BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal...

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Masa Hindia Belanda Pengadilan Tata Usaha Negara dikenal dengan system administratief beroep. Kemudian, setelah Indonesia merdeka, yaitu pada masa UUDS 1950, dikenal tiga cara penyelesaian sengketa administrasi, yaitu: 1. Diserahkan kepada Pengadilan Perdata; 2. Diserahkan kepada Badan yang dibentuk secara istimewa; 3. Dengan menentukan satu atau beberapa sengketa Tata Usaha Negara yang penyelesaiannya di serahkan kepada Pengadilan Perdata atau Badan Khusus. 1 Perubahan mulai terjadi dengan keluarnya UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam Pasal 10 Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan antara lain Peradilan Tata Usaha Negara. Kewangan Hakim dalam menyelesaikan sengketa administrasi Negara semakin dipertegas melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dimana disebutkan 1 Nata Saputra, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali, 1988, hlm. 2. Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada Masa Hindia Belanda Pengadilan Tata Usaha Negara dikenal

dengan system administratief beroep. Kemudian, setelah Indonesia

merdeka, yaitu pada masa UUDS 1950, dikenal tiga cara penyelesaian

sengketa administrasi, yaitu:

1. Diserahkan kepada Pengadilan Perdata;

2. Diserahkan kepada Badan yang dibentuk secara istimewa;

3. Dengan menentukan satu atau beberapa sengketa Tata Usaha Negara

yang penyelesaiannya di serahkan kepada Pengadilan Perdata atau

Badan Khusus.1

Perubahan mulai terjadi dengan keluarnya UU No. 14 Tahun 1970

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam Pasal

10 Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Kekuasaan Kehakiman

dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan antara lain Peradilan Tata

Usaha Negara. Kewangan Hakim dalam menyelesaikan sengketa

administrasi Negara semakin dipertegas melalui Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dimana disebutkan

1 Nata Saputra, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali, 1988, hlm. 2.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

bahwa kewenangan memeriksa, memutus dan menyeselaikan suatu

perkara/sengketa administrasi.

Sebelumnya, pembinaan Peradilan Tata Usaha Negara berada di

bawah eksekutif, yakni Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum dan

Peradilan Tata Usaha Negara Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia. Terhitung sejak 31 Maret 2004, organisasi, administrasi, dan

finansial Peradilan Tata Usaha Negara dialihkan dari Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ke Mahkamah Agung.2

Bahwa objek Peradilan Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata

Usaha Negara dan salah satu sanksi dalam Hukum Administrasi Negara

adalah pencabutan atau penarikan Keputusan Tata Usaha Negara yang

menguntungkan. Pencabutan ini dilakukan dengan mengeluarkan suatu

ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak

berlaku lagi ketetapan terdahulu. Penarikan kembali ketetapan yang

menguntungkan berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam

ketetapan itu oleh organ pemerintahan. Saksi ini termasuk sanksi berlaku

ke belakang, yaitu sanksi yang mengembalikan pada situasi sebelum

ketetapan itu dibuat. Dengan kata lain, hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang timbul setelah terbitnya ketetapan tersebut menjadi hapus atau tidak

ada sebagaimana sebelum terbitnya ketetapan itu, dan sanksi ini dilakukan

reaksi terhadap tindakan yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatig

gedrag) Sanksi penarikan kembali Keputusan Tata Usaha Negara yang

2 Ibid.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

menguntungkan diterapkan dalam hal terjadi pelanggaran terhadap

peraturan atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang

telah diberikan, juga dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang

berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si pelanggar. Pencabutan suatu

keputusan yang menguntungkan itu merupakan sanksi yang situatif.

Keputusan tersebut dikeluarkan bukan dengan maksud sebagai reaksi

terhadap perbuatan yang tercelah dari segi moral. Melainkan dimaksudkan

untuk mengakhiri keadaan-keadaan yang secara objektif tidak dapat

dibenarkan lagi.3

Namun seperti yang terjadi di Peradilan Tata Usaha Negara

Semarang Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan tidak

berdasar, karena bukan merupakan kewenangan Peradilan Tata Usaha

Negara dan dari Putusan Nomor : 92/G/2013/PTUN-SMG. Hal ini sangat

bertolak belakang dengan peraturan perundang-undangan. Maka dari itu

Penulis tertarik untuk menelitinya dalam bentuk skripsi yang berjudul :

“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan

Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Bebas Berdasarkan

Putusan Nomor : 92/G/2013/PTUN-SMG”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Bahwa dalam gugatan para penggugat menggunakan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 yang seharusnya dalam gugatan

3 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2011, hlm. 144.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

menggunakan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 sehingga

mengesampingkan asas Lex Posteori Derogat Lex Priori.

b. Bahwa sengketa Tata Usaha Negara yang terjadi di Peradilan Tata

Usaha Negara Semarang bukan merupakan kewenangan Peradilan

Tata Usaha Negara.

2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa pokok masalah yang akan menjadi pembahasan

dalam skripsi ini yaitu :

a. Bagaimana Keputusan Tata Usaha Negara yang diatur dalam Pasal

1 ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 dan Pasal 1 ayat (9)

Undang Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara Dikaitkan Dengan Asas lex posteori derogate lex priori ?

b. Bagaimana Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat

Permohonan Tidak Sengketa dan Penguasaan Tanah Negara Bebas

Berdasarkan Putusan Nomor : 92/G/2013/PTUN-SMG ?

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui alasan pertimbangan hakim dalam memutus

sengketa perihal surat permohanan tidak sengketa dan penguasaan

tanah bebas negara berdasarkan putusan nomor 92/G/2013/PTUN-

SMG.

b. Untuk mengetahui Kekuatan Hukum Asas lex posteori derogate

lex priori.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu

hukum pada umumnya, khususnya bagi perkembangan Hukum

Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia.

2) Menambah informasi ilmiah untuk penelitian selanjutnya.

3) Sebagai upaya untuk menambah pengetahuan dalam bidang

hukum administrasi negara.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan tata usaha

negara.

2) Meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah yang

dibahas dalam penelitianini.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

D. Kerangka Teoritis, Kerangka Konsepsual dan Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teoritis

Asas hukum merupakan jantungnya peraturan hukum,

dikarenakan merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu

peraturan hukum, bahwa peraturan peraturan hukum itu pada akhirnya

biasa dikembalikan kepada asas asas tersebut, asas hukum ini layak

disebut sebagai alasan lahirnya peraturan hukum, bahwa dengan

adanya asas hukum, hukum itu bukan sekedar kumpulan peraturan-

peraturan, maka hal itu disebabkan oleh karena asas itu mengandung

nilai nilai dan tuntutan etis.4

Rawls berpendapat bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan

apabila negara melaksanakan asas keadilan. Ada dua hal pokok dalam

teori keadilan Rawls, yaitu kewajiban dasar dan kewajiban institusi.

Kewajiban dasar dilihat bahwa masing-masing pihak dapat dikenai

kewajiban untuk bertindak adil, sedangkan kewajiban institusi dilihat

apakah institusi bersifat adil. Kedua hal pokok dalam teori keadilan

Rawls ini dapat terwujud secara baik ketika konstitusi, hukum dan

institusi terpenuhi secara baik pula.5

4 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 2. 5 Dahlan Sinaga, Kemandirian dan Kebebasan Hakim Memutus Perkara Pidana Dalam

Negara Hukum Pancasila, Bandung: Nusa Media, 2015, hlm. 68.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 3 Undang-undang No. 28 Tahun 1999 yang

meliputi:6

1. asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan.

Kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan

negara;

2. asas tertib penyelenggaraan negara adalah asas yang menjadi

landasar keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam

pengendalian penyelenggaraan negara;.

3. asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan

selektif;

4. asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan

tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan

rahasia negara;

5. asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara;.

6 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dari Kopursi, Kolusi, dan Nepotisme, Pasal 3.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

6. asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundan-

undangan yang berlaku;

7. asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara

harus dapat selalu di pertanggungjawabkan kepada masyarakat atau

rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas direksi atau freies ermessen dapat diartikan sebagai salah

satu sarana yang memberikan ruang gerak bagi pejabat atau badan-

badan administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus

terikat sepenuhnya pada Undang-Undang.7

2. Kerangka Konsepsual

Selain didukung dengan kerangka teoritis, penulisan ini juga

didukung oleh kerangka konseptual yang merumuskan definisi-definisi

tertentu yang berhubungan dengan judul yang diangkat, yaitu:

a. Peradilan adalah pengadilan tata usaha negara dan pengadilan

tinggi tata usaha negara dilingkungan peradilan tata usaha negara.8

b. Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan

fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat

maupun di daerah.9

7 Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan Dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, Jakarta: PT. Penerbit Erlangga, 2010, hlm. 72.

8 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 Ayat (1).

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

c. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam

bidang tata usaha negera antara orang atau badan hukum perdata

dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun

daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,

termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.10

d. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang

di keluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi

tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkret, individual dan

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan

hukum perdata.11

Keputusan Tata Usaha Negara yang harus dikecualikan :

1) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan

hukum perdata;

2) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan

yang bersifat umum;

3) Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan

persetujuan;

9 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 Ayat (7).

10 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 Ayat (10).

11 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 ayat (9).

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

4) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan

ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan

perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;

5) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar

hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6) Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara

Nasional Indonesia;

7) Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di

daerah mengenai hasil pemilihan umum.12

e. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan

atau pejabat tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk

mendapat putusan.13

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan adalah:

1) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.14 Yang

12 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 2.

13 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 1 ayat (11).

14 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (2).

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

dimaksud asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagai

berikut :

a) Kepastian hukum

b) Tertib penyelenggaraan Negara

c) Keterbukaan

d) Proporsionalitas

e) Akuntabilitas15

f. Yang berhak mengajukan Gugatan adalah Orang atau badan

hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu

Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis

kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar

Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan

batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi

dan/atau direhabilitasi.16

g. Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan Tata Usaha Negara,

gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan

puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya

Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.17 Kalau ada

ketentuan tenggang waktu harus mengeluarkan keputusan, maka

tenggang waktu 90 hari dihitung sejak habisnya kesempatan

15 Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (2) b.

16 Repulik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 53 ayat (1). 17 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 55.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

mengambil Keputusan TUN yang bersangkutan, sedang kalau tidak

ada ketetuan tenggang waktu untuk mengambil keputusan TUN

yang dimohon, maka tenggang waktu dihitung setelah lewat 4

bulan sejak permohonan yang bersangkutan diterima.18

h. Yang dapat di Gugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.19

i. Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha Negara yang

mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya

atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau

badan hukum perdata.20

j. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh

undang-undang untuk mengadili.21

18 A. Siti Soetami, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009, hlm. 27.

19 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 8.

20 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 12.

21 Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 ayat (8).

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

3. Kerangka Pemikiran

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun analisis hasil penelitian dalam penelitian ini adalah

analisis kualitatif, mengelola data, dan menganalisisnya kemudian

dituangkan dengan cara menggunakan kalimat sehingga pembaca lebih

mudah dalam memahami penelitian.

2. Metode Penelitian

Asas Lex Posteori

Derogate Lex Priori

Kompetensi Absolute

Pasal 47 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986

Keputusan Tata Usaha Negara

Pasal 3 Ayat (1) + Pasal 1 Ayat (9)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009

Peradilan Tata Usaha Negara

Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan

dengan pendekatan yuridis normatif yaitu dengan melakukan analisis

terhadap permasalahan melalui pendekatan penelitian perundang-

undangan dan pendekatan kasus.

3. Pendekatan

Sebagai penelitian hukum dengan metode penelitian yuridis

normatif, pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan

perundang-undangan. Penelitian hukum dengan pendekatan

perundang-undangan dilakukan dengan cara memahami,

mengungkapkan dan menafsirkan makna dari norma-norma hukum

yang menjadi bahan hukum penelitian. Norma-norma hukum itu

dipahami, diungkap dan ditafsirkan maknanya dengan penafsiran yang

ada dalam ilmu hukum.

4. Bahan Hukum

Bahan Hukum dalam skripsi ini adalah bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier adalah sebagai

berikut.

a. Bahan hukum primer, antara lain:

1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Undang-undang No. 9

Tahun 2004, dan Undang-undang No. 51 Tahun 2009 Tentang

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.

2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

3) Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi

Pemerintahan.

4) Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara Yang Bersih dari Kopursi, Kolusi, dan Nepotisme

5) Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

6) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria.

7) Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan berupa buku yang

berkaitan erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan

menganilis serta memahami bahan hukum primer seperti artikel,

hasil-hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang mencakup

bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, seperti kamus

umum, kamus hukum, majalah, jurnal ilmiah, serta bahan-bahan di

luar bidang hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk

melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

manfaat penulisan, kerangka teoritis, kerangka konseptual,

kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini menjelaskan tentang bahan-bahan pustaka

terkait dengan Kompetensi Absolut Peradilan Tata Usaha

Negara dan Pembahasan tentang Hak Atas Tanah Negara.

BAB III HASIL PENELITIAN

Dalam Bab ini berisikan identitas para pihak, kronologi

terjadinya sengketa tata usaha negara dan hasil penelitian

dari kasus ini.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL

PENELITIAN

Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai pertimbangan

hakim dalam memutus perihal surat permohonan tindak

sengketa dan penguasaan tanah negara bebas berdasarkan

putusan nomor 92/G/2013/PTUN-SMG

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.ubharajaya.ac.id file“Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perihal Surat Permohonan Tidak Sengketa Dan Penguasaan Tanah Negara Berdasarkan Bebas Putusan

BAB V PENUTUP

Dalam Bab ini penulis menyampaikan pendapat berupa

kesimpulan yang merupakan rangkuman dari pembahasan

dan juga menyampaikan saran-saran dari permasalahan

yang diteliti didalam skripsi ini.

Pertimbangan Hakim..., Muhammad, Fakultas Hukum 2016