BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id · Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah,...

54
PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Hal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu. Penggunaan nilai tambah bruto ini yang bukan merupakan output atau nilai produksi, dalam menghitung produk domestik suatu daerah agar terhindar dari perhitungan ganda ( double count) dari jasa dan barang jadi yang diproduksi. Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, memerlukan bermacam-macam data statistik untuk dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang telah diambil pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id · Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah,...

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah

bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah

domestik suatu daerah yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi

dalam suatu periode tertentu. Penggunaan nilai tambah bruto ini yang

bukan merupakan output atau nilai produksi, dalam menghitung produk

domestik suatu daerah agar terhindar dari perhitungan ganda (double

count) dari jasa dan barang jadi yang diproduksi.

Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, memerlukan

bermacam-macam data statistik untuk dasar penentuan strategi dan

kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat.

Strategi dan kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang telah diambil

pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil-hasilnya.

Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak

diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa

yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada

masa yang akan datang.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 2

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian

usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi

regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor

primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari

pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan

masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang

sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan

pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan regional

secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan

pembangunan regional khususnya di bidang ekonomi. Angka

pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil

pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak,

baik pemerintah maupun swasta.

Demikian pula angka pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan

deflasi, pendapatan perkapita dapat diukur dengan menggunakan

indikator ini. Seluruh angka agregat PDRB telah dimanfaatkan oleh para

perencana dan pengambil keputusan sebagai bahan evaluasi terhadap

berbagai kebijakan yang pernah dilakukan, serta sebagai bahan

perencanaan program pembangunan di waktu yang akan datang. Dalam

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 3

hal ini digunakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kabupaten Banyuwangi ketika menyusun program

pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi.

Selain pemanfaatan yang demikian itu, dalam kurun waktu

beberapa tahun terakhir PDRB telah digunakan oleh Pemerintah Pusat,

sebagai salah satu penimbang perolehan Dana Alokasi Umum (DAU) bagi

setiap Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten. Atas dasar

semakin meningkatnya kebutuhan angka agregat PDRB, ada kalanya

para pengguna data menghendaki PDRB dihitung dan disajikan secara

spasial sampai dengan tingkat kecamatan, agar bisa dimanfaatkan

secara optimal. Dan apabila penyajian PDRB yang dihitung secara spasial

sampai dengan tingkat kecamatan tersebut diamati berdasarkan

fluktuasi secara berkala akan menjadi lebih bermakna bukan saja bagi

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, melainkan pihak swasta pun kerap

kali membutuhkan publikasi PDRB untuk kepentingan usahanya.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 4

1.2 PENGERTIAN

Untuk memperoleh pemahaman yang sama, perlu kiranya

disepakati tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan

penghitungan PDRB, diawali dengan penerbitan tahun-tahun

sebelumnya, penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

sudah tidak menggunakan tahun dasar 1993 lagi. PDRB ADHK dihitung

berdasarkan tahun dasar 2000 (Rebasing). Hal ini merujuk kepada

ketentuan nasional yang berdasarkan atas rekomendasi badan dunia

tentang The System of National Account/SNA.

Arti Rebasing

Rebasing didefinisikan sebagai proses penetapan kembali penggunaan

tahun dasar baru yang dipakai dalam penghitungan PDRB. Berdasarkan

rekomendasi PBB tahun dasar (base year) yang digunakan dalam

penghitungan PDRB harus selalu diperbaharui untuk mengakomodir

perkembangan ekonomi yang terjadi. Implikasi rebasing akan

menghasilkan perbedaan hasil pengukuran PDRB tahun dasar lama dan

baru dalam; nilai nominal (Atas Dasar Harga Berlaku/ADHB), nilai riil

(ADHK), struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dipilihnya tahun

dasar baru 2000 karena merupakan awal berlangsungnya sebuah proses

pemulihan ekonomi nasional setelah dilanda krisis ekonomi yang terjadi

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 5

pada pertengahan tahun 1997. Sehingga pada tingkat regional juga

perlu melakukan penyesuaian agar diperoleh asumsi-asumsi mendasar

yang sama.

1.3 RINGKASAN AGREGAT PDRB

Konsep-konsep yang dipakai dalam pendapatan regional dapat

diurutkan sebagai berikut:

(1) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (GRDP at

market prices), dikurangi : penyusutan, akan sama dengan :

(2) Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar (NRDP at

market prices), dikurangi : pajak tak langsung neto, akan sama

dengan:

(3) Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor (NRDP at

factor prices), ditambah : pendapatan neto yang mengalir dari ke

daerah lain/luar negeri, akan sama dengan:

(4) Pendapatan Regional (Regional Income)

(5) Pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi

pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Produk

Merupakan nilai tambah dari suatu unit usaha.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 6

Domestik

Produk yang dihasilkan dari unit-unit produksi dalam suatu wilayah

(misalnya kabupaten).

Regional

Domestik yang diterima sebagai nilai tambah dari luar dikurangi nilai

tambah yang keluar kabupaten.

Nilai Tambah Bruto (NTB)

Merupakan nominal produk yang masih mengandung nilai penyusutan

serta pajak tak langsung neto.

Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Menghitung NTB berdasarkan harga persatuan unit dari data produksi

yang berlaku pada saat tahun penghitungan PDRB.

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Menghitung NTB berdasarkan harga persatuan unit dari data produksi

yang dinilai pada saat tahun dasar penghitungan PDRB.

Tahun Dasar (Base Year)

Penentuan tahun yang digunakan untuk mengukur perkembangan

produktivitas secara nyata/riil. Rekomendasi UN berdasarkan The

System of National Account/SNA, tahun dasar terakhir 2000.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 7

1.4 DASAR PENYUSUNAN

Dasar penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 adalah :

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 2005;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 51 Tahun 2002

tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten

Banyuwangi;

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999

Tentang Penyelenggaraan Statistik.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 8

1.5 MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT

1.5.1 Maksud

Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 ini dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran atau situasi perekonomian Kabupaten

Banyuwangi dengan menggunakan pendekatan yang terukur

melalui seberapa besar Nilai Tambah Bruto, struktur ekonomi,

pertumbuhan ekonomi, inflasi dan deflasi serta pendapatan per

kapita.

1.5.2 Tujuan

Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 ini bertujuan untuk mengukur

kemajuan ekonomi pada tingkat kabupaten, tepatnya dari tahun

2000 yang diduga sudah terjadi pemulihan ekonomi sebagai

akibat dari krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun

1997 lalu.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 9

1.5.3 Manfaat

Hasil penyusunan Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 ini diharapkan agar

dapat memberikan manfaat sebagai bahan perencanaan terhadap

program pembangunan yang akan dilaksanakan. Utamanya

terhadap intervensi apa dan di bidang pembangunan mana yang

perlu mendapat skala prioritas, khususnya kebijakan dalam

program pembangunan di bidang ekonomi.

1.6 RUANG LINGKUP

1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah

Untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan ekonomi

pada tingkat kabupaten sebagaimana dituangkan dalam tujuan,

maka ruang lingkup wilayah sebagai obyek kajian dalam

penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 ini, meliputi seluruh wilayah

dalam Kabupaten Banyuwangi.

1.6.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penyusunan Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Estimasi Tahun 2011

adalah sebagai berikut :

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 10

1. Tujuan dari Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Banyuwangi Estimasi Tahun 2011;

2. Potensi dan Permasalahan yang ada terkait Pembangunan

ekonomi di Kabupaten Banyuwangi Estimasi pada Tahun

2011;

3. Strategi penanganan, program yang akan dilaksanakan

dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang.

1.6.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Estimasi Tahun 2011

adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi potensi sumber daya alam dan sumber daya

manusia di wilayah Kabupaten Banyuwangi;

2. Inventarisasi pola kebijakan khususnya kebijakan dalam

program-program pembangunan di bidang ekonomi;

3. Menyusun dan menetapkan Rencana Program dan

Operasionalisasi pelaksanaan program-program

pembangunan khususnya di bidang ekonomi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 11

1.7 HASIL YANG DIHARAPKAN

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tersusunnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 sebagai alat ukur dalam mengkaji

perekonomian daerah khususnya untuk mengevaluasi tingkat

capaian kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja

dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok

minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta

meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten

Banyuwangi;

2. Ditetapkannya Strategi Pembangunan bidang ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi.

1.8 SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistematika penyusunan kegiatan Penyusunan Produk

Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Estimasi tahun 2011 ini

adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penyusunan Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi, pengertian umum

tentang Produk Domestik Regional Bruto,

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 12

maksud/tujuan/manfaat, ruang lingkup penyusunan, hasil yang

diharapkan serta sistematika penyusunan.

Bab 2 Potensi Ekonomi

Bab ini menyajikan gambaran umum potensi ekonomi dengan

pendekatan data makro ekonomi di Kabupaten Banyuwangi

yang ditinjau dari bidang sosial ekonominya.

Bab 3 Metodologi

Bab ini menetapkan prinsip dasar dan azas penyusunan,

pendekatan penyusunan, metode penghitungan yang akan

digunakan dalam membentuk besaran Produk Domestik

Regional Bruto di Kabupaten Banyuwangi yang disesuaikan

dengan kondisi wilayah maupun teknis dan langkah-langkah

pelaksanaan.

Bab 4 Pembahasan

Bab ini berisikan uraian yang terkait dengan besaran PDRB,

struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang

disajikan menurut sektor ekonomi dan secara spasial akan

disajikan sampai dengan tingkat kecamatan.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 13

Bab 5 Penutup

Berisi kesimpulan dan saran serta sebuah rekomendasi

sederhana yang diharapkan bisa digunakan sebagai bahan

acuan dalam memajukan perekeonomian secara makro di

Kabupaten Banyuwangi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 14

BAB II

POTENSI EKONOMI

2.1 KEPENDUDUKAN

Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 578.250 Ha, dimana

berdasarkan hasil sensus pertanian BPS, lahan yang dimanfaatkan untuk

pemukiman mencapai luas 37.598,35 Ha dan berdasar data pokok yang

ada, luas pemukiman pada tahun 1998 mencapai 28.915,39 Ha.

Sehingga jika dibandingkan dari tahun 1998 hingga saat ini ada

penambahan untuk luas pemukiman sebesar 8.682,96 Ha yang artinya

bahwa rata-rata dalam setiap tahun mengalami penambahan luas

789,36 Ha.

Terkait dengan itu penduduk merupakan bagian dari

pembangunan. Karena selain sebagai subyek sekaligus penduduk bisa

menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai dengan akhir

tahun 2011 (hasil estimasi) penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat

sekitar 1.561.014 jiwa.

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti

dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah

digunakan sebagai salah satu penimbang besar kecilnya perolehan DAU

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 15

bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan kabupaten / kota di seluruh

Indonesia.

2.2 POPULASI USAHA

Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa populasi usaha

merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kajian ekonomi

makro. Bahkan korelasinya apabila semakin banyak populasi usaha di

suatu daerah, akan dapat diduga kemajuan ekonomi pada daerah

tersebut akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan daerah lain

yang lebih sedikit populasi usahanya. Jumlah usaha yang tercatat

melalui kegiatan Sensus Ekonomi tahun 2006 di Kabupaten Banyuwangi

ada sebanyak 207.577 usaha di luar sektor pertanian.

Dari sejumlah usaha tersebut 81.629 usaha di antaranya

merupakan usaha yang dilakukan diluar bangunan dan umumnya

apabila menggunakan bangunan cenderung tidak permanen. Selebihnya

125.948 usaha tergolong usaha yang dalam kegiatannya sudah

menggunakan sebuah bangunan yang permanen. Penggunaan bangunan

permanen pada umumnya berupa bangunan khusus untuk usaha dan

bangunan campuran atau bangunan yang digunakan untuk usaha juga

sekaligus sebagai tempat hunian. Tidak permanen bisa berupa usaha

kaki-5, los/koridor, pangkalan ojek motor dan pedagang keliling.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 16

Gambar 2.1 Jumlah Usaha Menurut Penggunaan Lokasi

Tempat Usaha di Kab. Banyuwangi Tahun 2006

Sumber: BPS Kab. Banyuwangi, hasil SE 2006

26%

35%

21%

10%

1%

7%

Bangunan Khusus

Bangunan Campuran

Keliling

Kaki-5

Ojek Motor

Los/Koridor

Bila diperhatikan berdasarkan sektor kegiatan usahanya, maka

usaha-usaha yang bergerak di sektor perdagangan masih merupakan

sektor ekonomi yang paling banyak diminati oleh pelaku usaha di

Kabupaten Banyuwangi. Jumlahnya mencapai 95.445 usaha. Kedua

terbanyak ada pada sektor industri yang jumlahnya tercatat 42.559

usaha. Ketiga sektor jasa-jasa dengan jumlah sebanyak 20.847 usaha.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 17

Tabel 2.1 Jumlah Usaha Menurut Sektor Kegiatan Usaha

No. Sektor Kegiatan Usaha Jumlah

1. Pertambangan dan Penggalian 1.267

2. Industri Pengolahan 42.559

3. Listrik, Gas dan Air 95

4. Konstruksi 872

5. Perdagangan Besar dan Eceran 95.445

6. Akomodasi dan Makan Minum 20.257

7. Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi 16.130

8. Perantara Keuangan 624

9. Real Estat, Usaha Persewaan 3.900

10. Jasa Pendidikan 2.992

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.322

12. Jasa Kemasy. Sosbud, Hiburan, Perorangan lainnya 20.847

13. Jasa Perorangan yg Melayani Rumahtangga 1.267

Jumlah Usaha 207.577

Bila diperhatikan kegiatan usaha yang menggunakan bangunan

tidak permanen yang terdiri atas usaha kaki-5, los/koridor, pangkalan

ojek motor dan berupa pedagang keliling seluruhnya tidak memiliki

status badan usaha. Namun untuk usaha yang mempunyai lokasi tempat

usaha permanen, kepemilikan status badan usaha rupanya sudah

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 18

menjadi perhatian. Untuk status badan usaha berupa

BUMN/BUMD/BHMN ada sebanyak 309 usaha, PT/NV sebanyak 93

usaha, CV/Firma 180 usaha, Koperasi 33 usaha, UD/Tidak Berbadan

Hukum dengan 334 usaha.

Menurut hasil Sensus Ekonomi 2006 (SE 2006) tenaga kerja yang

terserap di berbagai sektor kegiatan usaha jumlahnya mencapai 401.881

orang, terbanyak bekerja pada usaha perdagangan besar dan eceran

yang jumlahnya mencapai 95.445 orang. Kedua pada usaha industri

pengolahan ada sebanyak 42.559 orang. Ketiga bekerja pada usaha jasa

kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan perorangan lainnya tercatat

20.847 orang dan pada usaha akomodasi dan makan minum ada

sebanyak 20.257 orang serta selebihnya menyebar di berbagai kegiatan

usaha yang ada.

Usaha-usaha yang mengunakan lokasi tempat usaha dengan

bangunan khusus rupanya telah menyerap tenaga kerja terbanyak.

Untuk usaha dengan penggunaan lokasi tempat usaha bangunan

campuran yang berupa rumah hunian juga digunakan untuk usaha telah

menyerap tenaga kerja terbanyak kedua. Selain itu pedagang keliling

juga bisa menyerap tenaga kerja yang relatif cukup banyak dengan

urutan jumlah setelah usaha dengan penggunaan lokasi tempat usaha

bangunan campuran.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 19

1. Pertambangan dan Penggalian

Penyebaran usaha ini tergolong kurang merata, mungkin

lebih disebabkan oleh faktor geografis. Sehingga populasi usahanya

pun masih relatif sedikit. Usaha-usaha ini banyak dijumpai di

Kecamatan Songgon, Wongsorejo, Singojuruh, Glenmore dan

Purwoharjo.

2. Industri Pengolahan

Kegiatan mengubah bahan baku menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi yang diikuti dengan naiknya nilai tambah

barang tersebut, umumnya didefinisikan sebagai industri

pengolahan. Kegiatan seperti ini banyak ditemukan di Kecamatan

Srono, Rogojampi, Muncar, Genteng dan Kabat.

3. Listrik, Gas dan Air

Populasi usaha ini keberadaannya sangat terbatas, tidak

seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi bisa ditemukan

usaha ini. Umumnya di Kecamatan Songgon, Glenmore, Kalibaru,

Kalipuro dan Licin.

4. Konstruksi

Konstruksi tidak selalu identik dengan perusahaan

kontraktor bangunan saja, usaha ini bisa dilakukan oleh

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 20

perorangan apabila mekanisme kerjanya sepadan dengan usaha

kontruksi. Populasi usaha ini banyak ditemukan di Kecamatan

Kabat, Rogojampi, Banyuwangi, Genteng dan Srono.

5. Perdagangan Besar dan Eceran

Selain banyak diusahakan oleh penduduk Kabupaten

Banyuwangi, usaha perdagangan ini juga merupakan usaha

terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Bila dikaji lebih jauh, dari

seluruh nilai produksi/omzet/pendapatan yang tercatat dalam

pendataan Sensus Ekonomi 2006, sekitar separuhnya merupakan

nilai produksi/omzet/pendapatan dari kegiatan usaha perdagangan

besar dan eceran. Menurut populasinya banyak diusahakan di

Kecamatan Muncar, Rogojampi, Banyuwangi, Genteng dan Srono.

6. Akomodasi dan Makan Minum

Usaha ini tergolong relatif banyak dan cukup menyebar ke

seluruh pelosok Kabupaten Banyuwangi. Penyediaan akomodasi

dan makan minum banyak terdapat di Kecamatan Banyuwangi,

Muncar, Rogojampi, Kalipuro dan Srono.

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Bila diperhatikan persebaran dari usaha ini yang relatif

cukup merata, namun berdasarkan populasinya usaha ini banyak

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 21

ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar, Kalipuro

dan Rogojampi.

8. Perantara Keuangan

Perantara keuangan bisa berupa Bank, Asuransi atau

lembaga keuangan bukan bank sampai dengan rentenir yang

dilakukan perorangan asalkan diusahakan secara ekonomi. Usaha

ini banyak ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng,

Gambiran, Rogojampi dan Purwoharjo.

9. Real estat, Usaha Persewaan

Seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi usaha ini

berkembang dengan baik. Berdasarkan populasinya banyak

ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Glagah, Rogojampi

dan Purwoharjo.

10. Jasa Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang paling

esensial bagi semua orang, yang dimaksud usaha ini berupa

lembaga pendidikan formal dan non formal, bisa diusahakan oleh

pemerintah, swasta dan perorangan. Usaha ini umumnya banyak

ditemukan di Kecamatan Genteng, Cluring, Srono, Kabat dan

Banyuwangi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 22

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Seperti halnya jasa pendidikan, usaha ini bisa juga

diusahakan oleh pemerintah, swasta dan perorangan. Seperti

Rumah Sakit pemerintah dan swasta, Puskesmas serta fasilitas

kesehatan lainnya. Termasuk disini pengobatan non medis serta

layanan dalam panti maupun dil uar panti. Usaha-usaha jasa

kesehatan dan kegiatan lainnya banyak terdapat di Kecamatan

Banyuwangi, Muncar, Genteng, Rogojampi dan Kalipuro.

12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan Lainnya

Populasi usaha ini lebih didominasi oleh usaha yang bersifat

jasa. Seperti; tukang servis peralatan rumahtangga, tukang cukur,

salon, penjahit dan sejenisnya. Sehingga mempunyai

kecenderungan pelaku dari usaha ini tidak atau belum mempunyai

badan hukum. Sampai dengan tahun ini dominasi usaha ini masih

terdapat di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar,

Wongsorejo dan Rogojampi.

13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumahtangga

Usaha jasa disini berbeda dengan usaha yang terdapat pada

jasa kemasyarakatan. Usaha yang dimaksud lebih mengarah pada

pelayanan rumahtangga. Seperti: juru masak, tukang cuci, tukang

kebun, pengurus rumahtangga dan pengasuh bayi. Termasuk juga

guru pribadi yang mengajar di rumah, sekretaris pribadi dan sopir

pribadi. Usaha seperti ini banyak terdapat di Kecamatan

Banyuwangi, Genteng, Kalipuro, Rogojampi dan Kabat.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 23

BAB III

METODOLOGI PENYUSUNAN

3.1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN

Prinsip dasar penghitungan ini merupakan kelanjutan dari

penghitungan Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya.

Sehingga untuk mendapatkan ukuran kesejahteraan masyarakat yang

ditandai dengan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia,

terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya

kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak,

serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat yang harus

segera terwujud akan bisa terevaluasi dengan baik. Dan perlu

diketahui bahwasanya PDRB estimasi yang dihitung dan disajikan

secara berkala ini angkanya masih menggunakan angka pada tingkat

kabupaten.

3.1.1 Acuan Rancangan

Studi ini mengacu pada sebuah konsep yang

dikembangkan oleh badan dunia (UN) dalam menghitung

Produk Domestik Bruto (PDB). Yang kemudian dibuat sebagai

acuan rancangan dalam mengevaluasi berbagai program

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 24

pembangunan di Kabupaten Banyuwangi khususnya di bidang

ekonomi secara detail meliputi seluruh kecamatan di

Kabupaten Banyuwangi.

3.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Produk

Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi Estimasi

tahun 2011 yaitu:

a. Akurat dalam memberikan rekomendasi dan intervensi

apa yang perlu mendapatkan prioritas ketika program

pembanguan itu diimplementasikan;

b. Validitas datanya bisa dipertanggungjawabkan dan

mempunyai runtun waktu berkala tahunan dalam setiap

penerbitannya.

3.1.3 Kerangka Landasan Analisis

Kerangka landasan analisis yang digunakan dalam

penyusunan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Banyuwangi Estimasi Tahun 2011, berupa analisis statistik

sederhana atau lazimnya disebut dengan statistik deskriptif.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 25

3.2 METODOLOGI PENYUSUNAN

Metodologi penyusunan Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Banyuwangi Estimasi Tahun 2011 disusun sebagai berikut:

3.2.1 Penentuan Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan yang berupa sumber data utama untuk

penyusunan publikasi ini menggunakan data primer hasil

observasi lapangan secara sample. Observasi dilakukan pada

usaha kegiatan ekonomi yang secara acak terpilih sebagai

sampel purposif. Jumlah sampel yang diambil ditentukan

hingga memenuhi “Minimum Sample Size” untuk menghasilkan

estimasi data pada tingkat kabupaten. Dalam survei ini wilayah

pencacahan yang digunakan sebagai unit sampling bukanlah

desa/kelurahan ataupun RT/RW, melainkan usaha kegiatan

ekonomi, misalnya perusahaan/pabrik atau usaha perorangan.

3.2.2 Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan

Seluruh NTB dihitung berdasarkan sembilan sektor

ekonomi, yang terdiri dari; Kelompok Sektor Primer: (1)

Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian. Kelompok Sektor

Sekunder; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air

Bersih; dan (5) Konstruksi. Kelompok Sektor Tersier: (6)

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 26

Perdagangan; Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan

Komunikasi; (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan;

serta (9) Jasa-jasa.

Dalam prakteknya Poduk Domestik Regional Bruto

dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga pendekatan

berikut, yaitu:

1. Pendekatan Produksi

Yaitu dengan menghitung jumlah nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi pada

periode tertentu.

2. Pendekatan Pendapatan

Yaitu jumlah balas jasa yang diterima olah faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi pada

periode tertentu. Sampai dengan penerbitan tahun 2011 ini

PDRB Kabupaten Banyuwangi masih belum dihitung dengan

pendekatan pendapatan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Yaitu semua komponen permintaan akhir, seperti;

pengeluaran rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak

mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 27

modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor

neto. Sampai dengan penerbitan tahun 2011 ini PDRB

Kabupaten Banyuwangi masih belum dihitung dengan

pendekatan pengeluaran.

Dari ketiga pendekatan itu, BPS Kabupaten Banyuwangi

menghitung PDRB menggunakan pendekatan produksi, karena

beberapa kemudahan seperti memperoleh data produksi dan

harga per satuan unitnya, lebih memungkinkan bila dibanding

dengan pendekatan pendapatan maupun pendekatan

pengeluaran. Kecuali beberapa sektor ekonomi seperti

perbankan dan telekomunikasi diberlakukan secara khusus.

Perbankan dan Telekomunikasi dihitung berdasarkan atas

alokasi penghitungan PDRB Propinsi Jawa Timur.

Dalam menghitung PDRB sebetulnya identik dengan

menghitung Nilai Tambah Bruto di setiap sektor ekonomi. Nilai

Tambah Bruto yang dihitung tersebut selalu dibedakan Atas

Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan, agar Nilai

Tambah Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Nilai Tambah

Bruto Atas Dasar Harga Konstan yang diperoleh dapat disajikan

lebih rinci dan lebih bermakna, maka dibutuhkan beberapa

angka indeks standar yang meliputi :

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 28

1. Indeks Perkembangan

Diperoleh dengan membagi PDRB ADHB tahun

penghitungan dengan PDRB ADHB tahun dasar dikalikan

seratus. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan

angka agregat dari tahun ketahun terhadap tahun dasar.

2. Indeks Berantai

Diperoleh dengan membagi PDRB tahun berjalan

dengan PDRB sebelumnya dikalikan seratus. Indeks berantai

dapat dihitung berdasarkan ADHB maupun ADHK. Apabila

indeks berantai ADHB angkanya lebih besar dari indeks

berantai ADHK, indikasinya telah terjadi kenaikan harga.

Khusus indeks berantai ADHK apabila dikurangi seratus, akan

menunjukkan besaran pertumbuhan ekonomi, baik secara

sektoral maupun secara umum (general).

3. Indeks Implisit

Diperoleh dari hasil pembagian PDRB ADHB dibagi

dengan PDRB ADHK dikalikan seratus. Indeks ini bila

diturunkan dengan membagi tahun berjalan dengan tahun

sebelumnya, akan memberikan indikasi adanya inflasi bila

bertanda positif dan bila negatif intepretasinya deflasi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 29

Berdasarkan ketiga indeks tersebut, pada dasarnya

selain digunakan untuk menghitung masing-masing sektor

ekonomi, dapat juga digunakan terhadap besaran komponen

PDRB. Adapun intepretasinya, tetap akan memberikan makna

yang sama seperti ketika menghitung masing-masing sektor

ekonomi dimaksud. Hanya saja yang dimaksud dengan

komponen PDRB tersebut merupakan jumlah dari seluruh

sektor ekonomi.

Kadang kala Nilai Tambah tidak selalu disajikan dalam

kondisi bruto. Kondisi neto perlu diperhitungkan, agar beberapa

pengertian dasar angka-angka Produk Domestik Regional Neto

(PDRN) dapat diperluas dengan pemahaman yang tidak terlalu

sulit. Pengertian dasar itu meliputi:

1. PDRN Atas Biaya Faktor

Angkanya diperoleh dari hasil penghitungan PDRB

ADHB yang dikurangi dengan nilai penyusutan dan pajak tak

langsung neto. PDRN ini bila dibagi dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun penghitungan, akan diperoleh

pendapatan per kapita.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 30

2. Perkembangan Pendapatan per Kapita

Diperoleh atas perbandingan antara pendapatan

perkapita tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Seluruh

penghitungan nilai indeks baik terhadap masing-masing

sektor ekonomi, maupun terhadap besaran PDRB dan PDRN,

akan disajikan dalam bentuk tabulasi yang termuat dalam

lampiran publikasi ini.

3.3 TEKNIK PENGHITUNGAN NTB SEKTORAL

Tanaman Bahan Makanan

Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh

melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih

dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing–masing

harganya kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar

harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan

menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari

hasil survei khusus. Sedangkan nilai tambah atas dasar harga kostan

2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu dengan mengalikan kuntum

produksi masing–masing tahun dengan harga pada tahun 2000,

kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan 2000.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 31

Tanaman Perkebunan

Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku dihitung

dengan pendekatan produksi. Rasio biaya antara serta rasio margin

perdagangan dan biaya traspor digunakan diperoleh dari survei

khusus. Sedangkan nilai tambah atas harga konstan 2000 diperoleh

dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman

bahan makanan.

Peternakan dan Hasil-hasilnya

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga

konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan

rasio nilai tambah berdasarkan hasil survai khusus pendapatan

regional.

Kehutanan

Sebagaimana dengan sub sektor lainnya, dalam sektor

pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara

mengalikan kuantum produksi dengan harga masing–masing tahun

yang menghasilkan output atas dasar harga berlaku, dan penggunaan

harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar hagar konstan

2000. Selanjutnya nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 32

rasionya terhadap output. Rasio tersebut diperoleh dari hasil survei

khusus.

Perikanan

Penghitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan

rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah diperoleh

dari survei khusus pendapatan regional.

Industri Pengolahan

Data output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku

diperoleh berdasarkan laporan tahunan survei industri yang dilakukan

oleh BPS. Sedang nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung

melalui cara deflasi dengan indeks harga perdagangan besar di setiap

kelompok industri.

Listrik

Nilai output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian

produksi dengan harga yang berlaku pada masing–masing tahun,

sedang kan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan

cara revaluasi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 33

Air Bersih

Data produksi, harga dan biaya–biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air

Minum Kabupaten Banyuwangi. Perhitungan nilai tambah atas dasar

harga konstan 2000 dilakukan dengan menggunakan persentase nilai

tambah terhadap output masing-masing tahun. Seperti halnya sub

sektor listrik, dengan responden tunggal.

Bangunan

Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan

prasarana fisik yang dari segi pendanaan dapat dirinci menjadi: nilai

pembangunan pemerintah pusat yang dibiayai dari APBN dan nilai

pembangunan daerah yang dibiayai APBD serta perbaikannya dan

pembangunan yang dilakukan oleh developer, Perumnas serta yang

dilakukan oleh swadaya masyarakat murni. Sedangkan persentase nilai

tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga

konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks

Harga Perdagangan Besar (IHPB) Bahan Bangunan dan Konstruksi.

Perdagangan

Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000, dihitung

dengan mengalikan rasio dari survey khusus dengan output atas dasar

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 34

harga konstan 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan

penggalian, industri serta import. Nilai tambah atas dasar harga

berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio

nilai tambah dengan outputnya.

Hotel

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga

konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai

tambah dengan outputnya. Output dihitung dari malam tamu kali

tarifnya.

Restoran

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000

dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen

makanan jadi dan minuman sebagai deflator.

Angkutan Kereta Api

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung

berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan PT. KAI. Nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan

tertimbang penumpang dan ton-km barang yang diangkut.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 35

Angkutan Jalan Raya

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan

menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah

armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang

diperoleh dari laporan tahunan Dinas Perhubungan, dan hasil survei

khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun.

Sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari survei

khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung

dengan cara revaluasi.

Angkutan Laut

Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara

mengalikan jumlah penumpang dan barang yang dimuat dari PT.

Pelindo, dengan rata–rata output per penumpang dan barang. Nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara

ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks gabungan tertimbang jumlah

penumpang dan barang yang dimuat.

Pergudangan

Rata-rata outputnya dari survei khusus. Penghitungan nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara

deflasi memakai indeks harga konsumen komponen biaya transport.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 36

Pos dan Giro

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku

didasarkan kepada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh

dari laporan keungan PT. Pos Indonesia. Perkiraan nilai tambah bruto

atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ektrapolasi,

mengunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan

jumlah uang yang digirokan.

Telekomunikasi

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung

berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan Kantor

Wilayah Usaha Telekomunikasi Jawa Timur. Nilai tambah bruto atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengunakan indeks

produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit

lokal/interlokal dan banyaknya pemegang telepon yang bersumber

dari Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi Jawa Timur. NTB dihitung

oleh BPS Propinsi Jawa Timur.

Jasa Penunjang Komunikasi

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari

survei khusus, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 dihitung

menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 37

jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pelanggan telepon yang

bersumber dari survei khusus.

Bank

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh

dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank

pada tiap-tiap tahun, sedangkan indeks kredit yang digunakan adalah

indeks kredit riil yang sudah dideflet dengan kenaikan suku bunga

perbankan. Jumlah kredit yang dilepas oleh bank diperoleh dari Bank

Indonesia Surabaya. NTB dihitung oleh BPS Propinsi Jawa Timur.

Lembaga Keuangan Bukan Bank

Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga

berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi. Output diperoleh

dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan

nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya

antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan

2000 dihitung dengan cara revaluasi pada koperasi dan pegadaian.

Pada kegiatan jasa keuangan bukan bank seperti yayasan dana pensiun

penghitungan harga konstan dengan cara deflasi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 38

Sewa Bangunan

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan

cara mengalikan jumlah bangunan dengan rata-rata tarif sewa untuk

bangunan rural dan urban, sedangkan untuk perhitungan atas dasar

harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi

menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan sebagai

tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah

bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate

nilai bangunan dan tempat tinggal.

Jasa Perusahaan

Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan kepada

data jumlah tenaga kerja yang bersumber dari survei khusus, dengan

rata–rata output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah bruto

yang juga diperoleh dari survei khusus pendapatan regional.

Jasa Pemerintahan Umum

Nilai tambah bruto sub sektor jasa pemerintah umum terdiri

dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah

dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji belanja rutin dan

sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan nilai tambah bruto atas

dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 39

menggunakan indeks jumlah pegawai negeri dan daerah yang ada di

kabupaten Banyuwangi, termasuk di dalamnya pemerintahan desa.

Jasa Pendidikan

Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh

dari kegiatan survei khusus. Sedangkan penghitungan nilai tambah

bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi.

Jasa Kesehatan

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada

presentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari

Dinas Kesehatan serta dari survei khusus pendapatan regional.

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung

dengan cara revaluasi masing–masing kegiatan yang terkait dengan

jasa kesehatan medis dan non medis.

Sosial Kemasyarakatan Lainnya

Dari survei khusus diperoleh data rata–rata input rumah ibadat

yang dikalikan dengan jumlah tempat ibadat. Sedangkan untuk

penghitungan atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara

revaluasi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 40

Jasa Hiburan dan Kebudayaan

Data output dan nilai tambah bioskop, panggung hiburan,

bilyard dan tempat–tempat hiburan lainya diperoleh dari Dinas

Pendapatan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan data output televisi,

radio swasta dan hiburan lain diperoleh dari survei khusus.

Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan cara

deflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen aneka barang dan jasa.

Jasa Perorangan dan Rumahtangga

Nilai output diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah

tenaga kerja yang didasarkan kepada hasil survei khusus dengan rata–

rata output per tenaga kerja. Sedangkan untuk memperoleh nilai

tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah

bruto. Nilai tambah bruto atas dasar harga 2000 diperoleh dengan

cara ekstrapolasi.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 41

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 BESARAN PDRB

Seperti diketahui, bahwa pembangunan antar sektoral selalu

berhubungan antara yang satu dengan yang lain, saling menunjang

dan selalu berkaitan serta masing-masing mempunyai peranan dalam

mewujudkan tujuan pembangunan yang utamanya pembangunan

daerah. Tujuan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh

masyarakat, meletakkan landasan yang lebih kuat untuk tahap-tahap

pembangunan berikutnya. Oleh karenanya kebijaksanaan pemerintah

menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar modal

dasar yang dimiliki semakin kokoh. Lebih-lebih di era otonomi daerah

saat ini diperlukan upaya keras untuk memulihkan keadaan

perekonomian yang kurang menguntungkan belakangan ini, sebagai

dampak krisis berkepanjangan yang dirasakan perlu secepatnya

dilakukan pemulihan (recovery) ekonomi, tidak saja di tingkat nasional

tetapi juga di tingkat regional.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran

masyarakat, dapat diukur dari tingkat pendapatan per kapita suatu

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 42

daerah lainnya, baik daerah sekitarnya maupun daerah lainnya yang

lebih maju. Tingginya pendapatan per kapita dengan sendirinya akan

memperkuat kemampuan menabung sebagian dari pendapatannya

untuk cadangan hari depan yang lebih baik. Data kuantitatif dari angka

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu alat

ukur atau indikator untuk melihat sampai sejauh mana keberhasilan

pembangunan ekonomi regional di Kabupaten Banyuwangi dari waktu

ke waktu.

Dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

harga konstan dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi,

dari angka indeks implisit dapat menggambarkan tingkat inflasi dan

deflasi dari kegiatan ekonomi secara agregat sektoral, artinya

seberapa jauh tingkat perkembangan harga yang terjadi selama satu

tahun.

Jika dilihat tingkat perkembangan kemajuan ekonomi

Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 yang terukur melalui besaran

PDRB atas dasar harga berlaku tercatat Rp. 26.803.241,86 (dalam juta).

Dari besaran PDRB ADHB ini bila dihitung tingkat perkembangannya

yang dimulai dari tahun dasar 2000 sampai dengan tahun 2011

angkanya terus bertambah hingga mencapai 279,39 persen, atau ada

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 43

peningkatan dengan angka sebesar 18,39 persen dibanding tahun

2010.

4.2 PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi biasanya ditandai dengan angka yang

nilainya positif, namun apabila angkanya negatif maka pertumbuhan

ekonomi daerah tersebut mengalami kemunduran, seperti saat

terjadinya kontraksi ekonomi yang menimbulkan krisis ekonomi

berkepanjangan. Pertumbuhan ekonomi pada saat itu nilainya negatif

bahkan angkanya mencapai dua digit, tepatnya terjadi pada tahun

1997. Tetapi memasuki tahun 2000 banyak para ekonom berpendapat

bahwa tahun itu merupakan tahun awal pemulihan ekonomi nasional

dari yang paling terpuruk menuju ke arah yang lebih baik. Bahkan dari

hasil penghitungan pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional

pada tahun 2000 sudah diperoleh angka yang positif walaupun masih

jauh dari harapan banyak pihak.

Bila dilihat nilai PDRB atas dasar harga konstan, yang dihitung

dengan menggunakan tahun dasar 2000 sebagai dasar perhitungan,

PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 mencapai Rp.

11.717.740,14 (dalam juta), sedangkan tahun 2010 mencapai Rp.

11.015.195,17 (dalam juta) atau mengalami pertumbuhan 6,38 % yang

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 44

berarti ada peningkatan sebesar 0,15 poin dari tahun sebelumnya yang

besar pertumbuhan ekonominya mencapai 6,22 %.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 45

0

1

2

3

4

5

6

7

2006 2007 2008 2009 2010 2011

4,74

5,64 5,8 6,05 6,22 6,38

Tabel 4.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Kab. Banyuwangi Tahun 2006 – 2011 (%)

No T a h u n Pertumbuhan Ekonomi (%)

1. 2006 4.74

2. 2007 5.64

3. 2008 5.80

4. 2009 6.05

5. 2010 6.22

6. 2011 6.38

Atau lebih jelasnya bisa dilihat gambar 4.1 dibawah ini :

Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Kab. Banyuwangi

Tahun 2006-2011

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 46

Selama krisis ekonomi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga

di tahun-tahun sebelumnya yang relatif cukup tinggi sehingga

mengakibatkan naiknya biaya produksi, melemahnya tingkat

produktifitas dan kurang terjangkaunya biaya produksi karena harga

terus melambung tinggi, disisi lain sangat dirasakan pada sektor-sektor

yang mempunyai peranan terbesar sumbangannya terhadap PDRB

Kabupaten Banyuwangi seperti sub sektor pertanian tanaman bahan

makanan, perkebunan, peternakan dan lain sebagainya

4.3 STRUKTUR EKONOMI

Secara umum struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi

terbentuk dan didominasi oleh Sektor Pertanian. Pada tahun 2011

peranan Sektor Pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 45,12 persen, atau hampir

separuh dari kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi bergerak di

Sektor Pertanian. Dominasi kedua sebagai pembentuk struktur

ekonomi Kabupaten Banyuwangi disumbang oleh Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran yang angkanya mencapai 30,27 persen. Ketiga dari

Sektor Jasa-jasa sebesar 5,99 persen sedang selebihnya merupakan

bagian dari sektor ekonomi yang lain sebagaimana Gambar 4.2.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 47

Gambar 4.2 Struktur Ekonomi Kab. Banyuwangi 2011

4.4 PENDAPATAN PER KAPITA

Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para

pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita.

Walaupun kurang refresentatif pendapatan per kapita harus tetap

disaji-kan untuk memperoleh gambaran sejauh mana pendapatan

masyarakat secara rata-rata. Selain itu besaran pendapatan per kapita

bisa digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan daerah

satu dengan daerah yang lain. Intepretasinya bila diperoleh angka

pendapatan per kapitanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan

daerah yang lain, maka daerah yang lebih tinggi angka pendapatan per

45,12

4,52

5,35

0,30 1,02

30,27

3,01 4,43 5,99

PERTANIAN (45,12%)

PERTAMBANGAN danPENGGALIAN (4,52%)

INDUSTRI PENGOLAHAN (5,35%)

LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH(0,30%)

BANGUNAN (1,02%)

PERDAGANGAN, HOTEL danRESTORAN (30,27%)

PENGANGKUTAN danKOMUNIKASI (3,01%)

KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JSPERUSAHAAN (4,43%)

JASA-JASA (5,99%)

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 48

kapitanya tersebut lebih tinggi pula tingkat kesejahteraan

masyarakatnya.

Pada tahun 2011 angka pendapatan per kapita Kabupaten

Banyuwangi tercatat Rp. 16.639.396,88,- yang mengandung maksud

bahwa dari sejumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi diperkirakan

mempunyai pendapatan rata-rata dalam setahunnya sebesar

Rp. 16.639.396,88,-. Angka pendapatan per kapita ini naik sekitar

13,509 persen bila dibandingkan dengan angka pendapatan per kapita

pada tahun 2010. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa angka

pendapatan per kapita bisa diintepretasikan sebagai tingkat

kesejahteraan masyarakat, dengan demikian apabila angka

pendapatan per kapita Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 naik

sebesar 13,509 persen, maka sama artinya dengan tingkat

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyuwangi juga ikut naik

sebesar 13,509 persen dibanding tahun 2010.

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 49

8.821.875,18

9.954.332,93

11.482.829,27

12.928.057,07

14.659.053,72

16.639.396,88

0,00

2.000.000,00

4.000.000,00

6.000.000,00

8.000.000,00

10.000.000,00

12.000.000,00

14.000.000,00

16.000.000,00

18.000.000,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tabel 4.2 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2006 – 2011 (dalam rupiah)

No T a h u n Pendapatan Per Kapita (Rp)

1. 2006 8,821,875.18

2. 2007 9,954,332.93

3. 2008 11,482,829.27

4. 2009 12,928,057.07

5. 2010 14,659,053.72

6. 2011 16,639,396.88

Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2006-2011

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 50

4.5 Tingkat Inflasi Tahun 2011

Tingkat inflasi tahun 2011 sebesar 7,44 persen. Bila diamati dari

prosentase untuk seluruh sektor ekonomi, terlihat positif atau terjadi

inflasi, bahkan tidak ada yang negatif/deflasi, yang artinya di tahun

2011 terjadi kenaikan harga untuk semua sektor ekonomi. Inflasi

tertinggi terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar

11,02 persen.

Tabel 4.3 Tingkat Inflasi Sektoral Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2011 ( % )

No Sektor Inflasi

1 Pertanian 5,82

2 Penggalian & Pertambangan 5,58

3 Industri Pengolahan 7,18

4 Listrik, Gas dan Air bersih 1,08

5 Bangunan/konstruksi 2,98

6 Perdagangan, hotel dan Restoran 11,02

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,30

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,93

9 Jasa – jasa 5,06

Tingkat Inflasi Umum 7,44

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 51

Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini :

Gambar 4.4 Tingkat Inflasi sektoral Tahun 2011

0 2 4 6 8 10 12

Pertanian

Penggalian & Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air bersih

Bangunan/konstruksi

Perdagangan, hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan

Jasa – jasa

Tingkat Inflasi Umum

5,82

5,58

7,18

1,08

2,98

11,02

4,30

6,93

5,06

7,44

INFLASI

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 52

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Situasi perekonomian Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011

tampak ada kenaikan dibanding dengan tahun 2010. Ada dua hal yang

sangat signifikan terhadap peningkatan perkembangan ekonomi ini,

yaitu meningkatnya volume produksi dan naiknya harga barang dan

jasa. Dari kedua hal ini umumnya kenaikan harga yang terjadi pada

saat transaksi barang dan jasa lebih dominan dibanding dengan

peningkatan volume produksi barang dan jasa yang ditransaksikan.

Dengan kata lain meningkatnya perkembangan ekonomi yang terjadi

di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 itu lebih didominasi oleh

naiknya harga barang dan jasa. Dalam PDRB perkembangan ekonomi

dimaksud terukur melalui PDRB ADHB yang tercatat sebesar Rp.

26.803.241,86 (dalam juta) pada tahun 2011 serta sekitar Rp.

23.558.420,84 (dalam juta) pada tahun 2010.

Kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya pada tahun

2011 yang terukur melalui inflasi sebesar 7,44 persen. Tingginya inflasi

ini karena ada tenggang waktu satu tahun karena ada hari-hari besar

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 53

keagaman serta adanya pengaruh dari stabilitas perekonomian yang

kurang mendukung.

Berdasarkan hasil survei di berbagai sektor ekonomi, diperoleh

indikasi adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa yang

terjadi pada tahun 2011. Dalam penghitungan PDRB peningkatan

volume produksi barang dan jasa ini akan mencerminkan adanya

pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Banyuwangi tercatat sebesar 6,38 persen. Tingginya

pertumbuhan ekonomi ini disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran sebesar 9,22 persen, sedang urutan kedua adalah sektor

Kostruksi/bangunan sebesar 7,69 persen dan urutan ketiga adalah

sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 6,77 persen.

Selain perkembangan ekonomi yang tersaji dalam PDRB ADHB

serta kinerja ekonomi yang terukur melalui pertumbuhan ekonomi.

Struktur ekonomi daerah juga bisa terukur dengan menggunakan

distribusi PDRB sektoral. Pada tahun 2011 struktur ekonomi

Kabupaten Banyuwangi masih didominasi oleh Sektor Pertanian.

Artinya hampir separuh dari kegiatan ekonomi yang terjadi di

Kabupaten Banyuwangi bergerak di Sektor Pertanian. Dominasi kedua

pada Sektor Pedagangan, Hotel dan Restoran. Angkanya bisa

diintepretasikan bahwa kegiatan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi

PDRB Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Hal. 54

pada tahun 2011 sekitar seperempatnya bergerak di Sektor

Perdagangan, Hotel dan restoran. Urutan ketiga Sektor Jasa-jasa dan

keempat Sektor Industri.

5.2 S A R A N

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi bagi setiap daerah,

dapat dilakukan melalui struktur ekonomi daerah yang bersangkutan.

Karena sektor ekonomi yang mempunyai peran terbesar terhadap

pembentukan struktur ekonomi akan mempunyai pengaruh yang

sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi, maka

Sektor Pertanian yang merupakan sektor ekonomi yang paling

dominan itulah yang harus diberdayakan.