BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2010.pdf · dalam suatu periode tertentu tanpa...

21
PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki oleh residen atau non-residen. Penggunaan nilai tambah bruto ini yang bukan merupakan output atau nilai produksi, dalam menghitung produk domestik suatu daerah agar terhindar dari perhitungan ganda (double count) dari jasa dan barang jadi yang diproduksi. Perencancanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, memerlukan bermacam-macam data statistik untuk dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang telah diambil pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil- hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak , baik pemerintah maupun swasta.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2010.pdf · dalam suatu periode tertentu tanpa...

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah

bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah

domestik suatu daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi

dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor

produksi dimiliki oleh residen atau non-residen. Penggunaan nilai tambah

bruto ini yang bukan merupakan output atau nilai produksi, dalam

menghitung produk domestik suatu daerah agar terhindar dari perhitungan

ganda (double count) dari jasa dan barang jadi yang diproduksi.

Perencancanaan pembangunan ekonomi suatu daerah,

memerlukan bermacam-macam data statistik untuk dasar penentuan

strategi dan kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai

dengan tepat. Strategi dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang

telah diambil pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil-

hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak

diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa

yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada

masa yang akan datang.

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian

usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan

mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor

sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan

ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara

mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk

mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu

disajikan statistik pendapatan regional secara berkala, untuk digunakan

sebagai bahan perencanaan pembangunan regional khususnya di bidang

ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai

bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan

oleh berbagai pihak , baik pemerintah maupun swasta.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 2

Demikian pula angka pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan

deflasi, pendapatan perkapita dapat diukur dengan menggunakan

indikator ini. Badan Pusat Statistik (BPS) telah menghitung indikator ini

sampai dengan tingkat kabupaten. Seluruh angka agregat PDRB telah

dimanfaatkan oleh para perencana dan pengambil keputusan sebagai

bahan evaluasi terhadap berbagai kebijakan yang pernah dilakukan, serta

sebagai bahan perencanaan program pembangunan di waktu yang akan

datang. Dalam hal ini digunakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi ketika menyusun program

pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi.

Selain pemanfaatan yang demikian itu, dalam kurun waktu

beberapa tahun terakhir PDRB telah digunakan oleh Pemerintah Pusat,

sebagai salah satu penimbang perolehan Dana Alokasi Umum (DAU) bagi

setiap Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten. Atas dasar

semakin meningkatnya kebutuhan angka agregat PDRB, ada kalanya

para pengguna data menghendaki PDRB dihitung dan disajikan secara

spasial sampai dengan tingkat kecamatan, agar bisa dimanfaatkan secara

optimal. Dan apabila penyajian PDRB yang dihitung secara spasial

sampai dengan tingkat kecamatan tersebut diamati berdasarkan fluktuasi

secara berkala akan menjadi lebih bermakna bukan saja bagi Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi, melainkan pihak swasta pun kerap kali

membutuhkan publikasi PDRB untuk kepentingan usahanya.

1.2 PENGERTIAN

Untuk memperoleh pemahaman yang sama, perlu kiranya

disepakati tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan

penghitungan PDRB, Diawali dengan penerbitan tahun 2005 lalu,

penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sudah tidak

menggunakan tahun dasar 1993 lagi. PDRB ADHK dihitung berdasarkan

tahun dasar 2000 (Rebasing). Hal ini merujuk kepada ketentuan nasional

yang berdasarkan atas rekomendasi badan dunia tentang The System of

National Account/SNA.

Arti Rebasing

Rebasing didefinisikan sebagai proses penetapan kembali penggunaan

tahun dasar baru yang dipakai dalam penghitungan PDRB. Berdasarkan

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 3

rekomendasi PBB tahun dasar (base year) yang digunakan dalam

penghitungan PDRB harus selalu diperbaharui untuk mengakomodir

perkembangan ekonomi yang terjadi. Implikasi rebasing akan

menghasilkan perbedaan hasil pengukuran PDRB tahun dasar lama dan

baru dalam; nilai nominal (Atas Dasar Harga Berlaku/ADHB), nilai riil

(ADHK), struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dipilihnya tahun

dasar baru 2000 karena merupakan awal berlangsungnya sebuah proses

pemulihan ekonomi nasional setelah dilanda krisis ekonomi yang terjadi

pada pertengahan tahun 1997. Sehingga pada tingkat regional juga perlu

melakukan penyesuaian agar diperoleh asumsi-asumsi mendasar yang

sama.

1.3 RINGKASAN AGREGAT PDRB

Konsep-konsep yang dipakai dalam pendapatan regional dapat

diurutkan sebagai berikut:

(1) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (GRDP

at market prices), dikurangi : penyusutan, akan sama dengan :

(2) Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar (NRDP

at market prices), dikurangi : pajak tak langsung neto, akan sama

dengan :

(3) Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor (NRDP at

factor prices), ditambah : pendapatan neto yang mengalir dari ke

daerah lain/luar negeri, akan sama dengan :

(4) Pendapatan Regional (Regional Income)

(5) Pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi

pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun.

Produk:

Merupakan nilai tambah dari suatu unit usaha.

Domestik:

Produk yang dihasilkan dari unit-unit produksi dalam suatu wilayah (sebut

kabupaten).

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 4

Regional:

Domestik yang diterima sebagai nilai tambah dari luar dikurangi nilai

tambah yang keluar kabupaten.

Nilai Tambah Bruto (NTB):

Merupakan nominal produk yang masih mengandung nilai penyusutan

serta pajak tak langsung neto.

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB):

Menghitung NTB berdasarkan harga persatuan unit dari data produksi

yang berlaku pada saat tahun penghitungan PDRB.

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK):

Menghitung NTB berdasarkan harga persatuan unit dari data produksi

yang dinilai pada saat tahun dasar penghitungan PDRB.

Tahun Dasar (Base Year):

Penentuan tahun yang digunakan untuk mengukur perkembangan

produktivitas secara nyata/riil. Rekomendasi UN berdasarkan The System

of National Account/SNA, tahun dasar terakhir 2000.

1.4 DASAR PENYUSUNAN

Dasar penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 adalah:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2005;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 5

5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 51 Tahun 2002

tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten

Banyuwangi; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 1 Tahun 2009

tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Banyuwangi Tahun Anggaran 2009; 7. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Banyuwangi Tahun Anggaran 2009; 8. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 188/35/KEP/ 429.012/2009

tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009; 9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999

Tentang Penyelenggaraan Statistik.

1.5 MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT

1.5.1 Maksud

Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

atau situasi perekonomian Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan

pendekatan yang terukur melalui seberapa besar Nilai Tambah Bruto,

struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan deflasi serta

pendapatan per kapita.

1.5.2 Tujuan

Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 ini bertujuan untuk mengukur kemajuan ekonomi

pada tingkat kabupaten, tepatnya dari tahun 2000 yang diduga sudah

terjadi pemulihan ekonomi sebagai akibat dari krisis ekonomi yang terjadi

pada pertengahan tahun 1997 lalu.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 6

1.5.2.1 Manfaat

Hasil penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat

sebagai bahan evaluasi terhadap program pembangunan yang telah

dilaksanakan. Utamanya terhadap intervensi apa dan di bidang

pembangunan mana yang perlu mendapat skala prioritas. Khususnya

kebijakan dalam program-program pembangunan di bidang ekonomi.

1.6 RUANG LINGKUP

1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah

Untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan ekonomi pada

tingkat kabupaten sebagaimana dituangkan dalam tujuan. Maka ruang

lingkup wilayah sebagai obyek kajian dalam penyusunan Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini, meliputi seluruh

wilayah di 24 kecamatan yang ada dalam Kabupaten Banyuwangi.

1.6.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penyusunan Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Tujuan dari Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009;

2. Potensi dan Permasalahan yang ada terkait Pembangunan ekonomi

di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009; 3. Strategi penanganan, program yang akan dilaksanakan dalam jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

1.6.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di

wilayah Kabupaten Banyuwangi;

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 7

2. Inventarisasi pola kebijakan khususnya kebijakan dalam program-

program pembangunan di bidang ekonomi; 3. Menyusun dan menetapkan Rencana Program dan Operasionalisasi

pelaksanaan program-program pem-bangunan khususnya di bidang

ekonomi.

1.7 HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tersusunnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2009 sebagai alat ukur dalam mengkaji

perekonomian daerah khususnya untuk mengevaluasi tingkat

capaian kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja

dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal

dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya

pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi; 2. Ditetapkannya Strategi Pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten

Banyuwangi.

1.8 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistematika penyusunan kegiatan Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 ini adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penyusunan Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi, pengertian umum

tentang Produk Domestik Regional Bruto,

maksud/tujuan/manfaat, ruang lingkup penyusunan, hasil yang

diharapkan serta sistematika penyajiannya.

Bab 2 Potensi Ekonomi Bab ini menyajikan gambaran umum potensi ekonomi dengan

pendekatan data makro ekonomi di Kabupaten Banyuwangi yang

ditinjau dari bidang sosial ekonominya.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 8

Bab 3 Metodologi

Bab ini menetapkan prinsip dasar dan azas penyusunan,

pendekatan penyusunan, metode penghitungan yang akan

digunakan dalam membentuk besaran Produk Domestik Regional

Bruto di Kabupaten Banyuwangi yang disesuaikan dengan kondisi

wilayah maupun teknis dan langkah-langkah pelaksanaan.

Bab 4 Pembahasan

Bab ini berisikan uraian yang terkait dengan besaran PDRB,

struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang disajikan

menurut sektor ekonomi dan secara spasial akan disajikan sampai

dengan tingkat kecamatan.

Bab 5 Penutup

Berisi kesimpulan dan saran serta sebuah rekomendasi

sederhana yang diharapkan bisa digunakan sebagai bahan acuan

dalam memajukan perekeonomian secara makro di Kabupaten

Banyuwangi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 9

Gambar 2.1

Jumlah Usaha Menurut Penggunaan Lokasi

Tempat Usaha di Kab. Banyuwangi Tahun 2006

Sumber: BPS Kab. Banyuwangi

26%

35%

21%

10%

1%

7%

Bangunan Khusus

Bangunan Campuran

Keliling

Kaki-5

Ojek Motor

Los/Koridor

BAB II POTENSI EKONOMI

2.1 KEPENDUDUKAN

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti

dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah

digunakan sebagai salah satu penimbang terhadap besar kecilnya

perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan

kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Terkait dengan hal tersebut karena penduduk merupakan bagian

dari pembangunan, maka posisi penduduk bisa sebagai subyek sekaligus

bisa menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai dengan akhir

tahun 2009 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat sekitar

1.592.643 jiwa.

2.2 POPULASI USAHA

Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa populasi usaha

merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kemajuan ekonomi

daerah. Korelasinya

apabila ditemukan

semakin banyak

populasi usaha di

suatu daerah, akan

dapat diduga kemaju-

an ekonomi pada

daerah tersebut akan

lebih meningkat bila

dibandingkan dengan

daerah lain yang lebih

sedikit populasi

usahanya. Jumlah

usaha yang tercatat

melalui kegiatan

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 10

Sensus Ekonomi tahun 2006 di Kabupaten Banyuwangi ada sebanyak

207.577 usaha di luar sektor pertanian.

Dari sejumlah usaha tersebut sebanyak 81.629 usaha di

antaranya merupakan usaha yang dilakukan di luar bangunan dan

umumnya apabila menggunakan bangunan cenderung tidak permanen.

Selebihnya 125.948 usaha tergolong usaha yang dalam kegiatannya

sudah menggunakan sebuah bangunan yang permanen. Penggunaan

bangunan per-

manen ini pada

umumnya be-

rupa bangunan

khusus untuk

usaha saja dan

bangunan yang

digunakan untuk

usaha sekaligus

sebagai tempat

hunian yang di-

sebut bangunan

campuran. Tidak

permanen be-

rupa usaha kaki-

5, los/koridor,

pangkalan ojek

motor dan be-

rupa pedagang

keliling.

Bila di-

perhatikan ber-

dasarkan sektor kegiatan usahanya, diperoleh usaha-usaha yang

bergerak di sektor perdagangan masih merupakan sektor ekonomi yang

paling banyak diminati oleh pelaku usaha di Kabupaten Banyuwangi.

Jumlahnya mencapai 95.445 usaha. Kedua terbanyak ada pada sektor

industri pengolahan yang jumlahnya tercatat 42.559 usaha. Ketiga sektor

jasa-jasa dengan jumlah sebanyak 20.847 usaha. Keempat usaha yang

katagorinya pada sektor kegiatan usaha akomodasi dan makan minum

Tabel 2.1

Jumlah Usaha Menurut Sektor Kegiatan Usaha

Hasil Sensus Ekonomi Tahun 2006

No Sektor Kegiatan Usaha Jumlah

1. Pertambangan dan Penggalian 1.267

2. Industri Pengolahan 42.559

3. Listrik, Gas dan Air 95

4. Konstruksi 872

5. Perdagangan Besar dan Eceran 95.445

6. Akomodasi dan Makan Minum 20.257

7. Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi 16.130

8. Perantara Keuangan 624

9. Real Estat, Usaha Persewaan 3.900

10. Jasa Pendidikan 2.992

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.322

12. Jasa Kemasy. Sosbud, Hib, Perorangan lainnya 20.847

13. Jasa Perorangan yg Melayani Rumahtangga 1.267

Jumlah Usaha 207.577

Sumber: BPS Kab.Banyuwangi

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 11

dengan jumlah sekitar 20.257 usaha. Sedang jumlah kegiatan usaha ber-

dasarkan sektornya secara lengkap ada pada Tabel 2.1.

Perlu diketahui bahwasanya kegiatan usaha yang menggunakan

bangunan tidak permanen yang terdiri atas usaha kaki-5, los/koridor,

pangkalan ojek motor dan berupa pedagang keliling seluruhnya tidak

memiliki status badan usaha. Namun untuk usaha yang mempunyai lokasi

tempat usaha permanen, kepemilikan status badan usaha rupanya sudah

menjadi perhatian. Untuk status badan usaha berupa BUMN/BUMD/

BHMN ada sebanyak 309 usaha, PT/NV sebanyak 322 usaha, CV/Firma

259 usaha, Koperasi 447 usaha, Yayasan dengan 1.003 usaha, ijin

khusus dari instansi 5.430 usaha dan yang masih belum mempunyai

badan usaha sebanyak 118.157 usaha.

Tenaga kerja yang terserap di berbagai sektor

kegiatan usaha jumlahnya mencapai 401.881 orang. Terbanyak bekerja

pada usaha perdagangan besar dan eceran yang jumlahnya mencapai

95.445 orang. Kedua pada usaha industri pengolahan ada sebanyak

42.559 orang. Ketiga bekerja pada usaha jasa kemasyarakatan, Sosial

budaya, Hiburan dan perorangan lainnya tercatat 20.847 orang dan pada

usaha akomodasi dan makan minum ada sebanyak 20.257 orang serta

selebihnya menyebar di berbagai kegiatan usaha yang ada.

1. Pertambangan dan Penggalian

Penyebaran usaha ini tergolong kurang merata,

mungkin lebih disebabkan oleh faktor geografis. Sehingga populasi

usahanya pun masih relatif sedikit. Usaha-usaha ini banyak dijumpai di

Kecamatan Songgon, Wongsorejo, Singojuruh, Glenmore, Glagah dan

Purwoharjo.

2. Industri Pengolahan

Kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi yang diikuti dengan naiknya nilai tambah

barang tersebut, umumnya didefinisikan sebagai industri pengolahan.

Kegiatan seperti ini banyak ditemukan di Kecamatan Srono, Rogojampi,

Muncar, Genteng dan Kabat.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 12

3. Listrik, Gas dan Air Populasi usaha ini keberadaannya sangat terbatas,

tidak seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi bisa ditemukan usaha

ini. Umumnya di Kecamatan Songgon, Glenmore, Kalibaru, Kalipuro dan

Licin.

4. Konstruksi Konstruksi tidak selalu identik dengan perusahaan

kontraktor bangunan saja, usaha ini bisa dilakukan oleh perorangan

apabila mekanisme kerjanya sepadan dengan usaha kontruksi. Populasi

usaha ini banyak ditemukan di Kecamatan Kabat, Rogojampi,

Banyuwangi, Genteng dan Srono.

5. Perdagangan Besar dan Eceran Selain banyak diusahakan oleh penduduk Kabupaten

Banyuwangi, usaha perdagangan ini juga merupakan usaha terbesar

dalam penyerapan tenaga kerja. Bila dikaji lebih jauh, dari seluruh nilai

produksi/omzet/pendapatan yang tercatat dalam pendataan Sensus

Ekonomi 2006, sekitar separuhnya merupakan nilai

produksi/omzet/pendapatan dari kegiatan usaha perdagangan besar dan

eceran. Menurut populasinya banyak diusahakan di Kecamatan Muncar,

Rogojampi, Banyuwangi, Genteng dan Srono.

6. Akomodasi dan Makan Minum

Usaha ini tergolong relatif banyak dan cukup menyebar keseluruh

pelosok Kabupaten Banyuwangi. Penyediaan akomodasi dan makan

minum banyak terdapat di Kecamatan Banyuwangi, Muncar, Rogojampi,

Kalipuro dan Srono.

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Bila diperhatikan persebaran dari usaha ini yang

relatif cukup merata, namun berdasarkan populasinya usaha ini banyak

ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar, Kalipuro dan

Rogojampi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 13

8. Perantara Keuangan Perantara keuangan bisa berupa Bank, Asuransi atau

lembaga keuangan bukan bank sampai dengan rentenir yang dilakukan

perorangan asalkan diusahan seara ekonomi. Usaha ini banyak

ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Gambiran, Rogojampi

dan Purwoharjo.

9. Real estat, Usaha Persewaan Seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi usaha

ini berkembang dengan baik. Berdasarkan populasinya banyak ditemukan

di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Glagah, Rogojampi dan Purwoharjo.

10. Jasa Pendidikan Yang dimaksud usaha ini berupa lembaga pendidikan

formal dan non formal, bisa diusahakan oleh pemerintah, swasta dan

perorangan. Usaha ini umumnya banyak ditemukan di Kecamatan

Genteng, Cluring, Srono, Kabat dan Banyuwangi.

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Usaha ini bisa juga diusahakan oleh pemerintah, swasta dan

perorangan. Seperti Rumah Sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas

serta fasilitas kesehatan lainnya. Termasuk disini pengobatan non medis

serta layanan dalam panti maupun di luar panti. Usaha-usaha jasa

kesehatan dan kegiatan lainnya banyak terdapat di Kecamatan

Banyuwangi, Muncar, Genteng, Rogojampi dan Kalipuro.

12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan

Lainnya Populasi usaha ini lebih didominasi oleh usaha yang

bersifat jasa. Seperti; tukang servis peralatan rumahtangga, tukang cukur,

salon, penjahit dan sejenisnya. Sehingga mempunyai kecenderungan

pelaku dari usaha ini tidak atau belum mempunyai badan hukum. Sampai

dengan saat ini masih didominasi di Kecamatan Banyuwangi, Gentang,

Muncar, Wongsorejo dan Rogojampi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 14

13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumahtangga

Usaha jasa di sini berbeda dengan usaha yang terdapat pada jasa

kemasyarakatan. Usaha yang dimaksud lebih mengarah pada pelayanan

rumahtangga. Seperti; juru masak, tukang cuci, tukang kebun, pengurus

rumahtangga dan pengasuh bayi. Termasuk juga guru pribadi yang

mengajar di rumah, sekretaris pribadi dan supir pribadi. Usaha seperti ini

banyak terdapat di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Kalipuro,

Rogojampi dan Kabat.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 BESARAN PDRB

Seperti diketahui, bahwa pembangunan antar sektoral selalu

berhubungan antara yang satu dengan yang lain, saling menunjang dan

selalu berkaitan, serta masing-masing mempunyai peranan dalam

mewujudkan tujuan pembangunan, utamanya pembangunan daerah.

Tujuan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh

masyarakat, meletakkan landasan yang lebih kuat untuk tahap-tahap

pembangunan berikutnya. Oleh karenanya kebijaksanaan pemerintah

menitik-beratkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar modal

dasar yang dimiliki semakin kokoh, Lebih-lebih di era otonomi daerah saat

ini diperlukan upaya keras untuk memulihkan keadaan perekonomian

yang kurang menguntungkan belakangan ini, sebagai dampak krisis

berkepanjangan yang dirasakan perlu secepatnya dilakukan pemulihan

(recovery) ekonomi, tidak saja di tingkat nasional tetapi juga di tingkat

regional.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran

masyarakat, dapat diukur dari tingkat pendapatan per kapita suatu daerah

lainnya, baik daerah sekitarnya maupun daerah lainnya yang lebih maju.

Tingginya pendapatan per kapita dengan sendirinya akan memperkuat

kemampuan menabung sebagian dari pendapatannya untuk cadangan

hari depan yang lebih baik. Data kuantitatif dari angka Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu alat ukur atau indikator

untuk melihat sampai sejauh mana keberhasilan pembangunan ekonomi

regional di Kabupaten Banyuwangi dari waktu ke waktu.

Dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

harga konstan dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, dari

angka indeks implisit dapat menggambarkan tingkat inflasi dan deflasi

dari kegiatan ekonomi secara agregat sektoral, artinya seberapa jauh

tingkat perkembangan harga yang terjadi selama satu tahun.

Jika dilihat tingkat perkembangan kemajuan ekonomi Kabupaten

Banyuwangi pada tahun 2009 yang terukur melalui besaran PDRB atas

dasar harga berlaku tercatat Rp.20.490.127,44 (dalam juta). Dari besaran

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 16

PDRB ADHB ini bila dihitung tingkat perkembangannya yang dimulai dari

tahun dasar 2000 sampai dengan tahun 2009 angkanya terus bertambah

hingga mencapai 153.03 persen.

4.2 PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi biasanya ditandai dengan angka yang

nilainya positif, namun apabila angkanya negatif maka pertumbuhan

ekonomi daerah tersebut mengalami kemunduran, seperti saat terjadinya

kontraksi ekonomi yang menimbulkan krisis ekonomi berkepanjangan.

Pertumbuhan ekonomi pada saat itu nilainya negatif bahkan angkanya

mencapai dua digit, tepatnya yang terjadi pada tahun 1997. Tetapi

memasuki tahun 2000 banyak para ekonom berpendapat bahwa tahun itu

merupakan tahun awal pemulihan ekonomi nasional dari yang paling

terpuruk menuju ke arah yang lebih baik. Bahkan dari hasil penghitungan

pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional pada tahun 2000 sudah

diperoleh angka yang positif walaupun masih jauh dari harapan banyak

pihak.

Bila dilihat nilai PDRB atas dasar harga konstan, yang dihitung

dengan menggunakan tahun dasar 2000 sebagai dasar perhitungan,

PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai

10.439.329,31 (dalam juta), sedangkan tahun 2008 mencapai

9.845.052,99 (dalam juta) atau mengalami pertumbuhan 6,04 % yang

berarti ada peningkatan sebesar 0,28 % poin dari tahun sebelumnya yang

besar pertumbuhan ekonominya mencapai 5,76 %.

Selama krisis ekonomi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga di

tahun-tahun sebelumnya yang relatif cukup tinggi sehingga

mengakibatkan naiknya biaya produksi, melemahnya tingkat produktifitas

dan kurang terjangkaunya biaya produksi karena harga terus malambung

tinggi, disisi lain sangat dirasakan pada sektor-sektor yang mempunyai

peranan terbesar sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Banyuwangi

seperti sub sektor pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan,

peternakan dan lain sebagainya.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 17

4.3 STRUKTUR EKONOMI

Secara umum struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi

terbentuk dan didominasi oleh Sektor Pertanian. Pada tahun 2009

peranan Sektor Pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 47,63 persen, atau hampir

separuh dari kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di

Sektor Pertanian. Dominasi kedua sebagai pembentuk struktur ekonomi

Kabupaten Banyuwangi disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran. Pada tahun 2009 angkanya mencapai 26,62 persen. Ketiga dari

Sektor Jasa-jasa sebesar 6,33 persen sedang selebihnya merupakan

bagian dari sektor ekonomi yang lain sebagaimana Gambar 4.1.

Gambar 4.1

Struktur Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 18

4.4 PENDAPATAN PER KAPITA

Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para

pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita.

Walaupun kurang refresentatif pendapatan per kapita harus tetap

disajikan untuk memperoleh gambaran sejauh mana pendapatan

masyarakat secara rata-rata. Selain itu besaran pendapatan per kapita

bisa digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan daerah satu

dengan daerah yang lain. Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan

per kapitanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain,

maka daerah yang lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut

lebih tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Pada tahun 2009 angka pendapatan per kapita Kabupaten

Banyuwangi tercatat rata-rata sekitar Rp 6.312.741,65,- yang

mengandung maksud bahwa dari sejumlah penduduk Kabupaten

Banyuwangi diperkirakan mempunyai pendapatan rata-rata dalam

setahunnya sebesar Rp 6.312.741,65,-. Angka pendapatan per kapita ini

naik sekitar 5,30 persen bila dibandingkan dengan angka pendapatan per

kapita pada tahun 2008. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa

angka pendapatan per kaipta bisa di intepretasikan sebagai tingkat

kesejahteraan masyarakat, dengan demikian apabila angka pendapatan

per kapita Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 naik sebesar 5,28

persen, maka sama artinya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Banyuwangi juga ikut naik sebesar 5,28 persen.

4.5 TINGKAT INFLASI

Tingkat inflasi tahun 2009 sebesar 7,25 persen. Dari

perbandingan tingkat inflasi tersebut terlihat bahwa di tahun 2009, tingkat

harga yang terjadi lebih baik jika dibandingkan dengan harga tahun 2008,

karena kenaikan harga untuk beberapa komoditi di tahun 2009 memang

terjadi kenaikan.

Bila diamati dari prosentase untuk seluruh sektor ekonomi, terlihat

positif atau terjadi inflasi, bahkan tidak ada yang negatif/deflasi, yang

artinya di tahun 2009 terjadi kenaikan harga untuk semua sektor ekonomi.

Inflasi tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 10,23 persen

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 19

Tabel 3.1 Tingkat Inflasi Sektoral Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2009 ( % ).

No

Sektor

Inflasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pertanian

Penggalian & Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air bersih

Bangunan/konstruksi

Perdagangan, hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jasa – jasa

08,03

08,54

09,52

04,18

10,23

05,60

05,78

06,24

06,38

Tingkat Inflasi Umum

07,25

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 20

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Situasi perekonomian Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009

tampak ada kenaikan bila dibanding dengan tahun 2008. Ada dua hal

yang sangat signifikan pengaruhnya terhadap peningkatan perkembangan

ekonomi ini, yaitu meningkatnya volume produksi dan naiknya harga

barang dan jasa. Dari kedua hal ini umumnya kenaikan harga yang terjadi

pada saat transaksi barang dan jasa lebih dominan bila dibanding dengan

peningkatan volume produksi barang dan jasa yang ditransaksikan. Atau

dengan kata lain meningkatnya perkembangan ekonomi yang terjadi di

Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 itu lebih didominasi oleh naiknya

harga barang dan jasa. Dalam PDRB perkembangan ekonomi dimaksud

terukur melalui PDRB ADHB yang tercatat sekitar Rp. 20.490.127,44

(dalam juta) pada tahun 2009 serta sekitar Rp.18.134.481,95 (dalam juta)

pada tahun 2008

Kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya dipengaruhi oleh

stabilitas perekonomian secara global demikian juga hari-hari besar

keagamaan. Pada tahun 2009 kenaikan harga yang terukur melalui inflasi

sebesar 7,25 persen. Terkendalinya inflasi tahun 2009 kemungkinan

dipengaruhi oleh faktor terjaganya suplai atau pasokan sembilan bahan

pokok (sembako) maupun barang dan jasa lainnya.

Berdasarkan hasil survei di berbagai sektor ekonomi, diperoleh

indikasi adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa yang

terjadi pada tahun 2009. Dalam penghitungan PDRB peningkatan volume

produksi barang dan jasa ini akan mencerminkan adanya pertumbuhan

ekonomi. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi

tercatat sebesar 6,04 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi ini

disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sedang urutan

kedua adalah sektor Pertambangan dan Penggalian sedangkan urutan

ketiga adalah sektor Pertanian.

Selain perkembangan ekonomi yang tersaji dalam PDRB ADHB

serta kinerja ekonomi yang terukur melalui pertumbuhan ekonomi. Struktur

ekonomi daerah juga bisa terukur dengan menggunakan distribusi PDRB

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2009 21

sektoral. Pada tahun 2009 struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi

masih didominasi oleh Sektor Pertanian. Artinya hampir separuh dari

kegiatan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di

Sektor Pertanian. Dominasi kedua pada Sektor Pedagangan, Hotel dan

Restoran. Angkanya bisa diintepretasikan bahwa kegiatan ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2009 sekitar seperempatnya bergerak

di Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran. Urutan ketiga Sektor Jasa-

jasa, keempat Sektor Keuangan dan urutan kelima pada Sektor Industri.

5.2 S A R A N

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi bagi setiap daerah, dapat

dilakukan melalui struktur ekonomi daerah yang bersangkutan. Karena

sektor ekonomi yang mempunyai peran terbesar terhadap pembentukan

struktur ekonomi akan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi, Sektor Pertanian masih

merupakan sektor ekonomi yang paling dominan karenanya sektor ini

diberdayakan.

Memang banyak kendala yang harus dihadapi dalam sektor

pertanian, seperti sekarang ini pengalihan fungsi lahan sawah menjadi

lahan bukan sawah terus saja terjadi, akibatnya volume produksi padi

mengalami penurunan. Sedang untuk membuka lahan baru dibutuhkan

biaya besar dan waktu yang relatif cukup lama. Agar bisa tercapai dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan berbagai kendala tersebut,

maka yang perlu dilakukan adalah dengan cara intensifikasi dan

optimalisasi fungsi pengairan dengan demikian berdayakan kembali

kelompok tani dan himpunan petani pemakai air.