BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji...

41
Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, distribusi pendapatan yang merata, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran struktur ekonomi ke arah yang lebih tinggi dari sektor pertanian ke sektor industri. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan melihat kenaikan produksi regional di wilayah tersebut. Indikator ekonomi makro yang cukup dikenal secara luas di antaranya berupa pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ukuran ini dihitung dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Keduanya sangat membantu bagi para perencana dan pengambil keputusan juga digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. Dalam mengukur berapa besar tambahan investasi yang harus dibutuhkan untuk meningkatkan setiap satu satuan dalam persen pada pertumbuhan ekonomi, untuk bisa menghitungnya dibutuhkan sebuah rasio penghitungan yang lazim digunakan seperti Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR merupakan salah satu bagian dari statistik deskriptif yang dikembangkan secara khusus terkait dengan kajian investasi ekonomi makro, dalam hal ini ICOR berguna untuk menghitung seberapa besar investasi yang dibutuhkan. 1.2 Pengertian Agar mendapat pemahaman yang sama, maka perlu disepakati tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan Incremental Capital Output Ratio sebagai berikut: a. Investasi didefinisikan sebagai penambahan secara fisik atas barang modal tetap. Dalam hal ini termasuk perubahan stok.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian usaha

dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memperluas lapangan kerja, distribusi pendapatan yang merata,

meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran

struktur ekonomi ke arah yang lebih tinggi dari sektor pertanian ke sektor

industri. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan melihat

kenaikan produksi regional di wilayah tersebut.

Indikator ekonomi makro yang cukup dikenal secara luas di antaranya

berupa pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Ukuran ini dihitung dengan

menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Keduanya sangat membantu

bagi para perencana dan pengambil keputusan juga digunakan sebagai salah

satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional

maupun regional.

Dalam mengukur berapa besar tambahan investasi yang harus

dibutuhkan untuk meningkatkan setiap satu satuan dalam persen pada

pertumbuhan ekonomi, untuk bisa menghitungnya dibutuhkan sebuah rasio

penghitungan yang lazim digunakan seperti Incremental Capital Output Ratio

(ICOR). ICOR merupakan salah satu bagian dari statistik deskriptif yang

dikembangkan secara khusus terkait dengan kajian investasi ekonomi makro,

dalam hal ini ICOR berguna untuk menghitung seberapa besar investasi yang

dibutuhkan.

1.2 Pengertian

Agar mendapat pemahaman yang sama, maka perlu disepakati

tentang pengertian-pengertian yang berhubungan dengan Incremental

Capital Output Ratio sebagai berikut:

a. Investasi didefinisikan sebagai penambahan secara fisik atas barang

modal tetap. Dalam hal ini termasuk perubahan stok.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 2

b. Stok atau inventory bisa diartikan sebagai penjumlahan dari barang-

barang jadi yang belum terjual, barang setengah jadi serta bahan-bahan

yang belum terpakai.

c. Usaha adalah kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang

atau jasa untuk diperjual-belikan atau ditukar dengan barang lain, dan

ada satu orang atau lebih yang bertanggungjawab atau menanggung

resiko.

d. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha

yang bersifat tetap, dan terus-menerus serta berkedudukan dalam

wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi untuk tujuan memperoleh

keuntungan.

e. Barang modal adalah barang tahan lama yang digunakan dalam kegiatan

produksi, mempunyai umur pakai lebih dari satu tahun dan mempunyai

nilai per unit relatif lebih besar bila dibandingkan dengan output/produksi

yang dihasilkan.

f. Bangunan tempat tinggal adalah nilai seluruh bangunan tempat tinggal

dan bagian dalam dari bangunan dan pemasangan benda-benda tetap

seperti: dapur, alat pemanas, AC, lampu dan instalasi lainnya, seperti

rumah dinas karyawan, rumah untuk tamu perusahaan dan lain-lain.

g. Bangunan bukan tempat tinggal adalah nilai seluruh bangunan bukan

tempat tinggal yang digunakan untuk kegiatan usaha seperti pabrik,

kantor, garasi, toko, tempat ibadah dan lain-lain.

h. Pekerjaan umum lainnya, seperti: jalan, selokan, tempat parkir, instalasi

listrik serta telepon dan lain-lain.

i. Mesin dan peralatannya, seperti mesin pabrik, diesel dan lain-lain.

j. Alat pengangkutan, seperti: mobil, truk, bus, motor dan lainnya

k. Perbaikan tanah, seperti: pengeluaran biaya untuk status tanah (biaya

sertifikat, IMB, dll), reklamasi atau pengurukan tanah.

l. Barang modal tetap tak berwujud, seperti: perangkat lunak komputer

(sistem, program dan lain-lain), eksplorasi, karya artistik dan lain-lain.

m. Lainnya, seperti inventaris kantor (furniture, AC, computer dll).

n. Penambahan barang modal merupakan pembelian, pengadaan,

pemberian atau pembuatan barang modal baik barang modal baru

maupun bekas, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, termasuk juga

perbaikan besar barang modal. Perbaikan besar merupakan perbaikan

yang akan menambah umur pakai, menambah kapasitas, termasuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 3

merubah bentuk barang modal tersebut seperti turun mesin bagi

kendaraan, penambahan ruangan kantor dan sebagainya.

o. Pengurangan barang modal adalah penjualan barang modal atau

diberikan kepada pihak lain termasuk juga barang modal yang hilang.

1.3 Dasar Penyusunan

Dasar penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dua kali ditetapkan dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2006;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2006 tentang Dana Perimbangan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 51 Tahun 2002 tentang

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Banyuwangi ;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2010 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun

Anggaran 2011 ;

7. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 46 Tahun 2010 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun

Anggaran 2011 ;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi ;

9. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 57 Tahun 2011 tentang Tugas

Fungsi dan Tata Kerja Bappeda ;

10. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik;

11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Statistik.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 4

1.4 Maksud, Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Maksud

Penyusunan publikasi Incremental Capital Output Ratio

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini, dimaksudkan untuk

mendapatkan rasio penghitungan yang bisa digunakan untuk

memperoleh informasi tentang seberapa besar investasi yang

dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.

1.4.2 T u j u a n

Secara khusus publikasi ini disusun untuk mendapatkan sebuah

ukuran kuantitatif sebagai bahan kajian investasi ekonomi makro yang

terdiri dari:

1. Tersedianya rasio penghitungan yang bisa digunakan untuk

menentukan berapa besar tambahan investasi yang dibutuhkan

ketika pertumbuhan ekonomi diinginkan pada besaran tertentu;

2. Tersedianya bahan kajian ekonomi sektoral. Dalam hal ini akan

didukung dengan hasil kegiatan survei lain yang terkait dengan

indikator sosial ekonomi;

3. Tersedianya informasi yang lebih spesifik di bidang investasi pada

tingkat regional. Utamanya untuk melengkapi informasi dalam

pengambilan kebijakan berskala menengah yang kerap kali

membutuhkan informasi berapa besarnya investasi.

1.4.3 Manfaat

Hasil penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2010 ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai bahan evaluasi dan perencanaan dari program pembangunan

yang telah dilaksanakan, khususnya kebijakan dalam program-program

pembangunan di bidang ekonomi yang terkait dengan investasi.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penyusunan Incremental Capital

Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010, meliputi seluruh

kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Artinya di

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 5

setiap kecamatan akan ada sampel yang terpilih, namun dari hasil

pengolahan datanya dari sampel tersebut, hanya bisa digunakan untuk

penghitungan angka kabupaten saja.

1.5.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penyusunan Incremental Capital

Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini, sebagai berikut:

1. Sebagaimana dalam tujuan penyusunan Incremental Capital Output

Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010;

2. Potensi dan Permasalahan yang ada terkait dengan kebutuhan

informasi tentang besarnya investasi di Kabupaten Banyuwangi

pada tahun 2010 maupun tahun-tahun berikutnya;

3. Strategi penanganan, program yang akan dilaksanakan dalam

jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

1.5.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Incremental Capital Output

Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di

wilayah Kabupaten Banyuwangi;

2. Inventarisasi pola kebijakan khususnya kebijakan dalam program-

program pembangunan di bidang ekonomi yang terkait dengan

besarnya investasi;

3. Menyusun dan menetapkan Rencana Program dan Operasionalisasi

pelaksanaan program-program pembangunan khususnya di bidang

ekonomi yang terkait dengan besarnya investasi.

1.6 Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tersusunnya publikasi Incremental Capital Output Ratio Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2010 sebagai alat ukur dalam menentukan besarnya

investasi yang dibutuhkan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang

diinginkan di Kabupaten Banyuwangi;

2. Ditetapkannya Strategi Pembangunan di bidang ekonomi yang terkait

dengan besarnya investasi di Kabupaten Banyuwangi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 6

1.7 Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan laporan pendahuluan Incremental Capital

Output Ratio Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010 ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini berisikan tentang latar belakang penyusunan Incremental

Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi, pengertian umum

tentang Investasi, maksud/tujuan/manfaat, ruang lingkup

penyusunan, hasil yang diharapkan serta sistematika penyusunannya.

Bab 2 Gambaran Umum Investasi di Kabupaten Banyuwangi

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum investasi di Kabupaten

Banyuwangi yang ditinjau berdasarkan potensi bidang ekonominya.

Bab 3 Metodologi

Bab ini menjelaskan tentang prinsip dasar penyusunan, azas

penyusunan, pendekatan penyusunan, metode penghitungan yang

akan digunakan dalam membentuk besarnya investasi yang

dibutuhkan di Kabupaten Banyuwangi yang disesuaikan dengan

kondisi wilayah maupun teknis dan langkah-langkah pelaksanaan.

Bab 4 Analysis ICOR

Bab ini membahas tentang perkembangan investasi, besarnya

investasi sektoral yang dibutuhkan dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi

Bab 5 Potensi Sumber Daya

Bab ini memberikan gambaran umum tentang potensi ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi yang ditinjau berdasarkan potensi sumber

daya alam dan sumber daya manusianya.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 7

BAB II

GAMBARAN UMUM INVESTASI

DI KABUPATEN

BANYUWANGI

2.1 Potensi Sumber Daya Alam

2.1.1 Letak Geografis dan Topografi Wilayah

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung Timur

Pulau Jawa, tepatnya

berada pada

koordinat 743’ -

846’ Lintang Selatan

dan 11353’ - 11438’

Bujur Timur. Batas

wilayah administrasi-

inya sebelah utara

berbatasan dengan

Kabupaten

Situbondo, sebelah

Timur dengan Selat

Bali, sebelah selatan

dengan Samudera

Indonesia dan

sebelah Barat dengan

Kabupaten Jember

dan Bondowoso.

Kabupaten

Banyuwangi terdiri

dari 28 Kelurahan dan 189 desa dengan jumlah dusun sebanyak 751

dan 87 lingkungan, RW sebanyak 2.839 dan 10.569 RT dan dengan luas

sekitar 5.782,50 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi

Gambar 2.1

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 8

masih daerah kawasan hutan. Area kawasan hutan diperkirakan telah

mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72 persen, daerah

persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan dengan

luas area sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan

sebagai daerah pemukiman penduduk dengan luas sekitar 127.454,22

ha atau 22,04 persen. Sisanya dipergunakan dengan berbagai manfaat

yang ada, seperti jalan, ladang dan lain-lainnya. Kabupaten

Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta

jumlah pulau ada 10 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan

manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten

Banyuwangi.

Topografi Kabupaten Banyuwangi yang berupa dataran tinggi,

merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan

yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman

pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah

Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota

laut.

Berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Banyuwangi

merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan,

berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan

kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya positif

yang mengarah pada peningkatan potensi kelautan. Karena dari

sepanjang garis pantai yang ada, merupakan daerah potensi perikanan

laut dan biota lain itu yang masih belum dikelola secara optimal.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi biasanya ditandai dengan angka yang

nilainya positif, namun apabila angkanya negatif maka pertumbuhan

ekonomi daerah tersebut mengalami kemunduran, pada tahun 2000

nilai PDRB atas dasar harga konstan, yang dihitung dengan

menggunakan tahun dasar 2000 sebagai dasar perhitungan, PDRB atas

dasar harga konstan pada tahun 2010 mencapai Rp 11.015.195,17

(dalam juta), sedangkan tahun 2009 mencapai Rp 10.370.286,20

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 9

(dalam juta) atau mengalami pertumbuhan 6,22 % yang berarti ada

peningkatan sebesar 0,17 poin dari tahun sebelumnya yang besar

pertumbuhan ekonominya mencapai 6,05 %.

Tabel 2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Kab. Banyuwangi Tahun 2006 – 2010 (%)

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

1. 2006 4.74

2. 2007 5.64

3. 2008 5.80

4. 2009 6.05

5. 2010 6.22

Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2006 - 2010

Selama krisis ekonomi sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga di

tahun-tahun sebelumnya yang relatif cukup tinggi sehingga

mengakibatkan naiknya biaya produksi, melemahnya tingkat

produktifitas dan kurang terjangkaunya biaya produksi karena harga

terus malambung tinggi, disisi lain sangat dirasakan pada sektor-sektor

yang mempunyai peranan terbesar sumbangannya terhadap PDRB

Kabupaten Banyuwangi seperti sub sektor pertanian tanaman bahan

makanan, perkebunan, peternakan.

4,74 5,64 5,8 6,05 6,22

0

1

2

3

4

5

6

7

2006 2007 2008 2009 2010

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 11

2.1.3 Struktur Ekonomi

Secara umum struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi

terbentuk dan didominasi oleh Sektor Pertanian. Pada tahun 2010

peranan Sektor Pertanian terhadap seluruh kegiatan ekonomi di

Kabupaten Banyuwangi angkanya mencapai 46,20 persen, Dominasi

kedua sebagai pembentuk struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi

disumbang oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang

angkanya mencapai 28,67 persen. Ketiga dari Sektor Jasa-jasa sebesar

6,14 persen sedang selebihnya merupakan bagian dari sektor ekonomi

yang lain.

Gambar 2.3 Struktur Ekonomi Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010

2.1.4 Pendapatan Perkapita

Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para

pengambil kebijakan salah satunya bisa berupa pendapatan per kapita.

Intepretasinya bila diperoleh angka pendapatan per kapitanya lebih

tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang lain, maka daerah yang

lebih tinggi angka pendapatan per kapitanya tersebut lebih tinggi pula

tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

46,2%

4,57% 5,4% 0,32%

1,04%

28,67%

3,.12%

4,53% 6,14%

PERTANIAN (46,2%)

PERTAMBANGAN DANPENGGALIAN (4,57%)

INDUSTRI PENGOLAHAN(5,4%)

LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH(0,32%)

BANGUNAN (1,04%)

PERDAGANGAN, HOTEL, danRESTORAN (28,67%)

PENGANGKUTAN danKOMUNIKASI (3,12%)

KEUANGAN, PERSEWAAN, danJASA PERUSAHAAN (4,53%)

JASA-JASA (6,14%)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 12

0,00

2.000.000,00

4.000.000,00

6.000.000,00

8.000.000,00

10.000.000,00

12.000.000,00

14.000.000,00

16.000.000,00

2006 2007 2008 2009 2010

Pada tahun 2010 angka pendapatan per kapita Kabupaten

Banyuwangi tercatat Rp 14.659.053,72,- yang mengandung maksud

bahwa dari sejumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi diperkirakan

mempunyai pendapatan rata-rata dalam setahunnya sebesar Rp

14.659.053,72,-. Angka pendapatan per kapita ini naik sekitar 13,39

persen bila dibandingkan dengan angka pendapatan per kapita pada

tahun 2009, dengan demikian apabila angka pendapatan per kapita

Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 naik sebesar 13,39 persen,

maka sama artinya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat

Kabupaten Banyuwangi juga ikut naik sebesar 13,39 persen dibanding

tahun 2009.

Tabel 2.2 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2006 – 2010 (dalam rupiah)

No Tahun Pendapatan Per Kapita (Rp)

1. 2006 8.821.875,18

2. 2007 9.954.332,93

3. 2008 11.482.829,27

4. 2009 12.928.057,07

5. 2010 14.659.053,72

Atau lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Pendapatan Per Kapita Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2006-2010

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 13

2.2 Potensi Sumber Daya Manusia

2.2.1 Demografi

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti

dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk

telah digunakan sebagai salah satu penimbang besar kecilnya

perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan

kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Terkait penduduk merupakan

bagian dari pembangunan. Karena selain sebagai subyek sekaligus

penduduk bisa menjadi obyek dari pembangunan itu sendiri. Sampai

dengan akhir tahun 2010 lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi

tercatat sebanyak 1.556.078 jiwa.

2.2.2 Pendidikan

Pada tahun 2010 jumlah fisik sekolah, murid dan guru untuk

Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) jumlahnya masih mempunyai

kecenderungan yang meningkat baik berstatus negeri maupun swasta.

Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Sekolah Dasar Negeri (SDN)

yang mempunyai kecenderungan jumlah lembaganya menurun namun

dengan jumlah murid yang bertambah. Penurunan jumlah lembaga

SDN belakangan ini sebagai akibat dari kebijakan yang diambil oleh

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan menyatukan dua SDN

menjadi satu SDN.

Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat

jumlah sekolah negeri dan swasta perkembangannya terus bertambah,

keberadaannya di Kabupaten Banyuwangi seluruh kecamatannya

sudah mempunyai SMP bahkan jumlahnya minimal ada satu SMP yang

berstatus negeri. Berlanjut ke jenjang pendidikan setingkat lebih tinggi

yang disebut dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang

sederajat. Lembaga SMA sederajat sampai dengan tahun 2010,

keberadaannya di setiap kecamatan sudah merata minimal ada satu

lembaga.

Dari setiap jenjang sekolah mulai dari SD sederajat hingga SMA

sederajat, bila dihitung perbandingan jumlah lembaganya diperoleh

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 14

antara SD sederajat terhadap SMP sederajat berbanding 5:1, untuk

SMP sederajat terhadap SMA sederajat perbandingannya 2:1. Sedang

perbandingan untuk jumlah muridnya antara SD sederajat terhadap

SMP sederajat diperoleh perbandingan sekitar 3:1, untuk SMP

sederajat terhadap SMA sederajat ada sekitar 2:1. Arti dari angka

perbandingan tersebut bisa dimaknai bahwa dari setiap jumlah lulusan

5 SDN sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMP

sederajat jumlahnya baru sekitar sepertiganya. Dan dari setiap jumlah

lulusan 2 SMP sederajat yang bisa meneruskan dan tertampung di SMA

sederajat jumlahnya baru sekitar separuhnya.

2.2.3 Populasi Usaha

Banyak pengamat ekonomi berpendapat bahwa populasi usaha

merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kajian ekonomi

makro. Bahkan memiliki korelasi apabila semakin banyak populasi

usaha di suatu daerah, maka perekonomian daerah tersebut dapat

diduga akan lebih cepat meningkat bila dibandingkan dengan daerah

lain yang memiliki jumlah populasi usaha yang lebih sedikit.

Bila diperhatikan berdasarkan sektor kegiatan usahanya, maka

usaha-usaha yang bergerak di sektor perdagangan masih merupakan

sektor ekonomi yang paling banyak diminati oleh pelaku usaha di

Kabupaten Banyuwangi, jumlahnya mencapai 95 445 usaha. Terbanyak

kedua adalah sektor industri yang jumlahnya tercatat sekitar 42 559

usaha. Ketiga sektor jasa-jasa dengan jumlah sebanyak 20 847 usaha.

Kegiatan usaha yang mempunyai lokasi tempat usaha

permanen, kepemilikan status badan usaha rupanya sudah menjadi

perhatian. Sedang jumlah usaha menurut bentuk badan usaha PT

sebanyak 93 usaha, CV sebanyak 180 usaha, Koperasi sebanyak 33

usaha, UD/tidak berbadan hukum 334 usaha (sumber data didapat dari

Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Banyuwangi).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 15

Tabel 2.3 Jumlah Usaha Menurut Sektor Kegiatan Usaha

Kabupaten Banyuwangi Tahun 2006

No Sektor Kegiatan Usaha Jumlah

1. Pertambangan dan Penggalian 1.267

2. Industri Pengolahan 42.559

3. Listrik, Gas dan Air 95

4. Konstruksi 872

5. Perdagangan Besar dan Eceran 95.445

6. Akomodasi dan Makan Minum 20.257

7. Transportasi, Penggudangan dan Komunikasi 16.130

8. Perantara Keuangan 624

9. Real Estat, Usaha Persewaan 3.900

10. Jasa Pendidikan 2.992

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.322

12. Jasa Kemasy. Sosbud, Hiburan, Perorangan lainnya 20.847

13. Jasa Perorangan yg Melayani Rumahtangga 1.267

Jumlah Usaha 207.577 Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (hasil SE 2006)

Usaha yang mengunakan lokasi tempat usaha dengan bangunan

khusus rupanya telah menyerap tenaga kerja terbanyak. Usaha dengan

penggunaan lokasi tempat usaha berupa rumah hunian yang

digunakan juga untuk usaha telah menyerap tenaga kerja terbanyak

kedua.

1. Pertambangan dan Penggalian

Penyebaran usaha ini tergolong kurang merata,

mungkin lebih disebabkan oleh faktor geografis. Sehingga populasi

usahanyapun masih relatif sedikit. Usaha-usaha ini banyak

dijumpai di Kecamatan Songgon, Wongsorejo, Singojuruh,

Glenmore dan Purwoharjo.

2. Industri Pengolahan

Kegiatan merubah bahan baku menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi yang diikuti dengan naiknya nilai tambah

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 16

barang, umumnya didefinisikan sebagai industri pengolahan.

Kegiatan seperti ini banyak ditemukan di Kecamatan Srono,

Rogojampi, Muncar, Genteng dan Kabat.

3. Listrik, Gas dan Air

Keberadaan usaha ini sangat terbatas dan tidak

seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdapat usaha ini.

Pada umumnya populasi usaha ini ditemukan di Kecamatan

Songgon, Glenmore, Kalibaru, Kalipuro dan Licin.

4. Konstruksi

Konstruksi tidak selalu identik dengan perusahaan

kontraktor bangunan saja, usaha ini bisa saja dilakukan oleh

perorangan apabila mekanisme kerjanya sepadan dengan usaha

kontruksi. Populasi usaha ini banyak ditemukan di Kecamatan

Kabat, Rogojampi, Banyuwangi, Genteng dan Srono.

5. Perdagangan Besar dan Eceran

Kegiatan usaha perdagangan ini juga merupakan

usaha terbesar dalam penyerapan tenaga kerja hal ini merupakan

nilai produksi/omzet/pendapatan dari kegiatan usaha

perdagangan besar dan eceran. Menurut populasinya, usaha ini

banyak diusahakan di Kecamatan Muncar, Rogojampi,

Banyuwangi, Genteng dan Srono.

6. Akomodasi dan Makan Minum

Usaha ini tergolong relatif banyak dan cukup

menyebar ke seluruh pelosok Kabupaten Banyuwangi. Penyediaan

akomodasi dan makan minum banyak terdapat di Kecamatan

Banyuwangi, Muncar, Rogojampi, Kalipuro dan Srono.

7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Bila diperhatikan persebaran usaha ini relatif cukup

merata, namun berdasarkan populasinya usaha ini banyak

ditemukan di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar, Kalipuro

dan Rogojampi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 17

8. Perantara Keuangan

Perantara keuangan bisa berupa Bank, Asuransi

atau Lembaga Keuangan Bukan Bank sampai dengan rentenir yang

dilakukan oleh perorangan. Usaha ini banyak ditemukan di

Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Gambiran, Rogojampi dan

Purwoharjo.

9. Real estat, Usaha Persewaan

Usaha ini berkembang dengan baik di seluruh

kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. usaha ini dapat ditemukan

di Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Glagah, Rogojampi dan

Purwoharjo.

10. Jasa Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan hidup yang

paling esensial bagi semua orang. Yang dimaksud usaha di sini

berupa lembaga pendidikan formal dan non formal. Bisa

diusahakan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan. Pada

umumnya banyak diusahakan di Kecamatan Genteng, Cluring,

Srono, Kabat dan Banyuwangi.

11. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Seperti jasa pendidikan, usaha ini bisa juga

diusahakan oleh pemerintah, swasta maupun perorangan, seperti

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Puskesmas serta fasilitas

kesehatan lainnya. Termasuk di sini pengobatan non medis serta

layanan dalam panti maupun di luar panti. Usaha jasa kesehatan

dan kegiatan lainnya banyak terdapat di Kecamatan Banyuwangi,

Muncar, Genteng, Rogojampi dan Kalipuro.

12. Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan Lainnya

Populasi usaha ini lebih didominasi oleh usaha yang

bersifat jasa, seperti; tukang servis peralatan rumah tangga,

tukang cukur, salon, penjahit dan sejenisnya. Kegiatan usaha ini

didominasi oleh Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Muncar,

Wongsorejo dan Rogojampi.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 18

13. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga

Usaha jasa di sini berbeda dengan usaha yang terdapat

pada jasa kemasyarakatan. Usaha yang dimaksud lebih mengarah

pada pelayanan rumah tangga, seperti; juru masak, tukang cuci,

tukang kebun, pengurus rumah tangga dan pengasuh bayi.

Termasuk juga guru pribadi yang mengajar di rumah, sekretaris

pribadi dan sopir pribadi. Usaha seperti ini banyak terdapat di

Kecamatan Banyuwangi, Genteng, Kalipuro, Rogojampi dan Kabat.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 19

BAB III METODOLOGI

3.1 Prinsip Dasar Penyusunan

Kelanjutan dari penerbitan publikasi tahun sebelumnya, yaitu dengan

melakukan pengukuran terhadap seberapa besar kebutuhan investasi yang

representatif pada level kabupaten terkait dengan pertumbuhan ekonomi

yang diinginkan.

3.1.1 Acuan Rancangan

Studi ini mengacu pada sebuah konsep yang sudah

dikembangkan secara luas oleh beberapa lembaga resmi seperti BPS.

kemudian dijadikan sebagai bahan acuan rancangan oleh para

pengambil keputusan ketika mengevaluasi dan menyusun program

pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, khususnya

yang terkait dengan pembentukan investasi.

3.1.2 Prinsip-Prinsip Dasar

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Incremental Capital

Output Ratio Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

a. Akurat dalam memberikan rekomendasi dan intervensi apa yang

perlu mendapatkan skala prioritas ketika program pembangunan itu

diimplementasikan terkait dengan investasi yang dibutuhkan;

b. Validitas datanya bisa dipertanggungjawabkan dan diupayakan

setiap tahun dilakukan penghitungan agar terjaga series datanya.

3.1.3 Kerangka Landasan Analisis

Kerangka landasan Analisis yang digunakan dalam penyusunan

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi tahun 2010,

berupa Analisis statistik sederhana atau lazimnya disebut dengan

statistik deskriptif, yang didukung dengan hasil kajian bidang ekonomi

yang ada kaitannya dengan pembentukan modal tetap.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 20

3.2 Metodologi Penyusunan

Metodologi penyusunan Incremental Capital Output Ratio Kabupaten

Banyuwangi Tahun 2010 ini tetap menggunakan metode yang sama seperti

penerbitan tahun sebelumnya, yaitu:

3.2.1 Penentuan Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan yang berupa sumber data utama dalam

penyusunan publikasi ini menggunakan data primer hasil observasi

lapangan secara sampel. Observasi dilakukan pada usaha/perusahaan

yang secara acak terpilih sebagai sampel di level kabupaten.

3.2.2 Metode Pendekatan dan Tahapan Penyusunan

Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang tinggi

dalam penyusunan ICOR Kabupaten Banyuwangi, pendekatan yang

digunakan dengan metode wawancara langsung dengan responden.

3.2.3 Metode Teknis Penyusunan

Secara matematis koefisien ICOR dinyatakan sebagai rasio antara

penambahan kapital (K) terhadap penambahan output (Y). Dari

hasil survei data yang tersedia bukan merupakan penambahan barang

modal baru atau penambahan kapasitas terpasang, akan tetapi

besarnya investasi (Inv) yang ditanam oleh pihak pemerintah maupun

swasta. Sehingga K = (Inv). Dengan demikian rumusnya berubah

menjadi:

Rumus ini disebut dengan Gross ICOR. Dalam penerapannya rumus ini

lebih sering dipakai karena datanya lebih lengkap. Perlu diketahui

bahwasanya semua pengukuran melalui metode yang ada tersebut

secara teori sudah memenuhi kaidah ilmiah.

3.2.3.1 Neraca Produksi

Pengeluaran:

Biaya antara adalah semua pengeluaran yang digunakan

untuk kepentingan usaha, meliputi semua barang tidak tahan

lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Biaya

dapat berupa bahan baku atau ongkos lainnya yang berkaitan

dengan produksi/kegiatan usaha.

ICOR = K

menjadi (Inv)

Y Y ,Y = PDRB

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 21

Upah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan langsung pada

buruh/karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah

dilakukan seperti: upah/gaji, lembur, bonus tunjangan

(pensiun, kecelakaan, kesehatan), hadiah, cuti dibayar, cuti

sakit, uang duka, persen (tip) dll.

Pajak tak langsung netto, pajak tak langsung setelah

dikurangi subsidi.

Pajak tak langsung adalah pajak yang dibebankan pada

konsumen melalui perusahaan (produsen) seperti pajak

produksi, penjualan, pembelian atau pajak penggunaan

barang dan jasa. Termasuk misalnya bea masuk, pajak

hiburan, cukai dan sebagainya.

Penyusutan adalah nilai yang dibariskan sebagai pengganti

susutnya barang modal karena digunakan dalam proses

produksi.

Penerimaan:

Nilai produk/output adalah nilai barang dan jasa yang

dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu. Isinya jumlah

penerimaan yang dihasilkan baik dari pendapatan utama

perusahaan maupun pendapatan lainnya yang ada kaitannya

dengan kegiatan usaha perusahaan.

3.2.3.2 Neraca Pendapatan dan Pengeluaran

Bunga adalah pengeluaran perusahaan atau biaya atas

penggunaan dana milik pihak lain dalam bentuk pinjaman.

Deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang harus

dibagikan kepada pemilik saham sehubungan dengan

penyertaan modalnya dalam perusahaan yang bersangkutan.

Sewa tanah dan royalti adalah biaya atas penyewaan tanah,

lisensi, hak paten, merk dagang dan lain-lain.

Premi Asuransi Kerugian adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan atas pemakaian jasa asuransi seperti premi

asuransi kebakaran, premi asuransi kendaraan dan lain–lain.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 22

Pajak langsung adalah pengeluaran yang dilakukan secara

berkala, yang secara ekonomis merupakan pungutan yang

dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan

(perusahaan) seperti pajak pendapatan, pajak upah, pajak

property dan pajak kendaraan bermotor.

3.2.3.3 Uraian Sektor Ekonomi

Kelompok lapangan usaha yang selanjutnya didefinisikan

sebagai sektor ekonomi telah disesuaikan dengan

International Standard Industrial Classification of All Economic

Activities (ISIC), yaitu:

Pertanian, meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan,

kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan dan jasa

pertanian.

- Pertanian tanaman pangan adalah kegiatan/lapangan

usaha, penyiapan pelaksanan penanaman, pembibitan,

persemaian, pemeliharaan dan pemanenan tanaman

pangan.

- Peternakan adalah kegiatan/lapangan usaha pemeliharaan

hewan ternak besar, hewan ternak kecil, unggas, lebah,

ulat sutera, termasuk juga usaha pembibitan.

- Jasa pertanian dan peternakan adalah kegiatan/lapangan

usaha yang meliputi pengolahan tanah, pemupukan,

penyebaran bibit/benih, persemaian tanaman,

penyemprotan, pembasmian hama, panenan/pemetikan,

pemangkasan, sortasi dan gradasi dari hasil pertanian, dan

lain-lainnya.

- Kehutanan dan penebangan hutan adalah kegiatan/

lapangan usaha yang meliputi penguasaan hutan,

pengumpulan hasil hutan dan penebangan kayu hutan.

- Pemburuan/penangkapan binatang liar dengan

jerat/perangkap dan pembiakan marga satwa adalah

kegiatan/lapangan usaha yang meliputi perburuan/

penangkapan binatang liar dengan jerat atau perangkap

dan pembiakan marga satwa, antara lain pemeliharaan

ular, buaya dan lain-lain.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 23

- Perikanan laut adalah kegiatan/lapangan usaha yang

meliputi budi daya, penangkapan dan pengambilan hasil

laut, dan Perikanan darat adalah kegiatan/lapangan

usaha yang meliputi budi daya, pembibitan dan

penangkapan baik di air payau maupun air tawar.

Pertambangan dan Penggalian adalah kegiatan/lapangan

usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti

pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi, biji logam,

penggalian batu-batuan, tanah liat, pasir, penambangan dan

penggalian garam, pertambangan mineral bahan kimia dan

bahan pupuk, dan penambangan gips, aspal, gamping.

Industri dan Penggalian adalah kegiatan/lapangan usaha

pengubahan bahan dasar menjadi barang/setengah jadi atau

dari kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.

Listrik, Gas, dan Air

- Listrik adalah kegiatan/lapangan usaha pembangkitan

tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna

penyaluran listrik untuk dijual kepada rumah tangga,

industri dan penggunaan komersial.

- Gas, uap dan air panas adalah kegiatan/lapangan usaha

memproduksi dan mendistribusi gas alam, uap dan air

panas untuk dijual kepada rumah tangga, industri dan

penggunaan komersial.

- Penjernihan, penyediaan dan penyaluran air adalah

kegiatan/lapangan usaha penampungan, penjernihan dan

pendistribusian air kepada rumah tangga, industri dan

penggunaan.

Bangunan adalah kegiatan/lapangan usaha dalam

pembuatan/perbaikan/pembongkaran gedung / rumah, jalan

dan jembatan, terowongan, bendungan dan saluran air,

landasan pesawat terbang, dermaga, lapangan parkir

kendaraan, lapangan olahraga, stasiun pembangkit tenaga

listrik, transmisi dan distribusi serta bangunan jaringan

komunikasi.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 24

Perdagangan adalah kegiatan jual beli atas suatu barang atau

jasa, termasuk usaha restoran/rumah makan dan minuman,

katering, restorasi di kereta api, kafetaria, kantin, warung,

penginapan (hotel, motel, hostel yang menyediakan

makanan).

Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

- Angkutan adalah kegiatan/lapangan usaha pengangkutan

barang atau penumpang (orang) dengan angkutan darat,

angkutan laut, sungai, danau dan kanal serta angkutan

udara.

- Pergudangan adalah kegiatan/lapangan usaha

penyimpanan barang di gudang dengan fasilitas-

fasilitasnya, seperti penyimpanan barang dalam

kamar/ruangan pendingin (cold storage) dan gudang

barang-barang (bonded warehouse).

- Komunikasi adalah kegiatan/lapangan usaha pelayanan

komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon,

telegraf/teleks atau radio.

Keuangan, Asuransi termasuk Usaha Persewaan Bangunan,

Tanah dan Jasa Perusahaan

- Lembaga keuangan adalah kegiatan/lapangan usaha

perbankan baik yang dikelola pemerintah/swasta seperti

bank devisa, bank tabungan, bank kredit maupun bank

yang melayani pemindahan cadangan uang dengan surat-

surat berharga (deposito, cek, giro).

- Asuransi adalah kegiatan/lapangan usaha perasuransian

seperti asuransi jiwa, pelayanan, kecelakaan, kesehatan,

barang/benda hak milik, dan surat berharga. Termasuk

juga jasa asuransi, agen asuransi, konsultan asuransi dan

dana pensiun.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 25

- Usaha persewaan/jual beli tanah, gedung dan jasa

perusahaan adalah kegiatan/lapangan usaha persewaan/

jual beli barang-barang tidak bergerak, agen real estate,

broker dan manajer yang mengurus persewaan, pembelian

penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas dasar

balas jasa atau kontrak.

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan adalah

kegiatan/lapangan usaha lembaga legislatif, lembaga tinggi

negara dan pemerintahan, pertahanan keamanan, badan

internasional dan badan ekstra teritorial lain. Termasuk juga

jasa pendidikan, kesehatan, kebersihan, hiburan dan

kebudayaan, kesejahteraan sosial baik diselenggarakan oleh

pemerintah maupun swasta.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 26

BAB IV ANALISIS ICOR

Analisis ICOR yang disajikan pada bab ini menggunakan pendekatan Lag-

0, Lag-1 dan Lag-2. Artinya, Lag-0 menjelaskan investasi yang ditanam pada

tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke-t atau pada tahun

yang sama. Lag-1 mendefinisikan investasi yang ditanam pada tahun ke-t akan

mulai menghasilkan output pada tahun ke t+1 dan Lag-2 menjelaskan investasi

yang ditanam pada tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke

t+2. Penentuan rasio ICOR yang efisien akan dipilih dari Lag-0, Lag-1 atau Lag-2

yang mempunyai nilai atau rata-ratanya yang paling kecil, karena yang dimaksud

dengan rasio ICOR yang efisien disini adalah dengan investasi yang serendah-

rendahnya diharapkan bisa menghasilkan output yang sebesar-besarnya.

4.1 Perkembangan Investasi

Dalam sebuah perencanaan pembangunan ekonomi, investasi telah

menjadi indikator input yang sangat dibutuhkan, karena tanpa adanya

investasi dipastikan pembangunan ekonomi sulit untuk bisa dilaksanakan.

Dan investasi itu pembentukannya tidak selalu lewat penanaman modal dari

luar daerah saja, namun dari dalam daerah pun investasi bisa terbentuk.

Seperti pembentukan modal tetap yang dilakukan oleh petani ketika

membutuhkan peralatan yang berupa cangkul, atau pengusaha industri

membeli alat-alat produksi dan sebagainya.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 27

Tabel 4.1 Pembentukan Modal (Investasi) per Sektor Ekonomi Tahun 2007-2010

(Juta Rupiah) Desimal Dua Angka di Belakang Koma

LAPANGAN USAHA Tahun

2007 2008 2009 2010

ADHB

1. Pertanian 1.040.277,75 1.176.010,47 1.420.595,88 1.651.519,18

2. Pertb & Penggalian 39.795,97 43.691,07 54.137,58 65.857,16

3. Industri Pengolahan 87.574,51 89.286,82 102.228,89 116.346,12

4. Listrik & Air Bersih 29.283,99 34.786,69 37.277,14 39.037,91

5. Konstruksi 11.420,00 13.596,91 16.589,90 19.673,68

6. Perdag, Htl & Rest 447.464,06 554.886,30 706.682,66 861.591,36

7. Angkutan & Komks 184.182,08 194.157,36 228.721,52 256.751,93

8. Keuangan 94.863,63 115.294,43 157.027,80 171.066,38

9. Jasa-Jasa 153.139,25 182.452,65 237.572,57 255.393,47

JUMLAH 2.088.001,24 2.404.162,70 2.960.833,94 3.437.237,19

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 628.369,42 662.500,44 717.964,79 768.095,81

2. Pertb & Penggalian 26.172,90 27.326,73 31.672,91 36.019,09

3. Industri Pengolahan 45.669,39 43.664,85 46.043,72 48.422,59

4. Listrik & Air Bersih 14.146,97 15.306,92 15.487,29 15.514,93

5. Konstruksi 6.255,43 7.017,81 7.740,60 8.473,28

6. Perdag, Htl & Rest 263.104,81 306.107,09 349.233,84 392.329,48

7. Angkutan & Komks 112.656,30 110.740,16 117.241,28 121.638,09

8. Keuangan 63.532,96 72.393,68 91.609,91 98.520,45

9. Jasa-Jasa 88.380,49 99.918,08 119.432,79 125.838,17

JUMLAH 1.248.288,67 1.344.975,76 1.496.427,13 1.614.851,89

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 28

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

2008 2009 2010 rata-rata

Nilai investasi yang disajikan pada Tabel 4.1 tidak membedakan

investasi yang tertanam dari luar maupun dari dalam daerah Kabupaten

Banyuwangi. Sampai dengan tahun 2010 nilai investasi yang tertanam di

Kabupaten Banyuwangi nilainya mencapai 3,44 triliun, dan Sektor Pertanian

masih merupakan sektor ekonomi yang mempunyai nilai investasi terbesar

dengan nilai sekitar 1,65 triliun. Kedua ada pada Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran dengan nilai investasi sebesar 861,59 milyar serta ketiga

tertanam pada Sektor Angkutan dan Komunikasi dengan nilai 256,75 milyar.

Dan nilai investasi yang terendah terdapat di Sektor Konstruksi dengan nilai

sekitar 19,67 milyar.

Dari tahun 2007 hingga 2010 perkembangan nilai investasi yang

tertanam di Kabupaten Banyuwangi nilainya terus meningkat dengan rincian

tahun 2008 terhadap tahun 2007 sebesar 15,14 persen, tahun 2009

terhadap tahun 2008 sebesar 23,15 persen dan tahun 2010 terhadap tahun

2009 sebesar 16,19 sehingga perkembangan per tahun rata-rata mencapai

18,13 persen untuk investasi Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Atau lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.1 tingkat perkembangan investasi

dibawah ini.

Grafik 4.1 Tingkat Perkembangan Investasi Tahun 2008-2010 (%)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 29

ADHB disini didefinisikan sebagai nilai investasi yang dihitung berdasarkan

atas barang modal tetap yang dinilai dengan harga pada saat tahun

penghitungan, pada umumnya investasi ADHB ini selalu terkait dengan

inflasi. Jadi untuk mengetahui perkembangan investasi secara riil

pendekatannya dengan menggunakan investasi Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK). Karena investasi ADHK dihitung berdasarkan atas barang modal

tetap yang dinilai berdasarkan harga tahun dasar yaitu tahun 2000.

Apabila seluruh nilai investasi dibentuk berdasarkan strukturnya serta

dikaitkan dengan pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi,

maka besarnya investasi yang tertanam pada Sektor Pertanian, Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sektor Angkutan dan Komunikasi

yang mempunyai nilai investasi terbesar pertama, kedua dan ketiga itu, telah

mempunyai korelasi yang positif terhadap besarnya peranan dalam

pembentukan struktur ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Artinya semakin

besar peranan sektor ekonomi terhadap pembentukan struktur ekonomi

daerah, akan semakin besar pula nilai investasi yang tertanam pada sektor

ekonomi itu. Atau dalam arti yang lebih luas lagi bahwa untuk memajukan

perekonomian suatu daerah sudah barang tentu akan membutuhkan

investasi sebagai motor penggerak dalam mencapai sasaran yang diinginkan.

Berikut disajikan struktur investasi di Kabupaten Banyuwangi yang termuat

pada Tabel 4.2. Pada tabel ini bisa dimaknai per sektor ekonomi, namun

khusus untuk Sektor Jasa-jasa yang telah mengalami perkembangan yang

cukup signifikan.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 30

Tabel 4.2 Struktur Investasi kabupaten Banyuwangi Tahun 2007-2010

Desimal dua angka di belakang koma

LAPANGAN USAHA Tahun (%)

2007 2008 2009 2010

ADHB

1. Pertanian 48,92 47,98 48,05 48,92

2. Pertambangan & Penggalian 1,82 1,83 1,92 1,82

3. Industri Pengolahan 3,71 3,45 3,38 3,71

4. Listrik & Air Bersih 1,45 1,26 1,14 1,45

5. Konstruksi 0,57 0,56 0,57 0,57

6. Perdag, Hotel & Restoran 23,08 23,87 25,07 23,08

7. Angkutan & Komunikasi 8,08 7,72 7,47 8,08

8. Keuangan 4,80 5,30 4,98 4,80

9. Jasa-Jasa 7,59 8,02 7,43 7,59

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 49,26 47,98 47,56 49,26

2. Pertambangan & Penggalian 2,03 2,12 2,23 2,03

3. Industri Pengolahan 3,25 3,08 3,00 3,25

4. Listrik & Air Bersih 1,14 1,03 0,96 1,14

5. Konstruksi 0,52 0,52 0,52 0,52

6. Perdag, Hotel & Restoran 22,76 23,34 24,30 22,76

7. Angkutan & Komunikasi 8,23 7,83 7,53 8,23

8. Keuangan 5,38 6,12 6,10 5,38

9. Jasa-Jasa 7,43 7,98 7,79 7,43

JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00

Atau lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.2 dan 4.3 dibawah

ini :

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 31

0 10 20 30 40 50

1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik & Air Bersih

5. Konstruksi

6. Perdag, Hotel & Restoran

7. Angkutan & Komunikasi

8. Keuangan

9. Jasa-Jasa

2010200920082007

Grafik 4.2 Struktur Investasi Menurut ADHB Tahun 2010

Grafik 4.3

Struktur Investasi Menurut ADHK Tahun 2010

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 32

4.2 ICOR Lag-0

Tabel 4.3 ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-0)

Desimal dua angka di belakang koma

LAPANGAN USAHA Tahun Rata-

Rata 2008 2009 2010

1. Pertanian 2,82 2,61 2,94 2,79

2. Pertambangan & Penggalian 1,07 1,15 1,14 1,12

3. Industri Pengolahan 1,75 1,52 1,39 1,55

4. Listrik & Air Bersih 6,20 5,18 12,31 7,89

5. Konstruksi 1,31 2,21 1,23 1,58

6. Perdag, Hotel & Restoran 1,86 1,96 1,73 1,85

7. Angkutan & Komunikasi 4,96 5,85 5,26 5,36

8. Keuangan 2,52 3,64 3,70 3,29

9. Jasa-Jasa 3,77 4,22 3,89 3,96

JUMLAH 2,51 2,53 2,50 2,51

0 10 20 30 40 50

1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik & Air Bersih

5. Konstruksi

6. Perdag, Hotel & Restoran

7. Angkutan & Komunikasi

8. Keuangan

9. Jasa-Jasa

2010

2009

2008

2007

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 33

Selama tahun 2008 hingga 2010 rasio ICOR yang dihitung berdasarkan

Lag-0 ini mempunyai nilai minimum 2,50 yang merupakan rasio ICOR tahun

2010.

Arti dari semua angka yang diuraikan tadi adalah seluruh investasi

yang ditanam di berbagai sektor ekonomi apabila diinginkan bisa

memberikan output pada tahun yang sama, maka investasi yang ditanam

pada tahun 2010 itulah yang merupakan penanaman investasi yang paling

efisien. Karena rasio ICOR pada tahun itu merupakan rasio ICOR yang paling

minimum bila dibandingkan dengan tahun 2008, 2009 maupun terhadap

rata-ratanya.

Atau lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.4 dibawah ini :

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 34

2,4

2,45

2,5

2,55

2,6

2,65

2008 2009 2010 rata-rata

Grafik 4.4 ICOR Lag-0 Kabupaten Banyuwangi 2008-2010

4.3 ICOR Lag-1

Seperti halnya terhadap rasio ICOR yang dihitung berdasarkan Lag-0,

rasio ICOR Lag-1 ini juga akan memilih rasio ICOR yang mempunyai nilai

paling minimum. Perlu diketahui bahwa pada tahun 2008 rasio ICOR tidak

bisa dihitung karena menggunakan pendekatan investasi yang ditanam pada

tahun ke-t akan mulai menghasilkan output pada tahun ke t+1 atau

penanaman investasi yang dilakukan pada tahun 2009 diharapkan bisa

memberikan output pada tahun 2010. Di sini ada dua rasio ICOR saja yaitu

pada tahun 2009 dengan rasio ICOR sebesar 2,11 dan tahun 2010

mempunyai rasio ICOR sebesar 2,09 dengan rasio ICOR rata-ratanya 2,65.

Rasio ICOR Lag-1 ini disajikan pada Tabel 4.4. Setelah dilakukan

pemilihan rasio ICOR diperoleh arti bahwa nilai pembentukan modal yang

diinvestasikan pada tahun 2007 telah memberikan output pada tahun 2010,

yang merupakan nilai investasi paling efisien. Karena didukung oleh rasio

ICOR tahun 2010 sebesar 2,33 yang lebih kecil dari pada rasio ICOR tahun

2007 maupun terhadap rata-ratanya.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 35

Tabel 4.4 ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-1)

Desimal dua angka di belakang koma

LAPANGAN USAHA Tahun

Rata-Rata 2008 * 2009 2010

1. Pertanian 2,28 2,54 2,41

2. Pertambangan & Penggalian 0,95 0,86 0,90

3. Industri Pengolahan 1,51 1,26 1,39

4. Listrik & Air Bersih 4,73 12,14 8,43

5. Konstruksi 1,78 1,02 1,40

6. Perdag, Hotel & Restoran 1,48 1,35 1,41

7. Angkutan & Komunikasi 5,62 4,79 5,20

8. Keuangan 2,53 2,72 2,62

9. Jasa-Jasa 3,12 3,09 3,10

JUMLAH 2,11 2,09 2,10

* Rasio ICOR investasi tahun 2008 ada di tahun 2009

Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.5

Grafik 4.5 ICOR Lag-1 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010

2,08

2,085

2,09

2,095

2,1

2,105

2,11

2009 2010 rata-rata

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 36

4.4 ICOR Lag-2

Sebagaimana telah didefinisikan sebelumnya, bahwa penghitungan

rasio ICOR dengan menggunakan pendekatan Lag-2 akan mempunyai arti

bahwa penambahan output akan diperoleh setelah investasi ditanam selama

dua tahun yang lalu. Jadi rasio ICOR pada tahun 2010 yang sebesar 1,94 itu

merupakan nilai rasio ICOR yang diperoleh melalui penanaman investasi

yang dilakukan pada tahun 2008.

Tabel 4.5

ICOR Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010 (Lag-2) Desimal Dua Angka di Belakang Koma

LAPANGAN USAHA Tahun

Rata-Rata 2008* 2009** 2010

1. Pertanian 2,41 2,41

2. Pertambangan & Penggalian 0,83 0,83

3. Industri Pengolahan 1,31 1,31

4. Listrik & Air Bersih 11,22 11,22

5. Konstruksi 0,91 0,91

6. Perdag, Hotel & Restoran 1,16 1,16

7. Angkutan & Komunikasi 4,87 4,87

8. Keuangan 2,39 2,39

9. Jasa-Jasa 2,73 2,73

JUMLAH 1,94 1,94

* Rasio ICOR investasi tahun 2008 ada di tahun 2010 ** Rasio ICOR investasi tahun 2009 ada di tahun 2011

Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.6

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 37

Grafik 4.6 ICOR Lag-2 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2010

4.5 Pemilihan Model ICOR

Rasio ICOR yang efisien akan dipilih dari nilai yang paling minimum.

Pada Tabel 4.6 menyajikan rasio ICOR dari tahun 2006 hingga tahun 2010

yang dibedakan menurut Lag-0, Lag-1 dan Lag-2 serta nilai rata-ratanya,

rasio ICOR per tahun paling

minimum ada pada tahun

2010 dengan nilai 1,94. Jadi

nilai investasi yang efisien di

Kabupaten Banyuwangi

diperoleh dengan

menggunakan pendekatan

Lag-2. Artinya penambahan

output akan diperoleh

setelah investasi ditanam

selama satu tahun yang lalu.,

Sehubungan dengan hasil pemilihan model ICOR tersebut, apabila

dikaji dengan menggunakan Lag ideal pengembalian investasi per sektor

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

2010 Rata-rata

Tabel 4.6 Rata-rata ICOR Kab. Banyuwangi

Tahun 2006 – 2010

Tahun

ICOR per

Tahun Lag-0

ICOR per

Tahun Lag-1

ICOR per

Tahun Lag-2

2006 3,04

2007 2,53 3,01

2008 2,51 2,25 2,77

2009 2,53 2,11 2,04

2010 2,5 2,09 1,94

Rata-rata 2,62 2,36 2,25

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 38

ekonomi, secara rinci hanya Sektor Pertambangan dan Penggalian yang

mempunyai kecenderungan efisien pada Lag-0, sedang sektor ekonomi yang

lain tetap mengikuti pendekatan Lag-2.

Terkait dengan setiap penambahan investasi yang selalu diikuti dengan

meningkatnya nilai produksi barang dan jasa, maka dari seluruh nilai tambah

bruto yang dihasilkan berdasarkan nilai produksi barang dan jasa tersebut

akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penambahan

PDRB per tahun dari 2005 hingga 2010 disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Tambahan PDRB Setiap Tahun, Tahun 2007-2010 (Juta Rupiah)

Desimal Dua Angka di Belakang Koma

LAPANGAN USAHA Tahun

2007 2008 2009 2010

ADHB

1. Pertanian 979.256,15 1.216.033,94 1.164.763,80 1.041.320,71

2. Pertb & Penggalian 75.002,79 103.420,11 175.656,87 126.157,19

3. Industri Pengolahan 89.083,80 87.324,27 117.205,24 147.882,92

4. Listrik & Air Bersih 3.810,21 4.641,54 5.388,23 2.449,78

5. Konstruksi 23.609,41 23.986,24 23.011,91 24.480,24

6. Perdag. Htl & Rest 509.516,02 749.484,32 598.229,61 1.147.522,12

7. Angkutan & Komks 27.900,59 52.729,62 57.241,24 64.961,96

8. Keuangan 63.170,45 78.722,50 74.276,00 125.207,78

9. Jasa-Jasa 110.432,11 168.451,73 135.245,25 154.449,32

JUMLAH 1.881.781,53 2.484.794,25 2.351.018,16 2.834.432,03

ADHK (2000=100)

1. Pertanian 233.164,30 235.157,06 275.326,08 260.975,59

2. Pertb & Penggalian 22.628,68 25.643,82 27.499,24 31.723,38

3. Industri Pengolahan 23.365,28 24.944,64 30.302,25 34.732,74

4. Listrik & Air Bersih 2.291,31 2.469,23 2.991,33 1.260,85

5. Konstruksi 4.870,63 5.372,25 3.508,45 6.886,96

6. Perdag, Htl & Rest 149.333,34 164.596,70 178.314,25 227.231,66

7. Angkutan & Komks 14.502,94 22.324,70 20.042,87 23.125,56

8. Keuangan 21.303,73 28.703,26 25.145,11 26.610,08

9. Jasa-Jasa 21.902,93 26.521,75 28.323,15 32.362,13

JUMLAH 493.363,13 535.733,40 591.452,73 644.908,97

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 39

Berdasarkan hasil pemilihan model ICOR yang memutuskan bahwa

nilai investasi yang efisien di Kabupaten Banyuwangi diperoleh dengan

menggunakan pendekatan Lag-2, maka setiap penambahan PDRB per tahun

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.7 itu sudah barang tentu merupakan

dampak dari investasi yang ditanam selama dua tahun sebelumnya. Atau

penambahan PDRB dari tahun 2007 ke 2010 yang senilai 2,83 triliun (lihat

pada Tabel 4.7) itu merupakan hasil dari penanaman investasi yang

dilakukan pada tahun 2007 dengan nilai 2,09 triliun (lihat pada Tabel 4.1),

demikian juga untuk setiap penambahan PDRB per tahun yang terjadi pada

tahun-tahun sebelumnya.

4.6 Keterkaitan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Setiap pertumbuhan ekonomi yang dicapai selalu terkait dengan

seberapa besar investasi yang dibutuhkan. Pada tahun 2007 ketika

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mencapai 5,64 persen,

investasi yang tertanam pada saat itu ada sebanyak 2,09 triliun rupiah.

Sedang pada tahun 2008 dengan pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,80

persen ketika itu pula nilai investasi ikut naik menjadi 2,40 triliun rupiah dan

pada tahun 2009 dengan pertumbuhan ekonomi naik menjadi 6,05 persen

ketika itu pula nilai investasi ikut naik menjadi 2,96 triliun rupiah dan pada

tahun 2010 ketika pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi mencapai

6,22 persen maka investasi yang tertanam naik pula menjadi 3,43 triliun

rupiah.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 40

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari berbagai kegiatan ekonomi yang dihitung nilai investasinya setiap

tahun menunjukkan adanya kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan ini

masih memungkinkan untuk terus bertambah bersamaan dengan naiknya

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun. Dari

setiap kenaikan nilai investasi yang dihitung setiap tahun tersebut,

khususnya selama tiga tahun terakhir ini diperoleh kesimpulan bahwa

investasi yang ditanam secara ideal pengembalian investasinya memerlukan

waktu selama satu tahun ke depan.

5.2 S A R A N

Apabila diinginkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi ke

depan ada kenaikan sebesar satu satuan dalam persen, maka yang paling

memungkinkan sektor ekonomi yang bisa menggerakkan pertumbuhan

ekonomi tersebut, pertama adalah Sektor Pertanian dengan cara

meningkatkan volume produksi. Dipilihnya Sektor Pertanian karena sektor

ini merupakan sektor ekonomi penyangga yang cukup dominan terhadap

pembentukan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi. Kedua adalah

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mempunyai peluang untuk

bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

Sedang sektor ekonomi yang lain karena dominasinya terhadap

struktur ekonomi masih relatif kecil, ketika digunakan untuk menggerakkan

pertumbuhan ekonomi akan membutuhkan investasi yang relatif besar. Yang

menjadi masalah di sini apakah dengan investasi yang besar akan selalu

memberikan kepastian bahwa investasi yang ditanam tersebut efisiensinya

bisa terpenuhi, karena masih ada keraguan terhadap masalah ini maka ada

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - bappeda.banyuwangikab.go.id 2011.pdf · satu alat ukur untuk mengkaji stabilitas ekonomi, baik berskala nasional maupun regional. ... seperti: dapur, alat pemanas,

Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Banyuwangi 41

baiknya sektor ekonomi selain Sektor Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan

Restoran untuk sementara belum bisa digunakan sebagai sektor ekonomi

yang bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

5.3 REKOMENDASI

Dengan memperhatikan berbagai kendala yang mempengaruhi

keterbatasan volume produksi padi di Kabupaten Banyuwangi, seperti

keterbatasan lahan sebagai akibat dari terjadinya alih fungsi lahan pertanian,

maka pertama perlu diupayakan adanya peningkatan volume produksi padi

dengan tetap memanfaatkan lahan yang ada. Serta keberadaan kelompok

tani yang menjadi penting kembali keberadaannya dan dukungan pengairan

juga harus tetap menjadi prioritas karena dengan pola pengairan yang

memadai, sudah barang tentu bisa menaikkan volume produksi, selain

Sektor Pertanian sektor ekonomi yang diharapkan bisa menggerakkan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi adalah Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Mekanismenya dengan cara memberikan

kemudahan dalam berusaha yang ditandai dengan adanya penambahan

volume barang yang dihasilkan dari Sektor Pertanian, Pertambangan dan

Penggalian serta dari Industri Pengolahan. Selain itu pelaku usaha di sektor

ini diupayakan ada penambahan agar bisa menampung volume barang yang

diperdagangkan.