PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL...

81
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Evi Fitriah 11150490000070 HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL...

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA LOKAL

(Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(S.H.)

Oleh:

Evi Fitriah

11150490000070

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/ 2019 M

i

ABSTRAK

Evi Fitriah. 11150490000070. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

TENAGA KERJA LOKAL (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor

20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing). Program Studi

Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019.

Pembangunan perekonomian nasional menuntut penggunaan tenaga

kerja asing, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja professional

dalam rangka alih pengetahuan dan meningkatkan investasi asing. Dalam

menghadapi derasnya tenaga kerja asing, Indonesia menghadapi tantangan

yang cukup besar diantaranya jumlah pengangguran yang besar, dan

terbatasnya jumlah bibit-bibit unggul tenaga kerja yang belum bisa memenuhi

kebutuhan sektor-sektor pekerjaan. Pemerintah menetapkan peraturan baru

mengenai penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia yakni dengan

mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang menuai pro dan kontra dari berbagai

pihak. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis bagaimana peran

pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum dan peningkatan

kemampuan tenaga kerja lokal agar mampu bersaing dengan tenaga kerja

negara asing

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif dilakukan dengan melakukan kajian terhadap

Peraturan Perundang-ndangan, Peraturan Presiden, dan bahan-bahan hukum

seperti buku, artikel dan berita yang diperoleh dari media cetak dan media

elektronik, yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan tenaga kerja asing di

Indonesia tidak dapat dihindari dan menjadi kebutuhan negara. Namun

demikian pemerintah juga telah melakukan penguatan daya saing tenaga kerja

lokal dan penegasan melalui seperangkat kebijakan dan didukung oleh

program-program untuk tenaga kerja lokal dalam menghadapi tenaga kerja

asing. Pemerintah juga melakukan pengawasan dan penegakan hukum bagi

para pelanggar penggunaan tenaga kerja asing.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Tenaga Kerja Lokal, Tenaga Kerja Asing

Pembimbing: Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H.

Daftar Pustaka: 1992-2019

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang

telah melimpahkan rahmat Nya dan karunia Nya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perlindungan Hukum

Terhadap Tenaga Kerja Lokal (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor

20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing)”. Shalawat dan

salam kepada Nabi Muhammad sallalahu ‘alaihi wasallam yang telah

membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderan ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan

baik berupa arahan, pengajaran, bimbingan, bahan informasi dan data dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

1. Kepada bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah bapak A. M.

Hasan Ali, MA. dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bapak

Abdurrauf. MA. , sekaligus dosen pembimbing akademik penulis

yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Terkhusus kepada bapak Fathudin, S.H.I., S.H., M.A.Hum., M.H.,

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

memberikan bimbingan, saran, dan arahan yang sangat berharga bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada bapak Mustolih, SH.I, MH, CLA yang memberikan ide

kepada penulis dalam membuat judul skripsi ini.

iii

5. Kepada om Hery yang telah meluangkan waktunya untuk wawancara.

Dan memberikan informasi serta data yang berharga bagi skripsi

penulis.

6. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah dan mamah yang selalu

mendo’akan, memotivasi dan memberikan saran kepada penulis. Juga

kepada abang Faiz, kakak Aci, kakak Ita, dede Lily, kak Ihsan, kak

Tyo yang selalu memberikan semangat. Dan kepada kelima

keponakan tersayang Syakira Zayyan Nisa, Naila Almeera Khadafi,

Raqilla Nasyitha Tjahjono, dan Khawla Ghaziya Khadafi yang selalu

menghibur penulis dengan tingkah lucu mereka.dan Zaren Sherina

Maryam yang jauh di lampung dan hanya bisa melihat tingkah lucu

nya dari media sosial.

7. Kepada para sahabatku tercinta Rizka Salamah, Uswatun Khasanah,

Kholidah Hanum, Farah Fitriana, Restu Amalia, Pratiwi, Amalia

Hanifa Unsi, Muzdalifah Zulkarnain Putri, Mesya Tiara Adilla,

Witada Pratiwi yang selalu menghibur, memotivasi.

8. Kepada teman-teman seperjuanganku, Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2015. Yang telah memberi motivasi serta informasi selama

perkuliahan ini.

9. Serta pihak-pihak lain yang telah berkontribusi kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini dan tidak bisa disebutkan oleh penulis.

Akhir kata dari penulis, semoga Allah subnahanahu wa ta’ala

membalas dukungan yang mereka beri dengan kebaikan. Penulis juga

berharap rahmat Allah subhanahu wa ta’ala agar skripsi ini dapat berguna

kedepannya.

Jakarta, 24 November 2019

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………….. 1

B. Identifikasi Masalah……………………………………….. 6

C. Pembatasan Masalah………………………………………. 6

D. Rumusan Masalah…………………………………………. 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………. 7

1. Tujuan Penelitian……………………………………… 7

2. Manfaat Penelitian…………………………………….. 7

F. Metode Penelitian…………………………………………. 7

1. Jenis Penelitian………………………………………… 7

2. Sumber Data…………………………………………… 8

3. Teknik Pengumpulan Data…………………………….. 9

4. Teknik Analisis Data…………………………………... 10

G. Rancangan Sistematika Penulisan…………………………. 10

BAB II KERANGKA KONSEP DAN TEORI…………………. 12

A. Kerangka Konsep………………………………………….. 12

1. Perlindungan Hukum………………………………….. 12

2. Tenaga Kerja Lokal……………………………………. 14

3. Tenaga Kerja Asing Di Indonesia……………………... 16

B. Kerangka Teori…………………………………………….. 18

1. Teori Perlindungan Hukum…………………………… 18

2. Teori Hak Asasi Manusia……………………………... 21

3. Teori Negara Kesejahteraan (Walfare State)………….. 23

v

C. Kajian (Review) Studi Terdahulu………………………… 26

BAB III POTRET TENAGA KERJA INDONESIA…………. 30

A. Angka Tenaga Kerja Indonesia…………………………... 30

B. Regulasi Tentang Tenaga Kerja Indonesia………………. 33

C. Tantangan Banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA)

Di Indonesia……………………………………………… 39

BAB IV UPAYA PEMERINTAH MELINDUNGI TENAGA KERJA

LOKAL…………………... .……………………………………. 43

A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)……... 43

B. Dukungan Kebijakan Pemerintah………………………… 50

C. Pengendalian Laju Tenaga Kerja Asing (TKA)………….. 53

BAB V PENUTUP………………………………………………. 61

A. Kesimpulan………………………………………………. 61

B. Saran……………………………………………………… 52

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan pembangunan nasional, tenaga kerja adalah salah

satu unsur penunjang yang memiliki peran yang sangat penting bagi kesuksesan

pembangunan nasional. Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana

diamanatkan oleh program pembangunan nasional adalah mempercepat

pemulihan ekonomi dan memperluas landasan pembangunan berkelanjutan dan

berkeadilan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.1 Maka dalam hal ini

kebijakan ketenagakerjaan dalam program pembangunan nasional perlu adanya

usaha agar terciptanya kesempatan kerja sebanyak mungkin dari berbagai bidang

usaha dengan peningkatan kualitas dan peningkatan perlindungan bagi tenaga

kerja yang bersifat menyeluruh.2

Tenaga kerja lokal (TKL) adalah salah satu sumber daya manusia sebagai

pelaku pembangunan yang memiliki etos kerja yang produktif, keterampilan,

kreativitas, disiplin, dan profesionalisme, dan juga mampu memanfaatkan,

mengembangkan juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Namun kenyataannya, TKL yang ada belum dapat sepenuhnya menguasai

kemajuan dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Kelangkaan TKL

dengan kualitas yang telah sesuai dengan kebutuhan pada beberapa sektor

pekerjaan yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan memiliki keahlian

khusus, ternyata tidak mudah bagi pemberi kerja untuk menemukan TKL yang

1 Sunartono, Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia, Jurnal Sains Dan

Tekonologi Indonesia Vol. 10 No.1, 2008. Hal: 48. 2 Saputri Ratu, Skripsi : Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing Oleh Dinas Tenaga

Kerja Kota Bandar Lampung, (Lampung:Universitas Bandar Lampung), 2017. Hal:4.

2

memenuhi kualifikasi tersebut, hal ini merupakan salah satu faktor yang

mendorong penggunaan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia.3

Dalam era globalisasi yang terjadi di Indonesia saat ini, penggunaan TKA

tidak dapat dihindari. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga

kerja yang professional dalam bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh

TKL dengan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan meningkatkan investasi

asing sebagai pendorong pembangunan perekonomian nasional.4

Penggunaan TKA secara filosofis yaitu asas manfaat, aspek keamanan, aspek

legalitas, yaitu masuknya TKA harus mendapatkan ijin kerja dari Menteri Tenaga

Kerja, sejalan dengan penggunaan TKA adalah untuk memenuhi kebutuhan

tenaga kerja yang profesional di bidang tertentu yang belum dapat terisi oleh TKI

dengan percepatan ahli teknologi dan keahlian serta peningkatan investasi.

Sehingga TKA di Indonesia tidak dapat dihindari penggunaannya, dan pada

prinsipnya penggunaan TKA di Indonesia adalah mereka yang dibutuhkan dalam

dua hal yakni mereka TKA yang membawa modal (sebagai investor) dan

membawa skill dalam hal transfer of knowledge. Selain kedua hal tersebut maka

pada hakekatnya tidak di perkenankan dan harus mengutamakan penggunaan

tenaga kerja dari Indonesia.5

Maraknya TKA khususnya berasal dari china yang masuk ke wilayah

Indonesia menimbulkan persoalan terkait aktivitas mereka selama ini. Bahkan

Menteri Hukum dan HAM (MENKUMHAM) Yasonna H Laoly menegaskan

bahwa isu serbuan 10 juta TKA asal china tidak benar, karena jumlah TKA yang

tercatat di Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan (KEMNAKER)

3 Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan

Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 5 No. 1, 2011, Hal 70. 4 Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan, Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja

Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016. Hal: 17. 5 C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, Jakarta : HIPSMI.

2006. Hal: 56.

3

Republik Indonesia hanya berjumlah 21 ribu dari tenaga kerja asal China yang

bekerja di Indonesia.6

Upaya untuk menghindari penggunaan tenaga kerja asing yang berlebihan,

pemerintah telah membuat beberapa peraturan pada tahun 2018 Indonesia yang

telah mendetailkan syarat-syarat penggunaan TKA dengan mengeluarkan

Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan

Tenaga Kerja Asing sebagai pengganti dari perpres Nomor 72 Tahun 2014.

Menurut Presiden Joko Widodo kehadiran Perpres Nomor 20 Tahun 2018

Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing memang untuk menarik investasi.

Selama ini ditenggarai dengan regulasi tentang TKA yang ada masih belum

mampu mempermudah masuknya TKA karena proses perizinannya yang berbelit-

belit.7

Menurut data Badan Pusat Statisktik (BPS) jumlah pengangguran di Indonesia

pada februari 2019, sebanyak 5,01 persen pengangguran atau sekitar 6,82 juta dari

136,18 juta orang jumlah angkatan kerja. Dilihat dari tingkat pendidikan pada

Februari 2019, TPT (tingkat pengangguran terbuka) untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) masih tertinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar

8,63 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada tingkat Diploma I/II/III (6,89

persen). Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja tidak terserap terutama

pada tingkat pendidikan SMK dan Diploma I/II/III. Mereka yang berpendidikan

rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke

bawah paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,65 persen.

6Menkumham Tegaskan Isu Serbuan TKA Itu Hoaks, Diakses Dari

Http://Kemnaker.Go.Id/Berita/Beritanaker/Menkumham-Tegaskan-Isu-Serbuan-Tka-China-Itu-Hoax,

Tanggal 14 Maret 2019 09.00 WIB. 7 Ihsannuddin, Jokowi Teken Perpres Permudah Tenaga Kerja Asing. diakses dari

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/10393051/jokowi-teken-perpres-permudah-tenaga-kerja-

asing?page=all, pada tanggal 14 maret 2019 pukul 09.15 WIB.

4

Apabila dibandingkan kondisi setahun yang lalu, penurunan TPT terjadi pada

semua tingkat pendidikan.8

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) februari 2019

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tinggi mengakibatkan jumlah

angkatan kerja semakin meningkat setiap tahunnya, sedangkan kesempatan kerja

yang tersedia belum dapat memenuhi semua kebutuhan pencari kerja. Disisi lain

dari segi kualitas tenaga kerjanya, tenaga kerja lokal dapat dikatakan belum dapat

menguasai ilmu pengetahuan dalam hal penguasaan teknologi. Hal ini menjadikan

masalah penggunaan TKA semakin bertambah begitu juga dengan tingkat

pengangguran di Indonesia.9

UUD 1945 telah jelas mengamanatkan kepada pemerintah untuk memenuhi

hak-hak warga Negara atas lapangan pekejaan dan kehidupan yang layak bagi

rakyat Indonesia seperti dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “tiap-tiap warga

8 Diakses Dari Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--Tingkat

Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html, Pada Tanggal 5 Oktober 2019 Pukul 20:50

WIB. 9 Syafaruddin, Skripsi : Aspek Hukum Tenaga Kerja Asing Pada Perusahaan Swasta Di Kota

Medan, (Medan: Universitas Sumatera Utara). 2002. Hal : 5.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dilihat dari

tingkat pendidikan

Diploma I/II/III SMK SMP SD

5

Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”,

dalam pasal 28 D ayat (2) yang berbunyi “setiap orang berhak untuk bekerja serta

mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam setiap hubungan

kerja”,10 dalam hal ini pemerintah memiliki kewajiban untuk kesejahteraan

rakyatnya, begitu juga pada Pasal 28 D ayat (2) yang mana berimplikasi pada

kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar dapat memperoleh

pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Di era globalisasi ini yang menuntut

tenaga kerja professional, baik itu perusahaan swasta asing maupun swasta

nasional, sehingga pengaturan tersebut sebagai landasan terhadap penggunaan

TKA di Indonesia terhadap kondisi pasar kerja dalam negeri, kebutuhan investasi,

kesepakatan Internasional dan liberalisasi pasar bebas dengan berkaitan

kepentingan nasional untuk memberikan perlindungan terhadap kesempatan

tenaga kerja lokal.11

Negara wajib memberikan perlindungan kepada pekerja khususnya dalam hal

finansisal. Salah satunya bentuk perlindungan negara adalah terjaminnya

pekerjaan bagi pengangguran12 Ketimpangan kompetensi pekerja ini membuat

tenaga kerja sangat rentan dengan isu – isu dan membutuhkan proteksi dan

memerlukan kesempatan kerja yang lebih luas.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas,

penulis tertarik untuk mengkaji “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja

Lokal (Analisis Yuridis Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing) ”.

10 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan,. (Jakarta: Sinar Grafika). 2009. Hal:1. 11 I Wayan Gede Wiryawan. Perlindungan Hak Konstitusional Pekerja Dalam Sistem Hukum

Ketenagakerjaan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana. Vol. 19 No. 2 .2013.Hal: 142. 12 Sri Herianingrum Tika Widiastuti, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi

Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), hal: 245.

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan kedalam

beberapa masalah, yaitu :

1. Pembangunan nasional menuntut adanya tenaga kerja professional.

2. Belum optimalnya kualitas tenaga kerja lokal.

3. Banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia.

4. Angka/jumlah penggunaan tenaga kerja asing yang terus meningkat.

5. Perlindungan hukum tenaga kerja lokal dari derasnya masalah penggunaan

tenaga kerja asing.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan fokus mengenai “perlindungan hukum bagi

tenaga kerja lokal dan apa saja upaya yang sudah dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal”. Karena, penulis tertarik untuk

membahas bagaimana peran pemerintah dalam melindungi dan meningkatkan

daya saing tenaga kerja lokal dari banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berpijak pada pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi tenaga kerja lokal menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan

daya saing tenaga kerja lokal atas tenaga kerja asing?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis tentang aspek perlindungan hukum bagi tenaga kerja lokal di

Indonesia.

7

b. Menganalisis upaya yang sudah dilakukan pemerintah dalam

meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal (TKL) ditengah

meningkatnya jumlah tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi penulis, untuk mengembangkan ilmu yang telah didapatkan

selama perkuliahan, dan juga memberikan wawasan bagi penulis tentang

regulasi dan peran pemerintah dalam melindungi tenaga kerja lokal.

b. Manfaat bagi praktisi, untuk menjadi masukan bagi pemerintah dan

penegak hukum dalam menegakan hukum dan tugas-tugas mulia yang

lainnya dalam memperjuangkan keadilan dan mewujudkan tujuan hukum

yang dicita-citakan.

c. Manfaat bagi akademis, untuk menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum normatif.

Menurut Soerjono Soekanto, Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang

dilakukan berdasarkan bahan baku utama, menelah hal yang bersifat teoritis yang

menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin

hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder,

diantaranya: asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku,

peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan

penelitian.13

13 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Peresada),

2006. Hal: 24.

8

2. Data dan Sumber Data penelitian

a. Data penelitian

Data primer dan sekunder di bidang hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

1) Bahan hukum primer, yaitu:

• Undang-Undang Dasar 1945.

• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

• Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan

Tenaga Kerja Asing.

• Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata Cara

Penggunaan Tenaga kerja Asing.

• Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40

Tahun 2012 Tentang Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki

Oleh Tenaga Kerja Asing.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu:

• Buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

• Jurnal dan literature yang berhubungan dengan penelitian.

• Media internet.

b. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber objek darimana data

tersebut diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini

adalah:

1) Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada. Contohnya catatan atau dokumentasi tentang penggunaan tenaga

kerja asing di Indonesia yang diperoleh melalui buku, jurnal dan website.

9

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

library research (penelitian kepustakaan). Metode library research adalah metode

pengumpulan data yang menggunakan literature baik berupa buku-buku, majalah,

jurnal, web (internet), laporan hasil penelitian terdahulu dan sebagainya yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.14

4. Teknik analisis Data

Menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, analisis data merupakan kegiatan

dalam penelitian yang berupa kajian atas hasil dari pengolahan data terhadap

teori-teori yang sesuai.15 Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis non-statiska (kualitatif). Analisis kualitatif merupakan analisis

yang tidak menggunakan perhitungan statiska dan analisis dilakukan dengan cara

membaca data yang telah diolah, dan dibentuk dalam kalimat yang teratur, runtun,

logis, tidak tumpak tindih dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan

pemahaman hasil analisis.16

G. Rancangan Sistematika Penulisan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis terbagi kedalam 5 (lima) bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pokok pemikiran yang

melatarbelakangi penelitian. Terdiri dari 6 (enam) sub-bab, yang

memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

14 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Bogor:

Ghalia), 2002. Hal: 11. 15 Mukti Fajar Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif,

(Jakarta: Pustaka Pelajar). 2010. Hal: 183. 16 Trini Diyani, Skripsi: Paradigma Baru Kebijakan Penanaman Modal Asing PT. Freeport

Indonesia, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta), 2019. Hal: 14.

10

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, serta sistematika penulisan

Bab II : Kerangka Konsep dan Teori

Bab ini diawali dengan pemaparan kerangka konsep, agar tidak

terjadi kekaburan dan kerancuan pemahaman terhadap istilah-

istilah kunci, penulis mendeskripsikan dan merumuskan istilah-

istilah yang dimaksud. Bagian kedua penulis akan menjelaskan

teori yang akan digunakan untuk menganalisis data penelitian,

teori yang dimaksud adalah teori perlindungan hukum, teori hak

asasi manusia, dan teori negara kesejahteraan (walfare state). pada

bagian ketiga, akan membahas tentang review (kajian) studi

terdahulu, pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan hasil

penelusuran penulis terhadap studi terdahulu yang inti bahasannya

mirip dengan fokus penelitian yang dilakukan penulis.

Bab III : Potret Tenaga Kerja Indonesia

Bab ini berjudul potret tenaga kerja Indonesia, penulis akan

menjabarkan angka tenaga kerja, regulasi tentang tenaga kerja dan

tantangan banyaknya tenaga kerja asing bagi tenaga kerja

Indonesia

Bab IV : Langkah Pemerintah Bagi Tenaga Kerja Lokal

Bab ini terbagi menjadi 3 (tiga) sub-bab, yaitu: peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM), dukungan kebijakan

pemerintah dan pengendalian laju tenaga kerja asing.

11

Bab V : Penutup

Berisi tentang kesimpulan yang menjadi jawaban terhadap inti

masalah penelitian dan saran yang dapat diberikan dari hasil

penelitian.

12

BAB II

KERANGKA KONSEP DAN TEORI

A. Kerangka Konsep

Agar tidak terjadi kekaburan dan kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah

kunci, penulis terlebih dahulu akan mendeskripsikan dan merumuskan istilah-

istilah dimaksud, dalam kerangka konseptual ini, Penulis akan memaparkan tentang

pengertian tentang perlindungan hukum, tenaga kerja Indonesia, dan tenaga kerja

asing di Indonesia.

1. Perlindungan Hukum

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung

yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi.

Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan

bunker. Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang

berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.

Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh

seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Dengan demikian, perlindungan

hukum dapat diartikan Perlidungan oleh hukum atau perlindungan dengan

menggunakan pranata dan sarana hukum.1

Pengertian hukum dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap

mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang,

peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan

1 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi kedua, cet.1,(Jakarta: Balai Pustaka), 1991. Hal:745.

13

atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang

ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis.2

hukum yang dinyatakan oleh Dr. O. Notohamidjojo, S.H Hukum ialah

keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat

memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antara negara

yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan damai

dalam masyarakat.3

Menurut Soedjono Dirdjosisworo pengertian hukum dapat dilihat dari delapan

arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas, hukum

dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum dalam arti

jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, hukum

dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut

pandang yang dikemukakan menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata

peraturan perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang

selama ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi

hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan

masyarakat.4

Prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia sendiri landasannya adalah

Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara yang didasarkan pada konsep

Rechstaat dan “rule of the law”. Dimana prinsip perlindungan hukum Indonesia

menitikberatkan pada prisip perlindungan hukum pada harkat dan martabat

manusia yang bersumber pada pancasila. Sedangkan prinsip perlindungan hukum

terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang

2 Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi kedua, Hal 596. 3 Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, (Medan: Medan Area University Press), 2012.

Hal 5 4 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2008.

Hal; 25

14

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Lahirnya konsep-

konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

tersebut merupakan konsep yang lahir dari sejarah barat, yang diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban oleh masyarakat dan

pemerintah.5

Menurut Satjipto perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman

kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang

diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai

upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan

rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman

dari pihak manapun.6

2. Tenaga Kerja Lokal

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat.

Menurut Sumarsono, tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk

sanggup bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk

diri sendiri ataupun anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah

atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti

mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. Tenaga

5 Philipus M. Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu),

1987. Hal: 25 6 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000. Hal:53.

15

kerja mencangkup penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari pekerjaan dan

yang melakukan pekerjaan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.7

Menurut Murti, tenaga kerja adalah individu yang menawarkan keterampilan

dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa agar perusahaan dapat

meraih keuntungan dan untuk itu individu tersebut akan memperoleh gaji atau upah

sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.8

Menurut Payaman Simanjuntak tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja

dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan

kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, mengurus rumah tangga, golongan

lain-lain atau penerima pendapatan.9

Mulyadi juga memberikan definisi tenaga kerja sebagai penduduk dalam usia

kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang

dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka,

dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.10

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

tenaga kerja adalah setiap penduduk yang mampu menghasilkan barang dan jasa

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan batas usia minimal angkatan kerja

yaitu 15 tahun.

7 Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia,

(Yogyakarta: Graha Ilmu), 2009. hal: 3. 8 Murti Sumarni & John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan,

(Yogyakarta: Liberty). 2014, hal: 5. 9 Annisa Amalia, Skripsi: Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Outsourcing (Studi

Komparasi Antara Hukum Islam Dan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan),

Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018. Hal:38. 10 Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada), 2014, Hal: 71.

16

3. Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Pengertian Tenaga Kerja Asing (TKA) sebenarnya dapat ditinjau dari segala

segi, dimana salah satunya yang menentukan kontribusi terhadap daerah dalam

bentuk retribusi dan juga menentukan status hukum serta bentuk-bentuk

persetujuan dari pengenaan retribusi. Tenaga Kerja Asing adalah tiap orang bukan

warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun

di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.11

Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi Undang-Undang, yang dimana

pada pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan yang berbunyi bahwa tenaga kerja asing adalah warga Negara

asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.

Mempekerjakan tenaga kerja asing adalah suatu yang ironi. sementara di dalam

negeri masih banyak masyarakat yang menganggur.12 Akan tetapi, karena beberapa

sebab, mempekerjakan TK A tersebut tidak dapat dihindarkan. Menurut Budiono,

ada beberapa tujuan penempatan TKA di Indonesia, yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada bidang-

bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.

b. Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan mempercepat

proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan, terutama di bidang

industri.

c. Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.

11 Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti). 2009. hal: 27. 12 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi Buruh

Di Indonesia Bandung: Universitas Pasundan. 2017. Hal: 30.

17

d. Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal pembangunan di

Indonesia.13

Tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan

pemerintah/swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang terampil sehingga

dapat membantu proses pembangunan ekonomi dan teknologi di Indonesia. Untuk

itu proses alih teknologinya kepada TKL baik dalam jalur menajerial maupun

profesionalnya harus mendapat pengawasan yang ketat dengan memberikan

sertifikasi kepada tenaga ahli tersebut.14 Oleh karena itu pemerintah telah

mengaturnya dalam peraturan Menteri nomor 10 tahun 2018 bahwa setiap TKA

yang bekerja di Indonesia wajib:

a. Memiliki Pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki

oleh TKA.

b. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja paling

sedikit 5 (lima) tahun yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang akan

diduduki TKA.

c. Mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja pendamping.

Setiap TKA yang bekerja di indonesia wajib memiliki Visa Tinggal Terbatas

(VITAS) untuk bekerja. Vitas dapat diajukan oleh pemberi kerja TKA atau TKA

itu sendiri kepada Menteri atau pejabat yang berwenang. Arti vitas itu sendiri

Menurut Peraturan Presiden Nomor 20 tahun 2018 adalah keterangan tertulis yang

diberikan oleh pejabat yang berwenang di perwakilan Republik Indonesia atau di

tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat

persetujuan bagi orang asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan

13 Budiono Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada). 1995. hal:115. 14 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi Buruh

Di Indonesia. 2017. Hal: 29.

18

menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal Terbatas (ITAS) dalam rangka

bekerja.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Izin Tinggal Terbatas

(ITAS) adalah izin yang diberikan kepada orang asing tertentu untuk berada dan

tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu untuk bekerja.

B. Kerangka Teori

Dalam kerangka teori ini, penulis akan membahas mengenai teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian ini yang digunakan untuk menganalisis dan

menginterprestasi data penelitian.15 Teori yang akan dibahas adalah teori

perlindungan hokum, teori hak asasi manusia dan teori kesejahteraan negara

(walfare state).

1. Teori Perlindungan Hukum

Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan kekuasaan

kepadanya untuk bertindak dalam memenuhi kepentingannya tersebut. Pemberian

kekuasaan, atau yang sering disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur,

keluasan dan kedalamannya.16

Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan

manusia terlindungi, penegakkan hukum harus memperhatikan 3 unsur, yaitu :

a. Kepastian Hukum (Rechtssicherkeit), ialah jaminan bahwa hukum dijalankan,

bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa

putusan dapat dilaksanakan.

15 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah Dan

Hukum Uin Syarifhidayatullah Jakarta). 2017. hal: 42. 16 Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya), 1994. Hal: 64.

19

b. Kemanfaat Hukum (Zeweckmassigkeit), ialah didasarkan pada filsafat sosial,

bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan, dan hukum merupakan

salah satu alatnya.

c. Keadilan Hukum (Gerechtigkeit), ialah memberikan hak yang setara dengan

kapasitas seseorang atau pemberlakuan kepada tiap orang secara proporsional,

tetapi juga bisa berarti memberi sama banyak kepada setiap orang apa yang

menjadi jatahnya berdasarkan prinsip keseimbangan..17

Perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu

negara hukum. Dianggap penting karena dalam pembentukan suatu negara akan

dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap warga negaranya. Sudah lazim untuk

diketahui bahwa suatu negara akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara

warga negaranya sendiri. Dalam hal tersebut akan melahirkan suatu hak dan

kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak tiap warga

negaranya. Terlepas dari perlindungan hukum, adanya perlindungan hukum

dimulai dari munculnya teori perlindungan hukum bersumber dari teori hukum

alam atau aliran hukum alam.18

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum

bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam

masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan

kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk

menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan

hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada

17 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika), 2009. Hal: 43 18 Elva, Skripsi: Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Yang

Dilakukan Penderita Gangguan Jiwa, ( Lampung: Universitas Lampung), 2019. Hal: 3.

20

dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan

perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan.19

Menurut Setiono Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak

sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman

sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai

manusia.20

Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi

manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan.21

Perlindungan hukum terbagi menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum

preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif adalah

suatu upaya perlindungan yang diberikan pemerintah dalam bentuk pencegahan

sebelum terjadinya pelanggaran. Sedangkan perlindungan hukum represif adalah

perlindungan hukum yang berupa perlindungan yang diberikan ketika suatu

pelanggaran atau sengketa telah terjadi. 22

Teori ini mengisyaratkan bahwa, ketika pemerintah telah menerima hak-hak

yang diberikan rakyat kepada mereka, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk

melindungi dan menyelesaikan segala masalah yang terjadi di negaranya, namun

di negara hukum (Rechtsstaat) seperti Indonesia, setiap kekuasaan yang dijalankan

19 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum. Hal: 53. 20 Setiono, Tesis: Rule Of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2004. Hal:3. 21 Glosarium, Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, Diakses Dari

Http://Tesishukum.Com/Pengertian-Perlindungan-Hukum-Menurut-Para-Ahli/. Tanggal 29 Juli 2019

Pukul 15.05 WIB. 22 Muchsin, Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Indonesia, (Surakarta:

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2003. Hal: 14.

21

harus sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Legalitas merupakan asas

terpenting dari negara hukum.23

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa perlindungan hukum

adalah segala bentuk upaya pengayoman serta pengakuan terhadap hak asasi

manusia dibidang hukum. perlindungan hukum merupakan gambaran dari

bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam

bentuk yang bersifat represif.

2. Teori Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semenjak

lahir sebagai anugerah Tuhan Yang maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak

asasi manusia tersebut tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-

mata bersumber dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga

hak asasi manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable righ). Oleh karena itu,

yang diperlukan oleh negara dan hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan

perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut.24

Hak Asasi Manusia (HAM) umumnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Hak Sipil dan Politik (Civil and Political Rights) , yang artinya adalah hak

yang berkaitan dengan kebebasan individu sebagai warga dari suatu negara

yang demokratis, yang meliputi perlindungan dari tirani penguasa yang

sewenang-wenang, persamaan di hadapan hukum, kebebasan untuk

memilih dan dipilih dalam proses demokrasi, kebebasan berpendapat,

23 Siti Romlah, Skripsi Problematika Legal Protection Ojek Online Pasca Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 41/PUU-XVI/2018, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta). 2019. Hal : 12. 24 Rozali Abdullah, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesia,

(Jakarta: Ghalia Indonesia), 2002. hal: 10

22

b. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Economic, Social, and Cultural Rights),

Yang artinya hak yang berkaitan dengan hak individu dalam pemenuhan

kebutuhan hidup, yang meliputi hak atas pekerjaan, hak atas pemeliharaan

kesehatan, hak atas lingkungan yang sehat, hak atas jaminan sosial, dan

seterusnya.25

Hak ekonomi, sosial, dan budaya mempunyai relevansi yang sangat besar

dengan hukum ketenagakerjaan, hak mendapatkan pekerjaan yang layak,

sedangkan bentuk hak sipil dan politik yang ada relevansinya dengan hukum

ketenagakerjaan di antaranya adalah hak berserikat bagi pekerja hak mogok, dan

hak untuk tidak mendapatkan diskriminasi di tempat kerja.26

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan

dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik,

ekonomi, sosial budaya dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun pelaksanaannya.

Upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep

kerja sama Internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati,

kesederajatan, dan hubungan antar negara.27

Dalam penyelenggaraan ketatanegaraan di Indonesia hak asasi tersebut

diwujudkan dalam suatu legitimasi hukum. Bentuk legitimasi tersebut terdapat

pada norma-norma yang terdapat dalam UUD 1945 yang tidak hanya mengatur

organisasi kekuasaan lembaga negara dan hubungan antar kekuasaan lembaga

negara yang melahirkan kewenangan konstitusional tetapi juga mengatur hubungan

25 Joko ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan, jurnal

hukum Vol.2 No.1 , 2018. Hal: 357. 26 Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan. Hal:

357. 27 Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan Pembangunan. Hal:

360.

23

negara dengan warga negara dalam konteks kewenangan negara tersebut yang

berhadapan dengan hak konstitusional warga negaranya.28

Dalam hubungan tersebut, hak warga negara diatur dalam UUD 1945 sebagai

bentuk perlindungan hak warga negara yaitu hak konstitusional warga negara atas

tindakan negara dalam penyelenggaraan negara. Hak tersebut tidak boleh dilanggar

dan menjadi koridor pembatas tindakan negara dalam peyelenggaraan negara baik

hak asasi maupun hak konstitusional warga negara.29

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM tersebut, diperoleh suatu

kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang

bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus

dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara.

Dengan demikian hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah

menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan

yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara

kepentingan perseorangan dan kepentingan umum.30

3. Teori Negara Kesejahteraan (Welfare State)

Sebuah teori yang bernama Negara Kesejahteraan (Welfare State) merupakan

teori yang sejalan dengan dasar Negara Indonesia dan menegaskan bahwa Negara

yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dan

untuk dapat mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada lima pilar

kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy), Penegakan Hukum (Rule of Law),

28 Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Mahkamah Konstitusi),

2010. hal:3. 29 Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Hal: 3. 30 Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:

Prenada Media), 2003. Hal:201.

24

Perlindungan Hak Asasi Manusia (The Human Right Protection), Keadilan Sosial

(Social Justice) dan Anti Diskriminasi (Anti Discrimination).31

Sebenarnya gagasan tentang Negara Kesejahteraan (welfare state) bukanlah

suatu gagasan yang baru. Ide tentang Negara Kesejahteraan (welfare state) sudah

lahir sejak sekitar abad ke-18. Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smith (2006),

ide dasar negara kesejahteraan beranjak dari abad ke-18 ketika Jeremy Bentham

(1748-1832) mempromosikan gagasan bahwa pemerintah memiliki tanggung

jawab untuk menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan yang ekstra. Menurutnya,

aksi-aksi pemerintah harus selalu diarahkan untuk meningkatkan kebahagian

sebanyak mungkin orang. Gagasan Bentham mengenai reformasi hukum, peranan

konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan kebijakan sosial membuat ia

dikenal sebagai “bapak negara kesejahteraan” (father of welfare states).32

Membangun negara kesejahteraan, menjadi obsesi banyak negara baru terutama

di Asia yang merdeka setelah Perang Dunia II. Demikian pula Negara kesatuan

Republik Indonesia yang didesain sebagai Negara kesejahteraan (walfare state),

yang dapat dilihat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi

“Pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.33

Terdapat Empat prinsip umum dari Negara Kesejahteraan (Welfare State),

yakni:

(1) Prinsip hak-hak sosial dalam negara demokrasi

(2) Prinsip hak kesejahteraan (walfare rights)

31 Prabu Bhatara, Implementasi Teori Negara Kesejahteraan Di Indonesia, Diakses Dari

https://www.indonesiana.id/read/127150/implementasi-teori-negara-kesejahteraan-di-indonesia.

Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 22.18 WIB. 32 Oman Sukmana, Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State), Jurnal Social

Politik, Vol.2 No.1,2016. Hal:105. 33 Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan. (Jakarta:LP3ES). 2006.

Hal:17.

25

(3) Prinsip kesetaraan kesempatan bagi warga negara, dan

(4) Prinsip keseimbangan otoritas publik dan ekonomi, dan efisiensi ekonomi.

Ke-Empat prinsip umum dari negara kesejahteraan (welfare state) memiliki

relevansi dan sinergi dengan tujuan dari pembangunan negara Republik

Indonesia.34

Namun dengan merujuk pada empat prinsip asas dari Negara kesejahteraan

diatas, tidak membuat welfare state abai terhadap dinamika pasar bebas dan

pentingnya efisiensi ekonomi. Negara kesejahteraan justru berpijak pada prinsip-

prinsip keadilan sosial, demokrasi sosial yang memperjuangkan kesetaraan tiap-

tiap warga Negara, pengutamaan manusia sebagai makhluk sosial, dan efisiensi

ekonomi yang berbasis ekonomi pasar namun responsif terhadap keberlanjutan

kehidupan publik.35

Di dalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus Bab XIV yang

didalamnya memuat pasal 33 tentang sistem perekonomian dan pasal 34 tentang

kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak telantar) serta

sistem jaminan sosial. Ini berarti, kesejahteraan sosial sebenarnya merupakan

flatform sistem perekonomian dan sistem sosial di Indonesia. Sehingga, sejatinya

Indonesia adalah negara yang menganut faham “Negara Kesejahteraan" (welfare

state) dengan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif” (participatory welfare

state) yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme

Kesejahteraan atau welfare pluralism. Model ini menekankan bahwa negara harus

tetap ambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan

sosial (social security), meskipun dalam operasionalisasinya tetap melibatkan

masyarakat. Sedangkan menurut Mubyarto, Kedua pasal tersebut merupakan suatu

hubungan kausalitas yang menjadi dasar disahkannya UUD 1945 oleh para pendiri

34 Oman Sukmana, , Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State). Hal:109. 35 Oman Sukmana, , Konsep Dan Desain Negara Kesejahteraan (Walfare State). Hal:109.

26

negara, karena baik buruknya perekonomian nasional akan ikut menentukan tinggi

rendahnya kesejahteraan sosial.36

Negara kesejahteraan juga bermaksud menggerakkan roda perekonomian

secara positif untuk mendorong agar setiap sumber daya manusia dimanfaatkan

secara produktif untuk menggerakkan aktivitas ekonomi, dengan memenuhi

kebutuhan dasar dari tiap-tiap orang. Selanjutnya prinsip Negara kesejahteraan juga

berniat untuk mendorong partisipasi penuh pada pasar tenaga kerja maupun

aktivitas investasi dan menabung.37

Maka secara singkat Negara kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu negara

dimana pemerintah memegang peranan penting dalam melindungi dan menjamin

kesejahteraan rakyatnya melalui kebijakan yang mengakomodasi kepentingan

rakyat demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang dicita-citakan.

C. Kajian (Review) Studi Terdahulu

“Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan Dengan

Tenaga Kerja Asing”. Oleh Frankiano B.Randang,SH,MH. Tahun 2011. Dalam

jurnalnya membahas tentang kualitas tenaga kerja Indonesia. Dan menyatakan

bahwa kondisi ketenagakerjaan Indonesia yang semakin memburuk baik dari segi

pendidikan, pengalaman dan juga keterampilan maupun keahlian. Sehingga

menyebabkan tenaga kerja Indonesia memiliki daya saing rendah dengan tenaga

kerja asing yang bekerja di Indonesia. Sejak tahun 2005, semua pemasok jasa harus

diperkenankan untuk memperdagangkan jasanya begitu juga bagi TKA. Dengan

demikian, sangat berbahaya bagi meningkatnya tingkat pengangguran dengan

menurunnya daya beli dan ekonomi dan sosial Negara yang sangat nyata

36 Agung Syarifudin, Skripsi “Pengawasan Terhadap Perizinan Pembangunan Perumahan

Dengan Hunian Berimbang Di Kota Bandung Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare

State)”, (Bandung: Universitas Pasundan).2016. Hal:30. 37 Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan. (Jakarta: LP3ES). Hal: 21.

27

dampaknya.38 Perbedaannya dengan penelitian ini, hanya membahas tentang

kondisi dan kesiapan tenaga kerja Indonesia tanpa ditinjau dari regulasi-regulasi

yang ada terkait ketenagakerjaan.

“Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga Kerja

Indonesia”. Oleh Nina Juwita Sari, Sanhaji Dan Solechan. Tahun 2016. Dalam

jurnalnya yang khusus membahas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan bagaimana kebijakan pemerintah terhadap penerimaan tenaga

kerja asing untuk bekerja asing di Indonesia.metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang bersifat deskriptif analitis, yaitu

dimana penulis berusaha menjelaskan secara sistematis tentang kenyataan objek

dan masalahnya beserta prosedur-prosedur pelaksanaannya yang didukung oleh

data-data dari DISNAKERTRANSDUK (dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi

penduduk), kemudian di analisis secara kualitatif dengan menguraikan kata demi

kata secara sistematis sehingga mendapatkan jawaban dari permasalahan.

Penelitian ini dilakukan oleh penulis di daerah jawa tengah pada September 2015.

Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan penggunaan tenaga kerja asing di provinsi

jawa tengah lebih menekan pada strategi dan prinsip dasar penggunaan tenaga kerja

asing yaitu kebutuhan tenaga kerja yang terampil serta kebutuhan investasi dan

modal.Tenaga kerja asing yang datang harus membawa manfaat bagi perlindungan

tenaga kerja lokal dan perluasan usaha yang berdapak positif bagi terciptanya

perluasan kesempatan kerja dan alih teknologi dari tenaga kerja asing ke tenaga

kerja local.39 Perbedaannya dengan penelitian ini, khusus membahas undang-

undang nomor 13 tahun 2003 dan hanya berfokus di provinsi jawa tengah.

38 Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan

Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 5 No. 1, 2011. 39 Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan ,Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja

Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia, Jurnal Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016.

28

“Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam

Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia”. oleh Suhandi. Tahun

2016. Penelitian hukum ini menggunakan beberapa pendekatan, dengan

pendekatan tersebut penulis akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu hukum yang sedang diteliti, yaitu pendekatan undang-undang,

pendekatan kasus, pendekatan historis, pendekatan komparatif dan pendekatan

konseptual. Dalam jurnalnya menyatakan bahwa era masyarakat ekonomi ASEAN

harus dihadapi oleh para tenaga kerja Indonesia dalam bersaing di berbagai bidang

dan yang paling penting adalah implementasi peraturan hukum ketenagakerjaan

yang benar-benar diterapkan dalam penggunaan TKA.40 Perbedaan dari penelitian

ini adalah khusus membahas tentang MEA dan tidak membahas bagaimana upaya

pemerintah dalam meningkatkan kualitas TKL atas masuknya TKA.

“Kepastian Hukum Pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia”.

Oleh Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Tahun 2018.

Dalam jurnalnya menyatakan bahwa dalam proses penggunaan tenaga kerja asing

harus mengacu pada undang-undang yang mengatur tenaga kerja asing seperti pada

pasal 42-49 bab VI undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang penggunaan

tenaga kerja asing. Dan adanya ketidakpastian hukum pada Peraturan Menteri

Nomor 35 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Adanya pasal-pasal yang mengetatkan dan juga membebaskan penggunaan tenaga

kerja asing di Indonesia.41 Perbedaan dengan penelitian ini adalah khusus

membahas tentang kepastian hukum atas penggunaan tenaga kerja asing di

40 Suhandi, Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam Pelaksanaan

Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia, vol.XXI No.2, 2016. 41 Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Kepastian Hukum Pengaturan

Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia. Jurnal Hokum Vol.5 No.3. 2018.

29

Indonesia pada Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2015 atas perubahan Peraturan

Menteri Nomor 16 Tahun 2015.

“Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan

Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan Literatur”.oleh Nasri Bachtiar dan Rahmi

Fahmi. Tahun 2011. Dalam jurnalnya menyatakan bahwa walaupun telah banyak

penelitian tentang pengaruh tenaga kerja asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan

peluang kesempatan kerja, namun masih ada perbedaan pendapat diantara peneliti-

peneliti sebelumnya untuk itu peneliti ini mengkaji hasil dari penelitian

sebelumnya, maka berdasarkan penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa masuknya

TKA ke dalam pasar tenaga kerja suatu negara membawa dampak negative bagi

pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, namun penelitian-penelitian tersebut

mengabaikan unsur Pendidikan, dan mobilitas goegrafi dari TKL. Dalam

kenyataannya, TKL yang bekerja dalam industri tertentu akan berpindah dari satu

jenis pekerjaan ke pekerjaan lain bila tingkat upah dan fasilitas yang diterima di

tempat pekerjaan baru jauh lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Dan dalam kajian

yang memperhitungkan mobilitas tenaga kerja ini dijumpai keadaan yang

sebaliknya, yaitu masuknya TKA membawa dampak positif bagi pertumbuhan

ekonomi dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal.42 Perbedaan dengan

penelitian ini hanya fokus membahas dampak TKA bagi pertumbuhan ekonomi dan

kesempatan kerja tanpa membahas dan mengkaji peran pemerintah dan

meninjaunya dari regulasi yang ada.

42 Nasri Bachtiar dan Rahmi Fahmi, Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Dan Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan Literatur. Jurnal kependudukan Indonesia. Vol.1

No.1. Tahun 2011.

30

BAB III

POTRET TENAGA KERJA INDONESIA

A. Angka Tenaga Kerja Indonesia

Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah

Cina, India dan Amerika Serikat). Selanjutnya, negara ini juga memiliki

populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk

Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan,

indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang

besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka

menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian

terbesar di Asia Tenggara.1

Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi

beban negara, terutama dari segi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja

yang juga harus meningkat seiring dengan jumlah tenaga kerja yang semakin

tinggi. 2

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah angkatan kerja pada

Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang dibanding

Februari 2018. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang

bekerja dan pengangguran. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang

adalah penduduk bekerja dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur.3

1 Diakses Dari Https://Www.Indonesia-Investments.Com/Id/Keuangan/Angka-Ekonomi

Makro/Pengangguran/Item255 Pada Tanggal 6 Oktober 2019 Pukul 14.13 WIB. 2 Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono,Yuyun Hidayat, Pelatihan Dan Pengembangan

SDM Sebagai Salah Satu Upaya Menjawab Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains Dan Teknologi

Vol. 2, No. 2, 2018. Hal: 186. 3 Diakses Dari Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-2019--

Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-Persen.Html Pada Tanggal 6 Oktober 2019

Pukul 14.20 WIB.

31

Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka pengangguran dan

kemiskinan yang cukup tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah angkatan

kerja yang terus meningkat, sebaliknya kesempatan kerja semakin terbatas.4

Dalam menangani masalah pengangguran Pemerintah harus cepat tanggap

dalam pemecahan masalah pengangguran. Pengangguran adalah suatu hal yang

tidak dikehendaki, namun suatu penyakit yang terus menjalar di Negara

Indonesia, dikarenakan banyak faktor – faktor yang mempengaruhinya, Berikut

adalah beberapa faktor peyebab pengangguran:

1. Bidang kependudukan, terutama pertumbuhan penduduk yang

mempengaruhi jumlah angkatan kerja yang akan memasuki pasar kerja.

2. Sektor Pendidikan, turut mempengaruhi kualitas angkatan kerja yang pada

gilirannya juga berpengaruh produktivitas tenaga kerja.

3. Sektor ekonomi, akan mempengaruhi daya tampung dan daya serap

terhadap angkatan kerja yang ada di pasar kerja.5

Salah satu solusi bagi masalah pengangguran adalah dengan memanfaatkan

kesempatan kerja di luar negeri, selain itu pengiriman Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) memberikan konstribusi terhadap perekonomian Indonesia sebagai

devisa.6 Menurut World Bank Survey saat ini Jumlah tenaga kerja Indonesia

yang bekerja di luar negeri tercatat lebih dari 9 juta orang dengan 3/4

diantaranya merupakan pekerja berketrampilan rendah pada 2016. Sementara

itu, World Bank juga mengestimasi jumlah pekerja migran non prosedural

sebanyak 4,3 juta. Dari persebarannya, Malaysia menjadi negara tujuan utama

4 Muhdar HM, Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di Indonesia:

Masalah dan Solusi, jurnal IAIN Gorontalo Vol. 11 No.1, 2015. Hal: 47. 5 Riska Franita, Analisa Pengangguran Di Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial

Vol.1, 2016. Hal: 89. 6 Budi Astuti, Tesis: Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi

Tenaga Kerja Indonesia /Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana Rumah Tangga (TKI / TKW PLRT),

(Semarang: Universitas Diponegoro), 2008. Hal: 1.

32

dengan komposisi pekerja migran Indonesia sebesar 55%, diikuti oleh Arab

Saudi 13%, China dan Taiwan 10%, Hong Kong 6%, dan Singapura 5%. 7

Bila dibandingkan dengan TKA di Indonesia yang jumlahnya tidak sampai

100.000 orang. Menurut Faisal Basri angka itu juga jauh jika dibandingkan

dengan jumlah TKI yang berada di luar negeri yang jumlahnya 40 kali lipat

lebih banyak. Berikut adalah jumlah TKA dari tahun 2016-2018. 8

Sumber: Kemnakertrans

Jumlah TKA pada 2018 memang meningkat dibandingkan pada 2016 yang

hanya berjumlah 74.183 jiwa. Namun jumlah itu tidak sebanding dengan jumlah

penduduk Indonesia, Itu berarti jumlah TKA di Indonesia hanya sebesar 0.04%

dari total penduduk Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa atau sebesar 0,07%

dari total angkatan kerja nasional. Persentase ini lebih kecil dibandingkan

dengan di beberapa negara lainnya.9

7 Linda Teti Silitonga, SURVEI WORLD BANK: 9 Juta Pekerja Indonesia di Luar Negeri,

diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20171128/12/713425/survei-world-bank-9-juta-

pekerja-indonesia-di-luar-negeri pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 21.45 WIB. 8 Ribut Jumlah TKA RI, Ekonom: TKI Di Luar Negeri 40 Kali Lipat, diakses dari

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4506547/ribut-jumlah-tka-di-ri-ekonom-tki-di-

luar-negeri-40-kali-lipat pada tanggal 14 oktober 2019 pukul 14;02 WIB. 9 Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Hanya 0,04% Dari Total Penduduk, Diakses Dari

Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/04/10/Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-

Hanya-004-Dari-Total-Penduduk Pada Tanggal 15 Oktober 2019 Pukul 14;06 WIB.

95,335

85,974

74,183

2018

2017

2016

Jumlah Tenaga Kerja Asing

33

B. Regulasi Tentang Tenaga Kerja Indonesia

Tenaga kerja merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap

semua perkembangan perekonomian nasional, Oleh karena itu hukum

ketenagakerjaan harus dapat menjamin kepastian hukum, nilai keadilan, asas

kemanfaatan, ketertiban, perlindungan dan penegakan hukum.10

Pada dasarnya hukum ketenagakerjaan mempunyai sifat melindungi dan

menciptakan rasa aman, tentram, dan sejahtera dengan mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat. Hukum ketenagakerjaan dalam memberi

perlindungan harus berdasarkan pada dua aspek, pertama, hukum dalam

perspektif ideal diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan (heterotom)

dan yang kedua, hukum yang bersifat otonom.11

Ranah hukum ini harus dapat mencerminkan produk hukum yang sesuai

cita-cita keadilan dan kebenaran, berkepastian, dan mempunyai nilai manfaat

bagi para pihak dalam proses produksi. Hukum ketenagakerjaan tidak semata

mementingkan pelaku usaha, melainkan memperhatikan dan memberi

perlindungan kepada pekerja yang secara sosial mempunyai kedudukan sangat

lemah.12

Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor

asing, demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia

sebagai negara anggota World Trade Organization (WTO) harus membuka

kesempatan masuknya tenaga kerja asing. Untuk mengantisipasi hal tersebut

diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan tenaga kerja

asing, serta pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut

harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak

10 Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Di

Indonesia, Jurnal Selat Vol.5 No.1. 2017. Hal: 75 11 Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Di

Indonesia. Hal: 76. 12 Krismena Natalina Panjaitan, Pembinaan Karier Ketenagakerjaan dalam Perbankan

(Studi Kasus di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karangayu Semarang),

(Semarang: Universitas Diponegoro, 2010. Hal: 16.

34

hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan tenaga kerja asing secara

selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.13

Oleh karena itu dalam upaya melindungi tenaga kerja lokal, pemerintah

membuat peraturan-peraturan dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, salah

satunya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga

Kerja Asing sebagai pengganti dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014

tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

sebagaimana tertera pada pasal 38 huruf a Perpres TKA tahun 2018.

Penerbitan Perpres TKA mengundang kontroversi di Masyarakat,

banyaknya tanggapan mengenai Perpres ini yaitu pihak pro dan kontra itu

sendiri. Adanya beberapa pasal dalam Perpres ini yang mengundang

kontroversi dalam masyarakat, yang diduga menampakkan adanya

disharmonisasi dengan norma hukum di atasnya, juga mengandung

konsekuensi merugikan hak-hak tenaga kerja lokal.14 Pasal yang dimaksud

tersebut, antara lain :

1. Pasal 9 yang berbunyi “Pengesahan RPTKA sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 merupakan izin untuk memperkerjakan TKA”.

Dengan adanya Pasal 9 Perpres TKA berarti pengesahan RPTKA

merupakan izin memperkerjakan TKA. Adapun dalam UU Ketenagakerjaan,

izin mempekerjakan TKA dan RPTKA diatur dalam pasal yang berbeda.

Izin mempekerjakan TKA diatur dalam Pasal 42 ayat (1) UU

Ketenagakerjaan, sedangkan RPTKA diatur dalam Pasal 43 ayat (1) UU

Ketenagakerjaan, Artinya pengesahan RPTKA bukan merupakan izin untuk

memperkerjakan TKA. Dalam hal ini, substansi dalam Pasal 9 Perpres TKA

13 Tenaga Kerja Asing Di Indonesia: Kebijakan Dan Implementasi, Diakses Dari

Http://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Hukum-Bisnis/1427-Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-

Kebijakan-Dan-Implementasi.Html Pada Tanggal 10 Oktober 2019, Pukul 06:54 14 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden

Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

,Vol. 4 No. 1, April 2019. Hal: 4.

35

seharusnya bukan dalam bentuk Peraturan Presiden, namun harus

dituangkan dalam bentuk perubahan Pasal 42 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (1)

UU Ketenagakerjaan.15

2. Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi : “ Pemberi Kerja TKA tidak wajib memiliki

RPTKA untuk memperkerjakan TKA yang merupakan :

a. Pemegang saham yang menjabat sebagai anggota Direksi atau Anggota

Dewan Komisaris pada Pemberi kerja TKA.

b. Pegawai diplomatikdan konsuler pada kantor perwakilan negara asing;

atau

c. TKA pada jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh pemerintah”.

Pengecualian ini tidak sesuai Pasal 43 ayat (3) UU Ketenagakerjaan yang

mengatur pengecualian hanya bagi instansi pemerintah, badan-badan

internasional, dan perwakilan negara asing. Pasal 10 ayat (1) Perpres TKA

memperluas pengecualian dalam UU Ketenagakerjaan dan mengatur norma

baru yang belum diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Perpres TKA

seharusnya merupakan peraturan pelaksanaan dari UU Ketenagakerjaan dan

bukan membuat norma baru. Dalam hal ini, perluasan pengecualian tersebut

seharusnya diatur dalam bentuk perubahan UU Ketenagakerjaan, bukan

dalam Peraturan Presiden16.

Selanjutnya, dalam pasal 10 ayat (1) yang mencantumkan adanya ketidak

wajiban memiliki RPTKA untuk memperkerjakan TKA yang

dikualifikasikan tersebut, berdampak pada kepastian lama waktu bekerjanya

TKA di Indonesia, RPTKA memuat lamanya waktu Penggunaan TKA, jika

RPTKA tidak ada maka darimana masyarakat mengetahui Durasi TKA

tersebut berkerja untuk jabatan atau jenis pekerjaan tersebut. Pada ayat (1)

huruf C Oleh Indra Munaswar menunjukkan adanya Bias pengaturan, sebab

pasal ini tidak menjelaskan secara rinci definisi pekerjaan yang dibutuhkan

15 Monika Suhayati, Kontroversi Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan

Tenaga Kerja Asing, Jurnal Hukum Vol. 10 No. 9, 2018. Hal: 4. 16 Putu Genta Prayoga Mahardika Dan I Made Sarjana, Kajian Izin Penggunaan Tenaga

Kerja Asing Dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018, Vol.9 No.9, 2019. Hal: 11.

36

pemerintah. Bahkan dalam Peraturan Presiden pengaturan mengenai jenis

pekerjaan yang dimaksudkan akan ditetapkan oleh Menteri, yaitu dalam

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permen) atau Keputusan Menaker

(Kepmen)17.

3. Pasal 19 yang berbunyi “Pejabat imigrasi pada Perwakilan Republik

Indonesia di luar negeri memberikan Vitas Paling lama 2 (dua) hari sejak

Permohonan di terima secara lengkap”,

Dengan adanya percepatan proses dan permudahaan Pengurusan Vitas ini

maka akan membawa implikasi baik positif maupun negatif, dalam tataran

implikasi positif Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan

dengan permudahaan Visa maka akan mempercepat terjadinya proses

Transfer knowledge dan Teknologi antara Tenaga Kerja Asing dengan

Tenaga Kerja Lokal dan dari segi tataran implikasi negatifnya dengan

adanya kemudahan pengurusan Vitas ini akan mengakibatkan semakin

masifnya arus masuknya Tenaga Kerja Asing ke Indonesia.18

4. Pasal 26 ayat (1) yang berbunyi “Setiap pemberi Kerja TKA Wajib:

a. menunjuk tenaga kerja indonesia sebagai tenaga kerja pendamping.

b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja indonesia

sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA;dan

c. Memfasilitasi pendidikan dan Pelatihan Bahasa Indonesia Kepada

TKA”.

Rumusan pasal ini menimbulkan masalah sebab tujuan utama masuknya

Tenaga Kerja Asing ke Indonesia untuk transfer ilmu pengetahuan dan

Teknologi bisa terabaikan, Terabaikannya tujuan tersebut disebabkan

karena dalam pasal ini hanya menjelaskan kewajiban dari pemberi kerja

17 Pemerintah Siapkan Aturan Turunan Perpres Tenaga Kerja Asing,

https://biz.kompas.com/read/2018/04/18/161326328/pemerintahsiapkan-aturan-turunan-perpres-

tenaga-kerjaasing Diakses Tanggal 12 Oktober 2019 15.22 WIB. 18 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden

Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,

Hal: 5.

37

TKA tidak memberikan kewajiban kepada TKA untuk menyukseskan

terjadinya transfer skill kemampuan.19

Adapun pasal-pasal dalam Perpres TKA yang berdampak positif bagi TKL,

berikut:

1. Pasal 4 yang berbunyi : “ (1) Setiap Pemberi Kerja TKA wajib

mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia pada semua jenis

jabatan yang tersedia. (2) Dalam hal jabatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) belum dapat diduduki oleh tenaga kerja Indonesia, jabatan tersebut

dapat diduduki oleh TKA”.

Dalam mencegah hal-hal yang meminggirkan rakyat dan mengancam

keberadaan TKL, maka pemerintah membuat peraturan bagi seluruh

pemberi kerja TKA wajib mendahulukan/mengutamakan TKL yang

mengisi jabatan-jabatan dalam perusahan, kecuali jabatan yang belum bisa

diduduki oleh TKL.

2. Pasal 5 yang berbunyi : “(1) TKA dilarang menduduki jabatan yang

mengurusi personalia dan/atau jabatan tertentu. (2) Jabatan tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. (3) Dalam

hal kementerian/lembaga mensyaratkan kualifikasi dan kompetensi, atau

melarang TKA untuk jabatan tertentu, menteri/kepala lembaga

menyampaikan syarat atau larangan dimaksud kepada Menteri untuk

ditetapkan”.

Ada beberapa jabatan yang tidak bisa diduduki oleh TKA ketika bekerja di

Indonesia. Aturan mengenai posisi kerja atau jabatan yang tidak boleh

diduduki oleh Tenaga Kerja Asing tertuang didalam Keputusan Menteri

Tenaga kerja. perusahaan dilarang merekrut TKA untuk ditempatkan

didalam posisi kerja sebagaimana tercantum pada pasal 5 Perpres TKA dan

19 Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau Peraturan Presiden

Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,

hal: 6.

38

Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Hal ini karena jabatan diatas

berhubungan langsung dengan pengelolaan sumber daya manusia,

pengembangan, keselamatan dan perekrutan personalia. Tentu saja semua

hal yang berkaitan dengan personalia harus dipegang oleh tenaga kerja lokal

yang memiliki kewarganergaraan Indonesia (WNI). Hal ini bertujuan agar

setiap keputusan yang diambil tidak akan berdampak buruk terlebih jika

berkaitan dengan personalia atau karyawan.20

3. Bab III yang membahas tentang Pelaksanaan Pelatihan dan Pendidikan,

dimana pasal 26 ayat (1) huruf a yang berbunyi “Setiap pemberi kerja TKA

wajib menunjuk TKI sebagai tenaga kerja pendamping” .

4. Pasal 27 yang berbunyi: “Penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai

Tenaga Kerja Pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)

huruf a dilaksanakan untuk alih teknologi dan alih keahlian”.

5. Pasal 29 yang berbunyi: “Tenaga Kerja Pendamping yang mengikuti

pendidikan dan pelatihan mendapat sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat

kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Ketiga pasal tersebut menegaskan bahwa strategi dan prinsip dasar

penggunaan TKA yaitu kebutuhan tenaga kerja ahli dan terampil. TKA yang

datang harus bermanfaat bagi TKL dalam hal alih teknologi dan alih keahlian

dari TKA kepada TKL,21 serta sertifikasi yang akan memberikan beberapa

manfaat bagi tenaga kerja, antara lain meningkatkan mobilitas, daya saing,

pengakuan kompetensi, prospek karier, rasa percaya diri, dan kebanggaan.

Sertifikasi berguna bagi pribadi, perusahaan, dan negara. Bagi sisi pribadi,

20 Nilo Catur, “Ini Jabatan Yang Tidak Boleh Diduduki Oleh TKA Di Indonesia”, Diakses

Dari Http://Www.Mpssoft.Co.Id/Blog/Hrd/Ini-Jabatan-Yang-Tidak-Boleh-Diduduki-Oleh-Tka-Di-

Indonesia/ Pada Tanggal 15 oktober 2019 Pukul 16.17 WIB. 21 Nina Juwitasari, Implikasi Yuridis Keberadaan Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga

Kerja Di Indonesia, Jurnal Diponegoro, Vol.5 No.2, 2016. Hal: 5.

39

seorang tenaga kerja yang sudah tersertifikasi akan lebih mudah untuk

berkarier.22

Dalam hal ini bagi TKL seharusnya mampu memanfaatkan kedatangan

TKA itu untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan

mengalihkan teknologi yang mereka kuasai, sehingga dalam jangka panjang

ketergantungan terhadap penggunaan TKA sedikit demi sedikit dapat dikurangi

dan akhirnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan tenaga kerja yang

berkualitas dari dalam negeri.23

C. Tantangan Banyaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) Di Indonesia

Pada tahun 1994 indonesia telah mengikat diri sebagai anggota World

Trade Organization, Dengan meratifikasi The Agreement Of World Trade

Organization Estabilishment, dan secara resmi menyatakan keterikatan tersebut

di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Sebagai konsekuensinya

Indonesia selaku anggota World Trade Organization (WTO) adalah bahwa

Indonesia harus membuka pasarnya terhadap perdagangan barang dan jasa dari

negara anggota WTO.24

Arus masuk TKA ke Indonesia tidak dapat dihindari hanya dengan

memperhatikan kepentingan pasar kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi)

serta kepentingan nasional (national interest), bahwa dalam pembangunan

nasional diperlukan modal/investasi, teknologi dan tenaga ahli asing, karena

pasar kerja dalam negeri belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga

ahli/skill baik secara kuantitas maupun kualitas.25

22 Azmi, Strategi Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Kearsipan Indonesia

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Diakses Dari

http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_peningkatan_daya_saing_ten

aga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.pdf Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB. 23 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU Press), 2010.

Hal: 103. 24 Frankiano B.Randang, kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi persaingan

dengan tenaga kerja asing, jurnal ilmiah hukum Vol, 5 No.1. 2011. Hal: 6. 25 Fitratunnisa, Dampak Tenaga Kerja Asing Terhadap Sosial Kemasyarakat Masyarakat

Kota Dumai, Jurnal FISIP Universitas Riau Vol. 4 No.1, 2016, Hal: 6.

40

Ketua Komite Tetap Kadin (kamar dagang dan industri) Bidang

Pemberdayaan Tenaga Kerja, Frans Go, menilai sektor tenaga kerja di

Indonesia menghadapi tiga permasalahan utama yang dapat mempengaruhi

daya saing tenaga kerja, yaitu:

1. Persoalan kesempatan kerja yang terbatas. Situasi ini, disebabkan

karena pertumbuhan ekonomi yang belum mampu menyerap angkatan

kerja yang masuk ke dalam pasar kerja dan jumlah penganggur riil.

2. Rendahnya kualitas angkatan kerja, terlihat dari perkiraan komposisi

angkatan kerja yang sebagian besar berpendidikan SD ke bawah yang

masih mencapai 52 juta orang atau 46,95 persen.

3. Tingginya tingkat pengangguran 26

Indonesia yang dikenal sebagai negara sedang berkembang, memerlukan

banyak sokongan dan bantuan dari negara-negara lain termasuk negara tetangga

yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain/luar, hal itu

semata karena Indonesia ingin mampu maju dan bersaing di era pasar bebas

internasional .27

Kehadiran TKA di Indonesia bisa menjadi peluang maupun ancaman.

Menjadi peluang jika TKA berhasil masuk ke dalam negeri dimana bisa menjadi

penggerak ekonomi, dan menjadi ancaman jika tenaga kerja dan produk-produk

dari negara lain berhasil masuk dan mendominasi di dalamnya. Jadi, simpulan

logisnya kita nyaris tidak ada pilihan lain untuk segera memperbaiki SDM lokal

demi memaksimalkan investasi dalam jangka panjang.28

26 Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya Perlindungan

Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jurnal Bisnis Dan

Manajemen Vol. 10 No. 2, 2016. Hal: 218. 27 Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya Perlindungan

Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal: 218. 28 Candra Fajri Ananda, SDM Tanggung Jawab Siapa?, Diakses Dari

Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul

20.04 WIB.

41

Disisi yang lain, The Human Capital Report 2016 yang dirilis World

Economic Forum (WEF) juga menunjukkan daya saing SDM Indonesia yang

begitu rendah karena berada pada urutan ke-72 dari 130 negara. Urutan ini

menempatkan Indonesia di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya

seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan bahkan kita kalah unggul

dari Sri Lanka yang telah menembus jajaran 50 besar. Jadi sudah banyak

indikator yang mengisyaratkan kita memiliki pekerjaan besar untuk segera

menemukan strategi yang dapat memobilisasi kapasitas SDM lokal.29

Tingkat pendidikan suatu negara dapat dilihat dan dijadikan indikator

tentang kualitas tenaga kerja negara tersebut. Indonesia masih rendah dalam hal

tingkat pendidikannya hal ini menyebabkan penguasaan serta penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadi rendah jika dibandingkan dengan negara-

negara tetangga. Minimnya penguasaan serta penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini

akan berpengaruh terhadap daya saing produk dan jasa karena rendahnya

kualitas dan kuantitas hasil produksi.30

Indonesia masih memiliki masalah dalam ketimpangan kompetesi. Jika

dibandingkan secara kasar, pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) meliputi 45,13%

dari populasi, sedangkan tenaga kerja ditingkat Sarjana ke atas hanya 8,29%.

Ketimpangan kompetensi pekerja ini membuat tenaga kerja sangat rentan

dengan isu-isu dan membutuhkan proteksi dan memerlukan kesempatan kerja

yang lebih luas.31

29 Candra Fajri Ananda, SDM Tanggung Jawab Siapa?, Diakses Dari

Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul

20.04 WIB. 30 Jepi Adianto dan Muhammad Fedryansyah, Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Dalam

Menghadapi Asean Economy Community, Jurnal Pekerjaan Sosial Vol.1 No.2. Bandung:

Universitas Padjajaran. 2018. Hal: 79. 31 Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap Kondisi

Buruh Di Indonesia, Bandung: Universitas Pasundan, 2016. Hal: 3.

42

Jika masyarakat Indonesia tidak mengantisipasi hal tersebut dengan

profesionalisme, bukan tidak mungkin banyak pekerjaan di negeri ini akan

diambil alih tenaga kerja asing termasuk lapangan kerja. tenaga kerja lokal

membutuhkan suatu strategi yang tepat untuk menghadapi era perdagangan

bebas, sehingga banyaknya TKA bukan sebagai ancaman (threat) akan tetapi

lebih membuka peluang (opportunity) bagi tenaga kerja.32

32 Azmi, Strategi Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Kearsipan Indonesia

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Diakses Dari

http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_peningkatan_daya_saing_ten

aga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.pdf Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB..

43

BAB IV

UPAYA PEMERINTAH BAGI MELINDUNGI TENAGA KERJA LOKAL

A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada suatu bangsa memiliki

konstribusi terhadap kemajuan bangsa tersebut. Sebuah bangsa yang maju

ternyata adalah bangsa yang didukung oleh sumber daya yang berkualitas, dan

dapat melahirkan berbagai kreatifitas untuk mendukung pengembangan

bangsanya. Indikator dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dapat

dilihat dari rata-rata tingkat pendidikan anggota masyarakatnya dan juga

kualitas pendidikannya.1

Tingkat produktivitas merupakan indikator penting daya saing, daya saing

TKL relatif masih tertinggal dibandingkan dengan daya saing tenaga kerja di

negara-negara yang selama ini dianggap sebagai kompetitor, seperti Malaysia

dan Thailand, Brunei Darussalam, Philipina, bahkan dengan negara Vietnam

yang baru saja bangkit dari keterpurukannya .2

Dengan demikian, meskipun secara kuantitas Indonesia memiliki angkatan

kerja yang besar, tetapi rendahnya kualitas membuat angkatan kerja yang

berhasil memasuki pasar kerja belum benar-benar berperan secara optimal

dalam mendukung peningkatan daya saing perekonomian. Data Badan Pusat

Statistik (BPS) menunjukkan lulusan SD masih mendominasi angkatan kerja di

Indonesia.

1 Yerma, Pengembangan SDM Dalam Menghadapi Globalisasi,

https://yermanetri.wordpress.com/2011/04/21/pengembangan-sdm-dalam-menghadapi-globalisasi-

2/ Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2019 Pukul 13.38 WIB. 2 Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui Peningkatan

Produktivitas, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 11 No. 2, 2016. Hal: 72.

44

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) .

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang memberi

banyak manfaat terutama pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang

mulai diberlakukan pada desember 2015, mengharuskan pemerintah Indonesia

lebih berkomitmen dan memiliki perencanaan serta langkah-langkah

implementasi yang jelas dan terstruktur untuk mendorong peningkatan daya

saing tenaga kerja.3

Sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi juga merupakan faktor

penentu reformasi ekonomi, dan memberikan pengaruh yang sangat baik

apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat yang baik akan berguna

bagi masyarakat dan negara itu sendiri. dalam konteks ini sejalan dengan teori

negara kesejahteraan (walfare state) yang dikemukakan Jeremy Bentham

bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin perlindungan dan

kesejahteraan masyarakatnya. Menurutnya, seluruh aksi-aksi pemerintah harus

3 Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui Peningkatan

Produktivitas. Hal: 72.

0% 10% 20% 30% 40% 50%

SD kebawah

SMP

SMA

SMK

Universitas

Pekerja Indonesia Berdasarkan Latar Belakang

Pendidikan (2017-2019)

2019 2018 2017

45

selalu diarahkan untuk mendorong agar setiap SDM dimanfaatkan secara

produktif untuk menggerakan roda perekonomian.4

SDM yang berkualitas hanya dapat dibentuk melalui pendidikan yang

berkualitas. Manusia yang memiliki kompetensi akan siap bersaing di era

globalisasi. Untuk itu, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

melalui pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah tidak dapat

mampu menjalankan tugas dan fungsinya membangun manusia berkualitas

sendiri, perlu peran serta masyarakat dalam mewujudkan SDM berkualitas.5

Direktur pengendalian penggunaan tenaga kerja asing, kementerian

ketenagakerjaan Wisnu Pramono, mengatakan ada tiga cara meningkatkan

kualitas SDM agar berkualitas dan bersaing. Antara lain jalur Pendidikan

pelatihan dan pelatihan kerja, dan pengembangan karier di tempat kerja.6

Menteri ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengatakan pemerintah telah

melakukan upaya dalam menghadapi tenaga kerja asing dengan menetapkan 85

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta akreditasi 725

balai latihan kerja dan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS), pemerintah

juga bekerja sama dengan seluruh stakeholder (kementerian/Lembaga, Kadin,

Apindo dan asosiasi profesi) sebagai percepatan peningkatan kompetensi dan

daya saing tenaga kerja untuk mempercepat pengembangan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKNNI) dan percepatan Penerapan

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).7

4 Oman Sukmana, Konsep Dan Design Negara Kesejahteraan (Walfare State), Jurnal

Social Politik, Vol.2 No.1, 2016. Hal: 105. 5 Rudihartono Ismail dan Helmawati, Meningkatkan SDM Berkualitas Melalui Pendidikan

Menyiapkan SDM Papua Yang Berdaya Saing, (Bandung: Alfabeta), 2018. Hal: 16. 6 Akfa Nasrulhaq, Kemnaker Beberkan Tiga Strategi Tingkatkan Kualitas SDM, Diakses

Dari Https://News.Detik.Com/Berita/D-4448778/Kemnaker-Beberkan-Tiga-Strategi-Tingkatkan-

Kualitas-Sdm Pada Tanggal 20 November 2019 Pukul 22.49 WIB. 7 Pusat Humas Kemnaker, Upaya Pemerintah Persiapkan Pekerja Jelang MEA, Diakses

Dari Https://Www.Tribunnews.Com/Tribunners/2016/01/04/Upaya-Pemerintah-Persiapkan-

Pekerja-Jelan-Mea Pada Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.30 WIB.

46

Disamping itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian

perindustrian juga telah menggagas kerjasama yang melibatkan 1.245 SMK dan

415 industri untuk menyelaraskan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan

industri. Melalui kerjasama ini, perusahaan yang terlibat dapat memberikan

pembinaan dan bantuan peralatan untuk praktek kepada SMK yang menjadi

mitranya.8 Pemerintah juga telah menggalakkan program wajib belajar selama

9 tahun, yaitu setingkat dengan sekolah menengah pertama, serta memberi

insentif dalam bentuk beasiswa di berbagai sekolah dan perguruan tinggi.9

Dalam hal pendanaan peningkatan kualitas SDM melalui jalur Pendidikan,

pemerintah membentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Hal ini

dilatarbelakangi adanya amanah UUD 1945 mengamanahkan bahwa sekurang-

kurangnya 20% Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) digunakan

untuk fungsi pendidikan. Melalui Undang-undang Nomor 2 tahun 2010 tentang

APBN-P 2010, pemerintah dan DPR sepakat bahwa sebagian dari dana fungsi

pendidikan dijadikan sebagai Dana Pengembangan Pendidikan Nasional yang

dikelola dengan mekanisme pengelolaan dana abadi (endowment fund) oleh

sebuah Badan Layanan Umum (BLU).10

Selain itu, pada tahun 2015 tiap tenaga kerja diharapkan sudah memiliki

sertifikat profesi sebagai modal penting, juga sebagai bukti dan pengakuan

kompetensi yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI), dengan begitu, mereka tidak kalah dalam persaingan dengan tenaga

kerja asing yang sudah memiliki sertifikat. Selain itu sertifikasi juga berguna

bagi pribadi, perusahaan dan negara. Bagi perusahaan, dengan adanya

sertifikasi pekerja, mereka akan lebih mudah untuk merekrut karyawan yang

8 Awhan Putri, Peningkatan Kualitas SDM Menghadapi Tantangan Global, diakses dari

Https://Www.Dev-Cafe.Org/Peningkatan-Kualitas-Sdm-Menghadapi-Tantangan-Global/ Pada

Tanggal 19 November 2019 Pukul 14.57 WIB. 9 Sintaningrum Dan Liiklai Felfina, Kebijakan Proteksi Tenaga Kerja Indonesia Dalam

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, Jurnal Fisip Universitas Padjajaran Vol.15 No.1. 2017.

Hal: 93. 10 Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono, Pelatihan Dan Pengembangan Sdm Sebagai

Salah Satu Upaya Menjawab Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains dan Profesi. 2018. Hal: 186.

47

sesuai kriteria. Sedangkan bagi negara, terjaminnya sertifikasi akan berdampak

pada kemajuan ekonomi.11

Pada awal tahun 2000 menteri tenaga kerja bekerja sama dengan menteri

pendidikan nasional dan ketua umum Kadin Indonesia membentuk lembaga

independen, yaitu Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang bertanggung

jawab kepada presiden yang memiliki kewenangan sebagai otoritas sertifikasi

personil dan bertugas melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga

kerja. Pembentukan BNSP merupakan bagian integral dari pengembangan

paradigma baru dalam sistem penyiapan tenaga kerja yang berkualitas.12

Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga berperan dalam

meningkatkan kualitas SDM, salah satunya membuat strategi pembangunan

dalam mencapai visi Indonesia kedepan,13 dalam mencapai visi tersebut, berikut

target dan strategi yang dirancang Bappenas, antara lain:

No Target Pembangunan SDM Strategi Pembangunan SDM

1. Membentuk sumber daya

manusia yang sehat

a. Perluasan jaminan kesehatan.

b. Penguatan gerakan masyarakat

hidup sehat

c. Pencegahan dan pengendalian

penyakit

d. Pelayanan berkualitas dan inovatif.

2. Pemrataan Pendidikan yang

berkualitas

a. Pengembangan anak usia dini

b. Percepatan wajib belajar 12 tahun.

c. Pemenuhan sarana prasarana

Pendidikan yang berkualitas.

11 Ridwan Iskandar dan Budi Setiawan, Sertifikasi Kompetensi Sebagai Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata Dalam Menyambut MEA,Vol. 2

No 2, 2015. Hal: 239. 12 Diakses Dari https://bnsp.go.id/informasi/93/Sejarah-BNSP Pada Tanggal 21 November

2019 Pukul 17.00 WIB. 13 Diakses Dari Https://Lpmpkaltara.Kemdikbud.Go.Id/Wp

Content/Uploads/2019/02/Bappenas.Pdf Pada Tanggal 21 November 2019 Pukul 17.26 WIB.

48

d. Profesionalisme, kualitas,

pengelolaan, dan penempatan guru.

e. Pembelajaran keterampilan abad-

21

3. Perlibatan industri dalam

pengembangan vokasi

a. Pendidikan kewirausahaan.

b. Pendidikan dan pelatihan vokasi

sistem ganda.

c. Guru dan instruksi vokasi yang

kompeten

d. Lulusan vokasi yang kompeten dan

tersertifikasi

4. Peningkatan relevansi dan

daya saing Pendidikan tinggi

a. Kerja sama perguruan tinggi

dengan industri dan pemerintah.

b. Perguruan tinggi sebagau

pengembangan iptek dan pusat

unggulan.

c. Pemanfaat teknologi untuk inovasi

pembelajaran.

d. Peningkatan kualitas lulusan

perguruan tinggi..

5. Penguasaan adopsi teknologi

dan menciptakan inovasi

a. Penguasaan teknologi

b. Penciptaan ekosistem inovasi.

c. Peningkatan produktivitas SDM

iptek.

6. Membangun manusia

Indonesia berkarakter

a. Pengembangan budaya literasi.

b. Pendidikan agama, karakter dan

budi pekerti.

c. Pengembangan budaya dan prestasi

olah raga.

49

d. Pendidikan kewarganegaraan dan

bela negara.

Pun dalam hal penggunaan TKA yang bertujuan untuk alih

keahlian/tekonologi juga sebagai salah satu usaha pemerintah untuk

meningkatkan kualitas SDM, pemerintah telah mengaturnya pada pasal 26-29

Perpres TKA 2018, yang mengatur tentang pelaksanaan Pendidikan dan

pelatihan. Pada pasal 26 yang berbunyi : “ setiap pemberi kerja TKA wajib:

a. Menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga kerja pendamping.

b. Melaksanakan Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia

sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA, dan

c. Memfasilitasi Pendidikan dan pelatihan Bahasa Indonesia kepada

TKA.”

Selanjutnya pada pasal 29 Perpres TKA 2018 disebutkan bahwa “Tenaga

kerja pendamping yang mengikuti pendidikan dan pelatihan mendapat sertifikat

pelatihan dan/ atau sertifikat kompetensi sesuai dengan perundang-undangan”.

Maka dari itu TKA yang didatangkan oleh perusahaan pemerintah/swasta

hendaknya yang benar-benar terampil sehingga dapat membantu proses

pembangunan ekonomi di Indonesia. Dimana diharapkan dalam jangka waktu

tertentu tersebut, alih teknologi khususnya transfer of knowledge telah dikuasai

atau sekurang-kurangnya dipahami dengan baik oleh tenaga kerja dalam negeri.

Untuk itu proses alih teknologinya kepada tenaga kerja lokal harus

mendapatkan pengawasan yang ketat oleh pengawas ketenagakerjaan pada

kementerian dan dinas provinsi serta memberikan sertifikasi kepada tenaga

kerja pendamping.

50

B. Dukungan Kebijakan Pemerintah

Pemerintah mengakui daya saing tenaga kerja Indonesia masih kurang

dalam segi kualitas dan kuantitasnya dibanding negara-negara lain. Namun,

pemerintah menyatakan untuk tetap menyepakati pasar bebas. Apabila kita

kembali melihat keadaan ketenagakerjaan di Indonesia ditandai oleh beberapa

masalah pokok, antara lain:

1. Kesempatan kerja yang terbatas.

2. Rendahnya kualitas Angkatan kerja.

3. Masih tingginya tingkat pengangguran.14

Kondisi ini mengharuskan Indonesia untuk mencari terobosan dan

pemecahan. Sebagai negara hukum (rechtstaat) tentunya yang menjadi salah

satu kewajiban bagi negara Indonesia untuk memberikan kepastian hukum,

yaitu bentuk-bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja lokal tanpa harus

melanggar kesepakatan-kesepakatan yang dibuat dalam dengan negara lain.15

Hal ini karena posisi tawar pekerja Indonesia baik yang di dalam negeri maupun

di luar negeri sangat juga ditentukan oleh dukungan politik dan hukum dari

Pemerintah Indonesia.16

Peran pemerintah merupakan hal yang mutlak dalam membangun

kesejahteraan negara, menurut teori negara kesejahteraan (walfare state) dimana

pemerintah memegang peranan penting dalam melindungi dan menjamin

kesejahteraan rakyatnya melalui kebijakan yang mengakomodasi kepentingan

rakyat demi tercapainya kesejahteraan rakyat yang dicita-citakan. Sebagaimana

yang telah diamanatkan oleh negara pada pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 yang berbunyi “Pemerintah melindungi segenap bangsa dan seluruh

14 Sunarso Dan Puji Lestari, Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Dalam PJPT II Sebagai

Strategi Untuk Memperkokoh Ketahanan Nasional, Jurnal Pendidikan No.1, 1995. Hal: 151. 15 Anis Tiana Pottag, Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang Bekerja Di

Indonesia, Jurnal Politik Hukum Vol. 1 No. 2, 2018. Hal: 239 16 Muhammad Fadli, Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam Menghadap

Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jurnal Rechtvinding Vol.3 No.4, 2014, Hal : 284.

51

tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa”.17

Berdasarkan hasil telusur kebijakan, berikut adalah peraturan perundangan

yang telah dikeluarkan Pemerintah dalam membuat payung hukum untuk

melindungi TKI dalam menghadapi derasnya TKA yang bekerja di indonesia,

No Kebijakan Keterangan

1. Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan

Terdiri dari 193 pasal: pasal 42-49

mengenai penggunaan Tenaga Kerja

Asing dan pasal 67-101 tentang

Perlindungan, Pengupahan, dan

Kesejahteraan. Pasal 185 tentang

sanksi bagi pemberi kerja TKA yang

melanggar.

2. Peraturan Presiden Nomor 20

Tahun 2018 Tentang

Penggunaan Tenaga Kerja

Asing.

Terdiri dari 38 pasal, ruang lingkung

pengaturan dalam Peraturan Presiden

ini adalah Tata Cara Penggunaan dan

Pengesahan Rencana penggunaan

TKA, Persyaratan TKA yang ingin

bekerja di indonesia, pelatihan dan

pendidikan, pelaporan, pengawasan,

sanksi, pembayaran dana kompensasi

penggunaan TKA, dan Ketentuan

Penutup.

Peraturan ini merupakan petunjuk

teknis penggunaan TKA sehingga lebih

bersifat prosedural.

17 Eddy Kiswanto, Negara Kesejahteraan (Walfare State): Mengembalikan Peran Negara

Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Di Indonesia. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi

Politik Vol.9 No.2, 2005. Hal: 97.

52

3. Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Nomor 10

Tahun 2018 Tentang Tata

Cara Penggunaan Tenaga

Kerja Asing

Terdiri dari 43 pasal, yang merupakan

penegasan kembali serta rincian syarat

dan peraturan yang telah diatur

sebelumnya oleh peraturan diatasnya

seperti Undang-Undang

Ketenagakerjaan tahun 2013 serta

Perpres TKA 2018.

4. Keputusan Menteri

Ketenagakerjaan Dan

Transmigrasi Nomor 40

Tahun 2012 Tentang Jabatan

Tertentu Yang Dilarang

Diduduki Oleh Tenaga Kerja

Asing

Dalam keputusan Menteri ini terdapat

19 jabatan yang tidak boleh diduduki

TKA. Dikarenakan jabatan tersebut

berhubungan langsung dengan

kepegawaian.

Disamping itu, saat ini kementerian ketenagakerjaan tengah menyusun

Rencana Strategis (Renstra) ketenagakerjaan tahun 2020-2024 sebagai upaya

peningkatan kesiapan sumber daya manusia Indonesia. Dalam paparannya,

Sekretaris Jenderal (Sekjen) kemnaker Khairul Anwar menyebut delapan arah

kebijakan renstra kemnaker pada tahun 2020-2024. Rinciannya sebagai berikut:

1. Mengembangkan pasar tenaga kerja terbuka bagi sektor-sektor

pekerjaan yang bernilai tambah tinggi.

2. Meningkatkan kualitas Pendidikan dan pelatihan yang adptif terhadap

teknologi, khususnya bagi milenial (Pendidikan vokasi) dan soft skills.

3. Pengembangan pusat-pusat pelatihan ketenagakerjaan (Lembaga

kursus/komunitas) bagi kelompok berpendidikan rendah.

4. Mengembangkan informasi pasar kerja yang terbuka serta menjangkau

seluruh daerah serta potensi “demand” tenaga kerja.

53

5. Menguatkan relevensi dunia Pendidikan dan dunia kerja baik dari

kurikulum, pendidik, sarana dan prasarana, metode pembelajaran,

hingga sertifikasi keahlian (SKKNI).

6. Meningkatkan kualitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada bidang

dan keahlian tertentu serta pengembangan pasar baru PMI di luar negeri.

7. Peningkatan kuantitas dan kualitas hubungan industrial untuk

menciptakan iklim ketenagakerjaan yang baik.

8. Peningkatan kapasitas pengawasan ketenagakerjaan untuk iklim

ketenagakerjaan yang baik.18

Penyusunan renstra ini diharapkan dapat memetakan apa saja yang

dilakukan pemerintah khususnya kemnaker dan sesuai target yang sudah

disepakati untuk menjadi indikator kinerja pemerintah kedepan.

C. Pengendalian Laju Tenaga Kerja Asing (TKA)

Hadirnya Tenaga Kerja Asing (TKA) di negara Indonesia akan berdampak

bagi ekonomi negara sebagai investasi jangka panjang dalam hal pembangunan

nasional. Permasalahan yang timbul adalah bahwa jumlah TKA yang bekerja di

Indonesia semakin meningkat dan dikhawatirkan berdampak pada kesempatan

kerja bagi tenaga kerja lokal. Terlebih kualitas SDM dan ketenagakerjaan di

Indonesia yang masih berada diperingkat bawah.

Indonesia perlu melakukan upaya untuk menata tenaga kerja lokal.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan diantaranya adalah pengembangan standar

kompetensi kerja, pengembangan pendidikan dan pelatihan berbasis

kompetensi, serta harmonisasi regulasi antar instansi. Terkait harmonisasi

regulasi antar instansi, langkah ini memegang peranan yang penting.

Untuk dapat mengendalikan jumlah TKA di Indonesia maka pemerintah

harus membatasi penggunaan TKA dan melakukan pengawasan. Pembatasan

18 Kemnaker Beberkan 8 Rencana Strategis Ketenagakerjaan, Diakses Dari

Https://Money.Kompas.Com/Read/2019/04/09/185936726/Kemnaker-Beberkan-8-Rencana-

Strategis-Ketenagakerjaan-2020-2024 Pada Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.56.

54

TKA sangat diperlukan sebagai penjamin atas kesempatan kerja yang layak di

indonesia bagi TKL. Sesuai penetapan pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang

berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan”.

Hal ini merupakan implementasi dari pemenuhan hak asasi manusia

termasuk dalam hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan hak

individu dalam pemenuhan kebutuhan hidup, yang meliputi hak atas pekerjaan,

hak asasi untuk bekerja secara bebas di negaranya sendiri.19

Dalam hal pengendalian TKA, pemerintah telah mengatur secara tegas

tentang penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia untuk mencegah terjadinya

penggunaan TKA yang berlebihan. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan,

salah satunya Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan

Tenaga Kerja Asing sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Secara prinsip pemerintah mengendalikan masuknya TKA melalui

berbagai persyaratan yang telah diatur dalam regulasi, kemudian melakukan

pengawasan dan penegakan hukum. Salah satunya adalah mewajibkan kepada

seluruh perusahaan memiliki Rencana Penggunaan Tenaga kerja Asing

(RPTKA) yang disahkan pejabat yang berwenang sebagaimana yang telah

diatur pada pasal 7 ayat (1) Perpres TKA 2018 yang menyebutkan : “ Setiap

pemberi kerja TKA yang menggunakan TKA harus memiliki RPTKA yang

disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk ”, dilanjutkan dengan pasal 7

ayat (2) Perpres TKA 2018 yang berbunyi “ RPTKA sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. Alasan penggunaan TKA.

b. Jabatan dan atau kedudukan TKA dalam struktur organisasi perusahaan

yang bersangkutan.

19 Ario Adrianto, Skripsi: Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem

Ketenagakerjaan Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Makassar: Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar, 2017. Hal: 69.

55

c. Jangka waktu penggunaan TKA, dan

d. Penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA yang

dipekerjakan.”

Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja mengajukan

permohonan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk, sebagaimana yang

dimuat pada pasal 7 ayat (4) Perpres TKA 2018 yang menyebutkan: “

permohonan pengesahan RPTKA yang dimaksud pada ayat (3) Perpres TKA

2018 disampaikan oleh pemberi kerja TKA dengan melampirkan :

a. Surat izin usaha dari instansi yang berwenang.

b. Akta dan keputusan pengesahan pendirian dan atau perubahan dari

instansi yang berwenang.

c. Bagan struktur organisasi perusahaan

d. Surat pernyataan untuk penunjukan tenaga kerja pendamping dan

pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan kerja.

e. Surat pernyataan untuk melaksanakan Pendidikan dan pelatihan kerja

bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang

diduduki oleh TKA.”

Selain itu perlunya RPTKA dimaksudkan agar penggunaan TKA

dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja lokal

dan juga pengawasan bagi TKA.20 Pengendalian laju tenaga kerja asing melalui

RPTKA merupakan langkah pemerintah untuk melindungi TKL Indonesia,

dalam konteks ini maka sesuai dengan teori perlindungan hukum yang

dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo ialah perlindungan yang diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum.21

Berdasarkan perpres TKA 2018 ini, setiap pemberi kerja yang

mempekerjakan TKA wajib mengutamakan tenaga kerja lokal pada semua jenis

20 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Khairul Anwar Sekretaris Jendral Kementerian

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada 14 November 2019 21 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Karya Bakti), 2000. Hal: 53.

56

jabatan yang tersedia dan memperhatikan jabatan-jabatan yang dilarang

diduduki oleh TKA, oleh karenanya pemerintah mempertegas pada pasal 4

Perpres TKA 2018 yang mengharuskan kepada seluruh pemberi kerja untuk

mengutamakan TKL pada semua jenis jabatan yang tersedia kecuali jabatan

tersebut tidak dapat diduduki oleh TKL. Adapun jabatan yang tidak boleh

diduduki oleh TKA yang disebutkan di pasal 5 ayat (1) Perpres TKA 2018 yaitu

“ TKA dilarang untuk menduduki jabatan yang mengurusi personalia, atau

jabatan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri ”, Aturan mengenai posisi kerja

atau jabatan yang tidak boleh diduduki oleh Tenaga Kerja Asing tertuang

didalam Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor 40 Tahun 2012 Tentang

Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing.

Didalam aturan tersebut, tertulis jabatan apa saja yang tidak boleh diduduki oleh

TKA yang bekerja di Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut berikut adalah

jabatan yang tidak boleh dipegang oleh TKA:

1. Direktur Personalia (Personnel Director).

2. Manajer Hubungan Industrial (Industrial Relation Manager).

3. Manajer Personalia (Human Resource Manager).

4. Supervisor Pengembangan Personalia (Personnel Development

Supervisor).

5. Supervisor Perekrutan Personalia (Personnel Recruitment Supervisor).

6. Supervisor Penempatan Personalia (Personnel Placement Supervisor).

7. Supervisor Pembinaan Karir Pegawai (Employee Career Development

Supervisor).

8. Penata Usaha Personalia (Personnel Declare Administrator).

9. Kepala Eksekutif Kantor (Chief Executive Officer).

10. Ahli Pengembangan Personalia dan Karir (Personnel and Careers

Specialist).

11. Spesialis Personalia (Personnel Specialist).

12. Penasehat Karir (Career Advisor).

57

13. Penasehat tenaga Kerja (Job Advisor).

14. Pembimbing dan Konseling Jabatan (Job Advisor and Counseling).

15. Perantara Tenaga Kerja (Employee Mediator).

16. Pengadministrasi Pelatihan Pegawai (Job Training Administrator).

17. Pewawancara Pegawai (Job Interviewer).

18. Analisis jabatan (Job Analyst).

19. Penyelenggaraan penempatan kerja (Occupational Safety Specialist ).

Perusahaan dilarang merekrut TKA untuk ditempatkan didalam posisi kerja

sebagaimana tercantum diatas. Hal ini karena jabatan diatas berhubungan

langsung dengan pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan,

keselamatan dan perekrutan personalia. Tentu saja semua hal yang berkaitan

dengan personalia harus dipegang oleh tenaga kerja lokal yang memiliki

kewarganergaraan Indonesia (WNI).

Hal ini bertujuan agar setiap keputusan yang diambil tidak akan berdampak

buruk terlebih jika berkaitan dengan personalia atau karyawan. Sebagaimana

dalam teori perlindungan hukum dan hak asasi manusia , yaitu perlindungan

bagi tenaga kerja lokal yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak asasi dasar

pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar

apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dengan tetap memperhatikan

perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha.

Pemberi kerja juga dilarang untuk mempekerjakan TKA yang

berpendidikan rendah/ sebagai buruh kasar. Pada pasal 5 ayat (3) Perpres TKA

2018 tentang syarat kualifikasi dan kompetensi TKA, syarat tersebut

disampaikan pada pasal 5 Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018, yaitu :

1. Memiliki Pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki

oleh TKA.

2. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja paling

sedikit 5 (lima) tahun yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang akan

diduduki TKA.

58

3. Mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja pendamping.

Pada pasal 30 Perpres TKA 2018 ini juga mewajibkan pemberi kerja TKA

untuk melapor pelaksanaan penggunaan TKA setiap 1 (satu) kepada Menteri,

yang meliputi :

a. Pelaksaan penggunaan TKA, dan

b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping.

Dilanjutkan pada pasal 31 Perpres TKA 2018 yang berbunyi “ Menteri atau

pejabat yang ditunjuk harus menyampaikan data yang dipekerjakan oleh

pemberi kerja TKA kepada unit kerja pemerintahan provinsi/kabupaten/kota

yang membidangi ketenagakerjaan sesuai dengan lokasi kerja TKA.”

Kemudian secara khusus pengawasan TKA yang tertera pada pasal 33

Perpres TKA 2018, yaitu pengawasan terhadap TKA dilakukan oleh pengawas

ketenagakerjaan pada kementerian dan dinas provinsi yang membidangi urusan

di bidang ketenagakerjaan dan pegawai imigrasi yang bertugas pada bidang

pengawasan dan penindakan keimigrasian, secara terkoordinir sesuai dengan

lingkup tugas dan kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku.

Mengenai sanksi bagi pemberi kerja yang melanggar, telah diatur khusus

pada pasal 34 Perpres TKA 2018 yang berbunyi :

(1) Pemberi kerja TKA yang melanggar ketentuan penggunaan TKA,

pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping, dan

pelaporan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan

(2) Pemberi kerja TKA yang memberikan keterangan tidak benar dalam

pernyataan penjaminan atau tidak memenuhi jaminan yang

diberikannya dan TKA yang melanggar ketentuan izin tinggal

keimigrasian dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang keimigrasian.

59

Sanksi yang dijatuhkan kepada pemberi kerja TKA yang tidak sesuai

dengan peranturan Perundang-undangan tertuang pada pasal 185 Undang-

Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003, yaitu:

a. Bagi pemberi kerja yang tidak memiliki izin kerja dikenakan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun

dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400

juta.

b. Jika jabatan tidak sesuai kompetensi dan/atau tidak menunjuk TKI

Pendamping, akan dikenakan sanksi berupa kurungan selama 1 s.d. 12

bulan dan denda sebesar Rp 10 juta s.d. Rp 100 juta.

c. Jika pemberi kerja TKA tidak melakukan pembayaran Dana

Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (DKPTKA) dan/atau

memulangkan TKA setelah masa perjanjian kerja selesai, maka

dikenakan sanksi administrasi yang salah satunya berupa Pencabutan

IMTA.

Terhadap setiap pengajuan RPTKA di Indonesia harus dibatasi baik dalam

jumlah maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing.

Serta pengawasan yang ketat yang dilakukan oleh dinas ketenagakerjaan. Hal

ini bertujuan agar kehadiran TKA di Indonesia bukanlah sebagai ancaman yang

cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai

pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan selalu

menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antar sesama tenaga

kerja lokal maupun tenaga kerja asing.

Peran negara dan pemerintah bukan hanya cukup dengan membuat

peraturan perundang-undangan saja, tetapi lebih dari itu adalah melaksanakan

peraturan yang telah dibuat diwujudkan menjadi kenyataan. Hal ini merupakan

tuntutan, karena Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau

negara kesejahteraan atau negara kemakmuran (welfare state) yang menjamin

terselenggaranya kesejahteraan negara dan keadilan kepada warganya yang

tercipta karena atas berkat rahmat serta ridha Allah Yang Maha Kuasa dan

60

dengan didorong oleh keinginan luhur bangsa untuk berkehidupan, kebangsaan

yang bebas, merdeka berdasarkan suatu ketertiban menuju kesejahteraan.22

Ketentuan tersebut merupakan landasan bagi arah politik pembangunan

hukum nasional dalam rangka melindungi segenap bangsa sebagai asas tentang

persatuan seluruh bangsa Indonesia dan asas perlindungan hukum, tanpa

kecuali. Artinya negara turut campur dan bertanggung jawab dalam upaya

mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai perwujudan perlindungan

hukum.23

Kehadiran tenaga kerja asing juga dapat dikatakan sebagai salah satu

pembawa devisa bagi negara dimana adanya pembayaran kompensasi atas

setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan yang tertuang pada pasal 24 Perpres

TKA 2018, pembayaran dana kompensasi penggunaan tenaga kerja asing

merupakan penerimaan negara bukan pajak, pembayaran kompensasi dilakukan

setiap tahun sesuai jangka waktu TKA bekerja di Indonesia dan dikecualikan

pada pemberi kerja.

22 Moh. Busyro Muqoddas, Politik Pembangunan Hukum Nasional, (Yogyakarta: UII

Press), 1992. Hal: 4. 23 Ujang Charda S, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Anak

Yang Bekerja Di Luar Hubungan Kerja Pada Bentuk Pekerjaan Terburuk. Jurnal Syi’ar Hukum

Vol . XII . No. 2. 2010. Hal: 130.

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan bab-bab terdahulu maka, dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam hal perlindungan tenaga kerja lokal, pemerintah

melakukan pengendalian laju masuknya TKA di Indonesia, yaitu

dengan menerbitkan beberapa peraturan, salah satunya Peraturan

Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga

Kerja Asing. TKA yang akan bekerja di Indonesia dikendalikan

melalui perizinan (RPTKA) yang disahkan oleh pejabat yang

berwenang. Penggunaan TKA hanya dibuka untuk jabatan

professional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, selain itu dalam perpres tka 2018 ini juga mengatur

bahwa pemberi kerja harus mengutamakan TKL disetiap jabatan

yang ada kecuali jabatan tersebut tidak bisa diisi oleh TKL. TKA

juga tidak dapat menduduki jabatan-jabatan yang dilarang

diduduki oleh TKA yang secara rinci disebutkan dalam Keputusan

Menteri Ketenagakerjaan Dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun

2012 Tentang Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh

Tenaga Kerja Asing. Pemerintah juga melakukan pengawasan dan

pemberian sanksi bagi para pemberi kerja yang melanggar sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan. Membatasi penggunaan

TKA dan melakukan pengawasan diperlukan untuk

meminimalisir agar TKA tidak menjadi ancaman bagi TKL dan

mengambil alih semua pekerjaan yang ada. TKA yang masuk ke

Indonesia seharusnya dijadikan peluang untuk memajukan

perekonomian negara Indonesia.

2. Dalam hal peningkatan kualitas SDM dan daya saing tenaga kerja

untuk memasuki pasar kerja global, dilakukan melalui sejumlah

strategi, yaitu menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional

62

Indonesia (SKKNI), sertifikasi kompetensi, pengembangan

program kerja sama, dan perbaikan kualitas pendidikan.

B. Rekomendasi

1. Bagi pemerintah, harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat

tentang masuknya tenaga kerja asing dan cara menghadapinya,

serta sosialisasi tentang program-program yang dibuat pemerintah

untuk meningkatkan kualitas SDM. Pemerintah juga harus

konsisten dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum

untuk mencegah adanya pelanggaran.

2. Bagi tenaga kerja lokal, untuk terus mengasah kemampuan/ skill,

melatih kemampuan dalam bidang iptek, dan update dengan

kondisi pasar tenaga kerja dalam negeri.

63

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika). 2009.

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung:

Citra Aditya Bakti). 2009.

Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Medan: USU

Press), 2010.

Budiono Abdul Rachmat, Hukum Perburuhan Di Indonesia, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada). 1995.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada), 2008.

C. Sumarprihatiningrum, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia,

Jakarta : HIPSMI. 2006.

Hermawan Wasito, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama), 1992.

Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika), 2009.

Jimly Asshiddiqie, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta : Mahkamah

Konstitusi), 2010

Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi,

(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya), 1994.

M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan

Aplikasinya, (Bogor: Ghalia), 2002.

Moh. Busyro Muqoddas, Politik Pembangunan Hukum Nasional,

(Yogyakarta: UII Press), 1992.

Mukti Fajar Dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris &

Normatif, (Jakarta: Pustaka Pelajar). 2010.

64

Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif

Pembangunan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 2014.

Murti Sumarni & John Suprihanto, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi

Perusahaan, (Yogyakarta: Liberty). 2014.

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, (Jakarta: Fakultas

Syariah Dan Hukum Uin Syarifhidayatullah Jakarta). 2017.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia, (Surabaya:

Bina Ilmu), 1987.

Rozali Abdullah, Perkembangan Ham dan Keberadaan Peradilan HAM di

Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2002

Rudihartono Ismail dan Helmawati, Meningkatkan SDM Berkualitas Melalui

Pendidikan Menyiapkan SDM Papua Yang Berdaya Saing, (Bandung:

Alfabeta), 2018.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000.

Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada), 2008.

Sonny Sumarsono, Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya

Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2009.

Sri Herianingrum Tika Widiastuti, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep

dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada).

Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, (Medan: Medan Area

University Press), 2012.

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, cet.1,(Jakarta: Balai Pustaka),

1991 .

Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat

Madani, (Jakarta Prenada Media), 2003.

65

Tribowo Darmawan Dan Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan.

(Jakarta:LP3ES). 2006.

Jurnal

Anis Tiana Pottag, Politik Hukum Pengendalian Tenaga Kerja Asing Yang

Bekerja Di Indonesia, Jurnal Politik Hukum Vol. 1 No. 2, 2018.

Chairul Saleh, Kajian Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Upaya

Perlindungan Tenaga Kerja Lokal Dalam Menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN, Jurnal Bisnis Dan Manajemen Vol. 10 No. 2, 2016.

Diana Harding, Anissa Lestari Kadiyono, Yuyun Hidayat, Pelatihan Dan

Pengembangan SDM Sebagai Salah Satu Upaya Menjawab

Tantangan MEA, Jurnal Psikologi Sains Dan Teknologi Vol. 2, No. 2,

2018.

Eddy Kiswanto, Negara Kesejahteraan (Walfare State): Mengembalikan

Peran Negara Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial Di

Indonesia. Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Politik Vol.9 No.2,

2005.

Fitratunnisa, Dampak Tenaga Kerja Asing Terhadap Sosial Kemasyarakat

Masyarakat Kota Dumai, Jurnal FISIP Universitas Riau Vol. 4 No.1,

2016.

I Wayan Gede Wiryawan. Perlindungan Hak Konstitusional Pekerja Dalam

Sistem Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum

Kertha Wicaksana. Vol. 19 No. 2 .2013.

Jepi Adianto dan Muhammad Fedryansyah, Peningkatan Kualitas Tenaga

Kerja Dalam Menghadapi Asean Economy Community, Jurnal

Pekerjaan Sosial Vol.1 No.2. Bandung: Universitas Padjajaran. 2018.

Joko Ismono, Hubungan Kerja dalam Perspektif HAM, Ekonomi, dan

Pembangunan, jurnal hukum Vol.2 No.1 , 2018.

66

Latif Adam, Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui

Peningkatan Produktivitas, Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 11

No. 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Perkembangan Dan Dinamika Hukum

Ketenagakerjaan Di Indonesia, Jurnal Selat Vol.5 No.1. 2017.

Monika Suhayati, Kontroversi Perpres Nomor 20 Tahun 2018 Tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Hukum Vol. 10 No. 9, 2018.

Muhammad Fadli, Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam

Menghadap Masyarakat Ekonomi Asean 2015, Jurnal Rechtvinding

Vol.3 No.4, 2014.

Muhdar HM, Potret Ketenagakerjaan, Pengangguran, Dan Kemiskinan Di

Indonesia: Masalah dan Solusi, Jurnal IAIN Gorontalo Vol. 11 No.1,

2015.

Nasri Bachtiar dan Rahmi Fahmi, Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesempatan Kerja: Suatu Tinjauan

Literatur. Jurnal kependudukan Indonesia. Vol.1 No.1. Tahun 2011.

Nina Juwitasari dan Sanhaji dan Solechan, Implikasi Yuridis Keberadaan

Tenaga Kerja Asing Sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Jurnal

Diponegoro Law Review Vol.5 No.2, 2016.

Oman Sukmana, Konsep Dan Desain Negar Kesejahteraan (Walfare State),

Jurnal Social Politik, Vol.2 No.1,2016.

Putu Genta Prayoga Mahardika Dan I Made Sarjana, Kajian Izin Penggunaan

Tenaga Kerja Asing Dalam Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun

2018, Vol.9 No.9, 2019

Randang Frankiano B, Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Dalam

Menghadapi Persaingan Dengan Tenaga Kerja Asing, Jurnal Ilmiah

Hukum Vol. 5 No. 1, 2011.

67

Ridwan Iskandar dan Budi Setiawan, Sertifikasi Kompetensi Sebagai Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata

Dalam Menyambut MEA,Vol. 2 No 2, 2015.

Risky Vista Puspita Sari, Aries Harianto, Ida Bagus Oka Ana. Kepastian

Hukum Pengaturan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia.

Jurnal Hokum Vol.5 No.3. 2018.

Riska Franita, Analisa Pengangguran Di Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan

Sosial Vol.1, 2016.

Sintaningrum Dan Liiklai Felfina, Kebijakan Proteksi Tenaga Kerja

Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, Jurnal

Fisip Universitas Padjajaran Vol.15 No.1. 2017.

Suhandi, Pengaturan Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga Kerja Asing Dalam

Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN Di Indonesia, vol.XXI

No.2, 2016.

Sunartono. Analisis Peningkatan Kesempatan Kerja Di Indonesia. Jurnal

Sains Dan Teknologi Indonesia, 2008.

Syaifuddin Zuhdi, Wisnu Tri Nugroho, Roudlotul Jannah, Meninjau

Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Sebagai Rangka

Perbaikan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ,Vol. 4 No.

1, April 2019.

Sunarso Dan Puji Lestari, Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan Dalam PJPT

II Sebagai Strategi Untuk Memperkokoh Ketahanan Nasional, Jurnal

Pendidikan No.1, 1995.

Ujang Charda S, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan Terhadap Tenaga

Kerja Anak Yang Bekerja Di Luar Hubungan Kerja Pada Bentuk

Pekerjaan Terburuk. Jurnal Syi’ar Hukum Vol . Xii . No. 2. 2010.

68

Skripsi

Saputri Ratu, Skripsi : Pelaksanaan Pengawasan Tenaga Kerja Asing Oleh

Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, (Lampung:Universitas

Bandar Lampung). 2017.

Adam Nugraha Nasution, Skripsi: Pengaruh Tenaga Kerja Asing Terhadap

Kondisi Buruh Di Indonesia. Bandung: Universitas Pasundan, 2016.

Agung Syarifudin, Skripsi: Pengawasan Terhadap Perizinan Pembangunan

Perumahan Dengan Hunian Berimbang Di Kota Bandung Dalam

Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare State), (Bandung:

Universitas Pasundan). 2016.

Annisa Amalia, Skripsi: Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja

Outsourcing (Studi Komparasi Antara Hukum Islam Dan Undang-

Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan), Lampung:

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.

Ario Adrianto, Skripsi: Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Sistem

Ketenagakerjaan Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Islam, Makassar:

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017.

Budi Astuti, Tesis: Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan

Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia /Tenaga Kerja Wanita Penata

Laksana Rumah Tangga (TKI / TKW PLRT), (Semarang: Universitas

Diponegoro), 2008.

Elva, Skripsi: Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak

Pidana Yang Dilakukan Penderita Gangguan Jiwa, ( Lampung:

Universitas Lampung), 2019.

Krismena Natalina Panjaitan, Skripsi: Pembinaan Karier Ketenagakerjaan

dalam Perbankan (Studi Kasus di PT. Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk Cabang Karangayu Semarang), (Semarang:

Universitas Diponegoro, 2010.

69

Muchsin, skripsi: Perlindungan Dan Kepastian Hukum Bagi Investor Di

Indonesia, (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret). 2003.

Muhammad Reza Baihaki, Skripsi: Problematika Open Legal Policy Dalam

Periodisasi Masa Jabatan Hakim Konstitusi, Jakarta: UIN

Syarifhidayatullah Jakarta, 2019.

Setiono, Tesis: Rule Of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu

Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret). 2004.

Siti Romlah, Skripsi: Problematika Legal Protection Ojek Online Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 41/PUU-XVI/2018, (Jakarta:

UIN Syarifhidayatullah Jakarta). 2019.

Syafaruddin, skripsi : Aspek Hukum Tenaga Kerja Asing Pada Perusahaan

Swasta Di Kota Medan, (medan: universitas sumatera utara). 2002 .

Trini Diyani, Skripsi: Paradigma Baru Kebijakan Penanaman Modal Asing

PT. Freeport Indonesia, (Jakarta: UIN Syarifhidayatullah Jakarta),

2019

Website

Diakses dari http://kemnaker.go.id/berita/beritanaker/menkumham-tegaskan-

isu-serbuan-tka-China-itu-hoax, tanggal 14 maret 2019 09.00 WIB.

Diakses dari

https://nasional.kompas.com/read/2018/04/05/10393051/jokowi-

teken-perpres-permudah-tenaga-kerja-asing?page=all, pada tanggal

14 maret 2019 pukul 09.15 WIB.

Diakses dari https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/1564/februari-

2019--tingkat pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-5-01-persen.html,

pada tanggal 5 Oktober 2019 pukul 20:50 WIB.

Diakses Dari Http://Tesishukum.Com/Pengertian-Perlindungan-Hukum-

Menurut-Para-Ahli/. Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 15.05 WIB.

70

Diakses Dari https://www.indonesiana.id/read/127150/implementasi-teori-

negara-kesejahteraan-di-indonesia. Tanggal 29 Juli 2019 Pukul 22.18

WIB.

Diakses Dari

Https://Www.IndonesiaInvestments.Com/Id/Keuangan/Angka-

Ekonomi Makro/Pengangguran/Item255 Pada Tanggal 6 Oktober

2019 Pukul 14.13 WIB.

Diakses Dari

Https://Www.Bps.Go.Id/Pressrelease/2019/05/06/1564/Februari-

2019--Tingkat-Pengangguran-Terbuka--Tpt--Sebesar-5-01-

Persen.Html Pada Tanggal 6 Oktober 2019 Pukul 14.20 WIB.

Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20171128/12/713425/survei-

world-bank-9-juta-pekerja-indonesia-di-luar-negeri pada tanggal 14

Oktober 2019 pukul 21.45 WIB.

Diakses dari

Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/04/10/Tenaga-

Kerja-Asing-Di-Indonesia-Hanya-004-Dari-Total-Penduduk Pada

Tanggal 15 Oktober 2019 Pukul 14;06 WIB.

Diakses Dari Http://Ditjenpp.Kemenkumham.Go.Id/Hukum-Bisnis/1427-

Tenaga-Kerja-Asing-Di-Indonesia-Kebijakan-Dan-

Implementasi.Html Pada Tanggal 10 Oktober 2019, Pukul 06:54.

Diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-

4506547/ribut-jumlah-tka-di-ri-ekonom-tki-di-luar-negeri-40-kali-

lipat pada tanggal 14 oktober 2019 pukul 14;02 WIB.

Diakses dari

https://biz.kompas.com/read/2018/04/18/161326328/pemerintahsiap

kan-aturan-turunan-perpres-tenaga-kerjaasing Pada Tanggal 12

Oktober 2019 15.22 WIB.

71

Diakses Dari Http://Www.Mpssoft.Co.Id/Blog/Hrd/Ini-Jabatan-Yang-Tidak-

Boleh-Diduduki-Oleh-Tka-Di-Indonesia/ Pada Tanggal 15 oktober

2019 Pukul 16.17 WIB.

Diakses dari

http://arsip.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/401/2016/01/Strategi_

peningkatan_daya_saing_tenaga_kerja_indonesia_meghadapi_mea.p

df Pada Tanggal 19 Oktober 2019 Pukul 20.36 WIB.

Diakses Dari Https://Feb.Ub.Ac.Id/Id/Sdm-Tanggung-Jawab-Siapa.Html

Pada Tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 20.04 WIB.

Diakses dari https://yermanetri.wordpress.com/2011/04/21/pengembangan-

sdm-dalam-menghadapi-globalisasi-2/ Pada Tanggal 22 Oktober

2019 Pukul 13.38 WIB.

Diakses Dari Https://News.Detik.Com/Berita/D-4448778/Kemnaker-

Beberkan-Tiga-Strategi-Tingkatkan-Kualitas-Sdm Pada Tanggal 20

November 2019 Pukul 22.49 WIB. ,

Diakses Dari Https://Www.Tribunnews.Com/Tribunners/2016/01/04/Upaya-

Pemerintah-Persiapkan-Pekerja-Jelan-Mea Pada Tanggal 18

November 2019 Pukul 21.30 WIB. ,

Diakses dari Https://Www.Dev-Cafe.Org/Peningkatan-Kualitas-Sdm-

Menghadapi-Tantangan-Global/ Pada Tanggal 19 November 2019

Pukul 14.57 WIB.

Diakses Dari https://bnsp.go.id/informasi/93/Sejarah-BNSP Pada Tanggal 21

November 2019 Pukul 17.00 WIB.

Diakses Dari Https://Lpmpkaltara.Kemdikbud.Go.Id/Wp

Content/Uploads/2019/02/Bappenas.Pdf Pada Tanggal 21 November

2019 Pukul 17.26 WIB.

Diakses Dari

Https://Money.Kompas.Com/Read/2019/04/09/185936726/Kemnake

72

r-Beberkan-8-Rencana-Strategis-Ketenagakerjaan-2020-2024 Pada

Tanggal 18 November 2019 Pukul 21.56.

Regulasi

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja

Asing.

Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Penggunaan

Tenaga Kerja Asing.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tentang Jabatan

Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing.