar). 2010.
64
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2014.
Murti Sumarni & John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty). 2014.
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, (Jakarta: Fakultas
Syariah Dan Hukum Uin Syarifhidayatullah Jakarta). 2017.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia, (Surabaya:
Bina Ilmu), 1987.
Rozali Abdullah, Perkembangan Ham dan Keberadaan Peradilan HAM di
Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2002
Rudihartono Ismail dan Helmawati, Meningkatkan SDM Berkualitas Melalui
Pendidikan Menyiapkan SDM Papua Yang Berdaya Saing, (Bandung:
Alfabeta), 2018.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000.
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada), 2008.
Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya
Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2009.
Sri Herianingrum Tika Widiastuti, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep
dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada).
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, (Medan: Medan Area
University Press), 2012.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet.1,(Jakarta: Balai Pustaka),
1991 .
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, (Jakarta Prenada Media), 2003.
65
Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan.
(Jakarta:LP3ES). 2006.
Jurnal
Anis Tiana Pottag, Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang
Bekerja Di Indonesia, Jurnal Politik Hukum Vol. 1 No. 2, 2018.
Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya
Perlindungan Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN, Jurnal Bisnis Dan Manajemen Vol. 10 No. 2, 2016.
Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono, Yuyun Hidayat, Pelatihan Dan
Pengembangan SDM Sebagai Salah Satu Upaya Menjawab
Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains Dan Teknologi Vol. 2, No. 2,
2018.
Eddy Kiswanto, Negara Kesejahteraan (Walfare State): Mengembalikan
Peran Negara Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Di
Indonesia. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Politik Vol.9 No.2,
2005.
Fitratunnisa, Dampak Tenaga Kerja Asing Terhadap Sosial Kemasyarakat
Masyarakat Kota Dumai, Jurnal FISIP Universitas Riau Vol. 4 No.1,
2016.
I Wayan Gede Wiryawan. Perlindungan Hak Konstitusional Pekerja Dalam
Sistem Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum
Kertha Wicaksana. Vol. 19 No. 2 .2013.
Jepi Adianto dan Muhammad Fedryansyah, Peningkatan Kualitas Tenaga
Kerja Dalam Menghadapi Asean Economy Community, Jurnal
Pekerjaan Sosial Vol.1 No.2. Bandung: Universitas Padjajaran. 2018.
Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan
Pembangunan, jurnal hukum Vol.2 No.1 , 2018.
66
Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui
Peningkatan Produktivitas, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 11
No. 2, 2016.
Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum
Ketenagakerjaan Di Indonesia, Jurnal Selat Vol.5 No.1. 2017.
Monika Suhayati, Kontroversi Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Hukum Vol. 10 No. 9, 2018.
Muhammad Fadli, Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam
Menghadap Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jurnal Rechtvinding
Vol.3 No.4, 2014.
Muhdar HM, Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di
Indonesia: Masalah dan Solusi, Jurnal IAIN Gorontalo Vol. 11 No.1,
2015.
Nasri Bachtiar dan Rahmi Fahmi, Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan
Literatur. Jurnal kependudukan Indonesia. Vol.1 No.1. Tahun 2011.
Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan, Implikasi Yuridis Keberadaan
Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal
Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016.
Oman Sukmana, Konsep Dan Desain Negar Kesejahteraan (Walfare State),
Jurnal Social Politik, Vol.2 No.1,2016.
Putu Genta Prayoga Mahardika Dan I Made Sarjana, Kajian Izin Penggunaan
Tenaga Kerja Asing Dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2018, Vol.9 No.9, 2019
Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam
Menghadapi Persaingan Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah
Hukum Vol. 5 No. 1, 2011.
67
Ridwan Iskandar dan Budi Setiawan, Sertifikasi Kompetensi Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Bagi Lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata
Dalam Menyambut MEA,Vol. 2 No 2, 2015.
Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Kepastian
Hukum Pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.
Jurnal Hokum Vol.5 No.3. 2018.
Riska Franita, Analisa Pengangguran Di Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial Vol.1, 2016.
Sintaningrum Dan Liiklai Felfina, Kebijakan Proteksi Tenaga Kerja
Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, Jurnal
Fisip Universitas Padjajaran Vol.15 No.1. 2017.
Suhandi, Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam
Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia, vol.XXI
No.2, 2016.
Sunartono. Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia. Jurnal
Sains Dan Teknologi Indonesia, 2008.
Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka
Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ,Vol. 4 No.
1, April 2019.
Sunarso Dan Puji Lestari, Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Dalam PJPT
II Sebagai Strategi Untuk Memperkokoh Ketahanan Nasional, Jurnal
Pendidikan No.1, 1995.
Ujang Charda S, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga
Kerja Anak Yang Bekerja Di Luar Hubungan Kerja Pada Bentuk
Pekerjaan Terburuk. Jurnal Syi’ar Hukum Vol . Xii . No. 2. 2010.
68
Skripsi
Saputri Ratu, Skripsi : Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing Oleh
Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, (Lampung:Universitas
Bandar Lampung). 2017.
Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap
Kondisi Buruh Di Indonesia. Bandung: Universitas Pasundan, 2016.
Agung Syarifudin, Skripsi: Pengawasan Terhadap Perizinan Pembangunan
Perumahan Dengan Hunian Berimbang Di Kota Bandung Dalam
Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare State), (Bandung:
Universitas Pasundan). 2016.
Annisa Amalia, Skripsi: Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja
Outsourcing (Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dan Undang-
Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan), Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.
Ario Adrianto, Skripsi: Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem
Ketenagakerjaan Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017.
Budi Astuti, Tesis: Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan
Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia /Tenaga Kerja Wanita Penata
Laksana Rumah Tangga (TKI / TKW PLRT), (Semarang: Universitas
Diponegoro), 2008.
Elva, Skripsi: Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak
Pidana Yang Dilakukan Penderita Gangguan Jiwa, ( Lampung:
Universitas Lampung), 2019.
Krismena Natalina Panjaitan, Skripsi: Pembinaan Karier Ketenagakerjaan
dalam Perbankan (Studi Kasus di PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk Cabang Karangayu Semarang), (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2010.
69
Muchsin, skripsi: Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di
Indonesia, (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret). 2003.
Muhammad Reza Baihaki, Skripsi: Problematika Open Legal Policy Dalam
Periodisasi Masa Jabatan Hakim Konstitusi, Jakarta: UIN
Syarifhidayatullah Jakarta, 2019.
Setiono, Tesis: Rule Of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2004.
Siti Romlah, Skripsi: Problematika Legal Protection Ojek Online Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PUU-XVI/2018, (Jakarta:
UIN Syarifhidayatullah Jakarta). 2019.
Syafaruddin, skripsi : Aspek Hukum Tenaga Kerja Asing Pada Perusahaan
Swasta Di Kota Medan, (medan: universitas sumatera utara). 2002 .
Trini Diyani, Skripsi: Paradigma Baru Kebijakan Penanaman Modal Asing
PT. Freeport Indonesia, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta),
2019
Website
Diakses dari http://kemnaker.go.id/berita/beritanaker/menkumham-tegaskan-
isu-serbuan-tka-China-itu-hoax, tanggal 14 maret 2019 09.00 WIB.
Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/10393051/jokowi-
teken-perpres-permudah-tenaga-kerja-asing?page=all, pada tanggal
14 maret 2019 pukul 09.15 WIB.
Diakses dari https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/1564/februari-
2019--tingkat pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-01-persen.html,
pada tanggal 5 Oktober 2019 pukul 20:50 WIB.
Diakses Dari Http://Tesishukum.Com/Pengertian-Perlindungan-Hukum-
Menurut-Para-Ahli/. Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 15.05 WIB.
70
Diakses Dari https://www.indonesiana.id/read/127150/implementasi-teori-
negara-kesejahteraan-di-indonesia. Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 22.18
WIB.
Diakses Dari
Https://Www.IndonesiaInvestments.Com/Id/Keuangan/Angka-
Ekonomi Makro/Pengangguran/Item255 Pada Tanggal 6 Oktober
2019 Pukul 14.13 WIB.
Diakses Dari
Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-
2019--Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-
Persen.Html Pada Tanggal 6 Oktober 2019 Pukul 14.20 WIB.
Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20171128/12/713425/survei-
world-bank-9-juta-pekerja-indonesia-di-luar-negeri pada tanggal 14
Oktober 2019 pukul 21.45 WIB.
Diakses dari
Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/04/10/Tenaga-
Kerja-Asing-Di-Indonesia-Hanya-004-Dari-Total-Penduduk Pada
Tanggal 15 Oktober 2019 Pukul 14;06 WIB.
Diakses Dari Http://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Hukum-Bisnis/1427-
Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-Kebijakan-Dan-
Implementasi.Html Pada Tanggal 10 Oktober 2019, Pukul 06:54.
Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4506547/ribut-jumlah-tka-di-ri-ekonom-tki-di-luar-negeri-40-kali-
lipat pada tanggal 14 oktober 2019 pukul 14;02 WIB.
Diakses dari
https://biz.kompas.com/read/2018/04/18/161326328/pemerintahsiap
kan-aturan-turunan-perpres-tenaga-kerjaasing Pada Tanggal 12
Oktober 2019 15.22 WIB.
71
Diakses Dari Http://Www.Mpssoft.Co.Id/Blog/Hrd/Ini-Jabatan-Yang-Tidak-
Boleh-Diduduki-Oleh-Tka-Di-Indonesia/ Pada Tanggal 15 oktober
2019 Pukul 16.17 WIB.
Diakses dari
http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_
peningkatan_daya_saing_tenaga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.p
df Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB.
Diakses Dari Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html
Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 20.04 WIB.
Diakses dari https://yermanetri.wordpress.com/2011/04/21/pengembangan-
sdm-dalam-menghadapi-globalisasi-2/ Pada Tanggal 22 Oktober
2019 Pukul 13.38 WIB.
Diakses Dari Https://News.Detik.Com/Berita/D-4448778/Kemnaker-
Beberkan-Tiga-Strategi-Tingkatkan-Kualitas-Sdm Pada Tanggal 20
November 2019 Pukul 22.49 WIB. ,
Diakses Dari Https://Www.Tribunnews.Com/Tribunners/2016/01/04/Upaya-
Pemerintah-Persiapkan-Pekerja-Jelan-Mea Pada Tanggal 18
November 2019 Pukul 21.30 WIB. ,
Diakses dari Https://Www.Dev-Cafe.Org/Peningkatan-Kualitas-Sdm-
Menghadapi-Tantangan-Global/ Pada Tanggal 19 November 2019
Pukul 14.57 WIB.
Diakses Dari https://bnsp.go.id/informasi/93/Sejarah-BNSP Pada Tanggal 21
November 2019 Pukul 17.00 WIB.
Diakses Dari Https://Lpmpkaltara.Kemdikbud.Go.Id/Wp
Content/Uploads/2019/02/Bappenas.Pdf Pada Tanggal 21 November
2019 Pukul 17.26 WIB.
Diakses Dari
Https://Money.Kompas.Com/Read/2019/04/09/185936726/Kemnake
72
r-Beberkan-8-Rencana-Strategis-Ketenagakerjaan-2020-2024 Pada
Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.56.
Regulasi
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Asing.
Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Penggunaan
Tenaga Kerja Asing.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tentang Jabatan
Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing.