BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia dalam perihal pendidikan sudah diatur dalam undang-
undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasinonal bab II
pasal 3 yang berbunyi: pendidikan nasional bertujuan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
tanggung jawab.1
Dalam lingkungan masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang
peranan penting yang menentukan terhadap eksitensi dan perkembangan
masyarakatnya, hal ini karena pendidikan merupakan usaha melestarikan,
mengalihkan, serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala
aspek dan jenisnya kepada generasi penerus.2
Pendidikan merupakan bagian usaha yang di lakukan oleh seorang
pendidik terhadap seorang anak didik agar tercapai perkembangan yang
positif.3 Pendidikan lebih sekedar pengajaran, sebab pengajaran hanya proses
transfer ilmu, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian.4
Tujuan utama pendidikan bukan hanya meningkatkan kemampuan
ranah kognitif peserta didik semata, namun juga untuk meningkatkan ranah
1Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, undang-undag Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikann nasional,h 4 2Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Tindakan Teorotis dan Praktis Berdasarkan Pendekataan
Interdisipliner), ( Jakarta : Bumi Aksara, 2003),h 8 3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam.(Bandung : Remaja
Rosdakarya,2007), h 28 4Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru.,
(Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002),h 3
2
afektif dan psikomotorik dari peserta didik, dan juga dari ranah kognitf
tersebut peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan disekolah. Akan tetapi, akhir-
akhir ini masih ada yang mengabaikannya dengan alasan kesulitan tolak ukur
yang di pakai.
Tujuan ini sama dengan tujuan yang akan dicapai oleh misi kerasulan
dengan pernytaan nabi Muhammad dengan tegas yaitu nabi diutus Allah
degan satu tujuan yaitu membentuk moralitas kemanusian yang luhur. Jadi,
tujuan utama kerasulan nabi Muhammad SAW adalah memperbaiki
moral/akhlak/karakter manusia dalam hal apapun.
Dalam pendidikan setiap guru wajib senantiasa mengingatkan bahwa
manusia tidak hanya membutuhkan ilmu saja tetapi kita senanitiasa
membutuhkan akhlak yang terpuji. Guru harus senantiasa ingat bahwa dalam
mendidik peserta didik dapat dilakukan dengan latihan berbuat baik, taqwa,
jujur, ikhlas, dan yang paling mempengaruhi akhlak siswa yaitu guru sebagai
model atau contoh dalam berkarakter baik.
Seseorang memiliki perilaku ataupun akhlak yang baik maka banyak
manusia yang senang dengannya bahkan disegani dan dihormati oleh
masyarkat. Namun, akhlakul karimah bisa terwujud ketika iman dimiliki
dengan benar dan ajaran islam dilaksanakan dengan sempurna, maksudnya
ketika manusia itu kuat imannya dan ketakwaannya sudah pasti tauhidnya
akan bebas dari tindakan tercela.
Penguatan pendidikan akhlak dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau
tidak saat ini terjadi krisis yang nyata dan menghawatirkan dalam masyarakat
dengan melibatkan milik bangsa yang paling berharga, yaitu anak-anak5.
Fenomena yang terjadi pada masyarakat zaman ini nilai-nilai akhlak
pada peserta didik sangat kurang atau luntur, sebagai contoh banyaknya
peserta didik yang tauran, pergaulan bebas, narkoba, bahkan lebih parahnya
5Zubaedih,Desai Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta : kencana, 2011),h.1
3
lagi sampai melakukan tindakan pemerkosaan sampai melakukan
pembunuhan.
Fakta tentang tingginya tingkat kenakalan pelajar akhir-akhir ini
semakin memprihatinkan, seperti kebiasaan merokok, maraknya aksi
tawuran6, aksi brutal geng motor, serta jenis kenakalan lainnya, dan salah
satunya yang mengejutkan adalah hasil survey Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI)7 dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN)8 pada tahun 2010 tentang meningkatnya perilaku freesex
dikalangan pelajar. Belum lagi bentuk-bentuk kenakalan lain yang di
katagorikan sebagai tindakan kriminal, seperti mencuri, berjudi, meminum-
minuman keras, menjadi pekerja seks komersial dan memakai narkoba.9
Bahkan Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat penyalahgunaan Narkoba
telah terjadi peningkatan yang signifikan, data dari tahun ke tahun, data per-
Juli 2010 telah terjadi 15.495 kasus Narkoba dengan 19.523 tersangka. Dari
data yang ada, sebanyak 86 % penyalahguna narkoba adalah mereka yang
berada pada usia produktif .10
Perubahan sikap atau karakter yang terjadi pada setiap individu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan tempat yang menjadi tempat tinggalnya terebut.
Lingkungan memiliki peranan sangat penting dalam menciptakan sikap atau
karakter kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun pasca
kelahirann adalah masalah yang tidak dapat di pungkiri khususnya
lingkungan keluarga, dan lebih utamanya adalah pendidikan orang tua
tersebut.
Kondisi krisis dan dekgrarasi moral ini menandakan bahwa seluruh
pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata
tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia indonesia. Bahkan
6 http//www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017 7 http//www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017 8 http//www.bkkbn.go.id, diakses 08 Februari 2017 9http//www.liputan6.com, /sigi investigasi, diakses pada 08 Februari 2017 10http//www.bnn.go.id, diakses pada 08 Februari 2017
4
yang terlihat adalah begitu banyaknya manusia yang tidak konsisten, lain
yang dibicarakan dan lain pula tindakannya.11
Membangun akhlak anak bangsa merupakan tanggung jawab
bersama semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat
menyingsikan lengan baju membangun akhlak atau karakter yang kuat dan
khas. Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu untuk melakukan
sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter bangsa agar negeri
ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga mampu sejajar dengan
bangsa-bangsa besar lain di dunia dan mampu memberikan kontribusi bahkan
menjadi pusat peradaban
Tokoh yang memperhatikan pendidikan akhlak di antaranya yaitu
ulama yang lahir pada hari Senin 5 Shafar 1044 H di as-Subair suatu tempat
yang berada di kota Tarim Hadroh Maut Yaman.12 Beliau adalah As-sayyid
Al-Allamah Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, beliau tokoh
ulama tasawuf yang tekemuka pada abad ke-12 H.
Pada peserta didik ini pulalah yang mendapat perhatian sayyid
Abdullah bin Alwi Alhadad dalam karyanya Adabu Suluki Al-Murid dengan
sebutan Murid yang berarti peserta didik, menunjukkan bahwa keterengan-
keterangan Sayyid Abdullah Alhadad dalam kitab ini memiliki visi misi
mendekatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan.
Dalam kitab ini yang menjadi daya tarik untuk penulis melakukan
penelitian atau pun kajian mendalam terhadap kitab Adabu Suluki Al-Murid
ialah bukan hanya sekedar teori ataupun konsep tentang pendidikan akhlak,
tetapi merupakan pengamplikasian yang bisa dijadikan sebagai acuan dasar
atau menjadi standar dalam pendidikan akhlak bagi murid.
Oleh karena itu penulis ingin meneiliti lebih jauh lagi pendapat sayyid
Abdullah Alhadad tentang konsep pendidikan akhlak peserta didik, dan
penelitian tersebut di beri judul “PENDIDIKAN AKHLAK BAGI SISWA
11 Zubaedih, op.cit, h.2 12Husin Nabil Jalan Menuju Takwa terjemah Adabu Sulukil Al-murid (Jakarta : Hikmah,
2011),h.9
5
MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADDAD DALAM
KITAB ADABU SULUKI AL-MURID”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,penuis mng identifikasi
beberapa masalah sebagai berikut;
1. Masyarkat sekarang lebih mengutamakan kecedasan intelekual dari pada
kecerdasan akhlak.
2. Kurangnnya pemahaman pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap peserta
didik.
3. Pendidikan akhlak menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam
kitab Adabu Suluki al-Murid.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya bidang bahasan, maka untuk lebih memperjelas
dan memeberi arah fokus yang tepat dalam penulisan penelitian ini, perlu
adanya pembatasan masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi
permasalahan hanya pada seputar pendidikan akhlak bagi peserta didik
menurut Sayyid Abdullah bin Alwi Alhadad dalam kitab Adabu suluki Al-
murid.
D. Perumusan Masalah
Permusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pendidikan
akhlak bagi peserta didik menurut Sayyid Abdullah Alhaddad dalam kitab
Adab Al- suluki Al-murid ?
E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang di harapkan dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui lebih mendalam lagi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi
6
alhaddad dalam pendidikan akhlak peserta didik dalam pandangan sayyid
Abdullah Alhaddad dalam kitab Adabu suluki Al-murid.
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berrikut;
1. Dapat menambah kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pendidikan.
2. Dapat dijadikan acuan para pembaca umumnya dan khususnya para
pelaku dunia pendidikan.
3. Hasil penelitian ini merupakan lanngkah awal dan dapat ditindak lanjuti
oleh penulis berikutnya.
4. Memberikan subangsi karya ilmiah yang bermanfaat untuk di
persembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
penulis sendiri.
5. Sebagai syarat untuk penulis lulus pada jurusan pendidikan agama islam
fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan dan mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan
1. Pengertian pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”. Lalu kata ini mendapat awalan
“me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberikan
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan di perlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan bimbingan mengenai karakter dan kecerdasan pikiran.
Selanjutnya, pengertian pendidikan menurut kamus besar bahasa indonesia
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga seseorang
memperoleh pengetahun, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan.13
Menurut Abudin Nata,“Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah atau
secara ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan,
memelihara dan merawatnya dengan kasih sayang. Kata ini di gunakan oleh
tuhan terhadap seluruh ciptaannya”.14
Dalam perkembangannya, menurut Rama Yulis istilah pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja terhadap
anak didik oleh seorang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di jalankan oleh
13Muhibbin Syah psikologi pendidikan dengan pendekatan baru (Bandung PT REMAJA
ROSDA KARYA,2013)cet .18, h. 10 14Abudin Nata, pemikiran pendidikan islam & Barat (Jakarta; PT Raj a Grafindo
persada,2012). H 19
8
seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkatan hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.15
Menurut Suyadi pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam
proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu,
sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermertabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi
serta bertanggung jawab.16
Berdasarkan hukum yuridis, pendidikan nasional mengemban misi
untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Untuk membangun
bangsa dengan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang
memilikki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan
pelaksanaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan nasional harus bermutu
dan berkarakter.
Prof. Dr. Damsar menjelaskan pengertian pendidikan secara
sederhana, dapat merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),yaitu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.17
Kemudian Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo dalam bukunya
pengantar pendidikan dalam memberikan penjelasan pengertian pendidikan
15 Rama Yulis, ilmu pendidikan islam (jakarta: Kalam Mulia, 2010), h 13 16Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya),
h.4 17Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidika ( Jakarta : Kencana Prenada Media
Group,2011),h.8
9
memberikan beberapa batasan. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh
parah ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang
lain. Di bawah ini beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan
fungsinya.18
a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidik diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan
yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara
yang baik.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
e. Definisi pendidikan menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990 : 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta Undang-
undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat
martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarkat Indonesia yang
18Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta,
2012),h.33
10
beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berkualitas, dan
mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat di tarik
kesimpulan bahwasanya pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan
dengan sadar dan sengaja untuk mengembangkan sikap, potensi, karakter,
maupun psikologi seseorang atau sekelompok orang dengan adanya interaksi
antara peserta didik, guru, dan sumber pendidikan melalui upaya pengajaran
ataupun pelatihan.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandagan hidup
masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perlu
dirumuskan pandangan hidup yang mengarahkan tujuan dan sasaran.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memeberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.19
Langeveld di dalam bukunya Beknopte Theoriche Paedagogiek, yang
dikutip oleh M. Ngalim Purwanto MP. Mengutarakan macam-macam tujuan
pendidikan sebagai berikut:20
a. Tujuan umum
Disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat.
Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi
19Ibid.,h37 20 M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis edisi kedua,( Bandung
:Rosda , 1995)h.20-22
11
tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan
selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak
didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk
mencapai tujuan umum itu.
Tujuan umum itu tidak akan dan tidak dapat selalu diingat oleh
pendidik dalam melaksanakan pendidikannya. Oleh karena itu, tujuan umum
itu selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang khusus mengingat
keadaan-keadaan dan faktor-faktor yang terdapat pada peserta didik sendiri
dan lingkungannya seperti:
1) Sifat pembawaan anak didik: umurnya dan jenis kelaminnya, watak dan
kecerdasannya.
2) Kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesangupan keluarga anak
didik itu, miskin atau kaya, terpelajar atau tidak dan lain-lain. Masih
primitif atau sudah majukah masyarakat sekitar anak itu? Apakah adat-
istiadat di situ menghambatnya atau melancarkan jalannya pendidikan
anak-anak itu? Dan sebagainya.
3) Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu.
4) Tugas badan-badan tempat pendidikan.
5) Tugas negara dan masyarakat.
6) Kemampuan-kemampuan yang ada pada peserta didik.
b. Tujuan-tujuan tak sempurna
Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah
tujuan-tujuan mengenai segi-segi kepribadian manusia yang tertentu yang
hendak diciptakan dengan pendidikan itu, yaitu segi-segi yang berhubungan
dengan nilai-nilai hidup tertentu, seperti segi-segi yang berhungan dengan
nilai-nilai hidup yang tertentu, seperti keindahan, kesusilaan, keagamaan,
kemasyarakatan, dan seksual.
12
c. Tujuan-tujuan sementara
Tujuan ini merupakan tempat-tempat perhatian sementara pada jalan
yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar
kebersihan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main
bersama teman-temanya.
d. Tujuan-tujuan perantara
Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Umpanya,
tujuan sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah
ditentukan unuk apa anak belajar menulis dan membaca itu, dapatlah
sekarang berbagai macam kemungkinan untuk mencapai itu dipandang
sebagai tujuan perantara, seperti metode mengajar dan membaca.
e. Tujuan insidental
Tujuan ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan saat-saat
yang telepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum. Contoh, seorang
ayah memanggil anaknya supaya masuk kedalam rumah, agar mereka tidak
menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama;ayah itu menuntut
supaya perintahnya itu ditaati.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungan-
hubungannya satu sama lain, mempermudah usaha kita untuk mengerti
pekerjaan mendidik dan memungkinkan kita meninjau apa yang dianjurkan
oleh aliran-aliran modern atau kuno dalam pendidikan. Sedangkan tujuan
umum itu bermuara dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu
dasarnya.
Dalam pendidikan islam, Menetapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran
yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebenaran yang
terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat di terima oleh nalar manusia dan
dapat dibuktikan dalam sejarah dan pengalaman kemanusiaan.
13
As-Sunnah mempunyai dua fungsi, yaitu menjelaskan sistem
pendidikan islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal
yang tidak terdapat di dalamnya dan menyimpulkan metode pendidikan dan
kehidupan Rasulullah SAW.bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-
anak dan pendidikan keimanan yang pernah di lakukannya.21
Tujuan pokok dari pendidikan islam ialah mengantarkan peserta didik
agar mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam kehidupan sosial
sebagai konsekuensi logis dari perubahan peradabannya. Pendidikan dan
demokritasi mempunyai hubungan yang sangat erat, karena pendidikan
berperan sangat strategis dan krusial dalam mendukung pembentukan
masyarakat demokratis peradaan, peran pendidikan adalah mempersiapakan
anak secara individual maupun secara sosial, agar memiliki kemampuan,
keterampilan, etos kerja, dan motivasi unntuk beradaptasi aktif dalam
aktualisasi institusionalisasi masyarakat madani.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut Pusat Bahasa Kemendiknas, karakter adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak22. karakter menurut istilah islam disebut dengan akhlak,
dan akhlak berasal dari bahasa arab berupa kata jama’ atau bentuk ganda dari
kata khuluq yang secara etimologi berari budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau sikap. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian dengan kata khalaq
yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti diciptakann23
Secara etimologi, kata karakter (inggris : character) berasal dari
bahasa yunani, eharassein yang berarti “ to engrave” yang dapat
diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahat, atau menggoreskan.
21Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h.35 22Pusat bahasa kemendiknas.go.id, diakses 08Februari 2017 23Sudirman Tebba seri manusia malaikat,(Yogyakarta: Scripta parenia,2005) Cet. 1, h.65
14
Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa Inggris (Character)
yang juga berarti mengukir, melukis, memahat, atau menggoreskan.
Disamping pengertian secara etimologis, karakter juga dapat dimaknai secara
terminologis. Secara terminologis Thomas Lickona sebagaimana dikutip oleh
Marzuki mendifinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to
respond to situation in a morally good way.” Selanjutnya Lickona
menyatakan,” Character so conceived has three interrelated parts : moral
knowing, moral feeling, and moral behavior”. Karakter mulia (good
charakter) mencakup pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), yang
menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral felling), dan akhirnya
benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior). Dengan demikian,
karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitive) sikap (attitudes),
dan motivasi (motivation),serta perilaku (behavior) dan keterampilan
(Marzuki,2011:470)24
Karakter menurut Kevin Ryan dan Karen E.Bohlin, dalam bukunnya
Building Character in Schools mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.25 Hal senada juga
disampaikan oleh Thomas Lickona, bahwa karakter meliputitiga komponen
karakter yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral
feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action
atau perbuatan bermoral.26
Menurut Bruno (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Muhibbin Syah
sikap atau karakter adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk
bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.27
24 Suyadi, op.cit., h.5 25Kevin Ryan and Karen E. Bohlin, Building Character in Schools; Practical Ways to Bring
Moral Instruction to Life ( New York : Bantam Books, 2003),h. 05 26Thomas Lickona, E. Schaps and Lewis, CEP’s Eleven Principles of Effective Character
Education (Washington DC: Character Education Partnership, 2003),h. 29 27 Muhibbin Syah psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. h.118
15
Menurut ibnu miskawi, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.28
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikataka bahwa akhlak adalah budi
pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuaan baik yang merupakan akibat dari
sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.29
Salah seorang ulama mendefinisikan akhlak atau karakter ialah
kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga
menjadi adat yang membudaya yang mengarah kepada kebaikan atau
keburujan. Terkadang adat itu terjadi secara kebetulan tanpa disengaja atau
dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak dinamakan
akhlak.30
Sedangkan pendidikan akhlak adalah usaha secara sadar dan
disengaja, sisematis untuk mendorong, membantu serta membantu seseorang
dalam mengembangkan segala ptensi yang dimiliki serta mengubah kualitas
yang lebih baik.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, terdapat lima ciri dalam
perbuatan akhlak, yaitu:
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi telah menjadi kepribadiannya.
b. Perbuatan akhlak ialah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.
c. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
seseorang yangn mengerjakan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Bahwa perbuatn akhlak ialah perbuatan yang dilakukan dengan
sesengguhnya bukan main-main atau bersandiwara.
28Abudin Nata Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2001),h,3 29 Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1994), Cet.2,
h2 30 Grafindo Media Pratama,2008),h.6(jakarta: PT menginstal akhlak anak, Bambang Trim
16
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan ikhlas yag dilakukan semata-mata
hanya karena Allah.
2. Macam-macam Akhlak
Akhlak merupakan kepribadian seorang muslim, ketika seorang telah
meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia tela kehilangan jati diri dan
masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia mampu
membedakan mana binatang mana manusia. Dengan akhlak pula bisa
memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari kiamat nanti.
Menurut Moh Ardani, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak al-
karimah dan akhlak mazmumah.
a. Akhlak Karimah
Akhlak yang terpuji (al-akhlak al-karimah/al-akhlak mahmudah),
yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat
membawa nilai-nilai positit dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti
sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu, husnuzon, optimis, suka menolong
orang lan, suka bekerja keras dan lain-lain.31
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang akhlak amat mulia banyak
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Tuhan dan
manusia dengan manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia terhadap diri sendiri,
dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.
Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagaimana di bawah
ini:
31 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan sekolah, ( Jakarta:
Ruhama, 1995), h11
17
1) Akhlak mulia kepada Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
agung sifat-sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu
menjangkau hakikatnya.
2) Akhlak mulia kepada diri sendiri
Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-
baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah
Allah yang harus dipertanggung jawbkan dengan sebaik-baiknya.
3) Akhlak mulia kepada sesama manusia
Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk
itu perlu berkerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain.
Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang baik, satu dan yang
lainnya saling berakhlak yang baik, diantaranya mengiringi jenazah,
mengabulkan undangan dan mengunjungi orang lain.32
Dari pengertian di atas dapat diambil keseimpulan bahwa manusia
mengetahui bahwa Allah telah menganuhgrakan kepadanya keutamaan yang
tidak dapat terhitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan berdzikir
dalam hatinya. Dalam kehidupan sehari-hari harus berlaku hidup sopan dan
santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, sehingga terhindar dari perbuatan
dosa dan maksiat, karena jiwa adalah yang terpenting dan itama yang harus
dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat merusaknya. Manusia adalah
makhluk sosial maka perlu diciptakan suasana yang baik, satu dengan lainnya
dengan salaing berakhlak baik.
Dalam Filosofi yunani akhlak disebut dengan karakter, maka filosof
yunani Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup dengan
32 Moh Ardani, Akhlak Tasawuf,( Jakarta: PT Mitra Cahaya, 205),Cet. 2, h, 49-57
18
tingkah laku yang benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan
berhubungan dengan diri sendiri.33 Menurut pengamatan filosof kontemporer
Michael Novak karakter adalah perpaduan harmonis seluruh budi pekerti
yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-kisah sastra, cerita-cerita
orang bijak,dan orang-orang berilmu, sejak zaman dahulu hingga sekarang.34
Berdasarkan pemahaman klasik ini terdapat cara pandang memandang
karakter sesuai dengan pendidikan nilai. Karakter terdiri atas nilai-nilai
operatif, nilai yang berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami
pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak
batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi
dengan cara yang bermoral.
Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang
saling berkaitan : a.) pengetahuan moral, b.) perasaan moral, c.) dan perilaku
moral.
b. Akhlak Mazmumah
Akhlak yang tercela (al-akhlak al-mazmummah), secara umum yaitu
sebagai lawanan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana yang
disebutkan di atas. Namun ajaran islam tetap membiarkan secara terperinci
dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dan dapat mengetahui cara-
cara menjauhinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai berbagai macam
akhlak tercela, di antaranya:
1) Berbohong
Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak
sesuai, tidak cocok dengan kenyataannya. Berdusta atau bohong ada tiga
33 Thomas Lickona,Pendidikan karater ;Panduan Lengkap Mendidik Siswa Pintar dan
Baik.ter (Bandung : Nusa Media, 2013),h.71-72 34Ibid.,h72
19
macam, yaitu berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, dan
berdusta dalam hati.
2) Takabur (sombong)
Takabur atau sombong adalah salah satu akhlak tercela. Arti takbur
adalah merasa atau mengaku diri paling besar, tinggi, mulia, atau
melebihi orang lain.
3) Dengki
Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh
orang lan, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke
tangan sendiri atau tidak.
4) Bakhil
Bakhil artinya pelit atau kikir. Orang yang kikir adalah orang yang sangat
hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya sangat dan
sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk
orang lain.35
Dari pemaparan diatas maka akhlak dalam bentuk pengaplikasiannya
dibedakan menjadi dua yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak yang
sesuai dengan perintah Allah dan rasulnya akan melahirkan perbuatan yang
baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan jika akhlak
sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya dan akan membawa
ke perbuatan yang buru, maka itu adalah yang dinamakan akhlak tercela.
3. Landasan Pembentukkan Akhlak36
a. Pembentukkan Akhlak
Pembentukkan akhlak berperan penting dalam membentuk
kepribadian bangsa, yang meliputi taubat,muhasabah, ikhlas, ridha, zuhud,
cinta Allah dan Rasul, dan lain sebagainya. Pembentukkan akhlak menjadi
35 Moh Ardani, op. Cit., h.57-59 36 Muhammad Takdir ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta : Ar-ruzz
Media,2016),h.187-196
20
pijakan seseorang menuju jalan spiritual sangat tepat dan layak untuk
dijadikan pedoman dalam setiap perbuatan dan tindakan kita setiap harinya.
Akhlak adalah dimensi yang berkaitan langsung dengan jalan spiritual
atau tasawuf. Keduannya tidak bisa dipisahkan dalam kerangka menuju
peningkatan spiritual.
b. Pembentukkan Karakter
Pendidikan karakter berbasis akhlak di lingkungan sekolah merupakan
suatu urgensi tersendiri bagi perkembangan pendidikan ke depan. Hal ini
disebabkan pada hakikatnya moral dan tingkah laku anak didik bangsa butuh
“direkonstruksi” agar mereka mampu menciptakan suasana yang lebih
bernuasa positif.
c. Pembentukkan kepribadian
Melalui proses kependikkan yang terencana dengan matang,
kepribadian muslim dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
luhur bangsa indonesia. Proses pendidikan yang dimaksud adalah suatu
proses pengembangan kemampuan dasar dan potensi manusia yang
diimplementasikan secara berkesinambunng sesuai dengan kebutuhan
manusia.
Pendidikan islam tidak hanya menekankan pada pengajaran yang
orientasinya pada pengembangan intelektualitas, tetapi juga berupaya
membentuk kepribadian anak didik secara utuh. Maka, Islam pada hakikatnya
adalah paham perfksionisme, yaitu menghedaki kesempurnaan hidup secara
paripurna. Hal ini sesuai dengan firmal Allah SWT.
بعوا لم كآفة وال تت يأيها ٱلذين آمنوا ٱدخلوا فى ٱلس بين ﴿٢٠٨﴾ يطان إنه لكم ع دو م خطوات ٱلش
21
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqoroh/2 : 208)
Mohammad Fadhil al-Jamaly, ahli pendidikan Tunisia, berkesimpulan
bahwa dalam kepeendidikan isam, pembentukkan kepribadian anak didik
harus diarahkan kepada sasaran berikut ini:
1) Pengembangan iman sehingga benar-benar berfungsi sebagai kekuatan
yang dapat mendorong ke arah perbaikan dan kebahagian hidup yang
dihayati sebagai suatu nikmat Allah SWT.
2) Pengembangan kemampuan mempergunakan akal kecerdasan untuk
menganalsis hal-hal yang berada di balik kenyataan alam yang tampak.
3) Pengembangan potensi berakhlakul karimah dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan ucapan, maupun
perbuatan.
4) Mengembangkan sikap beramal dalam setiap muslim.37
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai
ketuhanan yang menyangkut moral dapat mengantarkan manusia menjadi
insan kamil yang bersumber dari hidayah dan rahmat Allah.
d. Pemberdayaan Pendidikan Agama
Dalam memberdayakan pendidikan agama, perlu mereformasi
pendidikan yang selama ini lebih menekankan aspek kognitif dan
mengabaikan aspek afektif serta psokomotor. Akibat dari kesalahan ini,
peserta didik memiliki pengetahuan nilai dan moral, tetapi tidak
melaksanakan nilai dan moral tersebut dalam kehidupan masyarakat.
37Ibid, h. 195
22
C. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Terminologi pendidikan karakter, sejatinya sejak tahun 1990-an mulai
banyak dikenal dan dibicarakan di forum-forum ilmiah, setelah Thomas
Lickona yang dianggap sebagai pengusung pertama konsep tersebut melalui
karyanya yang banyak mendapat perhatian, yakni The Return of Character
Education, Sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat di mana tempat
Lickona hidup, dan dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan
karakter adalah sebuah keharusan dalam proses membentuk manusia menjadi
lebih baik.38 Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman
kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan
dalam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jatidirinya,
diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan
lingkungannya.39
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam disebutkan juga sebagai
pendidikan akhlak atau budi pekerti.Pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Keduanyamempunyai orientasi yang sama yaitu pembentukan perilaku
seseorang menjadi lebih baik. Menurut Zubaedi,perbedaannnya terletak pada
kesan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam sedangkan
pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, namun hal ini menurutnya
bukan alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataanya keduanya memiliki
ruang untuk saling mengisi.40 Persamaan tersebut dapat dilihat dari aspek
terminologinya, bahwa pengertian karakter memiliki kedekatan dengan
pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata jamak khilqun atau khuluqun
yang menurut bahasa diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku,
38http://www.guru.com , diakses 09 februari 2017 39Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
Pendidikan (Jakarta : Kencana, 2011), h.17 40Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga
Pendidikan , h.19
23
tabi’at atau karakter41. Pada hakekatnya pendidikan karakter bila dikaitkan
dengan pendidikan akhlak menurut Suwito adalah inti dari semua jenis
pendidikan sebab ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin
manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap di luar dirinya.42
Beberapa pendapat para ahli ilmu akhlak dalam Islam tentang
pengertian akhlak secara umum, menggambarkan kesamaan pengertian
dengan pendapat di atas, diantaranya sebagai berikut ; pertama, menurut
Ahmad Amin dalam Kitab Akhlaq yang menjelaskan bahwa, akhlak adalah
terkait dengan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang harus dilaksanakan
oleh sebagian manusia kepada sebagian lainnya, menjelaskan tujuan yang
hendak dicapai dan menunjukkan jalan lurus yang harus ditempuh.43 Kedua,
menurut Ibn Miskawaih, yang menjelaskan bahwa akhlak adalah keadaan
jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.44 Ketiga, menurut Al-
Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat
memunculkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pemikiran.45Dengan memperhatikan beberapa pendapat
tersebut, dapatlah dipahami bahwa, akhlak merupakan kehendak dan
kebiasaan manusia yang menimbulkan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Namun demikian ada hal yang sangat prinsip dalam mengukur baik
dan buruk dalam perspektif Islam ketika terminologi akhlak yang dipakai,
dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari berbagai pendapat tentang ukuran
baik dan buruk dari berbagai paham di dunia. Pertama Tradisionalism. Paham
ini berpendapat bahwa ukuran norma baik dan buruk itu adalah berdasarkan
tradisi setempat, adat istiadat dijadikan norma oleh suatu kelompok sosial
41Luis Ma’ruf, Al-Munjid ( Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, tt ), , h.194 42Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Yogyakarta: Penerbit Belukar,
2004),h. 38 43Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlaq ( Kairo : Dar al-kutub al-Mishriyah, 1931),h. 2-3 44Ibn Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq (Mesir: Al-Mathba’ah al-
Mishriyah, 1934, cet-1),h.40 45IAbu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin (Kairoh : Daar Al-
Hadis,2004) jilid 3, h.56
24
yang terkadang tidak sesuai dengan moralitas dan nilai-nilai agama. Tradisi
yang sudah ada sejak nenek moyang mereka dianggap sebagai kebenaran dan
dilanjutkan secara turun temurun.46 Kedua Rasionalism. Paham ini
berpendapat logikalah yang menjadi standar nilai baik dan buruk yang
terkadang standar paham ini bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan
agama.47 Ketiga, Empirism. Paham ini berpendapat bahwa bukti nilai
pengalamanlah yang menjadi dasar ukuran baik dan buruk.48 Keempat
Hedonism. Paham ini beranggapan bahwa, rasa bahagialah yang menjadi
dasar norma baik dan buruk.49 Kelima Utilitarism.Paham ini berpendapat
bahwa yang dianggap baik adalah yang bermanfaat hasilnya, dan yang
dianggap buruk adalah yang hasilnya tidak mendatangkan manfaat.50 Dalam
perspektif Islam ukuran baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ada beberapa istilah yang mengacu
kepada yang baik, diantaranya adalah al-hasanah, al-tayyibah, al-khair, al-
mahmudah, al-karimah, dan al-birr.Adanya berbagai istilah kebaikan yang
bervariatif yang diberikan Al-Qur’an dan Hadis itu menunjukkkan bahwa,
penjelasan tentang sesuatu yang baik menurut ajaran Islam jauh lebih lengkap
dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi fisik, jiwa,
ruhani, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta memiliki akhlak yang
mulia.51
Standar baik dan buruk berdasar pada nilai agama mendapat
dukungan yang berarti, apalagi Thomas Lickona sebagai Bapak Pendidikan
Karakter di Amerika mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dengan
spiritualitas dan agama. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter
telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang
sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan
46 Lihat www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017 47Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama, Cet 4, 2005), h.121 48www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017
50http://plato.stanford. Diakses pada 10 Februari 2017 51Solihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna hidup ( Bandung
: Penerbit Nuansa, 2005 ), h.110
25
pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter
baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat
inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter
memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.52
2. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar dalil naqli tentang pendidikan akhlak terdapat dalam al-Qur’an
dan AsSunnah, kedua sumber hukum islam ini yang berkenan dengan
pentingnya pendidikan akhlak bagi peserta didik. Ayat yang berkenan dengan
karakter ini diantaranya:
أسوة حسنة ل من كان يرجو لقد كان لكم فى رسول ٱلل
كثيرا ﴿٢١﴾ وٱليوم ٱآلخر وذكر ٱلل ٱلل
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Al-Ahzab/33: 21)
Ayat diatas menginsyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang
sudah ada sejak zaman Rasul, di mana Rasul adalah contoh atau model dalam
pembelajaran. Sebab, tidak diragukan lagi bahwa semua yang ada di dalam
diri Rasulullah SAW, merupakan pencapaian akhlak yang sempurna, tidak
hanya untuk umat islam tetapi juga untuk seluruh dunia.
3. Tujuan Pendidikan akhlak
Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangain, bersifat bijaksana, sempurna,
sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap
52http://www.guru.com/ , diakses 10 februari 2017
26
saat, keadaan, pelajaran, aktivitas, merupakan sarana pendidikan karakter di
ata segala-galanya.53
Maka tujuan pendidikan akhlak yang sebenarnya adalah
mengembangkan potensi akhlak itu semdiri melalui pendidian sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Potensi yang akan dikembangan adalah potensi
baik.
Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah di rancang
atau dirumuskan oleh para ahli pendidikan agama islam diantaranya ialah:
a. Moh Atiyah Al-Abrasyi mengutarakan bahwa pendidikan akhlak adalah
membentuk manusia bermoral baik, sopan, bersifat sederhana, sopan,
ikhlas, jujur, dan suci.54
b. Al-Ghazali mengatakan tujuan pendidikan akhlak ialah membuat amal
yang di kerjakan menjadi nikmat, seorang yang dermawan akan
merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini berbeda
dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa. Seseorang
yang merendahkan hati, ia merasa lezatnya tawadhu.55
Sedangkan menurut H.E. Mulyasa tujuan pendidikan karakter yaitu
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukkan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan setiap satuan
pendidikan.56
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan akhlak ialah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur
53 (Jakarta: Kalam Mulia,2006), h.90 Ilmu Pendidikan Agama Islam Ramayulis ,
54Moh Atiyah Al-Abrasy, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,1989) , h. 104 55 Bambang Trim menginstal akhlak anak, h. 7
56H. E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter,( Jakarta : Bumi Aksara,2011), h. 9
27
dan mulia, dan berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaanya sesuai dengan
ajaran Allah dan Rasulnya.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini, yang berjudul “PENDIDIKAN AKHLAK BAGI
SISWA MENURUT SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADAD
DALAM KITAB ADABU SULUKI AL- MURID” ini dilaksanakan dari
bulan Maret 2017 sampai dengan Desember 2017 digunakan untuk
pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang di peroleh dari
koleksi, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet serta sumber lain yang
mendukung penelitian. Kemudian selebihnya digunakan untuk melakukan
kualifikasi data, menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta
menyusunnya dalam bentuk hasil penelitian atau laporan. Selanjutnya tempat
yang digunakan untk melakukan penelitian ini bertempat di perpustakaan
UIN Syarif Hiadayatullah, perpustakaan pribadi, perpustakaan Markas
Syariah DPP FPI, perpustakaan Mahad Al-Isyroq, dan perpustakaan daerah
Jakarta Barat.
B. Jenis Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif
yang artinya penelitian yang menggunakan data informasi berbagai macam
teori yang di peroleh dari kepustakaan dengan jenis penelitian sejarah dengan
klasifikasi pada penelitian biografi. Selain itu, langkah metodis dalam
penyusunan penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan yang
bersifat deskriptif-analisis.
C. Sumber Data
Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini
dikelompokkann menjadi dua katagori yakni primer dan sekunder.
29
1. Sumber Primer
Yakni adalah karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Hadad yaitu Adabu Al-
SulukiAl-Murid, maka peneliti melakuakan survei kepustakaan tentang
pendidikan karakter anak yang terkandung dalam kitab Adabu Al-
SulukiAl-Murid.
2. Sumber Sekunder
Ialah buku yang menunjang dan memiliki persamaan pemikiran tentang
akhlak bagi penuntut ilmu guna mempermudah dan memperkuat isi
penelitian ini.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Sesuai dengan metode yang digunakan, maka pengumpulan data
dilakukann dengan studi dokumentasi. Setelah data-data tekumpul lengkap,
berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari,meneliti,
menyeleksi dan mengklasifikasikan data-data yang relevan dan yang
mendukung pokok-pokok bahasan, untuk kemudian penulis analisi, dan
menyimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Penelitan kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.
Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.
Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat
tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data di lakukan
dengan pengamatan yang terus menerus. Hal ini dilakukan untuk menemukan
ciri-ciri dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola.
Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk
30
menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antar kajian dan hubungannya
terhadap keseluruhannya.57
Sesuai dengan jenis serta data yang di peroleh dalam penelitian ini,
Maka teknik analisis data atau pengelohan data yang di gunakan adalah
content analysis atau analisis isi dengan tahapan yang meliputi : Heuristik
(pengumpulan data), verifikasi (kritik data), Interpretasi (penyimpulan data),
serta Historiografi (penulisan data).
G. Teknik Penulisan
Teknik yang penulis pakai pada penelitian ini merujuk pada buku
pedoman penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Neger Syarif Hidayatulah Jakarta.
H. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur
penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Pertama
Dalam tahap ini, penulis mengajukan proposal penelitian. Di samping itu
juga melakukan kunjungan ke perpustakaan untuk mencari bahan-bahan
yang digunakan dalam proses penelitian.
2. Tahap Kedua
Tahap ini, penulis melakukan pengumpulan data yang di peroleh dari
berbagi sumber, kemudian mengolah data dengan cara
mengklasifikasikan data-data dan kemudian menyusunnya.
57Imam Gunawan Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,( Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.210
31
3. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini, penulis menyimpulkan data yang telah dianalisis dan
kemudian menafsirkan data dalam bentuk hasil penelitian (laporan)
selanjutnya melakukan rekomendasi dengan cara mencari temuan baru
dari hasil analisi tersebut.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskipsi Data
1. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad
Beliau adalah al-Allamah Abdullah bin Alwi al-Haddad seorang
imam yang lahir pada malam Senin, 5 Shafar 1044 H di as-Subair, suatu
tempat yang berada di kota Tarim Hadrohmaut Yaman.58 Beliau adalah orang
yang faqih dan bermazhab syafii’i dan juga ulama terunggul yang berakidah
ahlu sunnah yang berjalan di atas faham asy-‘Ariy dan terdepan dalam jalan
hidup dan pendidikan pada jalan para sufi.
Suatu hari, sayyid Alwi al-haddad ayah sayyid Abdullah pergi
mengunjungi imam besar al-Arifbillah yang bernama Ahmad bin Muhammad
al-Habsyi, beliau meminta doa kepadanya. Kemudian al-imam Ahmad bin
Muhammad al-Habsyi berkata, “Anak-anakmu adalah anakku, mereka
memiliki keberkahan.” Tidak lama kemudian sayyid Alwi menikahi cucu al-
Imam Ahmad dari anak beliau yang bernama Aidrus bin Ahmad al-Habsyi.
Istri beliau bernama Salma, seperti nama ibu beliau. Wanita yang soleha dan
bertakwa kepada Allah. Dari perkawinan itu mereka dikaruniai anak laki-laki
dan perempuan. Diantara anak-anak mereka adalah al-Allamah Abdullah bin
Alwi al-Haddad. Sayyid Alwi pernah berkata, “aku tidak memahami isyarat
dari ucapan al-Arifbillah Ahmad bin Muhammad al-Habsyi (ketika beliau
mengunjunginya dulu) hingga setelah kelahiran anakku Abdullah karena aku
melihat tanda-tanda kewaliyan tampak pada dirinya.”59
58Husin Nabil, Jalan Menuju Takwa ; ter. Adabu Suluki Al-Murid ( Jakarta : Hikmah,
2011),h.9 59Ibid.,h.9-10
33
2. Silsilah Nasab Sayyid Abdullah Al-Haddad
Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad bin
Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad
bin Abu Bakar At-Thawil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin
Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad Shabib
Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad Shahib Shauma’ah
bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhajir illah Ahmad bin Isa bin Muhammad
An-naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad
Al-Bagir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husein bin Al-imam Amirul
Mu’minin Ali bin Abi Tholib suami Fatimah Az-Zahroh Al-batul binti
Rasulullah Muhammad SAW.60
3. Pendidikan dan Masa Kecilnya
Dibesarkan dan dididik oleh orang tuanya di kota Tarim. Dari kecil
Allah menjaga dari segala apa yang diharamkan. Penglihatan lahiriah beliau
diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan yang jauh lebih kuat dan
berharga. Hal itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun
dalam mecari cahaya Allah menuntut ilmu agama.61
Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga
menyebabkan buta. Cacat yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau
tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, beliau habiskan waktunya
dengan menghafal Al-Qur’an, mujahadah al-nafs (bersungguh-sungguh dalam
menundukkan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan
seakan-akan sejak kecil beliau tahu bahwa dirinya tidak dilahirkan untuk
yang lain, tetapi mengabdi kepada Allah SWT.62
60Husin Nabil, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid (
Tanggerang : Putra Bumi,2017),h.5-6 61Ibid.h.6-7 62Ibid., h 7
34
Beliau menimba ilmu dengan banyak ulama di masanya. Kurang lebih
beliau berguru dari seratus empat puluh ulama. Di antara mereka yang
terkenal ialah;
a. Habib Abdurrahman bin Syaikh Maula Aidid.
b. Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas.
c. Habib Abdullah bin Ahmad B alfaqih.
d. Habib Aqil bin Abdurrahman As-Seqqaf.
e. Habib Sahl bin Ahmad Ba Hasan
f. Habib Muhammad bin Alwi As-Seqqaf, seorang ulama di kota
Mekkah.63
Beliau sangat menganjurkan para penuntut ilmu mempelajari dasar-
dasar setiap ilmu dan menjadikannya dasar untuk mendekat kepada Allah.
Oleh karena itu, beliau berkata, “Hendaknya seorang (penuntut ilmu)
mempelajari dasar-dasar setiap ilmu agar ia mendapatkan pengetahuan dari
setiap jenis ilmu. Adapun mendalami suatu ilmu tidak dianjurkan, kecuali
pada pengetahuan tentang Allah, sifat-sifatnya, malaikatnya, dan hari akhir.”
Beliau sangat menganjurkan setiap penuntut ilmu mempelajari ilmu yang
bermanfaat. Beliau pernah berkata,”Bagi kami rukun agama dan asasnya ada
empat. Dalam ilmu hadis kitab al-Bukhori, ilmu tafsir kitab al-Baghawi, ilmu
fikih kitab al-Minhaj, dan kitab Ihya ‘Ulumuddin yang mencakup segala
sesuatu. Inilah suatu fondasi yang di atasnya terdapat suatu bangunan. Aku
telah mempelajari banyak kitab, dan aku tidak menemukan kitab yang
sesempurna itu, sedangkan waktu kita sangat pendek. Tidak ada di dalam
mazhab kami, kecuali al-qur’an dan as-sunnah.64
4. Murid-murid Sayyid Abdullah Al-Haddad
Ketika telah menguasai ilmu dan akhlak yang begitu mulia, beliau
berdakwah di jalan Allah. Memberi petunjuk dan mengarahkan umat ke jalan
63Ibid 64Husin Nabil, op. Cit.,h.13
35
Allah dengan cara yang bijaksana dan nasihat yang lemah lembut. Sehingga
manusia berbondong-bondong menghadapkan diri kepadanya. Dakwahnya
tersebut kepenjuru dunia. Sangat banyak orang yang mendapatkan manfaat
dari nasihat, akhlak, ucapan, dan kitab-kitab.
Beliau berbicara dengan suatu kaum sesuai dengan ilmu dan keadaan
mereka. Tidak pernah beliau memaksakan kepada seseorang sesuatu yang
belum mampu dilakukan. Banyak sekali ulama hasil didikan beliau, di
antaranya;
a. Habib Hasan bin Abdullah al-Haddad, putranya sendiri.
b. Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi.
c. Habib Abdurrahman bin Abdullah Balfaqih.
d. Habib Muhammad bin Zain bin Smith.
e. Habib Umar bin Zain bin Smith
f. Habib Umar bin Abdurrahman al-Bar.
g. Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahman as-Seqqaf.
h. Habib Muhammad bin Umar bin Thaha ash-Shafi as-Seqqaf.65
5. Karya-karya Sayyid Abdullah Al-Haddad
Beliau memiliki cukup banyak karya yang tersebar ke pelosok negara
dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Inggris, Prancis,
dan Melayu. Termasuk bahasa Indonesia sehingga kitab-kitab beliau dijuluki
intisari dari kitab-kitab al-Ghazali.66
Beliau meninggalkan kepada umat islam khazanah ilmu yang banyak,
yang tidak ternilai, melalui kitab-kitab dan syair-syair karangan beliau.
Antaranya ialah:67
a. An-Nashaa’id Ad-Dinniyah Wal-Washaya Al-Imaniyah.
65Ibid.,h14 66Ibid 67Husin Nabil, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid., h 8
36
b. Ad-Dakwah At-Tammah.
c. Risalah Al-Mudzakarah Ma’al-Ikhwan Wal-Muhibbin.
d. Al-Fushuul Al-Ilmiyah.
e. Al-Hikam.
f. Risalah Adab Suluki Al-Murid.
g. Sabilul Iddikar.
h. Risalah Al-Mu’awanah.
i. Ittihafus-Sa’il Bi-Ajwibatil-Masa’il
j. Ad-Durrul Manzhum Al-Jami’i Lil-Hikam Wal-Ulum.
k. Tasbiit al-Fuad.
l. Kumpulan wirid dan zikir beliau dalam kitab Sabil al-‘Ibad Ila
Zad al-Ma’ad.
Beliau memiliki majelis ilmu di kota tempat tinggalnya. Diriwayatkan
bahwa setiap orang yang menghadiri majelis beliau akan melupakan dunia,
bahkan orang yang dalam keadaan sakit pun akan melupakan rasa sakitnya.
Beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu mengikuti sunnah-
sunnah nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, beliau menjadi panutan
orang banyak. Suatu ketika di akhir umurnya, ketika dalam keadaan sakit
karena tidak sempat memotong rambut beliau menjadi panjang sampai ke
bahu. Ketika melihat itu, anaknya meminta izin untuk memotong rambut
beliau. Namun beliau menolak dengan alasan bahwa beliau sudah
melaksanakan semua sunah nabi SAW., kecuali mengikuti model rambut nabi
SAW., yang disebut dalam riwayat sampai ke bahu.
6. Wafat Sayyid Abdullah Al-Haddad
Hari-hari al-Allamah Abdullah bin Alwi al-Haddad selalu diliputi
oleh keistiqomahan dalam segala hal. Istiqomah dalam menjaga sholat lima
waktu berjama’ah, menghadiri majelis ilmu,membaca al-qur’an dan doa-doa,
serta wirid-wirid. Pada hari Kamis, 27 Ramadhan 1123 H., beliau terserang
suatu penyakit yang setiap hari bertambah parah sehingga menghalanginya
37
melanjutkan kegiatan. Sejak saat itu, kondisi badan beliau bertambah buruk.
Diriwayatkan bahwa di akhir umurnya tampak badan beliau sangat kurus,
hanya tinggal kerangka yang terbungkus kulit.68
Kadang-kadang beliau juga sering menggerak-gerakkan tangannya
seperti orang yang sedang bertakbiratul ihram dan mengangkat telunjuknya
seperti orang yang sedang bertasyahud. Setelah empat puluh hari sakitnya,
ketika umurnya telah mencapai delapan puluh tahun dan sembilan bulan
kurang tiga hari, yaitu pada malam selasa,7 Dzulqaidah 1123 H, beliau wafat
di rumahnya al-Hawi. Seorang sayyid yang bernama Ali Aidid menjelaskan
bahwa ia pernah pergi berziarah kubur bersama al-Allamah Abdullah bin
Alwi al-Haddad di pekuburan Tarim yang bernama Basyar beberapa tahun
sebelum kematian beliau. Setelah selesai berziarah di kubur al-Imam
Abdullah al-Aidrus, beliau melangkahkan kakinya hingga di tempat yang
nantinya akan menjadi kubur beliau.
Beliau meninggalkan enam anak laki-laki dan empat anak perempuan.
Semuanya termasuk hamba-hamba Allah yang soleh, wali, dan taat kepada
Allah. Di antara mereka yang menggantikan kedudukan ayahnya adalah Alwi
dan Hasan bin Abdullah bin Alwi al-Haddad. Mereka berdua menggantikan
kedudukan ayahnya dalam mengajarkan ilmu, menyambut para pendatang,
dan bersedekah kepada fakir miskin. Nama al-Allamah Abdullah bin Alwi al-
Haddad akan terus dikenang akan terus hidup sepanjang masa.
7. Gambaran Kitab Adabu Suluki Al-Murid
Diantara karya sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad adalah Adabu
Suluki Al-Murid yang merupakan sumber primer dan kajian utama dari
penelitian ini yang secara umum akan digambarkan tentang isi kitab Adabu
Suluki Al-Murid dengan tanpa mengurangi isi yang terkandung didalamnya.
Kitab Adabu Suluki Al-Murid merupakan kitab yang mempunyai karakter
68Husin Nabil, Jalan Menuju Takwa ; ter. Adabu Suluki Al-Murid., h 17-18
38
tersendiri, hal ini sangat penting untuk diketahui oleh seseorang yang
sedang menuntut ilmu.
Kitab Adabu Suluki Al-Murid ini adalah karangan sayyid Abdullah
bin Alwi al-Haddad yang di terbitkan di Jakarta, Indonesia oleh penerbit
Daar al-Hawi. Latar belakang kitab ini di karang ialah banyak para murid
beliau yang sedang bermujahadah untuk medekatkan diri kepada Allah,
meminta nasihat agar lebih termotivasi untuk tetap istiqomah berjalan
mendekat kepada Allah., tetapi pada saat itu beliau belum bisa memenuhi
permintaan para murid beliau karena belum mendapati nasihat yang cocok
untuk mereka. Namun beliau memiliki gagasan untuk mencatat beberapa
bab yang ringkas, yang mencakup beberapa adab bagi yang berkeinginan
(menempuh jalan murid) dengan penjelasan yang mudah dipahami.
B. Pendidikan Akhlak bagi Siswa dalam Kitab Adabu Suluki Al-
Murid
Di dalam kitab Adabu Suluki Al-Murid dijelaskan mengenai
pendidikan akhlak bagi siswa yaitu sebagai berikut;
1. Menjaga kebersihan
Menurut sayyid Abdullah al-Haddad dalam kitabnya menyatakan bagi
seorang pelajar untuk selalu menjaga kesucian, kebersihan, dan keindahan
diri. Karena islampun mengajarkan tentang kebersihan diri sebagaimana yang
telah Allah terangkan dalam al-qur’an;
ابين ويحب ٱلمتطه رين ﴿٢٢٢﴾ يحب ٱلتو إن ٱلل
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”69
جز فٱهجر )٤-٥( ر ﴿٤﴾وٱلر وثيابك فطه
69Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 222
39
(4.) Dan pakaianmu bersihkanlah, (5). Dan perbuatan dosa tinggalkanlah70,
Di ayat lain:
الة وأنتم سكارى حتى تعلموا ما تقولون يا أيها ٱلذين آمنوا ال تقربوا ٱلص
رضى أو على سفر أو جآء أحد وال جنبا إال عابرى سبيل حتى تغتسلوا وإن كنتم م
ن نكم م موا صعيدا طي با فٱمسحوا ٱلغآئط أو المست م م ٱلن سآء فلم تجدوا مآء فتيم
ا غفورا ﴿٤٣﴾ كان عفو بوجوهكم وأيديكم إن ٱلل
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau
sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.71
72 و ي ن ب غ ي ل ل م ر ي د أ ن ال ي ز ال ع ل ى ط ه ار ة
“hendaknya setiap murid selalu dalam keadan bersih”
Dari anjuran di atas, nampak bahwa sayyid Abdullah bin Alwi al-
Haddad menekan untuk setiap penuntut ilmu agar selalu menjaga kesucian
dan kebersihan diri.karena untuk mendapatkan ilmu haruslah dalam keadaan
bersih. Beliau juga membahas lagi masalah kebersihan ini dalam kita beliau
yakni risalah al-mu’awanah
ار ص ه ت اف ظ ن ت ل م ك ن م ن إ ا ف ن اط ب ا و ر اه ظ ة اف ظ الن م و ز ل ب ك ي ل ع و
ا ي ان م س ا ج ر ش ب ه ت ر و ص و ه م س ج ب ان ك ن إ ا و ي ان ح و ر اك ل م ه ت ر ي ر س و ه ح و ر ب
70Al-Qur’an Surat Al-Mudatsir: 4-5 71Al-Qur’an Surat An-Nisa : 43 72Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 20
40
)رواه ابن ة اف ظ ى الن ل ع ن ي الد ي ن ب م ل س و ه ي ل ع ى للا ل ص للا ل و س ر ال ق د ق و الد يبع( و ق ال ع ل ي ه الس ال م ان للا ن ظ ي ف ي ح ب الن ظ اف ة )اخرجه الترمزي(73
“Lazimkan untuk mu agar selalu menjaga kebersihah diri baik itu
kebersihan batin (hati) ataupun luar (fisik), maka jika ada di antara kalian
itu menyempurnakan menjaga kebersihannya maka sempurnalah dia menjadi
raja ruhaninya dan menjadi indah anggota badannya. Dan sungguh
Rasulullah SAW, bersabda;” agama ini dibangun atas dasar kesucian” (H.R
Ibnu Ad-Daiba’), dan nabi juga bersabda;”sesungguhnya Allah itu suci, ia
mencintai akan kesucian”(H.R Tirmidzi)
Betapa sangat di anjurkan sekali untuk seorang pelajar untuk menjaga
kebersihan baik kebersihan diri maupun lingkungan sekitar pelajar tersebut
tinggal. Karena menurut nur cholis majid karena fitrah dari sang kholik,
setiap jiwa manusia adalah makhluk kesucian, kebaikan, dan kebenaran
sebelum terbukti sebaliknya.74
Pendapat beliau ini sesuai dengan hadis nabi Muhammad SAW.,
bahwa setiap anak yang lahir itu dalam keadaan suci:
ما من مولود إال عن ابي هريرة قال : قال رسول للا صلى للا عليه و سلم
سسان يولد على الفطرة فأبواه رانه أو يمج دانه أو ينص ه كما تنتج يهو البهيمة بهيمة جمعاء هل تحسون فيها من جدعاء )رواه البخارى(75
Dari Abi Hurairoh berkata ia, telah bersabda rasulullah saw., Setiap
anak yang lahir itu suci, kemudian kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. Sebagaimana hewan yang
dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasa
cacat?(H.R Bukhori).
Manusia pada zaman sekarang memiliki kesadaran yang sangat
rendah untuk menjaga kebersihan, lebih-lebih menjaga kebersihan
73Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah al-mu’awanah ( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-
Islamiyah, 2010).,h.57-58 74Budhy Munawar Rachman, Elza Peldi Taher, File CakNur Keislaman yang Hanif Buku
ketiga J-O ( Depok : Imania, 2013).,h 107 75Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii Al-Bukhori, Shohiih Al-Bukhori
( Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats,tt) j 1, h.264
41
lingkungan. Bukti rendahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
lingkungan yaitu pada tahun 2013, debit air di kanal banjir barat, khususnya
manggarai dan karet, sangat tinggi dibandingkan hujan pada tahun
sebelumnya. Abdul Muhari mengatakan, hal tersebut perlu dipertanyakan.
Sebab, curah hujan di katulampa pada hari sebelum banjir januari 2013 hanya
107mm, jauh lebih rendah dibanding curah hujan saat banjir 2007 yang
mencapai 409 mm. Hasil simulasi Abdul dab timnya mengungkapkan bahwa
tingginya debit air yang mencapai 180 meter kubik per detik dan ketinggian
air di Manggarai dan karet disebabkan oleh sampah. Sampah menutup tiga
dari empat pintu air di karet.76
Maka, tawaran pertama yang di kemukakan sayyid Abdullah bin Alwi
Al-Haddad untuk pendidikan akhlak bagi siswa yang beliau tuliskan dalam
kitab beliau ialah menjaga kebersihan.
2. Mengamalkan ilmu
Menurut sayyid Abdullah bil Alwi Al-Haddad dalam kitabnya
mengemukakan bagi orang yang memiliki ilmu, namun tidak
mengamalkannya maka tidak ada bedanya dengan orang yang bodoh, kecuali
dari segi bukti Allah (untuk mengazabnya)sangatah pasti. Dalam keadaan
ini,orang yang bodoh menjadi lebih baik keadaannya dari pada dalamnya
berilmunya. Sebab ada sebuah perkataan setiap ilmu yang tidak bermanfaat
bagimu, maka kebodohan lebih bermanfaat bagimu dari padanya.
ن ك ي ل و ه اظ ف ل ل ل ي ت ر الت , و ه ي ان ع م ل ر ب د الت ع م م ي ظ ع ال ن ا ر ق ال ة و ال ت ن م ر ث ك ي ل ف
ن و ؤ ر ق ي ن ي ذ ال ن و ل اف غ ال أ ر ق ي ال و ه م ال ك ة و ال ت د ن ع م ل ك ت م ال ة م ظ ع ا ب ئ ل ت م م
ب ن ا ر ق ال م ي ظ ع الت و ع و ش خ ال ن م ب و ل ق و ة ي عال ات و ص أ و ة ح ي ص ف ة ن س ل أ لل
ال و ه ان ع م ن و ر د ي ال و ه ت م ات ى خ ل ا ه ت ح ات ف ن م ل ز ن ا أ م ك ه ن و ؤ ر ق ي ة ي ال خ
آل ن و م ل ع ي ل م ا ع م و م ل ع ن م , و ع ف ان م م ل ع ال ن إ ا ف و ل م ع ال و م ل ع و ل و ل ز ن ا ء ي ش ي
ا ذ ى ه ل ع ف د ك ا ه ي ل ع للا ة ج ح ن إ ث ي ح ن م ال إ ق ر ف ل اه ج ال ن ي ب و ه ن ي ب س ي ل ف
76Kompas.com, diakses pada tanggal 15 Januari 2018 pukul 07.52
42
نس ح أ ل اه ج ال ن و ك ي ه ع ف ن ك ي ل ع د و ع ي ال م ل ع ل : ك ل ي ق ك ال ذ ل و ه ن م اال ح ا ف ال ج ه ل أ ع و د ع ل ي ك م ن ه 77
“perbanyaklah seorang murid membaca al-qur’an yang agung
dengan meresapi maknanya dan melafazkannya dengan tartil. Dan
hendaklah ia memenuhi (hatinya) dengan keagungan pengucapnya saat
membaca firmannya. Tidak membaca seperti orang-orang yang lalai yang
membaca alqur’an dengan lisan fasih dan suara yang tinggi, tetapi hati
mereka kosong dari khusu’ dan pengagungan terhadap Allah. Mereka
membaca al-qur’an seperti ketika diturunkan dari surat al-fatiha hingga
akhir surat, tetapi tidak mengetahui maknanya dan tidak mengetahui untuk
apa al-qur’an diturunkan. Jika mereka mengetahui, maka pasti mereka akan
mengamalkannya. Karena ilmu yang sebenarnya adalah pengetahuan yang
bermanfaat. Seseorang yang memiliki ilmu tapi tidak diamalkan, maka tidak
ada perbedaan antara dia dan orang bodoh, kecuali dari segi bukti Allah
(untuk mengazabnya) sangatlah pasti. Dalam kondisi seperti ini orang yang
bodoh menjadi lebih baik keadaannya dari dirinya. Sebab dikatakan, setiap
ilmu yang tidak memberi manfaat bagimu, maka kebodohan lebih bermanfaat
bagimu dari padanya..”
Dari nasihat di atas, nampak imam haddad betul-betul menekankan
kepada seluruh penuntut ilmu agar ilmu yang didapatinya ia amalkan, karena
tujuan pendidikan adalah agar peserta didik berilmu, tetapi bukan hanya
sekedar berilmu, namun ilmu yang ia dapati ia amalkan dalam kehidupannya
sehari-hari. Rasulullah pun memberikan ultimatum untuk para pemilik ilmu
namun tidak mengamalkannya.
اشد الناس عذابا يوم ال قيامة عالم الينفعه اهلل بعلمه ) رواه الطبرنى( 78
77Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 23 78Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al-Khatib Al-Baghdadi, Al-
Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah(Madinah : Maktabah Ilmiyah),j 1, h.6
43
“Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat nanti adalah
orang alim yang ilmunya tidak diberi manfaat oleh Allah” (H.R At-
Thabrani).
Sejalan dengan mengamalkan ilmu al-Ghazali memberikan nasihat
kepada salah satu murid yang tertuang di dalam karyanya yaitu ayyuhal
walad
م ل ع ال ن ا ن ق ي ت ا و ي ال خ ال و ح اآل ن م ال ا, و س ل ف م ال م ع ال ن م ن ك ت , ال د ل و ال ا ه ي ا
ة ي د ن ه اف ي س ا ة ر ش ع ة ي ر ي ب ف ل ج ى ر ل ع ان ك و : ل ه ال ث . م د ي ال ب ذ خ أ ي ال د ر ج م ال
م ي ظ ع د س أ ه ي ل ع ل م ح , ف ب ر ه ل ه ا ا و اع ج ش ل ج الر ان ك ى و ر خ ا ة ح ل س ا ع م
ن م ا؟ ف ه ب ر ض و ا ا ه ال م ع ت س اال ب ه ن ع ه ر ش ة ح ل اآلس ع ف د ت ل ؟ ه ك ن ا ظ م , ف ب ي ه م
ف ل ا ة ائ م ل ج ر أ ر ق و ا ل ذ ك , ف ب ر الض و ك ي ر ح الت ب ال ا ع ف د ت ا ال ه ن ا م و ل ع م ال ف ي د ه اال ب ال ع م ل 79 م س ئ ل ة ع ل م ي ة و ت ع ل م ه ا و ل م ي ع ل م ب ه ا ال ت
“Wahai anakku, janganlah engkau sampai miskin amal, juga jangan
sampai tidak melakukan perbuatan baik. Yakinlah sesungguhnya ilmu yang
tidak diamalkan pasti tidak ada faidahnya. Misalnya ada seseorang berada
di tengah hutan dengan membawa sepuluh pedang Hindia dan beberapa
senjata lainnya. Dia juga termasuk orang yang pemberani dan ahli dalam
pertempuran. Dalam perjalanannya tiba-tiba ia dihadang oleh harimau
besar yang sangat menakutkan. Jika sudah dalam dalam ini bagaimana
pendapatmu? Apakah senjata yang dibawanya itu dapat menghala dan
membunuh harimau yang akan menerkamnya bila tidak digunakan? Jelas
tidak bisa! Ia harus menggunakannya jika ingin menghantam harimau yang
ingin menerkamnya. Begitu juga jikalau seseorang membaca 100 ribu
masalah ilmu kemudian mempelajarinya, namun tidak mengamalkannya
maka tida ada guna ilmu itu kecuali diamalkan.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengungkapkan tentang pengamalan
ilmu sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata, seseorang yang berilmu
dan kemudian mengamalkannya, maka orang itulah yang dinamakan orang
79Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ayyuhal Walad ( Jakarta : Daar Al-
Kutub Al-Islamiyah,2012), h.10
44
yang berjasa besar di kolong langit ini. Orang tersebut bagaikan matahari
yang menyinari orang lain dan menerangi pula dirinya sendiri, ibarat minyak
kasturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri harum.80
Pengamalan seseorang atas ilmu pengetahuan yang dimiliki akan
menjadikannya semakin berarti baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena
itu, apabila seseorang dapat mengamalkan ilmu pengetahuannya, maka
sesungguhnya ia termasuk orang yang beruntung. Sebaliknya, jika ia tidak
dapat mengamalkan ilmunya, maka sungguh ia termasuk orang-orang yang
rugi. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT., dalam firmannya;
وأن ليس لإلنسان إال ما سعى ﴿٣٩﴾81
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya,”
ه واحد فمن كان يرجو لقآء ر ـ هكم إل ـ ثلكم يوحى إلى أنمآ إل ب ه قل إنمآ أنا بشر م فليعمل عمال صالحا وال يشرك بعبادة رب ه أحدا﴿١١٠﴾82
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Umar bin Khatab sebagamaiman yang dikutib oleh al-Ghazali dalam
kitabnya ihya ulumiddin berkata :
م ن ح د ث ح د ي ث ا ف ع م ل ب ه ف ل ه م ث ل أ ج ر م ن ع م ل ذ ل ك ال ع م ل 83
80Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta : Logos Wacana Ilmu,1997),h.68 81Al-Qur’an surat An-Najm:39 82 83Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin( Kairoh : Daar Al-
Hadis,2004),jilid 1, h.22
45
“siapa saja yang menceritakan suatu hadis lalu mengamalkan hadis
itu, maka baginya mendapatkan pahala dari sebab mengamalkan hadis
tersebut.”
Al-Ghazali pun memberikan sebuah julukan kepada orang yang
memiliki ilmu namun tidak mengamalkan ilmunya dengan sebutan gila.
ا ل ع ل م ب ال ع م ل ج ن و ن و ال ع م ل ب غ ي ر ع ل م ال ي ك و ن 84
“ilmu tanpa amal itu gila, dan amal tanpa ilmu tidak akan sukses”
Dalil-dalil di atas menjelaskan bahwasanya bagi seseorang yang
memiliki ilmu wajib untuk mengamalkannya. Karna segala sesuatu kelak
nanti akan dimintakan pertanggung jawabkan. Hadis nabi Muhammad SAW.
: عن عن خمس تى يسأل ب ه ح ال تزول قدما ابن ادم يوم القيامة من عند ر
عمره فيما افناه و عن شبابه فيما أباله و عن ماله من اين اكتسبه و فيما أنفقه و ماذا عمل فيما علم )رواه الترمذى(85
“Kedua kaki anak manusia Adam tidak akan beranjak pada hari
kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang tentang lima perkara;
tentang umur pada apa ia habiskan, usia mudanya pada apa ia hancurkan,
hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia belanjakan dan apa yang telah
ia kerjakan pada apa yang telah ia ketahui”( H.R At-Tirmidzi)
Dan ada pula larangan didalam menyampaikan ilmu namun si
penyampainya sendiri tidak mengamalkannya. Sebagaimana Allah
menerangkannya dalam firmannya
أن تقولوا ما يأيها ٱلذين آمنوا لم تقولون ما ال تفعلون ﴿٢﴾كبر مقتا عند ٱلل ال تفعلون ﴿٣﴾86
84Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Op. Cit, h.18 85Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Mathir al-Lakhmi asy-Syami, Abu al-Qasim Ath-
Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir ( Kairo : Maktabah Ibnu Taimiyah,1994),j.10,h.8 86Al-Qur’an surat Ash-Shaf : 2-3
46
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2)Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan(3)
Ayat di atas menegaskan teguran Allah SWT, kepada orang mukmin
yang memiliki ilmu yang suka berkata, menyampaikan, dan mengajak orang
lain kepada suatu amalan. Namun ia sendiri tidak mau mengamalkan.
Siapapun oranng yang mengucapkan suatu ajakan namun ia enggan
untuk mengamalkanya, maka Allah swt, akan murka kepadanya,
memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan ususnya terbuai keluar,
lidah dan mulutnya digunting dengan gnting neraka. Sebagaimana nabi
Muhammad bersabda:
جل يوم عن ابي هريرة قال : قال رسول للا صلى للا عليه و سلم يجاء بالر
القيامة فيلقى فى النار فتندلق أقتابه فيدور بها كما يدور الحمار برحاه
ه فيقول: يا فالن ما شأنك؟ ألست كنت تأمر بالمعروف فيجتمع اهل النار علي
ركم بالمعروف والاتيه وأنها كم عن م منكر؟ فيقول: كنت ا وتنهى عن ال المنكر واتيه )رواه البخاري( 87
“Dari Abi Hurairoh berkata ia, telah bersabda rasulullah saw., Pada
hari kiamat nanti, akan dibawa seorang laki-laki lalu dicammpakkan kedalam
nereka. Maka terbuailah ususnya di dalam neraka. Lalu ia berputar-putar
seperti seekor keledai yang berputar-putar mengelilingi batu penggilingan.
Maka penghuni neraka berkumpul mendekatinya dan bertanya: wahai fulan
mengapa engkau seperti ini? Bukankah engkau dahulu yang suka menyuruh
kami kepada perbuatan ma’ruf dan melarang kami dari perbuatan munkar?.
Maka ia menjawab, dahulu aku menyuruh kalian kepada perbuatan ma’ruf
tetapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang kalian dari
perbuatan munkar tapi aku mengerjakannya” (H.R Bukhori)
87Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii Al-Bukhori, Shohiih Al-Bukhori
(Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats,tt) j. 4, h.121
47
Dengan demikian betapa tegasnya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad memberikan nasihat untuk para peserta didik untuk mengamalkan
ilmunya, dan dapat bahwa hal terpenting untuk peserta didik yaitu memiliki
karakter yang selalu mengamalkan ilmunya bukan hanya belajar mencari
ilmu saja. Karena ilmu bukan hanya sekedar tambah wacana, untuk
berbangga diri atau supaya pintar debat. Karena jika penuntut ilmu selalu
mengamalkan ilmunya niscaya akan berbekas di dalam dirinya dan tidak akan
lupa apa yang telah di pelajari. Inilah menjadi pesan untuk seorang guru atau
pendidik untuk memberikan motivasi kepada peserta didik agar memiliki
akhlak mengamalkan ilmu yang ia dapati. Maka siapa yang tidak
mengamalakan ilmunya, maka sia-sialah ilmunya bagai pohon pohon yang
tidak berbuah.
3. Mengerjakan shalat lima waktu
Pendidikan akhlak selanjutnya untuk peserta didik menurut sayyid
Abdullah bin Alwi Al-Haddad ialah mendirikan sholat:
و ن ه ام ي ق ام م ت إ ب س م خ ال ات و ل الص ة ام ق إ ب اء ن ت ع ال ة اي ي غ ف د ي ر م ا ال ه ي ا ن ك و ق ر اء ت ه ن و خ ش و ع ه ن و ر ك و ع ه ن و س ج و د ه ن و س ائ ر أ ر ك ان ه ن و س ن ن ه ن 88
“Jadilah wahai para murid dalam puncak perhatian terhadap sholat
lima waktu, dengan menyempurnakan berdrinya, bacaan-bacaannya, khusyu,
ruku, dan sujudnya serta seluruh rukun dan sunnahnya.
اكعين ﴿٤٣﴾89 كاة وٱركعوا مع ٱلر الة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص
“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'
إن ن خير تجدوه عند ٱلل موا لنفسكم م كاة وما تقد الة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص بما تعملون بصير ﴿١١٠﴾90 ٱلل
88Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 25 89Al-Qur’an surat Al-Baqaroh : 43 90Al-Qur’an surat Al-Baqaroh : 110
48
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.”
سول لعلكم ترحمون ﴿٥٦﴾91 ك وة وأطيعوا ٱلر ـل وة وآتوا ٱلز وأقيموا ٱلص
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada
rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
Dari dalil-dalil di atas menjelaskan betapa diwajibkannya setiap
muslim untuk selalu mendirikan dan melaksanakan sholat lima waktu, karena
yang memerintahkan adalah Allah. Dan ini juga merupakan kewajiban setiap
orang tua untuk memerintahkan anak-anaknya untuk mengerjakan sholat
sebagaimana firman Allah swt dalam al-qur’an:
وأمر أهلك بٱلصالة وٱصطبر عليها ال نسألك رزقا نحن نرزقك وٱلعاقبة للتقوى ﴿١٣٢﴾92
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang yang bertakwa.”
ذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها ٱلناس وٱلحجارة عليها يأيها ٱل مآ أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ﴿٦﴾93 مالئكة غالظ شداد ال يعصون ٱلل
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan”.
91Al-Qur’an surat An-Nur :56 92Al-Qur’an surat Thoha :132 93Al-Qur’an surat At-Tahrim :
49
Dalil-dalil di atas sudah cukup sebagai bukti bahwa penting orang tua
dan juga seorang guru untuk mendidik anak-anaknya mengerjakan sholat.
Kenapa seorang guru juga harus memperhatikan dalam sholat peserta
didiknya, karena guru juga merupakan orang tua mereka di sekolah yang
telah memberikan semua ilmu yang dimilikinya kepada peserta didiknya.
Sependapat dalam hal bahwa seorang guru adalah orang tua bagi
peserta didik, syeikh Ibrahim bin Ismail mengemukakan dalam kitab beliau
ta’lim al-muta’alim:
ف إ ن م ن ع ل م ك ح ر ف ا م م ا ت ح ت اج إ ل ي ه ف ى الد ي ن ف ه و أ ب و ك ف ى الد ي ن 94
“Maka sesunggunya seseorang yang telah mengajarkan engkau satu
huruf dari sesuatu yang engkau perlu dalam hal agama maka dia adalah
orang tuamu dalam urusan agama”
Sayyid Abdullah Al-haddad pun menekankan lagi perihal pentingnya
mengerjakan sholat bagi orang yang mengaku beriman.
ا ن اذ ع أ ا و د ش ا ر ن م ه ل أ و ن ي ى الد ف م اك ي او ا للا ن ه ق , ف ان و خ ال ر اش ع ا م و م ل اع و
د ع ب س م خ ال م ال س ى اال ان ب م ل ج ا و ن ي الد د ام ع ة ال الص ن ا ان س ف ن أ ر ش ن م
ن م ل اة ي ح ال ه ن ا ا م ك ف د س ج ال ن م س أ الر ل ح م ن ي الد ن ا م ه ل ح م و ن ي ت اد ه الش ال ر ا س ل ه ف ك ذ ل ك ال د ي ن ل م ن ال ص ال ة ل ه ك ذ ل ك و ر د ف ى ال خ ب ار 95
“Ketahuilah wahai sekalian saudaraku, semoga Allah memberikan
pemahaman tentang agama kepada kami dan kalian, mengilhamkan kita
petunjuk dan menjaga kita dari keburukan nafsu kita.bahwa sholat itu adalah
tiang agama, dan dijadikan sebagai rukun islam yang lima setelah rukun
islamyang pertama yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan
ditempatkan dalam agama itu di tempat kepala atas tubuh, sebagaimana
tidak hidup seseorang tanpa kepala maka begitu pula tidak ada orang
mengaku beragama tanpa mengerjakan sholat”
94Syeikh Ibrahim bin Ismail, Ta’lim Al-Muta’alim( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-
Islamiyah,2008)., h.35 95Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Nashohi Ad-diniyah(Indonesia : Daar Ihya Al-Kutub Al-
Arabiyyah,tt).,h 24
50
Kemudian sayyid Abdullah Al-Haddad melanjutkan perkataanya:
ن م ك ل ذ ن إ ف ات اع م ج ال و ة ع م ج ال ك ر ت ن م ر ذ ح ال ل ك د ي ر م ا ال ه ي ا ر ذ اح و ع اد ات أ ه ل ال ب ط اال ت و س م ات ا ر ب اب الج ه اال ت 96
“Berhati-hatilah wahai para murid dari perbuatan meninggalkan
sholat jum’at dan berjama’ah. Sesungguhnya semua itu termasuk kebiasaan
kelompok orang-orang yang sia-sia dan sifat orang-orang bodoh.”
Sayyid Abdullah Al-Haddad memberikan nasihatnya agar setiap
muslim jangan pernah untuk meninggalkan sholat juma’at dan sholat
berjama’ah, sebab dua hal ini merupakan syiar di dalam islam. Bukan hanya
di sini beliau menasihati para muridnya untuk tidak meninggalkan sholat
berjama’ah, beliau juga mengingatkan kembali dalam kitab beliau yang lain
yakni risalah al-muawanah:
ى ل ع ة م او د م ال و ة اع م ج ال ع م س م خ ال ات و ل الص ل ع ى ف ل ع ة ظ اف ح م ال ب ك ي ل ع و ذ ل ك 97
“Wajibkanlah untuk dirimu selalu menjaga sholat lima waktu secara
berjama’ah dan senatiasa begitu.”
Betapa sangat perhatiannya sayyid Abdullah dalam memperhatikan
masalah sholat berjama’ah ini. Karena ada sebuah hadis yang menceritakaan
tentang keutamaan sholat berjama’ah, sebagaimana hadis itu dihimpun oleh
al-hafidz jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As –Suyuti dalam kitabnya
libab al-hadis yang kemudian disyahkan oleh ulama Indonesia yaitu syeikh
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani atau dikenal dengan syeikh
nawawi Banten.
96Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 27 97Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah Al-Muawwanah(Jakarta : Daar Al-Kutub Al-
Islamyah,2010).,h 77
51
ال بي رسول للا ص.ع. فق عن أبى هريرة رضى للا عنه قال أوصانى حبي
صالة مع الجماعة ولو كنت جالسا فان للا تعالى ل لي يا ابا هريرة ص
يعطيك بكل صالة مع الجماعة ثواب خمس و عشرين صالة فى غير الجماعة ) رواه مسلم( 98
“Dari Abu Hurairoh R.A beliau berkata kekasihku Rasulullah SAW,
berwasiat kepada ku. Beliau bersabda wahai Abu Hurairoh sholatlah kamu
dalam berjama’ah sekalipun engkau duduk. Maka sesungguhnya Allah swt
memberikan pahala 25 derajat bagi yang melakukan sholat berjamah.
Di hadis yang lain:
بن عمر رضي للا عنهما ان رسول للا ص.ع. قال صالة الجماعة ا عن بسبع و عشرين درجة )رواه متفق عليه(99
افضل من صالة الفذ
“Dari Ibnu Umar r.a bahwa rasulullah saw., bersabda sholat jama’ah lebih
utama dari sholat sendiri dengan 27 derajat.”(H.R. Mutafaqun alaih)
Begitu sangat besar balasan yang diterima oleh seseorang yang
melaksanakan sholat berjama’ah dibanding dengan sholat sendiri dengan dua
puluh lima di riwayat lain dua puluh tujuh. Karna sangat pentingnya sholat
berjama’ah nabi pun sangat memerintahkan sahabat-sahabat untuk senantiasa
melakukan sholat berjama’ah dalam kedaan apapun.
سول للا ليس لي عن ابي هريرة قال اتى النبي ص.ع. رجل اعمى فقال يار
ص له فيصل ي ف لى المسجد فسال رسول قائد يقودني ا ي للا ص.ع. ان يرخ
الة؟ قال نعم,قال ا ولى دعاه فال له هل تسمع الن داء بالص ص له فلم بيته فرخ فاجب )رواه مسلم(100
“ Dari Abu Hurairoh beliau berkata telah datang kepada nabi saw.,seorang
laki-laki buta, kemudian laki-laki itu berkata;wahai rasulullah aku tidak
memiliki seseorang yang bisa menuntunku untuk ke masjid. Laki-laki ini
98Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani, Tanqihu Al-Qaul Al-Hatsis (Surabaya :
Daar Al-Ilmi,tt),h.18 99Abi Zakariyah Yahya bin Syarif An-Nawawi, Riyadhu As-Sholihin (Daar Ihya Al-Kutub
Al-Arabiyyah,tt).,h 449 100Ibid.,h.450
52
meminta supaya rasulullah memberikan dispensasi agar diizinkan untuk
melakukan sholat di rumahnya, maka tatkala nabi berpaling untuk menjawab
permintaan laki-laki itu nabi bertanya; apakah engkau mendengar suara
panggilan azan? Lelaki itu menjawab; iya, rasul pun bersabda; jawablan
panggilan tersebut.(H.R Muslim)
Sejalan dengan sayyid Abdullah Al-Haddad dalam pentingnya
melakukan sholat berjam’ah, syeikh Abdul Wahab As-Sya’roni
mengingatkan untuk jangan sampai meninggalkan sholat berjama’ah, karena
tidak ada perkumpulan suatu kelompok yang baik, kecuali orang-orang yang
terdapat di perkumpulan itu mendapatkan kasih sayang dari Allah swt., dan di
berikan pertolongan pada kesusahannya. Dan beliau pun menceritakan bahwa
orang-orang soleh terdahulu mengangap luputnya sholat berjamaah
merupakan suatu musibah. Peristiwa ini pernah terjadi oleh sebagian mereka
ketika keluar untuk berkebun ke kebun kurma, kemudian masuk waktu sholat
ashar dan segera mereka pergi untuk melaksanan sholat berjama’ah dan
ternyata mereka tidak mendapati sholat berjama’ah, dan mereka dengan
sebab itu mensedekahkan seluruh kebun kurma kepada fakir miskin.101
Berdasarkan dalil-dalil di atas betapa pentingnya sholat berjama’ah
sehingga sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menasihati untuk para murid
senantiasa mendirikan sholat dan dilakukan secara berjama’ah. Oleh karena
itu, di harapkan untuk peserta didik memiliki sikap atau akhlak gemar
melakukan ibadah dalam hal ini mengerjakan sholat lima waktu dan
dilakukan secara berjama’ah. Karena apabila peserta didik memiliki sikap
gemar mengerjakan sholat diyakini peserta didik itu memiliki sikap atau
akhlak yang baik. Sebagaima firman Allah swt.
101Abdul Wahab As-Sya’roni, Al-Minahu Al-Saniyah ( Jakarta : Daar Al-Kutub Al-
Islamiyyah,2010)., h. 32
53
ل لوٱتل ما أوحى إليك من ٱلكتاب وأقم ٱلص عن ٱلفحشآء اة تنهى واة إن ٱلص يعلم ما تصنعون ﴿٤٥﴾102 أكبر وٱلل وٱلمنكر ولذكر ٱلل
“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
4. Penyabar
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberikan masukkan tentang
pendidikan akhlak untuk siswa ialah sabar. Karena menurut beliau segala
sesuatu itu harus didasari dengan sabar. Karena menurut beliau siapa saja
yang melandasi segala kondisinya dengan kesabaran yang baik, maka ia akan
mendapatkan semua kebaikan dan akan mencapai segala cita-citanya serta
beruntung dengan segala cita-citanya.
Perkataan beliau yakni;
و اع ل م ا ي ه ا ال م ر ي د أ ن أ و ل الط ر ي ق ص ب ر و ا خ ر ه ا ش ك ر 103
“Ketahuilah wahai para murid sesungguhnya awal segala perjalan
ialah sabar dan di akhiri syukur.”
Kemudian beliau melanjutkan kembali perkataannya;
ع ي م ج س س أ ن م و ل ص و و ر ي خ ل ى ك ل ع ل ص ح ل ي م ج ال ر ب ى الص ل ع ه ر و م أ ال ي ك ل م أ م و ل و ظ ف ر ب ك ل م ط ل و ب 104
“Barang siapa yang melandasi segala kondisinya dengan kesabaran
yang baik, maka ia akan mendapatkan semua kebaikan dan akan mencapai
segala cita-citanya, serta beruntung dengan segala cita-citanya.”
Di kitabnya yang lain pula beliau menjelaskan pula bahwa sabar
merupakan raja segala urusan. Karena sabar merupakan dari akhlak yang
102Al-Qur’an surat Al-Ankabut :45 103Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid (Jakarta : Daar Al-Hawi,1994).,h 34 104Ibid.,
54
mulia dan keutamaan yang sangat agung. Dan beliau memerintahkan untuk
senantiasa di dalam dunia kesabaran.
و ه و ار الد ه ذ ي ه ف ت م ا د م ه ن م ك ل د ب ال و ر م اال ك ال م ه ن إ ف ر ب الص ب ك ي ل ع و م ن ا ال خ ال ق ال ك ر ي م ة و ال ف ض ائ ل ال ع ظ ي م ة 105
“Lazimkan oleh mu untuk bersabar, karena bahwasanya sabar itu
raja segala urusan, dan senantiasa bagi mu untuk tetap di dunia ini, karena
sabar merupakan akhlak yang mulia dan keutamaan yang agung.”
Allah berfirman;
ابرين ﴿١٥٣﴾106 مع ٱلص بر وٱلص الة إن ٱلل يآأيها ٱلذين آمنوا ٱستعينوا بٱلص
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
ا صبروا وكانوا بآياتنا يوقنون ﴿٢٤﴾107 ة يهدون بأمرنا لم وجعلنا منهم أئم
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah
mereka meyakini ayat-ayat kami.”
نيا حسنة وأرض قل يعباد ٱلذين آمنوا ٱتقوا ذه ٱلد ـ ربكم للذين أحسنوا فى ه
ابرون أجرهم بغير حساب ﴿١٠﴾108 واسعة إنما يوفى ٱلص ٱلل
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Dari firman Alla swt, di atas kita mengetahuti ciri-ciri orang yang
beriman di antaranya ialah bersabar. Karena keistimewaan orang yang
105Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Risalah Al-Muawwanah, Op. Cit.,h 133 106Al-Qur’an surat Al-Baqorh : 153 107Al-Qur’an surat As-Sajadah:24 108Al-Qur’an surat Az-Zummar : 10
55
bersabar ialah dia dekat bersama Allah ta’alah, mendapatkan ganjaran berupa
pahala yang tanpa batas, dan termasuk orang-orang dicintai Allah swt.
Sebagaimana sabda rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi;
ان عظم الجزاء مع عظم البالء وان للا تعالى اذا احب قوما ابتالهم فمن ضا و من سخط فله السخط )رواه الترمذي(109 رضي فله الر
“Sesungguhnya balasan pahala yang besar itu ketika tertimpa
musibah. Sesungguhnya Allah ta’la apabila ia mencintai suatu kaum maka ia
akan mencobanya dengan suatu musibah. Barang siapa yang ridho maka ia
mendapatkan ridhonya Allah. Sebaliknya, siapa yang marah maka ia
mendapat murkanya (H.R Tirmidzi).
Riwayat lain yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dari Annas;
ضته منهما الجنة ان للا عز و جل قال اذا ابتليت عبدي بحبيبتيه فصبر عو
)رواه البخاري(110
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman; apabila aku
memberikan suatu musibah kepada hambahku dengan menggambil dua
orang yang dicintainya kemudian ia sabar, aku ganti dengan balasan surga
untuknya”(H.R Bukhori).
Sayyid Abullah Al-Haddad memberikan nasihat kepada muridnya
untuk bersabar dan melawan nafsu ammarahnya yang menjerumuskannya
kepada perbuatan buruk. Maka, jika behasil melawan nafsu ammarahnya,
maka ia akan berubah menjadi nafsu lawwamah yang mengantarkan kepada
nafsu mutmainnah.
Sejalan dengan sayyid Abdullah Al-Haddad mengenai sikap sabar,
Al-Ghazali mengatakan bahwa iman terbagi menjadi dua bagian, yakin sabar
dan syukur, yang dimana keduanya itu merupakan sifat dari sifat-sifat Allah
109Abi Zakariyah Yahya bin Syarif An-Nawawi, Op. Cit,h.37 110 Ibid., h.34
56
dan nama dari nama-nama baik yang dimiliki Allah.111 Menurut Al-Ghazali
sabar merupakan rajanya iman yang dimana kedudukannya sama dengan
ketakwaan yakni lebih utama dari pada melakukan kebaikan.112
Sabar yang dimaksudkan Al-Ghazali ini ialah melakukan suatu
perbuatan dengan keyakinan yang diketahui bahwa kemaksiatan
menimbulkan kerusakan dan kepatuhan menimbulkan kegunaan. Karena
tidak mungkin menjauhkan keburukan dengan menggunakan ketaatan kecuali
dengan kesabaran. Dengan kesabaran itu berarti dia sudah melakukan syiar
agama dan menundukkan hawa nasfu dan kemalasan.113
Dalil-dalil di atas menunjukkan betapa besarnya ganjaran yang
diterima oleh orang yang memiliki sabar. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad melanjutkan perkataan beliau tentang sabar dari gangguan orang lain;
ت ي ل ب ن ا ف م الذ و اء ف ج ال و اء ذ ي ال ب د ي ر م ال ض ع ى ب ل ع ق ل خ ال ط ل س ا ت م ب ر و
و د ق ح ال ن م ب ل ق ال ة اف ظ ن ع م ة أ اف ك م ال ك ر ت و ر ب الص ب ك ي ل ع ف ك ل ذ ن م ء ي ش ب
ا ذ ه ة ب ي ص م ه ت اب ص ا اذ ا ل ق ت ال و اك ذ ا ن ي م ل ع اء ع الد ر ذ اح , و ر الش ار م ض إ
يل اه ذ أ ب ب س ب
ن م ك ل ذ و ه ل اء ع الد ي و ذ ؤ م ال ن ع و ف ع ى ال ذ ي ال ل ع ر ب الص ن م ل ض ف أ و أ خ ال ق الص د ي ق ي ن 114
“Terkadang beberapa makhluk berkuasa atas sebagian murid dengan
cara mengganggu, mengucilkan, dan menghina. Jika kau diuji dengan hal
yang demikian, maka hendaklah kau bersabar dan meninggalkan pembalasan
dengan kebersihan hati dari dengki dan bisikan jelek. Hati-hatilah engkau
dari mendoakan kejelekan bagi orang-orang yang menggangumu. Jika
pengganggumu tertimpa musibah janganlah kau berkata,;Ini akibat ulahnya
menggangguku.”
111Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin ( Kairoh : Daar Al-
Hadis,2004),jilid 4, h.77 112Ibid., h.79 113Ibid., h.84 114Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.42
57
“Yang lebih utama dari bersabar adalah memaafkan orang yang
mengganggu dan mendoakan kebaikan untuknya. Hal itu merupakan akhlak
orang-orang yang mecapai keteguhan di sisinya.”
Dari nasihat sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad di atas, bahwa
kunci kesuksesan ialah dengan bersabar. Tetapi di zaman ini masih banyak
orang-orang yang belum memiliki sikap penyabar, seperti contoh banyak
beberapa oknum wakil rakyat yang banyak kita dengar di media kabar
melakukan tindakan korupsi. Kenapa seorang wakil rakyat bisa melakukan
tindakan tersebut padahal mereka semua termasuk orang cerdas dan terpelajar
yang memiliki IQ tinggi? Karena mereka tidak memiliki sikap sabar, sabar
dari godaan orang lain untuk melakukan tindakan tersebut yang akhirnya
akan menjerumuskan mereka kepada kekejian dan kegagalan.
Kecerdasan IQ saja tidak cukup tetapi harus diimbangi dengan
kecerdasan SQ. Maka, sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberikan
pendidikan akhlak dan sangat menekankan kepada peserta didik harus
memiliki sikap penyabar. Karena seperti diungkapkan di atas kunci
kesuksesan ialah dengan sabar dalam menghadapi segala macam hal.
5. Patuh dan Takdzim Terhadap Guru
Pendidikan akhlak selanjutnya menurut sayyid Abdullah Al-Haddad
yang menjadi kunci kesuksesan seorang penuntut ilmu ialah patuh dan
takdzim kepada guru. Namun di zaman ini banyak dari peserta didik yang
kurang takdzim kepada guru mereka dikarenakan pengaruh dari budaya asing
yang kurang pas dengan budaya di Indonesia. Maka oleh sebab, itu sayyid
Abdullah Al-Haddad menekankan untuk setiap murid atau peserta didik
memiliki sikap patuh dan takdzim kepada guru. Beliau mengungkapan akhlak
peserta didik kepada guru di antaranya;
س ت ن ا ك ال د ب و ا أ ر م أ ك خ ي ش ن م د ي ر م ا ال ه ي ا ت د ر ا أ ذ إ و ال ف ء ي ش ن ع ه ل أ
الت و ه ل ال ج إ ك ع ن م ي س ت و ه ن ع ه ال ؤ س و ه ن م ه ب ل ط ن ع ه ع م ب د أ ة ر م ال ه ل أ
ب د ال ن س ح ن م ب ل الط و ال ؤ الس ن ع ت و ك الس س ي ل ف ث ال الث و ن ي ت ر م ال و
58
ك ل ذ د ن ع ف ال ؤ الس بترك ك ر م أ ي و ت و ك الس ب خ ي الش ك ي ل ع ر ي ش ي ن ا ال إ م ه لل ا
ه ال ث ت م ا ك ي ل ع ب ج ي
ا د ق ت ع م ن ك ت ل و ه م ه ت ت ن ا اك ي إ ا ف د ح ا ك ي ل ع م د ق و ا ر م ا ن ع خ ي الش ك ع ن ام ذ ا و
ك ي ل ع د ج و و ب ن ذ ك ن م ع ق ا و ذ ا و ك ل ن س ح ال و ع ف ن ال و ا ه م ل ع ف د ق ه ن ا الش ي خ ب س ب ب ه ف ب اد ر ب ال ع ت ذ ار إ ل ي ه م ن ذ ن ب ك ح ت ى ي ر ض ى عن ك 115
“Wahai para murid, jika engkau menginginkan sesuatu syeikhmu atau
bertanya tentang sesuatu kepadanya, janganlah kewibawaannya dan adabmu
bersamanya menghalangimu dari meminta atau bertanya kepadanya.
Bertanyalah sekali, dua kali, dan tiga kali. Berdiam dari permintaan dan
pertanyaan bukan termasuk adab yang baik. Kecuali jika syeikhmu
mengisyaratkanmu untuk berdiam dan memerintahkanmu untuk
meninggalkan pertanyaan. Dalam hal ini haruslah mematuhinya.”
“Jika syeikhmu melarangmu akan sesuatu, atau mendahulukan
seseorang darimu, maka hati-hatilah engkau dari menuduhnya dengan
pikiran jelekmu. Yakinlah bahwa ia telah berbuat sesuatu yang bermanfaat
dan baik bagimu. Jika engkau berdosa dan syeikhmu mengertahuinya, maka
bersegeralah memohon maaf kepadanya atas dosa yang kau perbuat hingga
ia meridhoimu.”
Menurut sayyid Abdullah Al-Haddad seorang murid atau peseta didik
harus rajin bertanya terhadap suatu hal yang belum diketahui atau yang belum
difahami. Karena diam saja bukan termasuk perilaku yang baik, karena diam
berarti tidak ada perubahan. Namun jika seorang guru mengisyaratkan untuk
tidak bertanya sekali pun ingin bertanya, maka tahan pertanyaan itu sampai
diijinkan untuk bertanya. Dan bila guru melarang peserta didiknya maka
wajiblah murid itu mematuhinya, karena itu demi kebaikan mereka juga. Dan
jangan takut untuk meminta maaf kepadanya apabilah murid melakukan
kesalahan. Karena seorang guru yang sempurna memiliki sifat yang baik,
115Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.57
59
soleh, memberikan petunjuk dan nasehat, lapang dada, bijaksana, pandai, dan
mengayomi.116
Betapa sangat tegasnya sayyid Abdullah Al-Haddad kepada para
muridnya untuk patuh dan takdzim kepada guru-guru yang telah mengajari
mereka, dari mereka tidak paham terhadap ilmu hingga menjadi paham.
Sahabat nabi yakni sayyidina Ali k.w yang terah dinobatkan oleh nabi
sebagai pintunya ilmu, sangat takdzim dan patuh terhadap guru yang
mengajarinya satu huruf, bahkan menyerkan dirinya sebagai budak dari
gurunya. Seraya beliau berkata;
علمني حرفا واحدا ان شاء باع و ان شاء اعتق و ان شاء من أنا عبد
استرق 117
“Aku adalah hamba sahaya dari orang yang mengajarkanku satu
huruf, jika ia berkehendak jual maka juallah, jika ia berkehendak
memerdekan maka aku merdeka, jika ia berhendak aku jadi budaknya maka
aku menjadi budaknya.”
Sayyidina Ali pun melanjutkan ungkapan takdzim beliau kepada
seorang guru dengan sebuah syair;
حق المعل م رايت احق الحق
و اوجبه حفظا على كل مسلم
يهدى إليه كرامة ان قد حق ل
لتعل ي م حرف واحد الف درهم 118
Aku melihat sesuatu yang lebih hak dari seorang guru
Dan wajib untuknya yaitu mernjaganya atas seluruh muslimin
116Abdullah bin Alwi Al-Haddad,Adab Suluki Al-Murid, Op. Cit,.h.51 117Syeikh Ibrahim bin Ismail,Op. Cit., h.34 118Ibid.,
60
Sungguh berhak ia diberi hadia penghormatan
Karena mengajarkan satu huruf 1000 dinar
Begitu takdzimnya seorang amiril mukmin kepada guru yang
mengajarkannya walau hanya di ajarkan satu huruf saja yang sudah jarang
kita ketemui seorang siswa atau penuntut ilmu di zaman sekarang ini. Maka
pantaslah rasul menjulukinya pintu ilmu. Syeikh Ibrahim bin Ismail
menekankan kepada para seorang penuntut ilmu betapa pentingnya seorang
penuntut ilmu untuk takdzim kepada gurunya. Karena kunci kesuksesan
seorang penuntut dalam menimba ilmunya ialah takdzim kepada guru. Seraya
beliau mengatakan;
ب م ل ع ا و ه ل ه ا و م ل ع ال م ي ظ ع ت ب ال ا ه ب ع ف ت ن ي ال و م ل ع ال ال ن ي ال م ل ع ال ب ال ط ن أ ت ع ظ ي م ال س ت اذ و ت و ق ي ر ه 119
“Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh
ilmu dan tidak bermanfaat ilmunya kecuali dengan takdzim kepada ilmu itu
dan ahlinya, kemudian takdzim kepada guru dan memuliakannya”.
Syeikh Abdul Wahab As-Sya’roni mengutip perkataan syeikh Ali bin
Wafa’ mengungkapkan tentang tanda-tanda murid yang sukses yaitu ada tiga;
ل ي ك ف ه ق اف و ي و ل و ب ق ال ب ه ب ه ر م ا ا م ل ك ه ن ى م ق ل ت ي و ار ث ي ال ب ه خ ي ش ب ح ي ن ا
ا م ر ي ر و م ه 120
“Bahwa ia senantiasa mengutamakan kepentingan gurunya dari yang
lain, senantiasa menyambut dengan penuh antusias perintah gurunya. Dan
senantiasa menyenangkan hati gurunya”.
Syeikh Abdul Wahab As-Sya’rani kembali menegaskan tentang
betapa harusnya seorang murid atau penuntut ilmu itu patuh terhadap tugas
yang di berikan oleh gurunya. Dan jangan merasa kecewa atau berat terhadap
119Ibid,. 120Abdul Wahab As-Sya’roni, Al-Anwaru Al-Qudsiah ( Daar Al-Fikr,1996)., h. 118
61
tugas yang diberikan oleh seorang guru, karena seorang guru tidak akan
memberi tugas kepada muridnya kecuali, tugas itu memberikan dampak
positif untuk murid itu.121
Al-Ghazali pun menerangkan tentang tugas yang harus di lakukan
oleh seorang murid atau penuntut ilmu kepada gurunya yaitu takdzim. Beliau
mengatakan di antaranya ialah tidak merasa hebat di hadapan gurunya.
Seraya beliau mengatakan
ت ي ال و م ل ع ى ال ل ع ر ب ك ت ي ال ن أ ي ف ة ي ل ك ب ه ر م ا ام م ز ه ي ل ى اق ل ي ل ب م ل ع ى م ل ع ر م أ
ق ف ش م ال ب ي ب لط ل ل اه الج ض ي ر م ال ان ع ذ إ ه ت ح ي ص ن ل ن ع ذ ي , و ل ي ص ف ت ل ك
ال ح اذ ق . و ي ن ب غ ى ا ن ي ت و اض ع ل م ع ل م ه و ي ط ل ب الث و اب و الش ر ف ب خ د م ت ه 122
“Bahwasanya dia tidak merasa hebat dengan ilmu yang dimilikinya,
dan tidak suka memerintah di atas gurunya. Bahkan seharusnya ia yang
antusian menjalankan perintah gurunya secara totalitas, dan ia tunduk
terhadap nasihatnya seperti tunduknya orang yang sakit yang tidak tau cara
mengobati kepada dokter ahli yang akan mengobatinya. Seyogyanya bahwa
dia berendah diri di hadapan gurunya dan mengharap pahala dan kemuliaan
dengan khidmat kepadanya”.
Beliau melanjutkan perkataan beliau;
م ل ع م ى ال ل ع ر ب ك ت ي ن ا م ل ع ال ب ال ط ى ل غ ب ن ي ال ف
ف ال ي ن ال ال ع ل م اال ب الت و اض ع 123
“Maka tidak sepatutnya seorang murid merasa hebat di hadapan gurunya”
“Maka ia tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan sikap rendah diri”
121Ibid., h.100 122Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin( Kairoh : Daar Al-
Hadis,2004),jilid 1, h.71 123Ibid., h.72
62
Dari pendapat para ulama-ulama di atas, untuk mencapai kesuksesan
dalam belajar ialah dengan patuh dan takdzim kepada guru. Namun untuk di
zaman seperti ini jarang seorang pelajar yang memiliki karakter seperti ini.
Seperti kemarin kita mendapat kabar bahwa seorang guru meninggal karena
dianiaya oleh muridnya sendiri karena tidak terima ditegur oleh gurunya
karna tertidur pada saat jam pelajaran sedang berlangsung.
Sangat pentingnya seorang siswa memiliki sikap yang baik kepada
gurunya, maka sayyid Abdullah Al-Haddad dalam di akhir kitabnya adab
suluki al-murid sangat menekankan kepada seorang penuntut ilmu untuk
menjaga adab dan sopan santun kepada gurunya.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka peneliti
dapat menyimpulkan ; Pendidikan akhlak yang terkandung dalam kitab
Adabu Suluki Al-Murid karya sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad masih
sangat relevan untuk dijadikan rujukan dalam pendidikan akhlak sebagai
pembentuk kepribadian yang religius dan lebih baik kepada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pendidikan akhlak pada
kitab Adabu Suluki Al-Murid, penulis mengambil kesimpulan bahwasanya
pendidikan akhlak menurut sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ialah;
1. Menjaga kebersihan
Dalam menjaga kebersihan siswa mengetahui betapa islam
mengajarkan tentang kebersihan baik kebersihan fisik maupun batin. Untuk
kebersihan fisik itu siswa mampu bersikap tidak membuang sampah
sembarangan dan berpenampilan yang rapih sesuai dengan budaya Indonesia
yang ketimuran. Unuk kebersihan batin siswa memiliki sifat ramah, sopan
santun, tidak sombong dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang negatif.
2. Mengamalkan ilmu
Dalam mengamalkan ilmu, siswa diharapkan bukan hanya mencari
atau menuntut ilmu saja, tetapi siswa mampu mengamalkan atau
64
mengaplikasikannya dalam kehidupan dia sehari-hari baik di rumah, sekolah,
dan masyarakat.
3. Penyabar
Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki sikap sabar, karena di
Indonesia sudah sangat jarang orang yang sabar. Yang dimaksud sabar di sini
ialah sabar dari godaan untuk melakukan tindakan curang (korupsi, kolusi,
nepotisme), takut tidak mendapatkan yang diinginkan dan suka menjelekan
orang lain. Maka dengan sebab itu sayyid Abullah Al-Haddad memberikan
pendidikan karakter untuk siswa agar menjadi orang yang sabar. Karena
kunci kesuksesaan itu ialah dengan sabar.
4. Mengerjakan sholat lima waktu
Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena mayoritas
penduduk indonesia beragama islam, jadi banyak siswa itu beragama islam.
Maka siswa yang muslim mengetahui tentang kewajibannya terhadap Allah
swt, dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.
5. Patuh dan takdzim kepada guru
Inilah kunci suksesnya seorang murid dalam menuntut ilmu yaitu
takdzim dan patuh kepada guru, sebagaimana ia patuh dengan orang tua
kandung. Karna guru juga termasuk orang tua murid di sekolah yang banyak
memberikan ilmunya dan berkoban untuk murid.
Pendidikan akhlak menurut sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
dalam kitab Adabu Suluki Al-Murid secara global terbagi menjadi tiga bagian,
meliputi: berakhlak kepada Allah yakni; melaksanakan sholat lima waktu,
kemudian berakhlak kepada diri sendiri yakni; menjadi penyabar, dan yang
terakhir berakhlak kepada sesama ciptaan Allah yakni; menjaga kebersihan,
mengamalkan ilmu, dan takdzim kepada guru.
65
B. Saran
1. Bagi siswa sebaiknya memperhatikan akhlak yang harus ia miliki ketika
belajar, seperti dalam keadaan bersih dan suci, bersabar dalam belajarnya,
mengamalkan ilmu yang didapati yang selanjutkan ia bisa berdoa
memohon kepada Allah dengan melaksanakan sholat, dan patuh takdzim
kepada guru. Karena akhlak tersebut yang dapat menunjang keberhasilan
dalam menuntut ilmu, sehingga ilmu yang didapati bermanfaat.
2. Orang tua dan guru juga harus memperhatikan pendidikan akhlak dengan
cara memantau perkembangan para siswa agar siswa tidak terjermus pada
hal-hal yang negatif yang tidak diinginkan dan ilmunya bermanfaat.
3. Pihak sekolah juga harus memperhatikan akhlak siswanya dengan cara
mengadakan kegiatan-kegiatan yang membangun karakter.
66
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasy, Moh Atiyah, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam,Jakarta: Bulan
Bintang, 1989.
Al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al-
Khatib, Al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah, Madinah : Maktabah Ilmiyah, tt. jilid
1.
Al-Bantani, Muhammad bin Umar An-Nawawi, Tanqihu Al-Qaul Al-Hatsis,
Surabaya : Daar Al-Ilmi,tt.
Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Al-Ju’fii, Shohiih Al-
Bukhori, Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats, tt. jilid 4.
_______, Shohiih Al-Bukhori, Cairo : Daar Al-Taufiiq Litturats, tt. jilid 1.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya ‘Ulumuddin, Kairoh :
Daar Al-Hadis, 2004. jilid 3.
_______, Ayyuhal Walad, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2012.
_______, Ihya Ulumiddin, Kairoh : Daar Al-Hadis, 2004. jilid 1.
_______, Ihya Ulumiddin, Kairoh : Daar Al-Hadis, 2004. jilid 4.
Al-Haddad, Abdullah bin Alwi,Adab Suluki Al-Murid, Jakarta : Daar Al-Hawi, 1994.
_______, Nashohi Ad-diniyah, Indonesia : Daar Ihya Al-KutubAl-Arabiyyah,tt.
_______, Risalah al-mu’awanah, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2010.
Yasin, Baiquni, Al-Qur’an standar indonesia, Jakarta : CV. Aneka Ilmu, 2013.
Amin, Ahmad, Kitab Al-Akhlaq, Kairo : Dar al-kutub al-Mishriyah, 1931.
An-Nawawi, Abi Zakariyah Yahya bin Syarif, Riyadhu As-Sholihin, Daar Ihya Al-
Kutub Al-Arabiyyah, tt.
Arifin, Ilmu pendidikan Islam (Tindakan Teorotis dan Praktis Berdasarkan
Pendekataan Interdisipliner),Jakarta : Bumi Aksara, 2003.
67
As-Sya’rani, Abdul Wahab, Al-Minahu Al-Saniyah, Jakarta : Daar Al-Kutub Al-
Islamiyyah, 2010.
_______, Al-Anwaru Al-Qudsiah, Daar Al-Fikr, 1996.
Ath-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub bin Mathir al-Lakhmi asy-Syami,
Abu al-Qasim, al-Mu’jam al-Kabir, Kairo : Maktabah Ibnu Taimiyah,
1994,jilid 10
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium
Baru., Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2002.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta : PT. Gramedia PustakaUtama, Cet 4, 2005.
Bin Ismail, Ibrahim, Ta’lim Al-Muta’alim, Jakarta : DaarAl-KutubAl-Islamiyah,
2008.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2011.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
H. E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara,2011.
Ilahi, Muhammad Takdir, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, Jogjakarta : Ar-
ruzz Media,2016.
Kompas.com, diakses pada tanggal 15 Januari 2018 pukul 07.52
La Sulo, Umar Tirtarahardja, S. L., Pengantar Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta,
2012.
Lickona, Thomas,Pendidikan karater ;Panduan Lengkap Mendidik Siswa Pintar dan
Baik.ter, Bandung : Nusa Media, 2013.
Ma’ruf, Luis, Al-Munjid, Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, tt.
Miskawaih, Ibn, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, Mesir: Al-Mathba’ah al-
Mishriyah, 1934, cet-1.
Nabil, Husin,Jalan Menuju Takwa terjemah Adabu Sulukil Al-murid, Jakarta :
Hikmah, 2011.
68
_______, Langkah Praktis Mendekat Pada Allah ; ter. Adabu Suluki Al-Murid,
Tanggerang : Putra Bumi,2017.
Nata, Abudin, pemikiran pendidikan islam & Barat, Jakarta; PT Raja Grafindo
persada,2012.
_______,Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis edisi kedua, Bandung
:Rosda, 1995.
Pusat bahasa kemendiknas.go.id, diakses 08Februari 2017
Ryan,Kevin,and Karen E. Bohlin, Building Character in Schools; Practical Ways to
Bring Moral Instruction to Life, New York : Bantam Books, 2003.
Schaps, Thomas Lickona, E., and Lewis, CEP’s Eleven Principles of Effective
Character Education, Washington DC: Character Education Partnership,
2003.
Solihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna hidup,
Bandung : Penerbit Nuansa, 2005.
Ramayulis , Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2006
Rachman, Budhy Munawar, dan Elza Peldi Taher, File CakNur Keislaman yang
Hanif Buku ketiga J-O, Depok : Imania, 2013.
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Penerbit Belukar,
2004.
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Syah,Muhibbin, psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, Bandung PT Remaja
Rosda Karya, cet .18, 2013.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung : Remaja
Rosdakarya,2007.
Tebba, Sudirman, seri manusia malaikat,Yogyakarta: Scripta parenia, Cet. 1, 2005.
Trim, Bambang,menginstal akhlak anak,jakarta: PT Grafindo Media Pratama, 2008.
69
Undang-undang sistem Pendidikan Nasional, undang-undag Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikann nasional.
www.kpai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017
www.k pai.go.id, diakses pada tanggal 08 Februari 2017
www.bkkbn.go.id, diakses 08 Februari 2017
www.liputan6.com, /sigi investigasi, diakses pada 08 Februari 2017
www.bnn.go.id, diakses pada 08 Februari 2017
www.guru.com , diakses 09 februari 2017
www.docstoc.com. Diakses 09 februari 2017.
www.plato.stanford. Diakses pada 10 Februari 2017.
www.guru.com/ , diakses 10 februari 2017.
Yulis, Rama, ilmu pendidikan islam Jakarta: Kalam Mulia, 2010.
Zubaedih,Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta : kencana, 2011.