BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jambu biji merupakan salah satu buah yang tidak asing bagi masyarakat
Indonesia. Jambu biji ini sangat populer karena mudah didapat dan memiliki harga
yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk
meningkatkan kadar trombosit sehingga dapat menyembuhkan penyakit demam
berdarah. Buah jambu biji mengandung kalori, vitamin A, vitamin B1, vitamin C,
kalsium, karbohidrat, fosfor, besi, protein, lemak dan air. Jambu biji merupakan
tanaman tropis yang berasal dari Brazilia, Amerika Tengah kemudian menyebar ke
Thailand dan ke negara Asia lain. Terdapat beberapa jenis jambu biji yang
dikembangkan seperti Jambu Sukun, Jambu Bangkok, Jambu Merah, Jambu Pasar
Minggu, Jambu Sari, Jambu Apel, Jambu Palembang, dan Jambu Merah Getas.
Kendal merupakan salah satu daerah penghasil jambu getas merah. Pada
tahun 2010 produksi jambu merah (getas) mecapai 1.333 ton per bulan dengan
jumlah pohon sebanyak 107.005 pohon yang ditanam diatas lahan seluas 268 Ha.
Budidaya jambu getas merah tersebut tersebar di 20 kecamatan di Kabupaten
Kendal. Ketersediaan jambu getas merah sangat melimpah dan terus meningkat
sejalan dengan permintaan pasar saat ini. Harga jambu getas merah di tingkat petani
mencapai Rp 5.500,00 dan ditingkat pasar dalam negeri sudah mencapai Rp
6.000,00 sampai Rp 10.000,00. Namun demikian pada saat musim panen raya
terjadi kelebihan jumlah produksi sehingga harga jambu biji ini dapat anjlok
2
mencapai Rp 400,00 per kilogramnya. Hal tersebut menunjukkan perlu adanya
pengolahan pasca panen untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari produk jambu
biji. Jambu biji yang dihasilkan sejauh ini sebagian besar dijual dalam bentuk segar
sehingga hanya memiliki waktu jual yang sangat pedek. Terdapat beberapa olahan
jambu biji yang saat ini dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah seperti
sari buah, selai, sirup dan dodol. Pengolahan tesebut dilakukan guna memberikan
nilai tambah dan memperpanjang umur simpan jambu biji sehingga harga jambu
biji di tingkat petani lebih stabil.
Salah satu teknik pengolahan yang dapat dilakukan dan belum banyak
dikembangkan di UKM adalah dehidrasi dalam bentuk bubuk jambu getas merah.
Pengawetan buah-buahan dengan cara penjemuran menghasilkan kualitas produk
yang rendah dan menyebabkan kontaminasi produk sehingga mendorong
perkembangan alternatif teknologi pengeringan dengan pengeringan buatan atau
dehidrasi yaitu metode pengeringan biasa menggunakan pengering kabinet (cabinet
dryer), spray dryer, dan oven.Pengeringan makanan memiliki beberapa tujuan
antara lain untuk meningkatkan umur simpan produk, memperkecil volume,
mempermudah penyimpanan dan meningkatkan nilai tambah produk. Produk
bubuk memiliki umur simpan yanglebih panjang dibandingkan dengan produk
segarnya sehingga waktu pemasarannya dapat diperpanjang. Namun demikian,
terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bubuk jambu ini yaitu
adanya penurunan kandungan nutrisi. Kandungan nutrisi buah seperti vitamin
mudah hilang jika terkena suhu yang tinggi sehingga perlu diketahui berapa besar
penurunan kandungan nutrisi yang terjadi setelah proses pengeringan bubuk ini.
3
Umur simpan sendiri merupakan waktu yang diperlukan oleh produk
pangan dalam kondisi penyimpanan untuk sampai pada suatu level atau tingkat
degradasi mutu tertentu. Keterangan umur simpan ini merupakan salah satu
informasi wajib yang dicantumkan oleh produsen pada label kemasan. Namun
demikian, sebagian besar industri kecil hanya menggunakan perkiraan untuk
menentukan umur simpan ini. Metode yang dapat digunakan dalam penentuan
umur simpan adalah Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Metode ini dilakukan
dengan cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang menyebabkannya
cepat rusak, baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang
lebih tinggi. Metode akselerasi yang sering digunakan adalah dengan model
Arrhenius dan kadar air kritis. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat
digunakan oleh industri kecil dalam meningkatkan nilai tambah poduk pertanian
khususnya jambu getas merah.
2. Rumusan Masalah
Masalah utama yang dihadapi oleh petani jambu getas merah di Kabupaten
Kendal adalah terbatasnya pengolahan pasca panen yang dilakukan. Sebagian besar
hasil panen dijual dalam keadaan segar sehingga saat panen raya hasil melimpah
dan harga menjadi sangat rendah. Produk buah segar juga sangat mudah busuk
sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama dan harus segera dijual.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengolahan jambu segar menjadi produk olahan
yang memiliki umur simpang lebih panjang. Salah satu teknik pengolahan yang
dapat dilakukan untuk memperpanjang masa simpan ini adalah pengeringan
4
(dehidrasi) dalam bentuk bubuk jambu. Bubuk jambu memiliki umur simpan yang
lebih panjang dan dapat dikonsumsi sebagai minuman instan. Beberapa metode
dehidrasi yang dapat digunakan dalam pembuatan bubuk jambu getas merah ini
seperti spray drying , cabinet drying , dehidrasi menggunakan oven, dan kristalisasi
dengan pemasakan manual. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari masing-masing
metode tersebut kemudian akan dipiih satu metode yang paling sesuai untuk
pembuatan bubuk jambu getas merah pada penelitian ini.
Produk bubuk jambu getas merah yang sudah dibuat tersebut kemudian
perlu diuji kandungan nutrisi dan umur simpannya. Kandungan nutrisi bubuk jambu
getas merah yang dibuat perlu diketahui karena proses dehidrasi memungkinkan
adanya perbedaan kandungan dengan jambu jambu segarnya. Hasil pengujian
kandungan nutrisi ini dapat digunakan untuk mengetahui manfaat apa saja yang
dimiliki bubuk jambu getas merah dan kesesuaiannya dengan Standar Nasional
Indonesia yang berlaku. Penentuan umur simpan bubuk jambu biji akan dilakukan
dengan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Penentuan umur simpan
dilakukan untuk mengetahui peningkatan umur simpan produk setelah dilakukan
pengolahan.
3. Batasan Masalah
Ruang lingkup serta batasan-batasan permasalahan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.1 Pembuatan bubuk jambu getas merah menggunakan alat spray dryer, cabinet
dryer, oven dan kristalisasi dengan pemasakan manual. Bahan baku jambu
5
getas merah yang digunakan berasal dari Kecamatan Pageruyung, Kabupaten
Kendal, Jawa Tengah.
3.2 Konsentrasi penelitian adalah pada penentuan umur simpan produk dan
pengujian kandungan nutrisi dalam produk serta kesesuaian atribut mutu
produk dengan Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk produk minuman
bubuk tradisional.
3.3 Karakteristik mutu yang diuji guna menentukan umur simpan adalah pH,
aktivitas air (aw) dan warna. Sedangkan atribut yang diukur guna menentukan
untuk menentukan standar atribut mutu minuman bubuk buah jambu adalah
warna, keasaman dan uji kandungan kimia produk meliputi uji proksimat
(kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat, dan karbohidrat),
vitamin C, total gula, kadar cemaran logam dan residu sulfit.
3.4 Penentuan umur simpan dilakukan untuk bubuk jambu dengan kemasan
aluminium foil.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
4.1 Mengidentifikasi kandungan nutrisi dan kesesuaian atribut mutu produk bubuk
jambu berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
4.2 Menganalisis perubahan karakteristik bubuk jambu getas merah selama
penyimpanan.
6
4.3 Memprediksi umur simpan produk bubuk jambu getas merah yang dikemas
dalam aluminium foil menggunakan metode Accelerated Shelf-Life Testing
(ASLT).
5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
5.1 Memberikan alternatif pengolahan jambu getas merah guna meningkatkan nilai
tambahnya.
5.2 Memberikan acuan standar kepada produsen dalam memproduksi minuman
bubuk jambu yang aman untuk dikonsumsi
5.3 Memberikan informasi mengenai kandungan nutrisi produk bubuk jambu getas
merah
5.4 Memberikan pandangan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
pembuatan SNI “minuman bubuk jambu”
5.5 Memberikan informasi mengenai umur simpan produk jambu getas merah
kering berdasarkan penurunan mutu produk