BAB I PENDAHULUAN -...

69
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan sudah diatur dalam undang- undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasinonal bab II pasal 3 yang berbunyi: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab. 1 Dalam lingkungan masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan penting yang menentukan terhadap eksitensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena pendidikan merupakan usaha melestarikan, mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. 2 Pendidikan merupakan bagian usaha yang di lakukan oleh seorang pendidik terhadap seorang anak didik agar tercapai perkembangan yang positif. 3 Pendidikan lebih sekedar pengajaran, sebab pengajaran hanya proses transfer ilmu, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian. 4 Tujuan utama pendidikan bukan hanya meningkatkan kemampuan ranah kognitif peserta didik semata, namun juga untuk meningkatkan ranah 1 Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, undang-undag Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikann nasional,h 4 2 Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Tindakan Teorotis dan Praktis Berdasarkan Pendekataan Interdisipliner), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003),h 8 3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. (Bandung : Remaja Rosdakarya,2007), h 28 4 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru., (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002),h 3

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia dalam perihal pendidikan sudah diatur dalam undang-

undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasinonal bab II

pasal 3 yang berbunyi: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

tanggung jawab.1

Dalam lingkungan masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang

peranan penting yang menentukan terhadap eksitensi dan perkembangan

masyarakatnya, hal ini karena pendidikan merupakan usaha melestarikan,

mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala

aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.2

Pendidikan merupakan bagian usaha yang di lakukan oleh seorang

pendidik terhadap seorang anak didik agar tercapai perkembangan yang

positif.3 Pendidikan lebih sekedar pengajaran, sebab pengajaran hanya proses

transfer ilmu, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian.4

Tujuan utama pendidikan bukan hanya meningkatkan kemampuan

ranah kognitif peserta didik semata, namun juga untuk meningkatkan ranah

1Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, undang-undag Republik Indonesia Nomor 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikann nasional,h 4 2Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Tindakan Teorotis dan Praktis Berdasarkan Pendekataan

Interdisipliner), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003),h 8 3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam.(Bandung : Remaja

Rosdakarya,2007), h 28 4Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru.,

(Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002),h 3

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

2

afektif dan psikomotorik dari peserta didik, dan juga dari ranah kognitf

tersebut peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan disekolah. Akan tetapi, akhir-

akhir ini masih ada yang mengabaikannya dengan alasan kesulitan tolak ukur

yang di pakai.

Tujuan ini sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan

dengan pernytaan nabi Muhammad dengan tegas yaitu nabi diutus Allah

degan satu tujuan yaitu membentuk moralitas kemanusian yang luhur. Jadi,

tujuan utama kerasulan nabi Muhammad SAW adalah memperbaiki

moral/akhlak/karakter manusia dalam hal apapun.

Dalam pendidikan setiap guru wajib senantiasa mengingatkan bahwa

manusia tidak hanya membutuhkan ilmu saja tetapi kita senanitiasa

membutuhkan akhlak yang terpuji. Guru harus senantiasa ingat bahwa dalam

mendidik peserta didik dapat dilakukan dengan latihan berbuat baik, taqwa,

jujur, ikhlas, dan yang paling mempengaruhi akhlak siswa yaitu guru sebagai

model atau contoh dalam berkarakter baik.

Seseorang memiliki perilaku ataupun akhlak yang baik maka banyak

manusia yang senang dengannya bahkan disegani dan dihormati oleh

masyarkat. Namun, akhlakul karimah bisa terwujud ketika iman dimiliki

dengan benar dan ajaran islam dilaksanakan dengan sempurna, maksudnya

ketika manusia itu kuat imannya dan ketakwaannya sudah pasti tauhidnya

akan bebas dari tindakan tercela.

Penguatan pendidikan akhlak dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau

tidak saat ini terjadi krisis yang nyata dan menghawatirkan dalam masyarakat

dengan melibatkan milik bangsa yang paling berharga, yaitu anak-anak5.

Fenomena yang terjadi pada masyarakat zaman ini nilai-nilai akhlak

pada peserta didik sangat kurang atau luntur, sebagai contoh banyaknya

peserta didik yang tauran, pergaulan bebas, narkoba, bahkan lebih parahnya

5Zubaedih,Desai Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan

(Jakarta : kencana, 2011),h.1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

3

lagi sampai melakukan tindakan pemerkosaan sampai melakukan

pembunuhan.

Fakta tentang tingginya tingkat kenakalan pelajar akhir-akhir ini

semakin memprihatinkan, seperti kebiasaan merokok, maraknya aksi

tawuran6, aksi brutal geng motor, serta jenis kenakalan lainnya, dan salah

satunya yang mengejutkan adalah hasil survey Komisi Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI)7 dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN)8 pada tahun 2010 tentang meningkatnya perilaku freesex

dikalangan pelajar. Belum lagi bentuk-bentuk kenakalan lain yang di

katagorikan sebagai tindakan kriminal, seperti mencuri, berjudi, meminum-

minuman keras, menjadi pekerja seks komersial dan memakai narkoba.9

Bahkan Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat penyalahgunaan Narkoba

telah terjadi peningkatan yang signifikan, data dari tahun ke tahun, data per-

Juli 2010 telah terjadi 15.495 kasus Narkoba dengan 19.523 tersangka. Dari

data yang ada, sebanyak 86 % penyalahguna narkoba adalah mereka yang

berada pada usia produktif .10

Perubahan sikap atau karakter yang terjadi pada setiap individu sangat

dipengaruhi oleh lingkungan tempat yang menjadi tempat tinggalnya terebut.

Lingkungan memiliki peranan sangat penting dalam menciptakan sikap atau

karakter kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun pasca

kelahirann adalah masalah yang tidak dapat di pungkiri khususnya

lingkungan keluarga, dan lebih utamanya adalah pendidikan orang tua

tersebut.

Kondisi krisis dan dekgrarasi moral ini menandakan bahwa seluruh

pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata

tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia indonesia. Bahkan

6 http//www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017 7 http//www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017 8 http//www.bkkbn.go.id, diakses 08 Februari 2017 9http//www.liputan6.com, /sigi investigasi, diakses pada 08 Februari 2017 10http//www.bnn.go.id, diakses pada 08 Februari 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

4

yang terlihat adalah begitu banyaknya manusia yang tidak konsisten, lain

yang dibicarakan dan lain pula tindakannya.11

Membangun akhlak anak bangsa merupakan tanggung jawab

bersama semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat

menyingsikan lengan baju membangun akhlak atau karakter yang kuat dan

khas. Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu untuk melakukan

sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter bangsa agar negeri

ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga mampu sejajar dengan

bangsa-bangsa besar lain di dunia dan mampu memberikan kontribusi bahkan

menjadi pusat peradaban

Tokoh yang memperhatikan pendidikan akhlak di antaranya yaitu

ulama yang lahir pada hari Senin 5 Shafar 1044 H di as-Subair suatu tempat

yang berada di kota Tarim Hadroh Maut Yaman.12 Beliau adalah As-sayyid

Al-Allamah Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, beliau tokoh

ulama tasawuf yang tekemuka pada abad ke-12 H.

Pada peserta didik ini pulalah yang mendapat perhatian sayyid

Abdullah bin Alwi Alhadad dalam karyanya Adabu Suluki Al-Murid dengan

sebutan Murid yang berarti peserta didik, menunjukkan bahwa keterengan-

keterangan Sayyid Abdullah Alhadad dalam kitab ini memiliki visi misi

mendekatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan.

Dalam kitab ini yang menjadi daya tarik untuk penulis melakukan

penelitian atau pun kajian mendalam terhadap kitab Adabu Suluki Al-Murid

ialah bukan hanya sekedar teori ataupun konsep tentang pendidikan akhlak,

tetapi merupakan pengamplikasian yang bisa dijadikan sebagai acuan dasar

atau menjadi standar dalam pendidikan akhlak bagi murid.

Oleh karena itu penulis ingin meneiliti lebih jauh lagi pendapat sayyid

Abdullah Alhadad tentang konsep pendidikan akhlak peserta didik, dan

penelitian tersebut di beri judul “PENDIDIKAN AKHLAK BAGI SISWA

11 Zubaedih, op.cit, h.2 12Husin Nabil Jalan Menuju Takwa terjemah Adabu Sulukil Al-murid (Jakarta : Hikmah,

2011),h.9

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

5

MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADDAD DALAM

KITAB ADABU SULUKI AL-MURID”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,penuis mng identifikasi

beberapa masalah sebagai berikut;

1. Masyarkat sekarang lebih mengutamakan kecedasan intelekual dari pada

kecerdasan akhlak.

2. Kurangnnya pemahaman pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap peserta

didik.

3. Pendidikan akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam

kitab Adabu Suluki al-Murid.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya bidang bahasan, maka untuk lebih memperjelas

dan memeberi arah fokus yang tepat dalam penulisan penelitian ini, perlu

adanya pembatasan masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi

permasalahan hanya pada seputar pendidikan akhlak bagi peserta didik

menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Alhadad dalam kitab Adabu suluki Al-

murid.

D. Perumusan Masalah

Permusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pendidikan

akhlak bagi peserta didik menurut Sayyid Abdullah Alhaddad dalam kitab

Adab Al- suluki Al-murid ?

E. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang di harapkan dalam penelitian ini adalah Untuk

mengetahui lebih mendalam lagi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

6

alhaddad dalam pendidikan akhlak peserta didik dalam pandangan sayyid

Abdullah Alhaddad dalam kitab Adabu suluki Al-murid.

F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berrikut;

1. Dapat menambah kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di

bidang pendidikan.

2. Dapat dijadikan acuan para pembaca umumnya dan khususnya para

pelaku dunia pendidikan.

3. Hasil penelitian ini merupakan lanngkah awal dan dapat ditindak lanjuti

oleh penulis berikutnya.

4. Memberikan subangsi karya ilmiah yang bermanfaat untuk di

persembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi

penulis sendiri.

5. Sebagai syarat untuk penulis lulus pada jurusan pendidikan agama islam

fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan dan mendapatkan gelar sarjana

pendidikan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”. Lalu kata ini mendapat awalan

“me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberikan

latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan di perlukan adanya ajaran,

tuntunan, dan bimbingan mengenai karakter dan kecerdasan pikiran.

Selanjutnya, pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia

ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan

sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang

memperoleh pengetahun, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai

dengan kebutuhan.13

Menurut Abudin Nata,“Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah atau

secara ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan,

memelihara dan merawatnya dengan kasih sayang. Kata ini di gunakan oleh

tuhan terhadap seluruh ciptaannya”.14

Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis istilah pendidikan

berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja terhadap

anak didik oleh seorang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam

perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di jalankan oleh

13Muhibbin Syah psikologi pendidikan dengan pendekatan baru (Bandung PT REMAJA

ROSDA KARYA,2013)cet .18, h. 10 14Abudin Nata, pemikiran pendidikan islam & Barat (Jakarta; PT Raj a Grafindo

persada,2012). H 19

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

8

seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai

tingkatan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.15

Menurut Suyadi pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam

proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh

berkembang menjadi manusia mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu,

sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermertabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi

serta bertanggung jawab.16

Berdasarkan hukum yuridis, pendidikan nasional mengemban misi

untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Untuk membangun

bangsa dengan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang

memilikki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan

pelaksanaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan nasional harus bermutu

dan berkarakter.

Prof. Dr. Damsar menjelaskan pengertian pendidikan secara

sederhana, dapat merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),yaitu

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan.17

Kemudian Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo dalam bukunya

pengantar pendidikan dalam memberikan penjelasan pengertian pendidikan

15 Rama Yulis, ilmu pendidikan islam (jakarta: Kalam Mulia, 2010), h 13 16Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya),

h.4 17Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidika ( Jakarta : Kencana Prenada Media

Group,2011),h.8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

9

memberikan beberapa batasan. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh

parah ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang

lain. Di bawah ini beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan

fungsinya.18

a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai

kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.

b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidik diartikan sebagai suatu

kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya

kepribadian peserta didik.

c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara

Pendidikan sebagai warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan

yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara

yang baik.

d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan

membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

e. Definisi pendidikan menurut GBHN

GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990 : 105) memberikan batasan tentang

pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional yang berakar pada

kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-

undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat

martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarkat Indonesia yang

18Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta,

2012),h.33

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

10

beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berkualitas, dan

mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya

serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung

jawab atas pembangunan bangsa.

Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat di tarik

kesimpulan bahwasanya pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan

dengan sadar dan sengaja untuk mengembangkan sikap, potensi, karakter,

maupun psikologi seseorang atau sekelompok orang dengan adanya interaksi

antara peserta didik, guru, dan sumber pendidikan melalui upaya pengajaran

ataupun pelatihan.

2. Tujuan pendidikan

Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandagan hidup

masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perlu

dirumuskan pandangan hidup yang mengarahkan tujuan dan sasaran.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan

pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memeberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan.19

Langeveld di dalam bukunya Beknopte Theoriche Paedagogiek, yang

dikutip oleh M. Ngalim Purwanto MP. Mengutarakan macam-macam tujuan

pendidikan sebagai berikut:20

a. Tujuan umum

Disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat.

Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi

19Ibid.,h37 20 M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis edisi kedua,( Bandung

:Rosda , 1995)h.20-22

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

11

tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan

selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak

didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk

mencapai tujuan umum itu.

Tujuan umum itu tidak akan dan tidak dapat selalu diingat oleh

pendidik dalam melaksanakan pendidikannya. Oleh karena itu, tujuan umum

itu selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang khusus mengingat

keadaan-keadaan dan faktor-faktor yang terdapat pada peserta didik sendiri

dan lingkungannya seperti:

1) Sifat pembawaan anak didik: umurnya dan jenis kelaminnya, watak dan

kecerdasannya.

2) Kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesangupan keluarga anak

didik itu, miskin atau kaya, terpelajar atau tidak dan lain-lain. Masih

primitif atau sudah majukah masyarakat sekitar anak itu? Apakah adat-

istiadat di situ menghambatnya atau melancarkan jalannya pendidikan

anak-anak itu? Dan sebagainya.

3) Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu.

4) Tugas badan-badan tempat pendidikan.

5) Tugas negara dan masyarakat.

6) Kemampuan-kemampuan yang ada pada peserta didik.

b. Tujuan-tujuan tak sempurna

Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah

tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang

hendak diciptakan dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berhubungan

dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti segi-segi yang berhungan dengan

nilai-nilai hidup yang tertentu, seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan,

kemasyarakatan, dan seksual.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

12

c. Tujuan-tujuan sementara

Tujuan ini merupakan tempat-tempat perhatian sementara pada jalan

yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar

kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main

bersama teman-temanya.

d. Tujuan-tujuan perantara

Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Umpanya,

tujuan sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah

ditentukan unuk apa anak belajar menulis dan membaca itu, dapatlah

sekarang berbagai macam kemungkinan untuk mencapai itu dipandang

sebagai tujuan perantara, seperti metode mengajar dan membaca.

e. Tujuan insidental

Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat

yang telepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum. Contoh, seorang

ayah memanggil anaknya supaya masuk kedalam rumah, agar mereka tidak

menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama;ayah itu menuntut

supaya perintahnya itu ditaati.

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungan-

hubungannya satu sama lain, mempermudah usaha kita untuk mengerti

pekerjaan mendidik dan memungkinkan kita meninjau apa yang dianjurkan

oleh aliran-aliran modern atau kuno dalam pendidikan. Sedangkan tujuan

umum itu bermuara dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu

dasarnya.

Dalam pendidikan islam, Menetapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah

sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran

yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang

terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat di terima oleh nalar manusia dan

dapat dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

13

As-Sunnah mempunyai dua fungsi, yaitu menjelaskan sistem

pendidikan islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal

yang tidak terdapat di dalamnya dan menyimpulkan metode pendidikan dan

kehidupan Rasulullah SAW.bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-

anak dan pendidikan keimanan yang pernah di lakukannya.21

Tujuan pokok dari pendidikan islam ialah mengantarkan peserta didik

agar mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam kehidupan sosial

sebagai konsekuensi logis dari perubahan peradabannya. Pendidikan dan

demokritasi mempunyai hubungan yang sangat erat, karena pendidikan

berperan sangat strategis dan krusial dalam mendukung pembentukan

masyarakat demokratis peradaan, peran pendidikan adalah mempersiapakan

anak secara individual maupun secara sosial, agar memiliki kemampuan,

keterampilan, etos kerja, dan motivasi unntuk beradaptasi aktif dalam

aktualisasi institusionalisasi masyarakat madani.

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut Pusat Bahasa Kemendiknas, karakter adalah “bawaan, hati,

jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak22. karakter menurut istilah islam disebut dengan akhlak,

dan akhlak berasal dari bahasa arab berupa kata jama’ atau bentuk ganda dari

kata khuluq yang secara etimologi berari budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau sikap. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian dengan kata khalaq

yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti diciptakann23

Secara etimologi, kata karakter (inggris : character) berasal dari

bahasa yunani, eharassein yang berarti “ to engrave” yang dapat

diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahat, atau menggoreskan.

21Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h.35 22Pusat bahasa kemendiknas.go.id, diakses 08Februari 2017 23Sudirman Tebba seri manusia malaikat,(Yogyakarta: Scripta parenia,2005) Cet. 1, h.65

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

14

Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa Inggris (Character)

yang juga berarti mengukir, melukis, memahat, atau menggoreskan.

Disamping pengertian secara etimologis, karakter juga dapat dimaknai secara

terminologis. Secara terminologis Thomas Lickona sebagaimana dikutip oleh

Marzuki mendifinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to

respond to situation in a morally good way.” Selanjutnya Lickona

menyatakan,” Character so conceived has three interrelated parts : moral

knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter mulia (good

charakter) mencakup pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), yang

menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral felling), dan akhirnya

benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan demikian,

karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitive) sikap (attitudes),

dan motivasi (motivation),serta perilaku (behavior) dan keterampilan

(Marzuki,2011:470)24

Karakter menurut Kevin Ryan dan Karen E.Bohlin, dalam bukunnya

Building Character in Schools mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui

kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.25 Hal senada juga

disampaikan oleh Thomas Lickona, bahwa karakter meliputitiga komponen

karakter yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral

feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action

atau perbuatan bermoral.26

Menurut Bruno (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah

sikap atau karakter adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk

bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.27

24 Suyadi, op.cit., h.5 25Kevin Ryan and Karen E. Bohlin, Building Character in Schools; Practical Ways to Bring

Moral Instruction to Life ( New York : Bantam Books, 2003),h. 05 26Thomas Lickona, E. Schaps and Lewis, CEP’s Eleven Principles of Effective Character

Education (Washington DC: Character Education Partnership, 2003),h. 29 27 Muhibbin Syah psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. h.118

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

15

Menurut ibnu miskawi, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.28

Di dalam ensiklopedia pendidikan dikataka bahwa akhlak adalah budi

pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuaan baik yang merupakan akibat dari

sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.29

Salah seorang ulama mendefinisikan akhlak atau karakter ialah

kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga

menjadi adat yang membudaya yang mengarah kepada kebaikan atau

keburujan. Terkadang adat itu terjadi secara kebetulan tanpa disengaja atau

dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak dinamakan

akhlak.30

Sedangkan pendidikan akhlak adalah usaha secara sadar dan

disengaja, sisematis untuk mendorong, membantu serta membantu seseorang

dalam mengembangkan segala ptensi yang dimiliki serta mengubah kualitas

yang lebih baik.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, terdapat lima ciri dalam

perbuatan akhlak, yaitu:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi telah menjadi kepribadiannya.

b. Perbuatan akhlak ialah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran.

c. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri

seseorang yangn mengerjakan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Bahwa perbuatn akhlak ialah perbuatan yang dilakukan dengan

sesengguhnya bukan main-main atau bersandiwara.

28Abudin Nata Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001),h,3 29 Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.2,

h2 30 Grafindo Media Pratama,2008),h.6(jakarta: PT menginstal akhlak anak, Bambang Trim

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

16

e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan ikhlas yag dilakukan semata-mata

hanya karena Allah.

2. Macam-macam Akhlak

Akhlak merupakan kepribadian seorang muslim, ketika seorang telah

meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia tela kehilangan jati diri dan

masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia mampu

membedakan mana binatang mana manusia. Dengan akhlak pula bisa

memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari kiamat nanti.

Menurut Moh Ardani, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak al-

karimah dan akhlak mazmumah.

a. Akhlak Karimah

Akhlak yang terpuji (al-akhlak al-karimah/al-akhlak mahmudah),

yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat

membawa nilai-nilai positit dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti

sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu, husnuzon, optimis, suka menolong

orang lan, suka bekerja keras dan lain-lain.31

Akhlak al-Karimah atau akhlak yang akhlak amat mulia banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Tuhan dan

manusia dengan manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian.

Pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia terhadap diri sendiri,

dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.

Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagaimana di bawah

ini:

31 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan sekolah, ( Jakarta:

Ruhama, 1995), h11

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

17

1) Akhlak mulia kepada Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa

tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian

agung sifat-sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu

menjangkau hakikatnya.

2) Akhlak mulia kepada diri sendiri

Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai,

menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-

baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah

Allah yang harus dipertanggung jawbkan dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak mulia kepada sesama manusia

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya

secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk

itu perlu berkerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain.

Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang baik, satu dan yang

lainnya saling berakhlak yang baik, diantaranya mengiringi jenazah,

mengabulkan undangan dan mengunjungi orang lain.32

Dari pengertian di atas dapat diambil keseimpulan bahwa manusia

mengetahui bahwa Allah telah menganuhgrakan kepadanya keutamaan yang

tidak dapat terhitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan berdzikir

dalam hatinya. Dalam kehidupan sehari-hari harus berlaku hidup sopan dan

santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, sehingga terhindar dari perbuatan

dosa dan maksiat, karena jiwa adalah yang terpenting dan itama yang harus

dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat merusaknya. Manusia adalah

makhluk sosial maka perlu diciptakan suasana yang baik, satu dengan lainnya

dengan salaing berakhlak baik.

Dalam Filosofi yunani akhlak disebut dengan karakter, maka filosof

yunani Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup dengan

32 Moh Ardani, Akhlak Tasawuf,( Jakarta: PT Mitra Cahaya, 205),Cet. 2, h, 49-57

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

18

tingkah laku yang benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan

berhubungan dengan diri sendiri.33 Menurut pengamatan filosof kontemporer

Michael Novak karakter adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti

yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, cerita-cerita

orang bijak,dan orang-orang berilmu, sejak zaman dahulu hingga sekarang.34

Berdasarkan pemahaman klasik ini terdapat cara pandang memandang

karakter sesuai dengan pendidikan nilai. Karakter terdiri atas nilai-nilai

operatif, nilai yang berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami

pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak

batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi

dengan cara yang bermoral.

Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang

saling berkaitan : a.) pengetahuan moral, b.) perasaan moral, c.) dan perilaku

moral.

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak yang tercela (al-akhlak al-mazmummah), secara umum yaitu

sebagai lawanan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana yang

disebutkan di atas. Namun ajaran islam tetap membiarkan secara terperinci

dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dan dapat mengetahui cara-

cara menjauhinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai berbagai macam

akhlak tercela, di antaranya:

1) Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak

sesuai, tidak cocok dengan kenyataannya. Berdusta atau bohong ada tiga

33 Thomas Lickona,Pendidikan karater ;Panduan Lengkap Mendidik Siswa Pintar dan

Baik.ter (Bandung : Nusa Media, 2013),h.71-72 34Ibid.,h72

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

19

macam, yaitu berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, dan

berdusta dalam hati.

2) Takabur (sombong)

Takabur atau sombong adalah salah satu akhlak tercela. Arti takbur

adalah merasa atau mengaku diri paling besar, tinggi, mulia, atau

melebihi orang lain.

3) Dengki

Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh

orang lan, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke

tangan sendiri atau tidak.

4) Bakhil

Bakhil artinya pelit atau kikir. Orang yang kikir adalah orang yang sangat

hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya sangat dan

sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk

orang lain.35

Dari pemaparan diatas maka akhlak dalam bentuk pengaplikasiannya

dibedakan menjadi dua yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak yang

sesuai dengan perintah Allah dan rasulnya akan melahirkan perbuatan yang

baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan jika akhlak

sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya dan akan membawa

ke perbuatan yang buru, maka itu adalah yang dinamakan akhlak tercela.

3. Landasan Pembentukkan Akhlak36

a. Pembentukkan Akhlak

Pembentukkan akhlak berperan penting dalam membentuk

kepribadian bangsa, yang meliputi taubat,muhasabah, ikhlas, ridha, zuhud,

cinta Allah dan Rasul, dan lain sebagainya. Pembentukkan akhlak menjadi

35 Moh Ardani, op. Cit., h.57-59 36 Muhammad Takdir ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta : Ar-ruzz

Media,2016),h.187-196

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

20

pijakan seseorang menuju jalan spiritual sangat tepat dan layak untuk

dijadikan pedoman dalam setiap perbuatan dan tindakan kita setiap harinya.

Akhlak adalah dimensi yang berkaitan langsung dengan jalan spiritual

atau tasawuf. Keduannya tidak bisa dipisahkan dalam kerangka menuju

peningkatan spiritual.

b. Pembentukkan Karakter

Pendidikan karakter berbasis akhlak di lingkungan sekolah merupakan

suatu urgensi tersendiri bagi perkembangan pendidikan ke depan. Hal ini

disebabkan pada hakikatnya moral dan tingkah laku anak didik bangsa butuh

“direkonstruksi” agar mereka mampu menciptakan suasana yang lebih

bernuasa positif.

c. Pembentukkan kepribadian

Melalui proses kependikkan yang terencana dengan matang,

kepribadian muslim dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita

luhur bangsa indonesia. Proses pendidikan yang dimaksud adalah suatu

proses pengembangan kemampuan dasar dan potensi manusia yang

diimplementasikan secara berkesinambunng sesuai dengan kebutuhan

manusia.

Pendidikan islam tidak hanya menekankan pada pengajaran yang

orientasinya pada pengembangan intelektualitas, tetapi juga berupaya

membentuk kepribadian anak didik secara utuh. Maka, Islam pada hakikatnya

adalah paham perfksionisme, yaitu menghedaki kesempurnaan hidup secara

paripurna. Hal ini sesuai dengan firmal Allah SWT.

بعوا لم كآفة وال تت يأيها ٱلذين آمنوا ٱدخلوا فى ٱلس بين ﴿٢٠٨﴾ يطان إنه لكم ع دو م خطوات ٱلش

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

21

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqoroh/2 : 208)

Mohammad Fadhil al-Jamaly, ahli pendidikan Tunisia, berkesimpulan

bahwa dalam kepeendidikan isam, pembentukkan kepribadian anak didik

harus diarahkan kepada sasaran berikut ini:

1) Pengembangan iman sehingga benar-benar berfungsi sebagai kekuatan

yang dapat mendorong ke arah perbaikan dan kebahagian hidup yang

dihayati sebagai suatu nikmat Allah SWT.

2) Pengembangan kemampuan mempergunakan akal kecerdasan untuk

menganalsis hal-hal yang berada di balik kenyataan alam yang tampak.

3) Pengembangan potensi berakhlakul karimah dan kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan ucapan, maupun

perbuatan.

4) Mengembangkan sikap beramal dalam setiap muslim.37

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai

ketuhanan yang menyangkut moral dapat mengantarkan manusia menjadi

insan kamil yang bersumber dari hidayah dan rahmat Allah.

d. Pemberdayaan Pendidikan Agama

Dalam memberdayakan pendidikan agama, perlu mereformasi

pendidikan yang selama ini lebih menekankan aspek kognitif dan

mengabaikan aspek afektif serta psokomotor. Akibat dari kesalahan ini,

peserta didik memiliki pengetahuan nilai dan moral, tetapi tidak

melaksanakan nilai dan moral tersebut dalam kehidupan masyarakat.

37Ibid, h. 195

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

22

C. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Terminologi pendidikan karakter, sejatinya sejak tahun 1990-an mulai

banyak dikenal dan dibicarakan di forum-forum ilmiah, setelah Thomas

Lickona yang dianggap sebagai pengusung pertama konsep tersebut melalui

karyanya yang banyak mendapat perhatian, yakni The Return of Character

Education, Sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat di mana tempat

Lickona hidup, dan dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan

karakter adalah sebuah keharusan dalam proses membentuk manusia menjadi

lebih baik.38 Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman

kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan

dalam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jatidirinya,

diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan

lingkungannya.39

Pendidikan karakter dalam perspektif Islam disebutkan juga sebagai

pendidikan akhlak atau budi pekerti.Pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.

Keduanyamempunyai orientasi yang sama yaitu pembentukan perilaku

seseorang menjadi lebih baik. Menurut Zubaedi,perbedaannnya terletak pada

kesan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam sedangkan

pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, namun hal ini menurutnya

bukan alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataanya keduanya memiliki

ruang untuk saling mengisi.40 Persamaan tersebut dapat dilihat dari aspek

terminologinya, bahwa pengertian karakter memiliki kedekatan dengan

pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata jamak khilqun atau khuluqun

yang menurut bahasa diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku,

38http://www.guru.com , diakses 09 februari 2017 39Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga

Pendidikan (Jakarta : Kencana, 2011), h.17 40Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga

Pendidikan , h.19

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

23

tabi’at atau karakter41. Pada hakekatnya pendidikan karakter bila dikaitkan

dengan pendidikan akhlak menurut Suwito adalah inti dari semua jenis

pendidikan sebab ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin

manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang terhadap dirinya sendiri

maupun terhadap di luar dirinya.42

Beberapa pendapat para ahli ilmu akhlak dalam Islam tentang

pengertian akhlak secara umum, menggambarkan kesamaan pengertian

dengan pendapat di atas, diantaranya sebagai berikut ; pertama, menurut

Ahmad Amin dalam Kitab Akhlaq yang menjelaskan bahwa, akhlak adalah

terkait dengan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilaksanakan

oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menjelaskan tujuan yang

hendak dicapai dan menunjukkan jalan lurus yang harus ditempuh.43 Kedua,

menurut Ibn Miskawaih, yang menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan

jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.44 Ketiga, menurut Al-

Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat

memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan

pertimbangan pemikiran.45Dengan memperhatikan beberapa pendapat

tersebut, dapatlah dipahami bahwa, akhlak merupakan kehendak dan

kebiasaan manusia yang menimbulkan motivasi untuk melakukan sesuatu.

Namun demikian ada hal yang sangat prinsip dalam mengukur baik

dan buruk dalam perspektif Islam ketika terminologi akhlak yang dipakai,

dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari berbagai pendapat tentang ukuran

baik dan buruk dari berbagai paham di dunia. Pertama Tradisionalism. Paham

ini berpendapat bahwa ukuran norma baik dan buruk itu adalah berdasarkan

tradisi setempat, adat istiadat dijadikan norma oleh suatu kelompok sosial

41Luis Ma’ruf, Al-Munjid ( Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, tt ), , h.194 42Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Yogyakarta: Penerbit Belukar,

2004),h. 38 43Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlaq ( Kairo : Dar al-kutub al-Mishriyah, 1931),h. 2-3 44Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq (Mesir: Al-Mathba’ah al-

Mishriyah, 1934, cet-1),h.40 45IAbu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin (Kairoh : Daar Al-

Hadis,2004) jilid 3, h.56

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

24

yang terkadang tidak sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai agama. Tradisi

yang sudah ada sejak nenek moyang mereka dianggap sebagai kebenaran dan

dilanjutkan secara turun temurun.46 Kedua Rasionalism. Paham ini

berpendapat logikalah yang menjadi standar nilai baik dan buruk yang

terkadang standar paham ini bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan

agama.47 Ketiga, Empirism. Paham ini berpendapat bahwa bukti nilai

pengalamanlah yang menjadi dasar ukuran baik dan buruk.48 Keempat

Hedonism. Paham ini beranggapan bahwa, rasa bahagialah yang menjadi

dasar norma baik dan buruk.49 Kelima Utilitarism.Paham ini berpendapat

bahwa yang dianggap baik adalah yang bermanfaat hasilnya, dan yang

dianggap buruk adalah yang hasilnya tidak mendatangkan manfaat.50 Dalam

perspektif Islam ukuran baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-

Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ada beberapa istilah yang mengacu

kepada yang baik, diantaranya adalah al-hasanah, al-tayyibah, al-khair, al-

mahmudah, al-karimah, dan al-birr.Adanya berbagai istilah kebaikan yang

bervariatif yang diberikan Al-Qur’an dan Hadis itu menunjukkkan bahwa,

penjelasan tentang sesuatu yang baik menurut ajaran Islam jauh lebih lengkap

dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, jiwa,

ruhani, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta memiliki akhlak yang

mulia.51

Standar baik dan buruk berdasar pada nilai agama mendapat

dukungan yang berarti, apalagi Thomas Lickona sebagai Bapak Pendidikan

Karakter di Amerika mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dengan

spiritualitas dan agama. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter

telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang

sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan

46 Lihat www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017 47Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama, Cet 4, 2005), h.121 48www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017

50http://plato.stanford. Diakses pada 10 Februari 2017 51Solihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna hidup ( Bandung

: Penerbit Nuansa, 2005 ), h.110

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

25

pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter

baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat

inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter

memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.52

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar dalil naqli tentang pendidikan akhlak terdapat dalam al-Qur’an

dan AsSunnah, kedua sumber hukum islam ini yang berkenan dengan

pentingnya pendidikan akhlak bagi peserta didik. Ayat yang berkenan dengan

karakter ini diantaranya:

أسوة حسنة ل من كان يرجو لقد كان لكم فى رسول ٱلل

كثيرا ﴿٢١﴾ وٱليوم ٱآلخر وذكر ٱلل ٱلل

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Al-Ahzab/33: 21)

Ayat diatas menginsyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang

sudah ada sejak zaman Rasul, di mana Rasul adalah contoh atau model dalam

pembelajaran. Sebab, tidak diragukan lagi bahwa semua yang ada di dalam

diri Rasulullah SAW, merupakan pencapaian akhlak yang sempurna, tidak

hanya untuk umat islam tetapi juga untuk seluruh dunia.

3. Tujuan Pendidikan akhlak

Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk

manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan

perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangain, bersifat bijaksana, sempurna,

sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap

52http://www.guru.com/ , diakses 10 februari 2017

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

26

saat, keadaan, pelajaran, aktivitas, merupakan sarana pendidikan karakter di

ata segala-galanya.53

Maka tujuan pendidikan akhlak yang sebenarnya adalah

mengembangkan potensi akhlak itu semdiri melalui pendidian sekolah,

keluarga, dan masyarakat. Potensi yang akan dikembangan adalah potensi

baik.

Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah di rancang

atau dirumuskan oleh para ahli pendidikan agama islam diantaranya ialah:

a. Moh Atiyah Al-Abrasyi mengutarakan bahwa pendidikan akhlak adalah

membentuk manusia bermoral baik, sopan, bersifat sederhana, sopan,

ikhlas, jujur, dan suci.54

b. Al-Ghazali mengatakan tujuan pendidikan akhlak ialah membuat amal

yang di kerjakan menjadi nikmat, seorang yang dermawan akan

merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini berbeda

dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa. Seseorang

yang merendahkan hati, ia merasa lezatnya tawadhu.55

Sedangkan menurut H.E. Mulyasa tujuan pendidikan karakter yaitu

untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pembentukkan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,

dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan setiap satuan

pendidikan.56

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan akhlak ialah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur

53 (Jakarta: Kalam Mulia,2006), h.90 Ilmu Pendidikan Agama Islam Ramayulis ,

54Moh Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang,1989) , h. 104 55 Bambang Trim menginstal akhlak anak, h. 7

56H. E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter,( Jakarta : Bumi Aksara,2011), h. 9

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

27

dan mulia, dan berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaanya sesuai dengan

ajaran Allah dan Rasulnya.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, yang berjudul “PENDIDIKAN AKHLAK BAGI

SISWA MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADAD

DALAM KITAB ADABU SULUKI AL- MURID” ini dilaksanakan dari

bulan Maret 2017 sampai dengan Desember 2017 digunakan untuk

pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang di peroleh dari

koleksi, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet serta sumber lain yang

mendukung penelitian. Kemudian selebihnya digunakan untuk melakukan

kualifikasi data, menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta

menyusunnya dalam bentuk hasil penelitian atau laporan. Selanjutnya tempat

yang digunakan untk melakukan penelitian ini bertempat di perpustakaan

UIN Syarif Hiadayatullah, perpustakaan pribadi, perpustakaan Markas

Syariah DPP FPI, perpustakaan Mahad Al-Isyroq, dan perpustakaan daerah

Jakarta Barat.

B. Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif

yang artinya penelitian yang menggunakan data informasi berbagai macam

teori yang di peroleh dari kepustakaan dengan jenis penelitian sejarah dengan

klasifikasi pada penelitian biografi. Selain itu, langkah metodis dalam

penyusunan penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan yang

bersifat deskriptif-analisis.

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini

dikelompokkann menjadi dua katagori yakni primer dan sekunder.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

29

1. Sumber Primer

Yakni adalah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Hadad yaitu Adabu Al-

SulukiAl-Murid, maka peneliti melakuakan survei kepustakaan tentang

pendidikan karakter anak yang terkandung dalam kitab Adabu Al-

SulukiAl-Murid.

2. Sumber Sekunder

Ialah buku yang menunjang dan memiliki persamaan pemikiran tentang

akhlak bagi penuntut ilmu guna mempermudah dan memperkuat isi

penelitian ini.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Sesuai dengan metode yang digunakan, maka pengumpulan data

dilakukann dengan studi dokumentasi. Setelah data-data tekumpul lengkap,

berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari,meneliti,

menyeleksi dan mengklasifikasikan data-data yang relevan dan yang

mendukung pokok-pokok bahasan, untuk kemudian penulis analisi, dan

menyimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Penelitan kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.

Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat

tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data di lakukan

dengan pengamatan yang terus menerus. Hal ini dilakukan untuk menemukan

ciri-ciri dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola.

Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

30

menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antar kajian dan hubungannya

terhadap keseluruhannya.57

Sesuai dengan jenis serta data yang di peroleh dalam penelitian ini,

Maka teknik analisis data atau pengelohan data yang di gunakan adalah

content analysis atau analisis isi dengan tahapan yang meliputi : Heuristik

(pengumpulan data), verifikasi (kritik data), Interpretasi (penyimpulan data),

serta Historiografi (penulisan data).

G. Teknik Penulisan

Teknik yang penulis pakai pada penelitian ini merujuk pada buku

pedoman penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Neger Syarif Hidayatulah Jakarta.

H. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur

penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pertama

Dalam tahap ini, penulis mengajukan proposal penelitian. Di samping itu

juga melakukan kunjungan ke perpustakaan untuk mencari bahan-bahan

yang digunakan dalam proses penelitian.

2. Tahap Kedua

Tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data yang di peroleh dari

berbagi sumber, kemudian mengolah data dengan cara

mengklasifikasikan data-data dan kemudian menyusunnya.

57Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,( Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h.210

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

31

3. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini, penulis menyimpulkan data yang telah dianalisis dan

kemudian menafsirkan data dalam bentuk hasil penelitian (laporan)

selanjutnya melakukan rekomendasi dengan cara mencari temuan baru

dari hasil analisi tersebut.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskipsi Data

1. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad

Beliau adalah al-Allamah Abdullah bin Alwi al-Haddad seorang

imam yang lahir pada malam Senin, 5 Shafar 1044 H di as-Subair, suatu

tempat yang berada di kota Tarim Hadrohmaut Yaman.58 Beliau adalah orang

yang faqih dan bermazhab syafii’i dan juga ulama terunggul yang berakidah

ahlu sunnah yang berjalan di atas faham asy-‘Ariy dan terdepan dalam jalan

hidup dan pendidikan pada jalan para sufi.

Suatu hari, sayyid Alwi al-haddad ayah sayyid Abdullah pergi

mengunjungi imam besar al-Arifbillah yang bernama Ahmad bin Muhammad

al-Habsyi, beliau meminta doa kepadanya. Kemudian al-imam Ahmad bin

Muhammad al-Habsyi berkata, “Anak-anakmu adalah anakku, mereka

memiliki keberkahan.” Tidak lama kemudian sayyid Alwi menikahi cucu al-

Imam Ahmad dari anak beliau yang bernama Aidrus bin Ahmad al-Habsyi.

Istri beliau bernama Salma, seperti nama ibu beliau. Wanita yang soleha dan

bertakwa kepada Allah. Dari perkawinan itu mereka dikaruniai anak laki-laki

dan perempuan. Diantara anak-anak mereka adalah al-Allamah Abdullah bin

Alwi al-Haddad. Sayyid Alwi pernah berkata, “aku tidak memahami isyarat

dari ucapan al-Arifbillah Ahmad bin Muhammad al-Habsyi (ketika beliau

mengunjunginya dulu) hingga setelah kelahiran anakku Abdullah karena aku

melihat tanda-tanda kewaliyan tampak pada dirinya.”59

58Husin Nabil, Jalan Menuju Takwa ; ter. Adabu Suluki Al-Murid ( Jakarta : Hikmah,

2011),h.9 59Ibid.,h.9-10

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

33

2. Silsilah Nasab Sayyid Abdullah Al-Haddad

Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad bin

Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad

bin Abu Bakar At-Thawil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin

Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad Shabib

Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shauma’ah

bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhajir illah Ahmad bin Isa bin Muhammad

An-naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad

Al-Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husein bin Al-imam Amirul

Mu’minin Ali bin Abi Tholib suami Fatimah Az-Zahroh Al-batul binti

Rasulullah Muhammad SAW.60

3. Pendidikan dan Masa Kecilnya

Dibesarkan dan dididik oleh orang tuanya di kota Tarim. Dari kecil

Allah menjaga dari segala apa yang diharamkan. Penglihatan lahiriah beliau

diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan yang jauh lebih kuat dan

berharga. Hal itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun

dalam mecari cahaya Allah menuntut ilmu agama.61

Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga

menyebabkan buta. Cacat yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau

tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, beliau habiskan waktunya

dengan menghafal Al-Qur’an, mujahadah al-nafs (bersungguh-sungguh dalam

menundukkan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan

seakan-akan sejak kecil beliau tahu bahwa dirinya tidak dilahirkan untuk

yang lain, tetapi mengabdi kepada Allah SWT.62

60Husin Nabil, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid (

Tanggerang : Putra Bumi,2017),h.5-6 61Ibid.h.6-7 62Ibid., h 7

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

34

Beliau menimba ilmu dengan banyak ulama di masanya. Kurang lebih

beliau berguru dari seratus empat puluh ulama. Di antara mereka yang

terkenal ialah;

a. Habib Abdurrahman bin Syaikh Maula Aidid.

b. Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas.

c. Habib Abdullah bin Ahmad B alfaqih.

d. Habib Aqil bin Abdurrahman As-Seqqaf.

e. Habib Sahl bin Ahmad Ba Hasan

f. Habib Muhammad bin Alwi As-Seqqaf, seorang ulama di kota

Mekkah.63

Beliau sangat menganjurkan para penuntut ilmu mempelajari dasar-

dasar setiap ilmu dan menjadikannya dasar untuk mendekat kepada Allah.

Oleh karena itu, beliau berkata, “Hendaknya seorang (penuntut ilmu)

mempelajari dasar-dasar setiap ilmu agar ia mendapatkan pengetahuan dari

setiap jenis ilmu. Adapun mendalami suatu ilmu tidak dianjurkan, kecuali

pada pengetahuan tentang Allah, sifat-sifatnya, malaikatnya, dan hari akhir.”

Beliau sangat menganjurkan setiap penuntut ilmu mempelajari ilmu yang

bermanfaat. Beliau pernah berkata,”Bagi kami rukun agama dan asasnya ada

empat. Dalam ilmu hadis kitab al-Bukhori, ilmu tafsir kitab al-Baghawi, ilmu

fikih kitab al-Minhaj, dan kitab Ihya ‘Ulumuddin yang mencakup segala

sesuatu. Inilah suatu fondasi yang di atasnya terdapat suatu bangunan. Aku

telah mempelajari banyak kitab, dan aku tidak menemukan kitab yang

sesempurna itu, sedangkan waktu kita sangat pendek. Tidak ada di dalam

mazhab kami, kecuali al-qur’an dan as-sunnah.64

4. Murid-murid Sayyid Abdullah Al-Haddad

Ketika telah menguasai ilmu dan akhlak yang begitu mulia, beliau

berdakwah di jalan Allah. Memberi petunjuk dan mengarahkan umat ke jalan

63Ibid 64Husin Nabil, op. Cit.,h.13

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

35

Allah dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang lemah lembut. Sehingga

manusia berbondong-bondong menghadapkan diri kepadanya. Dakwahnya

tersebut kepenjuru dunia. Sangat banyak orang yang mendapatkan manfaat

dari nasihat, akhlak, ucapan, dan kitab-kitab.

Beliau berbicara dengan suatu kaum sesuai dengan ilmu dan keadaan

mereka. Tidak pernah beliau memaksakan kepada seseorang sesuatu yang

belum mampu dilakukan. Banyak sekali ulama hasil didikan beliau, di

antaranya;

a. Habib Hasan bin Abdullah al-Haddad, putranya sendiri.

b. Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi.

c. Habib Abdurrahman bin Abdullah Balfaqih.

d. Habib Muhammad bin Zain bin Smith.

e. Habib Umar bin Zain bin Smith

f. Habib Umar bin Abdurrahman al-Bar.

g. Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seqqaf.

h. Habib Muhammad bin Umar bin Thaha ash-Shafi as-Seqqaf.65

5. Karya-karya Sayyid Abdullah Al-Haddad

Beliau memiliki cukup banyak karya yang tersebar ke pelosok negara

dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Inggris, Prancis,

dan Melayu. Termasuk bahasa Indonesia sehingga kitab-kitab beliau dijuluki

intisari dari kitab-kitab al-Ghazali.66

Beliau meninggalkan kepada umat islam khazanah ilmu yang banyak,

yang tidak ternilai, melalui kitab-kitab dan syair-syair karangan beliau.

Antaranya ialah:67

a. An-Nashaa’id Ad-Dinniyah Wal-Washaya Al-Imaniyah.

65Ibid.,h14 66Ibid 67Husin Nabil, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid., h 8

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

36

b. Ad-Dakwah At-Tammah.

c. Risalah Al-Mudzakarah Ma’al-Ikhwan Wal-Muhibbin.

d. Al-Fushuul Al-Ilmiyah.

e. Al-Hikam.

f. Risalah Adab Suluki Al-Murid.

g. Sabilul Iddikar.

h. Risalah Al-Mu’awanah.

i. Ittihafus-Sa’il Bi-Ajwibatil-Masa’il

j. Ad-Durrul Manzhum Al-Jami’i Lil-Hikam Wal-Ulum.

k. Tasbiit al-Fuad.

l. Kumpulan wirid dan zikir beliau dalam kitab Sabil al-‘Ibad Ila

Zad al-Ma’ad.

Beliau memiliki majelis ilmu di kota tempat tinggalnya. Diriwayatkan

bahwa setiap orang yang menghadiri majelis beliau akan melupakan dunia,

bahkan orang yang dalam keadaan sakit pun akan melupakan rasa sakitnya.

Beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu mengikuti sunnah-

sunnah nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, beliau menjadi panutan

orang banyak. Suatu ketika di akhir umurnya, ketika dalam keadaan sakit

karena tidak sempat memotong rambut beliau menjadi panjang sampai ke

bahu. Ketika melihat itu, anaknya meminta izin untuk memotong rambut

beliau. Namun beliau menolak dengan alasan bahwa beliau sudah

melaksanakan semua sunah nabi SAW., kecuali mengikuti model rambut nabi

SAW., yang disebut dalam riwayat sampai ke bahu.

6. Wafat Sayyid Abdullah Al-Haddad

Hari-hari al-Allamah Abdullah bin Alwi al-Haddad selalu diliputi

oleh keistiqomahan dalam segala hal. Istiqomah dalam menjaga sholat lima

waktu berjama’ah, menghadiri majelis ilmu,membaca al-qur’an dan doa-doa,

serta wirid-wirid. Pada hari Kamis, 27 Ramadhan 1123 H., beliau terserang

suatu penyakit yang setiap hari bertambah parah sehingga menghalanginya

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

37

melanjutkan kegiatan. Sejak saat itu, kondisi badan beliau bertambah buruk.

Diriwayatkan bahwa di akhir umurnya tampak badan beliau sangat kurus,

hanya tinggal kerangka yang terbungkus kulit.68

Kadang-kadang beliau juga sering menggerak-gerakkan tangannya

seperti orang yang sedang bertakbiratul ihram dan mengangkat telunjuknya

seperti orang yang sedang bertasyahud. Setelah empat puluh hari sakitnya,

ketika umurnya telah mencapai delapan puluh tahun dan sembilan bulan

kurang tiga hari, yaitu pada malam selasa,7 Dzulqaidah 1123 H, beliau wafat

di rumahnya al-Hawi. Seorang sayyid yang bernama Ali Aidid menjelaskan

bahwa ia pernah pergi berziarah kubur bersama al-Allamah Abdullah bin

Alwi al-Haddad di pekuburan Tarim yang bernama Basyar beberapa tahun

sebelum kematian beliau. Setelah selesai berziarah di kubur al-Imam

Abdullah al-Aidrus, beliau melangkahkan kakinya hingga di tempat yang

nantinya akan menjadi kubur beliau.

Beliau meninggalkan enam anak laki-laki dan empat anak perempuan.

Semuanya termasuk hamba-hamba Allah yang soleh, wali, dan taat kepada

Allah. Di antara mereka yang menggantikan kedudukan ayahnya adalah Alwi

dan Hasan bin Abdullah bin Alwi al-Haddad. Mereka berdua menggantikan

kedudukan ayahnya dalam mengajarkan ilmu, menyambut para pendatang,

dan bersedekah kepada fakir miskin. Nama al-Allamah Abdullah bin Alwi al-

Haddad akan terus dikenang akan terus hidup sepanjang masa.

7. Gambaran Kitab Adabu Suluki Al-Murid

Diantara karya sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad adalah Adabu

Suluki Al-Murid yang merupakan sumber primer dan kajian utama dari

penelitian ini yang secara umum akan digambarkan tentang isi kitab Adabu

Suluki Al-Murid dengan tanpa mengurangi isi yang terkandung didalamnya.

Kitab Adabu Suluki Al-Murid merupakan kitab yang mempunyai karakter

68Husin Nabil, Jalan Menuju Takwa ; ter. Adabu Suluki Al-Murid., h 17-18

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

38

tersendiri, hal ini sangat penting untuk diketahui oleh seseorang yang

sedang menuntut ilmu.

Kitab Adabu Suluki Al-Murid ini adalah karangan sayyid Abdullah

bin Alwi al-Haddad yang di terbitkan di Jakarta, Indonesia oleh penerbit

Daar al-Hawi. Latar belakang kitab ini di karang ialah banyak para murid

beliau yang sedang bermujahadah untuk medekatkan diri kepada Allah,

meminta nasihat agar lebih termotivasi untuk tetap istiqomah berjalan

mendekat kepada Allah., tetapi pada saat itu beliau belum bisa memenuhi

permintaan para murid beliau karena belum mendapati nasihat yang cocok

untuk mereka. Namun beliau memiliki gagasan untuk mencatat beberapa

bab yang ringkas, yang mencakup beberapa adab bagi yang berkeinginan

(menempuh jalan murid) dengan penjelasan yang mudah dipahami.

B. Pendidikan Akhlak bagi Siswa dalam Kitab Adabu Suluki Al-

Murid

Di dalam kitab Adabu Suluki Al-Murid dijelaskan mengenai

pendidikan akhlak bagi siswa yaitu sebagai berikut;

1. Menjaga kebersihan

Menurut sayyid Abdullah al-Haddad dalam kitabnya menyatakan bagi

seorang pelajar untuk selalu menjaga kesucian, kebersihan, dan keindahan

diri. Karena islampun mengajarkan tentang kebersihan diri sebagaimana yang

telah Allah terangkan dalam al-qur’an;

ابين ويحب ٱلمتطه رين ﴿٢٢٢﴾ يحب ٱلتو إن ٱلل

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”69

جز فٱهجر )٤-٥( ر ﴿٤﴾وٱلر وثيابك فطه

69Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 222

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

39

(4.) Dan pakaianmu bersihkanlah, (5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah70,

Di ayat lain:

الة وأنتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون يا أيها ٱلذين آمنوا ال تقربوا ٱلص

رضى أو على سفر أو جآء أحد وال جنبا إال عابرى سبيل حتى تغتسلوا وإن كنتم م

ن نكم م موا صعيدا طي با فٱمسحوا ٱلغآئط أو المست م م ٱلن سآء فلم تجدوا مآء فتيم

ا غفورا ﴿٤٣﴾ كان عفو بوجوهكم وأيديكم إن ٱلل

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang

kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu

ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub,

terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau

sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah

menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka

bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan

tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.71

72 و ي ن ب غ ي ل ل م ر ي د أ ن ال ي ز ال ع ل ى ط ه ار ة

“hendaknya setiap murid selalu dalam keadan bersih”

Dari anjuran di atas, nampak bahwa sayyid Abdullah bin Alwi al-

Haddad menekan untuk setiap penuntut ilmu agar selalu menjaga kesucian

dan kebersihan diri.karena untuk mendapatkan ilmu haruslah dalam keadaan

bersih. Beliau juga membahas lagi masalah kebersihan ini dalam kita beliau

yakni risalah al-mu’awanah

ار ص ه ت اف ظ ن ت ل م ك ن م ن إ ا ف ن اط ب ا و ر اه ظ ة اف ظ الن م و ز ل ب ك ي ل ع و

ا ي ان م س ا ج ر ش ب ه ت ر و ص و ه م س ج ب ان ك ن إ ا و ي ان ح و ر اك ل م ه ت ر ي ر س و ه ح و ر ب

70Al-Qur’an Surat Al-Mudatsir: 4-5 71Al-Qur’an Surat An-Nisa : 43 72Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 20

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

40

)رواه ابن ة اف ظ ى الن ل ع ن ي الد ي ن ب م ل س و ه ي ل ع ى للا ل ص للا ل و س ر ال ق د ق و الد يبع( و ق ال ع ل ي ه الس ال م ان للا ن ظ ي ف ي ح ب الن ظ اف ة )اخرجه الترمزي(73

“Lazimkan untuk mu agar selalu menjaga kebersihah diri baik itu

kebersihan batin (hati) ataupun luar (fisik), maka jika ada di antara kalian

itu menyempurnakan menjaga kebersihannya maka sempurnalah dia menjadi

raja ruhaninya dan menjadi indah anggota badannya. Dan sungguh

Rasulullah SAW, bersabda;” agama ini dibangun atas dasar kesucian” (H.R

Ibnu Ad-Daiba’), dan nabi juga bersabda;”sesungguhnya Allah itu suci, ia

mencintai akan kesucian”(H.R Tirmidzi)

Betapa sangat di anjurkan sekali untuk seorang pelajar untuk menjaga

kebersihan baik kebersihan diri maupun lingkungan sekitar pelajar tersebut

tinggal. Karena menurut nur cholis majid karena fitrah dari sang kholik,

setiap jiwa manusia adalah makhluk kesucian, kebaikan, dan kebenaran

sebelum terbukti sebaliknya.74

Pendapat beliau ini sesuai dengan hadis nabi Muhammad SAW.,

bahwa setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci:

ما من مولود إال عن ابي هريرة قال : قال رسول للا صلى للا عليه و سلم

سسان يولد على الفطرة فأبواه رانه أو يمج دانه أو ينص ه كما تنتج يهو البهيمة بهيمة جمعاء هل تحسون فيها من جدعاء )رواه البخارى(75

Dari Abi Hurairoh berkata ia, telah bersabda rasulullah saw., Setiap

anak yang lahir itu suci, kemudian kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. Sebagaimana hewan yang

dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasa

cacat?(H.R Bukhori).

Manusia pada zaman sekarang memiliki kesadaran yang sangat

rendah untuk menjaga kebersihan, lebih-lebih menjaga kebersihan

73Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah al-mu’awanah ( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-

Islamiyah, 2010).,h.57-58 74Budhy Munawar Rachman, Elza Peldi Taher, File CakNur Keislaman yang Hanif Buku

ketiga J-O ( Depok : Imania, 2013).,h 107 75Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii Al-Bukhori, Shohiih Al-Bukhori

( Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats,tt) j 1, h.264

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

41

lingkungan. Bukti rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan

lingkungan yaitu pada tahun 2013, debit air di kanal banjir barat, khususnya

manggarai dan karet, sangat tinggi dibandingkan hujan pada tahun

sebelumnya. Abdul Muhari mengatakan, hal tersebut perlu dipertanyakan.

Sebab, curah hujan di katulampa pada hari sebelum banjir januari 2013 hanya

107mm, jauh lebih rendah dibanding curah hujan saat banjir 2007 yang

mencapai 409 mm. Hasil simulasi Abdul dab timnya mengungkapkan bahwa

tingginya debit air yang mencapai 180 meter kubik per detik dan ketinggian

air di Manggarai dan karet disebabkan oleh sampah. Sampah menutup tiga

dari empat pintu air di karet.76

Maka, tawaran pertama yang di kemukakan sayyid Abdullah bin Alwi

Al-Haddad untuk pendidikan akhlak bagi siswa yang beliau tuliskan dalam

kitab beliau ialah menjaga kebersihan.

2. Mengamalkan ilmu

Menurut sayyid Abdullah bil Alwi Al-Haddad dalam kitabnya

mengemukakan bagi orang yang memiliki ilmu, namun tidak

mengamalkannya maka tidak ada bedanya dengan orang yang bodoh, kecuali

dari segi bukti Allah (untuk mengazabnya)sangatah pasti. Dalam keadaan

ini,orang yang bodoh menjadi lebih baik keadaannya dari pada dalamnya

berilmunya. Sebab ada sebuah perkataan setiap ilmu yang tidak bermanfaat

bagimu, maka kebodohan lebih bermanfaat bagimu dari padanya.

ن ك ي ل و ه اظ ف ل ل ل ي ت ر الت , و ه ي ان ع م ل ر ب د الت ع م م ي ظ ع ال ن ا ر ق ال ة و ال ت ن م ر ث ك ي ل ف

ن و ؤ ر ق ي ن ي ذ ال ن و ل اف غ ال أ ر ق ي ال و ه م ال ك ة و ال ت د ن ع م ل ك ت م ال ة م ظ ع ا ب ئ ل ت م م

ب ن ا ر ق ال م ي ظ ع الت و ع و ش خ ال ن م ب و ل ق و ة ي عال ات و ص أ و ة ح ي ص ف ة ن س ل أ لل

ال و ه ان ع م ن و ر د ي ال و ه ت م ات ى خ ل ا ه ت ح ات ف ن م ل ز ن ا أ م ك ه ن و ؤ ر ق ي ة ي ال خ

آل ن و م ل ع ي ل م ا ع م و م ل ع ن م , و ع ف ان م م ل ع ال ن إ ا ف و ل م ع ال و م ل ع و ل و ل ز ن ا ء ي ش ي

ا ذ ى ه ل ع ف د ك ا ه ي ل ع للا ة ج ح ن إ ث ي ح ن م ال إ ق ر ف ل اه ج ال ن ي ب و ه ن ي ب س ي ل ف

76Kompas.com, diakses pada tanggal 15 Januari 2018 pukul 07.52

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

42

نس ح أ ل اه ج ال ن و ك ي ه ع ف ن ك ي ل ع د و ع ي ال م ل ع ل : ك ل ي ق ك ال ذ ل و ه ن م اال ح ا ف ال ج ه ل أ ع و د ع ل ي ك م ن ه 77

“perbanyaklah seorang murid membaca al-qur’an yang agung

dengan meresapi maknanya dan melafazkannya dengan tartil. Dan

hendaklah ia memenuhi (hatinya) dengan keagungan pengucapnya saat

membaca firmannya. Tidak membaca seperti orang-orang yang lalai yang

membaca alqur’an dengan lisan fasih dan suara yang tinggi, tetapi hati

mereka kosong dari khusu’ dan pengagungan terhadap Allah. Mereka

membaca al-qur’an seperti ketika diturunkan dari surat al-fatiha hingga

akhir surat, tetapi tidak mengetahui maknanya dan tidak mengetahui untuk

apa al-qur’an diturunkan. Jika mereka mengetahui, maka pasti mereka akan

mengamalkannya. Karena ilmu yang sebenarnya adalah pengetahuan yang

bermanfaat. Seseorang yang memiliki ilmu tapi tidak diamalkan, maka tidak

ada perbedaan antara dia dan orang bodoh, kecuali dari segi bukti Allah

(untuk mengazabnya) sangatlah pasti. Dalam kondisi seperti ini orang yang

bodoh menjadi lebih baik keadaannya dari dirinya. Sebab dikatakan, setiap

ilmu yang tidak memberi manfaat bagimu, maka kebodohan lebih bermanfaat

bagimu dari padanya..”

Dari nasihat di atas, nampak imam haddad betul-betul menekankan

kepada seluruh penuntut ilmu agar ilmu yang didapatinya ia amalkan, karena

tujuan pendidikan adalah agar peserta didik berilmu, tetapi bukan hanya

sekedar berilmu, namun ilmu yang ia dapati ia amalkan dalam kehidupannya

sehari-hari. Rasulullah pun memberikan ultimatum untuk para pemilik ilmu

namun tidak mengamalkannya.

اشد الناس عذابا يوم ال قيامة عالم الينفعه اهلل بعلمه ) رواه الطبرنى( 78

77Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 23 78Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-

Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah(Madinah : Maktabah Ilmiyah),j 1, h.6

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

43

“Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat nanti adalah

orang alim yang ilmunya tidak diberi manfaat oleh Allah” (H.R At-

Thabrani).

Sejalan dengan mengamalkan ilmu al-Ghazali memberikan nasihat

kepada salah satu murid yang tertuang di dalam karyanya yaitu ayyuhal

walad

م ل ع ال ن ا ن ق ي ت ا و ي ال خ ال و ح اآل ن م ال ا, و س ل ف م ال م ع ال ن م ن ك ت , ال د ل و ال ا ه ي ا

ة ي د ن ه اف ي س ا ة ر ش ع ة ي ر ي ب ف ل ج ى ر ل ع ان ك و : ل ه ال ث . م د ي ال ب ذ خ أ ي ال د ر ج م ال

م ي ظ ع د س أ ه ي ل ع ل م ح , ف ب ر ه ل ه ا ا و اع ج ش ل ج الر ان ك ى و ر خ ا ة ح ل س ا ع م

ن م ا؟ ف ه ب ر ض و ا ا ه ال م ع ت س اال ب ه ن ع ه ر ش ة ح ل اآلس ع ف د ت ل ؟ ه ك ن ا ظ م , ف ب ي ه م

ف ل ا ة ائ م ل ج ر أ ر ق و ا ل ذ ك , ف ب ر الض و ك ي ر ح الت ب ال ا ع ف د ت ا ال ه ن ا م و ل ع م ال ف ي د ه اال ب ال ع م ل 79 م س ئ ل ة ع ل م ي ة و ت ع ل م ه ا و ل م ي ع ل م ب ه ا ال ت

“Wahai anakku, janganlah engkau sampai miskin amal, juga jangan

sampai tidak melakukan perbuatan baik. Yakinlah sesungguhnya ilmu yang

tidak diamalkan pasti tidak ada faidahnya. Misalnya ada seseorang berada

di tengah hutan dengan membawa sepuluh pedang Hindia dan beberapa

senjata lainnya. Dia juga termasuk orang yang pemberani dan ahli dalam

pertempuran. Dalam perjalanannya tiba-tiba ia dihadang oleh harimau

besar yang sangat menakutkan. Jika sudah dalam dalam ini bagaimana

pendapatmu? Apakah senjata yang dibawanya itu dapat menghala dan

membunuh harimau yang akan menerkamnya bila tidak digunakan? Jelas

tidak bisa! Ia harus menggunakannya jika ingin menghantam harimau yang

ingin menerkamnya. Begitu juga jikalau seseorang membaca 100 ribu

masalah ilmu kemudian mempelajarinya, namun tidak mengamalkannya

maka tida ada guna ilmu itu kecuali diamalkan.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengungkapkan tentang pengamalan

ilmu sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata, seseorang yang berilmu

dan kemudian mengamalkannya, maka orang itulah yang dinamakan orang

79Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ayyuhal Walad ( Jakarta : Daar Al-

Kutub Al-Islamiyah,2012), h.10

Page 44: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

44

yang berjasa besar di kolong langit ini. Orang tersebut bagaikan matahari

yang menyinari orang lain dan menerangi pula dirinya sendiri, ibarat minyak

kasturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri harum.80

Pengamalan seseorang atas ilmu pengetahuan yang dimiliki akan

menjadikannya semakin berarti baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena

itu, apabila seseorang dapat mengamalkan ilmu pengetahuannya, maka

sesungguhnya ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika ia tidak

dapat mengamalkan ilmunya, maka sungguh ia termasuk orang-orang yang

rugi. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT., dalam firmannya;

وأن ليس لإلنسان إال ما سعى ﴿٣٩﴾81

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa

yang telah diusahakannya,”

ه واحد فمن كان يرجو لقآء ر ـ هكم إل ـ ثلكم يوحى إلى أنمآ إل ب ه قل إنمآ أنا بشر م فليعمل عمال صالحا وال يشرك بعبادة رب ه أحدا﴿١١٠﴾82

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,

yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah

Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,

Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia

mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Umar bin Khatab sebagamaiman yang dikutib oleh al-Ghazali dalam

kitabnya ihya ulumiddin berkata :

م ن ح د ث ح د ي ث ا ف ع م ل ب ه ف ل ه م ث ل أ ج ر م ن ع م ل ذ ل ك ال ع م ل 83

80Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta : Logos Wacana Ilmu,1997),h.68 81Al-Qur’an surat An-Najm:39 82 83Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin( Kairoh : Daar Al-

Hadis,2004),jilid 1, h.22

Page 45: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

45

“siapa saja yang menceritakan suatu hadis lalu mengamalkan hadis

itu, maka baginya mendapatkan pahala dari sebab mengamalkan hadis

tersebut.”

Al-Ghazali pun memberikan sebuah julukan kepada orang yang

memiliki ilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dengan sebutan gila.

ا ل ع ل م ب ال ع م ل ج ن و ن و ال ع م ل ب غ ي ر ع ل م ال ي ك و ن 84

“ilmu tanpa amal itu gila, dan amal tanpa ilmu tidak akan sukses”

Dalil-dalil di atas menjelaskan bahwasanya bagi seseorang yang

memiliki ilmu wajib untuk mengamalkannya. Karna segala sesuatu kelak

nanti akan dimintakan pertanggung jawabkan. Hadis nabi Muhammad SAW.

: عن عن خمس تى يسأل ب ه ح ال تزول قدما ابن ادم يوم القيامة من عند ر

عمره فيما افناه و عن شبابه فيما أباله و عن ماله من اين اكتسبه و فيما أنفقه و ماذا عمل فيما علم )رواه الترمذى(85

“Kedua kaki anak manusia Adam tidak akan beranjak pada hari

kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang tentang lima perkara;

tentang umur pada apa ia habiskan, usia mudanya pada apa ia hancurkan,

hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan apa yang telah

ia kerjakan pada apa yang telah ia ketahui”( H.R At-Tirmidzi)

Dan ada pula larangan didalam menyampaikan ilmu namun si

penyampainya sendiri tidak mengamalkannya. Sebagaimana Allah

menerangkannya dalam firmannya

أن تقولوا ما يأيها ٱلذين آمنوا لم تقولون ما ال تفعلون ﴿٢﴾كبر مقتا عند ٱلل ال تفعلون ﴿٣﴾86

84Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Op. Cit, h.18 85Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Mathir al-Lakhmi asy-Syami, Abu al-Qasim Ath-

Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir ( Kairo : Maktabah Ibnu Taimiyah,1994),j.10,h.8 86Al-Qur’an surat Ash-Shaf : 2-3

Page 46: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

46

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2)Amat besar kebencian di sisi Allah

bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan(3)

Ayat di atas menegaskan teguran Allah SWT, kepada orang mukmin

yang memiliki ilmu yang suka berkata, menyampaikan, dan mengajak orang

lain kepada suatu amalan. Namun ia sendiri tidak mau mengamalkan.

Siapapun oranng yang mengucapkan suatu ajakan namun ia enggan

untuk mengamalkanya, maka Allah swt, akan murka kepadanya,

memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan ususnya terbuai keluar,

lidah dan mulutnya digunting dengan gnting neraka. Sebagaimana nabi

Muhammad bersabda:

جل يوم عن ابي هريرة قال : قال رسول للا صلى للا عليه و سلم يجاء بالر

القيامة فيلقى فى النار فتندلق أقتابه فيدور بها كما يدور الحمار برحاه

ه فيقول: يا فالن ما شأنك؟ ألست كنت تأمر بالمعروف فيجتمع اهل النار علي

ركم بالمعروف والاتيه وأنها كم عن م منكر؟ فيقول: كنت ا وتنهى عن ال المنكر واتيه )رواه البخاري( 87

“Dari Abi Hurairoh berkata ia, telah bersabda rasulullah saw., Pada

hari kiamat nanti, akan dibawa seorang laki-laki lalu dicammpakkan kedalam

nereka. Maka terbuailah ususnya di dalam neraka. Lalu ia berputar-putar

seperti seekor keledai yang berputar-putar mengelilingi batu penggilingan.

Maka penghuni neraka berkumpul mendekatinya dan bertanya: wahai fulan

mengapa engkau seperti ini? Bukankah engkau dahulu yang suka menyuruh

kami kepada perbuatan ma’ruf dan melarang kami dari perbuatan munkar?.

Maka ia menjawab, dahulu aku menyuruh kalian kepada perbuatan ma’ruf

tetapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang kalian dari

perbuatan munkar tapi aku mengerjakannya” (H.R Bukhori)

87Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii Al-Bukhori, Shohiih Al-Bukhori

(Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats,tt) j. 4, h.121

Page 47: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

47

Dengan demikian betapa tegasnya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

Haddad memberikan nasihat untuk para peserta didik untuk mengamalkan

ilmunya, dan dapat bahwa hal terpenting untuk peserta didik yaitu memiliki

karakter yang selalu mengamalkan ilmunya bukan hanya belajar mencari

ilmu saja. Karena ilmu bukan hanya sekedar tambah wacana, untuk

berbangga diri atau supaya pintar debat. Karena jika penuntut ilmu selalu

mengamalkan ilmunya niscaya akan berbekas di dalam dirinya dan tidak akan

lupa apa yang telah di pelajari. Inilah menjadi pesan untuk seorang guru atau

pendidik untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar memiliki

akhlak mengamalkan ilmu yang ia dapati. Maka siapa yang tidak

mengamalakan ilmunya, maka sia-sialah ilmunya bagai pohon pohon yang

tidak berbuah.

3. Mengerjakan shalat lima waktu

Pendidikan akhlak selanjutnya untuk peserta didik menurut sayyid

Abdullah bin Alwi Al-Haddad ialah mendirikan sholat:

و ن ه ام ي ق ام م ت إ ب س م خ ال ات و ل الص ة ام ق إ ب اء ن ت ع ال ة اي ي غ ف د ي ر م ا ال ه ي ا ن ك و ق ر اء ت ه ن و خ ش و ع ه ن و ر ك و ع ه ن و س ج و د ه ن و س ائ ر أ ر ك ان ه ن و س ن ن ه ن 88

“Jadilah wahai para murid dalam puncak perhatian terhadap sholat

lima waktu, dengan menyempurnakan berdrinya, bacaan-bacaannya, khusyu,

ruku, dan sujudnya serta seluruh rukun dan sunnahnya.

اكعين ﴿٤٣﴾89 كاة وٱركعوا مع ٱلر الة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص

“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta

orang-orang yang ruku'

إن ن خير تجدوه عند ٱلل موا لنفسكم م كاة وما تقد الة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص بما تعملون بصير ﴿١١٠﴾90 ٱلل

88Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 25 89Al-Qur’an surat Al-Baqaroh : 43 90Al-Qur’an surat Al-Baqaroh : 110

Page 48: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

48

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja

yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya

pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu

kerjakan.”

سول لعلكم ترحمون ﴿٥٦﴾91 ك وة وأطيعوا ٱلر ـل وة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص

“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada

rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

Dari dalil-dalil di atas menjelaskan betapa diwajibkannya setiap

muslim untuk selalu mendirikan dan melaksanakan sholat lima waktu, karena

yang memerintahkan adalah Allah. Dan ini juga merupakan kewajiban setiap

orang tua untuk memerintahkan anak-anaknya untuk mengerjakan sholat

sebagaimana firman Allah swt dalam al-qur’an:

وأمر أهلك بٱلصالة وٱصطبر عليها ال نسألك رزقا نحن نرزقك وٱلعاقبة للتقوى ﴿١٣٢﴾92

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki

kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu

adalah bagi orang yang bertakwa.”

ذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها ٱلناس وٱلحجارة عليها يأيها ٱل مآ أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ﴿٦﴾93 مالئكة غالظ شداد ال يعصون ٱلل

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan”.

91Al-Qur’an surat An-Nur :56 92Al-Qur’an surat Thoha :132 93Al-Qur’an surat At-Tahrim :

Page 49: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

49

Dalil-dalil di atas sudah cukup sebagai bukti bahwa penting orang tua

dan juga seorang guru untuk mendidik anak-anaknya mengerjakan sholat.

Kenapa seorang guru juga harus memperhatikan dalam sholat peserta

didiknya, karena guru juga merupakan orang tua mereka di sekolah yang

telah memberikan semua ilmu yang dimilikinya kepada peserta didiknya.

Sependapat dalam hal bahwa seorang guru adalah orang tua bagi

peserta didik, syeikh Ibrahim bin Ismail mengemukakan dalam kitab beliau

ta’lim al-muta’alim:

ف إ ن م ن ع ل م ك ح ر ف ا م م ا ت ح ت اج إ ل ي ه ف ى الد ي ن ف ه و أ ب و ك ف ى الد ي ن 94

“Maka sesunggunya seseorang yang telah mengajarkan engkau satu

huruf dari sesuatu yang engkau perlu dalam hal agama maka dia adalah

orang tuamu dalam urusan agama”

Sayyid Abdullah Al-haddad pun menekankan lagi perihal pentingnya

mengerjakan sholat bagi orang yang mengaku beriman.

ا ن اذ ع أ ا و د ش ا ر ن م ه ل أ و ن ي ى الد ف م اك ي او ا للا ن ه ق , ف ان و خ ال ر اش ع ا م و م ل اع و

د ع ب س م خ ال م ال س ى اال ان ب م ل ج ا و ن ي الد د ام ع ة ال الص ن ا ان س ف ن أ ر ش ن م

ن م ل اة ي ح ال ه ن ا ا م ك ف د س ج ال ن م س أ الر ل ح م ن ي الد ن ا م ه ل ح م و ن ي ت اد ه الش ال ر ا س ل ه ف ك ذ ل ك ال د ي ن ل م ن ال ص ال ة ل ه ك ذ ل ك و ر د ف ى ال خ ب ار 95

“Ketahuilah wahai sekalian saudaraku, semoga Allah memberikan

pemahaman tentang agama kepada kami dan kalian, mengilhamkan kita

petunjuk dan menjaga kita dari keburukan nafsu kita.bahwa sholat itu adalah

tiang agama, dan dijadikan sebagai rukun islam yang lima setelah rukun

islamyang pertama yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan

ditempatkan dalam agama itu di tempat kepala atas tubuh, sebagaimana

tidak hidup seseorang tanpa kepala maka begitu pula tidak ada orang

mengaku beragama tanpa mengerjakan sholat”

94Syeikh Ibrahim bin Ismail, Ta’lim Al-Muta’alim( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-

Islamiyah,2008)., h.35 95Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Nashohi Ad-diniyah(Indonesia : Daar Ihya Al-Kutub Al-

Arabiyyah,tt).,h 24

Page 50: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

50

Kemudian sayyid Abdullah Al-Haddad melanjutkan perkataanya:

ن م ك ل ذ ن إ ف ات اع م ج ال و ة ع م ج ال ك ر ت ن م ر ذ ح ال ل ك د ي ر م ا ال ه ي ا ر ذ اح و ع اد ات أ ه ل ال ب ط اال ت و س م ات ا ر ب اب الج ه اال ت 96

“Berhati-hatilah wahai para murid dari perbuatan meninggalkan

sholat jum’at dan berjama’ah. Sesungguhnya semua itu termasuk kebiasaan

kelompok orang-orang yang sia-sia dan sifat orang-orang bodoh.”

Sayyid Abdullah Al-Haddad memberikan nasihatnya agar setiap

muslim jangan pernah untuk meninggalkan sholat juma’at dan sholat

berjama’ah, sebab dua hal ini merupakan syiar di dalam islam. Bukan hanya

di sini beliau menasihati para muridnya untuk tidak meninggalkan sholat

berjama’ah, beliau juga mengingatkan kembali dalam kitab beliau yang lain

yakni risalah al-muawanah:

ى ل ع ة م او د م ال و ة اع م ج ال ع م س م خ ال ات و ل الص ل ع ى ف ل ع ة ظ اف ح م ال ب ك ي ل ع و ذ ل ك 97

“Wajibkanlah untuk dirimu selalu menjaga sholat lima waktu secara

berjama’ah dan senatiasa begitu.”

Betapa sangat perhatiannya sayyid Abdullah dalam memperhatikan

masalah sholat berjama’ah ini. Karena ada sebuah hadis yang menceritakaan

tentang keutamaan sholat berjama’ah, sebagaimana hadis itu dihimpun oleh

al-hafidz jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As –Suyuti dalam kitabnya

libab al-hadis yang kemudian disyahkan oleh ulama Indonesia yaitu syeikh

Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani atau dikenal dengan syeikh

nawawi Banten.

96Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 27 97Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah Al-Muawwanah(Jakarta : Daar Al-Kutub Al-

Islamyah,2010).,h 77

Page 51: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

51

ال بي رسول للا ص.ع. فق عن أبى هريرة رضى للا عنه قال أوصانى حبي

صالة مع الجماعة ولو كنت جالسا فان للا تعالى ل لي يا ابا هريرة ص

يعطيك بكل صالة مع الجماعة ثواب خمس و عشرين صالة فى غير الجماعة ) رواه مسلم( 98

“Dari Abu Hurairoh R.A beliau berkata kekasihku Rasulullah SAW,

berwasiat kepada ku. Beliau bersabda wahai Abu Hurairoh sholatlah kamu

dalam berjama’ah sekalipun engkau duduk. Maka sesungguhnya Allah swt

memberikan pahala 25 derajat bagi yang melakukan sholat berjamah.

Di hadis yang lain:

بن عمر رضي للا عنهما ان رسول للا ص.ع. قال صالة الجماعة ا عن بسبع و عشرين درجة )رواه متفق عليه(99

افضل من صالة الفذ

“Dari Ibnu Umar r.a bahwa rasulullah saw., bersabda sholat jama’ah lebih

utama dari sholat sendiri dengan 27 derajat.”(H.R. Mutafaqun alaih)

Begitu sangat besar balasan yang diterima oleh seseorang yang

melaksanakan sholat berjama’ah dibanding dengan sholat sendiri dengan dua

puluh lima di riwayat lain dua puluh tujuh. Karna sangat pentingnya sholat

berjama’ah nabi pun sangat memerintahkan sahabat-sahabat untuk senantiasa

melakukan sholat berjama’ah dalam kedaan apapun.

سول للا ليس لي عن ابي هريرة قال اتى النبي ص.ع. رجل اعمى فقال يار

ص له فيصل ي ف لى المسجد فسال رسول قائد يقودني ا ي للا ص.ع. ان يرخ

الة؟ قال نعم,قال ا ولى دعاه فال له هل تسمع الن داء بالص ص له فلم بيته فرخ فاجب )رواه مسلم(100

“ Dari Abu Hurairoh beliau berkata telah datang kepada nabi saw.,seorang

laki-laki buta, kemudian laki-laki itu berkata;wahai rasulullah aku tidak

memiliki seseorang yang bisa menuntunku untuk ke masjid. Laki-laki ini

98Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani, Tanqihu Al-Qaul Al-Hatsis (Surabaya :

Daar Al-Ilmi,tt),h.18 99Abi Zakariyah Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadhu As-Sholihin (Daar Ihya Al-Kutub

Al-Arabiyyah,tt).,h 449 100Ibid.,h.450

Page 52: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

52

meminta supaya rasulullah memberikan dispensasi agar diizinkan untuk

melakukan sholat di rumahnya, maka tatkala nabi berpaling untuk menjawab

permintaan laki-laki itu nabi bertanya; apakah engkau mendengar suara

panggilan azan? Lelaki itu menjawab; iya, rasul pun bersabda; jawablan

panggilan tersebut.(H.R Muslim)

Sejalan dengan sayyid Abdullah Al-Haddad dalam pentingnya

melakukan sholat berjam’ah, syeikh Abdul Wahab As-Sya’roni

mengingatkan untuk jangan sampai meninggalkan sholat berjama’ah, karena

tidak ada perkumpulan suatu kelompok yang baik, kecuali orang-orang yang

terdapat di perkumpulan itu mendapatkan kasih sayang dari Allah swt., dan di

berikan pertolongan pada kesusahannya. Dan beliau pun menceritakan bahwa

orang-orang soleh terdahulu mengangap luputnya sholat berjamaah

merupakan suatu musibah. Peristiwa ini pernah terjadi oleh sebagian mereka

ketika keluar untuk berkebun ke kebun kurma, kemudian masuk waktu sholat

ashar dan segera mereka pergi untuk melaksanan sholat berjama’ah dan

ternyata mereka tidak mendapati sholat berjama’ah, dan mereka dengan

sebab itu mensedekahkan seluruh kebun kurma kepada fakir miskin.101

Berdasarkan dalil-dalil di atas betapa pentingnya sholat berjama’ah

sehingga sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menasihati untuk para murid

senantiasa mendirikan sholat dan dilakukan secara berjama’ah. Oleh karena

itu, di harapkan untuk peserta didik memiliki sikap atau akhlak gemar

melakukan ibadah dalam hal ini mengerjakan sholat lima waktu dan

dilakukan secara berjama’ah. Karena apabila peserta didik memiliki sikap

gemar mengerjakan sholat diyakini peserta didik itu memiliki sikap atau

akhlak yang baik. Sebagaima firman Allah swt.

101Abdul Wahab As-Sya’roni, Al-Minahu Al-Saniyah ( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-

Islamiyyah,2010)., h. 32

Page 53: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

53

ل لوٱتل ما أوحى إليك من ٱلكتاب وأقم ٱلص عن ٱلفحشآء اة تنهى واة إن ٱلص يعلم ما تصنعون ﴿٤٥﴾102 أكبر وٱلل وٱلمنكر ولذكر ٱلل

“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al

Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat

Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang

lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

4. Penyabar

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberikan masukkan tentang

pendidikan akhlak untuk siswa ialah sabar. Karena menurut beliau segala

sesuatu itu harus didasari dengan sabar. Karena menurut beliau siapa saja

yang melandasi segala kondisinya dengan kesabaran yang baik, maka ia akan

mendapatkan semua kebaikan dan akan mencapai segala cita-citanya serta

beruntung dengan segala cita-citanya.

Perkataan beliau yakni;

و اع ل م ا ي ه ا ال م ر ي د أ ن أ و ل الط ر ي ق ص ب ر و ا خ ر ه ا ش ك ر 103

“Ketahuilah wahai para murid sesungguhnya awal segala perjalan

ialah sabar dan di akhiri syukur.”

Kemudian beliau melanjutkan kembali perkataannya;

ع ي م ج س س أ ن م و ل ص و و ر ي خ ل ى ك ل ع ل ص ح ل ي م ج ال ر ب ى الص ل ع ه ر و م أ ال ي ك ل م أ م و ل و ظ ف ر ب ك ل م ط ل و ب 104

“Barang siapa yang melandasi segala kondisinya dengan kesabaran

yang baik, maka ia akan mendapatkan semua kebaikan dan akan mencapai

segala cita-citanya, serta beruntung dengan segala cita-citanya.”

Di kitabnya yang lain pula beliau menjelaskan pula bahwa sabar

merupakan raja segala urusan. Karena sabar merupakan dari akhlak yang

102Al-Qur’an surat Al-Ankabut :45 103Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 34 104Ibid.,

Page 54: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

54

mulia dan keutamaan yang sangat agung. Dan beliau memerintahkan untuk

senantiasa di dalam dunia kesabaran.

و ه و ار الد ه ذ ي ه ف ت م ا د م ه ن م ك ل د ب ال و ر م اال ك ال م ه ن إ ف ر ب الص ب ك ي ل ع و م ن ا ال خ ال ق ال ك ر ي م ة و ال ف ض ائ ل ال ع ظ ي م ة 105

“Lazimkan oleh mu untuk bersabar, karena bahwasanya sabar itu

raja segala urusan, dan senantiasa bagi mu untuk tetap di dunia ini, karena

sabar merupakan akhlak yang mulia dan keutamaan yang agung.”

Allah berfirman;

ابرين ﴿١٥٣﴾106 مع ٱلص بر وٱلص الة إن ٱلل يآأيها ٱلذين آمنوا ٱستعينوا بٱلص

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat

sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

ا صبروا وكانوا بآياتنا يوقنون ﴿٢٤﴾107 ة يهدون بأمرنا لم وجعلنا منهم أئم

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah

mereka meyakini ayat-ayat kami.”

نيا حسنة وأرض قل يعباد ٱلذين آمنوا ٱتقوا ذه ٱلد ـ ربكم للذين أحسنوا فى ه

ابرون أجرهم بغير حساب ﴿١٠﴾108 واسعة إنما يوفى ٱلص ٱلل

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah

kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh

kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang

yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Dari firman Alla swt, di atas kita mengetahuti ciri-ciri orang yang

beriman di antaranya ialah bersabar. Karena keistimewaan orang yang

105Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah Al-Muawwanah, Op. Cit.,h 133 106Al-Qur’an surat Al-Baqorh : 153 107Al-Qur’an surat As-Sajadah:24 108Al-Qur’an surat Az-Zummar : 10

Page 55: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

55

bersabar ialah dia dekat bersama Allah ta’alah, mendapatkan ganjaran berupa

pahala yang tanpa batas, dan termasuk orang-orang dicintai Allah swt.

Sebagaimana sabda rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi;

ان عظم الجزاء مع عظم البالء وان للا تعالى اذا احب قوما ابتالهم فمن ضا و من سخط فله السخط )رواه الترمذي(109 رضي فله الر

“Sesungguhnya balasan pahala yang besar itu ketika tertimpa

musibah. Sesungguhnya Allah ta’la apabila ia mencintai suatu kaum maka ia

akan mencobanya dengan suatu musibah. Barang siapa yang ridho maka ia

mendapatkan ridhonya Allah. Sebaliknya, siapa yang marah maka ia

mendapat murkanya (H.R Tirmidzi).

Riwayat lain yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dari Annas;

ضته منهما الجنة ان للا عز و جل قال اذا ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عو

)رواه البخاري(110

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman; apabila aku

memberikan suatu musibah kepada hambahku dengan menggambil dua

orang yang dicintainya kemudian ia sabar, aku ganti dengan balasan surga

untuknya”(H.R Bukhori).

Sayyid Abullah Al-Haddad memberikan nasihat kepada muridnya

untuk bersabar dan melawan nafsu ammarahnya yang menjerumuskannya

kepada perbuatan buruk. Maka, jika behasil melawan nafsu ammarahnya,

maka ia akan berubah menjadi nafsu lawwamah yang mengantarkan kepada

nafsu mutmainnah.

Sejalan dengan sayyid Abdullah Al-Haddad mengenai sikap sabar,

Al-Ghazali mengatakan bahwa iman terbagi menjadi dua bagian, yakin sabar

dan syukur, yang dimana keduanya itu merupakan sifat dari sifat-sifat Allah

109Abi Zakariyah Yahya bin Syarif An-Nawawi, Op. Cit,h.37 110 Ibid., h.34

Page 56: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

56

dan nama dari nama-nama baik yang dimiliki Allah.111 Menurut Al-Ghazali

sabar merupakan rajanya iman yang dimana kedudukannya sama dengan

ketakwaan yakni lebih utama dari pada melakukan kebaikan.112

Sabar yang dimaksudkan Al-Ghazali ini ialah melakukan suatu

perbuatan dengan keyakinan yang diketahui bahwa kemaksiatan

menimbulkan kerusakan dan kepatuhan menimbulkan kegunaan. Karena

tidak mungkin menjauhkan keburukan dengan menggunakan ketaatan kecuali

dengan kesabaran. Dengan kesabaran itu berarti dia sudah melakukan syiar

agama dan menundukkan hawa nasfu dan kemalasan.113

Dalil-dalil di atas menunjukkan betapa besarnya ganjaran yang

diterima oleh orang yang memiliki sabar. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-

Haddad melanjutkan perkataan beliau tentang sabar dari gangguan orang lain;

ت ي ل ب ن ا ف م الذ و اء ف ج ال و اء ذ ي ال ب د ي ر م ال ض ع ى ب ل ع ق ل خ ال ط ل س ا ت م ب ر و

و د ق ح ال ن م ب ل ق ال ة اف ظ ن ع م ة أ اف ك م ال ك ر ت و ر ب الص ب ك ي ل ع ف ك ل ذ ن م ء ي ش ب

ا ذ ه ة ب ي ص م ه ت اب ص ا اذ ا ل ق ت ال و اك ذ ا ن ي م ل ع اء ع الد ر ذ اح , و ر الش ار م ض إ

يل اه ذ أ ب ب س ب

ن م ك ل ذ و ه ل اء ع الد ي و ذ ؤ م ال ن ع و ف ع ى ال ذ ي ال ل ع ر ب الص ن م ل ض ف أ و أ خ ال ق الص د ي ق ي ن 114

“Terkadang beberapa makhluk berkuasa atas sebagian murid dengan

cara mengganggu, mengucilkan, dan menghina. Jika kau diuji dengan hal

yang demikian, maka hendaklah kau bersabar dan meninggalkan pembalasan

dengan kebersihan hati dari dengki dan bisikan jelek. Hati-hatilah engkau

dari mendoakan kejelekan bagi orang-orang yang menggangumu. Jika

pengganggumu tertimpa musibah janganlah kau berkata,;Ini akibat ulahnya

menggangguku.”

111Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin ( Kairoh : Daar Al-

Hadis,2004),jilid 4, h.77 112Ibid., h.79 113Ibid., h.84 114Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.42

Page 57: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

57

“Yang lebih utama dari bersabar adalah memaafkan orang yang

mengganggu dan mendoakan kebaikan untuknya. Hal itu merupakan akhlak

orang-orang yang mecapai keteguhan di sisinya.”

Dari nasihat sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad di atas, bahwa

kunci kesuksesan ialah dengan bersabar. Tetapi di zaman ini masih banyak

orang-orang yang belum memiliki sikap penyabar, seperti contoh banyak

beberapa oknum wakil rakyat yang banyak kita dengar di media kabar

melakukan tindakan korupsi. Kenapa seorang wakil rakyat bisa melakukan

tindakan tersebut padahal mereka semua termasuk orang cerdas dan terpelajar

yang memiliki IQ tinggi? Karena mereka tidak memiliki sikap sabar, sabar

dari godaan orang lain untuk melakukan tindakan tersebut yang akhirnya

akan menjerumuskan mereka kepada kekejian dan kegagalan.

Kecerdasan IQ saja tidak cukup tetapi harus diimbangi dengan

kecerdasan SQ. Maka, sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberikan

pendidikan akhlak dan sangat menekankan kepada peserta didik harus

memiliki sikap penyabar. Karena seperti diungkapkan di atas kunci

kesuksesan ialah dengan sabar dalam menghadapi segala macam hal.

5. Patuh dan Takdzim Terhadap Guru

Pendidikan akhlak selanjutnya menurut sayyid Abdullah Al-Haddad

yang menjadi kunci kesuksesan seorang penuntut ilmu ialah patuh dan

takdzim kepada guru. Namun di zaman ini banyak dari peserta didik yang

kurang takdzim kepada guru mereka dikarenakan pengaruh dari budaya asing

yang kurang pas dengan budaya di Indonesia. Maka oleh sebab, itu sayyid

Abdullah Al-Haddad menekankan untuk setiap murid atau peserta didik

memiliki sikap patuh dan takdzim kepada guru. Beliau mengungkapan akhlak

peserta didik kepada guru di antaranya;

س ت ن ا ك ال د ب و ا أ ر م أ ك خ ي ش ن م د ي ر م ا ال ه ي ا ت د ر ا أ ذ إ و ال ف ء ي ش ن ع ه ل أ

الت و ه ل ال ج إ ك ع ن م ي س ت و ه ن ع ه ال ؤ س و ه ن م ه ب ل ط ن ع ه ع م ب د أ ة ر م ال ه ل أ

ب د ال ن س ح ن م ب ل الط و ال ؤ الس ن ع ت و ك الس س ي ل ف ث ال الث و ن ي ت ر م ال و

Page 58: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

58

ك ل ذ د ن ع ف ال ؤ الس بترك ك ر م أ ي و ت و ك الس ب خ ي الش ك ي ل ع ر ي ش ي ن ا ال إ م ه لل ا

ه ال ث ت م ا ك ي ل ع ب ج ي

ا د ق ت ع م ن ك ت ل و ه م ه ت ت ن ا اك ي إ ا ف د ح ا ك ي ل ع م د ق و ا ر م ا ن ع خ ي الش ك ع ن ام ذ ا و

ك ي ل ع د ج و و ب ن ذ ك ن م ع ق ا و ذ ا و ك ل ن س ح ال و ع ف ن ال و ا ه م ل ع ف د ق ه ن ا الش ي خ ب س ب ب ه ف ب اد ر ب ال ع ت ذ ار إ ل ي ه م ن ذ ن ب ك ح ت ى ي ر ض ى عن ك 115

“Wahai para murid, jika engkau menginginkan sesuatu syeikhmu atau

bertanya tentang sesuatu kepadanya, janganlah kewibawaannya dan adabmu

bersamanya menghalangimu dari meminta atau bertanya kepadanya.

Bertanyalah sekali, dua kali, dan tiga kali. Berdiam dari permintaan dan

pertanyaan bukan termasuk adab yang baik. Kecuali jika syeikhmu

mengisyaratkanmu untuk berdiam dan memerintahkanmu untuk

meninggalkan pertanyaan. Dalam hal ini haruslah mematuhinya.”

“Jika syeikhmu melarangmu akan sesuatu, atau mendahulukan

seseorang darimu, maka hati-hatilah engkau dari menuduhnya dengan

pikiran jelekmu. Yakinlah bahwa ia telah berbuat sesuatu yang bermanfaat

dan baik bagimu. Jika engkau berdosa dan syeikhmu mengertahuinya, maka

bersegeralah memohon maaf kepadanya atas dosa yang kau perbuat hingga

ia meridhoimu.”

Menurut sayyid Abdullah Al-Haddad seorang murid atau peseta didik

harus rajin bertanya terhadap suatu hal yang belum diketahui atau yang belum

difahami. Karena diam saja bukan termasuk perilaku yang baik, karena diam

berarti tidak ada perubahan. Namun jika seorang guru mengisyaratkan untuk

tidak bertanya sekali pun ingin bertanya, maka tahan pertanyaan itu sampai

diijinkan untuk bertanya. Dan bila guru melarang peserta didiknya maka

wajiblah murid itu mematuhinya, karena itu demi kebaikan mereka juga. Dan

jangan takut untuk meminta maaf kepadanya apabilah murid melakukan

kesalahan. Karena seorang guru yang sempurna memiliki sifat yang baik,

115Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.57

Page 59: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

59

soleh, memberikan petunjuk dan nasehat, lapang dada, bijaksana, pandai, dan

mengayomi.116

Betapa sangat tegasnya sayyid Abdullah Al-Haddad kepada para

muridnya untuk patuh dan takdzim kepada guru-guru yang telah mengajari

mereka, dari mereka tidak paham terhadap ilmu hingga menjadi paham.

Sahabat nabi yakni sayyidina Ali k.w yang terah dinobatkan oleh nabi

sebagai pintunya ilmu, sangat takdzim dan patuh terhadap guru yang

mengajarinya satu huruf, bahkan menyerkan dirinya sebagai budak dari

gurunya. Seraya beliau berkata;

علمني حرفا واحدا ان شاء باع و ان شاء اعتق و ان شاء من أنا عبد

استرق 117

“Aku adalah hamba sahaya dari orang yang mengajarkanku satu

huruf, jika ia berkehendak jual maka juallah, jika ia berkehendak

memerdekan maka aku merdeka, jika ia berhendak aku jadi budaknya maka

aku menjadi budaknya.”

Sayyidina Ali pun melanjutkan ungkapan takdzim beliau kepada

seorang guru dengan sebuah syair;

حق المعل م رايت احق الحق

و اوجبه حفظا على كل مسلم

يهدى إليه كرامة ان قد حق ل

لتعل ي م حرف واحد الف درهم 118

Aku melihat sesuatu yang lebih hak dari seorang guru

Dan wajib untuknya yaitu mernjaganya atas seluruh muslimin

116Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.51 117Syeikh Ibrahim bin Ismail,Op. Cit., h.34 118Ibid.,

Page 60: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

60

Sungguh berhak ia diberi hadia penghormatan

Karena mengajarkan satu huruf 1000 dinar

Begitu takdzimnya seorang amiril mukmin kepada guru yang

mengajarkannya walau hanya di ajarkan satu huruf saja yang sudah jarang

kita ketemui seorang siswa atau penuntut ilmu di zaman sekarang ini. Maka

pantaslah rasul menjulukinya pintu ilmu. Syeikh Ibrahim bin Ismail

menekankan kepada para seorang penuntut ilmu betapa pentingnya seorang

penuntut ilmu untuk takdzim kepada gurunya. Karena kunci kesuksesan

seorang penuntut dalam menimba ilmunya ialah takdzim kepada guru. Seraya

beliau mengatakan;

ب م ل ع ا و ه ل ه ا و م ل ع ال م ي ظ ع ت ب ال ا ه ب ع ف ت ن ي ال و م ل ع ال ال ن ي ال م ل ع ال ب ال ط ن أ ت ع ظ ي م ال س ت اذ و ت و ق ي ر ه 119

“Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh

ilmu dan tidak bermanfaat ilmunya kecuali dengan takdzim kepada ilmu itu

dan ahlinya, kemudian takdzim kepada guru dan memuliakannya”.

Syeikh Abdul Wahab As-Sya’roni mengutip perkataan syeikh Ali bin

Wafa’ mengungkapkan tentang tanda-tanda murid yang sukses yaitu ada tiga;

ل ي ك ف ه ق اف و ي و ل و ب ق ال ب ه ب ه ر م ا ا م ل ك ه ن ى م ق ل ت ي و ار ث ي ال ب ه خ ي ش ب ح ي ن ا

ا م ر ي ر و م ه 120

“Bahwa ia senantiasa mengutamakan kepentingan gurunya dari yang

lain, senantiasa menyambut dengan penuh antusias perintah gurunya. Dan

senantiasa menyenangkan hati gurunya”.

Syeikh Abdul Wahab As-Sya’rani kembali menegaskan tentang

betapa harusnya seorang murid atau penuntut ilmu itu patuh terhadap tugas

yang di berikan oleh gurunya. Dan jangan merasa kecewa atau berat terhadap

119Ibid,. 120Abdul Wahab As-Sya’roni, Al-Anwaru Al-Qudsiah ( Daar Al-Fikr,1996)., h. 118

Page 61: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

61

tugas yang diberikan oleh seorang guru, karena seorang guru tidak akan

memberi tugas kepada muridnya kecuali, tugas itu memberikan dampak

positif untuk murid itu.121

Al-Ghazali pun menerangkan tentang tugas yang harus di lakukan

oleh seorang murid atau penuntut ilmu kepada gurunya yaitu takdzim. Beliau

mengatakan di antaranya ialah tidak merasa hebat di hadapan gurunya.

Seraya beliau mengatakan

ت ي ال و م ل ع ى ال ل ع ر ب ك ت ي ال ن أ ي ف ة ي ل ك ب ه ر م ا ام م ز ه ي ل ى اق ل ي ل ب م ل ع ى م ل ع ر م أ

ق ف ش م ال ب ي ب لط ل ل اه الج ض ي ر م ال ان ع ذ إ ه ت ح ي ص ن ل ن ع ذ ي , و ل ي ص ف ت ل ك

ال ح اذ ق . و ي ن ب غ ى ا ن ي ت و اض ع ل م ع ل م ه و ي ط ل ب الث و اب و الش ر ف ب خ د م ت ه 122

“Bahwasanya dia tidak merasa hebat dengan ilmu yang dimilikinya,

dan tidak suka memerintah di atas gurunya. Bahkan seharusnya ia yang

antusian menjalankan perintah gurunya secara totalitas, dan ia tunduk

terhadap nasihatnya seperti tunduknya orang yang sakit yang tidak tau cara

mengobati kepada dokter ahli yang akan mengobatinya. Seyogyanya bahwa

dia berendah diri di hadapan gurunya dan mengharap pahala dan kemuliaan

dengan khidmat kepadanya”.

Beliau melanjutkan perkataan beliau;

م ل ع م ى ال ل ع ر ب ك ت ي ن ا م ل ع ال ب ال ط ى ل غ ب ن ي ال ف

ف ال ي ن ال ال ع ل م اال ب الت و اض ع 123

“Maka tidak sepatutnya seorang murid merasa hebat di hadapan gurunya”

“Maka ia tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan sikap rendah diri”

121Ibid., h.100 122Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin( Kairoh : Daar Al-

Hadis,2004),jilid 1, h.71 123Ibid., h.72

Page 62: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

62

Dari pendapat para ulama-ulama di atas, untuk mencapai kesuksesan

dalam belajar ialah dengan patuh dan takdzim kepada guru. Namun untuk di

zaman seperti ini jarang seorang pelajar yang memiliki karakter seperti ini.

Seperti kemarin kita mendapat kabar bahwa seorang guru meninggal karena

dianiaya oleh muridnya sendiri karena tidak terima ditegur oleh gurunya

karna tertidur pada saat jam pelajaran sedang berlangsung.

Sangat pentingnya seorang siswa memiliki sikap yang baik kepada

gurunya, maka sayyid Abdullah Al-Haddad dalam di akhir kitabnya adab

suluki al-murid sangat menekankan kepada seorang penuntut ilmu untuk

menjaga adab dan sopan santun kepada gurunya.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka peneliti

dapat menyimpulkan ; Pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab

Adabu Suluki Al-Murid karya sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad masih

sangat relevan untuk dijadikan rujukan dalam pendidikan akhlak sebagai

pembentuk kepribadian yang religius dan lebih baik kepada diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pendidikan akhlak pada

kitab Adabu Suluki Al-Murid, penulis mengambil kesimpulan bahwasanya

pendidikan akhlak menurut sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ialah;

1. Menjaga kebersihan

Dalam menjaga kebersihan siswa mengetahui betapa islam

mengajarkan tentang kebersihan baik kebersihan fisik maupun batin. Untuk

kebersihan fisik itu siswa mampu bersikap tidak membuang sampah

sembarangan dan berpenampilan yang rapih sesuai dengan budaya Indonesia

yang ketimuran. Unuk kebersihan batin siswa memiliki sifat ramah, sopan

santun, tidak sombong dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang negatif.

2. Mengamalkan ilmu

Dalam mengamalkan ilmu, siswa diharapkan bukan hanya mencari

atau menuntut ilmu saja, tetapi siswa mampu mengamalkan atau

Page 64: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

64

mengaplikasikannya dalam kehidupan dia sehari-hari baik di rumah, sekolah,

dan masyarakat.

3. Penyabar

Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki sikap sabar, karena di

Indonesia sudah sangat jarang orang yang sabar. Yang dimaksud sabar di sini

ialah sabar dari godaan untuk melakukan tindakan curang (korupsi, kolusi,

nepotisme), takut tidak mendapatkan yang diinginkan dan suka menjelekan

orang lain. Maka dengan sebab itu sayyid Abullah Al-Haddad memberikan

pendidikan karakter untuk siswa agar menjadi orang yang sabar. Karena

kunci kesuksesaan itu ialah dengan sabar.

4. Mengerjakan sholat lima waktu

Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena mayoritas

penduduk indonesia beragama islam, jadi banyak siswa itu beragama islam.

Maka siswa yang muslim mengetahui tentang kewajibannya terhadap Allah

swt, dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

5. Patuh dan takdzim kepada guru

Inilah kunci suksesnya seorang murid dalam menuntut ilmu yaitu

takdzim dan patuh kepada guru, sebagaimana ia patuh dengan orang tua

kandung. Karna guru juga termasuk orang tua murid di sekolah yang banyak

memberikan ilmunya dan berkoban untuk murid.

Pendidikan akhlak menurut sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

dalam kitab Adabu Suluki Al-Murid secara global terbagi menjadi tiga bagian,

meliputi: berakhlak kepada Allah yakni; melaksanakan sholat lima waktu,

kemudian berakhlak kepada diri sendiri yakni; menjadi penyabar, dan yang

terakhir berakhlak kepada sesama ciptaan Allah yakni; menjaga kebersihan,

mengamalkan ilmu, dan takdzim kepada guru.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

65

B. Saran

1. Bagi siswa sebaiknya memperhatikan akhlak yang harus ia miliki ketika

belajar, seperti dalam keadaan bersih dan suci, bersabar dalam belajarnya,

mengamalkan ilmu yang didapati yang selanjutkan ia bisa berdoa

memohon kepada Allah dengan melaksanakan sholat, dan patuh takdzim

kepada guru. Karena akhlak tersebut yang dapat menunjang keberhasilan

dalam menuntut ilmu, sehingga ilmu yang didapati bermanfaat.

2. Orang tua dan guru juga harus memperhatikan pendidikan akhlak dengan

cara memantau perkembangan para siswa agar siswa tidak terjermus pada

hal-hal yang negatif yang tidak diinginkan dan ilmunya bermanfaat.

3. Pihak sekolah juga harus memperhatikan akhlak siswanya dengan cara

mengadakan kegiatan-kegiatan yang membangun karakter.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

66

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy, Moh Atiyah, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam,Jakarta: Bulan

Bintang, 1989.

Al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al-

Khatib, Al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, Madinah : Maktabah Ilmiyah, tt. jilid

1.

Al-Bantani, Muhammad bin Umar An-Nawawi, Tanqihu Al-Qaul Al-Hatsis,

Surabaya : Daar Al-Ilmi,tt.

Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii, Shohiih Al-

Bukhori, Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats, tt. jilid 4.

_______, Shohiih Al-Bukhori, Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats, tt. jilid 1.

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya ‘Ulumuddin, Kairoh :

Daar Al-Hadis, 2004. jilid 3.

_______, Ayyuhal Walad, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2012.

_______, Ihya Ulumiddin, Kairoh : Daar Al-Hadis, 2004. jilid 1.

_______, Ihya Ulumiddin, Kairoh : Daar Al-Hadis, 2004. jilid 4.

Al-Haddad, Abdullah bin Alwi,Adab Suluki Al-Murid, Jakarta : Daar Al-Hawi, 1994.

_______, Nashohi Ad-diniyah, Indonesia : Daar Ihya Al-KutubAl-Arabiyyah,tt.

_______, Risalah al-mu’awanah, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2010.

Yasin, Baiquni, Al-Qur’an standar indonesia, Jakarta : CV. Aneka Ilmu, 2013.

Amin, Ahmad, Kitab Al-Akhlaq, Kairo : Dar al-kutub al-Mishriyah, 1931.

An-Nawawi, Abi Zakariyah Yahya bin Syarif, Riyadhu As-Sholihin, Daar Ihya Al-

Kutub Al-Arabiyyah, tt.

Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Tindakan Teorotis dan Praktis Berdasarkan

Pendekataan Interdisipliner),Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

67

As-Sya’rani, Abdul Wahab, Al-Minahu Al-Saniyah, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-

Islamiyyah, 2010.

_______, Al-Anwaru Al-Qudsiah, Daar Al-Fikr, 1996.

Ath-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Mathir al-Lakhmi asy-Syami,

Abu al-Qasim, al-Mu’jam al-Kabir, Kairo : Maktabah Ibnu Taimiyah,

1994,jilid 10

Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium

Baru., Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002.

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama, Cet 4, 2005.

Bin Ismail, Ibrahim, Ta’lim Al-Muta’alim, Jakarta : DaarAl-KutubAl-Islamiyah,

2008.

Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011.

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

H. E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara,2011.

Ilahi, Muhammad Takdir, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, Jogjakarta : Ar-

ruzz Media,2016.

Kompas.com, diakses pada tanggal 15 Januari 2018 pukul 07.52

La Sulo, Umar Tirtarahardja, S. L., Pengantar Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta,

2012.

Lickona, Thomas,Pendidikan karater ;Panduan Lengkap Mendidik Siswa Pintar dan

Baik.ter, Bandung : Nusa Media, 2013.

Ma’ruf, Luis, Al-Munjid, Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, tt.

Miskawaih, Ibn, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, Mesir: Al-Mathba’ah al-

Mishriyah, 1934, cet-1.

Nabil, Husin,Jalan Menuju Takwa terjemah Adabu Sulukil Al-murid, Jakarta :

Hikmah, 2011.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

68

_______, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid,

Tanggerang : Putra Bumi,2017.

Nata, Abudin, pemikiran pendidikan islam & Barat, Jakarta; PT Raja Grafindo

persada,2012.

_______,Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis edisi kedua, Bandung

:Rosda, 1995.

Pusat bahasa kemendiknas.go.id, diakses 08Februari 2017

Ryan,Kevin,and Karen E. Bohlin, Building Character in Schools; Practical Ways to

Bring Moral Instruction to Life, New York : Bantam Books, 2003.

Schaps, Thomas Lickona, E., and Lewis, CEP’s Eleven Principles of Effective

Character Education, Washington DC: Character Education Partnership,

2003.

Solihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna hidup,

Bandung : Penerbit Nuansa, 2005.

Ramayulis , Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2006

Rachman, Budhy Munawar, dan Elza Peldi Taher, File CakNur Keislaman yang

Hanif Buku ketiga J-O, Depok : Imania, 2013.

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Penerbit Belukar,

2004.

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Syah,Muhibbin, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung PT Remaja

Rosda Karya, cet .18, 2013.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung : Remaja

Rosdakarya,2007.

Tebba, Sudirman, seri manusia malaikat,Yogyakarta: Scripta parenia, Cet. 1, 2005.

Trim, Bambang,menginstal akhlak anak,jakarta: PT Grafindo Media Pratama, 2008.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43171/2/...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dalam perihal pendidikan

69

Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, undang-undag Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikann nasional.

www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017

www.k pai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017

www.bkkbn.go.id, diakses 08 Februari 2017

www.liputan6.com, /sigi investigasi, diakses pada 08 Februari 2017

www.bnn.go.id, diakses pada 08 Februari 2017

www.guru.com , diakses 09 februari 2017

www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017.

www.plato.stanford. Diakses pada 10 Februari 2017.

www.guru.com/ , diakses 10 februari 2017.

Yulis, Rama, ilmu pendidikan islam Jakarta: Kalam Mulia, 2010.

Zubaedih,Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, Jakarta : kencana, 2011.