Critical Review_Nur Fitriah A_3612100002

download Critical Review_Nur Fitriah A_3612100002

of 17

description

Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah ekonomi wilayah

Transcript of Critical Review_Nur Fitriah A_3612100002

  • Page 1 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Halaman Judul

    TUGAS CRITICAL REVIEW JURNAL

    MATA KULIAH EKONOMI WILAYAH

    Judul Jurnal: Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di

    Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan

    Pertanian

    Disusun oleh :

    NUR FITRIAH ANDRIANI

    3612100002

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2015

  • Page 2 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 1

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3

    1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 4

    2.1 Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................................. 4

    2.2 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) ......................................................... 6

    2.3 Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi Pembangunan

    Ekonomi Daerah ........................................................................................................ 7

    BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 9

    3.1 Review Jurnal Penelitian ....................................................................................... 9

    3.2 Tinjauan Alat Analisis .......................................................................................... 11

    3.3 Studi Komparasi dengan Jurnal Lain ..................................................................... 11

    3.4 Critical review ..................................................................................................... 13

    BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16

    BAB V LESSON LEARNED .............................................................................................. 17

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

  • Page 3 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pengembangan wilayah merupakan salah satu program pembangunan yang bertujuan

    untuk mendorong laju pertumbuhan suatu wilayah, memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup

    di wilayah tertentu, serta memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan

    kesejahteraan antar wilayah. Pada prinsipnya, pengembangan wilayah bertujuan untuk

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan indikator pendapatan per kapita

    yang merata dan tingkat pengangguran yang rendah. Pengembangan wilayah dilaksanakan

    melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu

    melalui pendekatan yang bersifat komperehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial,

    budaya dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi

    diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB)

    tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih keci; daripada tingkat

    pertumbuhan penduduk atau apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak.

    Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan pembangunan yang

    dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, serta

    mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil pembangunan

    dengan lebih merata. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan

    tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses

    pertumbuhan itu sendiri (Djojohadikusumo, 1994).

    Keadaan ekonomi daerah yang berbeda-beda terutama karena perbedaan sumber

    daya alam dan sumber daya manusia serta pola pemanfaatannya. Kondisi sarana serta

    prasarana yang belum memadai di daerah, menyebabkan pembangunan ekonomi daerah di

    Indonesia tidak sama dan secara keseluruhan akan mempengaruhi perkembangan ekonomi

    nasional. Pemecahan masalah yang biasa dilakukan selama ini bersifat agregatif, dengan

    memperbesar peran sektor-sektor ekonomi di masing-masinh daerah tanpa mengetahui

    sektor unggulan untuk dikembangkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Hakim

    dkk, 2004).

    Pada tahun 2004 Kabupaten Tasikmalaya berpisah dengan Kota Tasikmalaya yang

    mengakibatkan adanya perubahan sektor basis perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya.

    Perubahan sektor basis tersebut penting untuk diidentifikasi agar dapat menentukan arah

    kebijakan ke depan dan dapa menemukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    perubahan sektor basis tersebut (Doxiadis CA, 1968). Oleh karena itu, dalam critical review

  • Page 4 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    ini akan dibahas perubahan sektor basis yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dalam kaitannya

    dengan teori-teori ekonomi mengenai sektor basis.

    1.2 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan critical review ini adalah untuk menganalisa jurnal penelitian

    yang ada berdasarkan studi komparasi dengan jurnal lain yang sejenis dan komparasi dengan

    ilmi-ilmu ekonomi wilayah.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pembangunan Ekonomi Daerah

    Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), perencanaan pembangunan dapat diartikan

    sebagai upaya menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah

    ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif kepentingan

    orang banyak atau publik. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) dalam upaya pembangunan

    regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan

    perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

    pembangunan.

    Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan

    pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

    pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan

    memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.

    Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau

    dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai

    kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang

    lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan kepada tercapainya

    kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi karena perbedaan lokasi,

    perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus

    diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan

    seimbang (Tarigan, 2006).

    Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas

    nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan. Dengan

    demikian para perencana pembangunan nasional harus mempertimbangkan aktifitas

    pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan

    adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan

  • Page 5 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    pembangunan nasional.

    Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup

    masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan

    ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya

    pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus

    merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat

    berhasil dengan baik.

    Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang

    diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola

    kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi

    manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002). Pada dasarnya pembangunan

    daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari

    pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian

    dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut

    dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

    Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting dipecahkan

    adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk

    beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan, seperti

    proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan dan sebagainya.

    Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam pembangunan

    daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang lebih terbatas dalam

    usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program pembangunan daerah yang akan

    dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan dengan program pembangunan yang

    telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

    Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh sesuatu

    daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

    pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-proyek ke

    berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan sumbangan yang

    optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

    Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena perencanaan

    yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien, kurangnya informasi

    mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat banyaknya kekurangan

    dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyek-proyek ke berbagai daerah,

    pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah yang bersangkutan haruslah

    secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh

  • Page 6 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    pemerintah pusat.

    Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju masyarakat

    yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah pada tercapainya cita-

    cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian yang utuh dari pembangunan

    nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai menunjukkan kemajuan yang berarti dalam

    meningkatkan kinerja dari daerah tersebut. Proses pembangunan bukan hanya ditentukan

    oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang

    penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih

    merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan

    sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi

    ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan

    akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).

    2.2 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

    Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah

    karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi.

    Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi

    berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

    Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam

    pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan

    semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan

    yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam

    perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

    Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi

    kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan

    sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat

    pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya

    jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi

    kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung

    kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous

    (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah

    secara keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik

    Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu

    sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara

    nasional (Tarigan, 2007).

  • Page 7 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi produksinya.

    Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan

    bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).

    Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ

    pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau tenaga

    kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan dari sisi

    produksinya.

    Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk di setiap daerah

    mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat

    regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan

    setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999).

    Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang antara).

    b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui

    kecendrungan.

    Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila

    dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu.

    Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu

    yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).

    2.3 Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi

    Pembangunan Ekonomi Daerah

    Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada

    penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang

    bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya

    manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari

    daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan

    merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).

    Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di

    Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir

    sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk

    pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan,

    dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat

    menikmati hasilnya secara layak.

  • Page 8 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Tambunan (2001) menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi

    di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur

    dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan

    ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal

    untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus.

    Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam

    sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor

    primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap

    sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu

    pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan

    berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

    Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk

    perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada

    lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing

    dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor

    dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu

    bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional

    ataupun domestik (Tambunan, 2001).

    Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan

    pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki

    kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah

    demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran

    masyarakat.

    PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor

    ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota).

    Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di

    suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu

    mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama

    melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor

    unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan

    pembangunan ekonomi di daerah. Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu

    memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan

    dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya

    dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut

    yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi

  • Page 9 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan

    memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan

    (Rachbini, 2001).

    BAB III PEMBAHASAN

    3.1 Review Jurnal Penelitian

    Pada tahun 2004 Kabupaten Tasikmalaya berpisah dengan Kota Tasikmalaya yang

    mengakibatkan adanya perubahan sektor basis perekonomian di Kabupaten Tasikmalaya.

    Pada tahun 2001 pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Tasikmalaya ditopang oleh sektor

    pertanian sebagai sektor utama yang mendukung berkembangnya sektor-sektor lain.

    Berdasarkan hasil analisis data time series tahun 2004-2006, terlihat bahwa sejak pemekaran

    Kabupaten Tasikmalaya mengalami pergeseran keunggulan sektor basis pertanian, bangunan,

    dan perdagangan. Secara agregat, data-data tersebut menjelaskan bahwa sektor pertanian

    masih menjadi sektor unggulan yang mendorong berkembangnya sektor-sektor unggulan

    lainnya. Berikut tabel LQ dari tahun 2004-2006 untuk sektor pertanian, bangunan, dan

    perdagangan.

    Gambar 1. Pertumbuhan Sektor Basis Pertanian Pada Tahun 2004-2006 di Kabupaten

    Tasikmalaya

  • Page 10 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Basis Bangunan Pada Tahun 2004-2006 di Kabupaten

    Tasikmalaya

    Gambar 3. Pertumbuhan Sektor Basis Perdagangan Pada Tahun 2004-2006 di Kabupaten

    Tasikmalaya

    Berdasarkan gambar 1 terlihat jelas bahwa sektor basis pertanian mengalami

    penurunan nilai LQ di tahun 2205 dan 2006, terutama di Jamanis, Kadipaten, dan Sukaresik.

  • Page 11 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Pergeseran sektor pertanian menjadi sektor bangunan dan perdagangan hanya terjadi di

    Kecamatan Cibalong, Sukaraja, Manonjaya, dan Padakembang. Pergeseran sektor basis yang

    terjadi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan tata ruang dan wilayah yang tidak dapat

    mengendalikan izin pengunaan lahan, sehingga lahan pertanian produktif dapat dengan

    mudah megalami alih fungsi.

    3.2 Tinjauan Alat Analisis

    Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data-data kuantitatif dari

    instansi-instansi seperti BPS yang selanjutnya dianalisa secara deskriptif. Dalam menentukan

    dan menganalisis faktor-faktor kebijakan menggunakan wawancara terstruktur dengan

    metode pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling, lalu dilakukan FGD (Focus

    Group Discussion) untuk mendapatkan data yang kompleks dengan proses yang halus dan

    juga untuk memberikan umpan balik serta pengikutsertaan anggota dalam analisis. Data

    dianalisis dengan pengolahan dan pengembangan model Cobb-Douglas. Lalu untuk

    menentukan sektor basisnya menggunakan LQ.

    Dalam penelitian tersebut sebenarnya akan lebih akurat jika analisis faktor-faktor

    kebijakan yang berpengaruh dilakukan menggunakan analisis Delphi, sehingga dengan

    menggunakan Delphi akan dicapai konsensus antara stakeholder-stakeholder terkait

    mengenai faktor-faktor kebijakan pemerintah tersebut sebagaimana prinsip-prinsip dalam

    analisis Delphi adalah sebagai berikut:

    1) Melibatkan berbagai macam pakar yang relevan dengan permasalahan yang dibahas.

    2) Tidak ada komunikasi antar satu pakar dengan pakar lain.

    3) Delphi dapat diterima bila terjadi konsensus (kesepakatan dari seluruh pakar).

    Agar lebih detail lagi dalam mengetahui faktor-faktor kebijakan pemerintah yang

    berpengaruh dapat dilakukan proses AHP (Analytical Hierarchial Process) dimana akan dapat

    ditentukan faktor-faktor apa saja yang menjadi prioritas utama hingga terakhir. Hal ini

    bermanfaat bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan selanjutnya.

    3.3 Studi Komparasi dengan Jurnal Lain

    Berikut hasil komparasi jurnal yang dijadikan bahan utama untuk critical review

    dengan jurnal pembanding yang sejenis yang berjudul Analisis Sektor Basis dan Non

    Basis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

  • Page 12 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Tabel 1. Komparasi Jurnal

    Indikator Jurnal 1 Jurnal 2 Kritikan

    Tujuan - Untuk menentukan

    basis ekonomi

    Kabupaten

    Tasikmalaya

    berdasarkan kriteria

    LQ

    - Mengindentifikasi

    pergeseran struktur

    sektor basis

    perekonomian di

    Kabupaten

    Tasikmalaya

    - Mengidentifikasi

    sektor-sektor apa

    yang menjadi sektor

    basis dan non basis

    di Provinsi NAD

    - Mengidentifikasi laju

    pertumbuhan dari

    sektor basis dan non

    basis dari tahun ke

    tahun

    Tujuan pertama dari kedua

    jurnal tersebut kurang lebih

    sama, sehingga kritikan

    selanjutnya akan difokuskan

    pada tujuan tersebut.

    Metode

    Penelitian

    - Menggunakan data

    BPS

    - Menggunakan

    metode LQ dalam

    menentukan sektor

    basis

    - Menggunakan data

    BPS

    - Menggunakan

    metode LQ dalam

    menentukan sektor

    basis

    Metode penelitian yang

    digunakan kedua jurnal

    sama.

    Hasil dan

    Pembahasan

    - Memaparkan sektor

    basis berdasarkan

    hasil LQ time series

    2004-2006

    - Memaparkan

    pergeseran sektor

    basis di Kabupaten

    Tasikmalaya

    - Memaparkan sektor

    basis berdasarkan

    hasil LQ time series

    1992-2001

    - Memaparkan laju

    pertumbuhan sektor

    basis dan non basis

    Dalam analisis penentuan

    sektor basis, pada jurnal 2

    kelebihannya menampilkan

    time series untuk waktu

    yang cukup panjang,

    sehingga tren LQ-nya dapat

    diketahui secara lebih detail.

    Di dalam jurnal 1, akan

    lebih baik jika dianalisis juga

    laju pertumbuhan sektor

    basisnya seperti yang ada

    pada jurnal 2 untuk

    mengetahui perkembangan

  • Page 13 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    (kenaikan dan penurunan)

    berupa persentase yang

    jelas dan terukur.

    Kesimpulan

    dan Saran

    - Memparkan hasil

    simpulan dari

    pembahasan dan

    saran untuk

    pemerintah

    - Memparkan hasil

    simpulan dari

    pembahasan dan

    saran untuk

    pemerintah

    Saran/rekomendasi yang

    diberikan pada masing-

    masing jurnal sudah sesuai

    dengan pembahasan

    masing-masing jurnal.

    Namun, perlu ditambahkan

    bahwa dalam setiap

    pengembangan potensi

    ataupun sektor unggulan di

    suatu daerah haruslah tetap

    berpegang teguh pada

    rencana-rencana di atasnya

    seperti arahan dalam RTRW

    daerah tersebut.

    Sumber: Analisa Penulis, 2015

    3.4 Critical review

    Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) dalam upaya pembangunan regional, masalah

    yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah

    menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Pembangunan

    wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat

    melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi

    nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan

    daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan

    pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.

    Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan

    di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan

    yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang

    sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

    Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah

    karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi.

  • Page 14 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi

    berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008). Dalam

    penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pergeseran sektor basis di Kabupaten

    Tasikmalaya pasca lepasnya Kabupaten Tasikmalaya dengan Kota Tasikmalaya pada tahun

    2004. Dalam penentuan sektor basis di Kabupaten Tasikmalaya menggunakan LQ dalam

    perhitungannya, dengan bersumber dari data-data PDRB. Mengetahui sektor basis di suatu

    wilayah sangat penting karena dapat menentukan perkembangan perekonomian wilayah

    tersebut ke depan, terutama bagi Kabupaten Tasikmalaya yang ketika masih menjadi satu

    dengan Kota Tasikmalaya sektor basisnya adalah pertanian. Sehingga perlu diidentifikasi

    kembali apakah sektor basis tersebut masih sama jika Kabupaten Tasikmalaya sudah tidak

    bergabung dengan Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil analisis data time series tahun 2004-

    2006, terlihat bahwa sejak pemekaran Kabupaten Tasikmalaya mengalami pergeseran

    keunggulan sektor basis pertanian, bangunan, dan perdagangan. Secara agregat, data-data

    tersebut menjelaskan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan yang

    mendorong berkembangnya sektor-sektor unggulan lainnya. Akan tetapi, di beberapa

    Kecamatan seperti di Kecamatan Jamanis, Kadipaten, dan Sukaresik terjadi penurunan nilai

    LQ pada sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian berpeluang tidak

    menjadi sektor basis lagi di kecamatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

    pergeseran sektor pertanian menjadi sektor bangunan dan perdagangan terjadi di Kecamatan

    Cibalong, Sukaraja, Manonjaya, dan Padakembang. Pergeseran sektor basis yang terjadi

    tersebut dipengaruhi oleh kebijakan tata ruang dan wilayah yang tidak dapat mengendalikan

    izin pengunaan lahan, sehingga lahan pertanian produktif dapat dengan mudah megalami alih

    fungsi. Dalam hal ini kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor basis

    di kecamatan tersebut. Strategi-strategi yang dilakukan pemerintah dalam mengendalikan

    pemanfaatan lahan sangat berpengaruh terhadap sektor basis pertanian di Kabupaten

    Tasikmalaya, karena lahan merupakan aspek terpenting dalam keberlanjutan sektor pertanian

    tersebut.

    Pada tahun 2004-2006 di 5 kecamatan yaitu Parungponteng, Sukaraja, Sukahening,

    Jamanis, dan Sukaresik sektor basis bangunan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi

    dengan pertumbuhan yang sangat tinggi pula. Sektor basis bangunan tersebut meliputi

    infrastruktur-infrastruktur yang sengaja dikembangkan oleh pemerintah setempat untuk

    mendukung kegiatan pemerintahan di kecamatan tersebut. Dengan adanya kebijakan

    tersebut mengakibatkan lahan pertanian mulai berkurang sehingga sektor basis pertanian pun

    menurun angkanya. Pergeseran sektor basis seperti ini sbenarnya bukanlah hal yang buruk

    jika memang kebijakan-kebijakan tersebut tetap bertujuan untuk mengembangkan

  • Page 15 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    perekonomian wilayah setempat. Adanya pergeseran sektor basis tersebut bukan berarti

    meninggalkan sektor basis pertanian di awal, karena dalam suatu perencanaan pembangunan

    selain harus menggunakan pendekatan sektoral yang berarti harus memberikan perhatian

    terhadap tiap-tiap sektor kegiatan di wilayah tersebut, namun juga harus melakukan

    pendekatan regional di mana antar wilayah harus mempunyai keterkaitan untuk saling

    menunjang perekonomian di wilayah-wilayah tersebut.

    Pergeseran sektor basis bidang pertanian juga dapat dilihat dari mulai berkembangnya

    sektor basis perdagangan di Kabupaten Tasikmalaya. Kontribusi nilai LQ tertinggi untuk sektor

    perdagangan diberikan oleh Kecamatan Parungponteng dan Kecamatan Jamanis. Di kedua

    kecamatan tersebut pada analisis sebelumnya juga disebutkan bahwa dalam sektor

    bangunan, pertumbuhan di kedua kecamatan tersebut juga cukup tinggi. Perkembangan

    infrastruktur transportasi yang ada di kecamatan tersebut mendukung perkembangan

    perdagangan. Selain itu, di dalam rencana kecamatan tersebut juga disebutkan arahan

    adanya pendirian pusat perdagangan dengan skala pelayanan kota.

    Pergeseran sektor basis dari pertanian menjadi bangunan dan perdagangan pada

    beberapa kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya mengalami pertumbuhan yang sangat

    signifikan yaitu sebesar 300-700%. Angka tersebut terbilang cukup tinggi untuk sebuah

    proses pergeseran sektor basis. Di dalam jurnal penelitian tersebut tidak disebutkan faktor-

    faktor apa saja yang lebih detail yang menyebabkan pertumbuhan sangat signifikan di

    beberapa kecamatan untuk sektor bangunan dan perdagangan. Jika meninjau kebijakan tata

    ruang dan wilayah Kabupaten Tasikmalaya, orientasi pembangunannya diarahkan untuk

    agroindustri, dimana sektor pertanian harus tetap dipertahankan. Namun, yang menjadi

    kendala adalah sektor industri pengolahan yang belum cukup maju untuk disebuat sebagai

    agroundustri. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah setempat di beberapa

    kecamatan yang mengalami pergeseran sektor basis pada umumnya bertujuan untuk

    peningkatan program pembangunan yang manfaatnya cepat dirasakan oleh masyarakat.

    Akan tetapi, kurangnya pengendalian dari pemerintah kabupatan terhadap kecamatan-

    kecamatan tersebut sehingga menimbulkan perubahan yang sangat signifikan. Menurut

    Ibrahim (1998), secara menyeluruh untuk jangka panjang hal ini dapat berimplikasi pada

    ketidakjelasan sektor basis yang akan dibangun untuk menopang struktur perekonomian

    Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian, pergeseran sektor basis di suatu wilayah perlu

    mendapat perhatian serius karena dalam perkembangannya sektor basis harus didukung oleh

    kondisi ekonomi, kesiapan masyarakat, dan daya dukung wilayah yang sinergis.

  • Page 16 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

    Pengembangan wilayah merupakan salah satu program pembangunan yang bertujuan

    untuk mendorong laju pertumbuhan suatu wilayah, memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup

    di wilayah tertentu, serta memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan

    kesejahteraan antar wilayah. Pada prinsipnya, pengembangan wilayah bertujuan untuk

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dengan indikator pendapatan per kapita

    yang merata dan tingkat pengangguran yang rendah. Keadaan ekonomi daerah yang

    berbeda-beda terutama karena perbedaan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta

    pola pemanfaatannya. Kondisi sarana serta prasarana yang belum memadai di daerah,

    menyebabkan pembangunan ekonomi daerah di Indonesia tidak sama dan secara keseluruhan

    akan mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional. Identifikasi sektor basis dan non basis

    di dalam suatu wilayah sangat penting untuk perkembangan ekonomi wilayah tersebut ke

    depannya. Dalam jurnal penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pergeseran sektor

    basis di Kabupaten Tasikmalaya pasca lepasnya Kabupaten Tasikmalaya dengan Kota

    Tasikmalaya pada tahun 2004. Secara umum pergeseran sektor basis pertanian menjadi

    sektor basis bangunan dan perdagangan terjadi masih relative kecil. Akan tetapi, di

    Kecamatan Jamanis, Kadipaten, dan Sukaresik pergeseran terjadi sangat signifikan dengan

    persentase 300-700%. Pergeseran sektor basis yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh

    kebijakan tata ruang dan wilayah yang tidak dapat mengendalikan izin pengunaan lahan,

    sehingga lahan pertanian produktif dapat dengan mudah megalami alih fungsi. Beberapa hal

    yang harus diperhatikan guna mempertahankan sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya

    mengingat orientasinya yaitu agroindustri, adalah sebagai berikut :

    1. Mengembangkan potensi sektor pertanian dengan lebih optimal dan

    menyelaraskannya dengan sektor lain, sehingga tercipta link and match sistem

    ekonomi.

    2. Mengembangkan wilayah agropolitan, sehingga lahan pertanian dapat berkembang

    optimal dan terhindar dari proses alih fungsi lahan.

    3. Dalam implementasi program, pemerintah harus tetap memperhatikan arahan di

    rencana tata ruang wilayah.

    4. Pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap sektor-sektor yang mempunyai

    keunggulan kompetitif. Untuk tujuan ini pemerintah perlu memilah-milah sub-sektor

    mana yang mempunyai keunggulan, dan dapat memberikan nilai tambah terhadap

    pertumbuhan PDRB.

  • Page 17 of 17

    Critical Review Ekonomi Wilayah 2015

    BAB V LESSON LEARNED

    Dari pemaparan di atas didapatkan sebuah pembelajaran bahwa dalam upaya

    meningkatkan perekonomian di suatu wilayah perlu adanya identifikasi sumber daya alam

    maupun sumber daya manusia di suatu daerah. Jika potensi di masing-masing daerah sudah

    teridentifikasi, perlu adanya perhatian khusus terhadap sektor-sektor yang mempunyai

    keunggulan kompetitif dan dapat memberikan nilai tambah terhadap pertumbuhan PDRB.

    Dalam implementasinya, pemerintah daerah sebagai pengendali kebijakan di daerah tersebut

    harus tetap berpegang teguh pada rencana yang telah dibuat, agar tidak terjadi disorientasi

    program ataupun kebijakan. Selain itu, dalam prosesnya juga harus melakukan 2 pendekatan,

    yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional agar dalam perkembangannya dapat

    teintegrasi antar perekonomian di wilayah yang satu dengan yang lainnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azhar, dkk. _. Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Banda

    Aceh: Jurnal Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Unsyiah

    Harsono, Bayu Dwi. 2012. Analisis Sektor Basis dan Pergeseran Struktur Perekonomian

    Kabupaten Sekadau. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi, Universitas Tanjungpura.

    Rudatin, Binar. 2003. Analisis Sektor Basis Dalam Rangka Pengembangan Pembangunan

    Wilayah Studi Kasus : Kabupaten Kabupaten Di Jawa Tengah Tahun 1996 -

    2001. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

    Anonim. _. Tinjauan Pustaka Teori Pengembangan Wilayah, Jurnal Universitas Sumatera Utara

    Anonim. _. Tinjauan Pustaka Pembangunan Ekonomi Daerah, Jurnal Universitas Sumatera

    Utara

    Farida, dkk. 2015. Materi kuliah Sektor Basis dan Non Basis.

    Pradine, Karina. 2014. Materi kuliah Teknik Analisa Kualitatif Delphi.