BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji...
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian usaha
dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, distribusi pendapatan yang merata,
meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran
struktur ekonomi ke arah yang lebih tinggi dari sektor pertanian ke sektor
industri. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan melihat
kenaikan produksi regional di wilayah tersebut.
Indikator ekonomi makro yang cukup dikenal secara luas di antaranya
berupa pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ukuran ini dihitung dengan
menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Keduanya sangat membantu
bagi para perencana dan pengambil keputusan juga digunakan sebagai salah
satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional
maupun regional.
Dalam mengukur berapa besar tambahan investasi yang harus
dibutuhkan untuk meningkatkan setiap satu satuan dalam persen pada
pertumbuhan ekonomi, untuk bisa menghitungnya dibutuhkan sebuah rasio
penghitungan yang lazim digunakan seperti Incremental Capital Output Ratio
(ICOR). ICOR merupakan salah satu bagian dari statistik deskriptif yang
dikembangkan secara khusus terkait dengan kajian investasi ekonomi makro,
dalam hal ini ICOR berguna untuk menghitung seberapa besar investasi yang
dibutuhkan.
1.2 Pengertian
Agar mendapat pemahaman yang sama, maka perlu disepakati
tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan Incremental
Capital Output Ratio sebagai berikut:
a. Investasi didefinisikan sebagai penambahan secara fisik atas barang
modal tetap. Dalam hal ini termasuk perubahan stok.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 2
b. Stok atau inventory bisa diartikan sebagai penjumlahan dari barang-
barang jadi yang belum terjual, barang setengah jadi serta bahan-bahan
yang belum terpakai.
c. Usaha adalah kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang
atau jasa untuk diperjual-belikan atau ditukar dengan barang lain, dan
ada satu orang atau lebih yang bertanggungjawab atau menanggung
resiko.
d. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha
yang bersifat tetap, dan terus-menerus serta berkedudukan dalam
wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi untuk tujuan memperoleh
keuntungan.
e. Barang modal adalah barang tahan lama yang digunakan dalam kegiatan
produksi, mempunyai umur pakai lebih dari satu tahun dan mempunyai
nilai per unit relatif lebih besar bila dibandingkan dengan output/produksi
yang dihasilkan.
f. Bangunan tempat tinggal adalah nilai seluruh bangunan tempat tinggal
dan bagian dalam dari bangunan dan pemasangan benda-benda tetap
seperti: dapur, alat pemanas, AC, lampu dan instalasi lainnya, seperti
rumah dinas karyawan, rumah untuk tamu perusahaan dan lain-lain.
g. Bangunan bukan tempat tinggal adalah nilai seluruh bangunan bukan
tempat tinggal yang digunakan untuk kegiatan usaha seperti pabrik,
kantor, garasi, toko, tempat ibadah dan lain-lain.
h. Pekerjaan umum lainnya, seperti: jalan, selokan, tempat parkir, instalasi
listrik serta telepon dan lain-lain.
i. Mesin dan peralatannya, seperti mesin pabrik, diesel dan lain-lain.
j. Alat pengangkutan, seperti: mobil, truk, bus, motor dan lainnya
k. Perbaikan tanah, seperti: pengeluaran biaya untuk status tanah (biaya
sertifikat, IMB, dll), reklamasi atau pengurukan tanah.
l. Barang modal tetap tak berwujud, seperti: perangkat lunak komputer
(sistem, program dan lain-lain), eksplorasi, karya artistik dan lain-lain.
m. Lainnya, seperti inventaris kantor (furniture, AC, computer dll).
n. Penambahan barang modal merupakan pembelian, pengadaan,
pemberian atau pembuatan barang modal baik barang modal baru
maupun bekas, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk juga
perbaikan besar barang modal. Perbaikan besar merupakan perbaikan
yang akan menambah umur pakai, menambah kapasitas, termasuk
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 3
merubah bentuk barang modal tersebut seperti turun mesin bagi
kendaraan, penambahan ruangan kantor dan sebagainya.
o. Pengurangan barang modal adalah penjualan barang modal atau
diberikan kepada pihak lain termasuk juga barang modal yang hilang.
1.3 Dasar Penyusunan
Dasar penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dua kali ditetapkan dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2006;
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2006 tentang Dana Perimbangan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi ;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun
Anggaran 2011 ;
7. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 46 Tahun 2010 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun
Anggaran 2011 ;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi ;
9. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 57 Tahun 2011 tentang Tugas
Fungsi dan Tata Kerja Bappeda ;
10. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik;
11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Statistik.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 4
1.4 Maksud, Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Maksud
Penyusunan publikasi Incremental Capital Output Ratio
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini, dimaksudkan untuk
mendapatkan rasio penghitungan yang bisa digunakan untuk
memperoleh informasi tentang seberapa besar investasi yang
dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
1.4.2 T u j u a n
Secara khusus publikasi ini disusun untuk mendapatkan sebuah
ukuran kuantitatif sebagai bahan kajian investasi ekonomi makro yang
terdiri dari:
1. Tersedianya rasio penghitungan yang bisa digunakan untuk
menentukan berapa besar tambahan investasi yang dibutuhkan
ketika pertumbuhan ekonomi diinginkan pada besaran tertentu;
2. Tersedianya bahan kajian ekonomi sektoral. Dalam hal ini akan
didukung dengan hasil kegiatan survei lain yang terkait dengan
indikator sosial ekonomi;
3. Tersedianya informasi yang lebih spesifik di bidang investasi pada
tingkat regional. Utamanya untuk melengkapi informasi dalam
pengambilan kebijakan berskala menengah yang kerap kali
membutuhkan informasi berapa besarnya investasi.
1.4.3 Manfaat
Hasil penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010 ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai bahan evaluasi dan perencanaan dari program pembangunan
yang telah dilaksanakan, khususnya kebijakan dalam program-program
pembangunan di bidang ekonomi yang terkait dengan investasi.
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan Incremental Capital
Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010, meliputi seluruh
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Artinya di
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 5
setiap kecamatan akan ada sampel yang terpilih, namun dari hasil
pengolahan datanya dari sampel tersebut, hanya bisa digunakan untuk
penghitungan angka kabupaten saja.
1.5.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penyusunan Incremental Capital
Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini, sebagai berikut:
1. Sebagaimana dalam tujuan penyusunan Incremental Capital Output
Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010;
2. Potensi dan Permasalahan yang ada terkait dengan kebutuhan
informasi tentang besarnya investasi di Kabupaten Banyuwangi
pada tahun 2010 maupun tahun-tahun berikutnya;
3. Strategi penanganan, program yang akan dilaksanakan dalam
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
1.5.3 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan penyusunan Incremental Capital Output
Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di
wilayah Kabupaten Banyuwangi;
2. Inventarisasi pola kebijakan khususnya kebijakan dalam program-
program pembangunan di bidang ekonomi yang terkait dengan
besarnya investasi;
3. Menyusun dan menetapkan Rencana Program dan Operasionalisasi
pelaksanaan program-program pembangunan khususnya di bidang
ekonomi yang terkait dengan besarnya investasi.
1.6 Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1. Tersusunnya publikasi Incremental Capital Output Ratio Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010 sebagai alat ukur dalam menentukan besarnya
investasi yang dibutuhkan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan di Kabupaten Banyuwangi;
2. Ditetapkannya Strategi Pembangunan di bidang ekonomi yang terkait
dengan besarnya investasi di Kabupaten Banyuwangi.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 6
1.7 Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan laporan pendahuluan Incremental Capital
Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang penyusunan Incremental
Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi, pengertian umum
tentang Investasi, maksud/tujuan/manfaat, ruang lingkup
penyusunan, hasil yang diharapkan serta sistematika penyusunannya.
Bab 2 Gambaran Umum Investasi di Kabupaten Banyuwangi
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum investasi di Kabupaten
Banyuwangi yang ditinjau berdasarkan potensi bidang ekonominya.
Bab 3 Metodologi
Bab ini menjelaskan tentang prinsip dasar penyusunan, azas
penyusunan, pendekatan penyusunan, metode penghitungan yang
akan digunakan dalam membentuk besarnya investasi yang
dibutuhkan di Kabupaten Banyuwangi yang disesuaikan dengan
kondisi wilayah maupun teknis dan langkah-langkah pelaksanaan.
Bab 4 Analysis ICOR
Bab ini membahas tentang perkembangan investasi, besarnya
investasi sektoral yang dibutuhkan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
Bab 5 Potensi Sumber Daya
Bab ini memberikan gambaran umum tentang potensi ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi yang ditinjau berdasarkan potensi sumber
daya alam dan sumber daya manusianya.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 7
BAB II
GAMBARAN UMUM INVESTASI
DI KABUPATEN
BANYUWANGI
2.1 Potensi Sumber Daya Alam
2.1.1 Letak Geografis dan Topografi Wilayah
Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung Timur
Pulau Jawa, tepatnya
berada pada
koordinat 743’ -
846’ Lintang Selatan
dan 11353’ - 11438’
Bujur Timur. Batas
wilayah administrasi-
inya sebelah utara
berbatasan dengan
Kabupaten
Situbondo, sebelah
Timur dengan Selat
Bali, sebelah selatan
dengan Samudera
Indonesia dan
sebelah Barat dengan
Kabupaten Jember
dan Bondowoso.
Kabupaten
Banyuwangi terdiri
dari 28 Kelurahan dan 189 desa dengan jumlah dusun sebanyak 751
dan 87 lingkungan, RW sebanyak 2.839 dan 10.569 RT dan dengan luas
sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi
Gambar 2.1
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 8
masih daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan diperkirakan telah
mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah
persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan
luas area sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan
sebagai daerah pemukiman penduduk dengan luas sekitar 127.454,22
ha atau 22,04 persen. Sisanya dipergunakan dengan berbagai manfaat
yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. Kabupaten
Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta
jumlah pulau ada 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan
manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten
Banyuwangi.
Topografi Kabupaten Banyuwangi yang berupa dataran tinggi,
merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan
yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman
pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah
Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota
laut.
Berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi
merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan,
berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan
kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya positif
yang mengarah pada peningkatan potensi kelautan. Karena dari
sepanjang garis pantai yang ada, merupakan daerah potensi perikanan
laut dan biota lain itu yang masih belum dikelola secara optimal.
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi biasanya ditandai dengan angka yang
nilainya positif, namun apabila angkanya negatif maka pertumbuhan
ekonomi daerah tersebut mengalami kemunduran, pada tahun 2000
nilai PDRB atas dasar harga konstan, yang dihitung dengan
menggunakan tahun dasar 2000 sebagai dasar perhitungan, PDRB atas
dasar harga konstan pada tahun 2010 mencapai Rp 11.015.195,17
(dalam juta), sedangkan tahun 2009 mencapai Rp 10.370.286,20
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 9
(dalam juta) atau mengalami pertumbuhan 6,22 % yang berarti ada
peningkatan sebesar 0,17 poin dari tahun sebelumnya yang besar
pertumbuhan ekonominya mencapai 6,05 %.
Tabel 2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Kab. Banyuwangi Tahun 2006 – 2010 (%)
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1. 2006 4.74
2. 2007 5.64
3. 2008 5.80
4. 2009 6.05
5. 2010 6.22
Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
Gambar 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2006 - 2010
Selama krisis ekonomi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga di
tahun-tahun sebelumnya yang relatif cukup tinggi sehingga
mengakibatkan naiknya biaya produksi, melemahnya tingkat
produktifitas dan kurang terjangkaunya biaya produksi karena harga
terus malambung tinggi, disisi lain sangat dirasakan pada sektor-sektor
yang mempunyai peranan terbesar sumbangannya terhadap PDRB
Kabupaten Banyuwangi seperti sub sektor pertanian tanaman bahan
makanan, perkebunan, peternakan.
4,74 5,64 5,8 6,05 6,22
0
1
2
3
4
5
6
7
2006 2007 2008 2009 2010
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 10
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 11
2.1.3 Struktur Ekonomi
Secara umum struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi
terbentuk dan didominasi oleh Sektor Pertanian. Pada tahun 2010
peranan Sektor Pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di
Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 46,20 persen, Dominasi
kedua sebagai pembentuk struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi
disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang
angkanya mencapai 28,67 persen. Ketiga dari Sektor Jasa-jasa sebesar
6,14 persen sedang selebihnya merupakan bagian dari sektor ekonomi
yang lain.
Gambar 2.3 Struktur Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010
2.1.4 Pendapatan Perkapita
Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para
pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita.
Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan per kapitanya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain, maka daerah yang
lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut lebih tinggi pula
tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
46,2%
4,57% 5,4% 0,32%
1,04%
28,67%
3,.12%
4,53% 6,14%
PERTANIAN (46,2%)
PERTAMBANGAN DANPENGGALIAN (4,57%)
INDUSTRI PENGOLAHAN(5,4%)
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH(0,32%)
BANGUNAN (1,04%)
PERDAGANGAN, HOTEL, danRESTORAN (28,67%)
PENGANGKUTAN danKOMUNIKASI (3,12%)
KEUANGAN, PERSEWAAN, danJASA PERUSAHAAN (4,53%)
JASA-JASA (6,14%)
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 12
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
2006 2007 2008 2009 2010
Pada tahun 2010 angka pendapatan per kapita Kabupaten
Banyuwangi tercatat Rp 14.659.053,72,- yang mengandung maksud
bahwa dari sejumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi diperkirakan
mempunyai pendapatan rata-rata dalam setahunnya sebesar Rp
14.659.053,72,-. Angka pendapatan per kapita ini naik sekitar 13,39
persen bila dibandingkan dengan angka pendapatan per kapita pada
tahun 2009, dengan demikian apabila angka pendapatan per kapita
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 naik sebesar 13,39 persen,
maka sama artinya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Banyuwangi juga ikut naik sebesar 13,39 persen dibanding
tahun 2009.
Tabel 2.2 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2006 – 2010 (dalam rupiah)
No Tahun Pendapatan Per Kapita (Rp)
1. 2006 8.821.875,18
2. 2007 9.954.332,93
3. 2008 11.482.829,27
4. 2009 12.928.057,07
5. 2010 14.659.053,72
Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2006-2010
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 13
2.2 Potensi Sumber Daya Manusia
2.2.1 Demografi
Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti
dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk
telah digunakan sebagai salah satu penimbang besar kecilnya
perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Terkait penduduk merupakan
bagian dari pembangunan. Karena selain sebagai subyek sekaligus
penduduk bisa menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai
dengan akhir tahun 2010 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi
tercatat sebanyak 1.556.078 jiwa.
2.2.2 Pendidikan
Pada tahun 2010 jumlah fisik sekolah, murid dan guru untuk
Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) jumlahnya masih mempunyai
kecenderungan yang meningkat baik berstatus negeri maupun swasta.
Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Sekolah Dasar Negeri (SDN)
yang mempunyai kecenderungan jumlah lembaganya menurun namun
dengan jumlah murid yang bertambah. Penurunan jumlah lembaga
SDN belakangan ini sebagai akibat dari kebijakan yang diambil oleh
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan menyatukan dua SDN
menjadi satu SDN.
Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat
jumlah sekolah negeri dan swasta perkembangannya terus bertambah,
keberadaannya di Kabupaten Banyuwangi seluruh kecamatannya
sudah mempunyai SMP bahkan jumlahnya minimal ada satu SMP yang
berstatus negeri. Berlanjut ke jenjang pendidikan setingkat lebih tinggi
yang disebut dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang
sederajat. Lembaga SMA sederajat sampai dengan tahun 2010,
keberadaannya di setiap kecamatan sudah merata minimal ada satu
lembaga.
Dari setiap jenjang sekolah mulai dari SD sederajat hingga SMA
sederajat, bila dihitung perbandingan jumlah lembaganya diperoleh
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 14
antara SD sederajat terhadap SMP sederajat berbanding 5:1, untuk
SMP sederajat terhadap SMA sederajat perbandingannya 2:1. Sedang
perbandingan untuk jumlah muridnya antara SD sederajat terhadap
SMP sederajat diperoleh perbandingan sekitar 3:1, untuk SMP
sederajat terhadap SMA sederajat ada sekitar 2:1. Arti dari angka
perbandingan tersebut bisa dimaknai bahwa dari setiap jumlah lulusan
5 SDN sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMP
sederajat jumlahnya baru sekitar sepertiganya. Dan dari setiap jumlah
lulusan 2 SMP sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMA
sederajat jumlahnya baru sekitar separuhnya.
2.2.3 Populasi Usaha
Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa populasi usaha
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kajian ekonomi
makro. Bahkan memiliki korelasi apabila semakin banyak populasi
usaha di suatu daerah, maka perekonomian daerah tersebut dapat
diduga akan lebih cepat meningkat bila dibandingkan dengan daerah
lain yang memiliki jumlah populasi usaha yang lebih sedikit.
Bila diperhatikan berdasarkan sektor kegiatan usahanya, maka
usaha-usaha yang bergerak di sektor perdagangan masih merupakan
sektor ekonomi yang paling banyak diminati oleh pelaku usaha di
Kabupaten Banyuwangi, jumlahnya mencapai 95 445 usaha. Terbanyak
kedua adalah sektor industri yang jumlahnya tercatat sekitar 42 559
usaha. Ketiga sektor jasa-jasa dengan jumlah sebanyak 20 847 usaha.
Kegiatan usaha yang mempunyai lokasi tempat usaha
permanen, kepemilikan status badan usaha rupanya sudah menjadi
perhatian. Sedang jumlah usaha menurut bentuk badan usaha PT
sebanyak 93 usaha, CV sebanyak 180 usaha, Koperasi sebanyak 33
usaha, UD/tidak berbadan hukum 334 usaha (sumber data didapat dari
Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyuwangi).
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 15
Tabel 2.3 Jumlah Usaha Menurut Sektor Kegiatan Usaha
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2006
No Sektor Kegiatan Usaha Jumlah
1. Pertambangan dan Penggalian 1.267
2. Industri Pengolahan 42.559
3. Listrik, Gas dan Air 95
4. Konstruksi 872
5. Perdagangan Besar dan Eceran 95.445
6. Akomodasi dan Makan Minum 20.257
7. Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi 16.130
8. Perantara Keuangan 624
9. Real Estat, Usaha Persewaan 3.900
10. Jasa Pendidikan 2.992
11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.322
12. Jasa Kemasy. Sosbud, Hiburan, Perorangan lainnya 20.847
13. Jasa Perorangan yg Melayani Rumahtangga 1.267
Jumlah Usaha 207.577 Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (hasil SE 2006)
Usaha yang mengunakan lokasi tempat usaha dengan bangunan
khusus rupanya telah menyerap tenaga kerja terbanyak. Usaha dengan
penggunaan lokasi tempat usaha berupa rumah hunian yang
digunakan juga untuk usaha telah menyerap tenaga kerja terbanyak
kedua.
1. Pertambangan dan Penggalian
Penyebaran usaha ini tergolong kurang merata,
mungkin lebih disebabkan oleh faktor geografis. Sehingga populasi
usahanyapun masih relatif sedikit. Usaha-usaha ini banyak
dijumpai di Kecamatan Songgon, Wongsorejo, Singojuruh,
Glenmore dan Purwoharjo.
2. Industri Pengolahan
Kegiatan merubah bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi yang diikuti dengan naiknya nilai tambah
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 16
barang, umumnya didefinisikan sebagai industri pengolahan.
Kegiatan seperti ini banyak ditemukan di Kecamatan Srono,
Rogojampi, Muncar, Genteng dan Kabat.
3. Listrik, Gas dan Air
Keberadaan usaha ini sangat terbatas dan tidak
seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdapat usaha ini.
Pada umumnya populasi usaha ini ditemukan di Kecamatan
Songgon, Glenmore, Kalibaru, Kalipuro dan Licin.
4. Konstruksi
Konstruksi tidak selalu identik dengan perusahaan
kontraktor bangunan saja, usaha ini bisa saja dilakukan oleh
perorangan apabila mekanisme kerjanya sepadan dengan usaha
kontruksi. Populasi usaha ini banyak ditemukan di Kecamatan
Kabat, Rogojampi, Banyuwangi, Genteng dan Srono.
5. Perdagangan Besar dan Eceran
Kegiatan usaha perdagangan ini juga merupakan
usaha terbesar dalam penyerapan tenaga kerja hal ini merupakan
nilai produksi/omzet/pendapatan dari kegiatan usaha
perdagangan besar dan eceran. Menurut populasinya, usaha ini
banyak diusahakan di Kecamatan Muncar, Rogojampi,
Banyuwangi, Genteng dan Srono.
6. Akomodasi dan Makan Minum
Usaha ini tergolong relatif banyak dan cukup
menyebar ke seluruh pelosok Kabupaten Banyuwangi. Penyediaan
akomodasi dan makan minum banyak terdapat di Kecamatan
Banyuwangi, Muncar, Rogojampi, Kalipuro dan Srono.
7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
Bila diperhatikan persebaran usaha ini relatif cukup
merata, namun berdasarkan populasinya usaha ini banyak
ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar, Kalipuro
dan Rogojampi.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 17
8. Perantara Keuangan
Perantara keuangan bisa berupa Bank, Asuransi
atau Lembaga Keuangan Bukan Bank sampai dengan rentenir yang
dilakukan oleh perorangan. Usaha ini banyak ditemukan di
Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Gambiran, Rogojampi dan
Purwoharjo.
9. Real estat, Usaha Persewaan
Usaha ini berkembang dengan baik di seluruh
kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. usaha ini dapat ditemukan
di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Glagah, Rogojampi dan
Purwoharjo.
10. Jasa Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang
paling esensial bagi semua orang. Yang dimaksud usaha di sini
berupa lembaga pendidikan formal dan non formal. Bisa
diusahakan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan. Pada
umumnya banyak diusahakan di Kecamatan Genteng, Cluring,
Srono, Kabat dan Banyuwangi.
11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Seperti jasa pendidikan, usaha ini bisa juga
diusahakan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan, seperti
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Puskesmas serta fasilitas
kesehatan lainnya. Termasuk di sini pengobatan non medis serta
layanan dalam panti maupun di luar panti. Usaha jasa kesehatan
dan kegiatan lainnya banyak terdapat di Kecamatan Banyuwangi,
Muncar, Genteng, Rogojampi dan Kalipuro.
12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan Lainnya
Populasi usaha ini lebih didominasi oleh usaha yang
bersifat jasa, seperti; tukang servis peralatan rumah tangga,
tukang cukur, salon, penjahit dan sejenisnya. Kegiatan usaha ini
didominasi oleh Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar,
Wongsorejo dan Rogojampi.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 18
13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga
Usaha jasa di sini berbeda dengan usaha yang terdapat
pada jasa kemasyarakatan. Usaha yang dimaksud lebih mengarah
pada pelayanan rumah tangga, seperti; juru masak, tukang cuci,
tukang kebun, pengurus rumah tangga dan pengasuh bayi.
Termasuk juga guru pribadi yang mengajar di rumah, sekretaris
pribadi dan sopir pribadi. Usaha seperti ini banyak terdapat di
Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Kalipuro, Rogojampi dan Kabat.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 19
BAB III METODOLOGI
3.1 Prinsip Dasar Penyusunan
Kelanjutan dari penerbitan publikasi tahun sebelumnya, yaitu dengan
melakukan pengukuran terhadap seberapa besar kebutuhan investasi yang
representatif pada level kabupaten terkait dengan pertumbuhan ekonomi
yang diinginkan.
3.1.1 Acuan Rancangan
Studi ini mengacu pada sebuah konsep yang sudah
dikembangkan secara luas oleh beberapa lembaga resmi seperti BPS.
kemudian dijadikan sebagai bahan acuan rancangan oleh para
pengambil keputusan ketika mengevaluasi dan menyusun program
pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, khususnya
yang terkait dengan pembentukan investasi.
3.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar
Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Incremental Capital
Output Ratio Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:
a. Akurat dalam memberikan rekomendasi dan intervensi apa yang
perlu mendapatkan skala prioritas ketika program pembangunan itu
diimplementasikan terkait dengan investasi yang dibutuhkan;
b. Validitas datanya bisa dipertanggungjawabkan dan diupayakan
setiap tahun dilakukan penghitungan agar terjaga series datanya.
3.1.3 Kerangka Landasan Analisis
Kerangka landasan Analisis yang digunakan dalam penyusunan
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi tahun 2010,
berupa Analisis statistik sederhana atau lazimnya disebut dengan
statistik deskriptif, yang didukung dengan hasil kajian bidang ekonomi
yang ada kaitannya dengan pembentukan modal tetap.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 20
3.2 Metodologi Penyusunan
Metodologi penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2010 ini tetap menggunakan metode yang sama seperti
penerbitan tahun sebelumnya, yaitu:
3.2.1 Penentuan Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan yang berupa sumber data utama dalam
penyusunan publikasi ini menggunakan data primer hasil observasi
lapangan secara sampel. Observasi dilakukan pada usaha/perusahaan
yang secara acak terpilih sebagai sampel di level kabupaten.
3.2.2 Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan
Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang tinggi
dalam penyusunan ICOR Kabupaten Banyuwangi, pendekatan yang
digunakan dengan metode wawancara langsung dengan responden.
3.2.3 Metode Teknis Penyusunan
Secara matematis koefisien ICOR dinyatakan sebagai rasio antara
penambahan kapital (K) terhadap penambahan output (Y). Dari
hasil survei data yang tersedia bukan merupakan penambahan barang
modal baru atau penambahan kapasitas terpasang, akan tetapi
besarnya investasi (Inv) yang ditanam oleh pihak pemerintah maupun
swasta. Sehingga K = (Inv). Dengan demikian rumusnya berubah
menjadi:
Rumus ini disebut dengan Gross ICOR. Dalam penerapannya rumus ini
lebih sering dipakai karena datanya lebih lengkap. Perlu diketahui
bahwasanya semua pengukuran melalui metode yang ada tersebut
secara teori sudah memenuhi kaidah ilmiah.
3.2.3.1 Neraca Produksi
Pengeluaran:
Biaya antara adalah semua pengeluaran yang digunakan
untuk kepentingan usaha, meliputi semua barang tidak tahan
lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Biaya
dapat berupa bahan baku atau ongkos lainnya yang berkaitan
dengan produksi/kegiatan usaha.
ICOR = K
menjadi (Inv)
Y Y ,Y = PDRB
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 21
Upah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan langsung pada
buruh/karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
dilakukan seperti: upah/gaji, lembur, bonus tunjangan
(pensiun, kecelakaan, kesehatan), hadiah, cuti dibayar, cuti
sakit, uang duka, persen (tip) dll.
Pajak tak langsung netto, pajak tak langsung setelah
dikurangi subsidi.
Pajak tak langsung adalah pajak yang dibebankan pada
konsumen melalui perusahaan (produsen) seperti pajak
produksi, penjualan, pembelian atau pajak penggunaan
barang dan jasa. Termasuk misalnya bea masuk, pajak
hiburan, cukai dan sebagainya.
Penyusutan adalah nilai yang dibariskan sebagai pengganti
susutnya barang modal karena digunakan dalam proses
produksi.
Penerimaan:
Nilai produk/output adalah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu. Isinya jumlah
penerimaan yang dihasilkan baik dari pendapatan utama
perusahaan maupun pendapatan lainnya yang ada kaitannya
dengan kegiatan usaha perusahaan.
3.2.3.2 Neraca Pendapatan dan Pengeluaran
Bunga adalah pengeluaran perusahaan atau biaya atas
penggunaan dana milik pihak lain dalam bentuk pinjaman.
Deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang harus
dibagikan kepada pemilik saham sehubungan dengan
penyertaan modalnya dalam perusahaan yang bersangkutan.
Sewa tanah dan royalti adalah biaya atas penyewaan tanah,
lisensi, hak paten, merk dagang dan lain-lain.
Premi Asuransi Kerugian adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan atas pemakaian jasa asuransi seperti premi
asuransi kebakaran, premi asuransi kendaraan dan lain–lain.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 22
Pajak langsung adalah pengeluaran yang dilakukan secara
berkala, yang secara ekonomis merupakan pungutan yang
dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan
(perusahaan) seperti pajak pendapatan, pajak upah, pajak
property dan pajak kendaraan bermotor.
3.2.3.3 Uraian Sektor Ekonomi
Kelompok lapangan usaha yang selanjutnya didefinisikan
sebagai sektor ekonomi telah disesuaikan dengan
International Standard Industrial Classification of All Economic
Activities (ISIC), yaitu:
Pertanian, meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan dan jasa
pertanian.
- Pertanian tanaman pangan adalah kegiatan/lapangan
usaha, penyiapan pelaksanan penanaman, pembibitan,
persemaian, pemeliharaan dan pemanenan tanaman
pangan.
- Peternakan adalah kegiatan/lapangan usaha pemeliharaan
hewan ternak besar, hewan ternak kecil, unggas, lebah,
ulat sutera, termasuk juga usaha pembibitan.
- Jasa pertanian dan peternakan adalah kegiatan/lapangan
usaha yang meliputi pengolahan tanah, pemupukan,
penyebaran bibit/benih, persemaian tanaman,
penyemprotan, pembasmian hama, panenan/pemetikan,
pemangkasan, sortasi dan gradasi dari hasil pertanian, dan
lain-lainnya.
- Kehutanan dan penebangan hutan adalah kegiatan/
lapangan usaha yang meliputi penguasaan hutan,
pengumpulan hasil hutan dan penebangan kayu hutan.
- Pemburuan/penangkapan binatang liar dengan
jerat/perangkap dan pembiakan marga satwa adalah
kegiatan/lapangan usaha yang meliputi perburuan/
penangkapan binatang liar dengan jerat atau perangkap
dan pembiakan marga satwa, antara lain pemeliharaan
ular, buaya dan lain-lain.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 23
- Perikanan laut adalah kegiatan/lapangan usaha yang
meliputi budi daya, penangkapan dan pengambilan hasil
laut, dan Perikanan darat adalah kegiatan/lapangan
usaha yang meliputi budi daya, pembibitan dan
penangkapan baik di air payau maupun air tawar.
Pertambangan dan Penggalian adalah kegiatan/lapangan
usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti
pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi, biji logam,
penggalian batu-batuan, tanah liat, pasir, penambangan dan
penggalian garam, pertambangan mineral bahan kimia dan
bahan pupuk, dan penambangan gips, aspal, gamping.
Industri dan Penggalian adalah kegiatan/lapangan usaha
pengubahan bahan dasar menjadi barang/setengah jadi atau
dari kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.
Listrik, Gas, dan Air
- Listrik adalah kegiatan/lapangan usaha pembangkitan
tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna
penyaluran listrik untuk dijual kepada rumah tangga,
industri dan penggunaan komersial.
- Gas, uap dan air panas adalah kegiatan/lapangan usaha
memproduksi dan mendistribusi gas alam, uap dan air
panas untuk dijual kepada rumah tangga, industri dan
penggunaan komersial.
- Penjernihan, penyediaan dan penyaluran air adalah
kegiatan/lapangan usaha penampungan, penjernihan dan
pendistribusian air kepada rumah tangga, industri dan
penggunaan.
Bangunan adalah kegiatan/lapangan usaha dalam
pembuatan/perbaikan/pembongkaran gedung / rumah, jalan
dan jembatan, terowongan, bendungan dan saluran air,
landasan pesawat terbang, dermaga, lapangan parkir
kendaraan, lapangan olahraga, stasiun pembangkit tenaga
listrik, transmisi dan distribusi serta bangunan jaringan
komunikasi.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 24
Perdagangan adalah kegiatan jual beli atas suatu barang atau
jasa, termasuk usaha restoran/rumah makan dan minuman,
katering, restorasi di kereta api, kafetaria, kantin, warung,
penginapan (hotel, motel, hostel yang menyediakan
makanan).
Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi
- Angkutan adalah kegiatan/lapangan usaha pengangkutan
barang atau penumpang (orang) dengan angkutan darat,
angkutan laut, sungai, danau dan kanal serta angkutan
udara.
- Pergudangan adalah kegiatan/lapangan usaha
penyimpanan barang di gudang dengan fasilitas-
fasilitasnya, seperti penyimpanan barang dalam
kamar/ruangan pendingin (cold storage) dan gudang
barang-barang (bonded warehouse).
- Komunikasi adalah kegiatan/lapangan usaha pelayanan
komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon,
telegraf/teleks atau radio.
Keuangan, Asuransi termasuk Usaha Persewaan Bangunan,
Tanah dan Jasa Perusahaan
- Lembaga keuangan adalah kegiatan/lapangan usaha
perbankan baik yang dikelola pemerintah/swasta seperti
bank devisa, bank tabungan, bank kredit maupun bank
yang melayani pemindahan cadangan uang dengan surat-
surat berharga (deposito, cek, giro).
- Asuransi adalah kegiatan/lapangan usaha perasuransian
seperti asuransi jiwa, pelayanan, kecelakaan, kesehatan,
barang/benda hak milik, dan surat berharga. Termasuk
juga jasa asuransi, agen asuransi, konsultan asuransi dan
dana pensiun.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 25
- Usaha persewaan/jual beli tanah, gedung dan jasa
perusahaan adalah kegiatan/lapangan usaha persewaan/
jual beli barang-barang tidak bergerak, agen real estate,
broker dan manajer yang mengurus persewaan, pembelian
penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas dasar
balas jasa atau kontrak.
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan adalah
kegiatan/lapangan usaha lembaga legislatif, lembaga tinggi
negara dan pemerintahan, pertahanan keamanan, badan
internasional dan badan ekstra teritorial lain. Termasuk juga
jasa pendidikan, kesehatan, kebersihan, hiburan dan
kebudayaan, kesejahteraan sosial baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 26
BAB IV ANALISIS ICOR
Analisis ICOR yang disajikan pada bab ini menggunakan pendekatan Lag-
0, Lag-1 dan Lag-2. Artinya, Lag-0 menjelaskan investasi yang ditanam pada
tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke-t atau pada tahun
yang sama. Lag-1 mendefinisikan investasi yang ditanam pada tahun ke-t akan
mulai menghasilkan output pada tahun ke t+1 dan Lag-2 menjelaskan investasi
yang ditanam pada tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke
t+2. Penentuan rasio ICOR yang efisien akan dipilih dari Lag-0, Lag-1 atau Lag-2
yang mempunyai nilai atau rata-ratanya yang paling kecil, karena yang dimaksud
dengan rasio ICOR yang efisien disini adalah dengan investasi yang serendah-
rendahnya diharapkan bisa menghasilkan output yang sebesar-besarnya.
4.1 Perkembangan Investasi
Dalam sebuah perencanaan pembangunan ekonomi, investasi telah
menjadi indikator input yang sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya
investasi dipastikan pembangunan ekonomi sulit untuk bisa dilaksanakan.
Dan investasi itu pembentukannya tidak selalu lewat penanaman modal dari
luar daerah saja, namun dari dalam daerah pun investasi bisa terbentuk.
Seperti pembentukan modal tetap yang dilakukan oleh petani ketika
membutuhkan peralatan yang berupa cangkul, atau pengusaha industri
membeli alat-alat produksi dan sebagainya.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 27
Tabel 4.1 Pembentukan Modal (Investasi) per Sektor Ekonomi Tahun 2007-2010
(Juta Rupiah) Desimal Dua Angka di Belakang Koma
LAPANGAN USAHA Tahun
2007 2008 2009 2010
ADHB
1. Pertanian 1.040.277,75 1.176.010,47 1.420.595,88 1.651.519,18
2. Pertb & Penggalian 39.795,97 43.691,07 54.137,58 65.857,16
3. Industri Pengolahan 87.574,51 89.286,82 102.228,89 116.346,12
4. Listrik & Air Bersih 29.283,99 34.786,69 37.277,14 39.037,91
5. Konstruksi 11.420,00 13.596,91 16.589,90 19.673,68
6. Perdag, Htl & Rest 447.464,06 554.886,30 706.682,66 861.591,36
7. Angkutan & Komks 184.182,08 194.157,36 228.721,52 256.751,93
8. Keuangan 94.863,63 115.294,43 157.027,80 171.066,38
9. Jasa-Jasa 153.139,25 182.452,65 237.572,57 255.393,47
JUMLAH 2.088.001,24 2.404.162,70 2.960.833,94 3.437.237,19
ADHK (2000=100)
1. Pertanian 628.369,42 662.500,44 717.964,79 768.095,81
2. Pertb & Penggalian 26.172,90 27.326,73 31.672,91 36.019,09
3. Industri Pengolahan 45.669,39 43.664,85 46.043,72 48.422,59
4. Listrik & Air Bersih 14.146,97 15.306,92 15.487,29 15.514,93
5. Konstruksi 6.255,43 7.017,81 7.740,60 8.473,28
6. Perdag, Htl & Rest 263.104,81 306.107,09 349.233,84 392.329,48
7. Angkutan & Komks 112.656,30 110.740,16 117.241,28 121.638,09
8. Keuangan 63.532,96 72.393,68 91.609,91 98.520,45
9. Jasa-Jasa 88.380,49 99.918,08 119.432,79 125.838,17
JUMLAH 1.248.288,67 1.344.975,76 1.496.427,13 1.614.851,89
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 28
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
2008 2009 2010 rata-rata
Nilai investasi yang disajikan pada Tabel 4.1 tidak membedakan
investasi yang tertanam dari luar maupun dari dalam daerah Kabupaten
Banyuwangi. Sampai dengan tahun 2010 nilai investasi yang tertanam di
Kabupaten Banyuwangi nilainya mencapai 3,44 triliun, dan Sektor Pertanian
masih merupakan sektor ekonomi yang mempunyai nilai investasi terbesar
dengan nilai sekitar 1,65 triliun. Kedua ada pada Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran dengan nilai investasi sebesar 861,59 milyar serta ketiga
tertanam pada Sektor Angkutan dan Komunikasi dengan nilai 256,75 milyar.
Dan nilai investasi yang terendah terdapat di Sektor Konstruksi dengan nilai
sekitar 19,67 milyar.
Dari tahun 2007 hingga 2010 perkembangan nilai investasi yang
tertanam di Kabupaten Banyuwangi nilainya terus meningkat dengan rincian
tahun 2008 terhadap tahun 2007 sebesar 15,14 persen, tahun 2009
terhadap tahun 2008 sebesar 23,15 persen dan tahun 2010 terhadap tahun
2009 sebesar 16,19 sehingga perkembangan per tahun rata-rata mencapai
18,13 persen untuk investasi Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Atau lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.1 tingkat perkembangan investasi
dibawah ini.
Grafik 4.1 Tingkat Perkembangan Investasi Tahun 2008-2010 (%)
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 29
ADHB disini didefinisikan sebagai nilai investasi yang dihitung berdasarkan
atas barang modal tetap yang dinilai dengan harga pada saat tahun
penghitungan, pada umumnya investasi ADHB ini selalu terkait dengan
inflasi. Jadi untuk mengetahui perkembangan investasi secara riil
pendekatannya dengan menggunakan investasi Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK). Karena investasi ADHK dihitung berdasarkan atas barang modal
tetap yang dinilai berdasarkan harga tahun dasar yaitu tahun 2000.
Apabila seluruh nilai investasi dibentuk berdasarkan strukturnya serta
dikaitkan dengan pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi,
maka besarnya investasi yang tertanam pada Sektor Pertanian, Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sektor Angkutan dan Komunikasi
yang mempunyai nilai investasi terbesar pertama, kedua dan ketiga itu, telah
mempunyai korelasi yang positif terhadap besarnya peranan dalam
pembentukan struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Artinya semakin
besar peranan sektor ekonomi terhadap pembentukan struktur ekonomi
daerah, akan semakin besar pula nilai investasi yang tertanam pada sektor
ekonomi itu. Atau dalam arti yang lebih luas lagi bahwa untuk memajukan
perekonomian suatu daerah sudah barang tentu akan membutuhkan
investasi sebagai motor penggerak dalam mencapai sasaran yang diinginkan.
Berikut disajikan struktur investasi di Kabupaten Banyuwangi yang termuat
pada Tabel 4.2. Pada tabel ini bisa dimaknai per sektor ekonomi, namun
khusus untuk Sektor Jasa-jasa yang telah mengalami perkembangan yang
cukup signifikan.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 30
Tabel 4.2 Struktur Investasi kabupaten Banyuwangi Tahun 2007-2010
Desimal dua angka di belakang koma
LAPANGAN USAHA Tahun (%)
2007 2008 2009 2010
ADHB
1. Pertanian 48,92 47,98 48,05 48,92
2. Pertambangan & Penggalian 1,82 1,83 1,92 1,82
3. Industri Pengolahan 3,71 3,45 3,38 3,71
4. Listrik & Air Bersih 1,45 1,26 1,14 1,45
5. Konstruksi 0,57 0,56 0,57 0,57
6. Perdag, Hotel & Restoran 23,08 23,87 25,07 23,08
7. Angkutan & Komunikasi 8,08 7,72 7,47 8,08
8. Keuangan 4,80 5,30 4,98 4,80
9. Jasa-Jasa 7,59 8,02 7,43 7,59
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00
ADHK (2000=100)
1. Pertanian 49,26 47,98 47,56 49,26
2. Pertambangan & Penggalian 2,03 2,12 2,23 2,03
3. Industri Pengolahan 3,25 3,08 3,00 3,25
4. Listrik & Air Bersih 1,14 1,03 0,96 1,14
5. Konstruksi 0,52 0,52 0,52 0,52
6. Perdag, Hotel & Restoran 22,76 23,34 24,30 22,76
7. Angkutan & Komunikasi 8,23 7,83 7,53 8,23
8. Keuangan 5,38 6,12 6,10 5,38
9. Jasa-Jasa 7,43 7,98 7,79 7,43
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00
Atau lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.2 dan 4.3 dibawah
ini :
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 31
0 10 20 30 40 50
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keuangan
9. Jasa-Jasa
2010200920082007
Grafik 4.2 Struktur Investasi Menurut ADHB Tahun 2010
Grafik 4.3
Struktur Investasi Menurut ADHK Tahun 2010
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 32
4.2 ICOR Lag-0
Tabel 4.3 ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-0)
Desimal dua angka di belakang koma
LAPANGAN USAHA Tahun Rata-
Rata 2008 2009 2010
1. Pertanian 2,82 2,61 2,94 2,79
2. Pertambangan & Penggalian 1,07 1,15 1,14 1,12
3. Industri Pengolahan 1,75 1,52 1,39 1,55
4. Listrik & Air Bersih 6,20 5,18 12,31 7,89
5. Konstruksi 1,31 2,21 1,23 1,58
6. Perdag, Hotel & Restoran 1,86 1,96 1,73 1,85
7. Angkutan & Komunikasi 4,96 5,85 5,26 5,36
8. Keuangan 2,52 3,64 3,70 3,29
9. Jasa-Jasa 3,77 4,22 3,89 3,96
JUMLAH 2,51 2,53 2,50 2,51
0 10 20 30 40 50
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdag, Hotel & Restoran
7. Angkutan & Komunikasi
8. Keuangan
9. Jasa-Jasa
2010
2009
2008
2007
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 33
Selama tahun 2008 hingga 2010 rasio ICOR yang dihitung berdasarkan
Lag-0 ini mempunyai nilai minimum 2,50 yang merupakan rasio ICOR tahun
2010.
Arti dari semua angka yang diuraikan tadi adalah seluruh investasi
yang ditanam di berbagai sektor ekonomi apabila diinginkan bisa
memberikan output pada tahun yang sama, maka investasi yang ditanam
pada tahun 2010 itulah yang merupakan penanaman investasi yang paling
efisien. Karena rasio ICOR pada tahun itu merupakan rasio ICOR yang paling
minimum bila dibandingkan dengan tahun 2008, 2009 maupun terhadap
rata-ratanya.
Atau lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.4 dibawah ini :
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 34
2,4
2,45
2,5
2,55
2,6
2,65
2008 2009 2010 rata-rata
Grafik 4.4 ICOR Lag-0 Kabupaten Banyuwangi 2008-2010
4.3 ICOR Lag-1
Seperti halnya terhadap rasio ICOR yang dihitung berdasarkan Lag-0,
rasio ICOR Lag-1 ini juga akan memilih rasio ICOR yang mempunyai nilai
paling minimum. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2008 rasio ICOR tidak
bisa dihitung karena menggunakan pendekatan investasi yang ditanam pada
tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke t+1 atau
penanaman investasi yang dilakukan pada tahun 2009 diharapkan bisa
memberikan output pada tahun 2010. Di sini ada dua rasio ICOR saja yaitu
pada tahun 2009 dengan rasio ICOR sebesar 2,11 dan tahun 2010
mempunyai rasio ICOR sebesar 2,09 dengan rasio ICOR rata-ratanya 2,65.
Rasio ICOR Lag-1 ini disajikan pada Tabel 4.4. Setelah dilakukan
pemilihan rasio ICOR diperoleh arti bahwa nilai pembentukan modal yang
diinvestasikan pada tahun 2007 telah memberikan output pada tahun 2010,
yang merupakan nilai investasi paling efisien. Karena didukung oleh rasio
ICOR tahun 2010 sebesar 2,33 yang lebih kecil dari pada rasio ICOR tahun
2007 maupun terhadap rata-ratanya.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 35
Tabel 4.4 ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-1)
Desimal dua angka di belakang koma
LAPANGAN USAHA Tahun
Rata-Rata 2008 * 2009 2010
1. Pertanian 2,28 2,54 2,41
2. Pertambangan & Penggalian 0,95 0,86 0,90
3. Industri Pengolahan 1,51 1,26 1,39
4. Listrik & Air Bersih 4,73 12,14 8,43
5. Konstruksi 1,78 1,02 1,40
6. Perdag, Hotel & Restoran 1,48 1,35 1,41
7. Angkutan & Komunikasi 5,62 4,79 5,20
8. Keuangan 2,53 2,72 2,62
9. Jasa-Jasa 3,12 3,09 3,10
JUMLAH 2,11 2,09 2,10
* Rasio ICOR investasi tahun 2008 ada di tahun 2009
Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.5
Grafik 4.5 ICOR Lag-1 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010
2,08
2,085
2,09
2,095
2,1
2,105
2,11
2009 2010 rata-rata
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 36
4.4 ICOR Lag-2
Sebagaimana telah didefinisikan sebelumnya, bahwa penghitungan
rasio ICOR dengan menggunakan pendekatan Lag-2 akan mempunyai arti
bahwa penambahan output akan diperoleh setelah investasi ditanam selama
dua tahun yang lalu. Jadi rasio ICOR pada tahun 2010 yang sebesar 1,94 itu
merupakan nilai rasio ICOR yang diperoleh melalui penanaman investasi
yang dilakukan pada tahun 2008.
Tabel 4.5
ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-2) Desimal Dua Angka di Belakang Koma
LAPANGAN USAHA Tahun
Rata-Rata 2008* 2009** 2010
1. Pertanian 2,41 2,41
2. Pertambangan & Penggalian 0,83 0,83
3. Industri Pengolahan 1,31 1,31
4. Listrik & Air Bersih 11,22 11,22
5. Konstruksi 0,91 0,91
6. Perdag, Hotel & Restoran 1,16 1,16
7. Angkutan & Komunikasi 4,87 4,87
8. Keuangan 2,39 2,39
9. Jasa-Jasa 2,73 2,73
JUMLAH 1,94 1,94
* Rasio ICOR investasi tahun 2008 ada di tahun 2010 ** Rasio ICOR investasi tahun 2009 ada di tahun 2011
Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.6
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 37
Grafik 4.6 ICOR Lag-2 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010
4.5 Pemilihan Model ICOR
Rasio ICOR yang efisien akan dipilih dari nilai yang paling minimum.
Pada Tabel 4.6 menyajikan rasio ICOR dari tahun 2006 hingga tahun 2010
yang dibedakan menurut Lag-0, Lag-1 dan Lag-2 serta nilai rata-ratanya,
rasio ICOR per tahun paling
minimum ada pada tahun
2010 dengan nilai 1,94. Jadi
nilai investasi yang efisien di
Kabupaten Banyuwangi
diperoleh dengan
menggunakan pendekatan
Lag-2. Artinya penambahan
output akan diperoleh
setelah investasi ditanam
selama satu tahun yang lalu.,
Sehubungan dengan hasil pemilihan model ICOR tersebut, apabila
dikaji dengan menggunakan Lag ideal pengembalian investasi per sektor
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2010 Rata-rata
Tabel 4.6 Rata-rata ICOR Kab. Banyuwangi
Tahun 2006 – 2010
Tahun
ICOR per
Tahun Lag-0
ICOR per
Tahun Lag-1
ICOR per
Tahun Lag-2
2006 3,04
2007 2,53 3,01
2008 2,51 2,25 2,77
2009 2,53 2,11 2,04
2010 2,5 2,09 1,94
Rata-rata 2,62 2,36 2,25
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 38
ekonomi, secara rinci hanya Sektor Pertambangan dan Penggalian yang
mempunyai kecenderungan efisien pada Lag-0, sedang sektor ekonomi yang
lain tetap mengikuti pendekatan Lag-2.
Terkait dengan setiap penambahan investasi yang selalu diikuti dengan
meningkatnya nilai produksi barang dan jasa, maka dari seluruh nilai tambah
bruto yang dihasilkan berdasarkan nilai produksi barang dan jasa tersebut
akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penambahan
PDRB per tahun dari 2005 hingga 2010 disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Tambahan PDRB Setiap Tahun, Tahun 2007-2010 (Juta Rupiah)
Desimal Dua Angka di Belakang Koma
LAPANGAN USAHA Tahun
2007 2008 2009 2010
ADHB
1. Pertanian 979.256,15 1.216.033,94 1.164.763,80 1.041.320,71
2. Pertb & Penggalian 75.002,79 103.420,11 175.656,87 126.157,19
3. Industri Pengolahan 89.083,80 87.324,27 117.205,24 147.882,92
4. Listrik & Air Bersih 3.810,21 4.641,54 5.388,23 2.449,78
5. Konstruksi 23.609,41 23.986,24 23.011,91 24.480,24
6. Perdag. Htl & Rest 509.516,02 749.484,32 598.229,61 1.147.522,12
7. Angkutan & Komks 27.900,59 52.729,62 57.241,24 64.961,96
8. Keuangan 63.170,45 78.722,50 74.276,00 125.207,78
9. Jasa-Jasa 110.432,11 168.451,73 135.245,25 154.449,32
JUMLAH 1.881.781,53 2.484.794,25 2.351.018,16 2.834.432,03
ADHK (2000=100)
1. Pertanian 233.164,30 235.157,06 275.326,08 260.975,59
2. Pertb & Penggalian 22.628,68 25.643,82 27.499,24 31.723,38
3. Industri Pengolahan 23.365,28 24.944,64 30.302,25 34.732,74
4. Listrik & Air Bersih 2.291,31 2.469,23 2.991,33 1.260,85
5. Konstruksi 4.870,63 5.372,25 3.508,45 6.886,96
6. Perdag, Htl & Rest 149.333,34 164.596,70 178.314,25 227.231,66
7. Angkutan & Komks 14.502,94 22.324,70 20.042,87 23.125,56
8. Keuangan 21.303,73 28.703,26 25.145,11 26.610,08
9. Jasa-Jasa 21.902,93 26.521,75 28.323,15 32.362,13
JUMLAH 493.363,13 535.733,40 591.452,73 644.908,97
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 39
Berdasarkan hasil pemilihan model ICOR yang memutuskan bahwa
nilai investasi yang efisien di Kabupaten Banyuwangi diperoleh dengan
menggunakan pendekatan Lag-2, maka setiap penambahan PDRB per tahun
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.7 itu sudah barang tentu merupakan
dampak dari investasi yang ditanam selama dua tahun sebelumnya. Atau
penambahan PDRB dari tahun 2007 ke 2010 yang senilai 2,83 triliun (lihat
pada Tabel 4.7) itu merupakan hasil dari penanaman investasi yang
dilakukan pada tahun 2007 dengan nilai 2,09 triliun (lihat pada Tabel 4.1),
demikian juga untuk setiap penambahan PDRB per tahun yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya.
4.6 Keterkaitan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Setiap pertumbuhan ekonomi yang dicapai selalu terkait dengan
seberapa besar investasi yang dibutuhkan. Pada tahun 2007 ketika
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mencapai 5,64 persen,
investasi yang tertanam pada saat itu ada sebanyak 2,09 triliun rupiah.
Sedang pada tahun 2008 dengan pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,80
persen ketika itu pula nilai investasi ikut naik menjadi 2,40 triliun rupiah dan
pada tahun 2009 dengan pertumbuhan ekonomi naik menjadi 6,05 persen
ketika itu pula nilai investasi ikut naik menjadi 2,96 triliun rupiah dan pada
tahun 2010 ketika pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mencapai
6,22 persen maka investasi yang tertanam naik pula menjadi 3,43 triliun
rupiah.
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 40
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari berbagai kegiatan ekonomi yang dihitung nilai investasinya setiap
tahun menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan ini
masih memungkinkan untuk terus bertambah bersamaan dengan naiknya
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun. Dari
setiap kenaikan nilai investasi yang dihitung setiap tahun tersebut,
khususnya selama tiga tahun terakhir ini diperoleh kesimpulan bahwa
investasi yang ditanam secara ideal pengembalian investasinya memerlukan
waktu selama satu tahun ke depan.
5.2 S A R A N
Apabila diinginkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi ke
depan ada kenaikan sebesar satu satuan dalam persen, maka yang paling
memungkinkan sektor ekonomi yang bisa menggerakkan pertumbuhan
ekonomi tersebut, pertama adalah Sektor Pertanian dengan cara
meningkatkan volume produksi. Dipilihnya Sektor Pertanian karena sektor
ini merupakan sektor ekonomi penyangga yang cukup dominan terhadap
pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Kedua adalah
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mempunyai peluang untuk
bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.
Sedang sektor ekonomi yang lain karena dominasinya terhadap
struktur ekonomi masih relatif kecil, ketika digunakan untuk menggerakkan
pertumbuhan ekonomi akan membutuhkan investasi yang relatif besar. Yang
menjadi masalah di sini apakah dengan investasi yang besar akan selalu
memberikan kepastian bahwa investasi yang ditanam tersebut efisiensinya
bisa terpenuhi, karena masih ada keraguan terhadap masalah ini maka ada
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 41
baiknya sektor ekonomi selain Sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan
Restoran untuk sementara belum bisa digunakan sebagai sektor ekonomi
yang bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.
5.3 REKOMENDASI
Dengan memperhatikan berbagai kendala yang mempengaruhi
keterbatasan volume produksi padi di Kabupaten Banyuwangi, seperti
keterbatasan lahan sebagai akibat dari terjadinya alih fungsi lahan pertanian,
maka pertama perlu diupayakan adanya peningkatan volume produksi padi
dengan tetap memanfaatkan lahan yang ada. Serta keberadaan kelompok
tani yang menjadi penting kembali keberadaannya dan dukungan pengairan
juga harus tetap menjadi prioritas karena dengan pola pengairan yang
memadai, sudah barang tentu bisa menaikkan volume produksi, selain
Sektor Pertanian sektor ekonomi yang diharapkan bisa menggerakkan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi adalah Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran. Mekanismenya dengan cara memberikan
kemudahan dalam berusaha yang ditandai dengan adanya penambahan
volume barang yang dihasilkan dari Sektor Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian serta dari Industri Pengolahan. Selain itu pelaku usaha di sektor
ini diupayakan ada penambahan agar bisa menampung volume barang yang
diperdagangkan.