PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI …simtakp.uui.ac.id/dockti/FITRIAH-skripsi.pdf · Imunisasi...

of 51 /51
PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI TETANUS TOXOID DI PUSKESMAS TANGSE KABUPATEN PIDIE SKRIPSI Di Ajukan Untum Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Stikes U’Budiyah Banda Aceh OLEH : FITRIAH NIM: 121010210010 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2012

Embed Size (px)

Transcript of PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI …simtakp.uui.ac.id/dockti/FITRIAH-skripsi.pdf · Imunisasi...

  • PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI TETANUS TOXOID DI PUSKESMAS TANGSE

    KABUPATEN PIDIE

    SKRIPSI

    Di Ajukan Untum Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan Stikes UBudiyah

    Banda Aceh

    OLEH :

    FITRIAH

    NIM: 121010210010

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UBUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

    BANDA ACEH TAHUN 2012

  • 26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya

    pencegahan terhadap infeksi tetanus (Indanati, 2009). Angka Kematian Ibu

    (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan

    perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

    ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 yaitu

    meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun

    2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil

    survey yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke

    waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan

    millennium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras terus menerus.

    Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

    1994-2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 1994 terdapat

    309/100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 terdapat 334/100.000 kelahiran

    hidup, tahun 2002 terdapat 307/100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007

    terdapat 228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs (Millenium

    Development Goal) untuk penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah

    pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990. Berdasarkan target MDGs berarti

    tahun 2015 ditargetkan Angka Kematian Ibu maksimal 100 kematian per

    100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010).

    Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991-

  • 27

    2007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1991

    terdapat 68/1000 kelahiran hidup, tahun 1994 terdapat 57/100 kelahiran hidup,

    tahun 1997 terdapat 46/1000 kelahiran hidup, tahun 2002 terdapat 35/1000

    kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 terdapat 34/1000 kelahiran hidup

    (Depkes, 2010).

    Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi

    faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus

    diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu melahirkan

    yaitu perdarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang (hipertensi dalam

    kehamilan/preeklamsia/eklamsia), aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih

    ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya pemberdayaan perempuan

    yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, social ekonomi keluarga,

    lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan. Kaum lelaki pun dituntut harus

    berupaya ikut aktif dalah segala permasalahan bidang reproduksi untuk lebih

    bertanggung jawab. Oleh karena itu, pandangan yang mengganggap kehamilan

    adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosial kultur agar perempuan

    dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan

    pelayanan perawatan ibu baik oleh pemeritah, swasta, maupun masyarakat

    terutama suami. Ada tiga faktor utama persentase penyebab kematian ibu

    melahirkan yaitu perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab

    kematian ibu (28%), hipertensi saat hamil atau preeklamsia atau eklamsia

    menepati persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu (24%), sedangkan

    persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi

  • 26

    (11%) dan salah satu terjadinya infeksi yaitu akibat dari tetanus toxoid

    (Depkes, 2008).

    Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2004-2008,

    persentase ibu hamil yang mendapat imunisasi TT 2+ (Tetanus Toxoid) yaitu

    pada tajun 2004 terdapat 60,9%, pada tahun 2005 terdapat 62,5%, pada tahun

    2006 terdapat 62,3%, pada tahun 2007 terdapat 82,6%, dan pada tahun 2008

    terdapat 79,5%. Selama 5 tahun terakhir, kenaikan cakupan TT 2+ ibu hamil

    pada tahun 2007 merupakan yang tertinggi, kemudian pada tahun berikutnya

    yaitu 2008 terjadi penurunan. Imunisasi TT 2+ dan pemberian tablet Fe 3

    merupakan syarat K4 berkualitas (Depkes, 2010).

    Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu

    hamil akan dibekali dengan tablet besi (Fe), hal ini merupakan upaya

    penanggulangan anemia pada ibu hamil dan dalam pelayanan ANC ibu hamil

    akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari

    kemungkinan terjadinya tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu

    pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil

    (Depkes, 2009).

    Berdasarkan laporan Analisa Uji Coba (AUC) di Indonesia pada tahun

    2005-2006 yang disusun oleh WHO yang berkerja sama dengan Departemen

    Kesehatan RI, tetanus masih merupakan penyebab utama kematian dan

    kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara

    berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Di Indonesia sekitar

    9,8 % (18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian :

  • 27

    Imunisasi tetanus tetap rendah (Depkes RI-WHO, 2009). Dengan

    ditemukannya kasus tersebut membuktikan bahwa tetanus belum musnah dan

    masih mengacam siapa saja terutama bayi yang akan lahir. Untuk itu peran

    tenaga kesehatan dalam upaya untuk membarantas penyakit tetanus toksoid

    sangat diperlukan. Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang bertanggung jawab

    untuk memusnahkan kasus tersebut namun peran dari seluruh lapisan

    masyarakat sangat diperlukan terutama bagi remaja putri yang akan menikah

    dan ibu hamil untuk berpartisipasi dalam program pemerintahan untuk

    menghilangkan angka kematian bayi yang diakibatkan oleh infeksi tetanus

    toksoid.

    Data diperoleh dari Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013 dari

    bulan Januari sampai dengan Juni Tahun 2013 didapat ibu hamil yang

    berkunjung ke Puskesmas sebanyak 3708 orang, yang mendapatkan TT1

    absolut pada bulan Januari 2013 ada 31 orang (2,50%), Februari 19 orang

    (2,99%), Maret 11 orang (1,73%), April 15 orang (2,50%), Mai 8 (133%), Juni

    15 (2,50%), TT2 absolut untuk bulan Januari 18 orang (2,83%), Februari 15

    orang (2,36%), Maret 16 orang (2,52%), April 12 orang (2,00%), Mai 7 orang

    (1,17%), Juni 8 orang (1,33%) dan TT5 absolut pada bulan Januari 3 orang

    (0,47%), Februari 0 , Maret 2 (0,31%), April 3 orang (0,50%), Mai 0, Juni 1

    orang (0,17%) (Laporan Puskesmas Tangse Pidie, 2013).

    Berdasarkan prasurvey dilakukan pada 10 orang ibu hamil ditemukan

    sebanyak 7 orang (70%) ibu tidak mengetahui manfaat imunisasi dan 3 orang

    (30%) mengetahui manfaat imunisasi tetanus toxoid.

  • 26

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas

    lebih lanjut yaitu Perilaku ibu hamil terhadap imunisasi Tetanus Toxoid di

    Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie 2013.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, terlihat bahwa masih banyak ibu

    hamil yang belum mendapatkan imunisasi TT. Adapun rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku ibu hamil terhadap imunisasi

    Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Diketahui perilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse

    Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahui Pengetahuan ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas

    Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    b. Diketahui Sikap ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse

    Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    c. Diketahui Persepsi ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas

    Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.

    d. Diketahui hubungan pengetahui dengan prilaku ibu hamil terhadap

    imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.

    e. Diketahui hubungan sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi

    TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.

  • 27

    f. Diketahui hubungan pengetahui dengan prilaku ibu hamil terhadap

    imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.

    g. Diketahui hubungan persepsi dengan prilaku ibu hamil terhadap

    imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie tahun 2013.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Secara Umum Dapat diketahuinya perilaku ibu hamil terhadap imunisasi

    TT (Tetanus Toxoid) yang diberikan pada kehamilan.

    2. Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu

    pelayanan terhadap ibu yang membutuhkan informasi mengenai Imunisasi

    TT (Tetanus Toxoid).

    3. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan

    dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta dapat berbagi

    informasi untuk penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan.

    4. Pendidikan Sebagai bahan referensi mahasiswa Program Studi D4

    Kebidanan Stikes Ubudiyah Banda Aceh, sehingga dapat menambah

    pengetahuan mengenai perilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT (Tetanus

    Toxoid).

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian ini sudah pernah diteliti oleh Cut Yusni di Poltekes tahun

    2005 dengan judul gambaran pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

    Tetanus Toxoid di Puskesmas Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Tahun

    2005.. Persamaan antara penelitian terdahulu sama sama meneliti tentang

    imunisasi Tetanus Toxoid, sedangkan perbedaannya adalah variabel yang

  • 26

    diteliti variabel pendidikan, paritas dan informasi sedangkan penelitian ini yang

    menjadi fokus penelitian adalah perilaku ibu terhadap imunisasi Tetanus

    Toxoid.

  • 27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Perilaku

    Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh

    sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,

    mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, bahkan kegiatan internal

    seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Skinner

    (2008) dalam notoatmodjo ,mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil

    hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons.

    Pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut skinner adalah

    sebagai berikut :

    1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

    reinforker berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

    dibentuk.

    2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

    membentuk perilaku yang di kehendaki

    3. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

    yang telah tersusun

    B. Bentuk Perilaku

    1. Pembentukan perilaku ada 3 macam yaitu :

    a.Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan

    b. Cara pembentukan perilaku dengan pengertian

  • 26

    c. Cara pembentukan perilaku dengan menggunakan model

    2. Beberapa teori perilaku (Notoadmojdo, 2009)

    a. Teori naluri (instinct theory)

    Teori ini dikemukakan oleh medougall sebagaimana perilaku itu

    disebabkan karena naluri dan mcdougall mengajukan sesuatu daftar

    naluri

    b. Teori dorongan (Drive theory)

    Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai

    dorongan-dorongan / drive tertentu

    c. Teori insentif (incentive theory)

    Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu

    disebabkan karena adanya insentive.

    d. Teori atribusi

    Teori ini melakukan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah perilaku

    itu disebabkan oleh disposisi internal / oleh keadaan eksternal

    C. Perilaku kesehatan

    Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

    (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim

    pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Dengan demikian secara

    lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup:

    1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

    berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi

    penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun

  • 27

    aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

    tersebut.

    2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan kesehatan, adalah respons

    seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan

    kesehatan modern maupun tradisional.

    3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang

    terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

    4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior)

    adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan

    kesehatan manusia.

    D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

    1. Faktor kebudayaan

    Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

    mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari

    lembaga-lembaga penting lainnya.

    2.Faktor sosial

    Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan

    permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut

    nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

    3 Faktor pribadi

    Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang

    berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif

    konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.

    E. Domain Perilaku Kesehatan

  • 26

    Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

    sangat luas. Bloom (2008) dalam notoatmodjo, membagi perilaku itu kedalam

    3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

    mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Ketiga domain ini diukur dari:

    1.Pengetahuan peserta didik terhadap metode pendidikan yang diberikan

    (knowledge)

    2.Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

    diberikan (attitude)

    Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

    atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.

    Respons ini berbentuk dua macam, yakni:

    a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri

    manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya

    berpikir,tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

    b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

    langsung

    D. Kehamilan (Saifuddin, 2008)

    Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi bila ada aspek penting

    terpenuhi, yaitu : ovun, spermatozoa, konsepsi dan nidasi. Kehamilan adalah

    proses pertemuan antara sel telur dan sperma (konsepsi) kemudian hasil

    konsepsi melakukan nidasi ke uterus. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi

    sampai partus adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43

    minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan),

  • 27

    bila lebih dari 43 minggu disebut kahamilan post matur. Kehamilan antara 28

    dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan

    mempengaruhi kelangsungan hidup bayi, karena bayi yang terlalu muda

    mempunyai prognosis buruk.

    F.Kunjungan

    Selama masa kehamilan, jadwal kunjungan antenatal dilakukan minimal 4

    (empat) kali, yaitu:

    1. 1 (satu) kali selama trimester pertama(masa kehamilan sebelum 14

    minggu).

    2. 1 (satu) kali selama trimester kedua (masa kehamilan antara minggu 14 s/d

    28 minggu).

    3. 2 (dua) kali kunjungan selam trimester ketiga (masa kehamilan antara

    minggu 28 s/d minggu 36 dan sudah minggu ke-36).

    Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan,

    sesuai dengan standar pelayanan antenatal care, yang mencakup 7 (tujuh)

    standar yaitu:

    (a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

    (b) Ukur tekanan darah

    (c) Ukur (tinggi) fundus uteri

    (d) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap

    (e) Tes terhadap penyakit menular seksual

    (f) Pemberian tablet zat besi

    (g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

  • 26

    G.Tetanus Toxoid (TT)

    Tetanus toxoid merupakan antigen yang sangat aman dan juga aman untuk

    wanita hamil. Tidak ada bahaya janin apabila ibu hamil mendapat imunisasi TT

    dan tidak mendapatkan resiko cacat bawaan dengan ibu hamil yang tidak

    mendapat imunisasi .Tetanus Toxoid (TT) merupakan vaksin yang terdiri dari

    toxoid atau bibit penyakit yang telah dilemahkan.Tetanus Toxoid (TT)

    diberikan pada wanita hamil, wanita usia produktif atau calon pengantin

    Tetanus disebabkan oleh toksin atau racun dari bakteri Clostridium Tetani

    yang menular melalui debu dan kotoran binatang. Penyakit ini merusak system

    saraf, sehingga sangat berbahaya bila menyerang bayi baru lahir. Penularan

    terjadi biasanya saat pemotongan tali pusat dengan alat atau cara yang tidak

    steril. Suraatmaja (2009) mengatakan bahwa tetanus adalah penyakit akut yang

    disebabkan oleh infeksi Clostridium Tetani. Kuman ini bersifat anaerob yang

    berarti kuman yang dapat hidup pada lingkungan yang tidak mengandung

    oksigen (O2). Diluar tubuh manusia berubah menjadi bentuk spora, pada

    keadaan lingkungan yang cocok, spora ini akan berubah manjadi bentuk aktif

    yang mengeluarkan eksotoksin yang disebut lysine, yang menyebabkan sel

    darah pecah. Toksin yang merusak sel darah putih dan suatu toksin yang akan

    terikat pada saraf menyebabkan penurunan ambang rangsang sehingga terjadi

    kejang-kejang. Infeksi dapat terjadi bila spora masuk kedalam tubuh dan

    terdapat lingkungan anaerob.

    Gejalanya adalah kejang-kejang dan kesulitan menelan. Akibatnya bayi

    yang baru lahir tidak dapat menyusui sehingga mengakibatkan uodema pada

  • 27

    otak. upaya menekan angka tetanus, antara lain dengan memberi vaksinasi

    suntikan TT kepada ibu hamil dan mengajarkan bagaimana merawat tali pusat

    bayinya yang baru lahir dengan baik (Prawiharjo, 2009).

    H. Tujuan

    Tujuan pemberi imunisasi TT yaitu untuk menghindari terinfeksi tetanus

    bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Suntikan ini sangat diperlukan bagi ibu

    yang beresiko tinggi, misalnya kelahiran tidak dirumah sakit atau dibidan

    (tinggalnya di kota kecil/desa) dimana sanitasi dan hygien lingkungan dan

    peralatan rendah sehingga ada kemungkinan terkena tetanus (Wahab,dkk,

    2009).

    Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil bertujuan untuk mencegah

    terjadinya tetanus neonatorum, dimana antibody ibu selama hamil masuk

    kedalam tubuh bayi melalui ari-ari, sehingga ibu dan bayi terlindung dari

    kemungkinan terjadinya tetanus bila ada luka (DepKes, 2009).

    I. Jadwal Pemberian

    Imunisasi TT pertama bisa dilakukan sewaktu remaja, TT2 dilakukan

    sebulan setelah TT1 (perlindungan 3 tahun). Tahap berikutnya adalah TT3,

    dilakukan 6 (enam) bulan setelah TT2 (perlindungan 6 tahun), kemudian TT4

    diberikan 1 tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TTS diberikan 1

    tahun. Setelah TT4 (Hidayat,dkk, 2007).

    J. Cara Pemberian Imunisasi

    Pemberian imunisasi dilakukan dengan interval 4 minggu (minimal).

    Suntikan tetanus toxoid (TT) pertama diberikan pada usia kehamilan 3(tiga)

  • 26

    sampai 7 (tujuh) bulan, suntikan kedua diberikan dalam jangka waktu 4

    (empat) sampai 6 (enam) minggu setelah suntikan pertama. Bila calon

    pengantin wanita telah mendapatkan TT 2 kali maka berikutnya diberikan TT 1

    kali pada wanita hamil. Bila hamil pertama telah mendapatkan TT 2 kali maka

    hamil berikutnya diberi TT 1 kali. Pemberian vaksin Tetanus Toxoid (TT) 5

    (lima) kali dengan interval berturut-berturut 4 (empat) minggu, 6 (enam) bulan

    dan 1 tahun atau memberikan perlindungan seumur hidup (Syahlan, 2009).

    K. Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil

    Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 ml di

    injeksikan intramuskuler/subkutan (DepKes RI, 2010).

    L. Indikasi

    1. Proteksi bayi terhadap infeksi tetanus neonatorum dengan memberi

    kekebalan pada ibu hamil. Untuk ibu hamil yang belum pernah imunisasi

    sebelumnya, minimal 2 dosis dengan interval 4 minggu dan 2 dosis pada

    saat 2 minggu sebelum persalinan.

    2. Imunisasi diberikan selama kehamilan pada saat terjadi peningkatan

    risiko terpapar atau untuk mendapatkan kekebalan, jika diindikasikan.

    3. Imunisasi diberikan selama kehamilan dalam bentuk immunoglobulin

    bila telah terpapar prophylaxis

    M. Kontraindikasi

    Ibu hamil dengan penyakit jantung kronik, paru kronik dan penyakit

    metabolik

    N. Prosedur

  • 27

    1. Persiapan obat lakukan prinsip 6 Benar dan double check

    2. Siapkan obat dari vial :

    3. Cek kualitas obat dan hitung dosis obat yang dibutuhkan

    4. Buka penutup vial dengan mempertahankan sterilitas (bersihkan dengan

    kapas alkohol untuk vial multi dosis)

    5. Untuk obat cair masukkan udara sejumlah dosis (0.5ml). Tarik obat sesuai

    dosis

    6. Keluarkan semua udara yang ada di spuit

    7. Pilih dan kaji otot tempat penyuntikan (Lebih diutamakan otot deltoid).

    Atur posisi klien memudahkan penyuntikan

    8. Pasang sarung tangan

    9. Lakukan pembersihan area suntikan dengan memutar dari arah dalam

    keluar

    10. Gunakan tangan non dominan lalu regangkan area penyuntikan. Untuk

    klien kurus, cubit area penyuntikan. Untuk obat yang mengiritasi, lakukan

    metode Z, track

    11. Tusukkan jarum dengan sudut 90

    12. Fiksasi jarum dengan tangan non dominan sementara tangan dominan

    mengaspirasi spuit. Bila tampak darah dijarum suntik, angkat jarum dan

    ulangi prosedur

    13. Masukkan obat secara perlahan sampai habis

    14. Masase lokal penyuntikan dengan perlahan

    O. Efek samping pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

  • 26

    Efek samping dari pemberian vaksin Tetanus Toxoid (TT) adalah reaksi

    lokal berupa kemerahan, pembengkakan pada tempat penyuntikan dan rasa

    sakit pada tempat penyuntikan, hal ini akan sembuh dengan sendirinya

    (Syahlan, 2009).

    P. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

    1. Pengetahuan (Notoadmodjo, 2009)

    Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indera menusia yakni indera penglihatan,pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

    melalui mata dan telinga, pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui.

    Menurut Bloom (dalam Notoadmodjo, 2009), pengetahuan atau kognitif

    merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

    seseorang. Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai

    6 (enam) tingkatan, yaitu :

    a. Tahu (Know)

    Tahu artinya sebagai materi atau mengingat suatu materi yang telah

    diperoleh sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan. Tingkat ini adalah

    mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari.

    b. Memahami ( Comprehension )

    Memahami artinya sebagai suatu kemampun untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

    tersebut secara benar.

  • 27

    c. Aplikasi

    Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

    situasi untuk kondisi wilayah.

    d. Analisis ( Analisys )

    Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan suatu materi atau objek

    kedalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan

    masih ada kaitannya antara satu sama lain.

    e. Sintesis

    Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

    bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan baru.

    f. Evaluasi

    Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

    materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

    wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari

    subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita

    ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas

    (Notoadmodjo, 2007 ) .

    Menurut Nursalam (2008), pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

    1. Baik : 76-100 %

    2. Cukup : 56-75 %

    3. Kurang : < 56

    2. Sikap (Notoadmodjo, 2009)

  • 26

    Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap stimulus atau objek, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

    kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

    merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial seperti halnya

    dengan pengetahuan.

    Sikap adalah kemampuan yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya,

    yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap dan

    perilaku, satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat

    menggunakan skala atau kuesioner, skala penilaian mendorong serangkaian

    pernyataan tentang permasalahan tertentu, responden yang akan mengisi di

    harapkan menentukan sikap terhadap pernyataan tertentu .

    Allport (dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3

    pokok komponen yaitu:

    (a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

    (b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

    (c) Kecendrungan untuk bertindak

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

    (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan pikiran,

    keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

    Seperti halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tindakan

    (Notoatmodjo, 2009).

    1. Menerima

  • 27

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan (objek)

    2. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    3. Menghargai (valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

    adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga

    a. Bertanggung jawab

    Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan

    segala resiko merupakan sikap paling tinggi. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi seseorang dalam mengubah perilaku kesehatan adalah

    pengetahuan, sikap masyarakat terhadap petugas kesehatan dan tingkat

    pendidikan (Notoatmodjo, 2009). Sikap adalah kemampuan yang sangat

    penting dalam perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa

    adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku, satu cara untuk

    mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala atau

    kuesioner, skala penilaian mendorong serangkaian pernyataan tentang

    permasalahan tertentu, responden yang akan mengisi di harapkan

    menentukan sikap terhadap pernyataan tertentu.

    3.Persepsi

    Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah

    penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti

  • 26

    luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang

    memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009 ). Dalam bahasa Inggris,

    persepsi adalah perception,yaitu cara pandang tehadap sesuatu atau

    mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya persepsi

    berkaitan dengan faktor-faktor eksternalyang direspons melalui pancaindra,

    daya ingat, daya jiwa (Marliani, 2010).

    Menurut Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan

    dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan (Sobur,2009 ). Persepsi adalah

    persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam

    lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya (Yusuf, 2007). Persepsi

    atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang

    akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,

    memberi, serta meraba (Kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 2009).

    Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh

    penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian

    individu ada perhatian dan diteruskan ke otak, selanjutnya individu

    menyadari tentang adanya sesuatu. ,elalui persepsi individu menyadari dan

    dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun

    tentang hal-hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo,

    2009).

    1. Macam-macam Persepsi

  • 27

    a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan

    yang datang dari luar diri individu.

    b. Self-perception,yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

    berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah

    dirinya sendiri ( Sunaryo, 2009 ).

    2. Ciri-Ciri Persepsi

    a. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman.

    b. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan

    yang baru.

    c. Proses pemilihan informasi

    d. Proses teorisasi dan rasionalisasi.

    e. Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal.

    f. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan

    eksternal.

    g. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-

    pengertian dan yang membentuk wujud persepsi individu. (Marliani,

    2010)

    3. Proses Persepsi

    a. Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan proses yang menghasilkan

    tanggapan setelah rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan

    kognisi diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan (Sobur, 2009).

    b. Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari situasi

    rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang

    sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang

    rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau

    emosi atau kedua-duanya (Sobur, 2009).

  • 26

    4. Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :

    a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari

    luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

    b. Interpretasi ( penafsiran ), yaitu proses mengorganisasikan informasi

    sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh

    berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut,

    motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada

    kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang

    di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi

    sederhana.

    c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah

    laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah

    diserap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan

    reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan

    yang tersembunyi (pembentukan kesan) ( Sobur, 2009 ).

    5. Proses Menyeleksi Rangsangan

    Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Dua faktor menentukan

    seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Sobur, 2009).

    a. Faktor internal

    1. Kebutuhan psikologis

    Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya.

    2. Latar belakang

    Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi.

  • 27

    3. Pengalaman

    Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-

    hal, dan gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.

    4. Kepribadian

    Kepribadian mempengaruhi persepsi, seseorang yang intovert mungkin

    akan tertarik kepada orang-orang yang sama sekali berbeda.

    5. Sikap dan kepercayaan umum

    Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi.

    6. Penerimaan diri

    Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi.

    Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas

    menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu dari pada

    mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.

    b. Faktor eksternal

    Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi

    rangsangan ialah:

    1) Intesitas

    Pada umumnya rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih

    banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.

    2) Ukuran

    Pada umumnya benda-benda yang lebih besar lebih menarik

    perhatiannya.

    3) Kontras

  • 26

    Hal lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.

    4) Gerakan

    Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada hal-hal yang

    diam.

    5) Ulangan

    Hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Ulangan mempunyai

    nilai yang menarik perhatian selama digunakan dengan hati-hati.

    6) Keakraban

    Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini

    terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

    Sesuatu yang baru bertentangan dengan faktor keakraban, akan tetapi

    hal- hal baru juga menarik perhatian Faktor ini. Jika orang sudah biasa

    dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik

    perhatian.

    6. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

    a. Faktor fungsional

    Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan(suasana hati),

    pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang individu.

    b. Faktor struktural

    Faktor struktural berarti faktor yang timbul atau dihasilkan dari bentuk

    stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu.

    c. Faktor situasional

  • 27

    Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk

    proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk

    paralinguistik.

    d. Faktor personal

    Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian.

    (Sobur, 2009).

    7. Pengukuran Persepsi

    Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

    seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

    fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

    selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. (Sugiono, 2009 ). Menurut

    Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan

    Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:

    1. Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif

    2. Sangat Setuju: SS

    3. Setuju: S

    4. Ragu-ragu: R

    5. Tidak Setuju:TS

    6. Sangat Tidak Setuju:STS

    Kriteria pengukuran persepsi yakni :

    a. Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner

    > T mean.

    b. Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner

    < T mean..

  • 26

    c. Ada sejumlah kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam

    mempersepsikan suatu stimulus/objek tertentu.

    d. Kesalahan persepsi tersebut antara lain :

    1. Stereotyping

    Adalah mengkategorikan atau menilai seseorang hanya atas dasar satu

    atau beberapa sifat dari kelompoknya. Stereotip seringkali didasarkan

    atas jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan, kedudukan

    atau jabatan.

    2. Hallo effect

    Adalah kecenderungan menilai seseorang hanya atas dasar salah satu

    sifatnya. Misalnya anak yang lincah/banyak bermain dianggap lebih

    mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak diam atau

    santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan dengan suatu

    penyakit.

    3. Projection

    Merupakan kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain atas

    dasar perasaan atau sifatnya. Oleh karenanya projection berfungsi

    sebagai suatu mekanisme pertahanan dari konsep diri seseorang

    sehingga lebih mampu menghadapi yang dilihatnya tidak wajar (

    Azzahy, 2008 ).

    Q. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep

  • 27

    Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

    antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang

    akan dilakukan (Notoatmodjo,2009).

    Prilaku terdiri dari pengetahuan, sikap dan persepsi, Untuk meningkatkan

    pengetahuan dapat memberi perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang,

    pengetahuan juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap

    suatu hal (Notoatmodjo,2007).

    Untuk lebih jelas dapat digambarkan dalam skema kerangka konsep

    penelitian sebagai berikut:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Pengetahuan

    Sikap Perilaku

    Pemberian Imunisasi TT

    Persepsi

    Gambar.2.1. Kerangka Konsep Penelitian

    R. Hipotesis

    1. Ada hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi

    Tetanus Toxoid.

  • 26

    2. Ada hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus

    Toxoid.

    3. Ada hubungan persepsi dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus

    Toxoid.

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dan

    menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang

    menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

    dependen dinilai secara simultan pada suatu saat dan tidak ada tindak lanjut

    (Arikunto,S. 2010).

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

  • 27

    Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek

    penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang

    berkunjung di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie.

    2. Sampel

    Menurut Arikunto (2010), mengatakan bahwa sampel adalah

    bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang

    diteliti).Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke

    puskesmas Tangse Kabupaten Pidie.Pengambilan sampel dilakukan

    dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menetapkan sampel

    dari populasi berdasarkan tujuan tertentu atau sesuai dengan kriteia yang

    dikehendaki peneliti. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan

    memakai Rumus Slovin Sebagai berikut (Notoadmojo, 2010).

    N n = --------- 1 + N(d)

    Keterangan:

    N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d = Derajat presisi yang diinginkan (10%)

    3708 n = -------- 1 + 3708(0,1) 3708 n = --------- 1 + 3708(0,01) 3708

  • 26

    n = --------- 1 + 37,08 3708 n = --------- 38,08

    n = 97,3

    n = 97

    Jadi jumlah sampel yang akan diteliti nantinya berjumlah 97

    responden yang terdiri dari ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas

    Tangse Kabupaten Pidie.

    C. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat

    Penelitian ini direncanakan dilakukan di Puskesmas Tangse

    Kabupaten Pidie.

    2. Waktu

    Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus 2013.

    Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang

    langsung diperoleh dilapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi

    pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden dan kemudian data

    tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisis data, untuk

    data sekunder diperoleh dari puskesmas Tangse yaitu data diperoleh dari

    buku regester puskesmas untuk memperoleh data ibu hamil yang

    berkunjung.

    4. Defenisi Operasional

  • 27

    Tabel 3.1 : Defenisi Operasional

    No Variabel

    Definisi Operasional

    Cara Ukur Alat Ukur

    Skala Ukur

    Hasil Ukur

    Variabel Dependen

    1. Perilaku pemberian imunisasi TT

    Tindakan ibu hamil dalam melakukan imunisasi TT

    Wawancara dengan satu pertanyaan:

    Kuisioner

    Ada ,bila ibu hamil melakukan imunisasi TT Tidak,bila ibu hamil tidak melakukan imunisasi TT

    Ordinal Ada

    Tidak Ada

    Variabel Independen

    2. Pengetahuan Hal-hal yang

    Penyebaran Kuisioner

    Kuisioner Ordinal Tinggi

  • 26

    3.

    4

    Sikap Ibu

    Persepsi

    Diketahui ibu hamil tentang Imunisasi TT

    Reaksi atau respon ibu hamil terhadap imunisasi TT

    Pandangan ibu hamil terhadap imunisasi TT

    Tinggi bila (>76) Sedang bila (56-

    75%) Rendah bila

    (

  • 27

    Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah

    pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual dengan

    mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

    (a) Editing, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian

    atau pengambilan data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan

    dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek

    kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan

    data. Apabila ada kekurangan isi atau halaman maka kuesioner

    dikembalikan untuk diisi ulang atau diberikan kepada responden

    baru.

    (b) Coding, yaitu mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dengan

    memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang telah diperoleh

    diberikan angka-angka atau kode-kode tertentu untuk memudahkan

    pengenalan data.

    (c) Transferring, data yang telah diberi kode disusun secara berurutan

    dari responden pertama sampai responden terakhir, selanjutnya di

    masukkan kedalam tabel.

    (d) Tabulating, yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi.

    3.7.1.2 Analisa Data (Budiarto, 2009)

    (a) Analisa Univariat

  • 26

    Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian.

    Pada umumnya pada analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan

    presentasi dari tiap variabel.

    Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

    frekuensi dari masing-masing variabel dependen yaitu prilaku ibu

    hamil terhadap imunisasi dan variabel independen yaitu pengetahuan,

    sikap dan persepsi , kemudian ditentukan persentase untuk tiap

    katagori.

    (b) Bivariat

    Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel

    bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat.

    Analisa yang diduga adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa

    dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji kategorik Chi

    Square Test (x) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P < 0,05)

    sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna

    secara statistik, dengan menggunakan program komputer SPPS for

    windows Versi 17,0. Melalui perhitungan uji Chi square (x)

    selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama

    dengan nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

    menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan

    variabel bebas.

    (c) Cara Penyajian

  • 27

    Dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi serta tabel silang

    untuk melihat sejauh apa pengaruh variabel tersebut.

    KUESIONER PENELITIAN

    PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP IMUNISASI TETANUS TOXOID

    DI PUSKESMAS TANGSE KABUPATEN PIDIE

    TAHUN 2013

    Tanggal Penelitian :

    Kode Responden :

    Petunjuk:

  • 26

    Jawablah Pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X)

    pada jawaban yang anda anggap benar.

    (d) Perilaku Pemberian Imunisasi TT

    1. Apakah ibu ada mendapatkan Imunisasi TT ?

    A. Ada

    B. Tidak Ada

    (e) PENGETAHUAN:

    1. Pengertian dari imunisasi TT

    A. Proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap

    infeksi tetanus.

    B. Antigen yang sangat aman untuk ibu hamil

    C. Vasin toxoid yang sudah dilemahkan

    5. Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil

    A. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatotum

    B. Melindungi ibu hamil terkena infeksi bila terluka

    C. Melindungi ibu dari penularan penyakit yang berbahaya

    6. Tujuan pemberian imunisasi TT

    A. Ibu hamil dapat melahirkan dengan aman

    B. Menghindari terinfeksi tetanus bagi ibu dan bayi yang dilahirkan

    C. Menekan angka tetanus pada ibu hamil

    7. Imunisasi TT pertama diberikan pada..

    A. Sewaktu hamil 1 bulan

    B. Hamil 7 bulan

  • 27

    C. Sewaktu remaja

    8. Cara Pemberian Imunisasi TT

    A. Interval 4 minggu (minimal)

    B. Interval 2 minggu

    C. Interval 1 minggu

    6.Pemberian Imunisasi TT untuk ibu hamil

    a. Diberikan 4 kali

    b. Diberikan 2 kali

    c. Diberikan 1 kali

    7. Imunisasi TT tidak boleh diberika pada.....

    a. Ibu hamil dengan penyakit jantung kronik

    b. Ibu hamil obesitas

    c. Ibu hamil yang kurus

    8. Efek samping pemberian Imunisasi TT

    a. Flu dan batuk

    b. Reaksi lokal berupa kemerahan,pembengkakan pada tempat penyuntikan

    c. Gatal pada seluruh permukaan kulit

    III. SIKAP

    1. Imunisasi TT diberikan untuk menghindari infeksi tetanus bagi ibu dan

    bayi yang akan dilahirkan

    a. Setuju

    b. Tidak setuju

  • 26

    2. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT akan mendapatkan bayi

    kembar

    a. Setuju

    b. Tidak setuju

    IV. PERSEPSI

    1. Imunisasi TT diperlukan selama kehamilan untuk mencegah tetanus

    neonatorum pada bayi.

    a. Setuju

    b. Tidak Setuju

    2.Imunisasi TT tidak perlu diberikan pada ibu hamil karna sudah

    mendapatkan imunisasi pada saat remaja

    a. Setuju

    b. Tidak Setuju

  • 27

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kecamatan Tangse merupakan salah satu kecamatan dalam Kabupaten

    Pidie dengan luas wilayah kurang lebih 2.578 M, jumlah desa 60 dengan

    jumlah penduduk 16.77 jiwa, terdiri dari laki-laki 9.675 jiwa dan perempuan

    8,908 jiwa. Kecamatan Tangse merupakan dataran tinggi , di daerah

    pengunungan umumnya pekerjaan penduduk mayoritas petani,. Sarana

    kesehatan yang ada di kecamatan Tangse terdiri dari satu Puskesmas, ada

    beberapa Pustu dan Polindes dan Bidan Praktek Swasta (BPS) Adapun batasan-

    batasan Puskesmas tersebut adalah sebagai berikut

    1. Sebelah Barat berbatasan dengan Persawahan

    2. Sebelah Timur berbatasan dengan persawahan

    3. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk

    4. sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 20 Agustus sampai

    dengan 21 Agustus 2013 terhadap 97 responden di Puskesmas Tangse

    Kabupaten Pidie maka hasil penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Analisa Univariat

    a. Prilaku

  • 26

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No Perilaku Frekuensi %

    1 Ada 38 39,2

    2 59 60,8 Tidak Ada

    Total 97

    100

    Sumber: Diolah Tahun 2013 Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 97 responden yang dianalisis yang tidak

    melakukan imunisasi Tetanus Toxoid ada 59 orang (60,8%), sedangkan yang

    melakukan imunisasi tetanus toxoid hanya 38 orang (38%).

    b. Pengetahuan

    Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu Hamil terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No Pengetahuan Frekuensi %

    1 Tinggi 3 3,1

    2 20 20,6 Sedang

    3 Rendah 74 76,3

    Total 97 100 Sumber: Diolah Tahun 2013

    Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 97 responden ternyata dominan

    berpengetahuan rendah yaitu 74 responden (76,3%) dan yang

    berpengetahuan tinggi hanya 3 orang (3,1%)

  • 27

    c. Sikap

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    No Sikap Frekuensi %

    Sumber diolah Tahun 2013

    1 Positif 16 16,5

    2 81 83,5

    Negatif

    Total 97 100

    Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 97 responden, ternyata ada 81

    responden (83,5%) yang mempunyai sikap negatif terhadap pemberian

    imunisasi tetanus toxoid dan 16 responden (16,5%) mempunyai bersikap

    positif, terhadap pemberian imunisasi TT.

    d. Persepsi

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Ibu Hamil Terhadap Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013.

    No Persepsi Frekuensi %

    1 Positif 12 12,4

    2 Negatif 85 87,6

    Total 97 100 Sumber: Diolah Tahun 2013

  • 26

    Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 97 responden, ternyata 85

    responden (88%) mempunyai persepsi negatif, terhadap imunisasi TT dan

    12 responden (12%) yang mempunyai persepsi positif.

    2. Analisa Bivariat

    a. Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

    Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    No

    Prilaku Terhadap Imunisasi TT

    Pengetahuan Ada Tidak Ada P

    f % f % JML % Value

    1 Baik 3 100 0 0 3 100 0.038

    2 Cukup 10 50 10 50 20 100

    3 Kurang 25 33,8 49 66,2 74 100

    Total 38 59 97 100 Sumber Diolah Tahun 2013

    Tabel 4.5, menunjukkan bahwa dari 3 responden yang mempunyai

    pengetahuan baik hanya 1 responden diantaranya (33%), yang melakukan

    imunisasi TT, sebaliknya dari 76 responden yang mempunyai pengetahuan

    kurang ada 29 responden (38%), yang melakukan imunisasi TT. Hasil analisis

    statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,038 hal ini

    berarti hipotesis yang muncul ada hubungan pengetahuan dengan prilaku ibu

    hamil terhadap imunsasi TT.

    b. Hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi

  • 27

    Tabel 4.6.Hubungan Sikap dengan Prilaku Ibu Hamil terhadap Imunisasi di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    Prilaku Terhadap Imunisasi TT No Sikap Ada Tidak Ada P

    f % f % JML % Value

    1 Positif 16 100 0 0 16 100 0,00

    2 Negatif 22 27,2 59 72,8 81 100

    Total 38 59 97 Sumber Diolah Tahun 2013

    Tabel 4.6. Menunjukkan 16 responden dominan bersikap positif

    yaitu ada 16 responden (100%) yang respon terhadap imunisasi TT,

    sebaliknya dari 81 responden yang bersikap negatif hanya ada 22 responden

    (27,2%) yang mempunyai respon imunisasi TT. Hasil analisis statistik

    dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,00 hal ini berarti

    hipotesis yang menyatakan ada hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil

    terhadap imunsasi TT.

    c. Hubungan Persepsi dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT

    Tabel 4.7. Hubungan Persepsi dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    Prilaku Terhadap Imunisasi TT No Persepsi Ada Tidak Ada P

    f % f % JML % Value

    1 Positif 9 75,0 3 25,0 12 100 0,016

    2 Negatif 29 38 56 65,9 85 100

    Total 38 59 97

  • 26

    Tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 85 persepsi negatif, responden yang

    menanggapi imunisasi TT ada 29 (42%) sedangkan pada persepsi positif dari

    12 responden hanya 9 (75,0%) yang menanggapi tentang imunisasi TT . Hasil

    analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,016

    hal ini berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan Persepsi dengan

    prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.

    C. Pembahasan

    1. Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku ibu hamil terhadap imunisasi

    tetanus toxoid.

    Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa dari 3 responden yang

    mempunyai pengetahuan baik hanya 1 responden diantaranya (33%), yang

    melakukan imunisasi TT, sebaliknya dari 76 responden yang mempunyai

    pengetahuan kurang ada 29 responden (38%), yang melakukan imunisasi TT.

    Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p =

    0,038 hal ini berarti hipotesis yang muncul ada hubungan pengetahuan dengan

    prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.

    Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan

    hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

    suatu objek tertentu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

    pengetahuan suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya dari

    pengalaman, perasaan, akal, pikiran, dan institusinya adalah orang melakukan

    penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dimaksud disini

    adalah pengetahuan terhadap pentingya pemberian imunisasi tetanus toxoid

  • 27

    Pengetahuan seseorang didapatkan dari pengalaman dan informasi yang

    didapatkan, baik melalui pelatihan, bimbingan, pembinaan maupun melalui

    pengamatan , sehingga dapat memberikan tanggapan atau respons terhadap apa

    yang diamatinya, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

    telinga, dengan kata lain manusia merupakan domain yang sangat penting

    dalam terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang

    maka semakin baik pula seseorang ibu dalam melakukan tindakan atau

    kesadaran untuk mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (Notoatmodjo, 2003).

    Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti berasumsi bahwa ibu hamil

    yang berpengetahuan tinggi akan mendapatkan imunisasi TT , karena ibu tahu

    pentingnya imunisasi diberikan pada saat hamil.

    2. Hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT

    Tabel 4.6. Menunjukkan 16 responden dominan bersikap positif yaitu ada

    16 responden (100%) yang respon terhadap imunisasi TT, sebaliknya dari 81

    responden yang bersikap negatif hanya ada 22 responden (27,2%) yang

    mempunyai respon imunisasi TT. Hasil analisis statistik dengan menggunakan

    uji Chi square diperoleh nilai p = 0,00 hal ini berarti hipotesis yang

    menyatakan ada hubungan Sikap dengan prilaku ibu hamil terhadap imunsasi

    TT.

    Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

    terhadap suatu stimulasi atau objek. Menurut Newcomb seorang yang ahli

    psilkolog bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

    dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

  • 26

    suatu tindakan atau perilaku tetapi merupakan reaksi tertutup bukan merupakan

    reaksi terhadap lingkungan tertentu sebagai suatu pemyataan terhadap objek.

    Sikap merupakan reaksi dari respon yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat

    tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dan perilaku tertutup. Sikap mempunyai

    tiga ( 3 ) komponen yaitu: kepercayaan / keyakinan, keluarga dan konsep

    terhadap suatu objek kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

    suatu objek, kecendrungan emosional untuk bertindak. Sikap terdiri dari

    berbagai tindakan, meliputi orang/ subjek dan memperhatikan stimulasi yang

    diberikan objek, respon yaitu memberikan apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan indikasi dari sikap,

    menghargai seperti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

    mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab

    merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan secara

    langsung dan tidak langsung , secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

    pendapat atau pertanyaan responden terhadap objek. (Notoadmojo, 2004)

    Menurut Asumsi peneliti bahwa semakin positifnya sikap seseorang

    maka semakin baik pula bentuk karakteristik orang tersebut hal ini bertolah

    belakang dengan hasil penelitian yang mengatakan sebagian besar sikap

    responden adalah negatif.

    3. Hubungan Persepsi dengan prilaku ibu hamil terhadap imunisasi TT

    Tabel 4.7, menunjukkan bahwa dari 85 persepsi negatif, responden yang

    menanggapi imunisasi TT ada 29 (42%) sedangkan pada persepsi positif dari

  • 27

    12 responden hanya 9 (75,0%) yang menanggapi tentang imunisasi TT . Hasil

    analisis statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,016

    .hal ini berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan Persepsi dengan

    prilaku ibu hamil terhadap imunsasi TT.

    Persepsi adalah proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang

    didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan

    dan menghayati tentang hal yang di amati, baik yang ada diluar maupun di

    dalam diri individu. Persepsi adalah proses pengorganisasian,

    penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau

    individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas

    yang integrated dalam diri individu (Sunaryo, 2004).

    Menurut asumsi peneliti dalam hal segi penilaian ibu hamil, pentingnya

    imunisasi TT maka dalam hal ini ibu hamil tahu tentang kegunaan imunisasi

    TT dalam kehamilan, dengan demikian akan terjadi perubahan perilaku ibu

    hamil.

  • 26

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 97 responden ibu

    hamil tentang Prilaku Ibu hamil terhadap imunisasi TT di Puskesmas

    Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013, dapat disimpulkan:

    1. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan pengetahuan ibu hamil

    terhadap imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun

    2013 dengan nilai p = 0,038 (p < 0,05)

    2. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan sikap ibu hamil terhadap

    imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    dengan nilai p = 0,00 (p < 0,05)

    3. Hasil Penelitian didapat Ada hubungan Persepsi ibu hamil terhadap

    imunisasi TT di Puskesmas Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013

    dengan nilai p = 0,016 (p < 0,05)

    B. Saran

    1. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar memahami perilaku ibu

    hamil terhadap imunisasi TT yang diberikan pada saat hamil.

    2. Diharapkan kepada tempat penelitian untuk dapat meningkatkan

    pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya imunisasi.

    3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memperluas wawasan ilmu

    pengetahuan sehingga ilmu yang didapat bisa diterapkan pada

    masyarakat luas.

  • 27

    4. Diharapakan kepada pendidikan agar dapat menambah referensi terbaru

    tentang imunisasi TT, sehingga dalam proses pebelajaran lebih

    gampang memperoleh data-data yang diingini.